Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Hukum Pidana

MATA KULIAH

PENGETAHUAN ILMU HUKUM

Identitas Mata Kuliah


Program Studi : Teknik Elektro
Nama Mata Kuliah /Kode : Pengetahuan Ilmu Hukum/ ...............
Jumlah SKS : 2 SKS
Mata Kuliah Prasyarat : ............................................................................
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum menguraikan
tentang pengertian dasar ilmu hukum dalam segala
aspeknya.
Capaian Pembelajaran : Setelah mempelajari Mata Kuliah Pengetahuan
Hukum, diharapkan dapat dipahami oleh
setiap mahasiswa yang mengambil program
Teknik Elektro.
Penyusun : 1. Aditya Prima Danny, S.H, M,H.

Ketua Program Studi Ketua Team Teaching


……………………………. ( Pengetahuan Ilmu Hukum )

(…………………………….) (……………………………)
NIDN:…………………….. NIDN:……………………..

1
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

PERTEMUAN KE : 9

Pengertian Hukum Pidana

Pengertian hukum pidana, terdapat kesukaran untuk memberikan suatu batasan


yang dapat mencakup seluruh isi/ aspek dari pengertian hukum pidana karena isi
hukum pidana itu sangatlah lus dan mencakup banyak segi, yang tidak mungkin
untuk dimuat dalam suatu batasan dengan suatu kalimat tertentu. Dalam
memberikan batasan tentang pengertian hukum pidana, biasanya hanya melihat
dari satu atau beberapa isi saja, sehingga selalu ada sisi atau aspek tertentu dari
hukum pidana yang tidak masuk dan berada di luarnya.

Pengertian hukum pidana dalam memberikan batasannya tentang hukum pidana


selalu ada aspek hukum pidana yang berada diluarnya, namun demikian tetap
berguna untuk terlebih dulu memberikan batasan tersebut. Faedah itu adalah dari
batasan itu setidaknya dapat memberikan gambaran awal tentang arti hukum
pidana sebelum memahaminya lebih jauh dan dengan lebih mendalam.

Pengertian hukum pidana, dilihat dari garis-garis besarnya, dengan berpijak pada
kodifikasi sebagai sumber utama atau sumber pokok hukum pidana, hukum
pidana merupakan bagian dari hukum publik yang memuat/ berisi ketentuan-
ketentuan tentang :
1. Aturan umum hukum pidana dan (yang dikaitkan/ berhubungan dengan)
larangan melakukan perbuatan-perbuatan (aktif/ positif maupun pasif/
negatif) tertentu yang disertai dengan ancaman sanksi berupa pidana
(straf) bagi yang melanggar larangan itu.
2. Syarat-syarat tertentu (kapankah) yang harus dipenuhi/ harus ada bagi si
pelanggar untuk dapat dijatuhkannya sanksi pidana yang diancamkan pada
larangan perbuatan yang dilanggarnya.
3. Tindakan dan upaya-upaya yang boleh atau harus dilakukan negara
melalui alat-alat perlengkapannya (misalnya polisi, jaksa dan hakim),
terhadap yang disangka dan didakwa sebagai pelanggar hukum pidana
dalam rangka usaha negara menentukan, menjatuhkan dan melaksanakan
sanksi pidana terhadap dirinya, serta tindakan dan upaya-upaya yang boleh
dan harus dilakukan oleh tersangka/terdakwa pelanggar hukum tersebut
dalam usaha melindungi dan mempertahankan hak-haknya dari tindakan
negara dalam upaya negara menegakkan hukum pidana tersebut.

Pengertian hukum pidana yang mengandung aspek pertama dan kedua di sebut
dengan hukum pidana materil yang dapat juga disebutkan dengan hukum pidana
abstrak dapat pula disebut dengan hukum pidana dalam keadaan diam, yang
sumber utamanya adalah kitab undang-undang hukum pidana (KUHP). Sementara
itu, Pengertian hukum pidana yang berisi/ mengenai aspek ketiga disebut dengan
hukum pidana formil atau disebut juga dengan hukum pidana konkret atau hukum

2
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

pidana dalam keadaan bergerak, yang jua sering disebut dengan hukum acara
pidana, yang sumber pokoknya adalah Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP, yakni UU No. 8 Tahun 1981).

Pengertian Hukum Pidana Menurut Para Pakar

Pengertian Hukum Pidana Menurut Para Pakar, Sebagai berikut :

Menurut Sudarsono, Pengertian Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur tentang
kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut
diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan.

Menurut WPJ. Pompe, Pengertian Hukum Pidana ialah keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang sedikit banyaknya bersifat umum yang abstrak dari keadaan-keadaan
yang bersifat konkret.

a. Wirjino Prodjodikor mengatakan bahwa Pengertian Hukum Pidana


merupakan peraturan hukum mengenai pidana. Kata “pidana” diartikan
sebagai “dipidanakan” dimana oleh instansi tertentu yang berkuasa
dilimpahkan kepada seseorang oknum sebagai hal yang tidak enak
dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan.

Pengertian Hukum Pidana Menurut Moeljatno yaitu bagian daripada


keseluruhan hukum yang berlaku dalam suatu negara, dimana dasar-
dasar dan aturan-aturannya untuk :

Hukum pidana menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh


dilakukan (dilarang) dengan disertai ancaman pidana bagi siapa yang
melanggarnya.

b. Hukum pidana menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka
yang melanggar larangan dapat dikenakan pidana

c. Hukum pidana Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana


itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggarnya.

Dari pengertian hukum pidana diatas dapat disimpuLkan bahwa, Pengertian Hukum
Pidana adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang

3
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana
merupakan tindak pidana dan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang
melakukannya.

Hukum pidana bukanlah yang mengadakan norma hukum itu sendiri, tetapi sudah
terletak pada norma lain dan sanksi pidana diadakan untuk menguatkan ditaatinya
norma-norma lain tersebut. Norma lain itu misalnya norma kesusilaan dan agama,
contohnya menentukan : jangan mengambil barang milik orang lain, jangan
membunuh, jangan menghina orang lain dan sebagainya.

Sebagai suatu organisasi terkuat, tertinggi dan terbesar, hanya negaralah


yang berhak dan berwenang untuk menentukan dan menjalankan hukum
pidana tersebut. ini berarti bahwa negara merupakan satu-satunya
subjek hukum yang dapat membentuk aturan-aturan yang mengikat
semua warganya, serta dapat menjalankannya dengan sebaik-baiknya
agar aturan-aturan tersebut ditegakkan dan dilaksanakan dalam rangka
terjaminnya ketertiban umum.

Di Indonesia belum memiliki Kitab Undang-undang Hukum Pidana Nasional


(belum ada unifikasinya), sehingga masih diberlakukan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht) warisan pemerintah kolonial Hindia-
Belanda. Ketentuan-ketentuan hukum pidana, selain termuat dalam KUHP
maupun Undang-undang khusus, ketentuan-ketentuan hukum pidana juga terdapat
dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

Sekian dari saya pembahasan mengenai pengertian hukum pidana menurut para
pakar, semoga tulisan saya mengenai pengertian hukum pidana menurut para
pakar dapat bermanfaat.

Sejarah Singkat Hukum Pidana di Indonesia


Babak sejarah Hukum Pidana yang tertulis di Indonesia dapat dibagi atas:
1. Zaman Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
2. Zaman Hindia belanda
3. Zaman Jepang
4. Zaman Kemerdekaan

1. Zaman Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) Tahun 1602-1799


Zaman pemberlakuan Hukum Pidana Barat dimulai setelah bangsa Belanda
datang ke wilayah Nusantara, yaitu ditandai dengan diberlakukannya beberapa
peraturan pidana oleh VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). VOC
sebenarnya adalah kongsi dagang Belanda yang diberikan “kekuasaaan
wilayah” di Nusantara oleh pemerintah Belanda. Hak keistimewaan VOC
berbentuk hak Octrooi Staten General yang meliputi monopoli pelayaran dan

4
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

perdagangan, mengumumkan perang, mengadakan perdamaian dengan


kerajaan-kerajaan di Nusantara, dan mencetak uang. Pemberian hak demikian
memberikan konsekuensi bahwa VOC memperluas dareah jajahannya di
kepulauan Nusantara. Dalam usahanya untuk memperbesar keuntungan, VOC
memaksakan aturan-aturan yang dibawanya dari Eropa untuk ditaati orang-
orang pribumi.
Setiap peraturan yang dibuat VOC diumumkan dalam bentuk plakaat, tetapi
pengumuman itu tidak tidak disimpan dalam arsip. Sesudah diumumkan,
plakaat peraturan itu kemudian dilepas tanpa disimpan sehingga tidak dapat
diketahui peraturan mana yang masih berlaku dan yang sudah tidak berlaku
lagi. Keadaan demikian menimbulkan keinginan VOC untuk mengumpulkan
kembali peraturan-peraturan itu. Kumpulan peraturan-peraturan itu disebut
sebagai Statuten van Batavia (Statuta Betawi) yang dibuat pada tahun 1642.
Pada tahun 1766 Statuta Batavia itu dibuat kembali dan dihasilkan Statuta
Batavia Baru. Statuta itu berlaku sebagai hukum positif baik bagi orang
pribumi maupun bagi orang asing, dengan mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan peraturan-peraturan lain. Walaupun statuta tersebut berisi
kumpulan peraturan-peraturan, namun belum dapat disebut sebagai kodifikasi
hukum karena belum tersusun secara sistematis. Dalam perkembangannya,
salah seorang gubernur jenderal VOC, yaitu Pieter Both juga diberikan
kewenangan untuk memutuskan perkara pidana yang terjadi di peradilan-
peradilan adat.
Alasan VOC mencampuri urusan peradilan pidana adat ini disebabkan
beberapa hal, antara lain:

i) sistem pemidanaan yang dikenal dalam Hukum Pidana adat tidak memadai
untuk dapat memaksakan kepada penduduknya agar dapat mentaati peraturan-
peraturan;
ii) sistem peradilan pidana adat terkadang tidak mampu menyelesaikan perkara
pidana yang terjadi karena perzamanlahan alat bukti; dan
iii) adanya perbedaan pemahaman mengenai kejahatan dan pelanggaran antara
Hukum Pidana adat dengan Hukum Pidana yang dibawa VOC. Sebagai contoh

5
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

adalah suatu perbuatan yang menurut hukum pidana adat bukanlah dianggap
sebagai kejahatan, namun menurut pendapat VOC perbuatan tersebut dianggap
kejahatan, sehingga perlu dipidana yang setimpal. Bentuk campur tangan VOC
dalam Hukum Pidana adat adalah terbentuknya Pepakem Cirebon yang
digunakan para hakim dalam peradilan pidana adat. Pepakem Cirebon itu berisi
antara lain mengenai system pemidanaan seperti pemukulan, cap bakar,
dirantai, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1750 VOC juga menghimpun dan mengeluarkan Kitab Hukum
Muchtaraer yang berisi himpunan Hukum Pidana Islam. Pada tanggal 31
Desember 1799, Vereenigde Oost Indische Compagnie dibubarkan oleh
pemerintah Belanda dan pendudukan wilayah Nusantara digantikan oleh
Inggris. Gubernur Jenderal Raflles yang dianggap sebagai gubernur jenderal
terbesar dalam sejarah koloni Inggris di Nusantara tidak mengadakan
perubahan-perubahan terhadap hukum yang telah berlaku. Dia bahkan
dianggap sangat menghormati hukum adat.

2. Zaman Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945


Pada zaman pendudukan Jepang selama 3,5 tahun, pada hakekatnya Hukum
Pidana yang berlaku di wilayah Indonesia tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Pemerintahan bala tentara Jepang (Dai Nippon) memberlakukan
kembali peraturan jaman Belanda dahulu dengan dasar Gun Seirei melalui
Osamu Seirei. Pertama kali, pemerintahan militer Jepang mengeluarkan Osamu
Seirei Nomor 1 Tahun 1942.
Pasal 3 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa semua badan
pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintah
yang dulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan
dengan pemerintahan militer. Dengan dasar ini maka dapat diketahui bahwa
hukum yang mengatur pemerintahan dan lain-lain, termasuk Hukum
Pidananya, masih tetap menggunakan Hukum Pidana Belanda yang didasarkan
pada Pasal 131. Psal 163 Indische Staatregeling. Dengan demikian, hukum
pidana yangdiberlakukan bagi semua golongan penduduk sama yang
ditentukan dalam Pasal 131 Indische Staatregeling, dan golongan-golongan

6
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

penduduk yang ada dalam Pasal 163 Indische Staatregeling. Untuk melengkapi
Hukum Pidana yang telah ada sebelumnya, pemerintahan militer Jepang di
Indonesia mengeluarkan Gun Seirei nomor istimewa 1942, Osamu Seirei
Nomor 25 Tahun 1944 dan Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942. Gun Seirei
Nomor istimewa Tahun 1942 dan Osamu Seirei Nomor 25 Tahun 1944 berisi
tentang Hukum Pidana umum dan Hukum Pidana khusus. Sedangkan Gun
Seirei Nomor 14 Tahun 1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia Belanda.
Pada zaman ini, Indonesia telah mengenal dualisme Hukum Pidanakarena
wilayah Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian wilayah dengan penguasa
militer yang tidak saling membawahi. Wilayah Indonesia timur di bawah
kekuasaan Angkatan Laut Jepang yang berkedudukan di Makasar, dan wilayah
Indonesia barat di bawah kekuasaan Angkatan Darat Jepang yang
berkedudukan di Jakarta. Akibatnya, dalam berbagai hal terdapat perbedaan
peraturan yang berlaku di masing-masing wilayah.

3. Zaman Hindia Belanda

Zaman ini dimulai karena adanya perubahan sistem pemerintahan di Negara


Belanda, dari monarkhi konstitusi menjadi monarkhi parlementer. Perubahan
ini terjadi pada tahun 1848 dengan adanya perubahan dalam Grond Wet (
UUD ) Belanda. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya pengurangan
kekuasaan raja.

Maka dengan begitu kekuasaan Raja Belanda terhadap daerah jajahan di


Indonesia berkurang. Peraturan-peraturan yang menata daerah jajahan tidak
semata-mata di tetapkan raja dengan Koninklijk Besluit, namun harus melalui
mekanisme perundang-undangan ditingkat parlemen.

Indische staatregeling ( IS ) adalah pembaharuan dari RR yang mulai berlaku


sejak 1 januari 1926 dengan diundangkannya melalui staatblad Nomor 415
tahun 1925. Pada zaman ini, sistem hukum di Indonesia semakin jelas
khususnya dalam pasal 131 Jo. Pasal 163 IS yang menyebutkan pembagian
golongan penduduk Indonesia beserta hukum yang berlaku. Dengan dasar ini
maka hukum pidana Belanda ( Wetboek van Strafrecht voor Netherlands

7
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

Indie ) tetap diberlakukan kepada seluruh penduduk Indonesia. Pasal 131 Jo.
Pasal 163 IS ini mempertegas pemberlakuan hukum pidana Belanda
semenjak di berlakukan 1 januari 1918.

4. Zaman Setelah Kemerdekaan

Zaman pemberlakuan hukum pidana di Indonesia setelah proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945, dibagi menjadi 4 zaman sebagaimana sejarah
dalam tata hukum Indonesia yang didasarkan pada berlakunya empat
konstitusi Indonesia yaitupertama zaman pasca kemerdekaan dengan
konstitusi UUD 1945 kedua zaman setelah Indonesia menggunakan
konstitusi negara serikat ( konstitusi RIS ) ketiga zaman Indonesia
menggunakan konstitusi sementara (UUDS 1950 ) dan keempatzaman
Indonesia kembali kepada UUD 1945.

Membicarakan sejarah hukum pidana tidak akan lepas dari sejarah bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia mengalami perjalanan sejarah yang sangat
panjang hingga sampai dengan saat ini. Beberapa kali periode mengalami
zaman penjajahan dari bangsa asing. Hal ini secara langsung mempengaruhi
hukum yang diberlakukan di Negara ini, khususnya hukum pidana. Hukum
pidana sebagai bagian dari hukum publik mempunyai peranan penting dalam
tata hukum dan bernegara. Aturan-aturan dalam hukum pidana mengatur
agar munculnya sebuah keadaan kosmis yang dinamis. Menciptakan sebuah
tata sosial yang damai dan sesuai dengan keinginan masyarakat.

Mempelajari sejarah hukum akan mengetahui bagaimana suatu hukum hidup


dalam masyarakat pada zaman periode tertentu dan pada wilayah tertentu.
Sejarah hukum mempunyai pegangan penting bagi yuris pemula untuk
mengenal budaya dan pranata hukum.

Induk peraturan hukum pidana positif Indonesia adalah Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana ( KUHP ). KUHP ini mempunyai nama asli Wetboek
van Strafrecht voor Nederlandsch Indie ( WvSNI ) yang diberlakukan di
Indonesia pertama kali dengan Koninklijk Besluit ( Titah Raja ) Nomor 33 15
Oktober 1915 dan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1918. WvSNI

8
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

adalah keturunan dari WvS Negeri Belanda yang dibuat pada tahun 1881 dan
diberlakukan di negara Belanda pada tahun 1886. walaupun WvSNI
merupakan turunan ( copy ) dari WvS Belanda, namun pemerintah kolonial
pada saat itu memberlakukan asas Konkordasi ( penyesuaian ) bagi
pemberlakuan WvS di negara jajahannya. Beberapa pasal di hapuskan dan
disesuaikan dengan kondisi dan misi kolonialisme Belanda atas wilayah
Indonesia.

Jika dirunut lebih ke belakang, pertama kali negara Belanda membuat


perundang-undangan hukum pidana sejak tahun 1795 dan disahkan pada
tahun 1809. Kodifikasi hukum pidana nasional pertama ini disebut
dengan Crimineel Wetboek voor Het Koniklijk Holland. Namun baru dua
tahun berlaku, pada tahun 1811 Prancis menjajah Belanda dan
memberlakukanCode Penal ( kodifikasi hukum pidana ) yang dibuat tahun
1810 saat Napoleon Bonaparte menjadi penguasa Prancis. Pada tahun 1813,
Prancis meninggalkan Negara Belanda. Namun demikian, Negara Belanda
masih mempertahankan Code Penal itu sampai tahun 1886. Pada tahun 1886,
mulai di berlakukan Wetboek van Strafrecht sebagai pengganti Code
PenalNapoleon.

Setelah perginya Prancis pada tahun 1813, Belanda melakukan usaha


pembaharuan hukum pidananya ( code penal )selama kurang lebih 68 tahun (
sampai tahun 1881 ). Selama usaha pembaharuan hukum pidana itu, Code
Penalmengalami beberapa perubahan terutama pada ancaman pidananya.
Pidana penyikasaan dan pidana cap bakar yang ada dalam Code
Penal ditiadakan dan diganti dengan pidana yang lebih lunak. Pada tahun
1881, Belanda mengesahkan hukum pidananya yang baru dengan
nama Wetboek van Strafrecht sebagai penganti Code Penal Napoleon dan
mulai diberlakuakan lima tahun kemudian, yaitu pada tahun 1886.

Sebelum Negara Belanda mengesahkan Wetboek van Strafrecht sebagai


pengganti Code Penal Napoleon pada tahun 1886, diwilayah Hindia Belanda
sendiri ternyata pernah diberlakukan Wetboek van Strafrecht voor
Europeanen ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Eropa ) dengan

9
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

Staatblad tahun 1866 Nomor 55 dan dinyatakan berlaku sejak 1 januari 1867.
Bagi masyarakat bukan Eropa diberlakukan Wetboek van Strafrecht voor
Inlender ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pribumi ) dengan Staatblad
tahun 1872 Nomor 85 dan dinyatakan berlaku sejak 1 januari 1873.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pada zaman itu terdapat juga
dualisme hukum pidana, yaitu hukum pidana bagi golongan Eropa dan
hukum pidana bagi golongan non-Eropa. Kenyataan ini dirasakan Idenburg (
Minister van Kolonien )sebagai perzamanlahan yang harus dihapuskan. Oleh
karena itu, setelah dua tahun berusaha pada tahun 1915 keluarlahKoninlijk
Besluit ( Titah Raja ) Nomor 33 15 Oktober 1915 yang
mengesahkan Wetboek van Strafrech voor Nederlandsch Indie dan berlaku
tiga tahun kemudian yaitu mulai 1 januari 1918.

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945 ,untuk


mengisi kekosongan hukum pidana yang diberlakukan di Indonesia maka
dengan dasar Pasal II aturan peralihan UUD 1945, WvSNI tetap
diberlakukan. Pemberlakuan WvSNI menjadi hukum pidana Indonesia ini
menggunakan Undang-undang No 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum
Pidana Indonesia. Dalam pasal VI Undang-undang No 1 Tahun 1946
disebutkan bahwa nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch
Indie diubah menjadi Wetboek van Strafrecht dan dapat disebut “Kitab
Undang-undang Hukum Pidana”. Disamping itu, undang-undang ini juga
tidak memberlakukan kembali peraturan-peraturan pidana yang dikeluarkan
sejak tanggal 8 Maret 1942,baik yang dikeluarkan oleh pemerintah jepang
maupun oleh panglima tertinggi Balantentara Hindia Belanda.

Oleh karena perjuangan Bangsa Indonesia belum selesai pada Tahun 1946
dan muncullah dualisme KUHP setelah tahun tersebut maka pada tahun 1958
dikeluarkan Undang-undang No 73 Tahun 1958 yang memberlakukan
Undang-undang No 1 Tahun 1946 bagi seluruh wilayah Republik Indonesia.

10
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

Dengan gambaran sejarah demikian, runtutan sejarah terbentuknya Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia dapat diilustrasikan dalam bagan
berikut :

Tahun Peristiwa Selisih waktu


1810 CodePenal diberlakukan di Prancis 1 tahun
1811 CodePenal diberlakukandi Belanda 56 tahun
1867 Wetboek van Strafrecht voor 6 tahun
Europeanen berlaku di Hindia-Belanda
1873 Wetboek van Strafrecht 8 tahun
voorInlander berlaku di Hindia-Belanda
1881 Wetboek van Strafrecht disahkan di Belanda 5 tahun
1886 Wetboek van Strafrecht diberlakukan di 29 tahun
Belanda
1915 Wetboekvan Strafrecht Nedherlands 3 tahun
Indie disahkan untuk Hindia Belanda
1918 Wetboek van Strafrecht Nedherlands 28 taun
Indie deberlakukan di Hindia Belanda
1946 Wetboek van Strafrecht Nedherlands
Indie disebut sebagai KUHP Indonesai
Total selisih
Waktu 136 tahun

FUNGSI/TUJUAN HUKUM PIDANA

Tirtaamidjaya menyatakan maksud diadakannya hukum pidana adalah untuk


melindungi masyarakat. Secara umum hukum pidana berfungsi untuk mengatur
kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum.
Manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupannya
yang berbeda-beda terkadang mengalami pertentangan antara satu dengan yang
lainnya, yang dapat menimbulkan kerugian atau mengganggu kepentingan orang
lain. Agar tidak menimbulkan kerugian dan mengganggu kepentingan orang lain
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut maka hukum memberikan
aturan-aturan yang membatasi perbuatan manusia, sehingga ia tidak bisa berbuat
sekehendak hatinya.

Berkenaan dengan tujuan hukum pidana (Strafrechtscholen) dikenal dua


aliran tujuan dibentuknya peraturan hukum pidana, yaitu:

11
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

1. Aliran klasik

Menurut aliran klasik (de klassieke school/de klassieke richting) tujuan


susunan hukum pidana itu untuk melindungi individu dari kekuasaan penguasa
(Negara). Peletak dasarnya adalah Markies van Beccaria yang menulis tentang
“Dei delitte edelle pene” (1764). Di dalam tulisan itu menuntut agar hukum
pidana harus diatur dengan undang-undang yang harus tertulis. Pada zaman
sebelum pengaruh tulisan Beccaria itu, hukum pidana yang ada sebagian besar
tidak tertulis dan di samping itu kekuasaan Raja Absolute dapat
menyelenggarakan pengadilan yang sewenangwenang dengan menetapkan hukum
menurut perasaan dari hakim sendiri. Penduduk tidak tahu pasti perbuatan mana
yang dilarang dan beratnya pidana yang diancamkan karena hukumnya tidak
tertulis. Proses pengadilan berjalan tidak baik, sampai terjadi peristiwa yang
menggemparkan rakyat seperti di Perancis dengan kasus Jean Calas te Toulouse
(1762) yang dituduh membunuh anaknya sendiri bernama Mauriac Antoine Calas,
karena anaknya itu terdapat mati di rumah ayahnya. Di dalam pemeriksaan Calas
tetap tidak mengaku dan oleh hakim tetap dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana
mati dan pelaksanaannya dengan guillotine. Masyarakat tidak puas, yang
menganggap Jean Calas tidak bersalah membunuh anaknya, sehingga Voltaire
mengecam putusan pengadilan itu, yang ternyata tuntutan untuk memeriksa
kembali perkara Calas itu dikabulkan. Hasil pemeriksaan ulang menyatakan
Mauriac mati dengan bunuh diri. Masyarakat menjadi gempar karena putusan itu,
dan selanjutnya pemuka-pemuka masyarakat seperti J.J. Rousseau dan
Montesquieu turut menuntut agar kekuasaan Raja dan penguasa-penguasanya agar
dibatasi oleh hukum tertulis atau undang-undang. Semua peristiwa yang
diabadikan itu adalah usaha untuk melindungi individu guna kepentingan hukum
perseorangan.

Oleh karenanya mereka menghendaki agar diadakan suatu peraturan tertulis


supaya setiap orang mengetahui tindakan-tindakan mana yang terlarang atau
tidak, apa ancaman hukumannya dan lain sebagainya. Dengan demikian
diharapkan akan terjamin hak-hak manusia dan kepentingan hukum perseorangan.
Peraturan tertulis itu akan menjadi pedoman bagi rakyat, akan melahirkan

12
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

kepastian hukum serta dapat menghindarkan masyarakat dari kesewenang-


wenangan. Pengikut-pengikut ajaran ini menganggap bahwa tujuan hukum pidana
adalah untuk menjamin kepentingan hukum individu. Setiap perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang (individu) yang oleh undang-undang hukum pidana
dilarang dan diancam dengan pidana harus dijatuhkan pidana. Menurut aliran
klasik, penjatuhan pidana dikenakan tanpa memperhatikan keadaan pribadi
pembuat pelanggaran hukum, mengenai sebab-sebab yang mendorong dilakukan
kejahatan (etiologi kriminil) serta pidana yang bermanfaat, baik bagi orang yang
melakukan kejahatan maupun bagi masyarakat sendiri (politik kriminil).

2. Aliran modern

Aliran modern (de moderne school/de moderne richting) mengajarkan tujuan


susunan hukum pidana itu untuk melindungi masyarakat terhadap kejahatan.
Sejalan dengan tujuan tersebut, perkembangan hukum pidana harus
memperhatikan kejahatan serta keadaan penjahat. Kriminologi yang objek
penelitiannya antara lain adalah tingkah laku orang perseorangan dan atau
masyarakat adalah salah satu ilmu yang memperkaya ilmu pengetahuan hukum
pidana. Pengaruh kriminologi sebagai bagian dari social science menimbulkan
suatu aliran baru yang menganggap bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk
memberantas kejahatan agar terlindungi kepentingan hukum masyarakat.

Berikut ini disebutkan pula beberapa pendapat yang dikemukakan tentang


fungsi/tujuan hukum pidana:

Menurut Sudarto fungsi hukum pidana itu dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fungsi yang umum

Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari hukum, oleh karena itu
fungsi hukum pidana juga sama dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu untuk
mengatur hidup kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata dalam
masyarakat;

2. Fungsi yang khusus

13
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

Fungsi khusus bagi hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan


hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya (rechtsguterschutz)
dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan
dengan sanksi yang terdapat pada cabang hukum lainnya. Dalam sanksi pidana
itu terdapat suatu tragic (suatu yang menyedihkan) sehingga hukum pidana
dikatakan sebagai „mengiris dagingnya sendiri atau sebagai „pedang bermata
dua , yang bermakna bahwa hukum pidana bertujuan untuk
melindungi kepentingan-kepentingan hukum (misalnya: nyawa, harta benda,
kemerdekaan, kehormatan), namun jika terjadi pelanggaran terhadap larangan dan
perintahnya justru mengenakan perlukaan (menyakiti) kepentingan (benda)
hukum si pelanggar. Dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu memberi aturan-
aturan untuk menaggulangi perbuatan jahat. Dalam hal ini perlu diingat pula,
bahwa sebagai alat social control fungsi hukum pidana adalah subsidair, artinya
hukum pidana hendaknya baru diadakan (dipergunakan) apabila usaha-usaha lain
kurang memadai.

Adami Chazawi menyebutkan bahwa, sebagai bagian dari hukum publik hukum
pidana berfungsi:

1. Melindungi kepentingan hukum dari perbuatan atau perbuatanperbuatan


yang menyerang atau memperkosa kepentingan hukum tersebut
Kepentingan hukum yang wajib dilindungi itu ada tiga macam, yaitu:
2. . Kepentingan hukum perorangan (individuale belangen), misalnya
kepentingan hukum terhadap hak hidup (nyawa), kepentingan hukum atas
tubuh, kepentingan hukum akan hak milik benda, kepentingan hukum
terhadap harga diri dan nama baik, kepentingan hukum terhadap rasa
susila, dan lain sebagainya;

1. Kepentingan hukum masyarakat (sociale of maatschappelijke belangen),


misalnya kepentingan hukum terhadap keamanan dan ketertiban umum,
ketertiban berlalu-lintas di jalan raya, dan lain sebagainya;

1. Kepentingan hukum negara (staatsbelangen), misalnya kepentingan


hukum terhadap keamanan dan keselamatan negara, kepentingan hukum

14
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

terhadap negara-negara sahabat, kepentingan hukum terhadap martabat


kepala negara dan wakilnya, dan sebagainya.

2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan


fungsi perlindungan atas berbagai kepentingan hukum

Dalam mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi, dilakukan oleh


negara dengan tindakan-tindakan yang sangat tidak menyenangkan, tindakan yang
justru melanggar kepentingan hukum pribadi yang mendasar bagi pihak yang
bersangkutan, misalnya dengan dilakukan penangkapan, penahanan, pemeriksaan
sampai kepada penjatuhan sanksi pidana kepada pelakunya. Kekuasaan yang
sangat besar ini, yaitu kekuasaan yang berupa hak untuk menjalankan pidana
dengan menjatuhkan pidana yang menyerang kepentingan hukum manusia atau
warganya ini hanya dimiliki oleh negara dan diatur di dalam hukum pidana itu
sendiri terutama di dalam hukum acara pidana, agar negara dapat menjalankan
fungsi menegakkan dan melindungi kepentingan hukum yang dilindungi oleh
hukum pidana dengan sebaik-baiknya.

3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara


melaksanakan fungsi perlindungan atas kepentingan hukum.

Kekuasaan negara yang sangat besar dalam rangka menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum itu dapat membahayakan dan menjadi bumerang bagi
warganya, negara bisa bertindak sewenang-wenang jika tidak diatur dan dibatasi
sedemikian rupa, sehingga pengaturan hak dan kewajiban negara mutlak
diperlukan.

Menurut Jan Remmelink hukum pidana (seharusnya) ditujukan untuk


menegakkan tertib hukum, melindungi masyarakat hukum. Manusia satu persatu
di dalam masyarakat saling bergantung, kepentingan mereka dan relasi antar
mereka ditentukan dan dilindungi oleh norma-norma. Penjagaan tertib sosial ini
untuk bagian terbesar sangat tergantung pada paksaan. Jika norma-norma tidak
diataati, akan muncul sanksi, kadangkala yang berbentuk informal, misalnya
perlakuan acuh tak acuh dan kehilangan status atau penghargaan sosial. Namun

15
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

jika menyangkut hal yang lebih penting, sanksi (hukum), melalui tertib hukum
negara yang melengkapi penataan sosial, dihaluskan, diperkuat dan dikenakan
kepada pelanggar norma tersebut. Ini semua tidak dikatakan dengan melupakan
bahwa penjatuhan pidana dalam prakteknya masih juga merupakan sarana
kekuasaan negara yang tertajam yang dapat dikenakan kepada pelanggar. Menjadi
jelas bahwa dalam pemahaman di atas hukum pidana bukan merupakan tujuan
dalam dirinya sendiri, namun memiliki fungsi pelayanan ataupun fungsi sosial.

Menurut Van Bemmelen, hukum pidana itu membentuk normanorma dan


pengertian-pengertian yang diarahkan kepada tujuannya sendiri, yaitu menilai
tingkah laku para pelaku yang dapat dipidana. Van Bemmelen menyatakan, bahwa
hukum pidana itu sama saja dengan bagian lain dari hukum, karena seluruh bagian
hukum menentukan peraturan untuk menegakkan norma-norma yang diakui oleh
hukum. Akan tetapi dalam satu segi, hukum pidana menyimpang dari bagian
hukum lainnya, yaitu dalam hukum pidana dibicarakan soal penambahan
penderitaan dengan sengaja dalam bentuk pidana, walaupun juga pidana itu
mempunyai fungsi yang lain dari pada menambah penderitaan. Tujuan utama
semua bagian hukum adalah menjaga ketertiban, ketenangan, kesejahteraan dan
kedamaian dalam masyarakat, tanpa dengan sengaja menimbulkan penderitaan.

Selanjutnya Van Bemmelen menyatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan


ultimum remidium (obat terakhir). Sedapat mungkin dibatasi, artinya kalau bagian
lain dari hukum itu sudah tidak cukup untuk menegakkan norma-norma yang
diakui oleh hukum, barulah hukum pidana diterapkan. Ia menunjuk pidato
Menteri Kehakiman Belanda Modderman yang antara lain menyatakan bahwa
ancaman pidana itu harus tetap merupakan suatu ultimum remidium. Setiap
ancaman pidana ada keberatannya, namun ini tidak berarti bahwa ancaman pidana
akan ditiadakan, tetapi selalu harus mempertimbangkan untung dan rugi ancaman
pidana itu, dan harus menjaga jangan sampai terjadi obat yang diberikan lebih
jahat daripada penyakit.

LATIHAN SOAL/TUGAS

16
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang
Pengertian Hukum Pidana

1. Jelaskan yang dimaksud dengan hokum pidana beserta tujuan dan fungsinya
menurut saudara?
2. Jelaskan secara terperinci sejarah hokum pidana di Indonesia?

DAFTAR PUSTAKA

- Adami Chazawi, 2010. PELAJARAN HUKUM PIDANA. PT RAJA GRAFINDO


PERSADA: Jakarta.

– Titik Triwulan Tutik, 2006. Pengantar ilmu Hukum. Yang Menerbitkan PT


Prestasi Pustakaraya : Jakarta.

Jan Remmelink, Hukum Pidana, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 15.

J.M. van Bemmelen, Hukum Pidana 1, (Bandung: Binacipta, 1979), h. 55.

17
S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai