Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi Diare

Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih

dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan

atau lendir. (Riskesdas 2013)Diare merupakan salah satu penyakit yang berulang

ulang buang air besar yang sifatnya encer. Ia sering pula disebut

sebagaimencret,atau dalam bahasa Mandar “ titeres “. Istilah diare berasal dari

bahasa yunani “diarrea “ yang berarti mengalir melalui (Andi,2014).

Diare atau mencret dapat juga didefinisikan sebagai buang air besar dengan

feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih

dari 3 kali dalam 24 jam.Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut

sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka

digolongkan pada Diare Kronik Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir,darah,

atau pus (Umar ,2004).

Menurut Marcelus, (2006) diare akut adalah diare yang berlangsung kurang

dari 15 hari sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15

hari. Diare infektif bila penyebab diare tersebut adalah akibat terjadinya suatu

infeks, sedangkan diare non infektif bila infeksi tidak ditemukan pada kasus diare

tersebut.
7
8

Diare organik adalah diare bila ditemukan penyebab anatomik,

bakteriologik, hormonal atau toksikologi. Diare fungsional bila tidak dapat

ditemukan penyebab diare organik (Marcelus, 2006).

2. Etiologi diare

Menurut Behrman (2009) agen penyebeb diare bergantung pada sifat

epidemiologi dan letak lokasi geografisnya. Pada anak di daerah berkembang,

akan terjadi infeksi dengan berbagai kelompok patogen bakteri dan parasit,

sedangkan pada anak di dareah negara maju akan mendapat rota virus dan

enterogen virus lainnya.

Menurut Depkes (2011) etiologi diare secara klinis dapat dikelompokkan

dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi

parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.

Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare

yang disebabkan infeksi dan keracunan. Sedangkan menurut Mary (2005) etiologi

diare di bagi berdasarkan :

a. Diare akut

1) Rotavirus merupakan penyebab diare non bakteri(gastroenteritis)

yang paling sering.

2) Bakteri penyebab diare akut antara lai organisme Eschericia cili,

Salmonela dan Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile

dapat diberikan terapi antibiotik.


9

3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (mis. Infeksi traktus

urinarius dan pernafasan atas), pemberian makanan yang

berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, irritable bowel

syndrom, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.

b. Diare Kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab

berikut ini:

1) Sindrom malabsorpsi

2) Defek anatomis

3) Reaksi alergik

4) Intoleransi laktosa

5) Respon inflamasi

6) Imunodefisien

7) Gangguan motilitas

8) Gangguan endokrin

9) Parasit

10) Diare nonspesifik kronis

c. Faktor predisposisi diare antara lain usia yang masih kecil, malnutrisi,

penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi,

sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan

yang tidak tepat (Mary,2005).


10

3. Patofisiologi Diare

Diare pada dasarnya terjadi bila adanya gangguan transport

terhadap air dan elektrolit pada saluran pencernaan. Mekanisme terjadinya

gangguan tersebut terdapat lima kemungkinan, yaitu :

a. Osmolaritas intra luminer yang meningkat (diare osmotik)

b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretorik)

c. Absorbsi elektrolit berkurang

d. Motilitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) ayau waktu transit

yang pendek

e. Sekresi eksudat (diare eksudat) (agus, 2009).

Maka dari patofisiologi diare diatas maka patofisiologi diare dapat di

kelompokkan menjadi :

a. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap

meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari

plasma sehingga terjadi diare. tekanan osmotik intralumen dari usus

halus meningkat yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia

yang yang hiperosmotik (a.l. MgSO4, Mg(OH)2), malabsorbsi

umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi

disararidase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa (Marcelus,2006).

b. Diare sekretorik terjadi bila gangguan transport elektrolit baik

absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini

dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri dan beberapa

hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide


11

(VIP) (agus,2009). Adanya gejala yang khas pada diare ini adalah

secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak

sekali.

Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa

makan/minum. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare

tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi

micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier hati

(Marcelus,2006).

c. Diare eksudat, inflamasi yang terjadi akan mengakibatkan kerusakan

mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasat

dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti

gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau

akibat radiasi (Umar, 2004) .

4. Klasifikasi diare

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:

a. Menurut lamanya diare : diare akut dan diare kronis

b. Menurut mekanisme patofisiologik: Diare sekretorik atau osmotik

dan lain-lain

c. Berat ringannya gejala diare : diare kecil dan besar

d. Disebabkan infeksi atau tidak : diare infektif dan non infektif

e. Penyebab organik atau tidak : diare organik atau fungsisional

(Marcellus,2006).
12

5. Gejala Klinis

Diare terjadi dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 15 hari

disertai dengan demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat

disertai dehidrasi. Muntah-muntah hampir selalu disertai diare akut

(Festi,2012). Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak,

diare air, sering berhubungan dengan malabsorbsi dan dehidrasi sering

terjadi (marcellus,2006).

Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja

yang berjumlah kecil tetapi sering, berjumlah darah dan ada rasa ingin

buang air kebelakang (marcellus,2006).

Pasien dengan diare akut infektif biasanya datang dengan keluhan

yang khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, tinja sering bisa

air , malabsorbsi atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik.

Dehidrasi dapat timbul pada diare berat dan asupan oral terbatas akibat

nausea dan muntah terutama pada anak kecil dan orang usia lanjut

(Marcellus,2006).

6. Penatalaksaaan Diare

Menurut Depkes RI (2011) penatalaksanaan diare dapat dilaksanakan

melalui cara-cara sebagai berikut, yaitu :

a. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
13

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru

dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus

segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan

melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

1) Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda ini atau lebih,

yaitu: keadaan Umum: baik; mata: normal; rasa haus: normal, minum

biasa; turgor kulit: kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi adalah Umur < 1

tahun : 1⁄4 - 1⁄2 gelas setiap kali anak mencret, umur 1–4t ahun :1⁄2-

1gelas setiapkali anak mencret, umur diatas 5 Tahun : 1 – 11⁄2 gelas

setiap kali anak mencret (Depkes,2011).

2) Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda ini

atau lebih: keadaan umum: gelisah, rewel; mata: cekung; rasa haus:

haus, ingin minum banyak; turgor kulit : kembali lambat


14

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi (Depkes,2011).

3) Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda ini atau lebih: keadaan

umum: lesu, lunglai, atau tidak sadar; mata : cekung rasa haus: tidak

bisa minum atau malas minum; turgor kulit: kembali sangat lambat

(lebih dari 2 detik) (Depkes,2011).

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas untuk diinfus.

b. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus

yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare

pada 3 bulan berikutnya.Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc

mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil

pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna


15

sebesar 67 % .Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc

segera saat anak mengalami diare (Depkes,2011).

Dosis pemberian Zinc pada balita:

1) Umur <6 bulan : 1⁄2 tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

2) Umur >6 bulan: 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.


Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air

matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Depkes,2011).

c. Pemberian ASI / Makanan :


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus

lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan

lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang

telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah

dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare

berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk

membantu pemulihan berat badan (Depkes,2011).

d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya

bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena

shigellosis), suspek kolera (Depkes,2011).


16

Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak

di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah

dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat

anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit

(amuba, giardia) (Depkes,2011).

7. Pencegahan Diare

a. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum

menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam

kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%)

(Depkes, 2011).

b. Menggunakan air Bersih yang cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut

melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya jari- jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-

minum yang dicuci dengan air tercemar(Depkes,2011).


17

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar

bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes,2011).

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu

dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

1) Ambil air dari sumber air yang bersih

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi

anak-anak

4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang

bersih dan cukup (Depkes,2011).

c. Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai

jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di

jamban (Depkes,2011).
18

d. Penyehatan Lingkungan

1) Penyediaan air bersih

Penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak

diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk

untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah

terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup

disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku

bersih harus tetap dilaksanakan(Depkes,2011).

2) Pengolahan sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang

biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.

Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan

gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap

dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu

pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan

penyakit tersebut.

Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan

setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila

tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan

cara ditimbun atau dibakar (Depkes,2011).

e. Menghindari makanan yang terkontaminasi lalat

Makanan dapat memengaruhi kesehatan masyarakat diantaranya disebabkan


19

oleh terjadinya kontaminasi. Vektor lalat memiliki peran besar terhadap

pemindahan sumber penyakit ke makanan. Lalat suka hinggap dari

makanan yang satu ke makanan yang lainnya dan tertarik pada

makanan yang dikonsumsi manusia sehari-hari. Pada waktu makan,

lalat sering kali memuntahkan sebagian makanannya dan bila pada

bulu-bulu kaki lalat terdapat kuman atau bakteri patogen maka dapat

memungkinkan terjadinya penyebaran kuman penyakit. Salah satu

cara yang bisa digunakan agar makanan tidak terkontaminasi oleh

bakteri patogen yang di bawah oleh lalat adalah dengan cara menutup

makanan yang tersaji di meja makan dengan menggunakan tudung saji

atau menyimpan makanan di lemari makan.

f. Kebiasaan makan di luar rumah

Kebiasan makan diluar rumah juga merupakan salah satu

penyebab terjadinya diare, karena makanan yang dijual di warung

tidak terjamin kebersihannya, perilaku hygiene para pengolah

makanan. Dari kondisi ini makanan dapat terkontaminasi oleh

berbagai racun, sehingga bisa menimbulkan diare karena terdapat

berbagai macam mikroba.

Makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit

(food borne disease), salah satunya adalah diare. Hal ini disebabkan

karena keamanan dan kebersihan makanan yang tidak terjaga serta

tempat penjualan makanan/minum yang jauh dari kesan sehat. Sejalan

dengan itu juga hasil penelitian Sarbini menunujukakan bahwa anak


20

atau orang dewasa biasanya terkena diare karena makan dan minum

makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus dan parasit yang ada

dalam makanan (Dinkes Prop. NTT, 2005).

Selain itu pemasakan yang tidak sempurna oleh pihak

pengelolah warung pada daging, telur dan susu atau bahan makanan

akan menyebabkan makanan tersebut peka dan memudahkan

organisme untuk berkembang didalamnya.

B. Perilaku
1. Definisi

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu


terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005).
Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan
atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah


tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari Notoatmodjo, 2003).

Faktor yang berpengaruh :

Menurut konsep dari Lawrence Green, yang dikutip


oleh Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu :

a. Faktor predisposisi, faktor faktor ini mencakup tentang


pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sebuah
rangsangan atau stimulus yang ia dapatkan.
b. Faktor pemungkin, faktor faktor ini mencakup
ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas sebagai
21

penunjang terjadinya sebuah perilaku yang terjadi pada


seseorang tersebut.
c. Faktor penguat , Faktor-faktor penguat ini meliputi
faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku dari peran role dari
seseorang yang membuatnya menirukan apa yang
mereka lakukan semuanya.
2. Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan


individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun
luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada
dua macam, yaitu :

a. Perilaku Pasif (respons internal)


Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri
individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini
sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
b. Perilaku Aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah
perilaku yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang
nyata.

C. Sehat

Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap


individu. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) definisi
sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental,
dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari
penyakit atau kelemahan saja. Pencapaian derajat kesehatan
yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras,
22

agama, jenis kelamin, politik yang dianut dan tingkat sosial


ekonominya.

Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1992, yang


dimaksud dengan sehat ialah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut While,
kesehatan adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa
oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat
tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan (Diskamara, 2009).

D. Bersih

Bersih adalah semua perilaku kesehatan yang


dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat Adalah wujud keberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan perilaku
bersih. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA,
Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana
Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. (Depkes RI, 2011).

Anda mungkin juga menyukai