SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S1)
Oleh :
Puji Prastyaning Amini
NIM : E420163306
Pembimbing :
1.Sukarmin,Ns.M.Kep.,Sp.Kep.MB
2.Yulisetyaningrum.S.Kep.,Ns.,M.Si.Med
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S1)
Oleh :
Puji Prastyaning Amini
NIM : E420163306
Pembimbing :
1.Sukarmin,Ns.M.Kep.,Sp.Kep.MB
2.Yulisetyaningrum.S.Kep.,Ns.,M.Si.Med.
i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa
penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan ROM Kaki Dengan Vaskulerisasi Kaki
Pasien DM Di Puskesmas Medang Kabupaten Blora“ telah disusun tepat pada
waktunya.
Hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Kudus.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun penelitian ini banyak sekali
hambatan dan kesulitannya, tetapi berkat bimbingan, pengarahan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tepat pada waktunya.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada yang terhormat bapak / ibu:
1. Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid), selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Kudus.
2. Sukarmin, Ns.,M.Keb.,Sp.Kep.,MB, selaku Pembimbing UtamaSekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus.
3. Yulisetyaningrum,S.Kep.,Ns.,M.Si.Med, selaku Dosen Pembimbing Anggota
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus.
4. Para dosen serta staf TU Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Kudus.
5. Seluruh keluarga tercinta yang telah mendukung, membantu, mencurahkan
kasih sayang serta mendo’akan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Seluruh teman-teman mahasiswi program studi S1 Keperawatan, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus terutama angkatan 2018
terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga penelitian ini
bermanfaat bagi semua.
Blora, Mei 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
Bab VI KESIMPULAN dan SARAN 41
A. Kesimpulan ................................................................................ 41
B. Saran ......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR BAGAN
x
LAMPIRAN
1 Surat Pernyataan
2 Inform Consent
3 SOP ROM
4 Jumlah Kunjungan Pasien DM di Puskesmas Medang Tahun 2016
5 Denah Lokasi Puskesmas Medang
6 Profil Puskesmas Medang
7 Jumlah Pasien Berdasarkan Sepuluh Besar Penyakit
8 Foto Pemeriksaan APBI
9 Foto Gedung Puskesmas Medang
10 Foto Ruang Pelayanan Puskesmas Medang
11 Hasil Rekap Sampling Pasien Dengan Rom
13 Ijin Penelitian
xi
Pengaruh Latihan ROM Kaki Dengan Vaskulerisasi Kaki Pasien DM
Di Puskesmas Medang Kabupaten Blora
Abstrak
Di Puskesmas Medang pada bulan Agustus 2017 dari 10 pasien yang menjalani rawat
jalan ditemukan 2 pasien yang amputasi, 7 pasien DM mengalami hipertensi. Menurut
pengamatan peneliti pasien-pasien DM di Puskesmas Medang belum pernah dilakukan
latihan ROM secara berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh latihan kaki dengan vaskulerisasi kaki pasien DM di Puskesmas Medang. Jenis
penelitian ini adalah kuasi ekperimen dengan pendekatan pre dan post test two group
menggunakan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Sampel penelitian ini adalah
19 kelompok kontrol dan 19 kelompok intervensi pasien DM di Puskesmas Medang. Hasil
Penelitian. Nilai vaskulerisasi kelompok kontrol sebelum perlakukan latihan kaki
mayoritas nilai normal sebanyak 14 responden dan kelomok intervensi mayoritas normal
10 responden. Setelah perlakuan mayoritas nilai vaskulerisasi yang menggunakan nilai
ABI pada kelompok kontrol mayoritas normal 13 responden sedangkan kelompok
intervensi mayoritas normal sebanyak 17 responden. Analisa wilcoxon pada kelompok
kontrol menunjukkan tidak ada perubahan signifikan perubahan nilai vaskulerisasi (p
value 0.083 α = 0.05), sedangkan pada kelompok intervensi terdapat perbedaan
signifikan nilai vaskulerisasi kaki (p value 0.008 , α=0.05).
xii
Abstract
Bibliography: 2008-2017
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gangguan vaskuler merupakan problem yang utama pada pasien
Diabetes Mellitus (DM). Gangguan vaskuler yang sering terjadi pada pasien
DM berupa makroangiopati dan mikroangiopati. Gangguan ini disebabkan
oleh pembentukan plak pada pembuluh darah yang dipicu oleh kenaikan
glukosa darah. Kejadian makroangiopati dan mikroangiopati akan mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya kasus DM (Suedoyo, 2009).
Angka kejadian DM di dunia pada tahun 2013 terdapat 384 juta orang,
sedangkan Indonesia tahun 2013 terdapat 13 juta pasien Diabetes
Melitus(DM). Angka DM di Jawa Tengah pada tahun yang sama terdapat
385.431 pasien DM, sedangkan di Kabupaten Blora pada tahun 2013
terdapat 1950 pasien DM. Hasil rekapan kejadian DM di Puskesmas Medang
tahun 2016 terdapat 191 pasien dalam setahun. Angka data-data di atas
menunjukkan masih tingginya kejadian DM hampir di seluruh bagian wilayah
(Pusat Data dan Informasi Kemenkes, 2014, DKK Blora, 2015).
Meningkatnya angka kejadian DM juga diikuti dengan tingginya angka
gangguan vaskuler yang berupa makroangiopati dan mikroangiopati,
setidaknya terdapat 40-80% pasien DM yang mengalami gangguan vaskuler
(Sundoyo, 2009). Hasil riset Anggia Sari & Saraswati (2011) di RS. Sanglah
Denpasar Bali di dapatkan 39 (35.1%) responden dari 111 responden yang
mengalami gangguan vaskuler berupa angiopati arteri mata. Hasil penelitian
penelitian Soewondo, dkk (2010),terdapat 1785 penderita DM di Indonesia
yang mengalami komplikasi yakni 16% komplikasi makrovaskuler,
27,6%komplikasi mikrovaskuler, 63,5% neuropati, 42% retinopati diabetes
dan 7,3% nefropati. Penelitian yang dilakukan oleh Yohelma, dkk (2014) di
RS Arifin Achmad Pekanbaru juga menemukan angka yang relative tinggi
pada gangguan vaskuler akibat DM dari 72 responden 28 (38.9%)
respondengan mengalami gangguan makrovaskuler, 20 (27.8%) responden
gangguan mikrovaskuler dan 24 (33,3%) responden mengalami gangguan
makro & mikrovaskuler. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Medang Blora
pada bulan Juli 2017 terhadap 12 pasien DM dengan menggunakan analisa
vaskuler berupa Capillary Refill Time (CRT) dan kehangatan akral di
1
2
dapatkan data 9 pasien dengan akral kaki teraba dingin, 9 pasien nilai CRT
>3 detik. Dari data survey awal dapat disimpulkan terdapat 75 % pasien yang
mengalami penurunan fungsi vaskuler.
Masalah vaskuler yang terjadi pada pasien DM kalau tidak dikelola dengan
baik dapat menimbulkan berbagai dampak yang serius antara lain : nefropati,
retinopati, ulkus diabetikum, masalah kardiovaskuler, stroke dan amputasi (
Sundoyo, 2009). Hasil studi berbasis bukti yang dilakukan oleh Zhaolan et al
(2010) di China, prevalensi komplikasi DM berupa gangguan kardiovaskuler
mencapai 30,1%, serebrovaskuler 6,8%, neuropathy 17,8%, nefropathy
10,7%, lesi okuler14,8% dan masalah kaki 0,8%. Hasil rekam medis RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2013 yang dikutip oleh Yuhelma, dkk
(2014), dari 576 pasien rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
ditemukan 143 pasien dengan ganggren diabetic foot, 42 pasien dengan
amputasi, 54 pasien dengan stroke, 47 pasien dengan penyakit jantung, 132
pasien dengan retinopatidiabetika, 158 pasien dengan nefropati diabetika.
Studi awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Medang pada bulan Agustus
2017 dari 10 pasien yang menjalani rawat jalan ditemukan 2 pasien yang
amputasi, 7 pasien DM mengalami hipertensi.
Berbagai tindakan sudah dikemukakan oleh para ahli untuk menekan laju
kerusakan vaskuler pada pasien DM. tindakan-tindakan tersebut dirangkum
dalam 5 pilar terpadu yang saling terkait, antara lain : edukasi pola hidup,
pengelolaan aktifitas fisik, diet, minum obat dan monitoring gula darah.
Berbagai pilar tersebut harus jalan secara berkesinambungan. Pengelolaan
diet yang tidak diimbangi dengan pilar lain akan menghasilkan pengendalian
gula darah yang tidak optimal (Soegondo, dkk, 2009). Penatalaksanaan DM
dengan obat saat ini memang telah mengalami kemajuan, tetapi terdapat
banyak laporan yang meyampaikan bahwa penderita yang datang ke rumah
sakit akan datang lagi dengan keluhan gula darahnya tidak mengalami
penurunan bermakna dan timbul masalah baru seperti keluhan kesemutan
dan kaki terasa dingin. Salah satu indikator penting untuk keberhasilan
penatalaksanaan DM adalah minimnya komplikasi akibat DM. Sehingga perlu
pilar lain yang juga dilibatkan untuk penatalaksanaan DM yaitu latihan
aktifitas fisik seperti Range of Motion (ROM) (Ignativius & Workman, 2010).
Program latihan ROM sebagai salah satu bentuk latihan kontraksi otot yang
bertumpu pada sendi dan otot. Kelebihan ROM adalah latihan ini cukup
3
B. Rumusan Masalah
Masalah vaskuler merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM.
masalah komplikasi dapat mengakibatkan masalah serius pada pasien DM
diantaranya mengakibatkan penyakit jantung, stroke, nefropati, retinopati dan
ulkus kaki. Berbagai pilar penatalaksanaan DM salah satunya berorientasi
pada perbaikan vaskuler melalui latihan ROM kaki. Berdasarkan fonomena
tersebut rumusan masalahnya adalah ,” apakah ada pengaruh latihan ROM
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh latihan ROM kaki terhadap status vaskulerisasi
kaki pasien Diabetes Mellitus (DM) di Puskesmas Medang Kabupaten
Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status vaskulerisasi kaki pasien DM sebelum dilakukan
latihan ROM di Puskesmas Medang Blora pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi .
b. Mengetahui status vaskulerisasi kaki pasien DM sesudah dilakukan
latihan ROM di Puskesmas Medang Blora pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi
c. Mengetahui perbedaan status vaskulerisasi kaki pasien DM sebelum
dan sesudah dilakukan latihan ROM di Puskesmas Medang Blora
pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Responden
Responden dapat memperoleh informasi dan pengalaman dilakukanya
terapi ROM pada kaki
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam pentingnya
penatalaksanaan latiham ROM aktif pada pasien Diabetes Melitus
sehingga sebagai acuan dalam kegiatan POSBINDU yang sudah ada di
Puskesmas Medang
3. Manfaat Bagi STIKES Muhammadiyah Kudus
a. Hasil penelitian diharapkan menjadi acuan bagi institusi pendidikan
untuk menjadi salah satu bahan ajar mata keperawatan medikal
bedah.
b. Dapat menjadi data pembamding data data yang memperkuat
penelitian mahasiswa selanjutnya tetang masalah vaskulerisasi dan
latihan ROM.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang latihan kaki atau sejenisnya dan status vaskulerisasi
kaki sudah ada yang melakukan. Untuk menggambarkan orisinalitas
penelitian ini akan peneliti paparkan keaslian penelitian sebagaiman tabel di
bawah ini :
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Nama
Judul Metode dan Hasil Perbedaan
Peneliti/Tahun
Aria Wahyuni & “Senam Kaki Quasi Ekperimen 1. Desain penelitian
Nina Arisfa Efektif terdapat pengaruh Aria & Nina
Meningkatkan yang bermakna menggunakan one
Ankle Brachial senam kaki group. Peneliti two
Indeks Pasien terhadap ABI group dengan
DM Type 2” pasien DM type 2 kelompok kontrol
(p value 0.005) dan kelompok
intervensi
2. Jumlah sampel
penelitia Aria &
Nina 77
responden DM
type 2. Peneliti 30
responden dengan
mengesampangka
n type DM nya.
3. Perlakuan
penelitian Aria &
Nina
menggunanakan
Senam Kaki.
Peneliti
menggunakan
Latihan ROM
Nama
Judul Metode dan Hasil Perbedaan
Peneliti/Tahun
4. Lokasi penelitian
Aria & Nina di
Puskesmas
6
Payakumbuh
Bukittinggi.
Peneliti di
Puskesmas
Medang
F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu mulai pengajuan judul hingga pelaksanaan
penelitian yaitu bulan Nopember sampai Januari tahun 2017.
2. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat penelitian yaitu dilaksanakan di Puskesmas
Medang Kabupaten Blora.
3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi Pengaruh Latihan ROM Kaki Terhadap Status
Vaskulerisasi Kaki Pasien DM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara produksi dan penggunaan insulin yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia dan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak (Black, 2015)
Diabetes Mellitus juga didefinisikan sebagai suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Suedoyo, 2009).
DM diidentifikasikan sebagai penyakit metabolik berupa gangguan
metabolism karbohidrat, protein dan lemak dengan penanda utama
hiperglikemia
2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah
penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting. Etilogi
DM berdasarkan type DM antara lain (Brunner & Suddart, 2007) :
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetik dan
lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan
dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM (Brunner &
Suddart, 2007).
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula
akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang
sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran
munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2007).
7
8
6. Tes Diagnostik
Menurut Soedoyo, dkk (2009) test diagnostik pasien DM antara
lain :
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict
(reduksi) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada
diabetes.
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam
darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negatif.
C. Range Of Motion
1. Pengertian
Range of Motion (ROM) adalah gerakan dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).
Latihan ROM merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau
batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk
17
g. Intervensidan eversitelapakkaki
1) Letakkansatu tangandi bawahtumit, dan tanganyang lainnyadiatas
punggung kaki
2) Putar telapakkaki ke dalam,kemudianke luar.
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan vaskuler
Keterangan
= Data yang tidak diteliti
= Data yang diteliti
Variable bebas
Variabel terikat
20
21
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain pre
test dan post test two group with control group karena berusaha
menemukan perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan pada 2
kelompok yang berbeda (Nursalam, 2009). Pada penelitian ini akan dilihat
adanya pengaruh latihan ROM kaki terhadap vaskulerisasi kaki.
Skema 3.1 Desain Penelitian
Kelompok intervensi O1 X1 O2
01-02
Kelompok kontrol O3 X0 O4 03-04
Keterangan :
O1 : vaskulerisasi kaki sebelum intervensi pada kelompok intervensi
O2 : vaskulerisasi kaki sesudah intervensi pada kelompok intervensi
03 : vaskulerisasi kaki sebelum intervensi pada kelompok kontrol
O4 : vaskulerisasi kaki sesudah intervensi pada kelompok kontrol
01-02 : perbedaan vaskulerisasi kaki sebelum & sesudah intervensi
pada kelompok intervensi
O3-O4 : perbedaan vaskulerisasi kaki sebelum & sesudah intervensi
pada kelompok kontrol
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
cross sectional yaitu variabel sebab (independent variable) dan variabel
akibat (dependent variable) yang terjadi pada obyek penelitian di ukur
atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu bersamaan
(Notoatmodjo, 2010). Menggunakan pendekatan tersebut, maka data
antara vaskulerisasi kaki dengan latihan ROM kaki dikumpulkan dalam
kurun waktu yang bersamaan.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Notoatmodjo,
2010). Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar observasi
latihan ROM kaki dan pengukuran tekanan darah lengan dan kaki
untuk mendapatkan data vaskulerisasi. Selain data tersebut peneliti
22
n=
48
1+ 48 (0.05)
191
n=
n=
1.24
n = 38 orang
1+ 191
Jadi sampel (0.01)
yang diambil peneliti sebanyak 38 orang.Responden
terbagi menjadi 19 kelompok kontrol dan 19 kelompok intervensi.
Penentuan kelompok kontrol dan kelompok intervensi ditentukan
23
berdasarkan terkompresi
perbandingan g. ABPI = 0.8 -
tekanan sistolik 1.2 berarti
lengan dengan sirkulasi
tekanan sistolik arteri normal.
kaki h. ABPI = 0.5 -
0.7 berarti
insufisiensi
arteri ringan.
N Definisi Skala
Variabel Kategori Alat Ukur
o Operasional Pengukuran
i. ABPI = 0.3 –
0.4
insufisiensi
berat
j. ABPI = 0.2
berarti
ischemic kaki
kritis
7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
memperoleh data (Nursalam, 2003). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah latihan ROM kaki menggunakan lembar observasi
(item yang diobservasi sesuai dengan SOP) dan vaskulerisasi kaki yang
ukur menggunakan tensimeter digital (nilai sistolik lengan dan kaki
kemudian dikonversi menjadi nilai ABPI).
a. Lembar observasi latihan ROM kaki
Lembar observasi ini berisi observasi terhadap 16 gerakan inti ROM
kaki dan 5 tindakan penunjang ROM.
b. Tensimeter digital
Berupa alat pengukur tekanan darah yang menampilkan angka
sampai satuan berupa mmHg berbentuk angka digital. Alat ini dapat
menampilkan angka tekanan darah tanpa dilakukan perabaan nadi
oleh peneliti. Hasil dari pengukuran akan dikonversi menjadi nilai
ABPI melalui pembagian nilai sistolik lengan dengan nilai sistolik kaki.
Alat-alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebaiknya dalam
kondisi yang baik sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang
25
Kriteria pengujian:
Untuk sampel kecil : tolak Ho jika T ≤ Tα , terima jika sebaliknya
Untuk sampel besar: tolak Ho jika p ≤ , terima jika sebaliknya
27
9. Jadwal Penelitian
Terlampir
10. Etika Penelitian
a. Informed Consent (persetujuan penelitian)
Saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta ijin
kepada responden atas kesediaannya menjadi responden.
b. Anonimity (tanpa nama)
Pada lembar persetujuan maupun lembar kuesioner tidak akan
menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi simbol
saja.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang
terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebar luaskan
kepada orang lain tanpa seijin responden (Alimul, 2009).
11. Skema Penelitian
Bagan 3.2
Populasi
Skema pasien DM
Penelitian
N=38
Rumus
N= 19 N= 19
Analisa data
Penyajian data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
28
29
B. Karakteristik Responden
1. Umur responden
Tabel 4.1
Umur Responden di UPT Puskesmas Medang 2017 Kelompok Kontrol
dan Kelompok Intervensi dengan nilai N : 38 responden
Kontrol 55 55 55 45-60
Intervensi 56 56 55 46-60
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di UPT
Puskesmas Medang dengan nilai N : 38 Responden
3. Lama Mengalami DM
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengalami DM di
UPT Puskesmas Medang dengan Nilai N : 38 Responden
C. Analisis Univariat
Kelompok Kontrol n f %
19
Sebelum
31
Sesudah
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 13 68.4%
Insufisiensi ringan 6 31.6%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
2. Vaskulerisasi kaki Kaki Sebelum dan Sesudah ROM Kaki Pada Kelompok
Intervensi
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Vaskulerisasi kaki Kelompok
Intervensi Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Perlakuan ROM Kaki
Pasien DM di Puskesmas Medang Pada Bulan Januari Tahun 2018
Kelompok Intervensi n f %
19
Sebelum
Sesudah
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 17 89.5%
Insufisiensi ringan 2 10.5%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
D. Analisis Bivariat
1. Perbedaan Tingkat Vaskulerisasi Kaki Sebelum dan Sesudah ROM Kaki
Pada Kelompok Intervensi
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perbedaan Tingkat Vaskulerisasi Kaki
Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Perlakuan
ROM Kaki Pasien DM di Puskesmas Medang Pada Bulan Januari Tahun
2018
19
Sebelum
Tidak terkompresi 1 5.2% 0.083
Normal 14 73.7%
Insufisiensi ringan 4 21.1%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
Sesudah
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 13 68.4%
Insufisiensi ringan 6 31.6%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perbedaan Tingkat Vaskulerisasi Kaki
Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Perlakuan
ROM Kaki Pasien DM di Puskesmas Medang Pada Bulan Januari Tahun
2017
34
19
Sebelum 0.008
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 10 52.6%
Insufisiensi ringan 9 47.4%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
Sesudah
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 16 89.5%
Insufisiensi ringan 3 10.5%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
A. Analisis Univariat
1. Vaskulerisasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan Latihan ROM Kaki
Pada Kelompok Kontrol
Hasil penelitian yang ditemukan terhadap 19 responden kelompok
kontrol sebelum perlakuan ROM kaki (untuk kelompok intervensi)
didapatkan mayoritas responden berkategori vaskulerisasi kaki normal 14
responden, 4 responden mengalami insufisiensi ringan, 1 responden tidak
terkompresi. Hasil penelitian vaskulerisasi sesudah perlakuan ROM kaki
menunjukkan mayoritas normal 13 responden dan 6 responden status
vaskulerisasi kaki insufisiensi ringan.
35
36
C. Keterbatasan Penelitian
1. Responden yang dilibatkan masih tergolong kecil yaitu 19 responden
kelompok kontrol dan 19 kelompok intervensi.
2. Responden sebagian besar tidak mengalami gangguan vaskuler kaki
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Vaskulerisasi kaki kelompok kontrol sebelum perlakuan ROM kaki (pada
intervensi) didapatkan mayoritas mayoritas menunjukan nilai normal
sebesar 14 responden (73.7%), insufisiensi ringan 4 responden (21.2%)
dan tidak terkompresi 1 responden (5.2%).
2. Vaskulerisasi kaki pada kelompok kontrol sesudah perlakuan ROM kaki
(pada kelompok intervensi) menunjukkan mayoritas masih normal
sebesar 13 responden (68.4%), insufisiensi ringan 6 responden (31.6%).
3. Vaskulerisasi kaki kelompok intervensi sebelum latihan ROM kaki
mayoritas menunjukan nilai normal sebesar 10 responden (52.6%),
insufisiensi ringan 9 responden (47.4%).
4. Vaskulerisasi kaki pada kelompok intervensi sesudah perlakuan ROM
kaki menunjukkan mayoritas normal sebesar 17 responden (89.5%),
insufisiensi ringan 2 responden (10.5%).
5. Perbedaan vaskulerisasi kaki kelompok kontrol sebelum perlakuan
latihan ROM kaki (pada kelompok intervensi) menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (p value 0.083, α = 0.05).
6. Perbedaan vaskulerisasi kaki kelompok intervensi sebelum perlakuan
latihan ROM kaki (pada kelompok intervensi) menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan (p value 0.008, α = 0.05).
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Medang
a. Bersama peneliti mensosialisasikan hasil penelitian pengaruh latihan
ROM kaki terhadap vaskulerisasi kaki pasien DM di Puskesmas
Medang melalui kegiatan diskusi ilmiah
b. Memasukkan latihan kaki sebagai salah satu pengelolaan standar
pada pasien DM di Puskesmas Medang
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Melakukan kontrol terhadap variabel perancu pada penelitian
pengaruh latihan ROM kaki terhadap vaskulerisasi kaki pasien DM
41
42
DAFTAR PUSTAKA
JM Black &JH Hawks (2005). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for
Positive Outcome. 8 ed. St Louis Missouri : Elsevier Saunders.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisis
Diabetes. www.depkes.go.id diakses tanggal 14 Agustus 2017
Sudoyo, Alwi, Setihadi, Setiati & Simardibarata. (2009). Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi V. Jakarta : Badan Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K., Pranoto, A., Soeatmaji, D.W.,
Tjokroprawiro, A. (2010). The diabcareasia 2008 study –outcomes on
control and complications of type 2 diabetic patients in indonesia, Med J
Indonesia,19
Suratun, Ester & Monika. ( 2008). Klien Gangguan Muskelo Skeletal Seri Asuhan
Keperawatan.
EGC. Jakarta
Wahyuni. A & Aris, FN. (2015). Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle
Brachial Indeks Pasien Diabetes Militus Type 2. Jurnal Ipteks Terapan.
Volume 9
NIM : E420163306
BLORA” merupakan :
Oleh karena itu pertanggungjawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada diri
saya.
Penyusun,
NIM : E420163306
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Alamat :
NIM : E420163306
Dengan ini Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan.
Blora,..................................2018
A. Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian
yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena
penyakit, diabilitas, atau trauma. Dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Atau
juga dapat di definisikan sebagai jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal,
dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari
depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.
Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi
bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah garis horizontal
yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
B. Tujuan
1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang
dapat dilakukan secara aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan
pasien.
2. Meningkatkan atau mempertahankan vaskularisasi perifer.
C. Manfaat
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar vaskularisasi perifer kaki
D. Jenis ROM
1. ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal (klien aktif).
2. ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klien pasif).
E. Indikasi
1. Klien dengan tirah baring yang lama.
2. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
3. Kelemahan otot.
4. Fase rehabilitasi fisik.
F. Kontra Indikasi
1. Klien dengan fraktur.
2. Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Trombus/emboli pada pembuluh darah.
4. Kelainan sendi atau tulang.
5. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).
JENIS
NO KELAMIN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JML
1 L 683 1088 1015 899 699 756 770 838 957 905 1065 1331 11006
2 P 1238 1130 1180 948 1255 1005 1018 1221 1004 1260 1199 1036 13494
JUMLAH 1921 2218 2195 1847 1954 1761 1788 2059 1961 2165 2264 2367 24500
DENAH LOKASIPUSKESMAS MEDANG
Rembang
Lokasi
TPK
PUSKESMAS
Balai desa
Pasar Medang
¼ Medang - Ke Tempuran
SPBUMedang
Tugu Pancasila
Cepu
Alun – AlunBLORA
SMPN 2BLORA
PROFIL PUSKESMAS MEDANG
BATAS-BATAS WILAYAH:
WILAYAH KERJA :
1. Desa Plantungan
2. Desa Ngampel
3. Desa Sendangharjo
4. Desa Ngadipurwo
5. Desa Purwosari
6. Desa Patalan
7. Desa Tambaksari
8. Desa Tempurejo
9. Desa Temurejo
JUMLAH PASIEN BERDASARKAN
SEPULUH BESAR PENYAKIT
1 ISPA
2 DEMAM
3 GANGGUAN
PERTUMBUHAN GIGI DAN
ERUPSI
4 HIPERTENSI PRIMER
5 DERMATITIS
6 GANGGUAN PSIKOTIK
7 VULNUS
8 KENCING MANIS(DM)
10 PUSING
FOTO PELAKSANAAN APBI PADA PASIEN DM DI PUSKESMAS MEDANG