Anda di halaman 1dari 19

B.

POKOK BAHASAN I

KARAKTERISTIK SISTEM LINIER

5
I.1. Sub Pokok Bahasan Sistem Linier Ditinjau dari Segi Fisis dan
Matematis
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Diskripsi Singkat
Sub pokok bahasan ini berisi karakteristik dari sistem linier
yang ditinjau dari segi fisis dan matematis. Sistem diberi masukan
(eksitasi) kemudian dilihat keluarannya (responnya). Sistem
dikatakan linier jika hubungan antara masukan dan keluaran
memenuhi beberapa syarat yaitu superposisi, homogeniti, dan
stasioner. Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak
dipenuhi, maka sistem dikatakan tidak linier. Ketiga syarat
tersebut harus dipenuhi untuk peninjauan sistem secara fisis
maupun secara matematis.

1.1.2. Relevansi
Pada dunia industri, banyak peralatan fisis yang bersifat
linier, sehingga mahasiswa diharapkan dapat menganalisisnya
dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Analisis dari suatu
sistem dapat dilakukan secara fisis maupun secara matematis.

1.1.3.1. Standar Kompetensi


 Mahasiswa mampu membedakan suatu sistem itu linier atau
tidak linier, baik secara fisis maupun secara matematis.
 Mahasiswa mampu menganalisis bentuk penyelesaian dari
suatu persamaan diferensial yang linier.

1.1.3.2. Kompetensi Dasar


Setelah menyelesaikan sub pokok bahasan ini, mahasiswa
Jurusan Teknik Elektro semester III akan mampu membedakan

6
suatu sistem linier atau bukan linier, baik secara fisis maupun
secara metematis dengan tingkat kebenaran minimal 80% .
1.2. Penyajian
1.2.1. Uraian
Pada suatu sistem jika diberi fungsi masukan (eksitasi)
e1(t) yang berubah dengan pola tertentu terhadap perubahan
waktu, akan menghasilkan suatu fungsi keluaran (respon) ω1(t),
dan jika diberi fungsi eksitasi kedua e2(t) akan menghasilkan
suatu fungsi respon ke (dua) ω2(t). Pada Gambar 1 diperlihatkan
hubungan antara masukan dan keluaran pada suatu sistem.

eksistasi respon
SISTEM
e (t) ω (t)

Gambar 1 Hubungan masukan dan keluaran pada sistem.

Secara simbolis hubungan masukan dan keluaran tersebut


dapat dituliskan sebagai berikut.
e1(t) ω1(t) (1)
e2(t) ω2 (t) (2)
Ada tiga macam hubungan yang harus dipenuhi dari suatu
sistem untuk dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang linier.
Ketiga syarat tersebut adalah superposisi, homogeniti, dan
stasioneriti.
Pada suatu sistem jika mempunyai masukan e1(t), maka
akan menghasilkan keluaran ω1(t) dan jika mempunyai masukan
e2(t) akan menghasilkan keluaran ω2(t). Suatu sistem dikatakan
superposisi adalah jika diberi masukan e1(t) + e2(t), maka harus
mempunyai keluaran ω1(t) + ω2(t), seperti diperlihatkan pada
persamaan 3.
e1(t) + e2(t) ω1(t) + ω2(t) (3)

7
Superposisi dari fungsi-fungsi eksitasi akan menghasilkan suatu
respon yang merupakan superposisi dari masing-masing fungsi
respon tersebut. Prinsip superposisi berarti bahwa adanya suatu
eksitasi tidak akan mempengaruhi repon-respon yang
diakibatkan oleh eksitasi-eksitasi lain.
Sifat homogeniti dari suatu sistem menunjukkan bahwa jika
suatu sistem mempunyai beberapa masukan yang homogen,
maka keluarannya juga akan homogen. Jika ada n masukan,
dimana e1(t) = e2(t) =.......= en(t), maka akan menghasilkan n
buah keluaran dimana ω1(t) = ω2(t) = ......= ω n(t) seperti
diperlihatkan pada persamaan 4.
n n

 ek (t )  ne1 (t )    k (t )  nw1 (t )
k 1 k 1
(4)

Salah satu karakteristik sistem linier ialah bahwa suatu faktor


besaran skalar yang ada pada sistem harus bersifat tetap dan
sering dianggap sebagai sifat yang homogen.

Contoh 1
Pada suatu sistem memungkinkan mempunyai sifat superposisi,
tetapi belum tentu mempunyai sifat homogeniti, seperti
diperlihatkan pada contoh suatu sistem yang nonlinier pada
Gambar 2.

Filter 1 Peralatan tak linier


e1(t) + e2(t) 1 ω1(t)+ω2(t)

Filter 2 Peralatan tak linier


1

Gambar 2 Sistem non linier.

Filter1 dan filter 2 mempunyai perbedaan batas frekuensi yang


diloloskan, sistem akan dapat memisahkan dua sinyal masukan

8
yang sesuai dengan masing-masing batas frekuensi. Jika
spektrum e1(t) keseluruhannya jatuh pada filter1 dan e2(t) pada
filter 2, maka hubungan superposisi pada persamaan 3
terpenuhi. Sistem belum dikatakan linier jika belum juga
memenuhi hubungan homogeniti seperti pada persamaan 4.
Ada aspek fisis lain yang mencirikan suatu sistem linier
dengan parameter konstan. Jika fungsi eksitasi e(t) yang
dimasukkan pada suatu sistem linier adalah suatu fungsi waktu
yang berubah dengan frekuensi, maka respon ω (t), yang dalam
keadaan tetap, setelah transien awal menghilang, juga akan
berubah dengan frekuensi f. Aspek ini sering disebut sistem-
sistem linier stasioner (non-time-varying) tidak akan
membangkitkan frekuensi baru. Kualifikasi stasioneritas
menyatakan bahwa jika,
e (t) ω (t),
maka e (t-τ) ω (t-τ) dimana τ = kelambatan waktu
Dualifikasi ini dimaksudkan untuk meniadakan situasi-situasi
dengan karakteristik-karakteristiak sistem yang variabel.
Contohnya rangkaian mikropon karbon, sistem radar linier, dan
lain-lain.
Sistem linier dapat dinyatakan sebagai persamaan aljabar
linier atau persamaan-persamaan differensial linier. Misal pada
persamaan berikut;
d 2 dw
2
 a1  a 0  e(t ) (4)
dt dt
Dengan e = fungsi eksitasi, ω = fungsi respon, dan koefisien a 1
dan a0 adalah parameter-parameter yang sepenuhnya
ditentukan oleh jumlah dan susunan elemen-elemen sistem.
Persamaan (4) adalah linier karena tidak satupun dari variabel
tak bebas ω maupun derivatifnya mempunyai pangkat yang
lebih tinggi dari satu dan tidak ada dari suku-sukunya yang

9
mengandung perkalian dari dua atau lebih derivatif variabel tak
bebas atau perkalian variabel tak bebas dengan salah satu
dervatifnya.
d 2 1 dw
2
 a1 1  a 0 1  e1 (t ) (5)
dt dt
d 2 2 dw
2
 a1 2  a 0 2  e 2 (t ) + (6)
dt dt

d2 d
( 1   2 )  a1 ( 1   2 )  a 0 ( 1   2 )  (e1  e 2 ) (7)
dt 2
dt
Dari persamaan diatas prinsip superposisi berlaku dan sistem
tersebut linier, bahkan apabila koefisien a 1 dan a0 merupakan
fungsi dari variabel independen t. Begitu juga sifat homogenitas
(pemeliharaan faktor skala besaran) juga mudah diperiksa,
dimana untuk 1=2 dan e1 = e2, maka didapat persamaan 8
dan 9.
d 2 2 1 d 2 1
2
 a1  a 0 2 1  2e1 (8)
dt dt
 d 2 d 1 
2 2 1  a1  a 0 1   2e1 (9)
 dt dt 
Tetapi pada persamaan 10 adalah persamaan tak linier, dimana
ω = variabel tak bebas dan t = variabel bebas. Ketidak linieran
persamaan 10 adalah karena adanya perkalian antara unsur
variabel tak bebas dan diferensial variabel tak bebas, bukan
pada kuadrat pada variabel bebasnya.
d 2 d
3 2
  2  5t 2 (10)
dt dt
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa input tidak
mempengaruhi sistem apa itu linear atau tidak, yang dikatakan
linear atau tak linier adalah sistemnya (bukan masukannya).
Adanya pangkat-pangkat atau fungsi-fungsi nonlinier lainnya

10
pada variabel bebas tidak akan membuat suatu sistem yang
linier menjadi tidak linier.
1.2.2. Latihan
1. Sebutkan dua contoh sistem yang linier dan sistem yang
tidak linier secara matematis !
2. Tunjukkan apakah sistem dibawah ini memenuhi sifat
superposisi, homogeniti, dan stasioner !
d2y
y0
dx 2
3. Jelaskan termasuk sistem linier atau tidak persamaan
dibawah ini. :
d2y dy
2
 2y  2y  x
dx dx

1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
1. Sebutkan 3 syarat yang harus dipenuhi agar suatu sistem
dikatakan linier.
d 2i
2. Beri penjelasan apakah persamaan 2
 5i  2t 3 linier atau
dt
tidak linier.
3. Jelaskan orde berapakah persamaan diferensial dibawah ini.
3
d 2 y  dy 
   2y  0
dt 2  dt 

1.3.2. Umpan Balik


 Setelah menyelesaiakan sub pokok bahasan ini semua
mahasiswa teknik elektro dapat menyebutkan tiga syarat
yang harus dipenuhi agar suatu sistem dikatakan linier.
 Setelah menyelesaiakan sub pokok bahasan ini, peserta
kuliah dapat membedakan suatu sistem linier atau tidak

11
linier, baik secara fisis ataupun secara matematis, dengan
tingkat kebenaran minimal 80%.
1.3.3. Tindak Lanjut
 Mahasiswa perlu mempelajari sub pokok bahasan ini lagi,
jika masih ada kesalahan dalam mengerjakan latihan soal-
soal.
 Mahasiswa perlu melakukan diskusi dengan mahasiswa lain
atau bertanya kepada dosennya jika masih ada minimal dua
soal salah dalam mengerjakan.

1.3.4. Rangkuman
Untuk menganalisis dari suatu sistem dapat diketahui dari
hubungan masukan dan keluaran suatu sistem. Suatu sistem
dikatakan linier, baik secara fisis maupun secara matematis jika
memenuhi ketiga syarat yaitu superposisi, homogeniti, dan
stasioner. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, sistem dapat
dikatakan tidak linier. Variabel bebas dari suatu sistem tidak
mempengaruhi sifat sistem, sistem akan tetap linier (jika
sistemnya linier), meskipun vareabel bebasnya tidak linier.

1.3.5. Kunci Jawaban Tes Formatif


1. Suatu sistem dikatakan linier jika memenuhi tiga syarat yaitu
superposisi, homogeniti, dan stasioner.
2. Sistem tersebut linier, karena tidak ada komponen yang tidak
linier pada ruas sebelah kiri, sedangkan ketidak linier pada
sebelah kanan yang merupakan variabel bebas tidak
menyebabkan sistem menjadi tidak linier.
3. Sistem tersebut orde satu, karena pangkat tertingga pada
diferensial tertinggi adalah satu, sedang pangkat tiga pada
diferensial pertama tidak menunjukkan orde suatu sistem.

12
1.3.6. Kunci Jawaban Latihan
1. Dua contoh sistem linier.dan tidak linier
d2y d 2 y dy
 Linier :  2y  0  0
dt 2 dt 2 dt

d2y
2
d 2 y  dy  dy
 Tidak linier : y    2y  0 y  y0
dt 2  dt  dt 2
dt
2. Ya sistem tersebut linier, karena memenuhi ketiga syarat
superposisi, homogeniti, dan stasioner.
3. Sistem tersebut tidak linier, karena suku kedua pada sebelah
kiri mengandung perklaian anatara y dan difernsialnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] David K Cheng, 1979, Analysis of Linear System, Addison-wesley
Publishing company, Inc, London
[2] Gabel, R.A. dan R.A. Roberts, 1987, Signals and Linear Systems, John
Wiley & Sons, Inc., New York
[3] Oppenheim, A.V. , A.S. Willsky dan I.T. Young., 1983, Signals and
Systems, Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey
[4] Sinha, N.K., 1991, Linear Systems, John Wiley & Sons, Inc., New York
[5] Van-Valkenburg, M.E. dan B.K. Kinariwala, 1982, Linear Circuits,
Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey

SENARAI
Eksitasi : masukan dari suatu sistem
Homogeniti : sistem mendapatkan beberapa masukan yang homogen
Linier : sifat hubungan antara masukan dan keluaran sistem
Orde : diferensial tertinggi dari suatu persamaan diferensial
Respon : keluaran dari suatu sistem
Stasioneriti : sistem menghasilkan keluaran yang menunjukkan ciri dari
sinyal masukan

13
Superposisi : sistem akan menghasilkan keluaran yang tertunda jika
masukannya suatu sinyal tertunda

I.2. Sub Pokok Bahasan Sifat-Sifat Umum Persamaan Differensial


Linier
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Diskripsi Singkat
Sub pokok bahasan ini berisi sifat-sifat umum persamaan
diferensial linier. Ada empat sifat umum persamaan diferensial
linier yaitu perkalian variabel tak bebas dengan konstanta, sifat
penjumlahan variabel tak bebas, fungsi komplementeri, dan
integral khusus. Suatu persamaan diferensial mempunyai
penyelesaian yang terdiri dari dua komponen, yaitu fungsi
komplementer dan integral khusus. Penyelesaian persamaan
diferensial orde n berupa fungsi komplementer yang terdiri dari
n buah komponen pendukung serta komponen integral khusus.
Suatu persamaan diferensial dikatakan homegen jika nilai
eksitasinya sama dengan nol dan dikatakan non homogen jika
eksitasinya tidak sama dengan nol.

2.1.2. Relevansi
Peralatan fisis yang bersifat linier pada dunia industri dapat
dianalisis dengan menggunakan persamaan diferensial linier,
sehingga dengan membahas sub pokok bahasan ini mahasiswa
diharapkan dapat menganalisis sistem linier dengan
menggunakan persamaan diferesial dan mencari penyelesaian
dari permasalahan yang ada.

2.1.3.1. Standar Kompetensi


 Mahasiswa mampu membedakan suatu sistem itu linier atau
tidak linier, baik secara fisis maupun secara matematis.

14
 Mahasiswa mampu menganalisis bentuk penyelesaian dari
suatu persamaan diferensial yang linier.

2.1.3.2. Kompetensi Dasar


Setelah menyelesaikan sub pokok bahasan ini,
mahasiswa Jurusan Teknik Elektro semester III akan mampu
menyelesaikan persamaan diferensial homogen dan non
homogen dengan kebenaran minimal 80% .

2.2. Penyajian
2.2.1. Uraian
Suatu persamaan differensial linier biasa dari sembarang
order n dapat dituliskan seperti pada persamaan 11.
d n d n 1 d
a n (t ) n
 a n 1 (t ) n 1
 ............  a1 (t )  a 0 (t )  e(t )
dt dt dt
(11)
dengan koefisien an(t),......., a1(t), a0(t) dan e(t) = variabel bebas
terhadap t. Jika persamaan (11) homogen maka e(t) = 0 dan jika
persamaan (11) non homogen maka e(t) ≠ 0.
Persamaan differensial linear homogen :
 dn d 
a
 n ( t ) n
 ..............  a1 (t )  a 0 (t ) (t )  0 (12)
 dt dt 

dn d
Operator L = a n (t ) n
 ...................  a1 (t )  a 0 (t )
dt dt
L (ω) = 0
Ada empat sifat umum persamaan differensial linier :
A. Perkalian variabel tak bebas ω dengan konstanta c.
L (cω) = c L (ω)
L (cω) = 0 jika L (ω) = 0
Jika ω(t) penyelesaian dari persamaan homogeneous
L (ω) = 0, maka Cω(t) juga penyelesaian.

15
B. Penjumlahan (mengantikan nilai ω dengan ω 1 + ω2)
L (ω1 + ω2) = L (ω1 ) + L (ω2 )
L (ω1 + ω2) = 0 jika L (ω1 ) = 0 dan L (ω2 ) = 0
Jika ω1(t) dan ω2(t) penyelesaian persamaan
homogeneous L (ω) = 0, maka ω1(t) + ω2(t) juga
penyelesaian. Dari A dan B maka didapat jika ω1(t),
ω2(t), ... ωn(t) adalah penyelesaian persamaan
differensial linear homogeneous L (ω) = 0, maka
kombinasi linear dari C1ω1(t)+C2ω2(t)+.......+ Cnωn(t)
juga penyelesaian.
C. Penyelesaian umum persamaan difereensial
homogen (fungsi komplementer persamaan
diferensial non homogen). Penyelesaian ωc(t) =
C1ω1(t)+C2ω2(t)+.........+Cnωn(t) (dengan n adalah orde
persamaan differensial) adalah penyelesaian umum
dari persamaan differensial homogeneous L (ω) = 0
atau penyelesaian fungsi komplementer dari
persamaan diferensial non homogen L (ω) = e (t).
D. Penyelesaian integral khusus
Jika ωp (t) merupakan penyelesaian khusus dari
persamaan non homogeneous maka L (ωp) = e (t).
Penyelesaian khusus ini disebut juga dengan integral
khusus.
Jumlah dari penyelesaian khusus dan fungsi komplementer
merupakan penyelesaian umum dari persamaan diferensial
non homogen.
ω (t) = ωc (t) + ωp (t)
= C1ω1(t)+C2ω2(t)+............+Cnωn(t) + ωp (t)
Sehingga dapat dituliskan bahwa :
L (ω - ωp) = L (ω) - L (ωp)
= L (ωc) + L (ωp) - L (ωp)

16
= L (ωc)
=0

Contoh 2
1
Buktikan bahwa fungsi y = C1 sin x + C2 cos x - x cos x
2
adalah penyelesaian dari persamaan differensial linier

d2y
 y  sin x .
dx 2
Misal penyelesaian umum : y = yc + yp, fungsi
komplementer yc = C1 sinx + C2 cosx. Diturunkan dua kali

d 2 yc
didapatkan  c1 sin x  c 2 cos x , sehingga
dx 2
d 2 yc
 y c  c1 sin x  c 2 cos x  c1 sin x  c 2 cos x
dx 2
d 2 yc
 yc  0
dx 2
1
Integral khusus yp = - x cosx. Diturunkan dua kali
2

d 2 yp 1
didapatkan 2
 ( x cos x  2 sin x) , sehingga persamaan
dx 2
untuk integral khusus adalah
d 2 yp 1  1 
2
 yp  ( x cos x  2 sin x)    x cos x 
dx 2  2 

d 2 yp
 y p  sin x
dx 2
Penyelesaian umumnya adalah y = yc + yp
1
y = C1 sinx + C2 cosx - x cosx
2

Contoh 3

17
Cari suatu persamaan differensial linier yang mempunyai
bentuk sulusi umum ω = C1e-t + C2 e-2t + 3.
Penyelesaian umum ω diturunkan satu kali :

d
 c1 e t  2c 2 e  2t
dt
Penyelesaian umum ω diturunkan dua kali :

d 2
2
 c1 e t  4c 2 e  2t
dt
Maka
d 2 d d 2 d
2
  2c 2 e  2t X1 2
  2c 2 e  2t
dt dt dt dt
d d
   c 2 e  2 t  3 X2 2  2  2  c 2 e  2t  6
dt dt

d 2  d d
2
 2  2  6
dt dt dt
d 2 d
3  2  6
dt 2 dt
Contoh 4
Tentukan ω dari contoh nomor 3 jika pada t=0, kondisi ω=0

d
dan 5.
dt
Untuk Kondisi ω = 0
ω = C1e-t + C2e-2t + 3
= C1e-0 + C2e-0 + 3
0 = C1 + C2 + 3 (13)
d
Untuk Kondisi 5
dt
d
 c`e t  2c 2 e  2t
dt
5 = -C1 - .2C2 (14)
Dari Persamaan (13) dan (14)

18
-3 = C1 + C2
5 = -C1.2C2 +

C2 = -2 dan C1 = -1
Jadi bentuk penyelesaian persamaan diferensial linier
adalah sebagai berikut. ω = -e-t – 2e-2t + 3

2.2.2. Latihan
1. Jelaskan persamaan dibawah ini linier atau bukan.
d 2 i di
a. 4 
dt 2 dt
1 d 2 i 1 di
b.  40
i dt 2 i dt
di
c. 4
dt

d 2i di
d. 2  i  2i  0
dt dt
2. Tunjukkan bahwa i = c1 sinh 2t + c2 cosh 2t adalah
penyelesaian umum dari persamaan :
d 2i
 4i  0
dt 2
3. Tunjukkan bahwa y = c1x +c2x2 + 0,5 x3 adalah penyelesaian
umum dari persamaan :
d2y dy
x2 2
 2x  2 y  x3
dx dx

2.3. Penutup
2.3.1. Tes Formatif
d 2i di
1. Beri penjelasan apakah persamaan 4 2
 i  5i  2t 3
dt dt
linier atau tidak linier.

19
2. Buktikan bahwa y=c1et+c2e-2t adalah penyelesaian umum

d 2 y dy
dari persamaan diferensial   2y  0
dt 2 dt
3. Buktikan bahwa y=c1e2t+c2e-2t - 2 adalah penyelesaian

d2y
umum dari persamaan diferensial  4y  8
dt 2

2.3.1. Umpan Balik


 Setelah menyelesaiakan sub pokok bahasan ini semua
mahasiswa teknik elektro dapat membedakan antara
persamaan diferensial liier dan non linier.
 Setelah menyelesaiakan sub pokok bahasan ini, peserta
kuliah dapat mencari penyelesaikan umum persamaan
diferensial homogen dan non homoen dengan tingkat
kebenaran minimal 80%.

2.3.2. Tindak Lanjut


 Mahasiswa perlu mempelajari sub pokok bahasan ini
lagi, jika masih ada kesalahan dalam mengerjakan
latihan soal-soal.
 Mahasiswa perlu melakukan diskusi dengan mahasiswa
lain atau bertanya kepada dosennya jika masih ada
minimal dua soal salah dalam mengerjakan.

2.3.3. Rangkuman
Persamaan diferensial orde n mempunyai fungsi
komplementer yang terdiri dari n buah komponen
pendukung. Suatu persamaan diferensial dikatakan
homogen jika eksitasinya sama dengan nol dan dikatakan
non homogen jika fungsi eksitasinya tidak sama dengan nol.

20
Penyelesaian persamaan diferensial non homogen terdiri
dari fungsi komplementer dan integral khusus, dengan fungsi
komplementer merupakan penyelesaian umum persamaan
diferensial homogen.
2.3.4. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. sistem tidak linier, karena pada ruas sebelah kiri ada
perklian antara i dan turunannya.
2. y=c1et+c2e-2t
dy
diferensial pertama dari y adalah  c1et  2c2e  2t
dt

d2y
diferensial kedua dari y adalah  c1et  4c2e  2t
dt 2
d 2 y dy
  2 y  c1et  2c2e  2t  c1et  4c2e  2t  2c1et  2c2e  2t
dt 2 dt
d 2 y dy
  2y  0 (terbukti)
dt 2 dt
3. y=c1e2t+c2e-2t - 2
dy
diferensial pertama dari y adalah  2c1e 2t  2c2 e  2t
dt

d2y
diferensial kedua dari y adalah  4c1et  4c2e  2t
dt 2
d2y
dt 2

 4 y  4c1e 2t  4c2e  2t  4 c1e 2t  c2e  2t  2 
d2y
 4 y  8 (terbukti)
dt 2

2.3.5. Kunci Jawaban Latihan


1. a. linier, b. tidak linier, c. linier, dan d. tidak linier.
2. i = c1 sin 2t + c2 cos 2t
diferensial pertama dari i adalah

di
 2c1 cos 2t  2c2 sin 2t
dt

21
diferensial kedua dari i adalah

d2y
 4c1 sin 2t  4c2 cos 2t
dt 2
d 2i
 4i  4c1 sin 2t  4c2 cos 2t  4(c1 sin 2t  c2 cos 2t )
dt 2
d 2i
 4i  0 (terbukti)
dt 2
3. y = c1x +c2x2 + 0,5 x3
dy
diferensial pertama dari y adalah  c1  2c2 x  1,5 x 2
dx

d2y
diferensial kedua dari y adalah  2c2  3x
dx 2

x2
d2y
dx 2
 2x
dy
dx
  
 2 y  x 2  2c2  3x   2 x c1  2c2 x  1,5 x 2  2 c1 x  c2 x 2  0,5 x 3 

d2y dy
x2 2
 2x  2 y  x 3 (terbukti)
dx dx

DAFTAR PUSTAKA
[1] David K Cheng, 1979, Analysis of Linear System, Addison-wesley
Publishing company, Inc, London
[2] Gabel, R.A. dan R.A. Roberts, 1987, Signals and Linear Systems, John
Wiley & Sons, Inc., New York
[3] Oppenheim, A.V. , A.S. Willsky dan I.T. Young., 1983, Signals and
Systems, Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey
[4] Sinha, N.K., 1991, Linear Systems, John Wiley & Sons, Inc., New York
[5] Van-Valkenburg, M.E. dan B.K. Kinariwala, 1982, Linear Circuits,
Prentice-Hall, , Englewoods Cliffs, New Jersey

SENARAI
Fungsi komplementer : penyelesaian umum persamaan diferensial
homogen

22
Homogen : persaman deferensial dengan fungsi eksitasi sama dengan nol
Integral khusus : penyelesaian khusus dari persamaan diferensial non
homogen
Non homogen : persaman deferensial dengan fungsi eksitasi tidak sama
dengan nol

23

Anda mungkin juga menyukai