BAB I
PENDAHULUAN
Tanah yang adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara telah mengalami
kerusakan seperti kekurangan unsur hara hingga tanah tandus merupakan masalah
serius, padahal secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara
atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) dan secara biologi berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara
tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang
Tujuan praktikum ilmu tanah ini adalah untuk mengetahui tentang profil
tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air tanah, kerapatan partikel dan
massa tanah, keasaman tanah, bahan organic tanah, kadar nitrogen tanah serta
respirasi mikrobia. Manfaat dari praktikum ini salah satunya adalah kita lebih
mengetahui tanah yang baik atau buruk bagi tanaman untuk tumbuh.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001). Tanah
merupakan suatu benda alami yang terdapat dipermukaan bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
bumi yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik, horison A
terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran mineral yang
dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk
(Nurmala, 2011). Profil tanah terdiri dari horison-horison tanah yang memiliki
fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan
Tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman yang sangat
penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan di
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.
3
Lapisan atas merupakan tanah yang realtif subur dibandingkan subsoil karena
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah
bagi pertanian. Bagi tanaman perkebunan dan kehutanan untuk jangka panjang,
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hakim, 2007) .
Tekstur tanah adalah sifat yang menunjukkan kasar atau halusnya suatu
tanah. Tekstur tanah terdapat perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu
dan liat yang terkandung dalam tanah. Beberapa tanah, krikil, batu dan bahan
penggunaan tanah (Foth, 1998). Tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai
kapasitas tertinggi untuk mengikat air pada tanah. Tekstur tanah agregat sangat
perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan
dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase
kandungan pasir, debu dan liat (Yani, 2003). Tanah yang ukuran liatnya bertekstur
lebih halus atau dengan kadar liat lebih besar memiliki luas permukaan yang lebih
besar dibanding tanah bertekstur lebih kasar per satuan beratnya. Semakin kecil
tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut
ditunjukkan dari daya tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
kadar air menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan keliatan membuat tanah
tersebut menjadi gambur, kaku dan keras (Sutetdjo dan Kartasapoetra, 2010).
Keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah,
tanah terdiri bermacam-macam tergantung tekstur, kadar bahan organik, dan kadar
lengas tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra 2002). Konsistensi tanah lembab adalah
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang.
kadar air tanah kering udara. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam
tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering
5
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat
Air merupakan unsur utama dalam proses kimia dalam hubungannya dengan
jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan suhu dalam
hidrasi atau dehidrasi karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti
tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap
gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu.
Banyaknya air yang dapat diikat atau diserap oleh tanah tergantung dari tekstur
daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu,
tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan
Terikatnya air didalam pori dan agregat tanh terjadi karena adanya gaya
kohesi antara molekul air dan butir tanah. Air yang terdapat di dalam pori tanah
ini disebut kadar air tanah. Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik
dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air
halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air
tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian
menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan
kandungan debu dan pasir yang sangat halus. Diantara sifat-sifat tanah yang
berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, sehingga air dapat
meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan
Bobot isi tanah ( Bulk Density ) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel – partikel tanah ( pasir, debu dan liat). Bobot isi tanah bervariasi yang
baik oleh banyaknya pori maupun oleh butiran tanah padat. Kerapatan partikel
kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah (Hanafiah, 2006). Tanah
7
yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume rendah dan
tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Bulk density atau kerapatan tanah
termasuk volume pori-pori tanah. Makin padat suatu tanah, maka semakin tinggi
Bulk density yang berarti semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar
Tanah berstruktur halus mempunyai porositas tinggi dan berat tanah yang
volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral dan
yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban
tanah. Kerapatan massa dipengaruhi oleh kandungan bahan organik pada tanah
(Hanafiah, 2005). Berat isi menggambarkan keadaan, struktur dan porositas tanah.
memperkecil berat volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari
keasaman tanah yang menggambarkan ion hidrogen yang terdapat di dalam tanah.
Tingkat keasaman tanah dinyatakan dalam satuan gr mol per liter dimana jika
kadar kepekatan ion hidrogennya tinggi maka dikatakan asam dan jika rendah
disebut basa (Darman, 2003). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-
tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah
alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu Reaksi Tanah = 7 (Hardjowigeno,
2007).
Proses yang menghasilkan ion H+ adalah respirasi akar atau jasad penghuni tanah.
H2O atau air memiliki pH yang netral (Hartati, 2001). Ionisasi asam-asam
menghasilkan ion H+ bebas dalam larutan tanah. Sumber lain kemasaman tanah
adalah H+ dan Al3+ dapat ditukar pada misel koloid tanah. Kemampuan tanah
lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi
tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Pada
9
kondisi ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi optimal. Informasi
tentang pH tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk, pengelolaan tata
air, dan mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur mikro seperti Fe
dan Mn pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin (Hanafiah, 2007).
Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis yang bersumber dari sisa tanaman atau binatangyang
terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk karena
dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia. Bahan organik sangat penting dalam
produktivitas tanaman juga menurun (Sutanto, 2005). Suhu, drainase dan tekstur
tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik pada suatu tanah. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik yang terdapat
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus (Darman, 2003). Penambahan bahan organik (pupuk kandang)
pada tanah akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat
atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis
lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO−
3 mudah
dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir mudah
merembeskan air sehingga kadar N pada tanah pasir lebih rendah daripada tanah
melalui proses denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh
konsentrasinya 78% N2 sebagai bentuk yang tidak dapat langsung diserap oleh
tanaman karena mempunyai ikatan rangkap tiga yang sangat kuat. Manfaat
nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetative, serta
sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein
Kadar Nitrogen rata – rata dalam jaringan tanaman adalah 2%-4% berat
kering (Rosmarkam dan Widya, 2002). Cara utama nitrogen masuk kedalam
tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman. Dalam hal yang terakhir nitrogen yang diikat
digunakan dalam sintesis amino dan protein oleh tanaman inang. Unsur Nitrogen
khususnya batang, cabang dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses
tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat, daun kering dan jaringan mati sehingga
mikrobia yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks untuk mengetahui
tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, PH dan rata-rata
dihasilkan oleh mikrobia tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikrobia
dalam membantu kesuburan dan berperan dalam proses dekomposisi dan dapat
menentukan proses penting yang terjadi dalam tanah (Andre, 2009). Respirasi
BAB III
Praktikum Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21-23 April
3.1. Materi
biasa, sampel tanah agregat, aquades, tali, lilin, KCl, pH lakmus, selenium, H2SO4
97%, Asam borat, NaOH 45%, Metil Red dan Metil Blue, HCl,
gambar keadaan tanah, kertas saring untuk menyaring, crusibel porselin untuk
untuk mengukur BK, pinset untuk mengambil cawan yang sudah dioven, sekop
untuk mengambil sampel tanah, thermometer untuk mengukur suhu air, corong
untuk memasukkan sampel tanah, cawan pemanas lilin untuk melelehkan lilin,
organik, gelas ukur untuk mengetahui pertambahan volume bongkahan tanah yang
dilapisi lilin, tabung reaksi untuk tempat larutan tanah dan kertas Lakmus pH
absorbansi larutan jernih, labu ukur 100 ml untuk tempat larutan, pipet volume 5
ml untuk alat penambah larutan, labu didih untuk mendestilasi, labu destruksi
13
untuk destruksi, labu didih untuk larutan proses destilasi, erlenmeyer untuk tempat
NH3 yang akan dibebaskan, tabung kecil untuk tempat NaOH, tabung paralon
untuktempat tabung kecil yang berisi NaOH, dan alat titrasi untuk mentitrasi
larutan.
3.2. Metode
dengan aquades, menggosokkan pada ibu jari dengan jari yang lain, dan
tanah biasa dan tanah agregat, membentuk tanah menjadi bola kecil dan menilai
konsistensi kering. Konsistensi lembab dan basah, mengambil sampel tanah biasa
dan tanah agregat, menambahkan sedikit air, menggosokkannya pada ibu jari
dengan jari yang lain dan menilai konsistensi lembab dan basah.
14
menimbang sampel tanah biasa dan tanah agregat seberat 5 gram, meletakkannya
pada crusibel proselin, memasukkan crusibel proselin yang terisi tanah ke dalam
oven pada suhu 105°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, membuka oven dan
menimbang tabung reaksi, mengisi tabung reaksi dengan air sampai penuh
dengan thermometer, membuang air dalam tabung reaksi hingga semua air keluar,
mengisinya dengan air sampai setengah penuh dan mengocoknya. Esok harinya,
mengisi tabung reaksi dengan air sampai penuh, ditimbang, dan mengukur suhu
dalam lilin dan ditimbang. Setelah kering, memasukkan bongkahan tanah tersebut
ke dalam gelas ukur yang berisi aquades 100 ml dan mencatat perubahan volume.
15
mencatatukuran pH di buku.
kecil satu-persatu terlebih dahulu. Setelah itu mengisi satu gelas kecil dengan
tanah biasa dan satu gelas kecil tanah bongkahan lalu ditimbang dengan
dalam tanur selama 4 jam pada suhu 600o lalu diangkat dan didinginkan selama 7
jam. Setelah itu, menimbang kembali kedua gelas kecil tersebut satu-persatu.
seberat 0,5 g, memasukkan contoh tanah dalam labu ukur 100 ml, menambahkan
ion sebanyak 100 ml, dan disaring membiarkannya sampai dingin. Keesokan
spektrofotometer.
16
menimbang 0,5 gram sampel tanah halus, memasukkan sampel tanah ke dalam
yaitu Erlenmayer berisi 10 ml asam borat 1%, menambah 2 tetes indikator metil
merah dan metil biru, dan menghubungkannya ke alat destilasi. Dengan gelas
ukur, menambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi
sampel dan menutup labu didih secepatnya. Proses destilasi berlangsung hingga
dengan HCL 0,1 N hingga muncul warna biru, mencatat (Vc) dan (Vb).
kedalam pipa kecil, lalu tancapkan ke tanah yang subur dan tutup rapat dengan
pipa papilon besar hingga udara tidak masuk dan biarkan 3 hari. Setelah 3 hari
ambil 5 ml NaOH pipa yang telah diisi NaOH tadi lalu tambahkan 2,5 ml BaCl2
dan 2 tetes PP hingga bewarna merah muda, lalu menitrasinya dengan mesin
titrasi hingga bening, juga mencatat volume titrasinya, lalu mengulangi cara yang
BAB IV
fungsi yang berbeda juga. Profil tanah terdiri dari horison O, horison A, horison B
dan horison C. Horison O yang didominasi dengan bahan organik, pada horison A
terdapat campuran antara bahan organik dan bahan mineral, horison B merupakan
horison yang semua butiran mineralnya dilapisi kalsium karbonat dan pada
horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nurmala (2011) yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik,
horison A terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran
mineral yang dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang
telah lapuk. Horison tanah memiliki fungsi yang bebeda. Hal ini sesuai dengan
18
pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwa profil tanah terdiri dari horison-
horison tanah yang memiliki fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan
Hasil yang diperoleh dari pengamatan tekstur tanah adalah sebagai berikut:
lempung liat berpasir. Tekstur dari tanah agregat ini adalah lempung liat berpasir karena
dipengaruhi oleh liat, kerikil, batu dan bahan induk dari lapisan tanah yang dapat
mempengaruhi tekstur tanah ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998) yang
menyatakan bahwa kerikil, batu dan bahan induk dari lapisan tanah yang dapat
ditambahkan oleh Budi (2011) yang menyatakan bahwa tekstur tanah agregat
berikut:
yang kering memiliki tekstur yang keras sehingga sulit untuk menghancurkannya
karena tidak mengandung air. Keadaan konsistensi basah pada tanah agregat
tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan
bahwa beberapa macam konsistensi basah yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras,
sangat keras dan ekstrem keras. Pada tanah yang konsistensinya lembab tidak
terlalu sulit untuk meremasnya dan tanah yang berkonsistensi basah lebih mudah
berkurangnya kadar air pada yang menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan
membuat tanah tersebut menjadi keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutetdjo
tersebut menjadi gambur, kaku dan keras. Konsistensi tanah perlu diketahui untuk
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kadar air tanah adalah sebagai
berikut:
Tanah biasa 27
Berdasarkan hasil pengamatan kadar air tanah dapar terlihat bahwa kadar air
tanah agregat lebih kecil yaitu sebesar 13,48% dibandingkan kadar air tanah biasa
yaitu 27% karena tekstur tanah agregat lempung berpasir maka memiliki daya
serap air yang rendah. Pengamatan kadar air tanah didapat hasil bahwa kadar air
tanah biasa lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air pada tanah agregat.
Kandungan air tanah pada tanah normal sebesar 20,74% - 27,75%. Kandungan
kadar air tanah pada tanah biasa kadar airnya normal yaitu 27 %, sedangkan
kandungan air tanah pada tanah agregat cukup rendah yaitu 13,486%. Kadar air
tanah yang berbeda ini disebabkan oleh tekstur tanah kedua sample diatas. Hal ini
pun sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan ketersediaan air
tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada
tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman
mempunyai luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
tanah lebih berat dibandingkan dengan kerapatan masa tanah karena kerapatan
sehingga tanah tersebut menjadi renggang dan ringan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) bahwa kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot
dengan kerapatan massa adalah berbanding terbalik dan dipengaruhi oleh bahan
organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan
bahwa semakin besar kerapatan massa dan bahan organik yang terkandung maka
berikut:
Berdasarkan hasil praktikum kemasaman tanah, tanah yang diberi H20 tidak
mengalami perubahan warna sehingga warna tetap coklat dengan pH 7 dan tanah
yang diberi KCL memiliki pH 6 dengan warna yang sama yaitu coklat. Nilai pH
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini sesuai
mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar
dari 7 disebut alkalis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartati (2001) yang
menyatakan H2O memiliki pH yang netral. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan
tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi
Hasil yang diperoleh dari pengamatan bahan organik tanah adalah sebagai
berikut :
Hasil Kadar C
Sampel Tanah
............(%).................
Biasa 36 0,704
Agregat 15 0,704
Berdasarkan hasil pengamatan bahan organik tanah diperoleh kadar air pada
tanah biasa adalah 36% sedangkan pada tanah agregat kandungan airnya adalah
15%. Perbedaan yang terjadi antara tanah biasa dan tanah agregat dikarenakan
perbedaan kedalaman dan bahan organic yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) bahwa bahan organik dalam tanah terdiri atas bahan
organik kasar dan bahan organik halus. Tanah biasa mengandung bahan organik
yang tinggi karena sampel tanah biasa diambil dari permukaan tanah pada
organik yang tinggi. Sedangkan bahan organik yang terkandung pada tanah
agregat yang diambil dari profil tanah pada kedalaman ±2 meter lebih kecil dari
pada tanah biasa disebabkan terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan
kurangnya bahan organik yang dikandung pada setiap lapisan. Sumber bahan
organik adalah pada jaringan tumbuhan, dalam jaringan tumbuhan terdapat lemak,
minyak, lilin dan dammar dalam jumlah yang kecil. Hal ini sesuai dengan
kadar bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kadar nitrogen tanah adalah sebagai
berikut:
47,6272%. Jumlah tersebut terlalu kecil, menandakan fiksasi N sangat sedikit dan
mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik baik yang hidup bebas
bahan N yang utama di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah
(2005) yang menyatakan bahwa apabila peningkatan kadar bahan organik terjadi
maka kadar N dalam tanah pun ikut meningkat. Jika ketersediaan kadar N didalam
tanah sedikit dapat berdapampak buruk untuk tanaman yang tumbuh diatasnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa hilangnya N dari
tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+
dapat diikat oleh mineral liat jenis lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh
25
tanaman, N dalam bentuk NO3− mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N
rendah, dan tanah pasir mudah merembeskan air sehingga N lebih rendah daripada
tanah liat. Kehilangan nitrogen di dalam tanah dapat disebabkan melalui proses
denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh mineral – mineral.
berikut:
PH dan rata-rata jumlah mikroorganisme . Hal ini sesuai dengan pendapat Anas
baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah
26
temperatur tanah.
27
BAB V
SIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dari praktikum profil tanah tanah tersusun atas
pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan horison yang dipengaruhi
oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsisitensi tanah dan lain-lain. Setiap tanah
memiliki sifat yang berbeda satu dengan lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh
5.2. Saran
praktikum harus teliti dalam melakukan percobaan agar mendapatkan hasil yang
akurat, dan yang terakhir harus berhati-hati dalam penggunaan bahan dan alat di
laboratorium.
28
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah M.S, dan A. Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Praja Grafindo
Persada, Jakarta.
Hartati, TT.2001. Perbaikan Sifat Psament Melalui Pemberian Bahan Andisol Dan
Limbah Olahan Sagu. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Munir. 2001. Tanah-tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah konsep dan kenyataan. Kanisius,
Yogjakarta.
LAMPIRAN
Berat ( gram )
Sampel Tanah
Cawan Cawan + Tanah Setelah Dioven
Biasa 20,586 25,590 24,2396
Agregat 19,722 24,722 24,0486
Sumber Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.
24,7220 - 24,0486
Kadar Air Tanah Biasa = = x 100 %
5,000
= 27 %
= 13,486%
31
= 2,717gram
100
Berat Tanah Kering = = a gram
100 kL
100
= = x 10.4773 = 92,34 gram
113,468
Lampiran 2. (lanjutan)
= 4,82 mL
92,34
=
4,82
= 19,16gr/ml
33
BO
27,376 - 26,675
= 100%
5,0004
= 15%
27,487 - 25,7261
BO = 100%
5,0007
= 36%
Persamaan
= 100% - 17,53 %
= 82,47 %
300
250
y = 644x -1,71153
R2 = 0,9989
200
150
Series 1
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
0,34 x 1,4008
= = x 100 %
500
= 0,0952544 %
36
Perhitungan
1. Tanah Subur
= 2,67 x 0,1
= 0,267 ml
= 2 mgrek
= 1,733 mgrek
=0,8665 mgrek
2. Tanah Gersang
= 0,57 x 0,1
= 0,057 ml
= 2 mgrek
37
Lampiran 5. (lanjutan)
= 1,943 mgrek
= 0,9175 mgrek