Pemikiran Pendidikan Islam
Pemikiran Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH/SYARI’AH
BHAKTI PERSADA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dzat yang Maha
pengasih lagi Maha penyayang. Karena atas segala limpahan Rahmat dan
Petunjuk-Nya, Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan kepada kita semua selaku
ummatnya. Amien.
Makalah yang berjudul PEMIKIRAN PENDIDIDKAN ISLAM, berisi
tentang Pemikiran Pendidikan pada zaman Rasulullah Saw, Khulafaurrasyidin ,
dan Bani Umayyah serta Bani Abbasiyyah . Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Maka dari itu saya mengharap kritikan dan saran demi kesempurnaan
karya ilmiah berikutnya.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................................33
B. Saran....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................37
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam amat perlu dipelajari oleh umat islam, terutama bagi
kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola pendidikan Islam,
karena dengan mengetahui sejarah tersebut diharapkan dapat
menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan
sejarah tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan kata lain, pemikiran pendidikan islam dilihat dari segi Al-Qur’an dan
Sunnah, tidaklah muncul sebagai pemikiran pendidikan yang terputus, tetapi
suatu pemikiran yang hidup dan dinamis, berada dalam kerangka paradigma
umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh islam.
3
Dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam, sehingga
menimbulkan suatu tenaga penggerak luar biasa yang pernah dialami umat
manusia.Oleh sebab itu beliau menjadi tauladan yang harus diikuti.Hal ini sejalan
dengan makna yang tersurat dan tersirat dalam firman Allah.[2]
Artinya : Demi sesungguhnya, rasulullah itu adalah contoh teladan yang baik bagi
kamu sekalian. (Q.S. 32 : 21)
Artinya : Dan hendaklah kamu mengikut akan dia (nabi Muhammad) supaya
kamu mendapat petunjuk (Q.S. 7:158)
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama dari Allah sebagai
petunjuk atau intruksi kepada beliau untuk melaksanakan tugasnya pada saat
beliau berusia 40 tahun yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum hijriyah (6
Agustus 610 M) wahyu yang diturunkan tersebut berbunyi:
4
Artinya : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan Dia
(Allah) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Qalam. Dia
(Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui.[3]
Nabi Muhammad SAW mendidik umatnya secara bertahap yang dimulai dari
keluarga dekatnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Keadaan yang sembunyi-
sembunyi itu berlangsung sampai lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun
petunjuk dan perintah dari Allah, agar nabi memberikan pendidikan dan seruan
secara terbuka, ditegaskan dalam firman Allah(QS Al Hijr: 94) yang artinya: maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.[4]
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-
Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-
pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian
islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam
kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) al-qur’an
kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak
memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. [5]
5
Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin Quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rosul.Semakin bertambah pengikut nabi semakin keras
tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Banyak cara yang ditempuh para
pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah nabi. Pertama mereka mengira bahwa
kekuatan nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani, karena
itu mereka menyusun siasat bagaimana memutus hubungan nabi dengan Abu
Thalib dan mengancam untuk memerintahkan Muhammad berhenti dari
dakwahnya atau menyerahkan kepada Quraisy.
1) Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan dialah satu-satunya yang
menguasai dan mengatur alam ini sedemikian rupa yang merupakan
tempat kehidupan makhluknya.
3) Bahwa Allah yang merajai hari kemudian dan bahwa segala amal
perbuatan manusia selama di dunia akan di perhitungkan diakhirat nanti.
4) Bahwa Allah adalah tuhan yang wajib disembah dan hanya kepada-Nya
lah segala bentuk pengabdian ditujukan.
6
5) Bahwa Allah adalah tempat manusia pertolongan dan tempat bergantung.
2) Berbuat kebaikan kepada orang lain dan patuh kepada orang tua..
3) Menepati janji
6) Bersyukur atas nikmat, dan sabar atas cobaan yang Allah berikan
8) Hidup sederhana
7
c) Kuttab dan Metode Umum Pendidikan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran islam yang
disampaikan oleh Muhammad SAW kepada umatnya. Tugas Muhammad SAW
selain mengajarkan tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya agar
secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya, yang selanjutnya akan menjadi
warisan ajaran secara turun-temurun dan menjadi pegangan serta pedoman hidup
bagi kaum muslimin sepanjang zaman.
Adanya syariat zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga
masyarakat dalam tanggung jawab sosial baik secara material maupun
moral.
9
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan islam pada masa itu adalah
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah yang prakteknya
disempuranakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
10
konstitusi Madinah. Pertama-tama diajaknya untuk masuk islam dengan
penjelasan yang meyakinkan tentang kebaikan ajaran islam dan kebenarannya.
Kalau dengan dakwah itu mereka masuk islam, maka secara otomatis mereka
termasuk dalam masyarakat kaum muslimin yang berada dalam naungan
konstitusi.
11
(1) Islam menghormati akal manusia, meletakkan akal pada tempat yang
terhormat, menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk memeriksa
dan memikirkan keadaan alam (QS;3;189-190)
(2) Islam mewajibkan setiap laki-laki dan perempuan pemeluk islam untuk
menuntut ilmu (QS. 58:11)
Ketika ajaran ini dibawa Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh para
pengikutnya yang setia, maka dengan gigih ajaran islam menafasi gerak langkan
manusia yang menjadi pemeluknya untuk mengubah dunia, meluruskan jalan
manusia, mengolah potensi alam dan membentuk system kehidupan baru yang
penug energi, bersemangat islami,hingga berbudaya dan berperadaban maju.III
Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq
sebagai khalifah. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan
oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-
orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan
perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan
keamanan dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk
menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah.
Dalam penumpasan ini banyak umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat
12
dekat Rosulullah dan para khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi jumlah
sahabat khafidz yang hafal al-qur’an, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada
khalifah Abu bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk
merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan
semua tulisan Al-Qur’an. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti
pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.
Pendidikan keimanan yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah SWT.
Pendidikan akhlak, contoh : adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga,
bergaul dalam masyarakat. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa
dan haji.
Kesehatan tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan
untuk memperkuat jasmani dan rohani.
lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai
tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam
adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat
pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca
Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
2. Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (634-644 M)
13
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan
dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang
memiliki kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan
pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat
berpengaruh tidak boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam
kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar
hadis harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan
para sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah.
Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah
memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk
itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka
berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai
tempat ibadah dan pendidikan.2
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab
merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah,
beliau juga menerapkan pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta
mengangkat dan menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan
itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti
Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah
adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini
ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan
bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru
duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar
dan para sahabat – sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki
pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di
Mesir, Syiria dan Basyrah.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam
bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu
14
keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa
ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari
Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah
membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok
agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya.
Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang
yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab,
jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa
ini sudah ada pengajaran bahasa Arab.
Pada masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama
pemerintahan Umar Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini
disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah
terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok –pokok ilmu
lainnya.
Pendidikannya dikelola dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu,
serta diirigi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian,
baitulmal, dan lain sebainya. Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu
diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitulmall.
3. Pola Pendifikan Islam Pada Masa Khalifah Usman bin Affan ( 23-35 H : 644
– 656 M )
Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat
pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat
menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.)
yang ditunjukoleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal. 3
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa
15
yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan
Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak
diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan
kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah –
daerProses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan
lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar
Islam. Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para
bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.
Khalifah Usman sudah merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah
berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini
yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat- ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam
bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada
tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah
bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist.
Apabila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada
dialek suku Quraisy, sebab al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut
dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan
orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat
diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-
guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya
mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu
terdiri dari:
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru
memeluk Islam
Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam
16
Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan
mendalam
Dari ke empat golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus
diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan
kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang
digunakan adalah:
Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan
dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan
Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya
jawab
Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya jawab,
dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada
golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan terdidik
dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangatmendesak / penting untuk
dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama. Ada 3 fase dalam pendidikan
dan pengajarannya:
1. fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar
terdidik memperoleh kemantapan iman
2. Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud agar
mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan
sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari.
3. Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab
dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4
Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi
perkembangan, jika dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini
disebabkan pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja
pada rakyat. Dari segi pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan
17
dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan
khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan
4. Pola Pendidikan Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. ( 35-40 H : 656-661
M)
Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta
Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam menyikapi
pembunuhan terhadap Usman,peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal (
unta ) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi
pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan
khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.5
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk
menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebut perang Shiffin, karena
terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka
Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim ( penyelesaian
secara adil dan damai ). Semula Ali menolak, tetapi karena desakan dari beberapa
tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan
kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim tersebut, Muawiyah berhasil
mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus.
Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Alidengan cara tahkim
, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali
bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh
perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi
masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa
Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada
18
pengajaran baca tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an
dan Hadits Nabi.
Pusat – Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasyidin antarav lain:6
1) Mekkah. Gurupertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal yang
mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih
2) Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu Bakar, Usman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.
3) Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu Musa Al Asy’ari, seorang
ahli fikih dan Al-Qur’an
4) Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi
Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an ia adalah
ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5) Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana adalah Mu’az bin
Jaba( di Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan Abu Darda’( di Damsyik)
6) Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di
Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.
Masa kekhalifahan dimulai dari masa khalifah Abu Bakar, sampai khalifah
Ali bin Abi Thalib, yang disebut dengan kekhalifahan khulafau Ar-rasyiddin. Ciri-
ciri pada masa ini adalah dengan betul-betul teladan menurut apa yang telah
diajarkan Nabi Muhammad SAW. Mereka juga melalui proses baiat.
19
Dimasa pra islam, sebagai suku quraisy, bani Hasyim dan bani Umayyah
selalu berperang dan bersaing untuk menduduki kuri pimpinan. Bani umayyah
lebih berperan dalam bidang pemerintahan dan perdagangan, dengan demikian
mereka lebih banyak menguasai bidang perekonomian dari pada bani hasyim.
Sedangkan bani hasyim adalah keturunan yang sederhana, tetapi mereka
mempunyai sebuah kebangaan, yaitu karena Rasulullah SAW diturunkan dari
kalangan mereka.[2]
Dan ketika islam sudah mulai kuat oleh Rasulullah SAW maka muncullah
Abu Sufyan Bin Harb, yaitu seorang keturunan umayyah yang sering menentang
dan berperang melawan Rasulullah SAW sebagai pihak dari bani Hasyim, tetapi
setelah islam semakin kuat dan memasuki kota makkah pihak Abu Sufyan
menyerah diantaranya adalah Muawiyyah Bin Abu Sufyan.[3]
Perjalanan kekhalifahan ummayah dimulai semasa Ali Bin Abi Thalib umat
islam dilanda dengan badai fitnah akibat terbunuhnya Ustman Bin Affan.
Gelombang perpecahan dan penghianatan politik mewarnai dunia politik pada
masa itu hingga kekhalifahan jatuh ketangan Muawiyah. Bani Umayyah adalah
salah satu dari suku quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul
Manaf.[4]
Dukungan yang sangat kuat dari rakyat suriah dan pemuka keluarga umayyah
sendiri. Kedua, sebagai administrator Muawiyah sangat bijaksana dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga, Muawiyah
mempunyai kemampuan yang menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan
mencapai tingkat “hilm” tingkat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar
Mekah pada zaman dahulu.[5]
20
Setelah Khalifah Hasan Bin Ali memerintah selama 6 bulan beberapa hari,
Muawiyah yang mendapatkan kekuasaan dengan tidak sah, datang menemuinya.
Setelah itu, Al Hasan mengirim utusan untuk menyerahkan kekuasaan kepada
Muawiyah, dengan syarat setelah Muawiyah mangkat, kekuasaan tersebut
diserahkan kembali kepadanya. Muawiyah juga diminta agar tidak menuntut
apapun dari penduduk Madinah, Hijaz dan Irak atas apa yang telah terjadi di masa
pemerintahan Ayahandanya. Muawiyah juga diminta untuk membayar hutang-
hutang Al Hasan.[6]
c. Pertentangan dari suku Arabia utara (bani Qays) dan Arabia selatan (bani
Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
Bani Abbasiyah dirujuk dari keturunan paman Nabi Muhammad SAW, yaitu
Abbas Bin Abdul Muthalib, secara kronologis namanya didapatkan dari nenek
moyangnya yaitu al-abbas, Ali Bin Abi Thalib, dan Nabi Muhammad SAW,
sehingga ada garis keturunan dari bani Abbas dan Nabi.
Ada tiga tempat yang dijadikan pusat kegiatan kelompok Bani Abbas untuk
dapat menegakkan kekuasaannya, tiga tempat itu adalah: Humaimah, Kufah, dan
Khurasan. Humaimah adalah kota kecil tempat dimana keluarga bani hasyim
bermukim baik dari para pendukung Ali, dan pendukung keluarga Bani Abbas.
Kufah adalah kota yang para penduduknya menganut aliran syi’ah para
pendukung dari Ali Bin Abi Thalib yang bermusuhan secara terang-terangan
dengan Bani Umayyah. Demikian dengan Khurasan yang mendukung Bani
Hasyim. Setelah Ibrahim Al-imam meninggal Abu Al-abbas berpindah ke Kufah
diiringi oleh para pembesar Kuffah yang lainnya. Sementara itu pimpinan Bani
Umayyah yang terakhir Marwan Ibnu Muhammad dapat ditaklukkan, sehingga
melarikan diri ke mesir bersama pasukannya Dan terbunuh di desa Busir pada 750
M. .[12]
22
Abu Abbas Al-saffah meninggal tahun 754 M, Pemerintahannya singkat
hanya dalam kurun waktu empat tahun, setelah itu ia digantikan oleh saudaranya
Abu Jafar Al-Mansur, dialah yang dianggap sebagai pendiri Bani Abbasiah. Pada
masa pemerintahannya ibu kota Abbasiyah dipindah dari Kuffah ke Baghdad.
23
A. Pendidikan di Masa Daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Ciri utama dari pendidikan islam pada masa ini bersifat arab dan islam tulen,
yang berartikan bahwasannya pengajaran masih didominasi oleh orang-orang
arab, sehingga pada periode ini pengajaran dilakukan dengan membentuk
halaqah-halaqah ilmiah yang diselenggarakan di masjid-masjid.
Pada masa ini mereka menganggap bahwasannya islam adalah agama dan
negara, sehingga para khalifah-khalifah mengutus ulama ke seluruh negri dan
bersama tentara untuk menyiapkan dakwah islamiah, dan juga mereka
mengingatkan pada para gubernur-gubernur untuk berdakwah di daerahnya
masing-masing.
Pada zaman ini penulisan terbagi kepada lima bidang yaitu: penulisan surat,
penulis harta, penulis tentara, penulis polisi, dan penulis hakim.
24
Ini diakibatkan interaksi orang-orang islam yang semakin meluas kepada
negara-negara sekitar dan juga meluasnya kekuasaan islam sampai ke luar jazirah
arab. Di masa ini penyebaran islam sudah sampai pada afrika utara, dan cina yang
tidak menggunakan bahasa arab dalam kesehariannya, sehingga sangat dibutuhkan
penguasaan bahasa asing tersebut.
Pada masa pemerintahan Al-Walid Bin Abdul Malik masjid Umawiyyah yang
didirikan ntara tahun 88-96 H merupakan universitas terbesar saat itu. Pada saat
ini didirikan masjid zaitunah di tunisisa yang dianggap sebagai universitas tertua
dan betahan sampai saat ini, pendirinya adalah Uqbah Bin Nafi’ yang menaklukan
Afrika Utara pada tahun 50 H.
b. Tujuan Pendidikan
1) Madrasah Makkah
Sahabat yang pertama kali mengajar di daerah ini adalah Mu’ad Bin Jabal, dengan
mengajarkan Al-Qur’an, dan Fiqih pada masa Abdul Malik Bin Marwan.
Abdullah Bin Abbas hijrah ke makkah dan mengajar Tafsir, hadist, fiqih, dan
sastra.[17] Adapun murid-murid yang akan menggantikan beliau kelak adalah
Atak Bin bu Rabbah, Sufyan Bi nUyainah, Muslim Bin Khalid.[18]
2) Madrasah Madinah
25
Pada masa khulafaur rasyiddin dipimpin oleh Umar Bin Khattab, Ali Bin Abi
Thalib, Zaid Bin tsabit, dan Abdullah Bin Umar. Setelah ulama-ulama ini wafat
digantikan oleh murid-murid mereka. Diantaranya adalah Sa’ad Bin Musayyab,
Urwah Bin Al-Zubair Bin AL-Awwam.
3) Madrasah Bashrah
Ulama yang terkenal di Bashrah adalah Abu Musa AL Asy’ari seorang ahli
fiqih, hadist, dan qur’an. Sedangkan Anas Bin Malik termasyhur di hadist,
sedangkan dari kalangan guru yang terkenal di Bashrah adalah Hasan Al-Bashri,
dan Ibnu Sirin.
4) Madrasah Kufah
Ulama sahabat yang tinggal di kuffah ialah ali bin abi halib dan abdullah bin
mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan
sedangkan Abdullah bin Ma’ud sebagai guru agama. Ibnu Mas’ud adalah utusan
resmi khalifah Umar untuk menjadi guru agama di Kufah. Beliau adalah seorang
ahli tafsir.fiqih.dan banyak meriwayatkan hadist. Di antara murid-murid beliau
adalah alqamah.AL-Aswad.Masruq.al-harist bin qais dan amr bin syurahbil.
Madrasah ini pada perkembangan selanjutnya melahirkan Abu Hanifah. Salah
seorang pendiri mazhab ahli sunnah yang terkenal dengan penggunaan ra’yu
dalam berijtihad.
Setelah negri Syam menjadi bagian dari negara islam dan penduduknya
banyak yang memeluk agama islam, khlaifah Umar Bin Khattab mengirimkan
tiga guru agama ke negri ini, yaitu Muadz Bin Jabal, Ubadah, dan Abu Darda’.
6) Pendidikan Masjid
26
7) Pendidikan Badi’ah
Tempat pembelajaran bahasa arab yang murni dan fasih. Istilah ini muncul
ketika Khalifah Abdul Malik Bin Marwan memprogramkan arabisasi maka
muncullah badi’ah, yaitu dusun Badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan
murni sesuai dengan kaidah bahasa arab tersebut.
8) Pendidikan Perpustakaan
Majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai ilmu
pengetahuan, namun pada masa bani Umayyah pelaksanannya dipindahkan ke
istana dan dihadiri oleh orang-orang tertentu.[19]
10). Bamaristan
Rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat studi
kedokteran. Khalid Ibn Yazid menyediakan harta untuk para sarjana yunani yang
berada di mesir agar menterjemahkan seluruh buku-buku kimia dan kedokteran.
[20]
Setelah islam menyebar luas dan menjadi kuat di mesir, maka mesir menjadi
pusat ilmu-ilmu agama dengan ulamanya yang pertama kali mengajar di
madrasah-madrasah Fistat adalah Abdullan Bin Amr Bin Al-ash.
27
d. Materi atau bahan ajar
1) Ilmu agama: Al-qur’an, hadist, dan fiqih. Proses pembuuan hadist terjadi saat
kekhalifahan Umar Bin Abdul Ajiz. Sedangkan ilmu fiqih berkembang pada
masa pemerintahan Bani Umayyah II.
2) Ilmu sejarah dan geografis: yaitu ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan nriwayat.
4) Bidang Filsafat: segala ilmu yang berasal dari asing seperti ilmu mantik, ilmu
kimia, astronomi, ilmu hitung, dan kedoketeran.
6) Perkembangan Musik dan puisi yang terjadio ketika kekhalifahan Yazid, dia
mengundang penyanyi dan musisi guna memeriahkan pesta diistana.e.
Metode Pendidikan
28
2) Pendidikan Pada Masa Dinasti Abbasiyah
2) Murid-murid yang tidak mampu diberikan gaji dan dipenuhi setiap kebutuhan
dan fasilitasnya, sehingga membantu dalam penunjangan pembelajaran.
Tujuan pendiidkan pada masa itu tidak terlepas dari tujuan hakikat islam pada
umumnya, tetapi ada sedikit tujuan yang perlu untuk disesuaikan dengan keadaan
realita yang nyata. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:[24]
29
3) Cinta ilmu pengetahuan. Masyarakat pada zaman itu sangatlah gencar dalam
menuntut ilmu tanpa mengharapan dunia sebagai imbalan, dan semata-mata
hanya ingin memuaskan jiwa mereka dengan ilmu.
4) Tujuan kebendaan, menuntut ilmu ini tanpa disadari yang membawa mereka
kepada mendapatkan penghidupan yang layak, dan sebuah kekuasaan.Pusat-
Pusat Pendidikan Dinasti Abbasiyah
2) Madrasah
Bayit Al-hikmah institusi pendidikan tinggi pertama yang dibangun pada 830
M oleh khalifah Al-Makmun. Dan juga dapat terbagi ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, sekolah rendah tempat belajar bagi anak-anak, seperti kuttab, materi
ajarnya: membaca alqur’an menulis, menghafal, berhitung, pokok-pokok nahwu
sharaf, dan pokok-pokok agama islam.[27]
30
d. Materi Pendidikan Abbasiyah
Untuk metode dan materi ajarnya adalah sperti yang sudah pernah dibahas di
halaman sebelumnya, yaitu kurikulum tingkat dasar, institusinya adalah kuttab,
dengan materi ajarnya membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prinsip
dasar matematika, pelajaran sya’ir, nahwu, materi menghafal, membaca, dan
menulis al-qur’an. Yang selanjutnya adalah kurikulum sedang, dan tinggi.
tingkatan menengah yaitu di masjid, dan majelis sastra, dan ilmu. Materinya
adalah: alqur’an, bahasa arab, fiqih, tafsir, hadist, nahwu, shorof, balaghah,
mantiq, falak, kedokteran, dan musik. Dan perguruan tinggi seperti baytul hikmah,
Darul ilmu. Yang terbagi kedalam dua kelompok, jurusan ilmu agama, dan jurusan
ilmu hikmah.[28]
Metode pada masa ini dapat dikelompokkan kedalam tiga macam: lisan,
hafalan, dan tulisan. Metode tulisan berupa dikte imla’, metode cerama al-sama’,
metode qiroah biasanya digunakan untuk membaca. Lalu metode hafalan yang
merupakan ciri khas pada masa itu, dimana peserta didik membaca berulang-ulang
sampai di hafal dan dapat mengungkapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan metode tulisan dianggap sebagai metode paling penting karena
berguna sekali dalam proses penggandaan buku-buku dan kitab-kitab yang ketika
itu tidak terdapat mesin ketik. Disamping ketiga metode tersebut juga ditemukan
metode diskusi, munaqasah debat.[29]
1. Daulah Umayyah
31
dan kenegaraan diseluruh wilayah islam yang membentang dari pegunungan
Thian Shan, sampai pegunungan Pyrenees, dan bahkan pernah menjadi bahasa
pengantar ilmiah resmi di dunia sampai zaman renaisance. Sehingga banyak ilmu-
ilmu yang diterjemahkan kedalam bahasa arab yang mana dapat dipelajari oleh
orang-orang di seluruh dunia, dan bahkan bahasa arab tetap dikenal luas di zaman
modernn ini.[30]
2. Daulah Abbasiyah
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran pendidikan islam bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah,
Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang
diterapkan pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan
kesehatan ) maupun dari segi lembaganya ( kuttab )
Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih
meningkatdiman apada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru-guru dan
digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan
sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi
sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain.
33
1) Sejarah Dinasti Umayyah dan Abbasiyah
35
B. Saran
Penyusun makalah ini hanya manusia yang dangkal ilmunya, Maka dari itu
penyusun menyarankan agar para pembaca yang ingin mendalami ilmu tentang
sejarah pendidikan Islam pada masa Pembinaan diharapkanmembaca sumber-
sumber lain yang lebih komplit, tidak hanya sebatas membaca makalah ini saja.
36
DAFTAR PUSTAKA
[2]Al-Qur’an Terjemahan
[5]Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1992. Hal 6
[6]Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,
2008. Hal 38
Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 1997
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
Antonio, Syafi’I, Ensiklopedi Peradadan Islam Damaskus, (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012).
Anwar, A. Masrul. “Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada
Masa Bani Umayyah”. Jurnal Tarbiyah. V,1. No: 1 2015.
37
.Jabir, Muh. “Dinasti Umayyah di Suriah”. Jurnal Hunafa. V,4. No.3. (September
2007).
Masrul Anwar, Ahmad. “Pertumbuhan Dan Perkembangan Pendidikan Islam pada
Masa Bani Ummayah”. Jurnal Tarbiyah. V,1. No: 1 2015.
Nashir, Muhammad. “Dakwah islam Masa Abbasiyah”. Jurnal Komunikasi
Islam.ISBN 2088-6314. V, 2. No.2. (Desember 2002).
Serli Mahroes. “Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Prespektif Sejarah
Pendidikan islam”. Jurnal Tarbiyah Vol,1. No: 12015.
Wahyuningsih ,Sri. “Implementasi Sistem Pendidikan Islam Pada masa Daulah
Abbasiyah dan Pada Masa Sekarang”. Jurnal Kependidikan. Vol.II. No: 2. 11.
2014.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).
Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Cet Ke Tujuh. (Jakarta: Bumi Aksara.
2004)..
38