Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN RUANG ISOLASI

RS Pekanbaru Medical Center


BAB I
DEFINISI

A. Pengertian Isolasi
Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan/penyebaran kuman patogen dari
sumber infeksi (petugas, pasien, pengunjung) ke orang lain.
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien
dengan penyakit infeksi airborne yang berbahaya seperti H5N1, kewaspadaan yang
perlu dilakukan meliputi :
a) Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi sekret pernapasan.
b) Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien.
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop, termometer,
tensimeter, dan lain-lain.
c) Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila berada pada jarak 1
(satu) meter dari pasien.
d) Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne. Gunakan masker N95 bila memasuki
ruang isolasi.

B. Syarat Kamar lsolasi


1. Lingkungan tenang
2. Sirkulasi udara baik
3. Penerangan baik
4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi pasien dan
pembersihannya
5. Tersedianya WC dan kamar mandi
6. Kebersihan lingkungan terjaga
7. Tempat sampah tertutup
8. Bebas dari serangga
9. Tempat linen kotor harus ditutup
10. Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan

C. Syarat Petugas Ruang Isolasi


1. Sehat
2. Mengetahui prinsip aseptik antiseptik
3. Pakaian rapi dan bersih
4. Tidak memakai perhiasan
5. Kuku harus pendek
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung tangan, dan sandal
khusus
8. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
9. Berbicara seperlunya
10. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
11. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi

D. Syarat Peralatan Ruang Isolasi


1. Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia
2. Selalu dalam keadaan steril
3. Dari bahan yang mudah dibersihkan
4. Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan
5. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
6. Linen bekas dimasukkan dalam tempat tertutup

E. Kategori Isolasi
Kategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dan cara
penularan/penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran
pernafasan, tindakan pencegahan enterik dan tindakan pencegahan sekresi. Secara
umum, kategori isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan kategori tindakan
pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah.

a) Isolasi Ketat
Tujuan isoasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang
sangat menular, baik melalui kontak langsung maupun peredaran udara. Tehnik
ini kontak langsung maupun peredaran udara. Tehnik ini mengharuskan pasien
berada di kamar tersendiri dan petugas yang berhubungan dengan pasien
harus memakai pakaian khusus, masker, dan sarung tangan serta mematuhi
aturan pencegahan yang ketat. Alat-alat yang terkontaminasi bahan infeksius
dibuang atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk proses
selanjutnya. Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar,
difteri, pes, varicella dan herpes zooster diseminata atau pada pasien
imunokompromis.
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan
isolasi ketat yaitu:
i. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding tekanan di koridor.
ii. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali per jam.
iii. Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-
Efficiency Particulate Air).
Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pasien tidak boleh
membuang ludah atau dahak di lantai, gunakan penampung dahak/ludah tertutup
sekali pakai (disposable).

b) Isolasi Kontak
Bertujuan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah ditularkan
melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar tersendiri, masker perlu dipakai bila
mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung tangan dipakai
setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah melepas sarung tangan dan
sebelum merawat pasien lain. Alat-alat yang terkontaminasi bahan infeksius
diperlakukan seperti pada isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan pada pasien
bayi baru lahir dengan konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan endometritis,
pneumonia atau infeksi kulit oleh streptococcus grup A, herpes simpleks
diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotika, rabies, rubella.

c) Isolasi Saluran Pernafasan


Tujuannya untuk mencegah penyebaran patogen dari saluran pernafasan
dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengharuskan pasien
dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan pencegahan khusus
terhadap buangan nafas / sputum, misalnya pada pasien pertusis, campak,
tuberkulosa paru, infeksi H. influenza.

d) Tindakan Pencegahan Enterik


Tujuannya untuk mencegah infeksi oleh patogen yang berjangkit karena
kontak langsung atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman
penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain dalam satu kamar,
tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan pencegahan
enterik dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau gastroenteritis yang
disebabkan oleh kolera, salmonella, shigella, amuba, campylobacter,
crytosporidium, E.coli patogen.

e) Tindakan Pencegahan Sekresi


Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau
tidak langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang
terinfeksi. Pasien tidak perlu ditempatkan di kamar tersendiri. Petugas yang
berhubuangan langsung harus memakai jubah, masker, dan sarung tangan. Tangan
harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum merawat pasien
lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu penggantian
balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit infeksi yang
mengeluarkan bahan purulen, drainase atau sekresi yang infeksius.

f) Isolasi Protektif
Tujuannya untuk mencegah kontak antara patogen yang berbahaya dengan
orang yang daya rentannya semakin besar, atau melindungi seseorang tertentu
terhadap semua jenis patogen, yang biasanya dapat dilawannya. Pasien harus
ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksananya tindakan
pencegahan yang perlu. Misalnya pada pasien yang sedang menjalani pengobatan
sitoststika atau imunosupresi.

F. Lama Isolasi
Lama isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas
laboratorium, yaitu :
1. Sampai biakan kuman negatif (misalnya pada difteri, antraks)
2. Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus untuk luka
atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)
3. Selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis virus A dan B, leptospirosis)
4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif (misalnya pada
sifilis, konjungtivitis gonore pada neonatus).

G. Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi


1. Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Perlindungan Diri (APD).
2. Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
3. Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum, masukkan dalam
kantung linen berlabel infeksius.
4. Mandi dan cuci rambut (keramas)
5. Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
6. Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk.

H. Kriteria Pindah Rawat dari Ruang Isolasi Ke Ruang Perawatan Biasa


1. Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat di ruang isolasi.
2. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat di ruang
rawat inap biasa oleh dokter.
3. Pertimbangan lain dari dokter.
BAB III
RUANG LINGKUP

1. Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang mengidap
penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya.
2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga.
BAB IV
TATALAKSANA RUANG ISOLASI

A. Prinsip
1. Setiap pasien dengan penyakit infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat di ruang
terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.
2. Penggunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas kesehatan
terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi.
3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan sistem imun
dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, dirawat di ruang (terpisah) isolasi rumah
sakit.
4. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap biasa.
5. Pasien yang dirawat diruang isolasi, dapat di dipindahkan ke ruang rawat inap biasa apabila
telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter penanggung
jawab pasien.
B. Alur Pasien Perawatan Ruang Isolasi

Pasien

Poliklinik
IGD

Suspek penyakit menular


yang berbahaya
Luka bakar indikasi rawat
Penurunan sistem imun
Kemoterapi

Rawat Inap Ruang Isolasi

C. Manajemen Perawatan Pasien di Ruang Isolasi


1) Sebelum Membawa/Transfer Pasien
Pakaikan masker medis/bedah pada pasien (terutama pasien dengan airbone
disease) saat akan ditransfer.
2) Sebelum Kontak pada setiap Pasien
 Gunakan masker medis/bedah.
 Mencuci tangan.
 Gunakan pelindung mata, jubah/gaun dan sarung tangan bila ada resiko
terkena cipratan lendir dari pasien.
3) Jika Menggunakan Aerosol (Misal : Intubasi, Bronchoscopy, CPR, Suction)
 Hanya staf tertentu yang boleh keluar masuk ruangan.
 Gunakan jubah medis (gaun pelindung).
 Gunakan pelindung mata, lalu kenakan sarung tangan.
 Lakukan prosedur terencana dalam ruangan berventilasi yang memenuhi
syarat.
4) Sebelum Membawa Pasien ke Ruangan Lain (misal : Bagian Radiologi)
 Batasi akses keluar masuk dan perhatikan rambu-rambu kendali infeksi.
 Sediakan perlengkapan khusus pasien jika ada.
 Pastikan jarak kurang dari 1 meter antara pasien dan area pengunjung.
 Pastikan dipatuhinya tata-tertib setempat dalam penggantian linen dan
kebersihan ruangan.
5) Sebelum Memasuki Area Khusus (misal : Bagian Radiologi)
 Mencuci tangan.
 Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan, jubah, masker, dan pelindung
mata).
6) Sebelum Meninggalkan Area Khusus (misal : Bagian Radiologi)
 Lepaskan alat pelindung diri (sarung tangan, jubah, masker, dan pelindung
mata).
 Buanglah barang-barang yang memang harus dibuang sesuai dengan
peraturan setempat.
 Mencuci tangan.
 Mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan perlengkapan pribadi
pasien yang dikenakan pasien.
 Buanglah sampah yang terkontaminasi (infeksius) sesuai peraturan tentang
sampah medis.
7) Sebelum Meninggalkan Pasien Suspect atau Positif
 Beritahukan instruksi dan materi untuk pasien/petugas terkait mengenai
pernapasan higienis/etika batuk atau bersin.
 Beritahukan peraturan di ruang isolasi, kendali infeksi dan pembatasan
kontak sosial.
 Catat alamat dan nomor telepon pasien.
8) Setelah Pasien Pulang
 Buang atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien isolasi sesuai peraturan.
 Masukkan linen kotor ke tempat linen infeksius dan ganti dengan linen
bersih.
 Bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
 Buanglah sampah yang terkontaminasi (infeksius) sesuai aturan tentang
sampah medis.
BAB IV
DOKUMENTASI

Pengendalian infeksi nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam


meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keterlibatan secara aktif semua personil rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai
dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai dengan jajaran Direksi. Kegiatannya
dilakukan secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit, peralatan medis dan non-
medis, ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.
Dokumen yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut :
a. Dokumen regulasi
b. Dokumen monitoring dan evaluasi
Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan tentang ruang isolasi sehingga
berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang
Kesehatan yang berlaku, dengan terbitnya Panduan Ruang Isolasi RSIA Kumala Siwi
Jepara ini maka segala pelayanan yang berkaitan dengan ruang isolasi wajib berlandaskan
buku pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai