Bkajar 1 OK
Bkajar 1 OK
POKOK BAHASAN I
5
I.1. Sub Pokok Bahasan Sistem Linier Ditinjau dari Segi Fisis dan
Matematis
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Diskripsi Singkat
Sub pokok bahasan ini berisi karakteristik dari sistem linier
yang ditinjau dari segi fisis dan matematis. Sistem diberi masukan
(eksitasi) kemudian dilihat keluarannya (responnya). Sistem
dikatakan linier jika hubungan antara masukan dan keluaran
memenuhi beberapa syarat yaitu superposisi, homogeniti, dan
stasioner. Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak
dipenuhi, maka sistem dikatakan tidak linier. Ketiga syarat
tersebut harus dipenuhi untuk peninjauan sistem secara fisis
maupun secara matematis.
1.1.2. Relevansi
Pada dunia industri, banyak peralatan fisis yang bersifat
linier, sehingga mahasiswa diharapkan dapat menganalisisnya
dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Analisis dari suatu
sistem dapat dilakukan secara fisis maupun secara matematis.
6
suatu sistem linier atau bukan linier, baik secara fisis maupun
secara metematis dengan tingkat kebenaran minimal 80% .
1.2. Penyajian
1.2.1. Uraian
Pada suatu sistem jika diberi fungsi masukan (eksitasi)
e1(t) yang berubah dengan pola tertentu terhadap perubahan
waktu, akan menghasilkan suatu fungsi keluaran (respon) ω1(t),
dan jika diberi fungsi eksitasi kedua e2(t) akan menghasilkan
suatu fungsi respon ke (dua) ω2(t). Pada Gambar 1 diperlihatkan
hubungan antara masukan dan keluaran pada suatu sistem.
eksistasi respon
SISTEM
e (t) ω (t)
7
Superposisi dari fungsi-fungsi eksitasi akan menghasilkan suatu
respon yang merupakan superposisi dari masing-masing fungsi
respon tersebut. Prinsip superposisi berarti bahwa adanya suatu
eksitasi tidak akan mempengaruhi repon-respon yang
diakibatkan oleh eksitasi-eksitasi lain.
Sifat homogeniti dari suatu sistem menunjukkan bahwa jika
suatu sistem mempunyai beberapa masukan yang homogen,
maka keluarannya juga akan homogen. Jika ada n masukan,
dimana e1(t) = e2(t) =.......= en(t), maka akan menghasilkan n
buah keluaran dimana ω1(t) = ω2(t) = ......= ω n(t) seperti
diperlihatkan pada persamaan 4.
n n
ek (t ) ne1 (t ) k (t ) nw1 (t )
k 1 k 1
(4)
Contoh 1
Pada suatu sistem memungkinkan mempunyai sifat superposisi,
tetapi belum tentu mempunyai sifat homogeniti, seperti
diperlihatkan pada contoh suatu sistem yang nonlinier pada
Gambar 2.
8
yang sesuai dengan masing-masing batas frekuensi. Jika
spektrum e1(t) keseluruhannya jatuh pada filter1 dan e2(t) pada
filter 2, maka hubungan superposisi pada persamaan 3
terpenuhi. Sistem belum dikatakan linier jika belum juga
memenuhi hubungan homogeniti seperti pada persamaan 4.
Ada aspek fisis lain yang mencirikan suatu sistem linier
dengan parameter konstan. Jika fungsi eksitasi e(t) yang
dimasukkan pada suatu sistem linier adalah suatu fungsi waktu
yang berubah dengan frekuensi, maka respon ω (t), yang dalam
keadaan tetap, setelah transien awal menghilang, juga akan
berubah dengan frekuensi f. Aspek ini sering disebut sistem-
sistem linier stasioner (non-time-varying) tidak akan
membangkitkan frekuensi baru. Kualifikasi stasioneritas
menyatakan bahwa jika,
e (t) ω (t),
maka e (t-τ) ω (t-τ) dimana τ = kelambatan waktu
Dualifikasi ini dimaksudkan untuk meniadakan situasi-situasi
dengan karakteristik-karakteristiak sistem yang variabel.
Contohnya rangkaian mikropon karbon, sistem radar linier, dan
lain-lain.
Sistem linier dapat dinyatakan sebagai persamaan aljabar
linier atau persamaan-persamaan differensial linier. Misal pada
persamaan berikut;
d 2 dw
2
a1 a 0 e(t ) (4)
dt dt
Dengan e = fungsi eksitasi, ω = fungsi respon, dan koefisien a 1
dan a0 adalah parameter-parameter yang sepenuhnya
ditentukan oleh jumlah dan susunan elemen-elemen sistem.
Persamaan (4) adalah linier karena tidak satupun dari variabel
tak bebas ω maupun derivatifnya mempunyai pangkat yang
lebih tinggi dari satu dan tidak ada dari suku-sukunya yang
9
mengandung perkalian dari dua atau lebih derivatif variabel tak
bebas atau perkalian variabel tak bebas dengan salah satu
dervatifnya.
d 2 1 dw
2
a1 1 a 0 1 e1 (t ) (5)
dt dt
d 2 2 dw
2
a1 2 a 0 2 e 2 (t ) + (6)
dt dt
d2 d
( 1 2 ) a1 ( 1 2 ) a 0 ( 1 2 ) (e1 e 2 ) (7)
dt 2
dt
Dari persamaan diatas prinsip superposisi berlaku dan sistem
tersebut linier, bahkan apabila koefisien a 1 dan a0 merupakan
fungsi dari variabel independen t. Begitu juga sifat homogenitas
(pemeliharaan faktor skala besaran) juga mudah diperiksa,
dimana untuk 1=2 dan e1 = e2, maka didapat persamaan 8
dan 9.
d 2 2 1 d 2 1
2
a1 a 0 2 1 2e1 (8)
dt dt
d 2 d 1
2 2 1 a1 a 0 1 2e1 (9)
dt dt
Tetapi pada persamaan 10 adalah persamaan tak linier, dimana
ω = variabel tak bebas dan t = variabel bebas. Ketidak linieran
persamaan 10 adalah karena adanya perkalian antara unsur
variabel tak bebas dan diferensial variabel tak bebas, bukan
pada kuadrat pada variabel bebasnya.
d 2 d
3 2
2 5t 2 (10)
dt dt
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa input tidak
mempengaruhi sistem apa itu linear atau tidak, yang dikatakan
linear atau tak linier adalah sistemnya (bukan masukannya).
Adanya pangkat-pangkat atau fungsi-fungsi nonlinier lainnya
10
pada variabel bebas tidak akan membuat suatu sistem yang
linier menjadi tidak linier.
1.2.2. Latihan
1. Sebutkan dua contoh sistem yang linier dan sistem yang
tidak linier secara matematis !
2. Tunjukkan apakah sistem dibawah ini memenuhi sifat
superposisi, homogeniti, dan stasioner !
d2y
y0
dx 2
3. Jelaskan termasuk sistem linier atau tidak persamaan
dibawah ini. :
d2y dy
2
2y 2y x
dx dx
1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
1. Sebutkan 3 syarat yang harus dipenuhi agar suatu sistem
dikatakan linier.
d 2i
2. Beri penjelasan apakah persamaan 2
5i 2t 3 linier atau
dt
tidak linier.
3. Jelaskan orde berapakah persamaan diferensial dibawah ini.
3
d 2 y dy
2y 0
dt 2 dt
11
linier, baik secara fisis ataupun secara matematis, dengan
tingkat kebenaran minimal 80%.
1.3.3. Tindak Lanjut
Mahasiswa perlu mempelajari sub pokok bahasan ini lagi,
jika masih ada kesalahan dalam mengerjakan latihan soal-
soal.
Mahasiswa perlu melakukan diskusi dengan mahasiswa lain
atau bertanya kepada dosennya jika masih ada minimal dua
soal salah dalam mengerjakan.
1.3.4. Rangkuman
Untuk menganalisis dari suatu sistem dapat diketahui dari
hubungan masukan dan keluaran suatu sistem. Suatu sistem
dikatakan linier, baik secara fisis maupun secara matematis jika
memenuhi ketiga syarat yaitu superposisi, homogeniti, dan
stasioner. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, sistem dapat
dikatakan tidak linier. Variabel bebas dari suatu sistem tidak
mempengaruhi sifat sistem, sistem akan tetap linier (jika
sistemnya linier), meskipun vareabel bebasnya tidak linier.
12
1.3.6. Kunci Jawaban Latihan
1. Dua contoh sistem linier.dan tidak linier
d2y d 2 y dy
Linier : 2y 0 0
dt 2 dt 2 dt
d2y
2
d 2 y dy dy
Tidak linier : y 2y 0 y y0
dt 2 dt dt 2
dt
2. Ya sistem tersebut linier, karena memenuhi ketiga syarat
superposisi, homogeniti, dan stasioner.
3. Sistem tersebut tidak linier, karena suku kedua pada sebelah
kiri mengandung perklaian anatara y dan difernsialnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] David K Cheng, 1979, Analysis of Linear System, Addison-wesley
Publishing company, Inc, London
[2] Gabel, R.A. dan R.A. Roberts, 1987, Signals and Linear Systems, John
Wiley & Sons, Inc., New York
[3] Oppenheim, A.V. , A.S. Willsky dan I.T. Young., 1983, Signals and
Systems, Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey
[4] Sinha, N.K., 1991, Linear Systems, John Wiley & Sons, Inc., New York
[5] Van-Valkenburg, M.E. dan B.K. Kinariwala, 1982, Linear Circuits,
Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey
SENARAI
Eksitasi : masukan dari suatu sistem
Homogeniti : sistem mendapatkan beberapa masukan yang homogen
Linier : sifat hubungan antara masukan dan keluaran sistem
Orde : diferensial tertinggi dari suatu persamaan diferensial
Respon : keluaran dari suatu sistem
Stasioneriti : sistem menghasilkan keluaran yang menunjukkan ciri dari
sinyal masukan
13
Superposisi : sistem akan menghasilkan keluaran yang tertunda jika
masukannya suatu sinyal tertunda
2.1.2. Relevansi
Peralatan fisis yang bersifat linier pada dunia industri dapat
dianalisis dengan menggunakan persamaan diferensial linier,
sehingga dengan membahas sub pokok bahasan ini mahasiswa
diharapkan dapat menganalisis sistem linier dengan
menggunakan persamaan diferesial dan mencari penyelesaian
dari permasalahan yang ada.
14
Mahasiswa mampu menganalisis bentuk penyelesaian dari
suatu persamaan diferensial yang linier.
2.2. Penyajian
2.2.1. Uraian
Suatu persamaan differensial linier biasa dari sembarang
order n dapat dituliskan seperti pada persamaan 11.
d n d n 1 d
a n (t ) n
a n 1 (t ) n 1
............ a1 (t ) a 0 (t ) e(t )
dt dt dt
(11)
dengan koefisien an(t),......., a1(t), a0(t) dan e(t) = variabel bebas
terhadap t. Jika persamaan (11) homogen maka e(t) = 0 dan jika
persamaan (11) non homogen maka e(t) ≠ 0.
Persamaan differensial linear homogen :
dn d
a
n ( t ) n
.............. a1 (t ) a 0 (t ) (t ) 0 (12)
dt dt
dn d
Operator L = a n (t ) n
................... a1 (t ) a 0 (t )
dt dt
L (ω) = 0
Ada empat sifat umum persamaan differensial linier :
A. Perkalian variabel tak bebas ω dengan konstanta c.
L (cω) = c L (ω)
L (cω) = 0 jika L (ω) = 0
Jika ω(t) penyelesaian dari persamaan homogeneous
L (ω) = 0, maka Cω(t) juga penyelesaian.
15
B. Penjumlahan (mengantikan nilai ω dengan ω 1 + ω2)
L (ω1 + ω2) = L (ω1 ) + L (ω2 )
L (ω1 + ω2) = 0 jika L (ω1 ) = 0 dan L (ω2 ) = 0
Jika ω1(t) dan ω2(t) penyelesaian persamaan
homogeneous L (ω) = 0, maka ω1(t) + ω2(t) juga
penyelesaian. Dari A dan B maka didapat jika ω1(t),
ω2(t), ... ωn(t) adalah penyelesaian persamaan
differensial linear homogeneous L (ω) = 0, maka
kombinasi linear dari C1ω1(t)+C2ω2(t)+.......+ Cnωn(t)
juga penyelesaian.
C. Penyelesaian umum persamaan difereensial
homogen (fungsi komplementer persamaan
diferensial non homogen). Penyelesaian ωc(t) =
C1ω1(t)+C2ω2(t)+.........+Cnωn(t) (dengan n adalah orde
persamaan differensial) adalah penyelesaian umum
dari persamaan differensial homogeneous L (ω) = 0
atau penyelesaian fungsi komplementer dari
persamaan diferensial non homogen L (ω) = e (t).
D. Penyelesaian integral khusus
Jika ωp (t) merupakan penyelesaian khusus dari
persamaan non homogeneous maka L (ωp) = e (t).
Penyelesaian khusus ini disebut juga dengan integral
khusus.
Jumlah dari penyelesaian khusus dan fungsi komplementer
merupakan penyelesaian umum dari persamaan diferensial
non homogen.
ω (t) = ωc (t) + ωp (t)
= C1ω1(t)+C2ω2(t)+............+Cnωn(t) + ωp (t)
Sehingga dapat dituliskan bahwa :
L (ω - ωp) = L (ω) - L (ωp)
= L (ωc) + L (ωp) - L (ωp)
16
= L (ωc)
=0
Contoh 2
1
Buktikan bahwa fungsi y = C1 sin x + C2 cos x - x cos x
2
adalah penyelesaian dari persamaan differensial linier
d2y
y sin x .
dx 2
Misal penyelesaian umum : y = yc + yp, fungsi
komplementer yc = C1 sinx + C2 cosx. Diturunkan dua kali
d 2 yc
didapatkan c1 sin x c 2 cos x , sehingga
dx 2
d 2 yc
y c c1 sin x c 2 cos x c1 sin x c 2 cos x
dx 2
d 2 yc
yc 0
dx 2
1
Integral khusus yp = - x cosx. Diturunkan dua kali
2
d 2 yp 1
didapatkan 2
( x cos x 2 sin x) , sehingga persamaan
dx 2
untuk integral khusus adalah
d 2 yp 1 1
2
yp ( x cos x 2 sin x) x cos x
dx 2 2
d 2 yp
y p sin x
dx 2
Penyelesaian umumnya adalah y = yc + yp
1
y = C1 sinx + C2 cosx - x cosx
2
Contoh 3
17
Cari suatu persamaan differensial linier yang mempunyai
bentuk sulusi umum ω = C1e-t + C2 e-2t + 3.
Penyelesaian umum ω diturunkan satu kali :
d
c1 e t 2c 2 e 2t
dt
Penyelesaian umum ω diturunkan dua kali :
d 2
2
c1 e t 4c 2 e 2t
dt
Maka
d 2 d d 2 d
2
2c 2 e 2t X1 2
2c 2 e 2t
dt dt dt dt
d d
c 2 e 2 t 3 X2 2 2 2 c 2 e 2t 6
dt dt
d 2 d d
2
2 2 6
dt dt dt
d 2 d
3 2 6
dt 2 dt
Contoh 4
Tentukan ω dari contoh nomor 3 jika pada t=0, kondisi ω=0
d
dan 5.
dt
Untuk Kondisi ω = 0
ω = C1e-t + C2e-2t + 3
= C1e-0 + C2e-0 + 3
0 = C1 + C2 + 3 (13)
d
Untuk Kondisi 5
dt
d
c`e t 2c 2 e 2t
dt
5 = -C1 - .2C2 (14)
Dari Persamaan (13) dan (14)
18
-3 = C1 + C2
5 = -C1.2C2 +
C2 = -2 dan C1 = -1
Jadi bentuk penyelesaian persamaan diferensial linier
adalah sebagai berikut. ω = -e-t – 2e-2t + 3
2.2.2. Latihan
1. Jelaskan persamaan dibawah ini linier atau bukan.
d 2 i di
a. 4
dt 2 dt
1 d 2 i 1 di
b. 40
i dt 2 i dt
di
c. 4
dt
d 2i di
d. 2 i 2i 0
dt dt
2. Tunjukkan bahwa i = c1 sinh 2t + c2 cosh 2t adalah
penyelesaian umum dari persamaan :
d 2i
4i 0
dt 2
3. Tunjukkan bahwa y = c1x +c2x2 + 0,5 x3 adalah penyelesaian
umum dari persamaan :
d2y dy
x2 2
2x 2 y x3
dx dx
2.3. Penutup
2.3.1. Tes Formatif
d 2i di
1. Beri penjelasan apakah persamaan 4 2
i 5i 2t 3
dt dt
linier atau tidak linier.
19
2. Buktikan bahwa y=c1et+c2e-2t adalah penyelesaian umum
d 2 y dy
dari persamaan diferensial 2y 0
dt 2 dt
3. Buktikan bahwa y=c1e2t+c2e-2t - 2 adalah penyelesaian
d2y
umum dari persamaan diferensial 4y 8
dt 2
2.3.3. Rangkuman
Persamaan diferensial orde n mempunyai fungsi
komplementer yang terdiri dari n buah komponen
pendukung. Suatu persamaan diferensial dikatakan
homogen jika eksitasinya sama dengan nol dan dikatakan
non homogen jika fungsi eksitasinya tidak sama dengan nol.
20
Penyelesaian persamaan diferensial non homogen terdiri
dari fungsi komplementer dan integral khusus, dengan fungsi
komplementer merupakan penyelesaian umum persamaan
diferensial homogen.
2.3.4. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. sistem tidak linier, karena pada ruas sebelah kiri ada
perklian antara i dan turunannya.
2. y=c1et+c2e-2t
dy
diferensial pertama dari y adalah c1et 2c2e 2t
dt
d2y
diferensial kedua dari y adalah c1et 4c2e 2t
dt 2
d 2 y dy
2 y c1et 2c2e 2t c1et 4c2e 2t 2c1et 2c2e 2t
dt 2 dt
d 2 y dy
2y 0 (terbukti)
dt 2 dt
3. y=c1e2t+c2e-2t - 2
dy
diferensial pertama dari y adalah 2c1e 2t 2c2 e 2t
dt
d2y
diferensial kedua dari y adalah 4c1et 4c2e 2t
dt 2
d2y
dt 2
4 y 4c1e 2t 4c2e 2t 4 c1e 2t c2e 2t 2
d2y
4 y 8 (terbukti)
dt 2
di
2c1 cos 2t 2c2 sin 2t
dt
21
diferensial kedua dari i adalah
d2y
4c1 sin 2t 4c2 cos 2t
dt 2
d 2i
4i 4c1 sin 2t 4c2 cos 2t 4(c1 sin 2t c2 cos 2t )
dt 2
d 2i
4i 0 (terbukti)
dt 2
3. y = c1x +c2x2 + 0,5 x3
dy
diferensial pertama dari y adalah c1 2c2 x 1,5 x 2
dx
d2y
diferensial kedua dari y adalah 2c2 3x
dx 2
x2
d2y
dx 2
2x
dy
dx
2 y x 2 2c2 3x 2 x c1 2c2 x 1,5 x 2 2 c1 x c2 x 2 0,5 x 3
d2y dy
x2 2
2x 2 y x 3 (terbukti)
dx dx
DAFTAR PUSTAKA
[1] David K Cheng, 1979, Analysis of Linear System, Addison-wesley
Publishing company, Inc, London
[2] Gabel, R.A. dan R.A. Roberts, 1987, Signals and Linear Systems, John
Wiley & Sons, Inc., New York
[3] Oppenheim, A.V. , A.S. Willsky dan I.T. Young., 1983, Signals and
Systems, Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey
[4] Sinha, N.K., 1991, Linear Systems, John Wiley & Sons, Inc., New York
[5] Van-Valkenburg, M.E. dan B.K. Kinariwala, 1982, Linear Circuits,
Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey
SENARAI
Fungsi komplementer : penyelesaian umum persamaan diferensial
homogen
22
Homogen : persaman deferensial dengan fungsi eksitasi sama dengan nol
Integral khusus : penyelesaian khusus dari persamaan diferensial non
homogen
Non homogen : persaman deferensial dengan fungsi eksitasi tidak sama
dengan nol
23