Laporan Kasus Yesi Fix
Laporan Kasus Yesi Fix
PENDAHULUAN
Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan
gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut akut kronis.
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit.
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria
tertiana (Benign malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika
(Maligna malaria). Selain itu terdapat plasmodium malariae dan plasmodium ovale. Malaria
masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia khususnya diLuar Jawa dan Bali,
tetapi akhir-akhir ini di Jawa terutama Jawa Tengah terjadi peningkatan kasus malaria.lebih dari
setengah penduduk indonesia hidup atau bertempat tinggal di daerah dengan transmisi malaria
Penyakit malaria sampe saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas dan
mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir diseluruh dunia, terutama Negara-
negara beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria
yaitu melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis
dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector yang kesemuanya ditujukan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari
sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.
Kerena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah
putih atau limfosit yang seharusnya berperang dalam mengatasi infeksi yang masuk kedalam
tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-
1500. sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misalnya pada orang
yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara
material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk
dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara
lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV- 1 dan HIV-2 .Masing-masing grup mempunyai
lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi.
Diantara kedua grup tersebut yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di
Infeksi HIV merupakan kejadian pendemik. Infeksi tersebut menjadi penyebab utama
kematian menggantikan infeksi Tuberkulosis (TB). sekitar tahun 2006, sebanyak 2,9 juta orang
Penyebaran HIV-AIDS menurut Menkes, presentasi kasus AIDS Sejak pertama kali ditemukan
(1987) sampe dengan juni 2012 dilaporkan berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok
umur 20-29 tahun (41,5%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,8%), kelompok umur 40-49
tahun (11,6%), kelompok umur 15-19 tahun (4,1%) dan umur 50-59 tahun (3,7%). sedangkan
presentasi kasus HIV-AIDS tersebar di 378 dari 498 (76%) kabupaten/kota di seluruh provinsi di
indonesia lebih banyak terdapat pada laki-laki (70%) dari pada perempuan (29%). 5
Tuberkulosit adalah suatu penyakit yang asalnya oleh kuman mikobakterium tuberkulosit. Hasil
ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882.
Diseluruh dunia tahun 1990 melaporkan ada 3,8 juta kasus baru TB dengan 49% kasus terjadi di
asia tenggara. Dalam periode 1984-1991 dicatat peningkatan jumlah kasus TB diseluruh dunia
kecuali amerika dan eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB dan 2,5 juta kematian
Tahunan Resiko infeksi di tahun 1980-1985 dinegara-negara Asia Tenggara diperkirakan sekitar
2% yang berarti ada insidensi 100 kasus BTA (+) per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data SIAMIC Kesehatan Statistik tahun pada tahun 1990, penyakit tuberkulosit
penyebab kematian, indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus terbesar di
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis klasik yang dapat di jumpai hampir di seluruh
dunia. Menurut data WHO (word helt organisation), diketahui sekitar 300 juta orang (0,8%)
menderita toxoplasmosis. Penyakit ini dapat menyerang manusia dan berbagai jenis mamalia,
terinfeksi parasit toxoplasma gondii berkisar 43-88%. Pemeriksaan antibodi pada donor darah di
Penyebaran toxoplasmosis dapat disebabkan oleh pola hidup yang kurang higienis, seperti tidak
mencuci tangan sebelum makan dan makan daging setengah matang, sayuran, buah-buahan serta
oosita yang tercemar infektif, yang tanpa disadari mengandung sista. Tanda-tandanya dapat
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN.
Nama : Tn. Y. B
Alamat : Nafri
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Suku : Genyem
II. ANAMNESA.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan demam sejak kurang lebih
3 hari yang lalu disertai mual muntah 3x sehari, ditambah buang-buang air 3x dalam
sehari, dan batuk-batuk kurang lebih 2 minggu, pasien mengkomsumsi obat OAT sudah
bulan ke 3. Demam dirasakan tiba-tiba. Demam dirasakan terutama saat pagi hari
menjelang siang hari. Pada hari yang sama pasien merasakan demamnya turun dan merasa
dingin sekitar pada sore hari. Saat menjelang malam pasien mengalami keringat yang
banyak dan membasahi hampir seluruh tubuh. Keesokan harinya pasien kembali demam
lagi seperti sebelumnya dan hal ini kembali berulang selama kurang lebih 3 hari. Saat
demam pasien merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa pegal ini
dirasakan seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga mengalami mual
muntah dalam 3x sehari. Muntah dan disertai nyeri ulu hati yang kadang timbul kadang
juga hilang. Selama kurang lebih 3 hari ini, pasien juga mengalami penurunan berat 5 kg
sebelum msk rumah sakit. pasien membawah diri kepuskesmas terdekat dan diberi obat
paracitamol 500 mg dan ranitidin 500 mg. namun demam yang dirasakan tidak mengalami
Pasien mempunyai penyakit lain sebelumnya seperti TB dan selain itu disangkal pasien.
Dikeluarga pasien tidak mengalami penyakit serupa, orang tua dan istri pasien tidak
mengalami penyakit yang serupa yang dialami oleh pasien. Hipertensi, Jantung, DM,
disangkal pasien.
Pekerjaan sehari-hari sebagai tukang ojek, keadaan istri dan anak pasien ini baik-baik saja.
Kesadaran : Composmentis, E4 V5 M 6
Tanda Vital : TD. 100/60 mmHg, N. 84x/menit, SB. 37.1 0C, RR. 25x/menit
Kepala/Leher : Anemis -/-, Sianosis -/-, Sub ikterik +/+, Pupil isokor dekstra et, sinistra,
hidung dan
mulut dalam batas normal, pembesaran KGB (-), JVP dalam batas
normal.
simetris.
jantung
dan hati.
dekstra
Sternalis Sinistra
melebar)
ballottement
Genitalia
(-)
Jenis Pemeriksaan:
HB : 7.1 [g/dL]
HCT : 17. 3 %
PLT : 105
MCV : 86.9 [ fL ]
MCH : 35.7 [ pg ]
GDS : 128
SGOT : 37 U/l
SGPT : 13 U/l
Kolestrol : 144
Ureum : 27 mg/dL
Clorida : 100.3 mmol/L
Pemeriksaan (25-06-2018 )
DDR : PF (+)
Malaria Tropika + 1
X. OBSERVASI.
N : 84x/menit
Inj. Ranitidin 2x1 ampl iv
RR : 25X/mnt
Inj. Ondacentron 3x1 amp
T : 38,2 0C subikterik+/+
Primakuin 1x1 tab
A : - Malaria Falsiparum
New diabet 3x1 tab
- B20 Stadium IV
Cotrimoksasole 2x2 tab
- TB Paru
- Toxoplasma
kepala.
PCT
RR : 23x/mnt
Kotrimokzasole 2x1
A : - Malaria Falsiparum Sulfas Feresus (SF)
Primakuin (PO)
O : CM, TD. 110/70 mmHg
Kotrimokzasole (PO)
N : 82X/mnt,
Calos 3x1
- B20 Stadium IV
- TB Paru
- Toxoplasma
S : Deman (-), mual (-), muntah (-), mencret (- Artesunat (PO)
O : CM, TD.100/70mmHg
Kortimokzasole (PO)
N : 83X/mnt
PCT (KP)
T : 37℃ subikterik-/-
Ranitidin (PO)
17-07-
RR : 22x/mnt
2018
Sulfas Feresus (SF)
Hari 5
A : - Malaria Falsiparum
Calos (PO)
- B20 Stadium IV
DDR: Negatif
- TB Paru
BOLEH PULANG
- Toxoplasma
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI.
Plasmodium falsiparum adalah salah satu organisme penyebab malaria. Plasmodium ini
merupakan jenis yang paling berbahaya dibanding dengan plasmodium lain yang
menginfeksi manusia seperti P. vivax, P. malariae dan P. ovale. Saat ini Plasmodiun
falsiparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal
tersebut kerena spesies ini banyak menyebabkan angka kematian dan kesakitan pada
manusia, selain itu juga karena dapat ditumbuhkan dalam jangka waktu yang lama secara
in vitro.1. 2
3.2 EPIDEMIOLOGI.
Penyakit ini pernah diberantas di banyak negara, namun kemudian muncul kembali. Saat
ini malaria berjangkit di 103 negara dan separu penduduk dunia hidup di tempat beresiko
mengalami malaria. Dari 300 juta penduduk yang terjangkit malaria, 3 juta diantaranya
Selain kemunculannya kembali, masalah lainnya adalah resisten parasit terhadap obat
anti malaria dan resisten nyamuk terhadap pestisida. Malaria juga mangacam daerah-
daerah yang sebelumnya bukan daerah endemic malaria, mengancam kesehatan traveler
rumah, penyelidikan vector penyakit dan tindakan lain telah dilakukan dengan baik.
Beberapa factor yang turut membuat terjadinya KLB ini disebabkan oleh adanya
bertambah. Salah satu yang menyebabkan KLB (kejadian luar biasa) ini adalah malaria
falsiparum. 2
3.3 PATOGENESIS.
Patogenesis malaria sangat kompleks dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada
umumnya melibatkan factor parasit, factor penjamu, factor sosial, dan factor lingkunga.
Ketiga factor tersebut saling terkait satu sama lain dan menentukan manisfestasi klinis
malaria yang bervariasi mulai dari yang terberat seperti malaria serebral sampe infeksi
Pada factor parasit berbagai factor menentukan dalam terjadinya infeksi ini meliputi
resistensi terhadap obat anti malaria, kemampuan parasit dalam menghindari diri dari
respon system imun tubuh host melalui variasi antigenic. Factor yang paling penting dari
parasit adalah pembentukan sitoadherens dan pembentukan roset serta berbagai toksin
dalam malaria. Sitoadherens adalah ikatan antara eritrosit yang terinfeksi dengan endotel
kapiler-kapiler organ. Hal ini menyebabkan eritrosit yang terinfeksi melekat pada kapiler-
kapiler organ tubuh, menimbulkan gangguan aliran darah local dan jika berat akan
menimbulkan iskemia dan hipoksia dengan hasil akhir adalah kegagalan organ. Sedangkan
roseting adalah ikatan antara eritrosit yang terinfeksi dengan beberapa eritrosit yang
terinfeksi membebtuk suatu gumpalan yang disebut roset. Roseting terjadi karena erotrosit
yang terinfeksi melepaskan protein tertentu yang menimbulkan perlekatan dengan eritrosit
yang tidak terinfeksi. Hal ini akan mengakibatkan rusaknya eritrosit lain yang normal
sehingga asupan oksigen menjadi terganggu, terjadi hipoksia organ dan terjadi gagal organ.
1, 2
Toksin parasit sebagian berasal dari parasit sendiri, sebagian berasal eritrosit terinfeksi
seperti MSP-1, MSP-2, RAP-1. Toksin tersebut akan merangsang pengeluaran NO dengan
memicu enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS). Pengeluaran NO dalam jumlah
berlebihan akan menggangu berbagai fungsi sel tubuh. Kadar NO yang terlalu tinggi juga
Faktor pejamu yang berperan meningkatkan infeksi malaria adalah seperti umur, genetic,
nutrisi, imunitas dan terutama peran dari mediator yang dihasilkan oleh makrofag, limfosit,
leokosit, sel endotel, trombosit akibat rangsangan dari toksin ataupun antigen parasit. Di
daerah endemis stabil, malaria berat terutama malaria serebral umumnya diderita oleh
anak-anak umur 1-4 tahun, setelah itu hanya ditemukan anemia pada usia pubertas
sedangkan pada dewasa umumnya adalah asimtomatik. Hal ini mungkin disebabkan respon
imun terhadap malaria pada anak terbentuk lebih lambat. Di daerah endemis tidak stabil
malaria berat dapat ditemukan hampir pada semua umur. Selain itu ada beberapa penelitian
bahwa orang dewasa non-imun, tetapi orang dewasa non-imun mampu membentuk
imunitas klinik dan parasitologi lebih cepat dibanding anak-anak non imun. 2, 4
Faktor nutrisi mungkin berperan menentukan kepekaan dalam malaria berat. Pada
beberapa penelitan malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Defisiensi besi,
riboflavin, PABA mungkin mempunyai efek protektif terhadap malaria berat karena
Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda klinis yang merupakan petunjuk
penting dalam diagnosis malaria. Gejala klinis tersebut dipengaruhi oleh strain
plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Gejala tersebut juga di
pengaruhi oleh endemisitas tempat infeksi (berhubungan dengan imunitas) dan pengaruh
pemberian pengobatan profilaksis atau pengobatan yang tidak adekuat. Gejala plasmodium
falsiparum umumnya lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis lain, sedangkan
oleh gejala oleh plasmodium malariae dan P. Ovale ditemukan paling riangan. 4
Gelaja-gejala prodormal malaria hampir sama dengan penyakit infeksi lain, yaitu
adanya lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri tulang dan otot, anorexia,
perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin dipunggung. Keluhan ini
dapat sering terjadi pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale sedangkan P. Falciparum dan P.
Malariae gejala ini dapat tidak jelas bahkan dapat muncul mendadak. Setelah itu dapat
terjadi gejala khas Trias Malaria yang secara berurutan, yaitu menggigil, demam,
berkeringat. Trias malaria ini dapat berulangsung 6-10 jam dan lebih sering terjadi pada
infeksi P. Vivax, P. Falciparum, Menggigil dapat berlangsung lebih berat ataupun tidak
ada. Periode bebas panas pada P.falciparum berlangsung 12 jam, pada P. Vivax dan P.
Beberapa gejala klinis khas dari keempat jenis parasit yang menyebabkan malaria antara lain:
Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat diperlukan dalam
falciparum yang dapat menyebabkan malaria berat ataupun malaria dengan komplikasi.
Bagi seorang dokterf umum anamnesis adanya riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria selama lebih kurang 2 minggu sebelum timbul gejala klinis dapat sangat membantu
dalam diagnosis. Gejala klinis yang khas antar lain demam tinggi yang dapat disertai
limpa dan trias malaria dapat terjadi pada seseorang yang baru pertama terinfeksi malaria.
Bagi orang yang bertempat tinggal didaerah endemis biasanya penderita sudah mempunyai
kekebalan walaupun tidak spesifik sehingga gejalanya hanya berupa demam, sakit kepala,
diagnosis pasti tetap harus ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Bila pada
hapusan darah dan laboratorium terdapat plasmodium dan antibody terhadap malaria maka
diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan. Bila pada hapusan darah dan laboratorium
pemeriksaan yang sangat sensitive dan spesifik untuk deteksi Plasmodium seperti melalui
Moleculer Assay, ELISA, dan PCR, pemeriksaan PCR sangat berguna pada kasus-kasus
Pengobatan terhadap malaria saat ini sudah tidak bisa lagi dengan obat dosis tunggal.
WHO menganjurkan pengobatan kombinasi dalam pengobatan malaria saat ini. Sekarng ini
dengan sediaan 120 mg lumefrantrin dan 20 mg artemeter dengan dosis 2x4 tablet/hari
selama 3 hari. Obat lain adalah kombinasi antara atovakon dan proguanil (malarone)
dengan sediaan atovakon 1000 mg/hari dan proguanil 400 mg/hari untuk orang dewasa
selama 3 hari . untuk pencegahan dapat digunakan dosis atovakon 250 mg dan proguanil
100 mg/hari. 1, 6, 7
akibat menurunnya sistem kekebalan tunuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi human
immunodeficiency virus (HIV). AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit saja, tetapi
seperti, infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya
Virus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub familli Lentivirinae. Virus familli
ini mempunyai enzim yang disebut reverse transcriptase. Enzim ini menyebabkan
dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya. Jadi setiap kali sel yang dimasuki
retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan. Virus HIV akan
menyerang Limfosit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel CD4+, yaitu sel
yang membantu mengaktivitasi sel B, killer cell, dan makrofag saat terdapat antigen target
khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi target utama HIV. HIV
menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul
HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. secara tidak langsung,
lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan
CD4+ yang kemudian akan menghambat aktivitas sel yang mempresentasikan antigen.
HIV memiliki struktur daras berupa partikel inti (core), protein matriks, dan selubung
virus (envelope) yang merupakan pembentuk membran sel host. Selubung virus tersusun
atas dua lapis lemak dan beberapa protein yang tertanam pada selubung virus, protein
membentuk struktur paku yang terdiri glikoprotein 41 (gp41) yang menembus membran
virus. Glikoprotein luar berfungsi untuk perlekatan dengan reseptor sel inang saat proses
infeksi dan glikoprotein transmembran sangat diperlukan untuk proses fusi. Protein matriks
HIV terdiri dari protein p17 dan terletak antara selubung dan inti. Sedangkan inti virus
terdiri dari protein p24 yang mengelilingi dua untai tunggal RNA HIV dan enzim yang
diperlukan untuk replikasi HIV, seperti reverse transcriptase, protease, ribonuklease, dan
integrase .
Joint Unite National Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) melaporkan sampe
akhir tahun 2012, penderita yang hidup dengan HIV diperkirakan sebanyak 35,3 juta
penderita yang terdiri 32,1 juta penderita kategori dewasa, 17,7 juta kategori wanita, dan
3,3 juta kategori anak di bawah 15 tahun. Penderita HIV baru pada tahun 2012 dilaporkan
berupa 2,3 juta penderita yang terdiri dari 2 juta penderita kategori dewasa dan 260.000
penderita kategori anak dibawah 15 tahun. Total kematian yang disebabkan AIDS pada
tahun 2012 dilaporkan sebanyak 1,6 juta penderita yang terdiri dari 1,6 juta penderita
kasus HIV sampe akhir September 2013 sebanyak 118.787 kasus dengan daerah jumlah
infeksi HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta sebanyak 27.207 kasus dikuti Jawa Timur
sebanyak 15.233 kasus, Papua sebanyak 12.767 kasus dan Jawa Barat sebanyak 9.267
kasus.
Kasus AIDS dilaporkan sampai akhir September 2013 sebanyak 45.650 kasus
dengan daerah jumlah infeksi AIDS tertinggi yaitu Papua sebanyak 7.795 kasus diikuti
Jawa Timur sebanyak 7.714 kasus, DKI Jakarta sebanyak 6.299 kasus dan Jawa Barat
Gambar 4. Jumlah kasus HIV-AIDS yang dilaporkan pertahun sampai dengan Juni 2013.
Kasus HIV-AIDS di Provinsi Jawa Tengah juga terus meningkat, sampai dengan tahun
2012 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan kasus HIV di Jawa Tengah
sebanyak 5.406 kasus dan kasus AIDS sebanyak 2.990 kasus. Menurut Dinas Kesehatan
Gambar 6. Persentase kasus baru AIDS menurut jenis kelamin Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012.
transfusi darah, dan penularan ibu ke anak. Penularan ibu ke anak dapat terjadi saat
persalinan, perinatal, dan air susu ibu. Setelah 30 tahun penelitian, tidak ada bukti bahwa
HIV menular melalui kontak kulit ataupun serangga seperti gigitan nyamuk.
3.10 SIKLUS HIDUP HIV-AIDS.
Seperti halnya virus lain, virus HIV hanya dapat bertahan hidup dan memperbanyak
diri di dalam sel. Dengan demikian daur hidup virus HIV dapat dibedakan dalam 4 tahap.
1. Tahap masuknya virus dalam sel Tahap masuknya virus dalam sel inang berkaitan
adanya muatan listrik yang berlawanan antara molekul gp120 yang memiliki muatan
positif dengan proteoglikan dari lektin permukaan sel yang bermuatan negatif, setelah
terjadi penempelan, gp120 akan melakukan ikatan spesifik dengan molekul CD4 yang
dimiliki sel inang, ikatan ini akan memicu berbagai perubahan struktur molekul
kemokin dari jenis C-C Chemokine Receptor type 5 (CCR5) atau C-X-C Chemokine
yang berada dalam membran dwilapis virus, dan struktur tersebut akan memaparkan
peptida fusi dari molekul gp41 yang akan disusul penyisipan peptida tersebut dalam
yang dimiliki sel, genom virus harus digabungkan dengan genom sel inang dengan cara
diintegrasikan melalui penyisipan dalam molekul DNA yang dimiliki inti sel inang.
Tetapi karena genom retrovirus dalam bentuk RNA, maka sebelum diintegrasikan
dalam genom sel inang, molekul RNA harus ditranskripsi mundur menjadi molekul
DNA. Itulah sebabnya dalam inti retrovirus dilengkapi dengan enzim reverse
transcriptase yang diperlukan untuk transkripsi mundur. Dua untaian RNA virus
ditranskripsi mundur menjadi dua untaian complementary Deoxyribonucleic Acid
(cDNA). Pasangan DNA virus ini kemudian pindah dari sitoplasma sel kedalam intinya
dan disisipkan kedalam DNA inang dengan bantuan enzim integrase.27 Genom virus
yang telah menyatu dengan genom sel inang dapat berada dalam keadaan laten atau
aktif. cDNA yang aktif disebut sebagai provirus. Provirus digunakan sebagai pola
cetakan transkripsi menjadi untainan RNA dalam proses replikasi atau biosintesis
3. Tahap replikasi Replikasi salinan virus dimulai dengan proses transkripsi, splicing
messenger Ribonucleic Acid (mRNA) dalam inti, dan translasi pada ribosom dari rough
endoplasmic reticulum (rER) menjadi peptida yang diselesaikan dalam kompleks golgi.
4. Tahap perakitan dan pendewasaan virus Perakitan partikel virus baru pada prinsipnya
virus bergantung pada protein sel inang yang disebut HBG8 yang akan mengikat
protein p55 dan mendorong pembentukan inti virus yang belum dewasa. Protein
struktural lain dari virus berkumpul di membran sel bersama dua untaian genom RNA.
Enzim reverse transcriptase, protease dan integrase diintegrasikan menjadi virus yang
belum dewasa. protein struktural utama yaitu p6, menghubungkan daerah membran
dengan pembentukan partikel virus muda dari membran sel, terjadi proses proteolisis
reseptor membran CD4. Limfosit CD4+ merupakan sasaran yang paling disukai oleh HIV.
Limfosit CD4+ berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi
membran virus ke membran sel. Dua koreseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4
diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan denganreseptor CD4+.
Monosit dan makrofag mungkin rentan tehadap infeksi HIV. Monosit dan makrofag
yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh
virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel
Natural Killer (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel
mikorglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+, maka
berlangsung serangkaian proses kompleks yang apabila berjalan lancar akan terbentuknya
partikel-partikel virus baru dari sel yang terinfeksi.Limfosit CD4+ yang terinfeksi mungkin
tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi
sehingga menghasilkan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4+ juga dapat menimbulkan
anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).
3.12 Klasifikasi stadium HIV-AIDS
World Health Organization (WHO) membagi stadium klinis HIV dalam empat
kelas, yaitu:
gejala)
b. Limfadenopati generalisata
aktivitas normal)
berulang
normal)
d. Kandidiasis oral
e. TB paru
(PCP)
b. Toxoplasmosis otak
terakhir)
Secara umum penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri atas beberapa jenis yaitu pengobatan
untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV), pengobatan untuk
pengobatan suportif.
Terapi ini terbukti efektif dalam menekan replikasi virus (viral load) sampe dengan kadar
di bawah ambang deteksi. Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan
seksama karena obat ARV akan diberikan dalam jangka panjang. Obat ini adalah inhibitor
dari enzim yang diperlukan untuk replikasi virus seperti reverse transcriptase (RT) dan
protease. Inhibitor RT ini terdiri dari inhibitor dengan senyawa dasar nukleosid
ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor
nukleosida. Obat golongan ini bekrja dengan menghambat enzim reverse transcriptase
selama proses transkripsi RNA virus pada DNA host. Analog NRTI akan mengalami
transkripsi nukleotida. Akibatnya rantai DNA virus akan mengalami terminasi sedangkan
analog NNRTI akan berikatan langsung dengan enzim reverse transkriptase dan
mengaktifkannya. Obat yang termasuk dalam golongan NRTI antara lain Abacavir (ABC),
Stavudin (d4T), Tenofovir. Obat yang termasuk NNRTI antara lain Efavirenz (EFV) ,
Protese Inhibitor (PI) bekerja dengan cara menghambat protease HIV. Setelah
sintesis mRNA dan poliprotein HIV terjadi, tahap selanjutnya protease HIV akan
memecah poliprotein HIV menjadi sejumlah protein fungsional. Dengan memberi PI,
produksi virion dan perlekatan dengan sel pejamu masih terjadi, namum virus gagal
berfungsi dan tidak infeksius terhadap sel. Yang termasuk golongan PI antara lain
Ritonavir (RTV), Atazanavir (ATV), Fos Amprenavir (FPV), Indinavir (IDV), Lopinavir
Terapi lini pertama yang direkomendasikan WHO adalah kombinasi dua obat
golongan NRTI dengan satu obat golongan NNRTI. Kombinasi ini mempunyai efek yang
lebih baik dibandingkan kombinasi obat yang lain dan membutuhkan biaya yang lebih
sedikit karena terdapat generiknya. Analog thiacytadine (3 TC atau FTC) merupakan obat
pilihan dalam terapi lini pertama. 3 TC atau FTC dapat dikombinasi dengan analog
nukleosida atau nukleosida seperti AZT, TDF, ABC, atau d4T. Didanosin (ddI) merupakan
Evaluasi pengobatan
Evalusi pengobatan dapat dilihat dari jumlah CD4+ didalam darah dan dapat
digunakan untuk memantau beratnya kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV. Kegagalan
terapi dapat dilihat secara klinis dengan menilai perkembangan penyakit secara imunologis
dengan menghitung CD4+ dan atau secara virologi dengan mengukur viral-load.
peningkatan CD4, pencegahan dan pengobatan IO dan juga komplikasi lainnya akan
berhasil jika konseling dan edukasi berhasil dilakukan dengan baik. Pada konseling dan
edukasi perlu diberikan pemahan tentang psikososial kepada ODHA agar mereka mampu
mengerti, percaya diri dan tidak takut dengan status dan perjalanan HIV/AID, cara
penularan, pencegahan dan juga pengobatan HIV/AIDS. Semuanya ini akan memberi
3.14 Prognosis
Para peneliti telah mengamati dua pola umum penyakit pada anak yang terinfeksi
HIV. Sekitar 20% dari anak-anak mengembangkan penyakit serius pada tahun pertama
kehidupan, sebagian besar anak-anak ini meninggal pada usia 4 tahun. Perempuan yang
terinfeksi HIV dan terdeteksi dini serta menerima pengobatan yang tepat, bertahan lama
dari pada pria. Orang tua yang didiagnosis HIV tidak hidup selama orang muda yang
memiliki virus ini. Meskipun ada upaya yang signifikan, namun tidak ada vaksin yang
efektif terhadap HIV. Oleh kerena itu, hal ini dapat berakibat fatal jika tidak ada
pengobatan.
1) Definisi.
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
2) Klasifikasi.
a) Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
a) Kasus Baru.
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d) Kasus Setelah Gagal (Failure).
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
e) Kasus Lain.
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
2. EPIDERMIOLOGI.
A. Personal.
1) Umur.
Tb Paru Menyerang siapa saja tua, muda bahkan anak-anak. Sebagian besar
menunjukkan bahwa kasus Tb paru di negara berkembang banyak terdapat pada umur
produktif 15-29 tahun. Penelitian Rizkiyani pada tahun 2008 menunjukkan jumlah
penderita baru Tb Paru positif 87,6% berasal dari usia produktif (15-54 tahun)
2) Jenis Kelamin.
3) Stasus Gizi.
Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menetukan fungsi seluruh sistem
`mikroorganisme. Bila daya tahan tubuh sedang rendah, kuman Tb paru akan mudah
masuk ke dalam tubuh. Kuman ini akan berkumpul dalam paruparu kemudian
menderita Tb paru. Hal ini bergantung pada daya tahan tubuh orang tersebut. Apabila,
daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh (dormant) dan
tidak berkembang menjadi penyakt namun apabila daya tahan tubuh lemah makan
Penyakit Tb paru Lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah
karena sistem imun yang lemah sehingga memudahkan kuman Tb Masuk dan
berkembang biak.
B. Tempat.
1) Lingkungan.
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang ditularkan melalui
salah satunya adalah lingkungan yang kumuh,kotor. Penderita Tb Paru lebih banyak
terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor.
Sebagai penderita Tb paru adalah dari kalangan miskin. Data WHO pada tahun 2011
yang menyatakan bahwa angka kematian akibat Tb paru sebagaian besar berada di
Penyakit Tb paru dapat menyerang siapa saja, dimana saja, dan kapan saja tanpa
mengenal waktu. Apabila kuman telah masuk ke dalam tubuh pada saat itu kuman akan
3. ETIOLOGI.
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA) 4. Sumber penularan adalah penderita
tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari
paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi
tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
4. DIAGNOSIS.
radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui
radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
A. Gejala.
a) Gejala Sistemik/Umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
b) Gejala Khusus
Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara
dada.
B. Tanda.
kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau dapat
ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru
tersebut dapat berupa: fokal fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi napas
bronkovesikuler atau adanya ronkhi terutama di apeks paru. Pada lesi luas dapat pula
ditemukan tanda-tanda seperti : deviasi trakea ke sisi paru yang terinfeksi, tanda
konsolidasi, suara napas amporik pada cavitas atau tanda adanya penebalan pleura.
5. PATOGENESIS.
A. Infeksi Primer.
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau
afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman.
Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak
terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh
lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer
penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak
di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu
a) Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacatSarang tersebut akan meluas
Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan
b) Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan
menjadi:
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini
Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
6. PENATALAKSANAAN.
kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda
dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila
terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang
cepat membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat
membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan
antibakteri lain:
Jenis
obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin, Etambutol. Jenis obat
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu 14:
1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
2) Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
Penderita kambuh.
3) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif(10).
4) Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik.
Tabel 5 Paduan pengobatan Tb paru
7. KOMPLIKASI.
komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
a) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya
3.1 Toxoplasma.
I. Defenisi.
burung dan beberapa jenis mamalia terutama kucing, di seluruh dunia. Infeksi toxplasma
gondii pada manusia dapat terjadi apabila mengkonsumsi patogenini dalam bentuk kista
(bradozoit) dalam daging yang telah terinfeksi dan tak dimasak dengan baik, lewat
kontak dengan sel-sel oosit dalam feses kucing/binatang lain yang terinfeksi atau
diperoleh secara kongenital lewat transfer transplasental. Ookista dalam feses kucing
perlindungan terhadap infeksi intrauterin, oleh karena itu toxoplasmosis kongenital hanya
dapat terjadi apabila infeksi terjadi pada saat kehamilan. Salah satu penelitian
mendapatkan data bahwa 1/3 wanita Amerika Utara telah memperoleh antibodi yang
bersifat protektif sebelum kehamilan, dan angka ini lebih tinggi pada mereka yang
terjadidalam 1-5 dari 1000 kehamilan. Resiko infeksi janin meningkat sesuai usia
Penularan toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang terinfeksi toxoplasma hanya
menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi.
Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan mempunyai
resiko penularan yang sangat kecil. Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista
atau ookista toxoplasma. Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan
tersebut akan menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan atau manusia. Kista tersebut
dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan berbagai hewan lainnya. Penularan juga dapat
terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging mentah atau daging setengah
matang yang mengandung kista toxoplasma. Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah
dalam jangka waktu tertentu (bisa sampai 18 bulan). Dari tanah ini toxoplasma dapat
menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut.
Dan juga toxoplasma ditertularkan dari berbagai cara antara lainya sebagai berikut:
2. Tertelanya kista jaringa atau kelompok takizoid yang terdapat didalam daging mentah
3. Melalui placenta.
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak
menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma
maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita
selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran
kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam.
Kelenjar limfe di leher adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang
lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu
sering pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja
atau dewasa. Pada anak, juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula
terkena, maka penglihatan sentralnya akan terganggu. Pada penderita dengan imunodefisiens
seperti penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat
pengobatan imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat
seperti ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan perubahan status mental,
nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS
Toxoplasma dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam berbagai cara. Pertama, secara
tidak sengaja menelan tinja kucing yang di dalamnya terdapat telur toxoplasma. Cara ini
banyak tidak disadari, misalnya menyentuh mulutdengan tangan yang telah berkontaminasi
seperti sehabis berkebun, membersihkan tempat makan kucing atau barang-barang lain yang
sudah terkontaminasi. Kedua, parasit ini juga dapat masuk jika mengkonsumsi daging hewan
yang telah terkontaminasi dan tidak dimasak secara matang. Bentuk kista dari parasit ini
dapat masuk bersama daging hewan tadi. Ketiga, masuk lewat air yang telah terkontaminasi.
Dan yang jarang, jika Anda menerima transparansi organ atau transfusi darah dari donor
yang telah terkontaminasi. Jika dalam keadaan sehat, umumnya penyakit ini tidak
menimbulkan gejala apa-apa atau menyerupai sakit influenza biasanya disertai pembesaran
kelenjar getah bening regional yang nyeri. Gejala yang berat mungkin terjadi seperti
kerusakan otak dan mata yang terutama terjadi pada penderita kekurangan daya tahan tubuh
Pencegahan toxoplasma gondii itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :
1. Hindari mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, serta buah dan sayuran
3. Cuci alas memotong, piring, serta alat memasak lainnya dengan air panas dan berbusa
4. Masak air sampai mendidih serta hindari meminum susu yang belum di pasteurisasi.
6. Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing, jangan biarkan Anda berkeliaran di luar
7. Mintalah anggota keluarga lain untuk membantu Anda membersihkan kucing Anda
8. Beri makan kucing Anda dengan makananan yang sudah dimasak dengan baik.
10. Gunakan sarung tangan plastik ketika Anda harus membersihkan kotoran kucing,
sebaiknya dihindari.
11. Cuci tangan sebelum makan dan setelah berkontak dengan daging mentah, tanah atau
kucing.
12. Gunakan sarung tangan plastik jika Anda berkebun terutama jika terdapat luka pada
Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan reaksi imun tubuh
yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengansistem imun yang normal tidak
memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala gejala yang berat atau berkelanjutan.
kematian.
Toksoplasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan
pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari
yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur kehamilan, atau bilamana
mengharuskan maka dapat diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin
setelah umur kehamilan di atas 16 minggu (Sasmita, 2007). Lebih lanjut disampaikannya
pada manusia. Untuk menghindari penularan toxoplasma melalui oosit infektif dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain, selalu menjaga kebersihan hewan kesayangan
(kucing diketahui sebagai induk semang definitif toxoplasma), tidak memberikan daging
mentah pada kucing piaraan, dan mencuci buah serta sayur sebelum dikonsumsi. Sementara
itu, untuk mencegah penularan toxoplasma melalui sista dapat dilakukan dengan mencuci
daging sebelum dimasak dan mengurangi mengonsumsi daging setengah matang (Rilis,
2008).
‘
BAB IV
PEMBAHASAN
Infeksi malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh plasmodium dengan gejala mirip
infeksi oleh virus yang biasa didahului dengan demam mendadak tinggi dan gejala prodormal
lainnya. Namun beberapa individu mungkin memiliki antibody yang cukup kuat sehingga gejala
klinis yang terjadi tidaklah khas untuk suatu infeksi. Tabel dibawah ini adalah pembahasan
mengenai gejala yang terjadi pada pasien dengan infeksi malaria yang dibandingkan dengan teori
yang sesuai.
N
Analisa Kasus Analisa Teori
O
Demam tinggi dirasakan kurang lebih 3 Malaria yang disebabkan oleh plasmodium
hari sebelum masuk rumah sakit. Demam falciparum mempunyai pola demam,
1.
tiba-tiba berlangsung tinggi, mendadak. menggigil, berkeringat, yang dapat terjadi
Pada hari yang sama pasien merasakan lebih sedikit dalam satu hari. Dapat juga
demamnya turun dan merasa dingin sekitar terjadi nyeri kepala yang sangat menonjol,
pada sore hari. Saat menjelang malam juga dijumpai nyeri dada, antralgia atau diare,
pasien mengalami keringat yang banyak tidak ada kaku kuduk atau fotofobi. Gejala
Anemis +/+, sianosi -/-, ikteri +/+, Infeksi P. falciparum dapat menyebabkan
splenomega (-), shufner (-), simetris, ikut hematokrit ≤15%, Hb≤50g/L dan bahkan
gerak nafas, Rho -/-, whe +/+, redup, BJ I- dapat terjadi ikterik akibat pemecahan eritrosit
II reguler, gallop -/-, mumur -/-. cekung, ini maka limpa sebagai organ retikulosit dan
2. bising usus (+), hepar/lien tidak teraba, destruksi akan meningkat kerjanya sehingga
Urin tampung 2.500 cc/24 jam Pada infeksi P. falciparum, dapat terjadi gagal
Prognosis
Pada pasien dalam laporan kasus ini adalah contoh dari infeksi malaria oleh P.
Falciparum dengan gejala klinis yang tidak begitu berat. Artinya tidak selamanya infeksi
malaria oleh P. Falciparum yang bisa dikenal dengan infeksi malaria berat dapat terjadi setiap
orang sebab hal ini bergantung pada beberapa hal yaitu faktor parasit sendiri, derajat imunitas
host dan keadaan lingkungan sekitar. Untuk pasien ini prognosisnya adalah dubia ad bonam.
Human Immunodeficiency Virus termasuk dalam golongan retrovirus dengan subgrup
lentivirus, yang dapat menyebabkan infeksi secara lambat dengan masa inkubasi yang panjang.
Virus tersebut akan menginfeksi dan membunuh limfosit T-helper (CD4), dan menyebabkan
host kehilangan imunitas seluler dan memiliki probabilitas yang besar untuk terjadi infeksi
oportunistik. Sel-sel lain, seperti makrofag dan monosit yang memiliki protein CD4 pada
permukaannya juga dapat terinfeksi oleh HIV. Replikasi virus HIV yang terjadi secara cepat
berkaitan dengan mutasi yang berkontribusi dalam ketidak mampuan antibodi tubuh untuk
menetralisis virus dalam satu waktu secara bersamaan. Hal ini diduga disebabkan oleh
replikasi virus yang persisten dan kekalahan respon sel limfosit T sitotosik. Prinsip target
antibodi dalam menetralisis HIV adalah protein gp20 dan gp41 pada selubung (envelope) virus
HIV.
Anamnesa:
Pasien datang dengan keluhan demam sejak kurang lebih 3 hari yang lalu disertai mual
muntah 3x sehari, ditambah buang-buang air 3x dalam sehari, dan batuk-batuk kurang lebih 2
minggu, keringat dingin dimalam hari, pasien mengalami nafsu makan menurun. Pasien
mengeluh nyeri dan reaksi kaku pada perut bagian bawah, karena sensasi nyeri dan reaksi pada
perutnya, pasien juga mengalami penurunan berat 5 kg sebelum msk rumah sakit. Pasien
mengkomsumsi obat OAT sduah 3 bulan, pasien membawah diri kepuskesmas terdekat karena
deman, mual-muntah, dan mencretnya. dan diberi obat paracitamol 500 mg dan ranitidin 500
mg. namun demam yang dirasakan tidak mengalami perubahan. Akhirnya pasien membawah
Tidak ada gejala fisik yang spesifik pada infeksi HIV, gejala ringan mungkin muncul
pada masa serokonversi berupa flu-like syndrom, pada kondisi yang lebih berat dapat
ditemukan tanda-tanda infeksi oportunistik. Pada pemeriksaan fisik : kadaan umu tampak
lemah dan agak pucat, keadaan umum pasien tanpak sakit berat, TB: 165 CM, BB: 50. tanda-
tanda vital: TD. 100/60 mmHg, Nadis. Lemah, 85x/menit, SB: 37,5 ℃, RR: 25x/mnt,
Kepala/Leher: normochepal, konjungtiva anemis (+), sklera subikteri, mata cekung. oral
Abdomen: supel , nyeri tekan (-), bising usus (+) ↑, turgor cukup
Ekstremitas: akral hangat, edema (-), CRT<2”, terdapat ruam-ruam (+), bersisik.
Pemeriksan Penunjang
HB : 6,2 gr/dL
WBC : 3,4
Ureum : 27 mg/dL
SGOT : 26
SGPT : 11
Penatalaksanaan HIV/AIDS
Secara umum penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri atas beberapa jenis yaitu pengobatan
untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV), pengobatan untuk
mengatasi berbagai penyakit infeksi opportunistik menyertai infeksi HIV/AIDS dan pengobatan
suportif.
Konseling dan edukasi perlu diberikan segera setelah diagnosa HIV/AIDS ditegakkan
dan dilakukan secara berkesinambungan. Bahkan, konseling dan edukasi merupakan pilar
penularan, pengendalian kepadatan virus dengan ARV, peningkatan CD4, pencegahan dan
pengobatan IO dan juga komplikasi lainnya akan berhasil jika konseling dan edukasi berhasil
dilakukan dengan baik. Pada konseling dan edukasi perlu diberikan pemahan tentang psikososial
kepada ODHA agar mereka mampu mengerti, percaya diri dan tidak takut dengan status dan
perjalanan HIV/AID, cara penularan, pencegahan dan juga pengobatan HIV/AIDS. Semuanya ini
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam
paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan
Anamnesa :
Perlu ditanyakan batuk berapa lama, Penurunan nafsu makan dan berat badan.
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Gejala Khusus
Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara
Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
b) P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
c) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi hari.
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spe sifik untuk
Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua dibutuhkan. Data ini
dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan penderita,
sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta
limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh pende rita. LED sering meningkat pada
proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak me nyingkirkan diagnosa TBC.
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah
foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum
SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen
Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular.
Efusi Pleura
Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau segmen
Kalsifikasi.
Penebalan pleura.
Penatalaksanaan .
kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda
dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila
terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang
cepat membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat
membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan
antibakteri lain:
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin, Etambutol.
Komplikasi
komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi dua, yaitu:
Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa obligat intraselular yang menginfeksi burung
dan beberapa jenis mamalia terutama kucing, di seluruh dunia. Infeksi toxplasma gondii pada
manusia dapat terjadi apabila mengkonsumsi patogenini dalam bentuk kista (bradozoit) dalam
daging yang telah terinfeksi dan tak dimasak dengan baik, lewat kontak dengan sel-sel oosit
dalam feses kucing/binatang lain yang terinfeksi atau diperoleh secara kongenital lewat
transfer transplasental. Ookista dalam feses kucing dapat bertahan hingga bertahun-tahun
(Juanda,2006)
Anamnesa :
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak
menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma maka
parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama
siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah
Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toxoplasma adalah pemeriksaan
serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM Toxsoplasma gondii. Antibodi
IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat
(80 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu
atau bulan). Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan
meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu
cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena itu, temuan antibodi IgG
dianggap sebagai infeksi yang sudah lama, sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi
yang baru atau pengaktifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena
toksoplasmosis bawaan
Penatalaksanaan toxoplasma
Kebanyakan kasus toxoplasma hanya digolongkan sebagai sakit ringan dan tidak memerlukan
adanya perawatan medis. Penderita umumnya bisa pulih total tanpa komplikasi.
Untuk menangani infeksi toxoplasma pada penderita gangguan system kekebalan tubuh,
berkembangannya gejala-gejala toxoplasma. Jika system kekebalan tubuh sudah kembali normal,
Komplikasi
1.Toxoplasmosis okuler : peradangan dan luka pada mata yang diakibatkan oleh parasite
2.Toxoplasmosis kongenital: terjadi ketika janin yang dikandung ikut terinfeksi toxoplasmosis
3.Toxoplasma serebral : jika penderita gangguan system kekebalan tubuh terinfeksi oleh
toxoplasma, maka infeksi tersebut maka infeksi tersebut bisa menyebar ke otak dan bisa
Pencegahan Toxoplasma
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko terkena infeksi toxoplasma,
seperti:
4. Cucilah semua peralatan dapur dengan bersih setelah memasak daging mentah
darinya
7. Hindari kotoran kuncing pada wadah kotoran kucing atau tanah, terutama bagi yang
memelihara kucing
KESIMPULAN
penunjang. pasien Tn. Y, umur 28 tahun yang beralamat di nafri seorang pekerja swasta datang
ke rumah sakit dengan keluhan utama demam tinggi. Setelah dirawat pasien terdiagnosis
malaria ec. P. Falciparum dengan gejala klinis minimal. Setelah dirawat dengan pengobatan
malaria kombinasi selama 5 hari pasien mengalami perbaikan dan diperbolehkan pulang.
penunjang. Pemeriksaan serum HIV digunakan pada awal penegakakn diagnosis, sedangkan
pemeriksaan RNA HIV dan pemeriksaan CD4 dilakukan untuk membantu mengetahui prognosis
dan dosis awal obat Pada terapi ARV. Tatalaksana dilakukan sesuai pedoman WHO, yang
bertujuan untuk menekan jumlah virus, memelihara fungsi, dan mengurangi morbiditas dan
Tuberkulosit (TB) masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan. Tuberkulosit
paru adalah infeksi paru oleh mycobacterium tuberculosit yang dapat menyebar ke segmen paru
lainnya melalui bronki, atau ke organ lain melalui darah atau pembuluh getah bening. Sumber
penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan. Dengan
melakukan pengobatan selama 6 bulan tanpa terputus. Untuk mencegah agar tidak tejadi
penularan; membuka jendela agar terjadi pertukaran udara, tutup mulut ketika batuk,
berbagai Negara juga di Indonesia kerena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari
pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi
masyarakat seperti abortus, lahir mati, maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratorium
cukup muda yaitu dengan pemeriksaan antibody kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondi
Dianjurkan untuk memeriksa diri secara berkala pada pasien dengan toxoplasmosis.
Commented [A1]:
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasroudin, Hadi W, Erwin AT, dkk. Penyakit infeksi di indonesia. Editor: Nasroudin, Hadi
2. Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, Malaria dari molekuler Ke Klinis. Edisi Ke 2.
3. Zulkarnaen I, Malaria Bera. Dalam: Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-1. Fakultas Kedokteran
4. Syafrudin D, Asih PB, Casey GJ, dkk. Moleculer Epidemiology of Plasmodium Falciparum
5. Cook GC. Prevontion and Treament of Malaria. The Lancet. 1988; 2 : 32-38
6. World Healt Organization. A global view of HIV infection. (Diakses pada tanggal 19-mei-
2016). Hal.50-3
7. World Healt Organization. Antiretroviral Therapi for HIV infection in Adults and
Adolescents, Recommendation for a public healt approach, 2010 Revision. ( Diakses pada
http;//apps,who,int/iris/bitstream/10665/137094/1/9789241564809 eng.pdf
9. PDPI.2006. Tuberkulosit pedoman dan penatalaksanaan di Indonesia. Available from:
http;//www.klikpdpi.com/consensus/tb/tb.html
10. Rilis, 2008. Toxoplasma gondi pada manusia dan diagnosisnya. Surabaya : FK UNAIR
http;//thatcayang.blogspot.com/2013/04/makalah-pencegahan toxoplasma-gondi-penyebab.
Akses 24-08-2013