Teori Politik
1
hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu fihak lain
memberi kepuasan perorangan, dan di fihak lain dapat membimbingnya menuju
ke suatu struktur politik yang stabil dan dinamis. Untuk keperluan itu teori-teori
politik semacam ini memperjuangkan suatu tujuan yang bersifat moral dan atas
dasar itu menetapkan suatu kode ethik atau tata cara yang harus dijadikan
pegangan dalam kehidupan politik. Fungsi utama dari teori-teori politik ialah
mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai-nilai itu.
2
orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema
politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah –laku politiknya.
Nilai-nilai dan idee-idee ini merupakan suatu sistim yan berpautan. Dasar
dari ideologi politik adalah keyakinan akan adanya suatu pola tata-tertib sosial
politik yang ideal. Ideologi politik mencakup pembahasan dan diagnose, serta
saran-saran (prescription) mengenai bagaimana mencapai tujuan ideal itu.
Ideologi berbeda dengan filsafat yang sifatnya merenung-merenung mempunyai
tujuan untuk menggerakkan kegiatan dan aksi (action-oriented).
Ideologi yang berkembang luas mau tidak mau dipengaruhi oleh kejadian-
kejadian dan pengalaman-pengalaman dalam masyarakat di mana dia berada, dan
sering harus mengadakan kompromi dan perubahan-perubahan yang cukup luas.
Contoh dari beberapa ideologi atau doktrin politik ialah misalnya
demokrasi,Marxisme-Leninisme, Liberalisme,Fascisme, dan sebagainya, di antara
mana Marxisme-Leninisme merupakan ideologi yang sifat doktriner dan sifat
militannya paling menonjol.
Masyarakat
3
Di dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan manusia
yang lain, pada dasarnya setiap manusia menginginkan beberapa nilai. Dalam
mengamati masyarakat Barat, Harold Lasswel memperinci delapan nilai, yaitu:
A. Kekuasaan
B. Pendidikan /penerangan (enlightenment)
C. Kekayaan (wealth)
D. Kesehatan (well-being)
E. Keterampilan (skill)
F. Kasih sayang (affection)
G. Kejujuran (rectitude) dan keadilan (rechtshapenheid)
H. Keseganggan, respek (respect)
Dengan adanya berbagai-bagai nilai dan kebutuhan yang harus dilayani itu
maka manusia menjadi anggota dari beberapa kelompok sekaligus. Masyarakatlah
yang mencakup semua hubungan dan kelompok di dalam suatu wilayah .
4
asosiasi, di asosiasi lainnya, dan dengan demikian menyelenggarakan penertiban.
Penertiban berarti mengatur orang lain , tetapi juga berarti mengatur diri sendiri
dan asosiasinya sendiri. Ini menimbulkan penertiban menurut norma-norma yang
tertentu, dan penertiban ini baru efektif kalau norma-norma dianggap adil dan
benar oleh para anggota asosiasi itu.
Di antara asosiasi yang banyak itu ada satu asosiasi yang paling penting,
yaitu negara. Negara sebagai asosiasi telah lahir karena memenuhi kebutuhan
manusia akan pengaturan , jadi memenuhi kebutuhan politiknya. Negara
mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan perlindungan serta penertiban dan
untuk itu diberi monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah. Dalam
menjalankan tugasnya, negara merupakan alat (organ) dari seluruh masyarakat
dan karena itu harus ditaati oleh semua penduduk dalam sesuatu wilayah.
Pengusutan, penuntutan dan pelaksanaan keputusan hukuman atas suatu kejahatan
hanya dapat dilakukan oleh aparatur-aparatur negara saja (polisi, jaksa). Demikian
pula misalnya, hanya negara sajalah yang berwenang untuk mengadakan wajib
militer, suatu wewenang yan tidak terdapat pada asosiasi lain selain dari negara.
Kekuasaan
5
Definisi yang diberikan oleh Robert M. Maclver adalah: “kekuasaan sosial
adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah-laku orang lain, baik secara
langsung dengan cara memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan
mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia “(social power is capacity to
control the behavior of other either directly by fiat or indirectly by the
manipulation of available means). Kekuasaan sosial terdapat dalam semua
organisasi sosial.
6
mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya); atau pada kepercayan
(misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya); dan lain-lain.
Di antara banyak bentuk kekuasaan ini ada suatu bentuk yang penting
yaitu kekuasaan politik. Dalam hal inikekuasaan politik adalah “kemampunan
untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya
maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan
sendiri” . Kekuasaan politik merupakan sebagian saja dari kekuasaan sosial, yakni
kekuasaan sosial yang fokusnya di tujukan kepada negara sebagai satu-satunya
fihak berwenang yang mempunyai hak untuk mengendalikan tingkah-laku sosial
dengan paksaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk
memperoleh ketaatan dari warga masyarakat, tetapi juga menyakungkut
penggendalian orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan
aktivitas negara di bidang administratif, legislatif, dan yudikatif.
7
Ossip K. Flechtheim membedakan dua macam kekuasaan politik, yakni:
Negara
8
A. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni
yang bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang
membahayakan;
9
is a human society that (succesfully) claims the monopoly of the legitimate
use of physical force within a given territory).”
Jadi, sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah
territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yangsah.
Sifat-sifat Negara
1. Sifat Memaksa.
Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian
penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka
negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai
kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi, tentara,dan
sebagainya. Organisasi dan asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai
aturan; akan tetapi aturan-aturan yang di keluarkan oleh negaralebih mengikat.
Unsur paksa dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap
warganegara harus membayar pajak dan orang yang menghindari kewajiban ini
10
dapat dikenakan denda, atau disita miliknya atau dibeberapa negara malahan dapat
dikenakan hukuman kurungan.
2. Sifat Monopoli.
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat. Dalam rangka ini nagara dapat menyatakanbahwa suatu aliran
kepercayaan atau aliran politiktertentu dilarang hidup dan disebar luaskan, oleh
karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.
Unsur-unsur Negara
Negara terdiri dari beberapa unsur yang dapat diperinci sebagai berikut:
1. Wilayah.
Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai
perbatasan tertentu. Kekuasaan negaramencakup seluruh wilayah, tidak hanya
tanah, tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya. Karena kemajuan
teknologi dewasa ini masalah wilayah lebih rumit daripada di masa lampau.
Sebagai contoh, jika pada masa lampau laut sejauh 3 mil tidak ada artinya. Oleh
karena itu beberapa negara (termasuk Indonesia) mengusulkan agar perairan
territorial diperlebarmenjadi 12 Mil. Di samping itu kemajuan teknologi yang
memungkinkan penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai, atau yang
dinamakan “landasan benua” (continental shelf) telah mendorong sejumlah besar
negara untuk menuntut penguasaan atas wilayah yang jauh lebih luas. Wilayah
ini diusulkan selebar 200 Mil sebagai “economic zone” agar dapat mencakup hak
menangkap ikan dan kegiatan ekonomis lainnya.
11
berdekatan dengan Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa Timur yang
berdekatan dengan Uni Soviet. Jadi, negara-negara kecil selalu berkepentinga
untuk memelihara kepentingan hubungan baik dengan tetangganya, agar
kemerdekaannnya tetap dihormati. Contoh-contoh: Swiss tetap tetap merdeka
selama dua perang dunia. Negara kecil lain: Monako, Singapore.
2. Penduduk.
Setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau
semua penduduk di dalam wilayahnya. Dalam mempelajari soal penduduk ini ,
maka perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat
pembangunan, tingkat kecerdasan, homogenitas, dan masalah nasionalisme.
Dalam hubungan antar dua negara yang kira-kira sama tingkat industrinya,
negara yang sedikit penduduknya sering lebih lemah kedudukannya daripada
negara yang banyak penduduknya (Perancis terhadap Jerman dalam peran dunia
II). Sebaliknya, negara yang padat penduduknya (India, Cina ) menghadapi
persoalan bagaimana menyediakan fasilitas yang cukup sehingga rakyarnya dapat
hidup secara layak. Di masa lampau ada negara yang mempunyai kecenderungan
untuk memperluas willayahnya melalui expansi. Pada dewasa ini cara yang
dianggap lebih layak adalah peningkatan produksi atau menyelenggarakan
program-program keluarga berencana untuk membatasi pertambahan penduduk.
Dalam memecahkan persoalan semacam ini faktor-faktor seperti tinggi atau
rendahnya tingkat pendidikan, kebudayaan dan teknologi dengan sendirinya
memainkan peranan yang penting.
Penduduk dalam suatu negar biasanya menunjukkan beberapa ciri khas yang
membedakannya dari bangsa lain. Perbedaan ini nampak misalnya dalam
kebudayaan, dalam nilai-nilai politiknya atau identitas nasionalnya. Kesamaan
dalam sejarah perkembanggannya (misalnya selam lebih dari tia ratus tahun
menjadi tanah jajahan), kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku
12
bangsa dan kesamaan agam merupakan faktor=faktor yang mendorong ke arah
terbentuknya persatuan nasional dan dan identitas nasional yang kuat. Akan tetapi
perlu dicatat bahwa setiap faktor tersebut diatas pada dirinya tidak cukup untuk
menjamin, persatuan bangsa, sedangkan di fihak lain perbedaan-perbedaan dalam
faktor-faktor tersebut diatas juga tidak menutup kemungkinan untuk
berkembangnya persatuan yang kokoh. Misalnya sajaa, Swiss mempunyai empat
bahasa, India malahan mempunyai enam bahasa resmi, akan tetapi kedua negara
sampai sekarang masih tetap bersatu. Belgia memiliki dua bahasa dan dua agama,
akan tetapi sampai sekarang berhasilkan mempertahankan persatuannya.
Sebaliknya Inggris dan Amerika Serikat mempunyai bahasa yang sama, akan
tetapi dua bangsa dan Negara yang terpisah. Begitu pula Pakistan, yang di dirikan
dengan alasan mempersatukan semua daerah india yang mempunyai mayoritas
penduduk yang beraga islam, akhirnya dalam tahun 1971 terpecah menjadi dua.
Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan agama pada dirinya tidak menjamin
terpeliharanya persatuan bangsa. Indonesia merupakan contoh di mana bermacam-
macam suku-bangsa dengan adat-istiadat dengan agama yang berbeda-beda, dapat
tetap bersatu.
Dari urian di atas nyatalah bahwa faktor-faktor tadi pada dirinya tidak
menjamin persatuan bangsa, akan tetapi dapat menunjang pemeliharaan persatuan
itu. Dalam kenyataannya dasar dari suatu Negara terutama bersifat psykhologis,
yang di namakan nasionalisme. Nasionalisme merupakan suatu parasaan
subyektif pada sekelompok manusia bahwa mereka merupakan satu bangsa bahwa
satu cita-cita serta aspirasi mereke bersama hanya dapat tercapai jika mereka
bergabung dalam sauatu Negara atau nasion. Dalam hubungan ini patut disebut
ucapan seorang filsuf perancis Ernest Renan: “ pemersatu bangsa bukanlah
kesamaan bahasa atau kesamaan suku-bangsa akan tercapainya hasil gemilang di
masa lampau da keinginan untuk mencapainya lagi di masa depan”.
3. Pemerintah
Setiap Negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang untuk
merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan ini antara lain berbentuk
undang-undang dan peraturan-peraturan lain. Dalam hal ini pemerintah bertintak
atas nama Negara dan menyelenggarakan kekuasaan dari Negara. Bermacam-
macam kebijaksaan ke arah tercapainyatujuan-tujuan masyarakat dilaksanakannya
sambil menertibkan hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat. Negara
mencakup semua penduduk, sedangkan pemerintah mencakup hanya sebagian
kecil dari padanya. Ia sering berubah, sedangkan negaraterus bertahan ( kecuali
kalau di caplok oleh Negara lain).
4. Kedaulatan.
13
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat uundang-
undang dan melaksanakannya dengan semua cara. (termasuk paksaan) yang
tersedia.
14
ini di Indonesia tercermin dalam usaha pemerintah untuk membangun suatu
rentetan Repelita.
3. Pertahanan; hal ini diperlukan untk menjaga kemungkinan serangan dari
luar.Untuk ini negara di lengkapi alat-alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan; hal ini di laksanakan melalui badan-badan
pengadilan.
Konsep “sistim” oleh sarjana ilmu politik di pinjam dari ilmu biologi.
Dianggap bahwa suatu sistim politik, sepertinya halnya organisme dalam ilmu
biologi,terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling
bergantung kepada yang lain dan saling mengadakan interaksi. Keseluruhan dari
interaksi ini perlu diteliti jika seluruh organisme ingin dimengerti. Dua perlu di
perhatikan . Pertama, bahwa setiap perubahan dalam suatu bagian dari sistim itu
mempengaruhi seluruh sistim. Kedua, bahwa sistim itu bekerja dalam suatu
lingkungan (environment) yang lebih luas dan bahwa ada perbatasan antara
sistim dengan lingkungannya. Juga perlu di perhatikan bahwa sistim mengadakan
interraksi dengan lingkungan dan di pengaruhi oleh lingkungan itu.
Pada dasarnya konsep sistim politik dipakai untuk keperluan analisa, di
mana suatuu sistim bersifat abstrak pula. Dalam konteks ini sistim terdiri dari
beberapa variabel. Di samping itu konsep sistim politik dapat diterapkan pada
situasi yang konkrit, misalnya negara, atau kesatuan yang lebih kecil, seperti kota,
atau suku-suku bangsa. Ataupun kesatuan yang lebih besar seperti di bidang
internasional, di mana sistim poitik terdiri dari beberapa negara.
Konsep sistim politik di dalam peneterapan pada sistim yang konkrit seperti
negara, mencoba mendasarkan studi tentang gejala-gejala politik dalam konteks
tingkah-laku di dalam masyarakat. Tingkah-laku politik di anggap sebagai
sebagian dari keseluruhan tingkah-laku sosial. Menurut pemikiran ini masyarakat
15
merupakan suatu sistim sosial yang pada hakekatnya terdiri dari bermacam-
macam proses. Di antara bermacam-macam proses ini dapat di lihat gejala-gejala
politik sebagai suatu kumpulan proses tersendiri yang berbeda dengan roses-
proses lainnya. Inilah yang dinamakan sistim politik.
Sistim politik ini hanya merupakan salah satu dari bermacam-macam sistim
yang terdapat dalam suatu masyarakat, seperti misalnya sistim ekonomi, sistim
teknik dan sebagainya. (Oleh karena semua sistim ini berada dalam masyarakat,
atau sistim sosial, maka sering sistim ekonomi , sistim politik, sistim teknik,
sistim komunikasi dan sebagainya dinamakan sub-sistim, yaitu sub-sistim
ekonomi, sub-sistim politik dan sebagainya).
Dalam konsep sistim politik ini kita temukan istilah-istilah seperti proses,
struktur dan fungsi. Proses adalah pola-pola (sosial dan politik) yang di buat
oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu sama lain. Pola-pola ini ada
yang jelas kelihatan, ada pula yang kurang jelas tampak. Dalam suatu negara,
lembaga-lembaga seperti parlemen, partai, birokrasi, sekalipun
sudahmempunyaikehidupan sendri, sebenarnya tak lain dari proses-proses yang
pola-pola ulangannya sudah mantap. Mereka mencerminkan struktur tingkah-
laku (structure of behavior). Struktur mencakup lembaga-lembaga formil dan
informil seperti parlemen, kelompok kepentingan, kepala negara, jaringan
komunikasi dan sebagainya.
Proses dalam setiap sistim dapat di jelaskan sebagai input dan output.
Begitu pula dalam suatu sistim politik yang konkrit, seperti Negara, terjadi proses
16
semacam itu. Dapat dilihat suatu pola tertentu dalam hubungan dan interaksi
antara sistim politik dan lingkungan. Yang dinamakan input (yang datang dari
lingkungan) ialah tuntutan serta aspirasi masyrakat dan juga dukungan
masyarakat. Dalam sistim politik input ini diolah dan diubah (conversion )
menjadi output, keputusan-kepetusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
mengikat dari pemerintah. Keputusan-keputusan ini memunyai pengaruh, dan
pada gilirannya di pengaruhi oleh lingkungan sistim-sistim lain, seperti sistim
ekonomi, sistim teknik, dan sebagainya. Dengan demikian feedback (umpan-
balik) dari output yang kembali menjadi input baru mengalami pengaruh-
pengaruh luar ini. Dan demikian seterusnya.
Salah satu aspek penting dalam sistim politik adalah budaya politik (
political culture) yang mencerminkan faktor subyektif. Budaya politik adalah
keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola
orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya. Budaya politik
mengutamakan dimensi psykhologis dari suatu sistim politik, yaitu sikap-sikap,
sistim-sistim kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki oleh individu-individu
dan beroperasi di dalam seluruh masyarakat, serta berharapan-harapannya.
Kegiatan politik seseorang misalnya, tidak hanya di tentukan oleh tujuan-tujuan
yang didambakannya, akan tetapi juga oleh harapan-harapan politik yang
dimilikinya dan oleh pandangannya mengenai situasi politik.
Bentuk dari budaya politik dalam suatu masyarakat dipengaruhi antara lain
oleh sejarah perkembangan dari sistim, oleh agama yang terrdapat dalam
masyarakat itu, kesukuan, status sosial, konsep mengenai kekuasaan,
kepemimpinan dan sebagainya.
1. Kekuasaan – sebagai cara untuk mencapai hal yang diinginkan antara lain
membagi sumber-sumber di antara kelimpok-kelompok dalam masyarakat;
2. Kepentingan – tujuan-tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau
kelompok politik;
3. Kebijaksanaan – hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan,
biasanya dalam bentuk perundang-undangan;
4. Budaya politik – orientasi subyektif dari individu terhadap sistim politik.
17