YESSI FIX TGL 27-08-2018
YESSI FIX TGL 27-08-2018
PENDAHULUAN
Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung
akut akut kronis. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit.
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan
malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika (Maligna malaria). Selain itu terdapat plasmodium malariae dan plasmodium ovale.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia khususnya diLuar
Jawa dan Bali, tetapi akhir-akhir ini di Jawa terutama Jawa Tengah terjadi peningkatan kasus
malaria.lebih dari setengah penduduk indonesia hidup atau bertempat tinggal di daerah
Penyakit malaria sampe saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas
dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir diseluruh dunia, terutama
Negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus
malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian terutama di negara-negara benua afrika.3
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat
malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi
diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector yang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari
sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama
limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan
sel limfosit. Kerena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperang dalam mengatasi
infeksi yang masuk kedalam tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik,
nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misalnya pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini
secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase
untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi
secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV- 1 dan HIV-2 .Masing-masing grup
mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat
mengalami mutasi.
Diantara kedua grup tersebut yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di
Infeksi HIV merupakan kejadian pendemik. Infeksi tersebut menjadi penyebab utama
kematian menggantikan infeksi Tuberkulosis (TB). sekitar tahun 2006, sebanyak 2,9 juta
ditemukan (1987) sampe dengan juni 2012 dilaporkan berdasarkan kelompok umur tertinggi
pada kelompok umur 20-29 tahun (41,5%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,8%),
kelompok umur 40-49 tahun (11,6%), kelompok umur 15-19 tahun (4,1%) dan umur 50-59
tahun (3,7%). sedangkan presentasi kasus HIV-AIDS tersebar di 378 dari 498 (76%)
kabupaten/kota di seluruh provinsi di indonesia lebih banyak terdapat pada laki-laki (70%)
Tuberkulosit adalah suatu penyakit yang asalnya oleh kuman mikobakterium tuberkulosit.
Hasil ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882.
Diseluruh dunia tahun 1990 melaporkan ada 3,8 juta kasus baru TB dengan 49% kasus terjadi
di asia tenggara. Dalam periode 1984-1991 dicatat peningkatan jumlah kasus TB diseluruh
dunia kecuali amerika dan eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB dan 2,5 juta
sekitar 2% yang berarti ada insidensi 100 kasus BTA (+) per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data SIAMIC Kesehatan Statistik tahun pada tahun 1990, penyakit tuberkulosit
penyebab kematian, indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus terbesar di
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis klasik yang dapat di jumpai hampir di seluruh
dunia. Menurut data WHO (word helt organisation), diketahui sekitar 300 juta orang (0,8%)
menderita toxoplasmosis. Penyakit ini dapat menyerang manusia dan berbagai jenis mamalia,
terinfeksi parasit toxoplasma gondii berkisar 43-88%. Pemeriksaan antibodi pada donor darah
Penyebaran toxoplasmosis dapat disebabkan oleh pola hidup yang kurang higienis, seperti
tidak mencuci tangan sebelum makan dan makan daging setengah matang, sayuran, buah-
buahan serta oosita yang tercemar infektif, yang tanpa disadari mengandung sista. Tanda-
tandanya dapat berupa lesu, sakit kepala, nyeri otot sendi, serta demam.
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawah oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer. Secara praktis, anemia ditunjukan oleh penurunan kadar
hemoglobin, hematocrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar
dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
perdarahan akut dan kehamilan. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung
pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu seperti
STATUS PASIEN
Nama : Tn. Y. B
Alamat : Nafri
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Suku : Genyem
A. Anamnesa
kurang lebih 3 hari yang lalu disertai mual muntah 3x sehari, ditambah mencret
Demam dirasakan terutama saat pagi hari menjelang siang hari. Pada hari yang
sama pasien merasakan demamnya turun dan merasa dingin sekitar pada sore
hari. Saat menjelang malam pasien mengalami keringat yang banyak dan
membasahi hampir seluruh tubuh. Keesokan harinya pasien kembali demam lagi
seperti sebelumnya dan hal ini kembali berulang selama kurang lebih 3 hari.
Saat demam pasien merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa
pegal ini dirasakan seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga
mengalami mual muntah dalam 3x sehari. Muntah dan disertai nyeri ulu hati
yang kadang timbul kadang juga hilang. Selama kurang lebih 3 hari ini, pasien
membawah diri kepuskesmas terdekat dan diberi obat paracitamol 500 mg dan
ranitidin 500 mg. namun demam yang dirasakan tidak mengalami perubahan.
ARV.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
Diabetes Millitus (-)
Penyakit Paru-Paru (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir SMA
Pekerjaan sehari-hari sebagai tukang ojek
6. Riwayat Kebiasaan
Merokok (-)
Konsumsi Alkohol (+)
Riwayat Konsumsi obat OAT
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 59 kg
2. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Denyut Nadi : 84x/menit
Suhu Badan : 37.1 0C
Pernafasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Refleks Cahaya (+/+) Isokor
4. Pemeriksaan Hidung
Serumen (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-), perdarahan (-/-),
5. Pemeriksaan Mulut
Bibir tampak kering, sianosis (-/-), oral candidiasis (+), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-).
6. Pemeriksaan Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP meningkat (-),
7. Pemeriksaan Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, ikut gerak nafas, retraksi (-)
Palpasi : Vocal Fremitus D=S Normal
Perkusi : Suara Nafas Vesiculer (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (+/+)
Auskultasi : Sonor
Jantung
Inspeksi : Ic tidak teraba
Palpasi : Ic tidak teraba
Perkusi : BJ I-II Reguler, mumur (-), gallop (-)
Auskultasi : Pekak
8. Abdomen
Inspkesi : Permukaan datar , warna sama seperti kulit sekitar,
(-).
Auskultasi : Bising Usus (+) melemah, Hiperperistaltik (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-), supel, hepar tidak teraba (-), lien tidak
9. Ekstremitas
Ekstremitas : oedem (-/-), akral hangat, clubbing finger (-), sianosis (-),
CRT < 2 “
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap (28-06-2018)
DDR PF +1 - -
Pemeriksaan Kimia Darah (28-06-2018)
Pemeriksaan
≥ 0.65
Pemeriksaan (25-06-2018)
DDR : PF (+1)
D. Diagnosa
1. Malaria Tropika +1
2. TB Paru dalam Terapi bulan ke 3
3. GEA dan Dehidrasi sedang+ Suspe B20
4. Anemia penyakit Kronik
E. Terapi
IVDF NS 20 tpm
OAT Lanjut
Primakuin 1x1 (P.O)
Paracitamol 3x500 mg (P.O)
Omeprazole amp 1x3 (iv)
Ranitidine 1x25mg amp (iv)
Ondancentron 3x1 amp (iv)
F. Follow UP
S Deman, Mual, Muntah lebih dari 3x, mencret, lemas, sakit kepala
O KU : Tampak Sakit Sedang, Kesadaran : Compos Mentis
20x/menit
Thorax :
Pulmo :
A: Sonor
Cor :
A : Pekak
Abdomen :
I : Tampak datar
A : BU (+) Normal
P : Nyeri tekan (-), supel, hepar tidak teraba (-), lien tidak teraba
P : Tympani
Ekstremitas : oedem (-/-), akral hangat, clubbing finger (-), sianosis (-),
CRT < 2 “.
A 1. Malaria Tropika +1
2. Paracitamol 3x500mg
9. OAT lanjut
Follow UP tanggal 15-07-2018
Thorax :
Pulmo :
A: Sonor
Cor :
A : Pekak
Abdomen :
I : Tampak datar
A : BU (+) Normal
P : Nyeri tekan (-), supel, hepar tidak teraba (-), lien tidak teraba
P : Tympani
Ekstremitas : oedem (-/-), akral hangat, clubbing finger (-), sianosis (-),
CRT < 2 “.
A 1.Malaria Tropika +1
5. Toxoplasmosis
Paracitamol 3x500mg
Clindamisin 1x600 mg
Observasi demam
Thorax :
Pulmo :
Cor :
A : Pekak
Abdomen :
I : Tampak datar
A : BU (+) Normal
P : Nyeri tekan (-), supel, hepar tidak teraba (-), lien tidak teraba
P : Tympani
Ekstremitas : oedem (-/-), akral hangat, clubbing finger (-), sianosis (-), CRT
< 2 “.
P IVFD Nacl 0,9%
Paracitamol 3x500mg
OAT Lanjut
Clindamisin 1x600 mg
S Demam (-), mual (-), muntah (-), mencret (-), sakit kepala (-), badan mulai
sedikit segar
Pulmo :
A: Sonor
Cor :
A : Pekak
Abdomen :
I : Tampak datar
A : BU (+) Normal
P : Nyeri tekan (-), supel, hepar tidak teraba (-), lien tidak teraba
P : Tympani
Ekstremitas : oedem (-/-), akral hangat, clubbing finger (-), sianosis (-), CRT
< 2 “.
Kotrimoksazol 2x (P.O)
OAT Lanjut
DDR Negatif
BOLEH PULANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
ini merupakan jenis yang paling berbahaya dibanding dengan plasmodium lain yang
menginfeksi manusia seperti P. vivax, P. malariae dan P. ovale. Saat ini Plasmodiun
falsiparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti.
Hal tersebut kerena spesies ini banyak menyebabkan angka kematian dan kesakitan
pada manusia, selain itu juga karena dapat ditumbuhkan dalam jangka waktu yang lama
secara in vitro.1. 2
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini pernah diberantas di banyak negara, namun kemudian muncul kembali.
Saat ini malaria berjangkit di 103 negara dan separu penduduk dunia hidup di tempat
beresiko mengalami malaria. Dari 300 juta penduduk yang terjangkit malaria, 3 juta
diantaranya meninggal dunia yang berarti beberapa ratus dalam tiap jamnya. 1
Selain kemunculannya kembali, masalah lainnya adalah resisten parasit terhadap obat
anti malaria dan resisten nyamuk terhadap pestisida. Malaria juga mangacam daerah-
daerah yang sebelumnya bukan daerah endemic malaria, mengancam kesehatan traveler
Pada tahun 2006 terjadi kejadian luar biasa malaria dibeberapa daerah . Upaya
rumah, penyelidikan vector penyakit dan tindakan lain telah dilakukan dengan baik.
Beberapa factor yang turut membuat terjadinya KLB ini disebabkan oleh adanya
perubahan lingkungan tempat perindukan potensial semakin meluas atau semakin
bertambah. Salah satu yang menyebabkan KLB (kejadian luar biasa) ini adalah malaria
falsiparum. 2
PATOGENESIS
Patogenesis malaria sangat kompleks dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada
umumnya melibatkan factor parasit, factor penjamu, factor sosial, dan factor lingkunga.
Ketiga factor tersebut saling terkait satu sama lain dan menentukan manisfestasi klinis
malaria yang bervariasi mulai dari yang terberat seperti malaria serebral sampe infeksi
Pada factor parasit berbagai factor menentukan dalam terjadinya infeksi ini meliputi
resistensi terhadap obat anti malaria, kemampuan parasit dalam menghindari diri dari
respon system imun tubuh host melalui variasi antigenic. Factor yang paling penting
dari parasit adalah pembentukan sitoadherens dan pembentukan roset serta berbagai
toksin dalam malaria. Sitoadherens adalah ikatan antara eritrosit yang terinfeksi dengan
parasit pada kapiler-kapiler organ. Hal ini menyebabkan eritrosit yang terinfeksi
melekat pada kapiler-kapiler organ tubuh, menimbulkan gangguan aliran darah local
dan jika berat akan menimbulkan iskemia dan hipoksia dengan hasil akhir adalah
kegagalan organ. Sedangkan roseting adalah ikatan antara eritrosit yang terinfeksi
dengan beberapa eritrosit yang terinfeksi membebtuk suatu gumpalan yang disebut
roset. Roseting terjadi karena erotrosit yang terinfeksi melepaskan protein tertentu yang
menimbulkan perlekatan dengan eritrosit yang tidak terinfeksi. Hal ini akan
mengakibatkan rusaknya eritrosit lain yang normal sehingga asupan oksigen menjadi
Toksin parasit sebagian berasal dari parasit sendiri, sebagian berasal eritrosit
terinfeksi yang pecah sewaktu proses skizogoni yang mengeluarkan toksin seperti
dengan memicu enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS). Pengeluaran NO dalam
jumlah berlebihan akan menggangu berbagai fungsi sel tubuh. Kadar NO yang terlalu
Faktor pejamu yang berperan meningkatkan infeksi malaria adalah seperti umur,
genetic, nutrisi, imunitas dan terutama peran dari mediator yang dihasilkan oleh
makrofag, limfosit, leokosit, sel endotel, trombosit akibat rangsangan dari toksin
ataupun antigen parasit. Di daerah endemis stabil, malaria berat terutama malaria
serebral umumnya diderita oleh anak-anak umur 1-4 tahun, setelah itu hanya ditemukan
anemia pada usia pubertas sedangkan pada dewasa umumnya adalah asimtomatik. Hal
ini mungkin disebabkan respon imun terhadap malaria pada anak terbentuk lebih
lambat. Di daerah endemis tidak stabil malaria berat dapat ditemukan hampir pada
semua umur. Selain itu ada beberapa penelitian bahwa orang dewasa non-imun, tetapi
orang dewasa non-imun mampu membentuk imunitas klinik dan parasitologi lebih
Faktor nutrisi mungkin berperan menentukan kepekaan dalam malaria berat. Pada
beberapa penelitan malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Defisiensi
besi, riboflavin, PABA mungkin mempunyai efek protektif terhadap malaria berat
karena kekurangan zat gizi tersebut akan menghambat pula pertumbuhan parasit. 1
GEJALA KLINIS
Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda klinis yang merupakan petunjuk
penting dalam diagnosis malaria. Gejala klinis tersebut dipengaruhi oleh strain
plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Gejala tersebut juga
pengaruh pemberian pengobatan profilaksis atau pengobatan yang tidak adekuat. Gejala
plasmodium falsiparum umumnya lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis
lain, sedangkan oleh gejala oleh plasmodium malariae dan P. Ovale ditemukan paling
riangan. 4
Gelaja-gejala prodormal malaria hampir sama dengan penyakit infeksi lain, yaitu
adanya lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri tulang dan otot,
anorexia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin dipunggung.
Keluhan ini dapat sering terjadi pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale sedangkan P.
Falciparum dan P. Malariae gejala ini dapat tidak jelas bahkan dapat muncul mendadak.
Setelah itu dapat terjadi gejala khas Trias Malaria yang secara berurutan, yaitu
menggigil, demam, berkeringat. Trias malaria ini dapat berulangsung 6-10 jam dan
lebih sering terjadi pada infeksi P. Vivax, P. Falciparum, Menggigil dapat berlangsung
lebih berat ataupun tidak ada. Periode bebas panas pada P.falciparum berlangsung 12
jam, pada P. Vivax dan P. Ovale berlangsung 36 jam, pada P. malariae berlangsung 60
jam. 1, 2
Beberapa gejala klinis khas dari keempat jenis parasit yang menyebabkan malaria
antara lain:
Plasmodiu
Manisfestasi klinis.
m
Gejala gastrointestinal (mual muntah ), hemolisis,anemia,ikterus,
hemoglobinuria, syok, algid malaria.
Falciparum
Gejala serebral (sakit kepala, kejang, edema paru, hipoglikemi, gagal ginjal
akut, kelainan retina, kematian.
Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat diperlukan
dalam penatalaksanan kasus malaria . hal tersebut terutama berhubungan dengan infeksi
komplikasi. Bagi seorang dokterf umum anamnesis adanya riwayat bepergian ke daerah
endemis malaria selama lebih kurang 2 minggu sebelum timbul gejala klinis dapat
sangat membantu dalam diagnosis. Gejala klinis yang khas antar lain demam tinggi
hebat, pembesaran limpa dan trias malaria dapat terjadi pada seseorang yang baru
pertama terinfeksi malaria. Bagi orang yang bertempat tinggal didaerah endemis
gejalanya hanya berupa demam, sakit kepala, lemah, kadang menggigil, dan
sebagainya.
Meskipun anamnesis dan pemeriksaan fisis sangat mendorong ke arah malaria,
diagnosis pasti tetap harus ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Bila pada
hapusan darah dan laboratorium terdapat plasmodium dan antibody terhadap malaria
maka diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan. Bila pada hapusan darah dan
kadang diperlukan pemeriksaan yang sangat sensitive dan spesifik untuk deteksi
Plasmodium seperti melalui Moleculer Assay, ELISA, dan PCR, pemeriksaan PCR
Pengobatan terhadap malaria saat ini sudah tidak bisa lagi dengan obat dosis
dengan dosis 2x4 tablet/hari selama 3 hari. Obat lain adalah kombinasi antara atovakon
dan proguanil (malarone) dengan sediaan atovakon 1000 mg/hari dan proguanil 400
mg/hari untuk orang dewasa selama 3 hari . untuk pencegahan dapat digunakan dosis
DEFINISI HIV
timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tunuh yang didapat, disebabkan oleh
infeksi human immunodeficiency virus (HIV). AIDS ini bukan merupakan suatu
penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala yang disebabkan oleh infeksi berbagai
jenis mikroorganisme seperti, infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan
Virus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub familli Lentivirinae. Virus
familli ini mempunyai enzim yang disebut reverse transcriptase. Enzim ini
terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya. Jadi setiap kali sel
yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan.
Virus HIV akan menyerang Limfosit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel
CD4+, yaitu sel yang membantu mengaktivitasi sel B, killer cell, dan makrofag saat
terdapat antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi
target utama HIV. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi
sel T. secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan
anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian akan menghambat aktivitas sel yang
mempresentasikan antigen.
HIV memiliki struktur daras berupa partikel inti (core), protein matriks, dan
selubung virus (envelope) yang merupakan pembentuk membran sel host. Selubung
virus tersusun atas dua lapis lemak dan beberapa protein yang tertanam pada selubung
virus, protein membentuk struktur paku yang terdiri glikoprotein 41 (gp41) yang
reseptor sel inang saat proses infeksi dan glikoprotein transmembran sangat diperlukan
untuk proses fusi. Protein matriks HIV terdiri dari protein p17 dan terletak antara
selubung dan inti. Sedangkan inti virus terdiri dari protein p24 yang mengelilingi dua
untai tunggal RNA HIV dan enzim yang diperlukan untuk replikasi HIV, seperti reverse
EPIDEMIOLOGI HIV-AIDS
sampe akhir tahun 2012, penderita yang hidup dengan HIV diperkirakan sebanyak 35,3
juta penderita yang terdiri 32,1 juta penderita kategori dewasa, 17,7 juta kategori
wanita, dan 3,3 juta kategori anak di bawah 15 tahun. Penderita HIV baru pada tahun
2012 dilaporkan berupa 2,3 juta penderita yang terdiri dari 2 juta penderita kategori
dewasa dan 260.000 penderita kategori anak dibawah 15 tahun. Total kematian yang
disebabkan AIDS pada tahun 2012 dilaporkan sebanyak 1,6 juta penderita yang terdiri
dari 1,6 juta penderita kategori dewasa dan 210.000 penderita kategori anak dibawah 15
tahun.
melaporkan kasus HIV sampe akhir September 2013 sebanyak 118.787 kasus dengan
daerah jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta sebanyak 27.207 kasus dikuti
Jawa Timur sebanyak 15.233 kasus, Papua sebanyak 12.767 kasus dan Jawa Barat
Kasus AIDS dilaporkan sampai akhir September 2013 sebanyak 45.650 kasus
dengan daerah jumlah infeksi AIDS tertinggi yaitu Papua sebanyak 7.795 kasus diikuti
Jawa Timur sebanyak 7.714 kasus, DKI Jakarta sebanyak 6.299 kasus dan Jawa Barat
mbar 4. Jumlah kasus HIV-AIDS yang dilaporkan pertahun sampai dengan Juni 2013.
Kasus HIV-AIDS di Provinsi Jawa Tengah juga terus meningkat, sampai dengan
tahun 2012 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan kasus HIV di Jawa
Tengah sebanyak 5.406 kasus dan kasus AIDS sebanyak 2.990 kasus. Menurut Dinas
Gambar 6. Persentase kasus baru AIDS menurut jenis kelamin Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012.
PENULARAN HIV-AIDS
homoseksual), transfusi darah, dan penularan ibu ke anak. Penularan ibu ke anak dapat
terjadi saat persalinan, perinatal, dan air susu ibu. Setelah 30 tahun penelitian, tidak ada
bukti bahwa HIV menular melalui kontak kulit ataupun serangga seperti gigitan
nyamuk.
SIKLUS HIDUP HIV-AIDS
Seperti halnya virus lain, virus HIV hanya dapat bertahan hidup dan
memperbanyak diri di dalam sel. Dengan demikian daur hidup virus HIV dapat
Tahap masuknya virus dalam sel Tahap masuknya virus dalam sel inang berkaitan
adanya muatan listrik yang berlawanan antara molekul gp120 yang memiliki muatan
positif dengan proteoglikan dari lektin permukaan sel yang bermuatan negatif, setelah
terjadi penempelan, gp120 akan melakukan ikatan spesifik dengan molekul CD4 yang
dimiliki sel inang, ikatan ini akan memicu berbagai perubahan struktur molekul
kemokin dari jenis C-C Chemokine Receptor type 5 (CCR5) atau C-X-C Chemokine
gp41 yang berada dalam membran dwilapis virus, dan struktur tersebut akan
memaparkan peptida fusi dari molekul gp41 yang akan disusul penyisipan peptida
yang dimiliki sel, genom virus harus digabungkan dengan genom sel inang dengan
cara diintegrasikan melalui penyisipan dalam molekul DNA yang dimiliki inti sel
inang. Tetapi karena genom retrovirus dalam bentuk RNA, maka sebelum
diintegrasikan dalam genom sel inang, molekul RNA harus ditranskripsi mundur
menjadi molekul DNA. Itulah sebabnya dalam inti retrovirus dilengkapi dengan
enzim reverse transcriptase yang diperlukan untuk transkripsi mundur. Dua untaian
sitoplasma sel kedalam intinya dan disisipkan kedalam DNA inang dengan bantuan
enzim integrase.27 Genom virus yang telah menyatu dengan genom sel inang dapat
berada dalam keadaan laten atau aktif. cDNA yang aktif disebut sebagai provirus.
Provirus digunakan sebagai pola cetakan transkripsi menjadi untainan RNA dalam
proses replikasi atau biosintesis protein virus yang diperlukan dalam pertikel virus
baru.
Tahap replikasi Replikasi salinan virus dimulai dengan proses transkripsi, splicing
messenger Ribonucleic Acid (mRNA) dalam inti, dan translasi pada ribosom dari
kompleks golgi.
Tahap perakitan dan pendewasaan virus Perakitan partikel virus baru pada prinsipnya
virus bergantung pada protein sel inang yang disebut HBG8 yang akan mengikat
protein p55 dan mendorong pembentukan inti virus yang belum dewasa. Protein
struktural lain dari virus berkumpul di membran sel bersama dua untaian genom
virus yang belum dewasa. protein struktural utama yaitu p6, menghubungkan daerah
Bersamaan dengan pembentukan partikel virus muda dari membran sel, terjadi proses
HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki
molekul reseptor membran CD4. Limfosit CD4+ merupakan sasaran yang paling
disukai oleh HIV. Limfosit CD4+ berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41
dapat memerantarai fusi membran virus ke membran sel. Dua koreseptor permukaan
sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan
Monosit dan makrofag mungkin rentan tehadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak
dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel
manusia, seperti sel Natural Killer (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel
langerhans, sel dendritik, sel mikorglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus
berfusi dengan limfosit CD4+, maka berlangsung serangkaian proses kompleks yang
apabila berjalan lancar akan terbentuknya partikel-partikel virus baru dari sel yang
terinfeksi.Limfosit CD4+ yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus
Infeksi pada limfosit CD4+ juga dapat menimbulkan sipatogenitas melalui beragam
mekanisme termasuk apoptosis (kematian sel terprogram), anergi (pencegahan fusi sel
World Health Organization (WHO) membagi stadium klinis HIV dalam empat
kelas, yaitu:
Tabel 2. Stadium HIV menurut WHO
Limfadenopati generalisata
Kandidiasis oral
TB paru
Toxoplasmosis otak
ensefalopati HIV
pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV),
antiretroviral. Terapi ini terbukti efektif dalam menekan replikasi virus (viral load)
sampe dengan kadar di bawah ambang deteksi. Waktu memulai terapi ARV harus
dipertimbangkan dengan seksama karena obat ARV akan diberikan dalam jangka
panjang. Obat ini adalah inhibitor dari enzim yang diperlukan untuk replikasi virus
seperti reverse transcriptase (RT) dan protease. Inhibitor RT ini terdiri dari inhibitor
dengan senyawa dasar nukleosid (nukleoside-based inhibitor) dan non nukleosid
transcriptase selama proses transkripsi RNA virus pada DNA host. Analog NRTI akan
terminasi sedangkan analog NNRTI akan berikatan langsung dengan enzim reverse
transkriptase dan mengaktifkannya. Obat yang termasuk dalam golongan NRTI antara
Lamivudine (3TC), dan Stavudin (d4T), Tenofovir. Obat yang termasuk NNRTI
Protese Inhibitor (PI) bekerja dengan cara menghambat protease HIV. Setelah
sintesis mRNA dan poliprotein HIV terjadi, tahap selanjutnya protease HIV akan
memecah poliprotein HIV menjadi sejumlah protein fungsional. Dengan memberi PI,
produksi virion dan perlekatan dengan sel pejamu masih terjadi, namum virus gagal
berfungsi dan tidak infeksius terhadap sel. Yang termasuk golongan PI antara lain
Terapi lini pertama yang direkomendasikan WHO adalah kombinasi dua obat
golongan NRTI dengan satu obat golongan NNRTI. Kombinasi ini mempunyai efek
yang lebih baik dibandingkan kombinasi obat yang lain dan membutuhkan biaya yang
lebih sedikit karena terdapat generiknya. Analog thiacytadine (3 TC atau FTC)
merupakan obat pilihan dalam terapi lini pertama. 3 TC atau FTC dapat dikombinasi
dengan analog nukleosida atau nukleosida seperti AZT, TDF, ABC, atau d4T.
kedua.
Evaluasi pengobatan
Evalusi pengobatan dapat dilihat dari jumlah CD4+ didalam darah dan dapat
Kegagalan terapi dapat dilihat secara klinis dengan menilai perkembangan penyakit
secara imunologis dengan menghitung CD4+ dan atau secara virologi dengan
mengukur viral-load. Kegagalan terapi terjadi apabila terjadi penurunan jumlah CD4+.
peningkatan CD4, pencegahan dan pengobatan IO dan juga komplikasi lainnya akan
berhasil jika konseling dan edukasi berhasil dilakukan dengan baik. Pada konseling dan
edukasi perlu diberikan pemahan tentang psikososial kepada ODHA agar mereka
mampu mengerti, percaya diri dan tidak takut dengan status dan perjalanan HIV/AID,
cara penularan, pencegahan dan juga pengobatan HIV/AIDS. Semuanya ini akan
3.14 PROGNOSIS
Para peneliti telah mengamati dua pola umum penyakit pada anak yang terinfeksi
HIV. Sekitar 20% dari anak-anak mengembangkan penyakit serius pada tahun
pertama kehidupan, sebagian besar anak-anak ini meninggal pada usia 4 tahun.
Perempuan yang terinfeksi HIV dan terdeteksi dini serta menerima pengobatan yang
tepat, bertahan lama dari pada pria. Orang tua yang didiagnosis HIV tidak hidup
selama orang muda yang memiliki virus ini. Meskipun ada upaya yang signifikan,
namun tidak ada vaksin yang efektif terhadap HIV. Oleh kerena itu, hal ini dapat
3.15.1 Definisi
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok
mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai
menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau
bicara.
3.15.2 Klasifikasi
Tuberkulosis Paru.
paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Tuberkulosis Ekstra Paru.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
Kasus Baru.
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
Kasus Lain.
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok
ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
Personal
Umur
positif 87,6% berasal dari usia produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 %
Jenis Kelamin
Stasus Gizi
Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menetukan fungsi seluruh
kuman Tb paru akan mudah masuk ke dalam tubuh. Kuman ini akan
bergantung pada daya tahan tubuh orang tersebut. Apabila, daya tahan
tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh (dormant) dan
tidak berkembang menjadi penyakt namun apabila daya tahan tubuh lemah
Penyakit Tb paru Lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi
Tempat
Lingkungan.
Sebagai penderita Tb paru adalah dari kalangan miskin. Data WHO pada
Waktu
Penyakit Tb paru dapat menyerang siapa saja, dimana saja, dan kapan saja
tanpa mengenal waktu. Apabila kuman telah masuk ke dalam tubuh pada
saat itu kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk terjadinya Tb
paru.
3.15.4 ETIOLOGI
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA) 4. Sumber
penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
diagnosis utama6. Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran
Gejala
Gejala Sistemik/Umum
Gejala Khusus
Tanda
dan kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat
normal atau dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru.
terutama di apeks paru. Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda
seperti : deviasi trakea ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara
3.15.6 PATOGENESIS
(percikan dahak).
Infeksi Primer
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer
adintegrum)
dengan:
tuberkuloma).
primer.
apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
atas.
Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
3.15.7 PENATALAKSANAAN
lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
dibandingkan antibakteri lain: Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Kanamisin, Amikasin,Kuinolon
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu
14:
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
Penderita kambuh.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif(10).
Kategori 4: RHZES
laryngitis, usus.
adalah:
hipovolemik
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
3.16 Anemia
A. Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawah oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis, anemia ditunjukan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematocrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling
lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematocrit. Harus diingat bahwa
dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan. Kadar
hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin,
ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu seperti misalnya kehamilan
umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu
perlu ditentukan titik pemilah dibawah kadar mana kita anggap sebagai anemia. Di
Negara barat kadar hemoglobin paling rendah untuk laki-laki adalah 14 g/dL dan
untuk perempuan dewasa 12 g/dL. Peneliti lain memberikan angka yang berbeda yaitu
12 g/dL (hematocrit 38%) untuk perempuan dewasa, 11 g/dL (hematocrit 36%) untuk
perempuan hamil dan 13 g/dL untuk laki-laki dewasa. WHO menetapkan cut off point
C. Derajat Anemia
Derajat anemia dapat diketahui dengan melihat kadar hemoglobin yang berada
dibawah batas normal pada setiap kelompok umur tertentu. Klsifikasi derajat anemia yang
Table 2. Derajat Anemia Sesuai dengan kadar hemoglobin menurut WHO 2008
Sedang 6-7,9
Berat <6
D. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1) gangguan pembentukan eritrosit di
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolysis). Gambaran lebih rinci tentang etiologi
Anemia sideroblastik
Anemia mieloptisik
C. Anemia hemolitik
c. Dll.
D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang
kompleks.
Gejala umum anemia ini timbul karena : anoksia organ, mekanisme kompensasi
dibawah 7 g/dL. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada derajat
Kalau hanya menaikan volume intavaskuler saja cukup dengan koloid atau kristaloid
mempunyai gambaran hipokrom dengan MCHC < 80 fL. Nilai retikulosit absolut
dalam batas normal atau sedikit meningkat. Perubahan pada leukosit dan trombosit
merupakan kondisi sinequa non untuk diagnosis anemia penyakit kronis. Keadaan ini
timbul segera setelah onset suatu infeksi atau inflamasi dan mendahului terjadinya
Fe yang lebih tinggi daripada anemia defisiensi besi. Proteksi saturasi Fe ini relative
mungkin mencukupi dengan meningkatkan transfer Fe dari suatu persediaan yang
kurang dari Fe dalam sirkulasi kepada sel eritroid imatur. Penurunan kadar transferrin
setalah suatu jejas terjadi lebih lambat daripada penurunan kadar Fe serum,
disebabkan karena waktu paru transferrin lebih lama (8-12 hari) dibandingkan dengan
dasarnya anemia akan membaik. Pada anemia jenis ini umumnya tidak diperlukan
diuretic.
BAB IV
PEMBAHASAN
Infeksi malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh plasmodium dengan gejala mirip
infeksi oleh virus yang biasa didahului dengan demam mendadak tinggi dan gejala prodormal
lainnya. Namun beberapa individu mungkin memiliki antibody yang cukup kuat sehingga
gejala klinis yang terjadi tidaklah khas untuk suatu infeksi. Anamnesa : demam sejak kurang
lebih 3 hari yang lalu disertai mual muntah 3x sehari, ditambah mencret 3x dalam sehari, dan
Hb: 6.6 g/dL , RBC : 2.81 , HCT: 21.5 , PLT: 153 , SGOT : 83 , SGPT : 46.
Terapi pada pasien ini diberikan terapi medikamentosa karena termasuk dalam anemia
sedang/berat terapi yang diberikan adalah IVFD Nacl : D5 % 20 tpm Paracitamol 3x500mg
Primakuin 1x1 (P.O), New diabet 3x2 (P.O), Sulfas Feresus 2X1 (P.O),Ondancentron 3x1
akibat menurunnya sistem kekebalan tunuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi human
immunodeficiency virus (HIV). AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit saja, tetapi
merupakan gejala-gejala yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti,
infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan
tubuh penderita.
Terapi pada pasien ini diberikan terapi medikamentosa : IVFD Nacl 0,9%, Paracitamol
3x500mg , Sulfas Feresus 2x1 (P.O), New Diabet 2x2 (P.O), OAT Lanjut, ARV 1X3 (P.O),
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri
dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Terapi pada pasien ini
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer. Secara praktis, anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin,
kemudian hematocrit. Anamnesa : pasien tampak lemah, lesu, letih, lelah, lunglai, dan
penurunan konsentrasi.
mempunyai gambaran hipokrom dengan MCHC < 31 g/dL dan beberapa mempunyai sel
mikrositer dengan MCV < 8 fL. Nilai retikulosit absolut dalam batas normal atau sedikit
meningkat. Perubahan pada leukosit dan trombosit tidak konsisten, tergantung dari penyakit
dasarnya.
Penatalaksanaannya
Dasar pemberian pengobatan dari penderita anemia adalah memberikan bahan-bahan yang
penurunan berat badan (+), lesu, letih, lelah, lunglai, dan penurunan konsentrasi.
sedang/berat terapi yang diberikan adalah Sulfas Feresus tab 2x1 dan tidak dilakukan tranfusi
darah karena tidak ada perdarahan akut yang disertai dengan perubahan hemodinamik.
BAB V
KESIMPULAN
penunjang. pasien Tn. Y, umur 28 tahun yang beralamat di nafri seorang pekerja swasta
datang ke rumah sakit dengan keluhan utama demam tinggi. Setelah dirawat pasien
terdiagnosis malaria ec. P. Falciparum dengan gejala klinis minimal. Setelah dirawat dengan
pengobatan malaria kombinasi selama 5 hari pasien mengalami perbaikan dan diperbolehkan
pulang.
penunjang. Pemeriksaan serum HIV digunakan pada awal penegakakn diagnosis, sedangkan
pemeriksaan RNA HIV dan pemeriksaan CD4 dilakukan untuk membantu mengetahui
prognosis dan dosis awal obat Pada terapi ARV. Tatalaksana dilakukan sesuai pedoman
WHO, yang bertujuan untuk menekan jumlah virus, memelihara fungsi, dan mengurangi
Tuberkulosit (TB) masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan.
Tuberkulosit paru adalah infeksi paru oleh mycobacterium tuberculosit yang dapat menyebar
ke segmen paru lainnya melalui bronki, atau ke organ lain melalui darah atau pembuluh getah
bening. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkan. Dengan melakukan pengobatan selama 6 bulan tanpa terputus. Untuk mencegah
agar tidak tejadi penularan; membuka jendela agar terjadi pertukaran udara, tutup mulut
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawah oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis, anemia ditujukkan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematocrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling
Nasroudin, Hadi W, Erwin AT, dkk. Penyakit infeksi di indonesia. Editor: Nasroudin,
Hadi W, Erwin AT, dkk. Fakultas kedokteran airlangga: surabaya 2009: 441-48
Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, Malaria dari molekuler Ke Klinis. Edisi Ke 2.
World Healt Organization. A global view of HIV infection. (Diakses pada tanggal 19-
mei-2016). Hal.50-3
World Healt Organization. Antiretroviral Therapi for HIV infection in Adults and
http;//apps,who,int/iris/bitstream/10665/137094/1/9789241564809 eng.pdf
http;//www.klikpdpi.com/consensus/tb/tb.html
Supandiman, I., dan Fadjari, H. (2015). Anemia pada penyakit kronis. Dalam ; Buku Ajar
Buku ajar Ilmu penyakit dalam, 2009. Halaman 1109-1111. Jilid II, Edisi V. editor: Aru W.
Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati. Pusat