Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GAYA KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh : Cici Sri Rahmawati

Melisa Agustin

Selly Febriani

Novita Quraesyn

Jurusan : Office Management 2

Dosen Pengajar : Mr. Koski


Mata Kuliah : Management Principle
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami semua , sehingga kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai.

Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
yang memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta , 24 Januari 2018

Penulis
Daftar Isi

I. Kata Pengantar ………………………………………………. 2

II. Daftar isi ……………………………………………………... 3

III. BAB I Pendahuluan..…………………………………….…...4

IV. BAB II Pembahasan ………………………………………….. 5

V. BAB III Isi ……………………………………………………. 6

VI. BAB IV ……………………………………………………… 16

VII. Daftar Pustaka ………………………………………………. 17


BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang
penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat
individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang
diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin
haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk
bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya. Perilaku individu berbeda
satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi
individu tersebut untuk berprilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola
menindaklanjuti stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang
bersifat positif dan negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga berhubungan
dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan oleh
Douglas McGregor dalam buku The Human Side of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y.
Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X
mengasumsikan individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif.
Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan
seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah
kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara
yang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut. Gaya
kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku pada saat seseorang
mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya. Pemimpin dapat memimpin
dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh
pegawai/ karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin dengan
baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menjelaskan kesesuaian gaya kepemimpinan dengan perilaku individu dalam suatu
organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan


1. Holistik Atau Humanis
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-
aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk
melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.
Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana)
menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan (goals/incentives/pupose),
yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi
yang menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri
individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun yang bersumber dari luar individu
(motivasi ekstrinsik)
2. Motivasi Individu
Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan
mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-
Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi
mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah
aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.
3. Bentuk Perilaku Individu
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut
teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego,
dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-
bentuk perilaku manusia yang kompleks.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah
untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel.
Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini,
sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi
terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana
dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek, perilaku
otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya.
BAB III
ISI

GAYA KEPEMIMPINAN

Tiap pemimpin tentu punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam memimpin tim nya.
Banyak yang berpikir bahwa pemimpin demokratis lebih baik dari pada pemimpin yang
otoriter.Padahal, tidak ada gaya memimpin yang baik atau pun buruk. Tiap gaya kepemimpinan
akan menjadi baik jika dihadapkan pada situasi yang sesuai.

A. DEFINISI GAYA KEPEMIMPINAN


Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang sangat penting yang
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi. Herujito (2005:7) menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan adalah (leadership styles) merupakan cara yang diambil seseorang
dalam rangka mempraktekkan kepemimpinanannya. Gaya kepemimpinan bukan suatu bakat,
sehingga dapat dipelajari dan dipraktekkan dan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan
situasi yang dihadapi.
Pakar kepemimpinan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan perilaku
pimpinan terhadap pengikutnya, atau cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
para pengikutnya (Trimo, 2005:9). Sementara itu Hersey (2002:3) mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola-pola perilaku konsisten yang diterapkan dalam bekerja. Lebih lanjut
Suradinata (2007:4) menyatakan bahwa untuk mengetahui lebih dalam tentang gaya
kepemimpinan, maka terlebih dahulu harus diketahui perbedaan antara pemimpin dan
kepemimpinan. Pemimpin adalah orang yang memimpin suatu kelompok (dua orang atau lebih),
baik pada suatu organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan
seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran, perasaan atau
tingkah laku orang lain, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Secara
konseptual Siagian (2005:11) menyatakan mengenai adanya tiga penekanan gaya kepemimpinan
dalam mengelola suatu organisasi, yaitu :
1) Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang situasional dalam menerapkan
berbagai macam gaya kepemimpinan seperti gaya otokratik, paternalistik, laissez faire,
demokratik dan kharismatik.
2) Gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh tingkat kedewasaan atau kematangan
para anggota organisasi
3) Peranan apa yang diharapkan dapat dimainkan oleh para pemimpin dalam organisasi.
Sementara itu pengertian kepemimpinan telah di ekspolarasi oleh beberapa pakar.
Pengertian Kepemimpinan ada beberapa pendapat pakar Tannebaum (2000:2) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung
melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu dan Rauch &
Behling (2003:1) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. Herujito (2005:6)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni kemampuan mempengaruhi perilaku manusia
dan kemampuan untuk mengendalikan orang orang dalam organisasi agar perilaku mereka
sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan. Gibson (2006:8) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah merupakan suatu upaya jenis pengaruh tetapi bukan berupa paksaan
(concorsive) untuk memotivasi kerja orang-orang mencapai tujuan tertentu. Sementara itu
Terry (2001:13) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang
lain agar mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok, dan seni untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan kemampuan membimbing orang. Lebih lanjut menurut Chemers
dalam Terry (2001:13) pemimpin adalah orang yang menciptakan perubahan yang paling
efektif dalam kinerja kelompoknya. Glenn (2002:14) lebih cenderung melihat kepemimpinan
dari segi kualitas, kepemimpinan yang berkualitas adalah kemampuan atau seni memimpin
orang biasa untuk mencapai hasil-hasil yang luar biasa.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan


4. Holistik Atau Humanis
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-
aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk
melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.
Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana)
menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan (goals/incentives/pupose),
yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi
yang menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri
individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun yang bersumber dari luar individu
(motivasi ekstrinsik)
5. Motivasi Individu
Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan
mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-
Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi
mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah
aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.
6. Bentuk Perilaku Individu
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut
teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego,
dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-
bentuk perilaku manusia yang kompleks.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah
untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel.
Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini,
sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi
terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana
dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek, perilaku
otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya.

C. MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN

1. Gaya Kepemimpinanan Otoriter


Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan.
Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat
terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana,
kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:

• Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin


• Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;
• Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;
• Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan
secara ketat;
• Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat;
• Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan
tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan otoriter sbb:

 Kelebihan : keputusan akan mudah diambil karena kekuasaan berada ditangan rakya,
pemimpin yang otoriter tegas, sehingga kalau ada bawahan yang salah maka tak segan-
segan akan di berikan sanksi, dan dalam pemerintahannya mudah untuk diawasi.
 Kekurangan : suasana kaku karena kekuasaaan monoton ditangan pemimpin, bawahan
akan merasa tertekan dan kreaktifitas bawahan munim, mudah melahirkan kubu oposisi
karena dominasi pemimpin yang berlebihan, pengawasan dari pemimpin hanya bersifat
mengintrol, apakah perintahnya sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Tipe kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin otoriter. Disini pemimpin ikut
berbaur dan berada ditengah-tengah anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah kaku
seperti majikan dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri. Pemimpin selalu
memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan kelompok dalam
mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau menerima masukan dan saran dari bawahannya.
Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah,
kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin
kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :


a.Wewenang pemimpin tidak mutlak;
b.Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;
c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;
d.Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan
maupun sesama bawahan
e.Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara wajar;
f. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
g. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat;
Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada intruksi;
h.Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling
menghormati.

Kelebihan :

 Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku


 Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa
dihargai dan dibutuhkan peranannya
 Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan saran
 Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan kemampuan
terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
 Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
 Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan

Kelemahan :

 Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara


musyawarah
 Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas berbeda
 Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan


memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan
Coulter, 2002, p. 460).
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama
sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:
• Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan
hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;
• Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau
penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai
dorongan;
• Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak
cukup baik;
• Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah,
dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan pendapatannya.

Kelebihan :

 Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan memiliki
inisiatif
 Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
 Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas

Kelemahan :

 Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada kontrol
 Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
 Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang tepat
dan dedikasi tinggi

4. Gaya Kepemimpinan Situasional

Pada dasarnya, konsepsi gaya kepemimpinan situasional menekankan kepada perilaku pimpinan
dengan bawahan (followers) saja, yang dihubungkan dengan tingkat kematangan dan kesiapan
bawahannya. Kematangan (maturity) dalam hal ini diartikan sebagai kemauan dan kemampuan
dari bawahan (followers) untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilaku sendiri.
Gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai dengan kehendak dari suatu
lingkungan tertentu. Gaya inidapat pula dinamakan keluwesan (fleksibility) gaya, karena dengan
mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan dengan lingkungan tertentu. Dengan demikian,
seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya (style range) yang sempit dapat efektif
sepanjang periode waktu tertentu asalkan pemimpin tersebut tetap berada pada situasi yang
memunkinkan sehingga gayanya mempunyai kemungkinan untuk sukses yang besar. Sebaliknya
,seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya yang besar, bisa tidak efektif kalau gaya
perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan situasional.

Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2003:317) adalah
didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut ini:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan.
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan
tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.

Konsepsi ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian,
walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang penting lainnya seperti: organisasi,
tugas-tugas pekerjaan, pengawas dan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam kepemimpinan
situasional ini hanyalah pada perilaku pemimpin dan bawahannya saja.

Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional.
Intinya bahwa pendekatan situasional menyarankan bahwa perilaku pemimpin yang efektif
harus:
1. Selalu memperhatikan situasi yang dihadapi.
2. Memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

KEPEMIMPINAN SITUASIONAL adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan


saling mempengaruhi antara;

1. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas)


2. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (prilaku hubungan)
3. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau
tujuan tertentu (kematangan bawahan).

Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan Situasional, perlu bagi kita
mempertemukan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat
kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah:

1. Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu.


2. Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.

Terdapat 4 gaya kepemimpinan yaitu:

1. Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin, Menetapkan (TELLING-DIRECTING)


2. Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk (SELLING-COACHING)
3. Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama (PARTICIPATING-
SUPPORTING)
4. Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi, Penyelesaian (DELEGATING)

Dari penjelasan di atas konsep KEPEMIMPINAN SITUASIONAL dapat digambarkan dalam


table berikut:

Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas antara level kematangan
orang-orang dan atau kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling
tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational
memAndang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk
memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka,
perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas
tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan
bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat
kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1.Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya kepemimpinan yang
diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu
dengan memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.

2.Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk menghadapi bawahan seperti ini
maka gaya yang diterapkan adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan,
Memperjelas, Membujuk.

3.Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya pemimpin yang tepat
untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan
untuk mengambil keputusan.

4.Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah
Delegating, mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan system control yang baik.

Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh kematangan orang yang kita pimpin
supaya tenaga kepemimpinan kita efektif dan juga pencapaian hasil optimal.

Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena
dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam
menerapkan gaya kepemimpinan.

Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan juga tidak akan ada tanpa
pemimpin. Kedua komponen dalam organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba melepar idenya tentang
kepemimpinan situasional yang sangat praktis untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu
masih banyak teori kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan Blanchard,
orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup hanya pintar dari segi kognitif saja
tetapi lebih dari itu juga harus matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau
mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun kemauan/kesediaannya.

Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan
dapat memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman sekarang banyak pemimpin
yang suka main kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan
itupun karena ada motif tertentu seperti nepotisme.***

Ada empat tipe kepemimpinan :

1. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai
instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi 1 arah, pemimpin memberikan
batasan peranan penngikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana melaksankan berbagai tugas.
Kelebihan :

 Pemimpin memiliki sifat yang tegas dan cepat


 Pemimpin memberikan pengarahan yang jelas untuk melaksanakan tugas

Kekurangan :

 Bawahan cenderung bersifat pasif karena keputusan diambil sepenuhnya oleh pemimpin
 Bawahan merasa diawasi dengan ketat dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat
menimbulkan ketakutan apabila melakukan kesalahan

2. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai konsultasi
karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan
masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan
komunikasi dua arah, dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut
tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.

Kelebihan :

 Dalam pengambilan keputusan, bawahan masih turut terlibat


 Suasana harmonis dan nyaman antara pemimpin dengan bawahan
 Pemimpin memiliki kendali dalam pengawasan tugas sehingga bawahan tidak bisa
seenaknya

Kekurangan :

 Pengambilan keputusan tidak bisa dilangsungkan dengan cepat

3. Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai partisipasi,
karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Dengan penggunaan gaya tiga ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide
dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan
peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.

Kelebihan :

 Bawahan turut serta dalam pengambilan keputusan


 Pemimpin bersifat terbuka dalam pelaksanaan tugas

Kelemahan :

 Kontrol dalam pemecahan masalah dilakukan secara bergantian sehingga dapat


menimbulkan ketidakcocokan pendapat.

4. Perilaku pemimpin yang rendah pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai
delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan
sehingga tercapai kesepakatan mengenai visi misi masalah yang kemudian proses
pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.

Kelebihan :

 Bawahan akan memiliki kreatifitas tinggi dalam pengembangan tugas, karena pemimpin
telah memberikan hak penuh dalam pelaksanaanya
 Bawahan akan memiliki rasa percaya tinggi tinggi karena dipercaya mengambil
keputusan sendiri
 Bawahan akan memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas

Kelemahan :

 Bawahan akan merasa terbebani apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku
pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya.
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu
dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa
memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa
menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id,
ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-
bentuk perilaku manusia yang kompleks.

B. SARAN
1. Untuk meningkatkan kinerja pemimpin harus berupaya seefektif mungkin
mengoptimalkan gaya kepemimpinan demokrasi. Karena semakin efektifnya gaya
kepemimpinan demokrasi akan meningkatkan kinerja.
2. Pemimpin harus meningkatkan komunikasi, sehingga hubungan dengan bawahan
terjalin dengan baik. Dengan semakin baiknya hubungan dengan karyawan secara
otomatis akan meningkatkan kinerja.
3. Pemimpin harus berupaya untuk memberikan pengertian tentang hasil yang didapat
dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga bawahan akan berusaha untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com/document/d/1O5c_RdTwN2knk6J2oDCN-
oNj6BSoxP3nksGWpr4Rxvo/edit?pli=1

http://farizsasongko.blogspot.com/2014/01/pengertian-kepemimpinan-tipe-dan-gaya.html

https://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-
kepemimpinan/

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5309/fproses_certod.htm

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/2399

http://leadhership.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai