Makalah MR Koski
Makalah MR Koski
GAYA KEPEMIMPINAN
Melisa Agustin
Selly Febriani
Novita Quraesyn
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami semua , sehingga kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
yang memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang
penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat
individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang
diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin
haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk
bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya. Perilaku individu berbeda
satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi
individu tersebut untuk berprilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola
menindaklanjuti stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang
bersifat positif dan negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga berhubungan
dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan oleh
Douglas McGregor dalam buku The Human Side of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y.
Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X
mengasumsikan individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif.
Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan
seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah
kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara
yang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut. Gaya
kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku pada saat seseorang
mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya. Pemimpin dapat memimpin
dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh
pegawai/ karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin dengan
baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menjelaskan kesesuaian gaya kepemimpinan dengan perilaku individu dalam suatu
organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
GAYA KEPEMIMPINAN
Tiap pemimpin tentu punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam memimpin tim nya.
Banyak yang berpikir bahwa pemimpin demokratis lebih baik dari pada pemimpin yang
otoriter.Padahal, tidak ada gaya memimpin yang baik atau pun buruk. Tiap gaya kepemimpinan
akan menjadi baik jika dihadapkan pada situasi yang sesuai.
Kelebihan : keputusan akan mudah diambil karena kekuasaan berada ditangan rakya,
pemimpin yang otoriter tegas, sehingga kalau ada bawahan yang salah maka tak segan-
segan akan di berikan sanksi, dan dalam pemerintahannya mudah untuk diawasi.
Kekurangan : suasana kaku karena kekuasaaan monoton ditangan pemimpin, bawahan
akan merasa tertekan dan kreaktifitas bawahan munim, mudah melahirkan kubu oposisi
karena dominasi pemimpin yang berlebihan, pengawasan dari pemimpin hanya bersifat
mengintrol, apakah perintahnya sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
Kelebihan :
Kelemahan :
Kelebihan :
Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan memiliki
inisiatif
Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
Kelemahan :
Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada kontrol
Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang tepat
dan dedikasi tinggi
Pada dasarnya, konsepsi gaya kepemimpinan situasional menekankan kepada perilaku pimpinan
dengan bawahan (followers) saja, yang dihubungkan dengan tingkat kematangan dan kesiapan
bawahannya. Kematangan (maturity) dalam hal ini diartikan sebagai kemauan dan kemampuan
dari bawahan (followers) untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilaku sendiri.
Gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai dengan kehendak dari suatu
lingkungan tertentu. Gaya inidapat pula dinamakan keluwesan (fleksibility) gaya, karena dengan
mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan dengan lingkungan tertentu. Dengan demikian,
seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya (style range) yang sempit dapat efektif
sepanjang periode waktu tertentu asalkan pemimpin tersebut tetap berada pada situasi yang
memunkinkan sehingga gayanya mempunyai kemungkinan untuk sukses yang besar. Sebaliknya
,seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya yang besar, bisa tidak efektif kalau gaya
perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan situasional.
Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2003:317) adalah
didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut ini:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan.
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan
tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.
Konsepsi ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian,
walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang penting lainnya seperti: organisasi,
tugas-tugas pekerjaan, pengawas dan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam kepemimpinan
situasional ini hanyalah pada perilaku pemimpin dan bawahannya saja.
Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional.
Intinya bahwa pendekatan situasional menyarankan bahwa perilaku pemimpin yang efektif
harus:
1. Selalu memperhatikan situasi yang dihadapi.
2. Memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan Situasional, perlu bagi kita
mempertemukan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat
kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah:
Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas antara level kematangan
orang-orang dan atau kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling
tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational
memAndang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk
memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka,
perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas
tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan
bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat
kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya kepemimpinan yang
diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu
dengan memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.
2.Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk menghadapi bawahan seperti ini
maka gaya yang diterapkan adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan,
Memperjelas, Membujuk.
3.Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya pemimpin yang tepat
untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan
untuk mengambil keputusan.
4.Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah
Delegating, mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan system control yang baik.
Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh kematangan orang yang kita pimpin
supaya tenaga kepemimpinan kita efektif dan juga pencapaian hasil optimal.
Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena
dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam
menerapkan gaya kepemimpinan.
Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan juga tidak akan ada tanpa
pemimpin. Kedua komponen dalam organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba melepar idenya tentang
kepemimpinan situasional yang sangat praktis untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu
masih banyak teori kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan Blanchard,
orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup hanya pintar dari segi kognitif saja
tetapi lebih dari itu juga harus matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau
mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun kemauan/kesediaannya.
Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan
dapat memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman sekarang banyak pemimpin
yang suka main kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan
itupun karena ada motif tertentu seperti nepotisme.***
1. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai
instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi 1 arah, pemimpin memberikan
batasan peranan penngikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana melaksankan berbagai tugas.
Kelebihan :
Kekurangan :
Bawahan cenderung bersifat pasif karena keputusan diambil sepenuhnya oleh pemimpin
Bawahan merasa diawasi dengan ketat dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat
menimbulkan ketakutan apabila melakukan kesalahan
2. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai konsultasi
karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan
masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan
komunikasi dua arah, dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut
tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
Kelebihan :
Kekurangan :
3. Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai partisipasi,
karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Dengan penggunaan gaya tiga ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide
dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan
peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.
Kelebihan :
Kelemahan :
4. Perilaku pemimpin yang rendah pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai
delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan
sehingga tercapai kesepakatan mengenai visi misi masalah yang kemudian proses
pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Kelebihan :
Bawahan akan memiliki kreatifitas tinggi dalam pengembangan tugas, karena pemimpin
telah memberikan hak penuh dalam pelaksanaanya
Bawahan akan memiliki rasa percaya tinggi tinggi karena dipercaya mengambil
keputusan sendiri
Bawahan akan memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas
Kelemahan :
Bawahan akan merasa terbebani apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku
pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya.
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu
dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa
memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa
menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id,
ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-
bentuk perilaku manusia yang kompleks.
B. SARAN
1. Untuk meningkatkan kinerja pemimpin harus berupaya seefektif mungkin
mengoptimalkan gaya kepemimpinan demokrasi. Karena semakin efektifnya gaya
kepemimpinan demokrasi akan meningkatkan kinerja.
2. Pemimpin harus meningkatkan komunikasi, sehingga hubungan dengan bawahan
terjalin dengan baik. Dengan semakin baiknya hubungan dengan karyawan secara
otomatis akan meningkatkan kinerja.
3. Pemimpin harus berupaya untuk memberikan pengertian tentang hasil yang didapat
dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga bawahan akan berusaha untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com/document/d/1O5c_RdTwN2knk6J2oDCN-
oNj6BSoxP3nksGWpr4Rxvo/edit?pli=1
http://farizsasongko.blogspot.com/2014/01/pengertian-kepemimpinan-tipe-dan-gaya.html
https://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-
kepemimpinan/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5309/fproses_certod.htm
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/2399
http://leadhership.blogspot.com/