Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi Pneomonia
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2011).
Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara transplasenta,
perinatal, atau pasca lahir. (Nelson, 2013).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang
terjadi pada anak (Suriani, 2014).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengenai jaringan
paru (alveoli), (DEPKES, 2012).

1.2 Etiologi
a. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza
dan staphilococcus aureus yang lajim terjadi pada anak-anak normal.
b. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes
dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
c. Virus Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella,
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae yang terjadi pada usia
beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan ank yang lebih tua.
d. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak
muda, dan kondisi jauh lebih berkurang dengan penggunaan vaksin efek
rutin.
e. Aspirasi makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion dan
benda asing.

1.3 Tanda gejala


a. Demam, berkeringat dan menggigil
b. Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun dan
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
c. Batuk berdahak tebal dan kental (lengket)
d. Nyeri dada saat bernapas dalam ketika batuk
e. Sesak napas
f. Kelelahan dan nyeri otot
g. Mual muntah atau diare
h. Sakit kepala

1.4 Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapatkan melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mucus dan efitel bersilia di saluran pernapasan. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveolar, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Bayi pada
bulan-bulan pertama juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara
pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.

Kemungkinan lain kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme


pertahanan yang normal dapat menyebabkan bakteri pathogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang
pada keadaan normal berkolonisasi disaluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang bakterialis dan virus (varisella, campak, rubella, virus
herves) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakterimia/ viremiageneralisasi.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respon inflamasi akut


yang meliputi eksudasi cairan, defosit fibrin dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infiltrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada thoraks. Virus,
mikoplasma dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrate
mononuclear pada struktursubmukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel kedalam saluran napas seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
1.5 Pemeriksaan penunjang
a. Foro Toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000 –
40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak
dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat albuminuria ringan karena
suhu yang naik dan sedikit toraks hialin. Analisis gas darah arteri dapat
menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
c. Pemeriksaan rontgen
pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak-
bercak infiltrate didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus, rontgen juga dapat menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau
beberapa lobus, dan beberapa komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
pericarditis.

1.6 Komplikasi
a. Infeksi darah
Kondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran
darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah
berpotensi menyebabkan terjadinya gagal organ.
b. Abses paru atau lubang bernanah
Yang tumbuh dijaringan paru-paru. Abses umumnya dapat ditangani
dengan antibiotic, namun terkadang juga membutuhkan prosedur operasi
untuk membuang nanah.
c. Efusi pleura
kondisi dimana cairan memenuhi ruang disekitar paru-paru.

1.7 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
berhubung hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu maka
dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi.
Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4 –
5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan
intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran glukose
5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl
10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya
dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.

Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik


akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan
perhitungan kekurangan basa sebanyak – 5 mEq. Pneumonia yang tidak berat,
tidak perlu dirawat di rumah sakit.

1.8 Pathway
II. Rencana asuhan klien dengan Pneumonia
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
- Riwayat keperawatan sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,
kemudian mendadak timbul panas, tinggi, sakit kepala, kadang-
kadang anak-anak atau bayi dapat timbul kejang, distensi abdomen,
dan kaku kuduk, timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun
- Riwayat keperawatan sebelumnya
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan, Influenza sering
terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelumdiketahui adanya
penyakit pneumonia, penyakit paru, jantung serta kelainan organ
vital bawaan dapat memperberat klinis klien
- Riwayat kesehatan keluarga
Tempat tinggal lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih
besar
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
- Inspeksi :
Adanya PCH, adanya sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral,
distensi abdomen, batuk non produktif sampai produktif dan nyeri
dada
- Palpasi :
Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkinan
membesar.
- Perkusi :
Suara redup pada paru yang sakit
- Auskultasi :
Ronchi halus. Ronchi basah, takikardi
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Foro Toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai
15.000 – 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab
dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin.
Analisis gas darah arteri dapat menunjukan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2.
c. Pemeriksaan rontgen
pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia
bercak-bercak infiltrate didapatkan pada satu atau beberapa lobus.
Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus, rontgen juga dapat menunjukkan adanya komplikasi
pada satu atau beberapa lobus, dan beberapa komplikasi seperti
pleuritis, abses paru, pericarditis

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran
napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih
2.2.2 Batasan karakteristik
Dispnea
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Suara napas tambahan
Sputum berlebihan
ortopnea
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Obstruksi jalan napas

Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas


2.2.4 Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida di
membrane kapiler alveolar
2.2.5 Batasan karakteristik
Dispea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Napas cuping hidung
Karbondioksida menurun
Hipoksia
Iritabilitas
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
- Mendemontrasikan batuk efektif dan suara napas bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu.
- Menunjukkan jalan napas yang paten.
- Mampu mengidentifikasikan hasil dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:
- Auskultasi suara napas
- Buka jalan napas, menggunakan cin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan anak untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan satus O2
- Berikan bronkodilator bila perlu

Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
- Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda stress
pernapasan
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:
- Buka jalan napas, menggunakan cin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan anak untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan satus O2
- Berikan bronkodilator bila perlu

III. Daftar Pustaka


http://rahayuwijayanti87.blogspot.co.id/2014/04/laporan-pendahuluan-
pneumonia-pada-anak.html (diakses pada tanggal 20 Maret 2017)
Iskandar Mah-iditat. (2011) Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta : EGC
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9, Jakarta : EGC
Ngastiyah , (2013). Perawatan an Anak Sakit. Jakarta : EGC
Rita & Suriadi (2014) Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi. I Jakarta : EGC
Roudelph, (2009) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Suriadi, Skp, MSN. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M.(2011).Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis

Pelaihari, Mei 2017


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Evy Noorhasanah, Ns., M. Imun Normila, S.Kep.Ns

Anda mungkin juga menyukai