NAMA: NIM:
PRODI S1-KEPERAWATAN
2019
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta nikmat yang tak terhingga kepada tiap manusia. Dia lah yang memberikan
batasan atas setiap usaha yang manusia lakukan dan atas izin-Nya lah makalah ini
terselesaikan.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, kami menyadari
bahwa hanya Allah lah yang memiliki segala kesempurnaan, dan segala pengetahuan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan sekali kritik dan saran dari para pembaca
makalah ini agar dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua.
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
Table of Contents
BAB I ....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4
B. TUJUAN .............................................................................................................................................. 6
BAB II ...................................................................................................................................................... 7
KONSEP PENYAKIT.............................................................................................................................. 7
1. Ginjal .................................................................................................................................................... 7
2. Ureter .................................................................................................................................................... 7
4. uretra..................................................................................................................................................... 7
B. PENGERTIAN .................................................................................................................................. 10
C. ETIOLOGI ......................................................................................................................................... 11
D. Patofisiologi ....................................................................................................................................... 14
I. Pencegahan.......................................................................................................................................... 20
J. PENATALAKSANAAN .................................................................................................................... 22
1. Tujuannya : ........................................................................................................................................ 22
BAB IV .................................................................................................................................................. 35
PENUTUP .............................................................................................................................................. 36
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu
pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang
saluran kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau
batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal,
dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
saluran kemih yang paling sering terjadi.
Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah
batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam
mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada
pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan
vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
i. Mengetahui komplikasi.
j. Melakukan pengkajian.
k. Menentukan diagnosa.
o. Melakukan dokumentasi.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra
Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan
fibrus dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur
ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di
sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut
piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks).
Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang
merupakan satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap
ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau
glomerulus) yang tertanam pada ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron.
Dari sini tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama
berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut simpai henle.
Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus
distal, yang tersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi
korteks medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis.
Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta
abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan
menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul dari kapiler-
kapiler di dalam salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen
membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular
kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang direabsopsi
oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang-
cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini
bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena
kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang
berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal.
Fungsi Ginjal :
Tabel 1.1
Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa
dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal
mengencerkan urine ( misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang
dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari
1.010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi.
B. PENGERTIAN
C. ETIOLOGI
Menurut Grace & Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu saluran
kemih adalah sebagai berikut:
1) Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu
yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari senyawa
jenuh yang lama kelamaan akan mengalami proses kristalisasi sehingga pada
urin dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk terbentuknya batu karena
mudah sekali untuk terjadi kristalisasi.
Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya faktor
inhibitor (penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam sistem urinaria
dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah satunya adalah
mencegah terbentuknya endapan batu. Inhibitor yang dapat menjaga dan
menghambat kristalisasi mineral yaitu magnesium, sitrat, pirofosfat dan
peptida. Penurunan senyawa penghambat tersebut mengakibatkan proses
kristalisasi akan semakin cepat dan mempercepat terbentuknya batu (reduce
of crystalize inhibitor). Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika
konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat.
Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu,
seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi
lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan
status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi) (Boyce,
2010; Moe, 2006)
D. Manifestasi Klinis
1) Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi
batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas
pada jaringan sekitar (Brooker, 2009). Nyeri kolik juga karena
adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran
kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan pada
terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
2) Gangguan miksi
3) Hematuria
5) Demam
D. Patofisiologi
urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-
bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah
pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu
cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan
batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak
cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan
akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan
tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena
E. Faktor Resiko
Pada umumnya urolithiasis terjadi akibat berbagai sebab yang disebut faktor
resiko. Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang dapat
mengubah faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat diubah.
Faktor yang tidak dapat diubah antara lain: umur atau penuaan, jenis kelamin,
riwayat keluarga, penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus dan lain-
lain.
1) Jenis Kelamin
2) Umur
Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua, namun
bila dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih sering terjadi
(Portis & Sundaram, 2001). Rata-rata pasien urolithiasis berumur 19-45
tahun (Colella, et al., 2005; Fwu, et al., 2013; Wumaner, et al., 2014).
3) Riwayat Keluarga
Intake makanan yang tinggi sodium, oksalat yang dapat ditemukan pada
teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran
berwarna hijau terutama bayam dapat menjadi penyebab terjadinya batu
(Brunner & Suddart, 2015). Selain itu, lemak, protein, gula, karbohidrat yang
tidak bersih, ascorbic acid (vitamin C) juga dapat memacu pembentukan batu
(Colella, et al., 2005; Purnomo, 2012).
5) Faktor lingkungan
6) Pekerjaan
7) Cairan
Asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari, kurangnya intake
cairan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya urolithiasis khususnya
nefrolithiasis karena hal ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran urin/
volume urin (Domingos & Serra, 2011). Kemungkinan lain yang menjadi
penyebab kurangnya volume urin adalah diare kronik yang mengakibatkan
kehilangan banyak cairan dari saluran gastrointestinal dan kehilangan cairan
yang berasal dari keringat berlebih atau evaporasi dari paru-paru atau
jaringan terbuka. (Colella, et al., 2005). Asupan cairan yang kurang dan
tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi dapat
meningkatkan insiden urolithiasis (Purnomo, 2012). Beberapa penelitian
menemukan bahwa mengkonsumsi kopi dan teh secara berlebihan dapat
meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis. Begitu hal nya dengan alkohol,
dari beberapa kasus didapatkan bahwa sebanyak 240 orang menderita batu
ginjal karena mengkonsumsi alkohol hal ini disebabkan karena seseorang
yang mengkonsumsi alkohol secara berlebih akan banyak kehilangan cairan
dalam tubuh dan dapat memicu terjadinya peningkatan sitrat dalam urin,
asam urat dalam urin dan renahnya pH urin. Selain itu, mengkonsumsi
minuman ringan (minuman bersoda) dapat meningkatkan terjadinya batu
ginjal karena efek dari glukosa dan fruktosa (hasil metabolisme dari gula)
yang terkandung dalam minuman bersoda menyebabkan peningkatan oksalat
dalam urin.
8) Co-Morbiditi
F. Pemeriksaan diagnostik
1) Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total (Portis & Sundaram,
2001).
6) Ultrasonografi (USG)
G. PEMERIKSAAN FISIK
FISIK:
H. Penatalaksanaan medis
I. Pencegahan
Tindakan selanjutnya yang tidak kala penting setelah batu dikeluarkan dari
saluran kemih adalah pencegahan atau menghindari terjadinya kekambuhan.
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih
50% tahun dalam 10 tahun (Purnomo, 2012). Pencegahan dilakukan berdasarkan
kandungan dan unsur yang menyusun batu saluran kemih dimana hasil ini didapat
dari analisis batu (Lotan, et al., 2013). Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan dengan pengaturan diet makanan, cairan dan aktivitas serta perawatan
pasca operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi. Beberapa
tindakan gaya hidup yang dapat dimodifikasi dalam upaya pencegahan
kekambuhan urolithiasis adalah:
1) Cairan
2) Makanan
3) Aktivitas
4) Dukungan sosial
J. PENATALAKSANAAN
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
d. Mengendalikan infeksi
2. Cara penanganan :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang
mengurangi nyeri.
lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling
dikontraindikasikan.
e. Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
urinarius.
f. Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
h. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa
kemudian diangkat.
terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang
ginjal secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam
K. Komplikasi
obstruksi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
diagnose medis.
2. Keluhan utama
2. Data psikososial
Pemeriksaan fisik
a) Pengkajian primer
B1- B6 :
B1 (Breathing)
B2 (Bleeding)
B3 (Brain)
B4 (Blader)
B6 (Bone)
kelainan tulang.
b. Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat
adanya kelemahan
Sirkulasi
sesak
dari 3 detik
Integritas ego
Data subyektif : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Eliminasi
Makan/minum
meningkat.
Sensasi
Data subyektif : -
Data obyektif : -
Nyeri/neural
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
Post operasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,
Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV,
:Mosby Year-Book
10.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal