Anda di halaman 1dari 41

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mandiri mata kuliah

“ PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM ”

Dosen Mata Kuliah : Iwa Kurniawan S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : OKI MULYADI


NPM : 17.02.017/ 071.09.0753.17
Semester : III

FAKULTAS TARBIYAH/SYARI’AH

PRODI MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

BHAKTI PERSADA

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dzat yang Maha
pengasih lagi Maha penyayang. Karena atas segala limpahan Rahmat dan
Petunjuk-Nya, Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan kepada kita semua selaku
ummatnya. Amien.
Makalah yang berjudul PEMIKIRAN PENDIDIDKAN ISLAM, berisi
tentang Pemikiran Pendidikan pada zaman Rasulullah Saw, Khulafaurrasyidin ,
dan Bani Umayyah serta Bani Abbasiyyah . Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Maka dari itu saya mengharap kritikan dan saran demi kesempurnaan
karya ilmiah berikutnya.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.

Majalaya, Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Masalah......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pemikiran pendidikan Islam pada zaman Nabi.......................................................3

B. Sistem Pendidikan Nabi Muhammad SAW..........................................................11

C. Peranan Ajaran Islam dalam Membentuk Masyarakat yang Berbudaya dan


Berperadaban Maju......................................................................................................11

D. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin........................................12

E. Sejarah Kekhalifahan Ummayah dan Abbasiah....................................................19

BAB III PENUTUP..........................................................................................................33

A. Kesimpulan..........................................................................................................33

B. Saran....................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................37

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan
berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi.
Sumber utama pendidikan Islam yaitu Allah SAW melalui fiman-firmannya yang
terdapat dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Quran. Sumber yang kedua ialah
sunnah Nabi Muhammad SAW. Proses pewarisan dan pengembangan budaya
manusia bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran Allah kepada
umatnya. Yang mana dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan
Islam, Oleh sebab itu beliau menjadi tauladan yang harus diikuti.

Pada masa kenabian Muhammad SAW akan kita jumpai bagaimana


perjuangan Rosulullah dalam menyebarkan agama Islam dan berdakwah guna
meluruskan nilai-nilai moral pada masa itu hingga saat ini kita bisa merasakan
nikmatnya Islam.

Sejarah pendidikan Islam amat perlu dipelajari oleh umat islam, terutama bagi
kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola pendidikan Islam,
karena dengan mengetahui sejarah tersebut diharapkan dapat
menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan
sejarah tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemikiran pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad


SAW ?
2. Bagaimana sistem pendidikan Nabi Muhammad SAW ?
3. Bagaimana peranan Ajara Islam dalam membentuk masyarakat yang
berbudaya dan berperadaban maju?
4. Bagaiman Pola Pendidikan Islam pada zaman Khulafaurrasyidin ?
5. Bagaimana Sejarah kekhalifahan Ummayah dan Abbasiyyah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan islam pada zaman Nabi


Muhammad SAW.
2. Untuk mengetahui system Pendidikan Nabi Muhammad SAW.
3. Untuk mengetahui peranan ajaran Islam dalam membentuk masyarakat
yang berbudaya dan berperadaban maju.
4. Untuk mengetahui pola pendidikan Islam Pda zaman Khulafaurrasyidin.
5. Untuk Mengetahui Sejarah Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran pendidikan Islam pada zaman Nabi.


Pemikiran pendidikan pada periode awal dalam sejarah islam ini terwujud
dalam ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW ketika beliau berbicara
dengan sahabatnya dan mengajak manusia percaya kepada Allah SWT dan
meninggalkan penyembahan berhala.

Pemikiran pendidikan yang terwujud pada dua sumber utama pendidikan


islam ini bukanlah pemikiran pendidikan yang benar-benar seperti yang dipahami
dalam pemikiran pendidikan modern, tetapi pemikiran yang bercampur dengan
pemikiran politik, ekonomi, social, sejarah dan peradaban, yang keseluruhanya
membentuk kerangka umum ideologi islam.

Dengan kata lain, pemikiran pendidikan islam dilihat dari segi Al-Qur’an dan
Sunnah, tidaklah muncul sebagai pemikiran pendidikan yang terputus, tetapi
suatu pemikiran yang hidup dan dinamis, berada dalam kerangka paradigma
umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh islam.

Rasulullah SAW dalam segala kata-kata yang diucapkannya, segala tingkah


laku yang disebutnya dan segala sikap yang diambilnya merupakan gambaran
hidup terhadap pemikiran pendidikan islam ini. Ketika Siti Aisyah r.a ditanya
tentang akhlak Rasulullah SAW, beliau mengatakan : “ Akhlaknya adalah Al-
Qur’an. Kemudian beliaulah guru teragung, beliau sendiri juga lulusan Illahiyah
di Gua hira yang telah meletakkan garis-garis besar pemikiran pendidikan ini
dalam Al-Qur’an”.[1]

A. Pendidikan Islam Pada Masa Pembinaan (610-632)

Masa pembinaan ini berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW menerima


wahyu yang pertama kali skaligus diangkatnya beliau menjadi Rasul hingga
sepeninggal nabi Muhammad SAW. Masa ini berlangsung kurang lebih 22 tahun.

3
Dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam, sehingga
menimbulkan suatu tenaga penggerak luar biasa yang pernah dialami umat
manusia.Oleh sebab itu beliau menjadi tauladan yang harus diikuti.Hal ini sejalan
dengan makna yang tersurat dan tersirat dalam firman Allah.[2]

( ۲۱ : ‫ )الهازب‬.... ‫لقد كان لكم فى رسول ا اسوةة حسنةة‬

Artinya : Demi sesungguhnya, rasulullah itu adalah contoh teladan yang baik bagi
kamu sekalian. (Q.S. 32 : 21)

( 31 ‫ )ال عمران‬... ‫قل ان كنتم تةبحبِببوان اا فاتتببةعبونْى يةبحببببةكةم اة‬

Artinya : Katakanlah olehmu (Muhammad) : jika kamu sekalian cinta kepada


Allah, maka hendaklah ikut' akan daku, niscaya allah cinta kepada kamu.(Q.S.
33:21)

...... (158 ‫ )العراف‬. ‫اواتتببةعبوهة لااعلتةكبم تابهتاةدبوان‬

Artinya : Dan hendaklah kamu mengikut akan dia (nabi Muhammad) supaya
kamu mendapat petunjuk (Q.S. 7:158)

Dalam masa pembinaan ini, Penyampaian Rasulullah untuk membina umat


manusia kearah yang lebih baik dibedakan ke dalam dua periode yaitu Periode
Mekkah sebelum nabi hijrah ke Madinah dan periode Madinah yaitu ketika beliau
hijrah dan tinggal di Madinah. Materi pendidikan yang beliau sampaikan pun
berbeda.Pada saat di Mekkah beliau menyampaikan tentang pendidikan
ketauhidan.Dan pada saat di Madinah beliau lebih menitik beratkan pada
pembentukkan dan pembinaan masyarakat baru.

a. Pendidikan Islam pada Masa di Mekkah

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama dari Allah sebagai
petunjuk atau intruksi kepada beliau untuk melaksanakan tugasnya pada saat
beliau berusia 40 tahun yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum hijriyah (6
Agustus 610 M) wahyu yang diturunkan tersebut berbunyi:

4
Artinya : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan Dia
(Allah) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Qalam. Dia
(Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui.[3]

Allah telah menyampaikan atau menurunkan Al-Qur’an kepada nabi


Muhammad secara berangsur-angsur sehingga memudahkan bagi nabi
Muhammad untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.Setiap wahyu yang
turun dan biasanya terdiri dari beberapa ayat Al-Qur’an, nabi SAW langsung
menyampaikan ayat-ayat tersebut kepada para sahabatnya dan memerintahkan
kepada para sahabat untuk membaca dan menghafal dengan benar.Pengajaran Al-
Qur’an tersebut berlangsung terus menerus sampai dengan nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya hijrah ke madinah.Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an
berjalan terus menerus sampai dengan masa akhir turunnya Al-Qur’an menjadi
bagian dari kehidupan merekabaik dalam bentuk hafalan maupun tulisan.

Nabi Muhammad SAW mendidik umatnya secara bertahap yang dimulai dari
keluarga dekatnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Keadaan yang sembunyi-
sembunyi itu berlangsung sampai lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun
petunjuk dan perintah dari Allah, agar nabi memberikan pendidikan dan seruan
secara terbuka, ditegaskan dalam firman Allah(QS Al Hijr: 94) yang artinya: maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.[4]

Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-
Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-
pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian
islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam
kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) al-qur’an
kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak
memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. [5]

5
Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin Quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rosul.Semakin bertambah pengikut nabi semakin keras
tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Banyak cara yang ditempuh para
pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah nabi. Pertama mereka mengira bahwa
kekuatan nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani, karena
itu mereka menyusun siasat bagaimana memutus hubungan nabi dengan Abu
Thalib dan mengancam untuk memerintahkan Muhammad berhenti dari
dakwahnya atau menyerahkan kepada Quraisy.

Kemudian nabi menyebarluaskan ajakannya keseluruh penduduk Mekkah dan


nabi menghadapi tantangan yang berat. Namun nabi menghadapinya dengan
penuh kesabaran dan keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan petunjuk
dan pertolongan dalam menghadapi tantangan tersebut. Ajaran-ajaran yang beliau
berikan antara lain:[7]

a) Pendidikan Tauhid Kepada Allah

Nabi Muhammad memperoleh penghayatan yang mantap tentang ajaran


tauhid yang intisarinya tercermin dalam surat AL-Fatihah yang inti Pokoknya
antara lain:

1) Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan dialah satu-satunya yang
menguasai dan mengatur alam ini sedemikian rupa yang merupakan
tempat kehidupan makhluknya.

2) Bahwa Allah memberikan nikmat dan memberikan keperluan bagi semua


makhluk-makhluknya terutama manusia. Pengertian bahwa Allah bersifat
Rahman dan Rahim memberikan pengertian bahwa Allah memiliki sifat
kasih sayang terhadap makhluk-makhluknya.

3) Bahwa Allah yang merajai hari kemudian dan bahwa segala amal
perbuatan manusia selama di dunia akan di perhitungkan diakhirat nanti.

4) Bahwa Allah adalah tuhan yang wajib disembah dan hanya kepada-Nya
lah segala bentuk pengabdian ditujukan.

6
5) Bahwa Allah adalah tempat manusia pertolongan dan tempat bergantung.

6) Bahwa Allah yang membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia


dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan godaan.

Pendidikan tauhid tersebut diberikan oleh nabi Muhammad SAW pada


umatnya dengan cara yang bijaksana dan sekaligus beliau memberikan teladan
dan contoh ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

b) Pendidikan Amal Ibadah

Nabi Muhammad SAW melakukan sembahyang (shalat) sebagai bentuk


pengabdian kepada Allah dengan ikhlas hati menyembahNya.Pada mulanya
sembahyang itu belum dilakukan sebanyak lima kali sehari semalam kemudian
setelah nabi Isra dan Mi’raj berulah diwajibkan untuk shalat lima waktu.Adapun
zakat semasa di Mekkah diberikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim dan
membelanjakan harta untuk jalan kebaikan.Pendidikan Ahlak

Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada Umatnya untuk berakhlak yang


baik sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara ahlak-akhlak tersebut ialah:

1) Adil yang mutlak terhadap keluarga atau diri sendiri

2) Berbuat kebaikan kepada orang lain dan patuh kepada orang tua..

3) Menepati janji

4) Memberi maaf pada orang yang bersalah

5) Takut semata-mata haya kepada Allah

6) Bersyukur atas nikmat, dan sabar atas cobaan yang Allah berikan

7) Bersatu padu menegakkan agama Allah

8) Hidup sederhana

7
c) Kuttab dan Metode Umum Pendidikan Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran islam yang
disampaikan oleh Muhammad SAW kepada umatnya. Tugas Muhammad SAW
selain mengajarkan tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya agar
secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya, yang selanjutnya akan menjadi
warisan ajaran secara turun-temurun dan menjadi pegangan serta pedoman hidup
bagi kaum muslimin sepanjang zaman.

Bagi kalangan anak-anak terdapat kuttab-kuttab atau maktab (tempat belajar)


khusus untuk Qiraah Al-Qur’an. Keberadaan kuttab-kuttab ini ditunjukkan di
dalam Shahih Bukhori bab dam (denda) bahwa Ummu Salamah mengirimkan
utusan kepada pengajar Al-Qur’an untuk menyampaikan pesan “kirimkanlah
untukku anak-anak kecil” juga ditunjukkan di dalam abadul Mufrod karya Al-
Bukhori pada bab salam kepada anak-anak dengan sanad kepada
IbnuUmar,“sesungguhnya dia mengucapkan salam penghormatan kepada anak-
anak kecil di kuttab.

b. Pendidikan Islam pada Masa di Madinah

Kedatangan nabi Muhammad SAW bersama kaum Muslimin disambut oleh


penduduk Madinah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan.Di Madinah
nabi Muhammad SAW menghadapi kenyataan bahwa umatnya terdiri dari dua
kelompok yang saling berbeda latar belakang kehidupannya.Yaitu mereka yang
berasal dari mekkah (kaum Muhajjirin) Dan mereka yang merupakan penduduk
asli Madinah (kaum Ansor).kenyataan lain yang dihadapi nabi Muhammad SAW
adalah bahwa masyarakat kaum muslimin yang baru di Madinah dan masyarakat
kaum Yahudi yang memang sudah menjadi penduduk Madinah dan mereka
tersebut tidak merasa senang dengan terbentuknya masyarakat baru yaitu kaum
muslimin.

Melihat kenyataan tersebut, beliau mulai mengatur dan menyusun segenap


potensi yang ada dalam lingkungannya, memecahkan permasalahan yang dihadapi
menggunakan kekuatan yang ada, dalam rangka menyusun suatu masyarakat baru
8
yang terus berkembang, yang mampu menghadapi tantangan yang berasal dari
luar dengan kekuatan sendiri.Pendidikan yang dilakukan oleh nabi Muhammad
SAW ialah memperkuat persekutuan kaum muslimin dan mengikis habiskan sisa-
sisa permusuhan dan persukuan dengan beberapa cara, diantaranya :[8]

1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju kesatuan sosial dan


politik.

Bersama kaum muslimin nabi membangun masjid.Masjid itulah yang


digunakan sebagai pusat kegiatan nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin
untuk membina masyarakat baru. Jadi, masjid ini merupakan pusat pengajaran

Nabi Muhammad SAW pun mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya


masyarakat yang bersatu padu. Dasar-dasar tersebut diantaranya:

 Nabi SAW mengikis habis sia-sia permusuhan atau pertenyangan antar


suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.

 Nabi SAW menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan


bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 Adanya syariat zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga
masyarakat dalam tanggung jawab sosial baik secara material maupun
moral.

 Dalam pembinaan di Madinah disyariatkan pula media komunikasi


berdasarkan wahyu yaitu shalat jum’at berjamaah. Dengan shalat jum’at
berjamaah warga berkumpul langsung dan mendengarkan khutbah Nabi
SAW dan shalat jum’at telah memupuk rasa solidaritas sosial yang sangat
tinggi dalam menangani masalah bersama.

9
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan

Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan islam pada masa itu adalah
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah yang prakteknya
disempuranakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.

Pelaksanaan atau praktek pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan


secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Pendidikan Ukhuwah Antar Kaum Muslimin

Nabi Muhammad SAW berusaha menghubungkan antara hati mereka dengan


iman kepada Allah dan Rasulnya, mereka dipersaudarakan karena Allah artinya
diikat oleh hubungan hanya karena Allah.

b. Pendidikan kesejahteraan sosial

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum muhajirin yang telah


dipersaudarakan dengan kaum Anshor agar mereka saling bekerjasama dalam
masalah-masalah sosial.

c. Pendidikan kesejahteraan keluarga

Keluarga yang dimaksud adalah suami, istri, dan anak-anaknya yang


merupakan inti dari terbentuknya umat yang luas dan yang saling megingatkan.

3. Pendidikan anak dalam islam

Nabi SAW memperingatkan agar anak diberikan bimbingan dan pendidikan


agar ia tumbuh dan berkembang dalam rangka mempersiapkan anak-anak agar
mampu menerima warisan islam dan bertanggungjawab untuk mengemban tugas-
tugasnya. Maka sejak diperintahkan oleh nabi Muhammad SAW itulah anak-anak
membaca dan menulis al-Qur’an serta menghafalnya.Pendidikan Hankam
Dakwah Islam

Usaha nabi SAW berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan


dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui

10
konstitusi Madinah. Pertama-tama diajaknya untuk masuk islam dengan
penjelasan yang meyakinkan tentang kebaikan ajaran islam dan kebenarannya.
Kalau dengan dakwah itu mereka masuk islam, maka secara otomatis mereka
termasuk dalam masyarakat kaum muslimin yang berada dalam naungan
konstitusi.

B. Sistem Pendidikan Nabi Muhammad SAW


Adapun metode pendidikan yang diharapkan oleh nabi antara lain melalui
keteladanan, pembiasaan, nasihat dan cerita, displin partisipasi dan melalui
pemeliharaan. Tujuannya membentuk pribadi insan kamil, pensucian diri dengan
ibadah, pembntukan keluarga, masyarakat dan bangsa serta pemeliharaan alam
dan lingkungan yang mana petunjuknya bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah
beliau.Disamping itu pada masa nabi masjid memiliki fungsi bukan saja sebagai
tempat berkomunikasi dengan tuhan, tetapi sebagai lembaga pendidikan dan pusat
komunikasi sesama kaum muslimin.

C. Peranan Ajaran Islam dalam Membentuk Masyarakat yang


Berbudaya dan Berperadaban Maju.
Islam agama yang mencakup segala segi kehidupan manusia, baik kehidupan
didunia maupun diakherat. Dalam memahami islam dapat dibagi menjadi dua
bagian yakni islam sebagai suatu ajaran yang “mutlak” tidak bisa berubah dan
mempunyai kebenaran yang pasti, yaitu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Asunnah. Kemudian islam sebagai suatu sejarah yaitu sejarah umat islam yang
terbentuk dari cara hidup mereka dalam mengamalkan ajaran yang mutlak itu.
Islam dalam sejarah, budaya, pemikiran inilah yang bisa berubah-ubah sesuai
dengan kemajuan fikiran dan moral manusia itu sendiri.

Agama Islam sangat menghargai amal saleh manusia, dan mendorong


manusia berkreatifitas positif, adapun ajaran agama islam yang mendorong
manusia untuk berperadaban tinggi ialah karena :[9]

11
(1) Islam menghormati akal manusia, meletakkan akal pada tempat yang
terhormat, menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk memeriksa
dan memikirkan keadaan alam (QS;3;189-190)

(2) Islam mewajibkan setiap laki-laki dan perempuan pemeluk islam untuk
menuntut ilmu (QS. 58:11)

(3) Islam menyuruh pemeluknya mencari keridloan Allah, dengan semua


nikmat yang telah diterimanya, dan menyuruh menggunakan hak-hak atas
keduniaan dalam pimpinan dan peraturan agama (QS. 28:77)

(4) Islam menggemarkan pemeluknya supaya pergi meninggalkan kampung


halamannya, berjalan ke negeri lain, memperhubungkan silaturahmi
dengan golongan lain, dan saling bertukar pengetahuan (QS. 22:46)

Ketika ajaran ini dibawa Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh para
pengikutnya yang setia, maka dengan gigih ajaran islam menafasi gerak langkan
manusia yang menjadi pemeluknya untuk mengubah dunia, meluruskan jalan
manusia, mengolah potensi alam dan membentuk system kehidupan baru yang
penug energi, bersemangat islami,hingga berbudaya dan berperadaban maju.III

D. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin


1. Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634)

Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq
sebagai khalifah. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan
oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-
orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan
perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan
keamanan dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk
menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah.
Dalam penumpasan ini banyak umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat

12
dekat Rosulullah dan para khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi jumlah
sahabat khafidz yang hafal al-qur’an, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada
khalifah Abu bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk
merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan
semua tulisan Al-Qur’an. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti
pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.
Pendidikan keimanan yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah SWT.
Pendidikan akhlak, contoh : adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga,
bergaul dalam masyarakat. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa
dan haji.
Kesehatan tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan
untuk memperkuat jasmani dan rohani.
lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai
tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam
adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat
pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca
Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
2. Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (634-644 M)

Sesaat sebelu Abu Bakar mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai


penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa
Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan
wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa
Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan
Mesir.

13
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan
dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang
memiliki kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan
pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat
berpengaruh tidak boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam
kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar
hadis harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan
para sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah.
Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah
memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk
itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka
berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai
tempat ibadah dan pendidikan.2
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab
merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah,
beliau juga menerapkan pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta
mengangkat dan menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan
itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti
Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah
adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini
ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan
bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru
duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar
dan para sahabat – sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki
pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di
Mesir, Syiria dan Basyrah.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam
bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu

14
keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa
ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari
Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah
membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok
agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya.
Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang
yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab,
jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa
ini sudah ada pengajaran bahasa Arab.
Pada masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama
pemerintahan Umar Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini
disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah
terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok –pokok ilmu
lainnya.
Pendidikannya dikelola dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu,
serta diirigi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian,
baitulmal, dan lain sebainya. Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu
diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitulmall.

3. Pola Pendifikan Islam Pada Masa Khalifah Usman bin Affan ( 23-35 H : 644
– 656 M )

Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat
pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat
menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.)
yang ditunjukoleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal. 3
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa

15
yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan
Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak
diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan
kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah –
daerProses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan
lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar
Islam. Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para
bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.
Khalifah Usman sudah merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah
berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini
yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat- ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam
bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada
tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah
bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist.
Apabila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada
dialek suku Quraisy, sebab al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut
dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan
orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat
diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-
guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya
mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu
terdiri dari:
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru
memeluk Islam
Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam

16
Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan
mendalam
Dari ke empat golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus
diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan
kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang
digunakan adalah:
 Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan
dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
 Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan
 Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya
jawab
 Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya jawab,
dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada
golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan terdidik
dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangatmendesak / penting untuk
dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama. Ada 3 fase dalam pendidikan
dan pengajarannya:
1. fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar
terdidik memperoleh kemantapan iman
2. Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud agar
mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan
sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari.
3. Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab
dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4
Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi
perkembangan, jika dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini
disebabkan pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja
pada rakyat. Dari segi pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan

17
dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan
khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan

4. Pola Pendidikan Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. ( 35-40 H : 656-661
M)

Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta
Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam menyikapi
pembunuhan terhadap Usman,peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal (
unta ) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi
pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan
khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.5
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk
menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebut perang Shiffin, karena
terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka
Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim ( penyelesaian
secara adil dan damai ). Semula Ali menolak, tetapi karena desakan dari beberapa
tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan
kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim tersebut, Muawiyah berhasil
mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus.
Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Alidengan cara tahkim
, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali
bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh
perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi
masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa
Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada

18
pengajaran baca tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an
dan Hadits Nabi.
Pusat – Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasyidin antarav lain:6
1) Mekkah. Gurupertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal yang
mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih
2) Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu Bakar, Usman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.
3) Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu Musa Al Asy’ari, seorang
ahli fikih dan Al-Qur’an
4) Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi
Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an ia adalah
ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5) Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana adalah Mu’az bin
Jaba( di Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan Abu Darda’( di Damsyik)
6) Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di
Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.

E. Sejarah Kekhalifahan Ummayah dan Abbasiah


1. Sejarah Kekhalifahan Ummayah

Masa kekhalifahan dimulai dari masa khalifah Abu Bakar, sampai khalifah
Ali bin Abi Thalib, yang disebut dengan kekhalifahan khulafau Ar-rasyiddin. Ciri-
ciri pada masa ini adalah dengan betul-betul teladan menurut apa yang telah
diajarkan Nabi Muhammad SAW. Mereka juga melalui proses baiat.

Seorang pemimpin tidak pernah bertindak sendirian dalam melangsungkan


pemerintahannya ataupun ketikak negara menghadapi kesulitan yang sangat,
mereka selalu bermusyawarah mufakat dengan pembesar-pembesar yang lainnya,
sedangkan khalifahnya sesudahnya sering bersifat otoriter.

19
Dimasa pra islam, sebagai suku quraisy, bani Hasyim dan bani Umayyah
selalu berperang dan bersaing untuk menduduki kuri pimpinan. Bani umayyah
lebih berperan dalam bidang pemerintahan dan perdagangan, dengan demikian
mereka lebih banyak menguasai bidang perekonomian dari pada bani hasyim.
Sedangkan bani hasyim adalah keturunan yang sederhana, tetapi mereka
mempunyai sebuah kebangaan, yaitu karena Rasulullah SAW diturunkan dari
kalangan mereka.[2]

Dan ketika islam sudah mulai kuat oleh Rasulullah SAW maka muncullah
Abu Sufyan Bin Harb, yaitu seorang keturunan umayyah yang sering menentang
dan berperang melawan Rasulullah SAW sebagai pihak dari bani Hasyim, tetapi
setelah islam semakin kuat dan memasuki kota makkah pihak Abu Sufyan
menyerah diantaranya adalah Muawiyyah Bin Abu Sufyan.[3]

Perjalanan kekhalifahan ummayah dimulai semasa Ali Bin Abi Thalib umat
islam dilanda dengan badai fitnah akibat terbunuhnya Ustman Bin Affan.
Gelombang perpecahan dan penghianatan politik mewarnai dunia politik pada
masa itu hingga kekhalifahan jatuh ketangan Muawiyah. Bani Umayyah adalah
salah satu dari suku quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul
Manaf.[4]

Muawiyah berhasil mendirikan keKhilafahan Umayyah bukan semata-mata


karena kemenangan diplomasi di siffin dan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Sejak
semula Gubernur Suriah ini sudah memiliki basis rasional bagi pembangunan
politiknya pada masa depan.

Dukungan yang sangat kuat dari rakyat suriah dan pemuka keluarga umayyah
sendiri. Kedua, sebagai administrator Muawiyah sangat bijaksana dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga, Muawiyah
mempunyai kemampuan yang menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan
mencapai tingkat “hilm” tingkat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar
Mekah pada zaman dahulu.[5]

20
Setelah Khalifah Hasan Bin Ali memerintah selama 6 bulan beberapa hari,
Muawiyah yang mendapatkan kekuasaan dengan tidak sah, datang menemuinya.
Setelah itu, Al Hasan mengirim utusan untuk menyerahkan kekuasaan kepada
Muawiyah, dengan syarat setelah Muawiyah mangkat, kekuasaan tersebut
diserahkan kembali kepadanya. Muawiyah juga diminta agar tidak menuntut
apapun dari penduduk Madinah, Hijaz dan Irak atas apa yang telah terjadi di masa
pemerintahan Ayahandanya. Muawiyah juga diminta untuk membayar hutang-
hutang Al Hasan.[6]

Wafatnya khalifah Ali Bin Abi Thalib dengan mudahnya memperoleh


pengakuan dari umat islam sebagai khalifah ke lima pada tahun 41 H atau 661 M,
selanjutnya ia membnetuk dinasti Bani umayyah 41-331 H atau 661-750 M.[7]

Dinasti Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun. Sedangkan ibu kota


dipindahkan oleh Muawiyyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
sebagai gubernur.

Para khalifah-khalifah yang memimpin diantaranya adalah sebagai berikut:


Muawiyyah I Bin Abi Sufyan 41-61 H, Yazid I 61-64 H, Muawiyyah II 64-65 H,
Marwan I Bin Hakam 65-66 H, Abdul Malik 66-86 H, Al-Walid I 86-97 H,
Sulaiman 97-99 H, Umar II (Umar Bin Abdil Aziz) 99-102 H, Yazid II 102-106 H,
Hisyam 106-126 H, Al-Walid II 126-127 H, Yazid III 127 H, Ibrahim 127 H, dan
Marwan II 127-133 H.[8] Penyebaran islam pada masa ini adalah sangatlah luas
menindak lanjuti penyebaran agama yang di mulai dari zaman kekhalifahan
Khulafaur Ar-Rasyiddin, dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: Afrika Utara,
Jazirah Arab, Syiria, Palestina, Anaolia, Irak, Persia, Afghanistan, India, dan
negeri-negeri yang sekarang dinamakan dengan Turkmenistan, Uzbekistan, dan
kirgiztan.[9]

Sedangakan kemunduran dari Bani Umayyah sendiri adalah diakibatkan oleh


beberapa sebab yang membawanya kepada kehancuran, maka sebagai berikut:

a. System pergantian khalifah yang telah beralih dari bai’at menjadi


berdasarkan keturunan.
21
b. Tidak dapat dipisahkannya masalah-masalah dan koflik-konflik akibat
berselisih dengan kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib.[10]

c. Pertentangan dari suku Arabia utara (bani Qays) dan Arabia selatan (bani
Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.

d. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh


sikap hidup mewah dilingkungan Istana,

Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Bani Umayyah adalah


munculnya kekuasaan baru yang dipelopri oleh keturunan al-Abbas ibn Abd Al-
Muthalib.[11]

2. Sejarah Kekhalifahan Abbasiyah

Bani Abbasiyah dirujuk dari keturunan paman Nabi Muhammad SAW, yaitu
Abbas Bin Abdul Muthalib, secara kronologis namanya didapatkan dari nenek
moyangnya yaitu al-abbas, Ali Bin Abi Thalib, dan Nabi Muhammad SAW,
sehingga ada garis keturunan dari bani Abbas dan Nabi.

Ada tiga tempat yang dijadikan pusat kegiatan kelompok Bani Abbas untuk
dapat menegakkan kekuasaannya, tiga tempat itu adalah: Humaimah, Kufah, dan
Khurasan. Humaimah adalah kota kecil tempat dimana keluarga bani hasyim
bermukim baik dari para pendukung Ali, dan pendukung keluarga Bani Abbas.
Kufah adalah kota yang para penduduknya menganut aliran syi’ah para
pendukung dari Ali Bin Abi Thalib yang bermusuhan secara terang-terangan
dengan Bani Umayyah. Demikian dengan Khurasan yang mendukung Bani
Hasyim. Setelah Ibrahim Al-imam meninggal Abu Al-abbas berpindah ke Kufah
diiringi oleh para pembesar Kuffah yang lainnya. Sementara itu pimpinan Bani
Umayyah yang terakhir Marwan Ibnu Muhammad dapat ditaklukkan, sehingga
melarikan diri ke mesir bersama pasukannya Dan terbunuh di desa Busir pada 750
M. .[12]

22
Abu Abbas Al-saffah meninggal tahun 754 M, Pemerintahannya singkat
hanya dalam kurun waktu empat tahun, setelah itu ia digantikan oleh saudaranya
Abu Jafar Al-Mansur, dialah yang dianggap sebagai pendiri Bani Abbasiah. Pada
masa pemerintahannya ibu kota Abbasiyah dipindah dari Kuffah ke Baghdad.

Dalam perkembangannya daulah Bani Abbasiyah dibagi menjadi lima


periode, periode pertama (750 – 847 M) dimana para khalifah memimpin penuh,
periode kedua (847-945 M) periode pengaruh turki, periode ketiga 945 – 1055 M)
dimasa ini bani Abbasiyah dibawah kekuasaan Bani Buwaihi, dan periode
keempat 1055-1194 M) ditandai dengan kekuasaan bani Saljuk atas Bani
Abbasiyah, periode kelima 1194-1258 M) mereka merdeka dan berkuasa hanya
disekitar baghdad.[13]Al-mansur dalam mengokohkan posisinya menjalin kerja
sama dengan kalangan persia, dan melengkapi struktur pemerintahannya dengan
cara membentuk tentara-tentara profesional yang direkrut dari orang-orang persia,
bukanlah orang arab, mengangkat mentri-mentri yang membawahi kepala-kepala
departemen, dan mengangkat Muhammad Ibnu Abdul Ar-rahmah menjadi hakim
tertinggi untuk memperbaiki sistem komunikasi antar wilayah dengan cara
menambah fungsi jawatan pos. Upaya itu dilanjutkan dengan menarik kembali
daerah-daerah yang melepaskan diri dari abbasiyah, diantaranya: benteng-benteng
di asia, kota malatia, coppadocia, dan cicilia, dan wilayah borporus. Dilanjutkan
oleh kekhalifahan selanjutnya Al-Mahdi, Al-Hadi, Al-Rashid, Al-Ma’mun, Al-
Mu’tasim, Al-Wathiq, Al-Mutawakkil. Al-Mahdi dalam peranannya dapat
mengembalikan perekonomian dengan car amemperbaiki pertanian dan
perdagangan, sedangkan dalam pemerintahan Harun Ar-Rashid dan putranya Al-
Ma’mun merupakan puncak kejayaan daulah abbasiyah dalam bidang sains,
kebudayaan, dan perekonomian. Dan didirikannya Baitu Al-Hikmah sebagai pusat
studi, perpustakaan, dan riset. Karena pengaruh orang-orang turki yang ingin
menguasai kekhalifahan maka khalifah Al-Mu’tadid sampai masa kekhalifahan
Al-Musta’sim ibu kota berpindah ke Baghdad. Tetapi karena mengalami
kemerosotan dalam politiknya pada akhirnya dapat di jatuhkan oleh tentara
Hulaqu dari Mongol pda tahun 1258 M.[14]

23
A. Pendidikan di Masa Daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah

1) Pendidikan di Masa Daulah Bani Umayyah

a. Ciri-Ciri Pendidikan Bani Umayyah

Ada ciri tersendiri didalam pendidikan khalifah Umayyah adalah sebagai


berikut:[15]

(1) Bersifat Arab

Ciri utama dari pendidikan islam pada masa ini bersifat arab dan islam tulen,
yang berartikan bahwasannya pengajaran masih didominasi oleh orang-orang
arab, sehingga pada periode ini pengajaran dilakukan dengan membentuk
halaqah-halaqah ilmiah yang diselenggarakan di masjid-masjid.

(2) Meneguhkan Dasar-dasar Agama Islam

Pada masa ini mereka menganggap bahwasannya islam adalah agama dan
negara, sehingga para khalifah-khalifah mengutus ulama ke seluruh negri dan
bersama tentara untuk menyiapkan dakwah islamiah, dan juga mereka
mengingatkan pada para gubernur-gubernur untuk berdakwah di daerahnya
masing-masing.

(3) Periotitas Pada Ilmu Naqliyah dan Bahasa

Pada masa ini pendidikan islam memperioritaskan pada ilmu-ilmu naqliyah


seperti: tafsir, hadist, dan fiqih, begitupun juga ilmu bahasa seperti: nahwu sastra,
dan bahasa arab.

(4) Menunjukkan Pada Bahan tertulis Sebagai Media Komunikasi

Pada zaman ini penulisan terbagi kepada lima bidang yaitu: penulisan surat,
penulis harta, penulis tentara, penulis polisi, dan penulis hakim.

(5) Membuka jalan pengajaran bahasa asing

24
Ini diakibatkan interaksi orang-orang islam yang semakin meluas kepada
negara-negara sekitar dan juga meluasnya kekuasaan islam sampai ke luar jazirah
arab. Di masa ini penyebaran islam sudah sampai pada afrika utara, dan cina yang
tidak menggunakan bahasa arab dalam kesehariannya, sehingga sangat dibutuhkan
penguasaan bahasa asing tersebut.

(6) Menggunakan Surau (Kuttab) dan masjid

Pada masa pemerintahan Al-Walid Bin Abdul Malik masjid Umawiyyah yang
didirikan ntara tahun 88-96 H merupakan universitas terbesar saat itu. Pada saat
ini didirikan masjid zaitunah di tunisisa yang dianggap sebagai universitas tertua
dan betahan sampai saat ini, pendirinya adalah Uqbah Bin Nafi’ yang menaklukan
Afrika Utara pada tahun 50 H.

b. Tujuan Pendidikan

Membentuk dan mengembangkan manusia dan insan kamil yang mana


bercirikan memiliki keberanian, daya tahan saat tertimpa musibah, menaati hak
dan kewajiban tetangga, mampu menjaga harga diri, kedermawanan, dan keramah
tamahan, penghormatan terhadap perempuan, dan pemenuhan janji.[16]

c. Pusat-Pusat Pendidikan Masa Umayyah

Pusat-pusat pendidikan pada masa ini tersebar di kota-kota besar seperti


makkah, madinah, basrah, kuffah, damsyik, palestina, dan fistat.

1) Madrasah Makkah

Sahabat yang pertama kali mengajar di daerah ini adalah Mu’ad Bin Jabal, dengan
mengajarkan Al-Qur’an, dan Fiqih pada masa Abdul Malik Bin Marwan.
Abdullah Bin Abbas hijrah ke makkah dan mengajar Tafsir, hadist, fiqih, dan
sastra.[17] Adapun murid-murid yang akan menggantikan beliau kelak adalah
Atak Bin bu Rabbah, Sufyan Bi nUyainah, Muslim Bin Khalid.[18]

2) Madrasah Madinah

25
Pada masa khulafaur rasyiddin dipimpin oleh Umar Bin Khattab, Ali Bin Abi
Thalib, Zaid Bin tsabit, dan Abdullah Bin Umar. Setelah ulama-ulama ini wafat
digantikan oleh murid-murid mereka. Diantaranya adalah Sa’ad Bin Musayyab,
Urwah Bin Al-Zubair Bin AL-Awwam.

3) Madrasah Bashrah

Ulama yang terkenal di Bashrah adalah Abu Musa AL Asy’ari seorang ahli
fiqih, hadist, dan qur’an. Sedangkan Anas Bin Malik termasyhur di hadist,
sedangkan dari kalangan guru yang terkenal di Bashrah adalah Hasan Al-Bashri,
dan Ibnu Sirin.

4) Madrasah Kufah

Ulama sahabat yang tinggal di kuffah ialah ali bin abi halib dan abdullah bin
mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan
sedangkan Abdullah bin Ma’ud sebagai guru agama. Ibnu Mas’ud adalah utusan
resmi khalifah Umar untuk menjadi guru agama di Kufah. Beliau adalah seorang
ahli tafsir.fiqih.dan banyak meriwayatkan hadist. Di antara murid-murid beliau
adalah alqamah.AL-Aswad.Masruq.al-harist bin qais dan amr bin syurahbil.
Madrasah ini pada perkembangan selanjutnya melahirkan Abu Hanifah. Salah
seorang pendiri mazhab ahli sunnah yang terkenal dengan penggunaan ra’yu
dalam berijtihad.

5) Madrasah Damsyik dan Palestina

Setelah negri Syam menjadi bagian dari negara islam dan penduduknya
banyak yang memeluk agama islam, khlaifah Umar Bin Khattab mengirimkan
tiga guru agama ke negri ini, yaitu Muadz Bin Jabal, Ubadah, dan Abu Darda’.

6) Pendidikan Masjid

Pendidikan ini adalah tempat pengembangan ilmu pengetahhuan yang bersifat


keagamaan. Terdapat dua tingkatan yaitu tingkatan rendah, dan tingkatan tinggi,
Al-qur’an, tafsir, hadist, fiqih, dan syariat islam.

26
7) Pendidikan Badi’ah

Tempat pembelajaran bahasa arab yang murni dan fasih. Istilah ini muncul
ketika Khalifah Abdul Malik Bin Marwan memprogramkan arabisasi maka
muncullah badi’ah, yaitu dusun Badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan
murni sesuai dengan kaidah bahasa arab tersebut.

8) Pendidikan Perpustakaan

Pemerintah Dinasti Umayyah mendirikan perpustakaan di Cordova pada


masa Al-Hakim Ibn Nasir.

9). Majelis Sastra

Majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai ilmu
pengetahuan, namun pada masa bani Umayyah pelaksanannya dipindahkan ke
istana dan dihadiri oleh orang-orang tertentu.[19]

10). Bamaristan

Rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat studi
kedokteran. Khalid Ibn Yazid menyediakan harta untuk para sarjana yunani yang
berada di mesir agar menterjemahkan seluruh buku-buku kimia dan kedokteran.
[20]

11). Madrasah Fistat (Mesir)

Setelah islam menyebar luas dan menjadi kuat di mesir, maka mesir menjadi
pusat ilmu-ilmu agama dengan ulamanya yang pertama kali mengajar di
madrasah-madrasah Fistat adalah Abdullan Bin Amr Bin Al-ash.

27
d. Materi atau bahan ajar

Diantara ilmu-ilmu yang berkembang pada masa ini adalah:[21]

1) Ilmu agama: Al-qur’an, hadist, dan fiqih. Proses pembuuan hadist terjadi saat
kekhalifahan Umar Bin Abdul Ajiz. Sedangkan ilmu fiqih berkembang pada
masa pemerintahan Bani Umayyah II.

2) Ilmu sejarah dan geografis: yaitu ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan nriwayat.

3) Ilmu bidang bahasa: Segala pembelajaran bahasa, nahwu dan shorof.

4) Bidang Filsafat: segala ilmu yang berasal dari asing seperti ilmu mantik, ilmu
kimia, astronomi, ilmu hitung, dan kedoketeran.

5) Perkembangan seni rupa, prestasi lukis yang gemilang, ditunjukkan dengan


“Arabesque” (dekorasi orang arab). Dengan motif tanaman, atau garis-garis.

6) Perkembangan Musik dan puisi yang terjadio ketika kekhalifahan Yazid, dia
mengundang penyanyi dan musisi guna memeriahkan pesta diistana.e.
Metode Pendidikan

Metode yang digunakan adalah metode rihlah, dimana dapat dibuktikan


ketika zaman Khalifah Umar Bin Abdul Aziz mengirimkan surat kepada ulama-
ulama yang lainnya untuk menuliskan dan mengumpulan hadist. Kemudian
terbagilah kelompok ulama dalam huum fiqih menjadi dua, yaitu aliran Al-Ra’yi
yang mengembangkan hukum islam dengan analogi, dan aliran Ahl Al-hadist
yang tidak akan berfatwa kecuali kalau tidak terdapat di dalam Al-qur’an dan Al-
hadist.[22]

28
2) Pendidikan Pada Masa Dinasti Abbasiyah

a. Ciri-Ciri Pendidikan Bani Abbasiyah

Adapun yang mencirikan pendidikan pada masa abbasiyah adalah bersifat


non arab, tetapi lebih mendapat sentuhan-sentuhan dari berbagai penjuru daerah-
daerah yang lainnya. Khususnya pada masa kekhalifahan Al-Ma’mun yaitu
konsep dasar kependidikan multikultural. Penerapan konsep ini di Bayt Al-
Hikmah bersifat eksternal dan umum.yaitu semua orang bebas berekspresi,
terbuka, toleransi, dan kesetaraan dalam mencari ilmu. Pada khususnya penerapan
sistem ini adalah dimaksudkan dengan kesetaraan dan kesederajatan atas setiap
peserta didik dalam pengajarannya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
[23]

1) Nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan setiap murid untuk belajar, memilih


materi pelajaran, guru, dan halaqah-halaqah yang diikuti

2) Murid-murid yang tidak mampu diberikan gaji dan dipenuhi setiap kebutuhan
dan fasilitasnya, sehingga membantu dalam penunjangan pembelajaran.

3) Hubungan yang harmonis bagi setiap guru, dan murid-murid.

b. Tujuan Pendidikan Masa Bani Abbasiyah

Tujuan pendiidkan pada masa itu tidak terlepas dari tujuan hakikat islam pada
umumnya, tetapi ada sedikit tujuan yang perlu untuk disesuaikan dengan keadaan
realita yang nyata. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:[24]

1) Tujuan keagamaan dan akhlak, dengan mendidik anak-anak untuk dapat


membaca, dan menghafal Al-qur’an agar merek selalu berpegang teguh pada
pedoman agama islam.

2) Tujuan kemasyarakatan. Para pemuda yang menuntut ilmu diharapkan dapat


mengubah masyarakat dan membawanya pada keadaan yang maju dan
makmur.

29
3) Cinta ilmu pengetahuan. Masyarakat pada zaman itu sangatlah gencar dalam
menuntut ilmu tanpa mengharapan dunia sebagai imbalan, dan semata-mata
hanya ingin memuaskan jiwa mereka dengan ilmu.

4) Tujuan kebendaan, menuntut ilmu ini tanpa disadari yang membawa mereka
kepada mendapatkan penghidupan yang layak, dan sebuah kekuasaan.Pusat-
Pusat Pendidikan Dinasti Abbasiyah

c. Lembaga pendidikan masa zaman Abbasiyah dapat dikategorikan sebagai


berikut:

1) Lembaga Pendidikan Sebelum Madrasah[25]

Pertama, Maktab atau Kuttab. Iinstitut pendidikan dasar yang mengajarkan


pelajaran khat, kaligrafi, al-qur’an, akidah, dan sya’ir. Kedua. Halaqah. Institut
pendidikan yang setingkat dengan pendidikan tingkat lanjutan dan collage. Ketiga.
Majelis adalah kegiatan transmisi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti
majelis al-hadist, majelis al-tadris, majelis al-munazharah, majelis al-muzakarah,
majelis al-syu’ara, majelis al-adab, majelis al-fatwa.[26] Keempat. masjid. Intitusi
pendidikan yang sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW dan dijadikan
sebagai tempat pemndidikan. Kelima. Khan. Sebagai asrama pelajar dan tempat
penyelenggaraan pengajaran agama. Keenam. Ribath. Adalah tempat para sufi
untuk mengasingkan diri dari kehidupan duniawi. Ketujuh rumah-rumah ulama.
Ulama yang tidak diberikan kesempatan mengajar di tempat formal akan
mengajar di rumah-rumah. Kedelapan toko buku dan perpustakaan. Kesembilan
observatorium dan rumah sakit sebagai tempat transmisi kedokteran.

2) Madrasah

Bayit Al-hikmah institusi pendidikan tinggi pertama yang dibangun pada 830
M oleh khalifah Al-Makmun. Dan juga dapat terbagi ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, sekolah rendah tempat belajar bagi anak-anak, seperti kuttab, materi
ajarnya: membaca alqur’an menulis, menghafal, berhitung, pokok-pokok nahwu
sharaf, dan pokok-pokok agama islam.[27]

30
d. Materi Pendidikan Abbasiyah

Untuk metode dan materi ajarnya adalah sperti yang sudah pernah dibahas di
halaman sebelumnya, yaitu kurikulum tingkat dasar, institusinya adalah kuttab,
dengan materi ajarnya membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prinsip
dasar matematika, pelajaran sya’ir, nahwu, materi menghafal, membaca, dan
menulis al-qur’an. Yang selanjutnya adalah kurikulum sedang, dan tinggi.
tingkatan menengah yaitu di masjid, dan majelis sastra, dan ilmu. Materinya
adalah: alqur’an, bahasa arab, fiqih, tafsir, hadist, nahwu, shorof, balaghah,
mantiq, falak, kedokteran, dan musik. Dan perguruan tinggi seperti baytul hikmah,
Darul ilmu. Yang terbagi kedalam dua kelompok, jurusan ilmu agama, dan jurusan
ilmu hikmah.[28]

e. Metode Pendiidkan Masa Abbasiyah

Metode pada masa ini dapat dikelompokkan kedalam tiga macam: lisan,
hafalan, dan tulisan. Metode tulisan berupa dikte imla’, metode cerama al-sama’,
metode qiroah biasanya digunakan untuk membaca. Lalu metode hafalan yang
merupakan ciri khas pada masa itu, dimana peserta didik membaca berulang-ulang
sampai di hafal dan dapat mengungkapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan metode tulisan dianggap sebagai metode paling penting karena
berguna sekali dalam proses penggandaan buku-buku dan kitab-kitab yang ketika
itu tidak terdapat mesin ketik. Disamping ketiga metode tersebut juga ditemukan
metode diskusi, munaqasah debat.[29]

Kontribusi Pendidikan Umayyah dan Abbasiyah Pada Pendidikan Modern

1. Daulah Umayyah

Pada bidang keilmuan daulah Bani Umayyah mengawalinya dengan memulai


kebijakan strategis. Diaman kekhalifahan Abdul Malik Bin Marwan berhasil
melakukan penertiban administrasi dengan penggunaan bahasa arab sebagai
bahasa resminya. Sehingga menjadikannya sebagai bahasa resmi pemerintahan

31
dan kenegaraan diseluruh wilayah islam yang membentang dari pegunungan
Thian Shan, sampai pegunungan Pyrenees, dan bahkan pernah menjadi bahasa
pengantar ilmiah resmi di dunia sampai zaman renaisance. Sehingga banyak ilmu-
ilmu yang diterjemahkan kedalam bahasa arab yang mana dapat dipelajari oleh
orang-orang di seluruh dunia, dan bahkan bahasa arab tetap dikenal luas di zaman
modernn ini.[30]

2. Daulah Abbasiyah

Kebangkitan dibidang pendidikan pada masa ini telah banyak diusahakan


oleh para khalifah terdahulu, dengan membangun dan mendirikan tempat tempat
belajar, dan lembaga-lembaga pendidikan, sehingga membuat umat islam berhasil
melakukan sebuah akselerasi dari peradaban yang ada.

Pada masa permulaan perkembangan kekuasaan, islam telah memberikan


kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas),
kompas, gunpowder, penemuan alat cetak (movable types) di tiongkok pada
penghujung abad ke 18 M. Dan gerakan penerjemahan yang banyak dilakukan
oleh para ulama seperti: Al-Biruni (fisika), Jabir bin Hayyan (kimia), Al-
Khawarizm (Algorism), Al-kindi (filsaft), Al-farazi, Al-fargani, Al-Bitruji
(Astronomi), Abu Ali Al-hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik, Ibnu
Sina (Ilmu Kedokteran Modern), Ibnu Rusyd (Filsafat), dan Ibnu Khaldun
(Sejarah, sosiologi). Begitulah bagaimana kontribusi dunia islam pada peradaban
dunia modern tak dapat terbantahkan, dan sangat dirasakan oleh orang-orang
eropa yang mendorong merekak untuk segera melepaskan diri dari masa
kegelapan menuju masa renaisance.[31]

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Pemikiran pendidikan islam bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah,

 Dalam periode masa mekkah ciri-ciri pokok pembinaan islam adalah


pendidikan tauhid, pendidikan keagamaan dan akhlak yang mengesakan
Allah tiada tuhan selain Allah karena pada waktu itu bangsa Arab banyak
yang menyembah berhala.

 Sedangkan pada periode Madinah ciri pokok pendidikan islam dapat


dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik.

 Metode pendidikan yang diharapkan oleh nabi antara lain melalui


keteladanan, pembiasaan, nasihat dan cerita.

 Ajaran Islam sangat menghargai amal saleh manusia dan mendorong


manusia untuk berkreatifitas positif agar memperoleh ilmu pengetahuan.
Dengan Ilmu pengetahuan, manusia memiliki bekal dalam hidup didunia
dan diakherat.

Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang
diterapkan pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan
kesehatan ) maupun dari segi lembaganya ( kuttab )

Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih
meningkatdiman apada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru-guru dan
digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.

Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan
sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi
sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain.

Pola pendidikan Islam pada.

33
1) Sejarah Dinasti Umayyah dan Abbasiyah

Dinasti Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun. Sedangkan ibu kota


dipindahkan oleh Muawiyyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
sebagai gubernur.

Para khalifah-khalifah yang memimpin diantaranya adalah sebagai berikut:


Muawiyyah I Bin Abi Sufyan 41-61 H, Yazid I 61-64 H, Muawiyyah II 64-65 H,
Marwan I Bin Hakam 65-66 H, Abdul Malik 66-86 H, Al-Walid I 86-97 H,
Sulaiman 97-99 H, Umar II (Umar Bin Abdil Aziz) 99-102 H, Yazid II 102-106 H,
Hisyam 106-126 H, Al-Walid II 126-127 H, Yazid III 127 H, Ibrahim 127 H, dan
Marwan II 127-133 H. Penyebaran islam pada masa ini adalah sangatlah luas
menindak lanjuti penyebaran agama yang di mulai dari zaman kekhalifahan
Khulafaur Ar-Rasyiddin, dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: Afrika Utara,
Jazirah Arab, Syiria, Palestina, Anaolia, Irak, Persia, Afghanistan, India, dan
negeri-negeri yang sekarang dinamakan dengan Turkmenistan, Uzbekistan, dan
kirgiztan.

Sedangkan dinasti Abbasiyah Abu Jafar Al-Mansur, dialah yang dianggap


sebagai pendiri Bani Abbasiah. Pada masa pemerintahannya ibu kota Abbasiyah
dipindah dari Kuffah ke Baghdad. . Dilanjutkan oleh kekhalifahan selanjutnya Al-
Mahdi, Al-Hadi, Al-Rashid, Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, Al-Wathiq, Al-
Mutawakkil. Al-Mahdi dalam peranannya dapat mengembalikan perekonomian
dengan car amemperbaiki pertanian dan perdagangan, sedangkan dalam
pemerintahan Harun Ar-Rashid dan putranya Al-Ma’mun merupakan puncak
kejayaan daulah abbasiyah dalam bidang sains, kebudayaan, dan perekonomian.
Dan didirikannya Baitu Al-Hikmah sebagai pusat studi, perpustakaan, dan riset.
Karena pengaruh orang-orang turki yang ingin menguasai kekhalifahan maka
khalifah Al-Mu’tadid sampai masa kekhalifahan Al-Musta’sim ibu kota berpindah
ke Baghdad.

2) Pendidikan di Masa Umayyah dan Abbasiyah


34
Pendidikan pada masa Umayyah tersebar di kota-kota besar seperti makkah,
madinah, basrah, kuffah, damsyik, palestina, dan fistat. Diantara ilmu-ilmu yang
berkembang pada masa ini adalah: Ilmu agama: Al-qur’an, hadist, dan fiqih.
Proses pembuuan hadist, dan fiqih. Ilmu sejarah dan geografis: yaitu ilmu yang
membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan nriwayat. Ilmu bidang bahasa:
Segala pembelajaran bahasa, nahwu dan shorof. Bidang Filsafat: segala ilmu yang
berasal dari asing seperti ilmu mantik, ilmu kimia, astronomi, ilmu hitung, dan
kedoketeran. Perkembangan seni rupa, prestasi lukis yang gemilang.
Perkembangan Musik dan puisi.

Pendidikan pada masa Abbasiyah pendidikan terbagi dalam tingkat dasar,


institusinya adalah kuttab, dengan materi ajarnya membaca, menulis, tata bahasa,
hadist, prinsip-prinsip dasar matematika, pelajaran sya’ir, nahwu, materi
menghafal, membaca, dan menulis al-qur’an. Yang selanjutnya adalah kurikulum
sedang, dan tinggi. tingkatan menengah yaitu di masjid, dan majelis sastra, dan
ilmu. Materinya adalah: alqur’an, bahasa arab, fiqih, tafsir, hadist, nahwu, shorof,
balaghah, mantiq, falak, kedokteran, dan musik. Dan perguruan tinggi seperti
baytul hikmah, Darul ilmu. Yang terbagi kedalam dua kelompok, jurusan ilmu
agama, dan jurusan ilmu hikmah.Kontribusi keduanya di zaman modern

Pada bidang keilmuan daulah Bani Umayyah mengawalinya dengan memulai


kebijakan strategis dengan penggunaan bahasa arab sebagai bahasa resminya.
Sehingga banyak ilmu-ilmu yang diterjemahkan kedalam bahasa arab yang mana
dapat dipelajari oleh orang-orang di seluruh dunia, sedangkan masa Abbasiyah,
permulaan perkembangan kekuasaan, islam telah memberikan kontribusi kepada
dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), kompas, gunpowder,
penemuan alat cetak (movable types) di tiongkok pada penghujung abad ke 18 M.
Dan gerakan penerjemahan yang banyak dilakukan oleh para ulama masa khalifah
Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali
yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.

35
B. Saran
Penyusun makalah ini hanya manusia yang dangkal ilmunya, Maka dari itu
penyusun menyarankan agar para pembaca yang ingin mendalami ilmu tentang
sejarah pendidikan Islam pada masa Pembinaan diharapkanmembaca sumber-
sumber lain yang lebih komplit, tidak hanya sebatas membaca makalah ini saja.

36
DAFTAR PUSTAKA

[1]Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Al-


Husna, 1992 hal 120

[2]Al-Qur’an Terjemahan

[3] Al-Qur’an dan Terjemah Q.S. Al-Alaq: 1-5

[4] Al-Qur’an dan Terjemah, QS Al Hijr 94

[5]Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1992. Hal 6

[6]Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,
2008. Hal 38

[7]http://sejarah pendidikan islam,Mudzakir Fauzi.com

[8] http://sejarah pendidikan islam,Mudzakir Fauzi.com

[9]Misbah Ma’ruf, Sejarah Peradaban Islam, CV Wicaksana, Semarang;1993 Hal


28-29.

Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 1997
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
Antonio, Syafi’I, Ensiklopedi Peradadan Islam Damaskus, (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012).
Anwar, A. Masrul. “Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada
Masa Bani Umayyah”. Jurnal Tarbiyah. V,1. No: 1 2015.

37
.Jabir, Muh. “Dinasti Umayyah di Suriah”. Jurnal Hunafa. V,4. No.3. (September
2007).
Masrul Anwar, Ahmad. “Pertumbuhan Dan Perkembangan Pendidikan Islam pada
Masa Bani Ummayah”. Jurnal Tarbiyah. V,1. No: 1 2015.
Nashir, Muhammad. “Dakwah islam Masa Abbasiyah”. Jurnal Komunikasi
Islam.ISBN 2088-6314. V, 2. No.2. (Desember 2002).
Serli Mahroes. “Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Prespektif Sejarah
Pendidikan islam”. Jurnal Tarbiyah Vol,1. No: 12015.
Wahyuningsih ,Sri. “Implementasi Sistem Pendidikan Islam Pada masa Daulah
Abbasiyah dan Pada Masa Sekarang”. Jurnal Kependidikan. Vol.II. No: 2. 11.
2014.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).
Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Cet Ke Tujuh. (Jakarta: Bumi Aksara.
2004)..

38

Anda mungkin juga menyukai