Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Indra Kusuma Aji (2013) menganalisis mengenai Karakteristik dan

Kinerja Simpang Empat Bersinyal pada Simpang Empat Telukan Grogol

Sukoharjo, menjelaskan bahwa arus lalu lintas yang dipengaruhi oleh panjang

antrian dan waktu tunggu pada jam puncak terjadi pada Hari Kamis siang dengan

arus 2003,5 smp/jam dan Hari Sabtu pada pagi hari dengan arus 1975,4 smp/jam.

Kinerja simpang empat bersinyal Telukan dapat dilihat dari nilai kapasitas lengan

(lengan Utara 958,51 smp/jam, lengan Timur 195,82 smp/jam, lengan Selatan

1130,66 smp/jam, lengan Barat 198,07 smp/jam), derajat kejenuhan simpang yang

cukup tinggi (lengan Utara 0,84, lengan Timur 0,82, lengan Selatan 0,81, lengan

Barat 0,60), panjang antrian (lengan Utara 74,29 m, lengan Timur 81,82 m, lengan

Selatan 77,14 m, lengan Barat 54,55 m), jumlah kendaraan terhenti (lengan Utara

776,98 smp/jam, lengan Timur 211,20 smp/jam, lengan Selatan 838,37 smp/jam,

lengan Barat 110,88 smp/jam) dan tundaan (lengan Utara 36,66 detik/smp, lengan

Timur 61,98 detik/smp, lengan Selatan 32,03 detik/smp, lengan Barat 35,87

detik/smp).

Penelitian Eko Nugroho Julianto (2007) tentang Analisis Kinerja Simpang

Bersinyal Simpang Bangkong dan Simpang Milo Semarang Berdasarkan

Konsumsi Bahan Bakar Minyak menerangkan Simpang Bangkong, pada waktu

puncak pagi untuk kondisi awal tundaan rata- rata simpang yang terjadi sebesar
838,05 detik/smp sehingga untuk meninggalkan simpang diperlukan bahan bakar

minyak sebanyak 0,326 liter/smp. Pada kondisi terbangun, tundaan rata-rata

simpang yang terjadi sebesar 96,10 detik/smp dan bahan bakar minyak yang

diperlukan sebesar 0,037 liter/smp. Pada waktu puncak siang dengan tundaan

simpang rata-rata sebesar 137,52 detik/smp dan diperlukan bahan bakar minyak

sebanyak 0,053 liter/smp. Pada waktu puncak sore dengan tundaan rata- rata

simpang sebesar 111,77 detik/smp dibutuhkan bahan bakar minyak sebanyak

0,043 liter/smp. Kebutuhan bahan bakar minyak untuk menempuh ruas jalan

Brigjen Katamso yang terletak diantara Simpang Milo dan Simpang Bangkong

dari arah timur ke barat maupun arah barat ke timur pada kondisi awal

memerlukan bahan bakar minyak sebesar yaitu 0,533 liter/smp dengan tundaan

total sebesar 1298,92 detik/smp. Sedangkan untuk waktu puncak pagi pada

kondisi terbangun dengan arah timur ke barat memerlukan bahan bakar minyak

sebanyak 0,078 liter/smp dengan tundaan total sebesar 128,28 detik/smp.

Konsumsi bahan bakar minyak yang diperlukan untuk meninggalkan Simpang

Bangkong dari pendekat barat, maka pada waktu puncak pagi untuk kondisi

terbangun yang memerlukan bahan bakar minyak sebesar 0,156 liter/smp untuk

sampai di Jembatan Banjir Kanal Timur lebih sedikit dibandingkan dengan

konsumsi bahan bakar minyak pada waktu puncak sore yang sebesar 0,220

liter/smp.

Berdasarkan penelitian dari Yudha Wijayanto (2009) mengenai Analisis

Kecepatan Pada Ruas Jalan Brigjen Sudiarto (Majapahit) dan Pengaruh Terhadap

Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Semarang. Kepadatan lalu-lintas


yang terjadi di sepanjang Jalan Brigjen Sudiarto menyebabkan menurunnya

kecepatan kendaraan, dari kecepatan bebas menjadi kecepatan terbatas. Dengan

menurunnya kecepatan akan menambah waktu perjalanan pengguna jalan dan

berakibat meningkatnya konsumsi BBM. Artinya tingkat konsumsi BBM

berbanding terbalik dengan dengan kecepatan kendaraan, artinya konsumsi BBM

naik apabila kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya. Dan apabila kecepatan

kendaraan sudah diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi BBM

berbanding lurus dengan kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM

naik apabila kecepatan kendaraan naik dan sebaliknya.

Penelitian lain dilakuakan oleh Sukma Hendra Wahyudi (2010) untuk

perilaku konsumen dalam penanggulangan energi bahan bakar minyak untuk

kendaraan bermotor di Surakarta untuk frekuensi konsumen membeli bahan bakar

minyak seminggu sekali (44%) kemudian seminggu dua kali setiap hari (26% dan

22%). Pengguna bahan bakar kendaraan bermotor di Surakarta dalam beraktivitas

harian selalu menggunakan kendaraan pribadi seperti motor (71%). Indeks

konsumsi bahan bakar kendaraan masyarakat Surakarta dipengaruhi oleh

banyaknya jumlah anggota keluarga dan besarnya pengeluaran per bulan dalam

membeli BBM.

Penelitian yang dilakukan oleh Arief Permana Putra (2012) tentang

Hubungan Kinerja Simpang Bersinyal Terhadap Konsumsi Bahan Bakar di Kota

Surakarta menerangkan bahwa nilai derajat kejenuhan pada masing-masing

pendekat simpang panggung, simpang ngemplak, dan simpang gemblegan yang

lebih besar dari 0,85 mengakibatkan semakin bertambahnya panjang antrian, lama
tundaan, dan kemacetan. pada simpang panggung sebesar 0,12 liter/smp dengan

total tundaan 307,80 det/smp. Pada simpang Ngemplak konsumsi bahan bakar

yang terbuang sebesar 0,13 liter/smp dengan total tundaan 330,97 det/smp.

Konsumsi bahan bakar yang terbuang pada simpang gemblegan sebesar 0,12

liter/smp dengan total tundaan 296,20 det/smp yang artinya semakin tinggi nilai

tundaan semakin besar pula konsumsi bahan bakar yang terbuang. Hasil ini sesuai

dengan hipotesa awal bahwa konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor pada saat

idle (diam) di simpang bersinyal dipengaruhi oleh lama tundaan.

Dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

terdahulu dari aspek lokasi penelitian yang meliputi Simpang Artos di ruas Jalan

Mayjend Bambang Soegeng, Simpang Pakelan di ruas Jalan Magelang –

Purworjo, dan ruas Jalan Panembahan Senopati di Simpang Jagoan Kota

Magelang dengan mengambil jarak tertentu dari lampu lalu luntas kemudian di

hitung kendaraan yang terjebak lampu merah yang bernar-benar berhenti.

Kemudian dihitung jumlah pemakaian kendaraan berdasarkan panjang antraian

dan tundaan yang di analisa menggunakan metode LAPI ITB 1996, dan

diestimasikan perhitungan konsumsi BBM kendaraan menggunakan pendekatan

sedemikian rupa dengan rumus citra google map dari perkalian antara rata-rata

jumlah kendaraan dalam zona sampling dengan estimasi konsumsi bahan bakar

dari tiap golongan kendaraan. Selanjutnya estimasi biaya kerugian per hari saat

kemacetan didapat dari perkalian jumlah bahan bakar pada saat diam (idle)

dengan harga bahan bakar dari rilis harga BBM pertamina.

Anda mungkin juga menyukai