3: 14 - 23
Abstract
This study was conducted to determine the effect of different doses of ovaprim on latency
time of spawning, hatching rate, and survival of fish larvae (Pangasianodon hiphopthalmus).
Experimental design used was Randomized Complete Design (CRD) with four treatments, each
with three replication. The treatments including 0 ml, 0.3 ml, 0.6 ml and 0.9 ml ovaprim per kg
of body weight of fish. Data collected consisted of latency time of spawning, hatching rate, and
survival rate of larvae. The results showed that treatment with different doses of ovaprim
hormones resulted in a significant influence on latency time of spawning, egg hatchability and
survival rate of larvae. It was found that 0.6 ml ovaprim could increase the latency time of
spawning, egg hatchability and survival rate of larvae. The average latency time of larvae was
529 minutes, hatching rate was 80,86% and survival rate of larvae was 83,33%.
Keywords : Pangasianodon hipophthalmus. Ovaprim, spawning time, hatching rate, survival rate
14
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
pembenihan ikan Patin Siam. Bagi seorang untuk mengetahui apakah pemberian
pembudidaya hal yang harus diperhatikan ovaprim dengan dosis yang berbeda dapat
dalam keberhasilan usaha pembenihan ikan mempengaruhi latensi waktu pemijahan,
Patin Siam adalah teknik pembenihannya daya tetas telur, dan kelangsungan hidup
seperti pemilihan (seleksi) induk, larva ikan Patin siam.
melakukan penyuntikan sampai
menghasilkan larva dan memeliharanya
dengan tingkat kelangsungan hidup yang BAHAN DAN METODE
tinggi.
Salah satu upaya yang dapat Persiapan Ikan Uji.
dilakukan adalah dengan menambahkan atau Ikan uji yang digunakan dalam
menyuntikkan hormon ovaprim ke dalam penelitian ini adalah induk ikan patin siam
tubuh ikan yang sudah matang gonad untuk (Pangasianodon hipophthalmus) yang telah
mempercepat proses pemijahan sehingga matang gonad (12 jantan dan 12 betina)
dapat dihasilkan benih ikan Patin Siam yang berumur kurang lebih 1,5 tahun dengan
yang baik dimana jumlah, mutu dan waktu kisaran bobot jantan dan betina per individu
penyediaannya dapat diatur sesuai yang adalah 1,5 – 2 kg untuk diambil sperma dan
diinginkan (Djarijah, 2001). telurnya. Ikan – ikan tersebut ditampung
Ovaprim adalah campuran analog dalam bak penampungan selama 1 hari
salmon Gonadotropihin Releasing Hormon secara terpisah antara induk jantan dan
(sGnRH-a) dan anti dopamine. Ovaprim induk betina sebelum dilakukan
adalah hormon yang berfungsi untuk penyuntikkan dan pengurutan.
merangsang dan memacu hormon
gonadothropin pada tubuh ikan sehingga Prosedur Percobaan
dapat mempercepat proses ovulasi dan Percobaan dirancang berdasarkan
pemijahan, yaitu pada proses pematangan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4
gonad dan dapat memberikan daya rangsang perlakuan yang masing – masing perlakuan
yang lebih tinggi. Selain itu menghasilkan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang
telur dengan kualitas yang baik serta dicobakan adalah sebagai berikut :
menghasilkan waktu laten yang relatif Perlakuan A : Dosis Ovaprim 0 ml/kg
singkat juga dapat menekan angka berat badan ikan
mortalitas (Sukendi, 1995). Hormon ini juga Perlakuan B : Dosis Ovaprim 0,3 ml/kg
dapat bekerja pada organ target yang lebih berat badan ikan
tinggi pada ikan (Harker, 1992). Perlakuan C : Dosis Ovaprim 0,6 ml/kg
Untuk itu telah dilakukan penelitian berat badan ikan
dengan judul “Evalusi kualitas, kuantitas Perlakuan D : Dosis Ovaprim 0,9 ml/kg
telur dan larva ikan patin siam berat badan ikan
(Pangasianodon hipophthalmus) dengan Penyuntikkan ovaprim dilakukan
penambahan ovaprim pada tingkat dosis dengan cara : Sebelum ikan uji digunakan
yang berbeda”. Penelitian ini bertujuan dalam penyuntikkan, induk ikan Patin siam
15
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
baik jantan maupun betina yang telah Patin betina ditangkap menggunakan serok,
matang gonad diberok selama satu hari keringkan tubuh induk dengan kain,
didalam bak pemberokan secara terpisah, bungkus induk dengan kain namun pada
induk ditimbang terlebih dahulu untuk bagian perut dan lubang genital dibiarkan
menentukan dosis ovaprim yang akan tidak tertutup, taruhlah mangkok plastik
diberikan, setelah itu proses penyuntikkan sebagai wadah penampung telur dibawah
dilakukan. Penyuntikkan menggunakan ikan yang diurut perutnya, urut bagian perut
ovaprim dilakukan dibagian punggung kearah lubang urogenital, telur yang keluar
secara intramuscular (didalam otot) tertampung dalam mangkok, campurkan
(Khairuman dan Amri, 2008), dengan cara : larutan sperma kedalam telur tadi, aduk
induk Ikan Patin diletakkan dilantai, tutupi hingga merata dengan bulu ayam,
kepala induk Patin Siam betina dengan kain tambahkan air bersih dan steril secukupnya
agar ikan tidak berontak dan terhindar dari dan aduk hingga merata lagi agar
patil. Suntik induk dibagian punggung pembuahan dapat terjadi dengan sempurna.
dengan kemiringan jarum suntik 40 – 45oC Buanglah air perlahan–lahan agar telur yang
dan kedalaman jarum suntik ± 1 cm atau ada tidak ikut terbuang.
disesuaikan dengan besar kecilnya tubuh
ikan. Setelah ovaprim didorong masuk, Latensi Waktu Pemijahan
jarum suntik dicabut lalu bekas suntik Latensi waktu pemijahan ikan Patin
ditutup dengan jari sambil ditekan secara siam dihitung berdasarkan data yang diambil
perlahan – lahan beberapa saat agar ovaprim selama proses pemijahan berlangsung
tidak keluar. Penyuntikkan terhadap ikan uji dengan cara menghitung selisih waktu dari
dilakukan satu kali dengan dosis yang sudah penyuntikan sampai keluarnya telur atau
ditetapkan, setelah itu induk ikan ovulasi.
dimasukkan kembali didalam bak
penampung dan dibiarkan sampai proses Daya Tetas Telur
pengambilan telur melalui pengurutan. Dalam menentukan tingkat
penetasan telur data yang diperlukan adalah
Pengambilan Sperma banyaknya telur yang menetas pada masin –
Pengambilan sperma dilakukan masing perlakuan. Telur dihitung 200 butir
dengan cara : ambil induk jantan yang sudah telur kemudian dimasukan kedalam loyang
matang gonad, ditampung didalam botol yang telah diberi aerator. Setelah itu telur
bersih di tambahkan sodium chloride (NaCl) diinkubasi sampai telur-telur tadi menetas,
sebanyak 5 ml agar sperma menjadi encer. kemudian hitung telur yang menetas.
Menurut Efrizal (1998) daya tetas telur
Pengambilan Telur dapat dihitung dengan persamaan :
Pengeluaran telur atau striping
dilakukan dengan cara: menyiapkan Jumlah telur menetas
mangkok plastik yang bersih dan kering, Hr (%) = X 100
bulu ayam, kain dan tisu; sesudah itu induk Jumlah telur sampel
16
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
Nt 400
Sr = X 100 %
No 200
0
Keterangan : 0 0,3 0,6 0,9
Sr = Survival Rate (Sintasan) Perlakuan
Nt = Jumlah larva hidup pada akhir Gambar 1. Waktu latensi pemijahan ikan
pengumpulan data patin siam dengan perlakuan dosis ovaprim
No = Jumlah larva hidup pada awal berbeda
pengumpulan data.
Berdasarkan analisis ragam
Analisis Data diperoleh hasil bahwa perbedaan perlakuan
Penelitian ini menggunakan dengan dosis ovaprim yang berbeda
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 memberikan pengaruh yang sangat nyata
perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. terhadap perbedaan latensi waktu pemijahan
Perlakuan dalam penelitian ini ikan Patin siam.
menggunakan dosis ovaprim yang berbeda. Hasil analisis ragamyang diperoleh
parameter yang diukur adalah : Latensi pada perlakuan 0,6 ml/kg berat badan ikan
waktu pemijahan, daya tetas telur dan menunjukkan perbedaan sangat nyata dari
sintasan hidup larva. perlakuan 0 ml/kg berat badan ikan, 0,3
Data yang didapat kemudian ml/kg berat badan ikan dan 0,9 ml/kg berat
dianalisis menggunakan analisis ragam badan ikan (Tabel 1).
dengan program JMP, kemudian dilanjutkan
dengan uji BNT, (Steel and Torrie, 1991).
17
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
F tabel
Sumber Db Jk Kt Fhitung
Keragaman 5% 1%
18
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
19
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
cepat dengan rata – rata 529 menit setelah puncak pada dosis tertentu. Untuk melihat
penyuntikkan. pengaruh pemberian hormon ovaprim
Dari Uraian diatas dapat terhadap daya tetas telur pada ikan yang
dikemukakan bahwa penggunaan zat disuntik dengan hormon ovaprim dan yang
perangsang untuk mempersingkat waktu tidak disuntik dengan hormon ovaprim
laten terhadap ikan patin betina yang matang ternyata terdapat perbedaan nilai persentase
gonad sangat tergantung pada dosis ovaprim penetasan.
Induk ikan patin yang disuntik
2. Daya tetas telur dengan hormon ovaprim dosis 0,6 ml/kg
Dari hasil pengamatan yang berat badan ikan menunjukkan hasil yang
dilakukan memperlihatkan bahwa daya tetas baik dalam merangsang hormon
telur tertinggi terdapat pada perlakuan 0,6 ml gonadotropin dalam mempercepat proses
per kg berat badan ikan dan terendah pada penetasan, tapi ketika dosis ovaprim
perlakuan 0 ml/kg berat badan ikan (Gambar diturunkan menjadi 0,3 ml/kg berat badan
2). ikan dan dinaikan menjadi 0,9 ml/kg berat
badan ikan ternyata sudah kurang
berpengaruh lagi terhadap daya tetas telur
ini bisa dikarenakan oleh kelebihan dosis
sehingga dapat memperlambat pergerakan
dari spermatozoa dalam membuahi telur.
Sedangkan tanpa menggunakan dosis
ovaprim (0 ml/kg berat badan ikan) juga
kurang berpengaruh karena tidak adanya
Perlakuan hormon perangsang yang diberikan. Ini
Gambar 2. Daya tetas telur ikan patin siam gengan berarti perlakuan 0,6 ml/kg berat badan ikan
perlakuan dosis ovaprim berbeda. ovaprim pada ikan Patin siam yang
digunakan sudah maksimum. Dengan
Hasil analisis ragam yang diperoleh demikian dikatakan bahwa pemberian
pada perlakuan 0,6 ml/kg berat badan ikan hormon ovaprim 0,6 ml/kg berat badan ikan
menunjukkan perbedaan sangat nyata dari dapat meningkatkan daya tetas telur dengan
perlakuan 0,3 ml/kg berat badan ikan, 0 rata – rata 80,86 % dari hasil pemijahan.
ml/kg berat badan ikan dan 0,9 ml/kg berat Peningkatan daya tetas telur ikan
badan ikan.. Patin siam yang diberi larutan ovaprim
Kualitas telur yang baik dapat juga menurut Manickam dan Joy (1989)
dilihat dari daya tetas telur. Pemberian disebabkan karena kandungan Folicle
ovaprim mempengaruhi daya tetas ikan Stimulating Hormone (FSH) meningkat
patin. Adanya korelasi positif antara sehingga folikel berkembang dan daya tetas
peningkatan dosis ovaprim dengan telur juga meningkat. Sedangkan menurut
peningkatan daya tetas telur dan mencapai Murtidjo (2001), pelepasan sperma dan sel
telur dalam waktu yang berbeda dan relatif
20
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
singkat dapat berakibat pada kegagalan kedalam telur secara difusi melalui lapisan
fertilisasi, hal ini dikarenakan sperma yang permukaan cangkang telur, oleh karena itu
terkadang lamban dan cenderung tidak aktif media penetasan telur harus memiliki
bergerak sebab sperma berada dalam cairan kandungan oksigen yang melimpah yaitu >
plasma. Cairan plasma mempunyai 5 mg/ liter (Murtidjo, 2001).
konsentrasi yang tinggi terhadap cairan Menurut Effendi (1992), suhu air
sperma sehingga dapat menghambat aktifitas mempunyai arti penting bagi pertumbuhan
sperma yaitu berkurangnya daya gerak dan organisme yang hidup diperairan karena
akhirnya sperma sukar untuk menebus celah banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikrofil sel telur. organisme. Suhu dapat mempengaruhi
Menurut Effendi (1997), telur-telur berbagai aktifitas kehidupan dan
hasil pemijahan yang dibuahi selanjutnya berpengaruh terhadap oksigen terlarut
berkembang menjadi embrio dan akhirnya didalam air, makin tinggi suhu makin rendah
menetas menjadi larva, sedangkan telur yang kelarutan oksigen didalam air. Salah satu
tidak dibuahi akan mati dan membusuk. faktor yang mempengaruhi lama waktu
Lama waktu perkembangan hingga telur penetasan telur maupun tingkat penetasan
menetas menjadi larva tergantung pada telur adalah suhu, dimana semakin tinggi
spesies ikan dan suhu. Semakin tinggi suhu suhu air media penetasan maka waktu
air media penetasan telur maka waktu penetasan semakin singkat. Pengamatan
penetasan menjadi semakin singkat. Namun suhu yang dilakukan selama penelitian
demikian, telur menghendaki suhu tertentu adalah 27,9oC – 30oC sedangkan hasil
atau suhu optimal yang memberikan pengukuran suhu pada proses penetasan
efisiensi pemanfaatan kuning telur yang telur selama penelitian adalah 25ºC – 30oC.
maksimal. Untuk keperluan perkembangan Variasi nilai kisaran suhu dan persentase
digunakan energi yang berasal dari kuning penetasan yang berbeda disebabkan oleh
telur dan butiran minyak. Oleh karena itu, perubahan lingkungan atau cuaca setempat.
kuning telur terus menyusut sejalan dengan Hasil penelitian ini dikatakan bahwa
perkembangan embrio, energi yang terdapat pada perlakuan 0,6 ml/kg berat badan ikan
dalam kuning telur berpindah ke organ dapat meningkatkan daya tetas telur
tubuh embrio. Embrio terus berkembang dan sehingga mampu menekan tingkat mortalitas
membesar sehingga rongga telur menjadi pada telur ikan patin.
penuh dan tidak sanggup untuk
mewadahinya, maka dengan kekuatan 3. Sintasan larva
pukulan dari dalam oleh sirip pangkal ekor, Sintasan larva diperoleh dari selisih
cangkang telur pecah dan embrio lepas dari antara jumlah larva pada akhir penelitian
kungkungan menjadi larva, pada saat itulah dikali dengan 100 % dan dibagi dengan
telur menetas menjadi larva. jumlah larva pada awal penelitian.
Telur membutuhkan oksigen untuk Perhitungan sintasan larva dilakukan dengan
kelangsungan hidupnya. Oksigen masuk memelihara 100 ekor larva yang baru menetas
21
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23
22
Budidaya Perairan September 2013 Vol. 1 No. 3: 14 - 23