Anda di halaman 1dari 25

BAB XII.

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

A. SPESIFIKASI UMUM

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Tata cara bentuk bangunan yang dimaksud harus sesuai dengan gambar kerja yang
telah ditetapkan dengan spesifikasi teknis sebagaimana tercantu dalam uraian
dibawah ini
1.2 Pekerjaan yang dilaksanakan pada Pekerjaan Penggantian Instalasi Listrik, Rehab
Parkir Perbaikan dan Pengecatan Gedung Kantor Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
dengan perincian sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
 Pembuatan papan nama kegiatan, mengukur dan memasang bowplank,
Bongkaran, pembersihan lapangan, penyediaan air kerja dan administrasi
dokumentasi.
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Pasangan
d. Pekerjaan Beton
e. Pekerjaan Atap
f. Pekerjaan Cat
g. Pekerjaan Kayu
h. Pekerjaan Langit-langit
i. Pekerjaan Lain-lain

Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana kerja
dan RKS yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat
ini.

Pasal 2
PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN

Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut
dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya.

2.1. Peraturan-peraturan umum mergenai pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau


Algemene vour warden voor de uit voiring bij aanniming van opebare werken (AV)
1941 dan Urxlang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang jasa kontruksi.
2.2. Peratuaran Beton Bertulang Indonesia ( PBI 1971 ) NI 2.
2.4. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik ( PUIL ) 1979 dan PLN.
2.5. Tata cara pengaduan dan pengecoran beton 5NI 03 -3976
2.6. Peraturan Muatan Indonesia NI 8 ( PMI 1984)
2.7. Ubin lantai kramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976 -1995
2.8. Ubin semen polos SNI 03-0028 -1987
2.9. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI ) NI 5
2.10. Mutu Kayu Bangunan SNI 03 -3527 – 1984
2.11. Mutu Genteng Kramik SNI 03-3527 -1994
2.12. Peraturan Umum instansi listrik ( PUIL ) SNI 04 -0225 -1987
2.13. Tata Cara Perencanaan Tangki Septick SNI 03 - 2398 - 1991
2.14. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dad Departemen Tenaga Kerja
2.15. Peraturan Semen Portland Indonesia NI. 8 Tahun 1972 ( SKSNI ).
2.16. Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan NT 10
2.17. Peraturan Plumbing Indonesia.
2.18. Tata cara pengecatan kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1962- 1990.
2.19. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03- 1962-1990.
2.20. Pedoman Perencanaan Penanggulangan longsoran SNI 03 -1962-1990
2.21. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
2.22. Peraturan sambungan Telepon berlaku di Indonesia.
2.23. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) ukuran A1 untuk ditempel di Direksi Keet.
Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana
ketentuan dan syarat dalam peraturan di atas, maka Kontraktor wajib mengikuti
ketentuan peraturarrperaturan yang disebutkan di atas.

Pasal 3
GAMBAR KERJA, RKS, MUTU BAHAN DAN SYARAT PELAKSANAAN

3.1 Sarana Bekerja


Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan :
3.1.1. Tenaga kerja / tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan,
3.1.2. Alat-alat bantu seperti beton molen, vibrator, pompa air, mesin las, alat-alat
pengangkut, mesin giling dan peralatan lain yang dipergunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
3.1.3. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan
yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

3.2. Cara Pelaksanaan.


3.2.1. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan gambar kerja dan syarat-syarat yang
diuraikan dalam RKS ini, serta perubahan-perubahan dalam berita Acara
aanwijzing, sesuai pengarahan direksi / pengawasan lapangan pada waktu
atau sebelum berlangsungnya pekerjaan. Termasuk hal ini adalah pekerjaan-
pekerjaan tambah/kurang yang timbul dalam pelaksanaan.

3.2.2. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan


ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), gambar
rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan
Direksi dan Konsultan Pengawas.

3.2.3. Penyedia Jasa sebelum melaksanakan kegiatan/tahapan-tahapan kegiatan


diharuskan membuat request sebagai permohonan ijin kegiatan yang
diajukan kepada pengawas lapangan/koordinator pengawas dan mengetahuii
pejabat pembuat komitmen selaku kuasa pengguna anggaran;

3.3. Jenis dan Mutu Bahan.


Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan
keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan
Men Pan :
No. 472 / Kpb / )GI / 1980.
No. 813 / MENPAN / 1980.
No. 64 / MENPAN / 1980.

3.4. Gambar-gambar
RKS ini dilampiri :
a. Site Plan
b. Gambar Denah, Tampak dan Potongan.
c. Gambar Kerja.
d. Gambar Detail Konstruksi ( Struktur ).
e. Gambar Detail Khusus.

3.5. Penjelasan RKS dan Gambar.


3.5.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
3.5.2. Bila gambar tidak sesuai dencan rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat / berlaku adalah RKS Bila suatu gambar tidak cocok
dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih
besar yang berlaku.
3.5.3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, kontraktor wajib menanyakan kepada
Direksi dan Konsultan Pengawas dan Kontraktor mengikuti keputusannya.

3.6. Jadwal Pelaksanaan.


3.6.1. Sebelum memulai pekerjaan nyata dilapangan pekerjaan, Kontraktor wajib
membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa
Bar Chart dan S Curve bahan / tenaga.
3.6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
kepada Direksi dan Konsuttan Pengawas, paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari Kalender setelah Surat Kepuitusan Penunjukan (SKP)
diterima Kontraktor.
Rencana Kerja yang teiah disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas,
akan disahkan oleh Pemberi Tugas.
3.6.3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (Empat)
kepada Direksi dan Konsultan Pengawas. Satu salinan Rencana Kerja harus
ditempel pada dinding di bangsal kontraktor dilapangan yang selalu diikuti
dengan grafik kemajuan pekerjaan (Prestasi Kerja).
3.6.4. Direksi dan Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

3.7. Kuasa Kontraktor di Lapangan.


3.7.1 Dilapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk kuasa Kontraktor atau
biasa disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan
dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor.
3.7.2 Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.
3.7.3 Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Direksi dan Konsultan
Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapat persetujuan.
3.7.4 Bila dikemudian hari, menurut pendapat Direksi Proyek dan Konsultan
Pengawas, Pelaksanaan kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada. Kontraktor secara tertulis untuk
mengganti Pelaksana.
3.7.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,
Kontraktor harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri
(Penanggung jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin
Pelaksanaan.

3.8. Tempat Tinggal (domisili) Kontraktor dan Pelaksana.


3.8.1 Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja di luar jam kerja apabila
terjadi hal-hal mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan
secara tertulis alamat dan nomor telepon dilokasi kepada Direksi dan
Konsultan Pengawas.
3.8.2 Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah-ubah
selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan Pelaksana
wajib memberitahukan secara tertulis.
3.9. Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan.
3.9.1 Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang
milik proyek, Konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada
dilapangan.
3.9.2 Untuk maksud-maksud tersebut, Kontraktor harus membuat pagar pengaman
dari kayu atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan kontraktor.
3.9.3 Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujuai Direksi
dan Konsultan Pengawas, yang telah dipasang ataupun belum tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambahan.
3.9.4 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor
diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai
yang ditempatkan ditempat-tempat yang akan di tetapkan kemudian oieh
Direksi dan Konsultan Pengawas.
3.9.5 Semua kerusakan yang diakibatkan karena kegiatan ini harus diperbaiki
dengan baik.

3.10. Jaminan dan Keselamatan Kerja.


3.10.1 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
3.10.2 Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah
kekuasaan Kontraktor.
3.10.3 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak
dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di
dalam lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali
untuk menjaga keamanan.
3.10.4 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja
wajib diberikan oleh kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Pasal 4
PERALATAN KERJA DAN UKURAN-UKURAN

4.1. Alat-alat Pelaksanaan.

 Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan pekerjaan harus disediakan oleh


kontraktor sebelum pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap
dipakai, antara lain :
Teodolit dan Water Pass (ijin Konsultan Pengawas).
Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.
Pompa air untuk sistem pengeringan apabila diperlukan.

4.2. Situasi.
4.2.1 Situasi Pekerjaan tersebut berada di Desa Pasuruhan Kidul Kecamatan Jati,
Panjang dan Dersalam Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
4.2.2 Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah bangunan,
sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawarannya.
4.2.3 Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan
untuk mengajukan tuntutan.
4.3. Ukuran.
4.3.1 Ukuran satuan yang dipergunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm,
kecuali ukuran-ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam mm.
4.3.2 Duga lantai permukaan atas lantai ditetapkan + 0,00 akan ditentukan di
lapangan secara bersama-sama dengan pihak User, Tim Teknis.
4.3.3 Di bawah pengamatan konsultan pengawas, kontraktor diwajibkan membuat
satu titik duga dan 5 titik bantu di atas tanah bangunan dengan tiang beton
yang panjangnya minimum 200 an, berpenampang 10 x 10 cm2. Titik duga
dan titik bantu dijaga kedudukannya serta tak terganggu selama pekerjaan
berlangsung dan tidak boleh dibongkar sebelum mendapat ijin tertulis dan
Direksi dan konsultan pengawas.
4.3.4 Memasang Papan (Bouwplank).
Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawasan Konsultan
pengawas dengan piket / patok yang dipancang kuat-kuat dan papan
terentang dengan ketebalan 2 cm diketam rata pada sisi-sisinya.
Kontraktor harus menyediakan pembantu yang ahli dalam cara-cara
mengukur, alat-alat penyimpan daftar (theodolit, waterpass) prisma
silang pengukuran menurut situasi dan kondisi tanah bangunan, yang
selalu berada di lapangan.

Pasal 5
PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

5.1. Syarat-syarat Cara Pemeriksaan Bahan Bangunan.


5.1.1 Semua bahan-bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan
5.1.2 Konsultan pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor
wajib memberitahukan.
5.1.3 Semua bahan bangunan yang akan di gunakan harus diperiksa dulu kepada
Direksi dan Konsultan pengawas untuk mendapat persetujuan.
5.1.4 Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan
pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi dan konsultan pengawas,
harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya dalam
waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
5.1.5 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi
ternyata ditolak konsultan pengawas, pekerjaan tersebut harus segera
dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang
ditetapkan oleh Direksi dan konsultan pengawas.
5.1.6 Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,
Direksi dan konsultan pengawas berhak mengirimkan bahan tersebut kepada
Balai Penelitian Bahan-bahan (Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti.
Biaya pengiriman dan penilaian menjadi tanggungan kontraktor, apapun hasil
penelitian bahan tersebut.

5.2. Pemeriksaan Pekerjaan


5.2.1 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah
selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.
Kontraktor wajib memintakan persetujuan Direksi dan konsultan pengawas.
Baru apabila Direksi dan konsultan pengawas telah menyetujui bagian
pekerjaan tersebut, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.
5.2.2 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dan jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari
raya, tidak dipenuhi oleh konsultan pengawas, kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui
kansultan pengawas. Hal ini dikecualikan bila konsultan pengawas minta
perpanjangan waktu.
5.2.3 Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, konsultan pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pnmasangan kembali menjadi
tanggungan kontraktor.

B. SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 6
PEKERJAAN PERSIAPAN

6.1. Lingkup Pekerjaan


6.1.1. Papan nama kegiatan
6.1.2. Mengukur dan memasang bouwplank
6.1.3. Pembersihan lapangan
6.1.4. Penyediaan Air Kerja
6.1.5. Administrasi dan dokumentasi

6.2. Persyaratan bahan


6.2.1. Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus
memenuhi kualitas yang ditentukan dalam PBI 1971.
6.2.2. Untuk papan nama proyek digunakan tiang dan kayu dan triplek di cat putih.
6.2.3. Bahan bouwplank dipakai tiang kayu meranti batu 5/7 dan papan meranti batu
ukuran 3/20 cm.
6.2.4. Untuk alat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan
lain-lain digunakan bahan kayu setempat.

6.3. Pedoman Pelaksanaan


6.3.1. Sebelum pelaksanaan kegiatan, penyedia jasa harus berkonsultasi dengan
direksi / pengawas lapangan;
6.3.2. Penebangan Pohon.
Kelestarian segala jenis pohon yang ada di halaman harus dijaga betul,
penebangan atau pemindahan pohon harus dengan persetujuan tertulis dari
Direksi dan Konsultan Pengawas.
6.3.3. Jalan masuk dan konstruksi Jalan Sementara.
Sarana pencapaian jalan masuk kehalaman komplek menggunakan jalan
existing yang sudah ada, bila terjadi kerusakan kontraktor harus memperbaiki
seperti kondisi semula.dengan petunjuk Direksi dan konsultan pengawas.
6.3.4. Pembersihan lokasi sekeliling bangunan
Meliputi pembersihan semua tanaman tumbuhan termasuk pembongkaran
akar-akar pohon yang terkena bangunan dan halaman di sekeliling bangunan,
termasuk perataan tanah / pembuatan terasering jika diperlukan, hasil-hasil
pembongkaran / pembersihan tersebut diatas dibuang keluar lokasi pekerjaan,
atas petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
6.3.5. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber mata air
terdekat, kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan .
Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup selama
pelaksanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam
PBI NI 2.
6.3.6. Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan nama proyek dari papan dengan ukuran 200 x 100 cm.
Didirikan tegak diatas kayu ukuran 5/7 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada
tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat:
Nama Proyek
Pemilik Proyek
Lokasi Proyek
Jumlah Biaya ( Kontrak )
Nama Konsultan Perencana
Nama Konsultan Pengawas
Nama Pelaksana ( Kontraktor)
Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun
6.3.7. Pemasangan Bouwplank
Tiang Bouwplank harus terpasang kuat Papan di ketam halus dan lurus pada
sisi atasnya dan dipasang waterpass ( timbang air ) dengan sudut-sudut
harus siku .

Pasal 7

PEKERJAAN TANAH

7.1 Pekerjaan Galian Tanah.


a. pekerjaan galian baru boleh dilaksanakan setelah bowplank selesai diperiksa
disetujui oleh direksi/pengawas lapangan;
b. Apabila pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa pembuangan,
kabel-kabel listrik, telepon, dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka
secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Pengawas atau instansi yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.
c. Kontraktor harus memberitahukan kepada perusahaan-perusahaan (air, telepon,
listrik, dan lain-lain) untuk menggunakan saluran-saluran, alat - alat yang menjadi
hak perusahaan tersebut. Kontraktor harus juga mengatur semua sarana (air,
listrik, telepon, dan lain-lain) yang masuk ke areal yang dibongkar untuk
diputuskan atau diamankan;
d. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar kerja, bila lebih maka
penyedia jasa harus menutup dengan pasir yang dipadatkan. untuk hal tersebut
diadakan pemeriksaan setempat oleh direksi/pengawas lapangan;
e. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukura gambar kerja dan
dibersihkan dari segala kotoran. Tanah galian yang tidak terpakai harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan;
f. Pada bagian-bagian galian yang dianggap mudah longsor pemborong harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan mernasang papan papan penahan
atau cara lain. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat gugurnya tanah, dengan
alasan apapun menjadi tanggungan kontraktor;
g. Bila kondisi tanah sangat jelek atau labil maka lapisan atas ini harus digali sampai
kedalaman tertentu dan diganti dengan tanah yang baik atau pasir dan batu;
h. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala kerusakan-
kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut.
i. Lubang-lubang bekas galian bangunan harus diisi dengan tanah galian dan
dipadatkan menurut petunjuk konsultan pengawas.

7.2 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali


a. Urugan tanah kembali dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan
batu kali selesai dipasang beserta pekerjaan2 lain seperti instalasi air kotor dan
yang lainnya diperiksa oleh direksi/pengawas lapangan.
b. Urugan kembali lubang pondasi hanya boleh dilaksanakan seijin
konsultan pengawas setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.
c. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-
tumbuhan dan segala macam sampah atau kotoran. Tanah urugan harus dari jenis
tanah berbutir (tanah ladang /berpasir dan tidak terlalu basah).
d. Urugan tanah harus dipasang sepadat mungkin dengan mesin
pemadat (Compactor) dan tidak dibenarkan hanya menggunakan timbris.
e. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau
disingkirkan dari tempat-tempat yang akan ditentukan oleh konsultan pengawas.
Pasal 8
PEKERJAAN PASANGAN

8.1 PASANGAN BATU KALI

8.1.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan pasangan batu kali ini meliputi pas. Batu kali untuk pondasi
bangunan degan kualitas pas. Batu kali 1pc : 6ps.

8.1.2 Persyaratan Bahan


a. Batu belah yang digunakan merupakan sejenis batu yang keras, liat, berat
dan berwarna kehitam-hitaman yang berasal dari batu besar yang di belah/
dipecah menjadi ukuran normal (10-15 cm dan 15-20 cm);
b. Pasir pasang / Muntilan harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat,
kotoran organik dan bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir
yang akan dipakai terlebih dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter
lubang sebesar 10 mm yang diambil dari penambangan Jurang atau
tempat penambangan terdekat yang kualitasnya memenuhi persyaratan
setara pasir lokal.
c. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.8 tipe I menurut
ASTM dan memenuhi S 400 Standart Portland Cement atau setara dengan
Tiga Roda atau Gresik.

8.1.3 Adukan/ Spesi


a. Adukan menggunakan campuran 1pc : 6ps dilaksanakan untuk semua
pasangan batu kali/ belah.
b. Pasir yang digunakan adalah pasir Muntilan, tidak mengandung tanah,
lumpur dan kotoran-kotoran lain serta sebelum digunakan harus
disaring/diayak terlebih dahulu dilaksanakan untuk pasangan batu kali dan
pasir pasang untuk aanstamping/pasangan batu kosong.
c. Celah antara pasangan batu kali harus terisi penuh dengan spesi dan
dipastikan tidak ada yang berongga.

8.1.4 Persyaratan Pekerjaan


a. Galian tanah pondasi yang telah mencapai peil yang direncanakan diurug
degan pasir urug setebal 5-10 cm untuk pondasi lajur maupun pondasi
setempat dilanjutkan dengan pasangan aanstamping batu kali.
b. Batu kali/belah yang dipakai dengan dimensi rata-rata 10/15 sampai 15/20
dengan tiga muka pecahan.Podasi dari batu belah
c. Pondasi dari batu kali /belah yang dipakai adalah batu kali /belah dengan
tiga muka pecahan, dengan menggunakan spesi 1pc : 6ps
d. Pondasi batu kali / belah setelah selesai, pada sisa lubang galian
sepanjang alur pondasi diisi dengan tanah urug hingga peil yang
direncanakan ;
e. Sebelum alur pondasi diurug supaya ditunjukkan dahulu kepada
direksi/pengawas lapangan terlebih dahulu untuk mendapatkan pegesahan
pail.

8.2 PASANGAN BATA MERAH

8.2.1 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pekerjaan pasangan batu bata merah adalah
 Pasangan batu bata untuk pasangan dinding.
 Dan lain-lain seperti tersebut dan tercantum dalam gambar kerja
8.2.2 Persyaratan Bahan
a. Batu bata
Syarat batu bata yang digunakan adalah :
 Batu bata dari tanah yang dibakar dengan
kwalitas baik, matang dengan warna merah khas bata secara
menyeluruh, keras dan tidak mudah patah
 Satu ukuran saling tegak lurus ( siku )
 Tidak mengandung batu, tidak berlubang-
lubang dan tidak retak-retak
 Memenuhi persyaratan PUBI 1982.
b. Pasir pasang
 Harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah
liat, kotoran organik dan bahan yang dapat merusak pasangan,
 Pasir terlebih dahulu diayak lewat ayakan
dengan diameter lubang sebesar 10mm yang diambil dari
penambangan jurang atau tempat penambangan terdekat yang
kwalitasnya memenuhi persyaratan setara pasir lokal.
c. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.8 tipe I menurut
ASTM dan memenuhi S 400 Standart Portland Cement atau setara dengan
Hocim, Gresik.

8.2.3 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pasangan batu bata dengan adukan spesie 1pc : 6ps untuk semua pasangan
batu bata.
b. Batu bata sebelum dipasang dibasahi air terlebih dahulu sampai jenuh, air
yang digunakan adalah air jenih dan tidak mengandung bahan asam/basa
(bahan kimia).
c. Pasangan batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap sampai setinggi 1.00
M dan diikuti dengan cor kolom praktis, ditunggu sampai kuat betul minimal
1 (satu) hari untuk pasangan berikutnya.
d. Batu bata kurang dari ½ (setengah) panjang tidak boleh digunakan /
dipasang.
e. Siar (naat) harus dikorek setelah pasangan.
f. Pasangan batu bata seluas maksimum 12 M² harus diperkuat dengan kolom
praktis ukuran 15/15 cm dengan tulangan 4 ø 12 cm dan begel (sengkang)
6 – 15 cm, kecuali sudah ada perkuatan lain.
g. Jika setelah selesai pekerjaan pasangan batu bata terdapat retak-retak
penyedia jasa harus memperbaiki pekerjaan tersebut dan apabila
diperlukan penambahan-penambahan perkuatan konstruksi pemborong
wajib melaksanakan atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan dan
seijin Pengelola Teknis.
h. Pasangan batu bata yang telah selesai dan berdiri harus disiram terus
menerus dengan air selama 14 (empat belas) hari

8.2.4 Cara Pemasangan atau Pelaksanaan


a. Sebelum pekerajaan dimulai Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus
terlebih dahulu menyerahkan sampel batu bata yang akan dipakai dalam
pekerjaan tersebut kepada Konsultan Pengawas.
b. Semua batu bata yang akan dipasang harus dibasahi/direndam dahulu
dengan air dan batu bata tersebut harus terbebas dari kotoran.
c. Batu bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, sambungan-
sambungannya harus sama rata, sudut persegi, nat tegak specie tidak
segaris ( silang ) dan permukaan baik dan rata sehingga akan
mempermudah dalam plesteran.
d. Pada penghentian pasangan harus menggunakan penggigian miring,
pada hubungan dengan tiang-tiang beton atau pada ujung pasangan
harus bergerigi.
e. Semua pasangan harus terikat kuat dengan kolom, dinding beton,balok
atau plat beton dan bagian struktur lainnya.
f. Penguatan untuk pasangan bata dilakukan menurut kebutuhan atau atas
petunjuk dari Konsultan Pengawas.
g. Kolom praktis untuk penguat pasangan bata harus dibuat sedemikian
rupa, sehingga maksimum setiap luas 12m2 bidng pasangan bata harus
dikelilingi oleh penguat ( kolom-kolom praktis tersebut.
h. Pada sisi tegak yang berhubungan dengan beton/kolom dipasang angkur (
stek ), dan sepanjang sisi tegak tersebut harus dicor dengan adukan 1pc :
2 ps setebal minimal 5cm.
i. Penguatan beton juga diberikan pada daerah-daerah pembukaan seperti
pada bagian atas pintu/jendela dan lubang-lubang lainnya sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas.
j. Bila pekerjaan selesai maka adukan semen yang menempel pada
pasangan bata harus segera dibuang.

8.3 PEKERJAAN PLESTERAN

8.3.1 Lingkup Pekerjaan


a. Plesteran semua dinding tembok bagian dalam dan bagian luar bangunan.
b. Plesteran pekerjaan beton yang nampak, termasuk juga dalam pekerjaan
ini termasuk pekerjaan sponengan.
c.Plesteran-plesteran untuk pekerjaan pasangan lainnya dan semua yang
tercantum dalam gambar.

8.3.2 Persyaratan Umum


a. Pekerjaan plesteran tidak boleh dikerjakan/dilakukan dalam keadaan
hujan/gerimis.
b. Pekerjaan plesteran dikerjakan/dilakukan setelah pekerjaan penutup atap
selesai dikerjakan.
c. Bahan-bahan untuk pekerjaan plesteran, kecuali semen portland sebelum
pemakaian harus disaring terlebih dahulu dengan saringan lubang persegi
sebesar 5 mm.
d. Pasir yang digunakan untuk plesteran harus bersih, bebas lumpur tanah
liat, bahan organik dan bahan yang dapat merusak plesteran, untuk itu
pasir yang akan dipakai harus diambil dari penambangan gunung merapi,
muntilan atau tempat penambangan terdekat yang kualitasnya memenuhi.
e. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan/dilakukan bidang-
bidang/permukaan yang akan diplester harus dibersihkan terlebih dahulu.
Bidang-bidang yang berlumut harus dibersihkan dengan sikat kawat baja,
setelah bersih permukaan/bidang-bidang tersebut disiram dengan air
kemudian baru pekerjaan dapat dimulai.

8.3.3 Persyaratan pelaksanaan pekerjaan


a. Pada dasarnya adukan spesi untuk plesteran dinding tembok pada ruang-
ruang yang kering dengan campuran 1 Pc : 6 Ps.
b. Adukan untuk plesteran kedap air, plesteran beton dan sponengan
menggunakan campuran 1 Pc : 6 Ps.
c. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus, sehingga plesteran tidak
pecah-pecah ataupun retak-retak setelah mengering.
d. Bilamana plesteran dikerjakan dalam lapisan-lapisan, maka lapisan dalam
dibiarkan kasar, dan hanya lapisan / bagian luar yang dihaluskan dan
dilicinkan. Setelah lapisan / bagian luar dikerjakan, maka lapisan dalam
harus di basah terlebih dahulu.
e. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan
yiyit/acian dari PC, sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah-pecah.
f. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata vertical dan tegak lurus
dengan bidang plesteran lain.
g. Pengacian dimulai setelah plesteran mengering, pengacian
dilakukan/dikerjakan dengan menggosokan dan pemolesan dengan
adunan yiyit/acian dari semen Portland.
h. Untuk semua bidang/permukaan pekerjaan beton yang nampak yang akan
diplester permukaannya harus dikasarkan terlebih dahulu.
i. Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2 cm, kecuali plesteran pekerjaan
beton yang nampak dengan tebal maksimum 1.5 cm.
j. Plesteran baru tersebut harus dijaga dan dirawat sedemikian rupa,
sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah-pecah dengan disiram air
minimum 3 (tiga) kali dalam waktu 24 jam selama 3 (tiga) hari.
k. Bilamana plesteran tersebut diketok harus tidak menimbulkan suara
kosong disemua tempat. Bilamana menimbulkan suara kosong maka
plesteran tersebut harus dibongkar/diperbaiki atas biaya dan tanggung
jawab penyedia jasa.

8.4 PEKERJAAN ACIAN

Persyaratan pelaksanaan pekerjaan


a. Sebelum pekerjaan acian dilakukan, bidang-bidang yang akan diaci harus
dibersihkan dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar acian tidak cepat kering
dan tidak retak – retak.
b. Semen untuk acian harus benar-benar halus dan tidak boleh ada semen yang
menggumpal dan di adoni dengan rata sehingga acian tidak retak dan lepas/keprok.
c. Tebal acian tidak boleh lebih dari 5 mm dan kurang dari 2 mm,
d. Acian supaya digosok berulang – ulang sampai mantap dengan lepan sehingga
tidak terjadi retak – retak dan pecah.
e. Pekerjaan acian harus menghasilkan bidang yang halus, lurus, rata, vertical dan
tegak lurus dengan bidang lainnya dan tidak bergelombang.

8.5 PEKERJAAN KERAMIK

8.5.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pemasangan Keramik Lantai
b. Pemasangan Keramik Dinding pada kamar mandi
c. Pemasangan Plin Keramik

8.5.2 Persyaratan Bahan Keramik Lantai


a. Keramik Lantai Ruang dan teras menggunakan keramik lantai tipe halus
(polished) ukuran 30 x 30 cm motif setara Asia Tile atau Mulia warna
ditentukan kemudian.
b. Plint lantai menggunakan keramik tipe halus (polished) ukuran 10x30 cm
motif setara Asia Tile atau Mulia warna ditentukan kemudian.
c. Bahan keramik harus memenuhi persyaratan teknis misalnya tidak licin,
tidak retak, rata dan mempunyai daya rekat aduk setandart, digunakan
untuk ruangan dan teras bangunan sesuai desain gambar.
d. Sebelum dilaksanakan pemasangan bahan, pelaksana harus mangajukan
contoh terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan direksi. Bahan
tersebut harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertuup, kering dan
bersih.
e. Semua keramik tersebut dapat menggunakan produk lokal yang telah
memiliki SII dan memenuhi syarat PUBI 1972.
f. Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak boleh lebih dari 1% atau
sesuai gambar, jenis keramik harus
g. Seragam / satu merek dan warna harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan Direksi Pekerjaan.

8.5.3 Pelaksana Pekerjaan Lantai Keramik :


a. Pemasangan keramik lantai menggunakan adukan dengan perbandingan
1Pc : 6 Ps dengan ketebalan adukan maksimal 5 cm.
b. Jika pemasangan lantai keramik di atas pasir urug padat setebal 5 cm,
terlebih dahulu harus diteliti kebenaran pemadatan tanah urug dan pasir
urug di bawahnya serta ketepatan pada peil yang ditentukan
c. Semua keramik yang akan dipasang terlebih dahulu direndam dalam air.
Pengisian siar-siar harus cukup merata/padat. Setelah dibersihkan dari
kotoran pengkolotan lantai dapat dilakukan dengan semen warna atau
sesuai petunjuk.
Pekerjaan lantai yang tidak lurus/waterpass, siarnya tidak lurus berombak,
turun naik dan retak harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pelaksana.
Lantai yang sudah terpasang harus dipel dan dibersihkan.

Pasal 9
PEKERJAAN BETON

9.1 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan beton meliputi :
a. Pekerjaan beton bertulang yang terdiri dari sloof, kolom, ringbalk, konsul beton dan
semua pekerjaan pengecoran seperti ditunjukkan pada gambar;
b. Pekerjaan beton tidak berlubang yang terdiri dari rabat beton untuk lantai kerja
lantai bangunan.

9.2 Persyaratan Bahan


a. Semen
 Semua semen yang digunakan adalah
semen portland yang memenuhi syarat-syarat :
- Standart Industri Indonesia dalam SII-0013-81
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung 1991
(SK.SNI T-15-1991-03)
- Tata Cara Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton 1989
(SK.BI- 1.453.1989)
- Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982.
- Standard Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986.
- Mempunyai sertifikat uji (test certificate).
- Mendapat persetujuan Konsultan-Konsultan Pengawas.
 Semua semen yang akan dipakai produksi
harus dari satu merk yang sama untuk suatu konstruksi/struktur yang sama,
dalam keadaan baru dan asli, dikirim data kantong-kantong semen yang
masih disegel dan tidak pecah.
 Semua semen disimpan di dalam gudang
yang tertutup dan terlindungi dari kerusakan-kerusakan akibat salah
penyimpanan dan cuaca.
 Semen curah harus disimpan di dalam silo
yang terbuat dari baja atau beton dan harus terhindar dari kemungkinan
bercampur dari bahan lain.
 Untuk semen yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut diatas dapat ditolak penggunaannya. Bahan yang telah
ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x
24 jam.
b. Agregat (Aggregates)
 Semua pemakaian split (batu pecah) dan
pasir beton harus memenuhi syarat-syarat :
- Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982.
- Specification for Concrete Aggregates (ASTM 33).
- Specification for Lightweight Aggregates for Structural Concrete
(ASTM 33).
- Standard Industri Indonesia (SII) 0052-80.
- Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porus.
- Bebas dari tanah/tanah liat.
 Split (batu pecah) yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 30 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
 Gradasi dari agregat-agregat tersebut
secara keseluruhan harus dapat mutu beton yang baik, padat dan mempunyai
daya kerja yang baik dengan air dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
 Konsultan Pengawas dapat meminta
kepada Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor untuk mengadakan tes kualitas dari
agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunhuk oleh
Konsultan Pengawas setiap saat dalam laboratorium yang diakui.
 Semua pengetesan untuk hal tersebut
diatas menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
 Dalam hal adanya perubahan sumber
darimana agregat tersebut akan disuplai, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
wajib untuk memberitahukan kepada Konsultan Pengawas.
c. Air Kerja
 Air yang digunakan untuk semua pekerjaan
di lapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-
bahan kimia (asam, alkali) dan tidak mengandung organis atau bahan lainnya
yang dapat memberikan efek merusak beton dan tulangan serta tidak
mengandung minyak atau lemak.
 Disamping itu, air kerja tersebut juga
haruslah memenuhi syarat-syarat :
- Tata Cara Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton 1989
(SK.BI-1.4.53.1989).
- Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982.
- Diuji oleh laboratorium yang diakui sah oleh yang berwenang,
dimana air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan yang
didalamnya akan tertanam logam alumunium, termasuk air bebas
yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida
lebih besar dari 0,06% dalam masa dari semen. Sedangkan untuk
beton lainnya maksimum ion klorida adalah 0,30%.
d. Besi Beton Polos (BJTP) dan Ulir (BJTD)
 Semua besi beton yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat dan ketentuan berikut :
- Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982
- Standard Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986
- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SK.SNI-15-1991-03)
- Standard Industri Indonesia (SII) 0136-84
- Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat dan tidak
cacat (retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya)
- Jenis baja mild-steel dengan tegangan leleh (fy) minimum 2400
kg/cm2 untuk diameter tulangan ≤ Ø 12 dan 3200 kg/cm 2 untuk
diameter tulangan ≥ 13.
- Untuk tegangan leleh 3200 kg/cm2 untuk diameter tulangan = 13.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
- Disesuaikan dengan gambar-gambar
 Pemakaian besi beton dari jenis yang
berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan dari
Perancang/Konsultan Pengawas.
 Pemilihan perusahaan ataupun merk dari
besi tulangan harus dari perusahaan/merk yang sudah sabgat dikenal
mutu/kualitas maupun reputasinya. Pemilihan ini harus mendapat persetujuan
Perancang. Tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam
produk besi beton untuk seluruh pekerjaan konstruksi.
 Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diharuskan
mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas dengan biaya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor, dimana batang percobaan
yang diambil berjumlah minimal 5 (lima) batang untuk tiap-tiap jenis
percobaan yang diameternya sama dengan panjang 1000 mm.
 Pemasangan besi beton dilakukan sesuai
dengan gambar-gambar yang ada dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Hubungan antara besi beton satu dengan yang lain harus
menggunakan kawat beton, diikat dengan erat, tidak menggeser selama
pengecoran beton dan bebas dari tanah ataupun papan bekisting.
 Penggunaan besi beton yang sudah jadi
seperti steel wiremesh dan semacamnya, harus mendapat persetujuan
Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.
 Besi beton yang tidak memenuhi syarat
karena kualitas tidak sesuai dengan spesifikasi harus segera dikeluarkan dari
site, setelah menerima instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas, dalam
waktu 24jam.

9.3 Persyaratan Pekerjaan


a. Syarat – syarat Beton
 Konstruksi harus menggunakan peraturan-
peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI, PKKI dan
lain-lain;
 Peraturan beton yang harus dipatuhi adalah
PBI 1971, NI-2 pasal 21 dan SKSNI 1991.
 Dalam hal pengadukan atau campuran
beton, kontraktor diharuskan memakai pengaduk beton atau mixer mekanis;
 Pemasangan tulangan harus dipasang
sesuai dengan diameter dan jarak tulangan seperti pada gambar rencana,
serta tulangan tidak boleh berubah tempat sebelum dan sesudah
pengecoran;
 Pengecoran harus memperhatikan tinggi
jatuh tidak boleh melampaui 1,5 meter dan pemadatannya harus memakai
alat penggetar (vibrator) susai dengan petunjuk direksi/pengawas lapangan;
 Pengangkutan adukan beton ke tempat
pengecoran harus sedekat mungkin untuk menghindari terjadinya pemisahan
dan kehilangan bahan-bahan;
 Selama paling sedikit 1 (satu) minggu beton
harus dibasahi terus menerus untuk mencegah terjadinya pengeringan luar
yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya pengerigan beton.
b. Syarat – syarat bekisting
 Bahan bekisting dipakai multipleks atau
papan kayu kelas III yang memenuhi persyaratan (tebal Menyesuaikan
keperluan), untuk penggunaannya harus dengan persetujuan
direksi/pengawas lapangan;
 Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat
dan kaku untuk menahan getaran dan ketelitian pemasangan bekisting harus
diperhatikan agar setelah beisting dibongkar memberikan bidang-bidang yang
rata;
 Celah-celah yang ada harus rapat agar
pada waktu mengecor air tidak merembes keluar dan sebelum pengecoran
bagian dalam bekisting harus bersih dari kotoran.
c. Syarat – syarat Pembesian
 Pembengkokan tulangan harus sesuai
dengan SKSNI T-15-1991 untuk tulangan s/d ø 12 mm menggunakan
tulangan polos U-24 sedang tulangan ø 13 mm ke atas menggunakan Deform
(ST-37);
 Tulangan harus bebas dari kotoran, karat
dan bahan lain yang mengurangi daya lekat;
 Diameter /ketepatan ukuran dan banyaknya
tulangan harus sesuai dengan gambar kerja;
 Pemasangan tulangan harus sedemikian
rupa, sehingga sebelum dan selama pengecoran posisi tulangan tidak
berubah kedudukannya dan tidak boleh menempel pada cetakan;
 Pada penyetelan tulangan harus didudukan
pada landasan (beton decking) berukuran 5x5 cm tebal sesuai dengan
gambar kerja, yang terbuat dari campuran 1Pc : 3 Ps : 5 Kr;
 Selama proses pengerasan/pengikatan,
beton tidah boleh terganggu/dibebani.
d. Adukan / Spesi
 Perbandingan dari berbagai adukan (specie)
diberikan sesuai dengan daftar proporsi adukan dan campuran di bawah ini,
yaitu :
- Beton Rabat = 1 pc : 3 ps : 5 kr (K-100) untuk beton lantai
kerja;
- Beton Struktur = 1 pc : 2 ps : 3 kr (K-225) untuk pekerjaan beton
sloof, kolo-kolom, ringbalk, plat dan segala sesuatu yang masuk
pekerjaan struktur beton bertulang.
 Angka-angka tersebut dinyatakan dalam
perbandingan jumlah isi ditakar dalam keadaan kering.
 Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
bertanggung jawab penuh atas terlaksananya proporsi adukan dan campuran
itu.
 Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus
membuat takaran-takaran yang sama ukurannya dan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
 Adukan dan campuran untuk beton
bertulang dan pekerjaan-pekerjaan khusus lainnya, kan ditentukan dalam
pasal tersendiri.
e. Persiapan Pengecoran
 Memulai pengecoran harus sepengetahuan
dan seijin direksi/pengawas lapangan;
 Sebelum mulai pengecoran semua cetakan
harus dibersihkan dari segala kotoran;
 Cetakan harus datar dan tegak lurus tidak
ada yang bocor dan kokoh sehingga bentuk dan kedudukannya tetap, tidak
bergetar maupun bergeser pada waktu dan setelah pengecoran, tetapi mudah
dibongkar;
 Sebelum pengecoran, penulangan diteliti
kembali dan disesuaikan dengan gambar, jika ada yang bengkok/ berubah
posisinya harus segera dibetulkan;
 Perubahan/ penambahan penulangan dan
ukuran beton atau perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan dari direksi/ pengawas lapangan.
f. Pengecoran
 Pengecoran harus mendapat ijin dari direksi/
pengawas lapangan
 Campuran beton harus sesuai dengan yang
disyaratkan dalam spesifikasi teknis;
 Pengaduan beton minimal 5 (lima) menit,
setelah semua bahan masuk ke alat pengaduk (jika memakai mesin), warna
adukan seragam/ rata dan adukan harus sudah dituang dalam cetakan
sebelum waktu 10 menit;
 Penggunaan bahan-bahan kimia/pembantu
mempercepat pengerasan beton harus terlebih dahulu dikonsultasikan dan
disetujui oleh direksi/ pengawas lapangan;
 Pembongkaran cetakan beton harus sesuai
dengan spesifikasi teknis dan ketentuan yang berlaku.
g. Perawatan Beton
 Pada umumnya beton yang baru selesai
dicor harus dilindungi terhadap panas matahari dan hujan serta kerusakan-
kerusakan lainnya yang disebabkan oleh gaya-gaya sentuh sampai beton
menjadi keras;
 Beton yang dibuat dengan semen biasa dan
tidak memakai bahan-bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembahasannya selama 14 hari;
 Beton yang dibuat dengan semen yang
mempunyai sifat kekentalan tinggi atau beton yang menggunakan semen
biasa tetapi dengan bahan-bahan pembantu, harus tetap dibasahi sampai
saat dimana kekentalan mencapai 70% dari kekuatan minimum test beton
macam yang sama dan umum 28 hari.

Pasal 10
PEKERJAAN RANGKA ATAP

PERBAIKAN GEDUNG KANTOR


Lingkup pekerjaan atap meliputi :
1. Pembuatan rangka atap dipakai kayu bangkiray kualitas baik. Kayu yang didatangkan
harus sejenis. Pemakai untuk gording, dan lain – lain dengan sistem sambungan dan
ukuran kayu seperti dalam gambar rencana.
2. Pemasangan penutup atap dengan asbes gelombang. Asbes gelombang yang
didatangkan harus sejenis. Sambungan asbes harus mengikuti standart teknis.
Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Rangka Atap Kayu :
a. Rangka atap gording menggunakan kayu bangkiray. Ukuran dan cara
penyambungan sesuai gambar.
b. Bagian bagian kayu yang terlihat harus rapi, permukaan rata dan bersudut siku
sesuai gambar kerja.
c. Semua kayu yang terpasang (kecuali kusen) harus di awetkan dahulu dengan teer
sampai rata.
d. Termasuk kelengkapan konstruksi rangka atap ini adalah :
 Baut – baut begel sesuai gambar.
2. Penutup atap dengan menggunakan Genteng Press lokal
a. Pekerjaan ini meliputi :
1. Pemasangan penutup atap harus rapi, tidak bergelombang sedemikian rupa
sehingga tidak bocor pada waktu hujan
2. Pekerjaan ini meliputi pemasangan penutup atap, bubungan nok, gording dan
lain – lain pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini atau sesuai
dengan gambar.
3. Pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini : pekerjaan kontruksi atap
kuda – kuda beton, gording kayu.

b. Bahan - bahan

1. Bahan gording menggunakan bahan kayu bangkiray atau sesuai gambar, masing
– masing dengan ukuran sesuai gambar.
2. Penutup atap menggunakan asbes gelombang kecil dengan ketebalan 4mm
sesuai gambar kualitas baik .
3. Bubungan atap di bahan yang sama satu produksi. Bubungan atap/pertemuan –
pertemuan lainnya harus khusus dari produksi yang sama. Bentuknya harus
teratur menurut fungsi penempatannya. Dipasang pada kedudukannya, harus
memakai paku payung khusus yang dikeluarkan dari pabrik.

PEMBUATAN PARKIR SEBELAH SELATAN

1. Ruang Lingkup
Pekerjaan meliputi penyedian semua tenaga – tenaga kerja, bahan dan perlengkapan
untuk semua pekerjaan atap structural, termasuk pemasangan alat - alat dari bahan yang
terlekat.. yaitu :
a. Mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi baja sesuai
gambar dan spesifikasi.
b. Melaksanakan pekerjaan rangka atap / kuda kuda dibuat oleh tenaga yang ahli dan
berpengalaman sehingga mendapatkan hasil yang rapi dan kokoh sesuai yang di
inginkan.
c. Pembuatan kuda – kuda menggunakan Pipa baja double dengan ukurann Diametr 3
inchi apabila dikerjakan diluar tempat pekerjaan, maka kuda kuda tersebut tidak boleh
difinishing terlebih dahulu sebelum mendapatkan persetujuan pengawas pekerjaan /
Konsultan pengawas.
d. Melaksanakan pekerjaan pekerjaan pengamatan pada seluruh bidang konstruksi baja
( pengamanan pada masa konstruksi di lapangan ).
e. Melaksanakan pekerjaan “Protectife Painting” dan pengecatan pada seluruh bidang
permukaan baja, kecuali permukaan cheker plato.
f. Melaksanakan pekerjaan – pekerjaan persiapan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
g. Semua prosedur las harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan oleh
pengawas pekerjaan / konsultan pengawas. Ukuran tebal dan panjang las tidak boleh
kurang dari yang dinyatakan dalam gambar detail, serta penyimpanan yag ada harus
dengan persetujuan pengawas pekerjaan / konsultan pengawas.
h. Pengelasan tidak diperkenankan bila pemukaan baja basah terekspose hujan atau
angin kencang.
i. Pemasangan baut dan mur, perlubangan pada batang baja tidak boleh terlalu longgar
/ denga toleransi 1 %, apabila terlalu sempit tidak boleh dibesarkan dengan alat las.
j. Melaksanakan pemasangan dan penyetelan konstruksi baja di site dengan harus
memperhatikan pekerjaan – pekerjaan yang terkait, keamanan, kebersihan dengan
spesifikasi dan gambar.
2. Syarat – syarat Umum dan Peraturan
Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini, semua pekerjaan baja harus sesuai dengan
standart terbaru dan standart – standart dibawah ini :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBI – 83)
b. American Institute of Steel Construction (AISO). “Spesification for Faabrication and
Erection”. 12 February 1966 dan Spesification for Structural Joints Bolts.
c. American Society for Testing and Materials (ASTM)
d. American Welding Society (AWS), code for arc welding in Building Construction
Section A.
e. Standart Industri Indonesia (SII)
3. Syarat – syarat dan Bahan
a. Semua material / bahan harus baru, tidak boleh mengandung karat, bengkok, sesuai
ukuran tidak cacat, profil baja dan plat baja ST – 37 (DIN1700 - 1966) atau ASTM A –
36 atau SS 41 (JIS G.3101_1970). Baja siku dan Gording baja C 125x50x20x2,3 dan
untuk rangka kuda – kuda dengan baja C double 150 x 50 x 20 x 2,3
b. Baut ASTM A 307, kepala segi enam A-325 (8,8 standart DIN) 3,5
c. Washer, tebal washer sesuai dengan diameter baut, digunakan 2 washer, flat washer
dan spring washer.
d. Elektroda las AWS E-6010 atau sesuai denga ASTM A-233
e. Cat khusus untuk baja dari pabrik pembuatannya dan dari merk yang berkualitas baik
sekualitas Sincromes.Penyimpanan bahan sebelum terpasang harus di tempat yang
terlindung dan berada diatas tanah.
4. Test Material
Jika dari pengawas pekerjaan / konsultan pengawas ada keraguan dari mutu baja dan
bahan bangunan lainnya, maka perlu diadakan pengetesan dilaboratorium yang akan
ditentukan oleh direksi pekerjaan / konsultan pengawas atas biaya kontraktor.
5. Fabrikasi
a. Permukaan besi yang akan dicat “protective painting” harus dibersihkan hingga
permukaannya memperoleh warna metallic, demikian juga bekas las – lasandan profil
harus dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatannya, apabila ditentukan
pekerjaan galvanisasi celup panas.
b. Bagian konstruksi yang telah selesai harus bebas dari punter, bengkok dan
sambungan – sambungan yang terbuka dengan beberapa ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk bagian – bagian konstruksi yang lebih pendek dari 10 m, panjang
sebenarnya dari konstruksi tidak boleh bervariasi dari = 1,5 m menurut detail.
2. Bagian – bagian yang mengalami gaya tekanan tidak boleh mempunyai deviasi
dalam kelurusannya lebih dari 1/1000 panjang jarak tumpuan.
c. Semua ukuran harus tepat, sesuai dengan gambar.
d. Semua detail hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang dengan hati hati
untuk menghasilkan tampak yang rapi.
e. Semua perlengkapan atau pekerjaan barang – barang lain yang perlu untuk
kesempurnaan pemasangan, walaupun secara khusus tidak ditunjukkan dalam
gambar atau dipersyaratkan, harus diadakan/ dipersediakan.
f. Kontraktor harus mengambil ukuran ukuran sesungguhnya ditempat pekerjaan dan
tidak dari gambar – gambar kerja untuk memasang pekerjaan pada tempatnya.
6. Detai Sambungan - sambungan Konstruksi
Menggunakan baut dan pengelasan dimana pengelasan harus dilakukan dipabrik
(workshop) dan hanya sambungan dengan baut boleh dilaksanakan di site kecuali
disetujui oleh direksi pekerjaan / kosultan pengawas.
7. Pekerjaan Las
a. Pekerjaan las sebanyak mungkin di dalam bengkel.
1. Pekerjaan las di lapangan harus cukup baik dan tidak boleh dilakukan sewaktu
keadaan masih basah ataupun hujan.
2. Pekerjaan pengelasan juga dilakukan pada baja siku yang menempel pada
konstruksi kuda – kuda untuk peletakan gording.
3. Kawat Las (elektroda) yang digunakan dari jenis yang baik.
4. Pemotongan bahan tidak dibenarkan menggunakan pemanasan.
b. Las perapat / pengedap
Dalam setiap posisi dimana setiap 2 (dua) bagian (dari satu benda yang berdekatan)
harus dibuat las perapat / pengedap guna mencegah masuknya lengas, terlepas itu
diberikan detailnya atau tidak.
c. Perbaikan las
Bila las – lasan apapun memerlukan pembetulan, maka hal ini harus dilakukan
sebagaimana diperintahkan oleh pengawas pekerjaan / konsultan pengawas tanpa
diberi biaya tambahan.
8. Sambungan Baut
a. Lubang baut tidak boleh dibuat dengan las, agar dilaksanakan mengunakan bor,
lubang baut harus lebih besar 0,5 mm dari diameter luar baut. Jika perlubangan
dilakukan di workshop maka diperkenankan langsung dilubangi tmbus dengan alat
penggerak.
b. Jika dilaksanakan di lapangan maka harus dilubangi sebagian di workshop
dilanjutkan dilapangan.
9. Pemasangan / Erection
a. Kontraktor harus menyediakan seluruh perancah dan alat alat yang diperlukan untuk
pekerjaan pemasangan. Semua pekerjaan harus dilakukan hati – hati da teliti, setelah
terpasang semua sambungan –sambungan harus di cek ulang, baik yang
menggunakan las maupun baut mur.
b. Tidak diperkenankan menggunakan martil yang berlebihan yang dapat merusak
material, setiap kesalahan pada pekerjaan bengkel yang menyulitkan pemasangan
bagian – bagian pekerjaan dapat diatasi dengan cara yang disetujui Direksi Pekerjaan
10. Pengecatan Pemberian Bahan Pengawet
Sebelum mengecat, semua pekerjaan harus dibersihkan dari kotoran tidak boleh
dilakukan pengecatan atas permukaan apapun yang tidak bersih atau tidak kering sama
sekali atau dalam keadaan cuaca yang menurut pengawas pekerjaan / konsultan
pengawas mungkin menimbulkan kerusakan pada cat.
Untuk lapisan pertama pengecatan digunakan cat meni (primer). Setelah di dirikan,
bersihkanlah semua tempat – tempat yang rusak dan tempat las – lasan.
Semua cat yang digunakan ex AMCO atau setara. Kedua lapisan cat harus menutupi
semua permukaan baja.
11. Gambar Pabrik (Shop Drawing)
Apa yang diberikan adalah gambar kerja (working drawing). Gambar pabrik (shop
drawing) yang terperinci harus dibuat oleh kontraktor secara teliti dengan memperhatikan
working drawing yang diberikan dan harus mendapatkan persetujuan pengawas
pekerjaan / konsultan pengawas lebih dahulu sebelum dilaksanakan.
12. Lain – Lain
Baik mengenai prosedur, interpas, toleransi, dan koreksi harus selalu berpegang pada
standart yang dipakai pada spesifikasi ini dan harus dengan persetujuan pengawas
pekerjaan / konsultan pengawas.

Pasal 11
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

11.1 Lingkup Pekerjaan dan ketentuan umum


a. Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
b. Pemasangan penutup atap dan pemasangan lisplang seperti disebut dalam
persyaratan ini atau dalam syarat-syarat dan spesifikasi khusus sesuai gambar
rencana.

11.2 Persyaratan Bahan


a. Bahan genteng yang digunakan genteng press kodok lokal eks kebumen KW I
(1m2 = 25 buah).
b. Bahan bubungan yang digunakan dari bahan yang sama dan satu produksi
dengan genteng yang digunakan (1m’ = 4 buah)
c. Bahan atapuntuk pembuatan parkir sebelah selatan menggunakan Galvalume
tabal 4mm

11.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Pemasangan Genteng
1) Pemasangan penutup atap harus dilakukan oleh tenaga yang sudah
berpengalaman dengan mengikuti petunjuk dari produsen
2) Genteng dengan permukaan yang halus dipasang menghadap ke atas.
3) Pada waktu pemasangan genteng, bila berjalan diatap harus tepat pada garis
gording/usuk, jangan diantaranya dan lebih baik jika menggunakan papan kayu
untuk tumpuan kaki.
4) Jika terjadi pemotongan untuk genteng harus dilakukan dengan pemotong
keramik dan jika diperlukan pelubangan harus menggunakan bor jangan
dipahat.
5) Pemasangan penutup atap harus rapi, tidak bergelombang sedemikian rupa
sehingga tidak bocor pada waktu hujan.
b. Pemasangan kerpus
1) Dipasang lurus dengan bantuan benang
2) Dipasang dengan spesi yang kedap air (1:3)
3) Pasangan dipastikan tidak ada retak/bocor.

Pasal 10
PEKERJAAN PENGECATAN

10.1 Cat Dinding Lama


 Semua cat tembok dipilih produk setara Mowilex baik exterior maupun Interior atau
sekualitas
 Cat yang akan digunakan berada dalam wadah yang masih disegel, tidak bocor
dan mendapat persetujuan pengawas.
 Warna cat ditentukan kemudian
 Pekerjaan cat dapat dilaksanakan apabila dinding lama yang akan dicat benar-
benar bersih dari sisa cat lama dan tidak berdebu.
 Membersihkan permukaan dinding tersebut terhadap pengkristalan dan
pengapuran (Efflorence) yang biasanya terdapat pada bekas cat tembok lama
dengan menggunakan amplas
 Semua permukaan dinding di amplas
 Semua permukaan bidang dinding harus dicat sampai rata menurut penilaian
Pengelola Teknis / Pengawas Lapangan

10.2 Cat Dinding lama / Lama


 Semua cat tembok dipilih produk setara Mowilex (exterior / interior) atau sekualitas
 Cat yang akan digunakan berada dalam wadah yang masih disegel, tidak bocor
dan mendapat persetujuan pengawas.
 Warna cat ditentukan kemudian.
 Pekerjaan cat dapat dilaksanakan apabila dinding plester yang akan dicat benar-
benar kering dan tidak berdebu
 Membersihkan permukaan dinding tersebut terhadap pengkristalan dan
pengapuran (Effloresence) yang biasanya terdapat pada tembok baru dengan
menggunakan amplas
 Semua permukaan dinding diplamur
 Semua permukaan bidang dinding harus dicat sampai rata menurut penilaian
Pengelola Teknis / Pengawas Lapangan

10.3 Cat Kayu Lama


 Semua cat kayu dipilih produk setara Emco, Bee Brand atau sekualitas
 Cat yang akan digunakan berada dalam wadah yang masih disegel, tidak bocor
dan mendapat persetujuan pengawas.
 Warna cat ditentukan kemudian
 Pekerjaan cat dapat dilaksanakan apabila permukaan kayu lama yang akan dicat
benar-benar bersih dari kotoran sisa serutan kayu dan tidak berdebu
 Semua permukaan kayu baru yang akan dicat harus sudah diplamur dan dimeni
terlebih dahulu
 Pengecatan dilakukan berulang-ulang, minimal 2 kali hingga mengisi pori-
pori/lubang-lubang yang ada pada permukaan kayu dan mendapatkan warna yang
rata.
 Semua permukaan bidang kayu harus dicat sampai rata menurut penilaian
Pengelola Teknis / Pengawas Lapangan

Pasal 11
PEKERJAAN KAYU
11.1 Pekerjaan Kusen
a. Lingkup Pekerjaan
 Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini
 Pemasangan kusen pintu dan jendela kayu
 Pembuatan dan pemasangan pintu panil beserta kelengkapannya.
 Pembuatan dan pemasangan Jendela kaca beserta kelengkapannya.

b. Persyaratan Bahan
 Kusen kayu dengan bahan dari Kayu Bangkirai 6 x 12 cm
 Daun pintu panil dari bahan kayu Bangkirai dengan ketebalan minimum 3 cm
 Daun Jendela kaca dengan bingkai kayu Bangkirai 4x10 cm dan kaca polos
tebal 5 mm

c. Persyaratan Pemasangan
 Kusen dibuat sesuai dengan detail gambar kerja yang ada termasuk ukuran-
ukurannya.
 Kusen kayu diberi angkur dari besi dan ditempatkan tiap jarak 50 cm
 Pemasangan kusen harus dilot dengan bandul lot untuk mendapatkan hasil
yang tegak lurus dengan bidang lantai dan sejajar dengan muka dinding.
 Dan untuk kusen pintu bagian ujung bawah diberi jarak lebih kurang 10 cm
dari muka lantai dan diberi angkur yang kemudian dicor.

11.2 Pekerjaan Lisplank

a. Lingkup Pekerjaan dan ketentuan umum


 Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
 Pemasangan lisplang seperti disebut dalam persyaratan ini atau dalam syarat-
syarat dan spesifikasi khusus sesuai gambar rencana.
b. Persyaratan Bahan
 Lisplang menggunakan kayu Bangkirai dengan ukuran 2x20 cm dengan
permukaan halus dan tidak boleh terdapat retak atau cacat bawaan lainnya.
 Bahan lisplang harus menggunakan mutu bahan yang baik dan teliti cara
pelaksanaan agar tidak keropos dan bergelombang.
c. Persyaratan Pelaksanaan :
 Dipasang tegak lurus dengan kaso (siku dengan sudut atap)
 Bidang permukaan listplank harus tampak lurus dan rata dan pertemuan
antara dua sudut harus siku, tidak boleh terdapat celah dan retak
 Listplank dibentuk dan dipasang sedemikian rupa menghasilkan bidang yang
lurus dan berfungsi dengan baik dengan lebar bidang minimal 20 cm
 Pasangan listplank bawah genteng harus menghasilkan bidang yang rata dan
dijamin kekuatannya, sambungan-sambungan harus betul-betul rapi dan tidak
ada bagian yang bergelombang dan harus waterpass, kemudian difinish
dengan cat kayu.

Pasal 12
PEKERJAAN KACA
12.1 Lingkup pekerjaan dan ketentuan umum
a. Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
b. Pemasangan kaca pada daun jendela rangka kayu dan bouvenlight.

12.2 Persyaratan bahan


a. Kaca yang digunakan adalah kualitas baik, kaca bening dengan tebal 5 mm
dimana kaca harus dalam keadaan tidak bergelombang.
b. Bahan kaca yang digunakan setara Asahi atau Mulia.

12.3 Syarat Pelaksanaan


a. Pemasangan kaca harus tepat masuk kedalam rangkanya, setiap pemasangan
kaca harus diberi list kayu yang rapi dan pas.
b. Kaca yag terpasang harus dibersihkan dan dilap, kaca yang retak atau ada
goresan harus diganti.

Pasal 13
PEKERJAAN PLAFOND

13.1 Lingkup Pekerjaan dan Ketentuan Umum


a. Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini
b. Pemasangan rangka plafond
c. Pemasangan plafond beserta pelengkapnya

13.2 Persyaratan Bahan


a. Rangka plafond menggunakan bahan kayu kruing dan 4x6 cm
b. Plafond menggunakan Eternit sekelas Kerang super.
c. Plafond beton expos menggunakan bahan semen mortar

13.3 Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pekerjaan plafond dapat dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai
atau setelah mendapat persetujuan pengawas.
b. Pemasangan rangka plafond harus dilakukan dengan bantuan waterpass untuk
menghasilkan bidang yang datar dan tegak lurus dengan dinding dan membentuk
gris 60x60 cm.
c. Pemasangan penggantung rangka plafond kayu kruing menggunakan kayu
sejenis, dengan jarak 2 m2.
d. Sambungan antar eternit (naat) diberi bahan compound (cornice) yang kemudian
diratakan sampai halus sehingga berbetuk permukaan yang halus dan rata.
e. Pada bagian tepi (antara plafond dan dinding) diberi list tepi dengan
menggunakan bahan sejenis gypsum, yang difinish sama dengan cat plafond.
f. Kompon Beton expose dilakukan dengan menggunakan bahan semen mortar
g. Setelah dipoles dengan bahan kompon ditunggu kering kemudian diamplas biar
rata;
h. Kompon disesuaikan dengan yang ada di pasaran atau menurut petunjuk dari
direksi pengawas lapangan.

Pasal 14
PEKERJAAN LAIN-LAIN

14.1 Pasangan Instalasi Listrik


 Instalasi listrik menggunakan kabel NYA 1 x 2.5 mm dengan dibungkus pelindung
dari pipa conduit
 Lampu TL harus menggunakan lampu hemat energy berlabel SNI dan bergaransi
selama 1 th.
 Lampu 15 Watt harus menggunakan lampu hemat energy berlabel SNI dan
bergaransi selama 1 th.
 Stop Kontak dan saklar menggunakan bahan sekualitas Broco

Anda mungkin juga menyukai