D. TINJAUAN PUSTAKA
Koloid adalah suatu suspense partikel-partikel kecil yang mempunyai
ukuran tertentu dalam suatu medium kontinu. Sistem koloid terdiri dari fase
terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang
didispersikan disebut fase terdispersi dan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi. Partikel koloid lebih besar
daripada satu molekul tetapi lebih kecil (terlalu kecil) untuk dilihat oleh mata,
dimensi diameter umumnya berkisar dari 10-9 sampai 10-6 m.
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya sistem koloid
dapat dibedakan menjadi 8 jenis. Dalam sistem koloid, fase terdispersi dan
medium pendispersinya dapat berupa zat padat, cair / gas.
Sistem Dispersi
Sistem dispersi merupakan campuran antara zat terlarut dan pelarut.
Dalam sistem dispersi, jumlah zat terlarut lebih sedikit dibandingkan zat
pelarut. Zat terlarut dinamakan fase terdispersi sedangkan zat pelarut
dinamakan medium pendispersi. Jadi, sistem dispersi adalah campuran antara
fase terdispersi dengan medium pendispersi yang bercampur secara merata.
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Larutan Sejati atau Dispersi Molekul
Larutan sejati adalah campuran antara zat padat atau zat cair sebagai
fase terdispersi dengan zat cair sebagai medium pendispersi. Pada larutan
sejati, fase terdispersi tersebar sempurna dengan medium pendispersi
sehingga dihasilkan campuran yang homogem, antara fase terdispersi
dengan medium pendispersinya tidak dapat dibedakan lagi.
2. Koloid atau Dispersi Halus
Koloid adalah campuran antara fase terdispersi dengan medium
pendispersi tetapi fase terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler
melainkan gabungan dari beberapa molekul. Secara visual, bentuk fisik
koloid sama seperti bentuk larutan tetapi jika diamati dengan mikroskop
ultra, campuran ini bersifat heterogen.
3. Suspensi atau Dispersi Kotor
Suspensi adalah campuran heterogen antara fase terdispersi dengan
medium pendispersi dimana fase terdispersinya tidak dapat bercampur
secara merata ke dalam medium pendispersinya. Dalam suspensi, antara
fase terdispersi dengan medium pendispersinya dapat dibedakan dengan
jelas.
Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek tyndall adalah efek penghamburan cahaya yang disebabkan
partikel-partikel koloid. Apabila seberkas cahaya misalnya lampu senter
dilewatkan pada tiga gelas yang masing-masing barisi suatu dispersi,
koloid dan larutan. Maka jika dilihat secara tegak lurus dari arah datangnya
cahaya akan terlihat jelas bahwa cahaya yang melewati dispersi dan koloid
mengalami peristiwa penghamburan dan pemantulan. Sedangkan berkas
cahaya yang melewati larutan tidak akan mengalami peristiwa
penghamburan dan pemantulan tersebut (berkas cahaya diteruskan).
Contoh peristiwa efek tyndall :
Sorot lampu mobil pada malam hari
Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pada pagi hari
2. Gerak Brown
Gerak brown adalah gerak acak atau gerak zig-zag yang dilakukan
oleh partikel-partikel koloid. Gerakan ini dapat terjadi karena adanya
tumbukan antara partikel-partikel pendispersi terhadap partikel-partikel
zat terdispersi, sehingga partikel zat terdispersi akan terlontar. Gerak
brown dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu
Semakin kecil ukuran partikel koloid, gerak brown akan semakin
cepat, dan sebaliknya.
Semakin tinggi suhu koloid gerak brown akan semakin cepat, dan
sebaliknya.
Gerak brown merupakan salah satu faktor yang menyebabkan koloid
menjadi stabil karena bergerak terus menerus, maka partikel koloid dapat
mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami pengendapan.
3. Muatan Koloid
a. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid karena
pengaruh medan listrik. Jika dalam sistem koloid dimasukkan 2
batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah,
maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode.
Contoh penggunaan elektrode ini adalah :
Untuk mengidentifikasi DNA
Penyaring debu pada cerobong asap pabrik
b. Elektroosmosis
Gerak partikel koloid bermuatan melalui membran semipermeable
oleh pengaruh medan listrik
c. Potensial aliran
Partikel koloid dipaksa bergerak melalui membran.
d. Potensial sedimentasi
Partikel koloid bermuatan mengendap karena pengaruh perbedaan
potensial.
4. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan spesi (muatan listrik / ion dan
molekul netral) oleh permukaan partikel koloid. Peristiwa ini karena
adanya gerak tarik molekul, atom / ion dan karena adanya tegangan
permukaan koloid yang cukup tinggi.
Contoh penggunaan sifat adsorpsi :
Pemutihan gula tebu
Penyembuhan sakit perut oleh bakteri pantogen dengan serbuk
karbon aktif / norit.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid
sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya.
Contoh proses yang memanfaatkan sifat koagulasi :
Pengolahan karet mentah dengan koagulan berupa asam format
Proses penjernihan air menggunakan tawas
6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain
agar tidak mengalami koagulasi dengan cara membentuk lapisan.
Contoh koloid pelindung :
Pada pembuatan eskrim digunakan gelatin untuk mencegah
pembentukan kristal besar es atau gula
7. Dialisis
Dialisis adalah pemurnian medium pendispersi dari ion-ion yang
menggumpalkan partikel koloid.
Contoh dialisis :
Proses cuci darah
Memisahkan ion sianida dari tepung tapioka
Pembuatan Koloid
1. Cara Dispersi
Gumpalan materi atau suspensi kasar dapat diubah menjadi lebih kecil
sehingga tersebar dan berukuran koloid. Membuat koloid dengan
memecah gumpalan itu disebut dispersi (penyebaran).
a. Cara dispersi mekanik
Yaitu dengan cara menggerus (menggiling) partikel kasar sampai
berukuran koloid dengan penggilingan koloid. Misal pada belerang
dan urea digerus kemudian diaduk bersama air membentuk hidrosol.
b. Cara dispersi elektronik
Disebut juga dengan cara busur bredig. Yaitu membuat koloid
dengan mencelupkan dua elektroda logam (seperti emas) ke dalam air.
Kemudian diberi listrik tegangan tinggi sehingga suhunya tinggi.
Akibatnya, atom-atom emas lepas dari elektroda dan bergabung
membentuk partikel koloid emas.
c. Cara peptisasi
Yaitu membuat koloid dengan menambahkan suatu cairan kepada
partikel kasar (endapan) sehingga pecah menjadi koloid. Misalnya
koloid Fe(OH)3 dapat dibuat dengan menambahkan larutan FeCl3
pada endapan Fe(OH)3.
2. Cara Kondensasi
Kondensasi adalah kebalikan dispersi, yaitu penggabungan
(kondensasi) partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid.
Penggabungan itu terjadi dengan berbagai cara.
a. Cara reaksi kimia
Cara reduksi, dengan mereduksi logam dari senyawa sehingga
terbentuk agregat atom logam. Contohnya membuat koloid emas
dengan mereduksi emas klorida dengan stanniklorida.
2AuCl3 + 3SnCl2 → 2Au + 3SnCl4
Cara oksidasi, dengan mengoksidasi unsur dalam senyawa
sehingga terbentuk unsur bebas. Contohnya membuat koloid
belerang dengan mengoksidasi hidrogen sulfida dengan SO2
2H2S + SO2 → 2S + H2O
Cara hidrolisis, yaitu dengan menghidrolisis senyawa ion
sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut (koloid). Contohnya
membuat koloid Fe(OH)3 dengan memasukkan larutan FeCl3 ke
dalam air panas.
FeCl3 (aq) + 3H2O (aq) → Fe(OH)3 (aq) + 3HCl (aq)
Reaksi metatesis, dengan penukaran ion sehingga terbentuk
senyawa yang sukar larut (koloid). Contohnya membuat koloid
AgBr dengan mereaksikan larutan AgNO3 dengan KBr.
AgNO3 + KBr → AgBr (s) + KNO3
b. Cara penukaran pelarut
Yaitu dengan cara menukar pelarut atau menambahkan air ke
dalam pelarut lain, jika senyawa lebih sukar larut dalam pelarut kedua.
Contohnya membuat koloid belerang dengan menambahkan air ke
dalam larutan belerang dalam alkohol.
c. Cara pendinginan berlebih
Yaitu dengan cara campuran didinginkan sehingga salah satu
senyawa membeku (koloid). Contohnya membuat koloid es dengan
mendinginkan campuran eter atau klorofom dengan air.
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Tabung reaksi 2 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Pipet tetes secukupnya
Gelas ukur 100 mL 4 buah
Mortar dan alu 1 buah
Sendok 1 buah
Spatula 1 buah
Corong 1 buah
Pembakar spirtus 1 buah
Kertas saring secukupnya
Penjepit kayu 1 buah
Kertas label secukupnya
Bahan :
Aquades secukupnya
FeCl3 jenuh secukupnya
Tepung kanji 2 sendok
Larutan iod secukupnya
Larutan benzene 1 mL
Na-oleat 15 tetes
Gula pasir 1 sendok
Norit 1 sendok
F. ALUR PRAKTIKUM
1. Pembuatan koloid Fe(OH)2
10 ml aquades
Dimasukkan kedalam gelas kimia, dipanaskan sampai mendidih
Ditambahkan tetes demi setetes larutan FeCl3 jenuh sambil diaduk
Diamati dan dicatat
Perubahan Warna
2. Dispersi
10 ml aquades
Filtrat A Filtrat B
Dibandingkan
Hasil
Filtrat B
Ditambahkan 2 tetes larutan iod pada filtrate
Dibandingkan dengan filtrat B sebelum penambahan iod
Hasil
3. Emulsi
1 ml Benzena
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 ml aquades
Dikocok dan diletakkan pada rak tabung reaksi sampai kedua larutan
terpisah
Ditambahkan 15 tetes Na-oleat (minyak kelapa) dalam larutan yang
telah memisah
Dikocok dan ditunggu selama 10-15 menit
Ditambahkan NaOH 0,5 M 5 tetes
Diamati perubahannya
Hasil
4. Adsorbsi
1 sendok porselein gula
Hasil
G. HASIL PENGAMATAN
3. Emulsi
+ Benzene dengan air Terbentuk
tidak Benzene
1 ml Benzena emulsi
Benzene
Dimasukkan ke dalam aquades menjadi akan membentuk 2 dengan fasa terdispersi
berwarna dan
tabung reaksi 2 larutan yang fasa larutan dan pendispersinya
berbau
Ditambahkan 2 ml aquades Na-oleat terpisah Setelah ditambah secara berturut-turut
tidak
Dikocok dan diletakkan Ditambahkan Na- Na-oleat akan yaitu benzene dan
berwarna
pada raktabung reaksi NaOH oleat larutan terlihat lebih jelas 2 aquades
tidak
sampai kedua larutan bagian atas agak lapisan larutan yang
berwarna
terpisah keruh terpisah
Ditambahkan 15 tetes Na- Aquades tidak Setelah Terbentuk emulsi
oleat (minyak kelapa) berwarna didiamkan tidak dengan fasa
dalam larutan yang telah terjadi perubahan pendispersi aquades
memisah Ditambahkan dan fasa terdispersi
Dikocok dan ditunggu NaOH larutan benzene
selama 10-15 menit bagian atas Setelah ditambah
Ditambahkan NaOH 0,5 M bertambah keruh NaOH terlihat
5 tetes dan muncul seperti menyatu
Diamati perubahannya gelembung di
Hasil batas pemisah
Adsorbsi
4. 1 sendok porselein gula Gula berwarna
Gula + aquades Larutan gula Partikel koloid mudah
Dilarutkan dengan 10 ml kuning
warna ditambah norit mengadsorbsi zat
kecoklatan
aquades dalam tabung kekuningan menjadi larutan warna, yang semula
Aquades tidak
reaksi Ditambahkan hitam larutan berwarna
berwarna kekuningan berubah
norit larutan
Ditambahkan 1 sendok Norit berwarna menjadi warna Campuran yang menjadi hitam dan
norit yang sudah digerus hitam hitam dipanaskan akan menghasilkan filtrate
dalam tabung reaksi Dipanaskan dan mengendapkan tak berwarna
Diaduk dan diletakkan ke dikocok selama karbon (norit) warna
dalam gelas kimia berisi air 10 menit larutan hitam
mendidih memisah, Setelah disaring
Dikocok dengan penjepit terdapat endapan akan menghasilkan
selama 10 menit berwarna hitam filtrate tidak
Disaring menggunakan dibagian bawah berwarna
kertas saring Saat disaring
Dibandingkan perubahan filtrate yang
warna sebelum dan sesudah dihasilkan tidak
dimasukkan dalama bejana berwarna dan
Hasil residu berwarna
hitam
H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pertama yaitu telah dilakukan percobaan pembuatan koloid Fe(OH)3.
Awalnya 10 ml aquades (tidak berwarna) dimasukan dalam gelas kimia dan
didihkan diatas pembakar spirtus. Setelah itu dimasukkan tetes demi tetes
larutan FeCl3 jenuh (berwarna kuning) sambil diaduk, dan diamati. Setelah
sebanyak 20 tetes larutan FeCl3 ditambahkan, terjadi perubahan warna larutan
yang semula tidak berwarna menjadi larutan merah kecoklatan. Berikut reaksi
yang terjadi :
FeCl3 (aq) + 3H2O (aq) → Fe(OH)3 (aq) + 3HCl (aq)
Perubahan warna larutan tersebut menunjukkan bahwa telah terbentuk koloid
Fe(OH)3 dengan indikator warna merah kecoklatan. Kegunaan dari aquades
yang dididihkan yaitu untuk mempercepat pembesaran partikel yang semula
berupa larutan sejati menjadi partikel koloid, dan juga untuk menghidrolisis
larutan FeCl3 serta menghasilkan ion OH- dan H+, yang kemudian ion Fe3+
bereaksi dengan ion OH- membentuk koloid Fe(OH)3. Percobaan ini
berhubungan dengan cara pembuatan koloid yaitu dengan cara kondensasi dan
hidrolisis. Kondensasi merupakan cara pembuatan koloid dengan cara
memperbesar partikel yang berupa larutan sejati (lebih kecil) menjadi partikel
koloid (lebih besar). Dimana jenis koloid yang dihasilkan yaitu berupa sol,
karena karakteristiknya seperti sol, dengan fasa terdispersinya yaitu FeCl3 dan
fasa pendispersinya yaitu H2O. Dengan demikian maka koloid Fe(OH)3 dapat
dibuat dengan cara kondensasi, yang indikatornya berupa perubahan warna
larutan menjadi merah kecoklatan.
Percobaan kedua yaitu dispersi. Pertama menyiapkan 2 gelas kimia, yaitu
gelas kimia A dan gelas kimia B. Pada gelas kimia A dimasukan 10 ml aquades
dan dilarutkan sebanyak 1 sendok tepung kanji (berwarna putih), diaduk lalu
disaring dengan kertas saring, menghasilkan filtrat A jernih tak berwarna. Pada
gelas kimia B dimasukan 10 ml aquades dan ditambahkan 1 sendok tepung
kanji yang sudah digerus dengan mortar alu. Kemudian diaduk dan disaring
dengan kertas saring, menghasilkan filtrat B yang agak keruh. Terdapat
perbedaan dari kedua filtrat yaitu pada filtrat A menghasilkan warna larutan
yang jernih tak berwarna, sedangkan pada filtrat B menghasilkan warna larutan
yang agak keruh. Perbedaan ini disebabkan karena ukuran partikelnya berbeda,
dimana pada filtrat A partikelnya termasuk suspensi (lebih besar) dan pada
filtrat B partikelnya berupa koloid (lebih kecil). Sehingga hampir seluruh
partikel dalam gelas kimia A telah tersaring oleh kertas saring dan
menghasilkan filtrat jernih tak berwarna, sedangkan partikel dalam gelas kimia
B yang tersaring oleh kertas saring lebih sedikit dibanding partikel dalam gelas
kimia A, dan hasil filtratnya menjadi agak keruh karena masih ada partikel
amilum yang tak tersaring. Kemudian untuk filtrat B ditetesi sebanyak 2 tetes
larutan iod (berwarna kuning kecoklatan) menghasilkan warna kehitaman. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat amilum dalam larutan, karena larutan iod
tersebut sebagai indikator adanya amilum dengan hasil warna ungu kehitaman.
Misal pada filtrat A ditetesi larutan iod kemungkinan akan menghasilkan warna
larutan ungu kehitaman juga karena masih ada sedikit partikel amilum yang
masih ikut larut dalam filtrat, namun secara teori hasilnya yaitu tetap tak
berwarna karena seharusnya partikel amilum sudah tersaring seluruhnya.
Hubungan antara percobaan ini dengan koloid yaitu termasuk proses
pembuatan koloid dengan cara dispersi. Dispersi merupakan pembuatan koloid
dengan cara memperkecil partikel yang semula berupa suspensi menjadi
partikel lebih besar berupa koloid. Pada percobaan ini koloid dibuat dengan
cara dispersi mekanik yaitu menggerus tepung kanji sampai menjadi partikel
koloid. Dan jenis koloid yang dihasilkan yaitu berupa sol cair, dimana fasa
pendispersinya yaitu aquades dan fasa terdispersinya yaitu amilum. Dengan
demikian koloid dapat dibuat dengan cara dispersi yaitu memperkecil partikel
suspensi menjadi partikel koloid.
Pada percobaan ketiga yaitu emulsi. Pertama 1 ml benzena tidak berwarna
dimasukan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml aquades, dikocok dan
didiamkan, menghasilkan campuran namun setelah beberapa saat didiamkan
menghasilkan 2 fasa larutan yang terpisah. Hal ini terjadi karena kedua larutan
tersebut mempunyai kepolaran yang berbeda, dimana air merupakan polar dan
benzena termasuk non polar sehingga tidak dapat menyatu. Air merupakan
pelarut polar karena atom O dan H lebih bersifat elektronegatif dan sifat
keelektronegatifannya lebih dari 1, sedangkan benzena non polar karena atom
C dan H kurang bersifat elektronegatif dan sifat keelektronegatifannya kurang
dari 1. Untuk zat bagian bawah merupakan air dan yang atas yaitu benzena.
Hal ini dikarenakan massa jenis air (1 g/ml) lebih besar dibanding massa jenis
benzena (0,85 g/ml), sehingga letak air berada di bawah benzena. Selanjutnya
ditambahkan 15 tetes Na-Oleat (tidak berwarna) terjadi sedikit percampuran
larutan namun juga lebih terlihat pemisahan antara 2 fasa larutan lebih jelas,
pada larutan atas lebih keruh dan larutan bawah tak berwarna. Kemudian
ditambahkan 5 tetes NaOH (tidak berwarna) hasilnya larutan yang atas lebih
keruh dan larutan yang bawah tak berwarna. Penambahan dari Na-oleat dan
NaOH yaitu sebagai emulgator yang merupakan penyeimbang emulsi yang
telah terbentuk. Dimana Na-oleat sebagai emulgator yang berinteraksi dengan
gugus non polar (benzena) dan NaOH sebagai emulgator yang berinteraksi
dengan gugus polar (aquades). Sehingga secara teori campuran ini akan
menyatu dan terbentuk koloid jenis emulsi yang seimbang antara benzena (fasa
terdispersi) dengan aquades (fasa pendispersi). Berikut gugus polar pada air
dan gugus non polar pada benzena :
I. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dengan judul Koloid yang sudah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi yaitu dengan memperbesar
partikel larutan sejati menjadi partikel koloid.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi yaitu dengan memperkecil
partikel suspensi menjadi partikel koloid.
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dibuat dengan bantuan emulgator
yang bertindak sebagai penyeimbang emulsi yang terjadi antara gugus
polar dan non polar.
Koloid bersifat pengadsorbsi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
penjernih suatu larutan/campuran.
J. DAFTAR PUSTAKA
Percobaan 1
Dipanaskan gelas kimia yang berisi Ditambahkan FeCl3 jenuh tetes demi
aquades 10 ml setetes
Terjadi perubahan warna menjadi
merah kecoklatan
Percobaan 2
Dimasukkan 10 ml aquades ke dalam Dimasukkan 1 sendok amilum
gelas kimia (tepung kanji)
Diaduk Disaring