BAB II - Toxoplasma
BAB II - Toxoplasma
TINJAUAN PUSTAKA
A. Toxoplasma.
1. Defenisi.
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa obligat intraselular yang menginfeksi burung dan
beberapa jenis mamalia terutama kucing, di seluruh dunia. Infeksi toxplasma gondii pada manusia
dapat terjadi apabila mengkonsumsi patogenini dalam bentuk kista (bradozoit) dalam daging yang
telah terinfeksi dan tak dimasak dengan baik, lewat kontak dengan sel-sel oosit dalam feses
kucing/binatang lain yang terinfeksi atau diperoleh secara kongenital lewat transfer transplasental.
Ookista dalam feses kucing dapat bertahan hingga bertahun-tahun (Juanda,2006). Imunitas ibu
memberikan efek perlindungan terhadap infeksi intrauterin, oleh karena itu toxoplasmosis kongenital
hanya dapat terjadi apabila infeksi terjadi pada saat kehamilan. Salah satu penelitian mendapatkan
data bahwa 1/3 wanita Amerika Utara telah memperoleh antibodi yang bersifat protektif sebelum
kehamilan, dan angka ini lebih tinggi pada mereka yang memiliki kucing sebagai binatang peliharaan.
Toksoplasmosis akut diperkirakan terjadidalam 1-5 dari 1000 kehamilan. Resiko infeksi janin
meningkat sesuai usia kehamilan, tetapi secara keseluruhan mencapai 50% (Dr.I Made Arya,2009).
2) Pengukuran pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan yang
mencakup tentang pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasma di nilai seberapa luas kedalaman
pengeahuan ibu hamil entang toxoplasma dapat kita ketahui atau kita ukur melalui persentase
yang dihasilkan oleh responden (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan baik : Bila> 75 % jika jawaban
benar.
Pengetahuan cukup : Bila 60-75% jika jawaban benar.
Pengetahuan rendah : Bila < 60% jika jawaban benar.
I. Kerangka Teoritis.
Menurut Notoadmojo, (2005) yang mempengaruhi pengetahuan.
- Penularan
- Pencegahan Pengetahuan Pasangan Usia
- Pengobatan Subur Tentang Infeksi
Toxoplasma
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep.
Menurut Kurniawan (2008) resiko infeksi Toxoplasma gondii sangat tergantung pada imunitas
seseorang, bahkan sangat bervariasi sesuai dengan situais. Salah satu misalnya ibu hamil yang telah imun
sebelum konsepsi, tidak mempunyai resiko infeksi Toxoplasma gondii terhadap fetus yang di kandung.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang lain
diamati atau diukur melalui penelitianpenelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo,2002).
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti gambar dibawah
ini :
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional (variabel dependen dan
independen diukur dalam waktu yang sama) yaitu untuk melihat Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia
Subur Tentang Infeksi Toxoplasma Gondii di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.
D. Pengumpulan Data.
1. Data Primer.
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh atau di kumpulkan langsung melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakandan disusun sebelumnya.
2. Data Skunder.
Data skunder yaitu data penunjang yang didapat dari laporan puskesmas baiturrahman banda aceh.
E. Intrumen Penelitian.
Adapun instrumen yang digukan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 20 pertanyaaan.
Tentang 7 pertanyaan pengetahuan tentang penularan, 8 pertanyaan pengetahuan tentang pencegahan, 5
pertanyaan pengetahuan tentang pengobatan.
F. Pengolahan Data.
1. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kembali segala kesalahan dalam pengambilan data dan pengisian data.
b. Coding, yaitu pengolahan data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari responden.
c. Transferring, yaitu memindahkan data dalam bentuk tabel.
d. Tabulating, yaitu data yang telah dikumpulkan ditabukasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Data.
Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data univariat. Analisa yang di
gunakan untuk menjabarkan secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang di teliti
baik variabel dependen maupun variabel independen. Data didapat dari pengisian kuisioner, di analisa
secara persentase ke dalam bentuk tabel distribusi menggunakan rumus (Budiarto, 2002), yaitu
sebagai berikut:
𝑓
P= 𝑛 x 100 %
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi Teramati
n : Jumlah responden yang menjadi sampel
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.
1. Gambaran Lokasi Penelitian.
Desa Peuniti berada di kecamatan Baiturrahman Banda Aceh, yang terletak di antara Desa Ateuk
Pahlawan, Labuie, Neusu Aceh, dan Simpang lima (Peunayong).Ditinjau dari segi geografisnya Desa
Peuniti Kecamata Baiturrahman Banda Aceh di batasi oleh :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Labuie.
b. Sebelah utara berbatasan dengan Simpang Lima.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Neusu Aceh.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Ateuk Pahlawan.
2. Pelaksanaan Penelitian.
Pengumpulan data penelitian di laksanakan dari tanggal 07 s/d 09 September 2013 di Desa
Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh. Jumlah sampel yang di dapat sebagai responde yaitu
30 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Probability Sampling yaitu
pengambilan sampel pengambilan sampel secara acak sedehana . Untuk mengukur Pengetahuan
Pasangan Usia Subur Tentang Infeksi Toxoplasma dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari
20 pertanyaan, untuk mengukur pengetahuan tentang penularan toxoplasma gondii menggunakan
kuesioner yang terdiri dari 7 pertanyaan, untuk mengukur pengetahuan tentang pencegahan
toxoplasma gondii menggunakan kuesioner yang terdiri dari 8 pertanyaan, untuk mengukur
pengetahuan tentang pengobatan toxoplasma gondii menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5
pertanyaan.
3. Analisa Univariat.
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari pengetahuan Pasangan Usia
Subur tentang penularan, pencengahan, dan pengobatan infeksi toxoplasma gondii.
a. Penularan Toxoplasma gondii
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang
Pencegahan, Penularan, Pengobatan Infeksi Toxoplasma
Gondii Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman
Banda Aceh Tahun 2013
No. Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 0 0
2 Cukup 7 23,3
3 Kurang 23 76,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Tabel 5.1 Menunjukkan bahwa dari 30 reponden pada umunya pengetahuan pasangan usia
subur tentang penularan infeksi toxoplasma gondii kurang yaitu sebanyak 23 responden (76,7%).
B. PEMBAHASAN.
1. Penularan, Pencegahan dan Pengobatan Tentang Infeksi Toxoplasma Gondii.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden. Pada umumnya pengetahuan
responden terhadap penularan infeksi toxoplasma gondii yaitu sebanyak 23 orang (76,7%).
Menurut para ahli mengatakan bahwa Manusia dapat tertular Toxoplasmosis dari makanan
daging yang kurang matang. Manusia juga dapat tertular Toxoplasmosis karena menyentuh kotoran
kucing. Sebenarnya, tidak semua kucing bisa menjadi biang penyakit Toxoplasmosis. Kucing yang
berpotensi menularkan Toxoplasma hanyalah kucing yang menderita Toxoplasma, dan ini biasanya
diderita oleh kucing-kucing liar, yang tidak terawat. Bukan hanya kucing saja yang bisa menularkan
Toxoplasmosis, tetapi semua hewan. Terutama hewan yang memakan daging mentah yang telah
tertular Toxoplasma.
Pencegahan Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya
toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan
sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga
terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak
berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka
kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan
untuk kucing peliharaan Frenkel (2008).
Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan,
kecuali ada gejala-gejala yang berat atau berkelanjutan. Toksoplasmosis pada penderita
imunodefisiensi harus diobati karena dapat mengakibatkan kematian. Toksoplasmosis pada ibu hamil
perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan
untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur
kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin
dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di atas 16 minggu (Sasmita, 2007).
Menurut hasil penelitian dari Lasmawati (2010) dengan judul “ gambaran penularan
toxoplasma gondii terhadap manusia” mengatakan bahwa Penularan penyakit Toxoplasmosis tidak
hanya menyerang pada wanita saja pria pun bisa terkena penyakit ini. Toxoplasma pada pria yang
cukup banyak menyerang pada pasangan usia subur (15-49 tahun).
Menurut hasil pelitian dari Elissa (2006) dengan judul “Hubungan sebab akibat antara infeksi
Toxoplasma, yang menyebabkan abortus, kelahiran mati dan kelahiran anak cacat kongenital” hasil
penelitian ditemukan bahwa adanya hubungan infeksi toxoplasma dengan kelahiran cacat sebanyak 24
( 68,3%) dengan nilai P = 0,002.
Menurut hasil penelitian dari Merry (2008) dengan judul “Gambaran pengobatan infeksi
toxoplasma gondii” mengatakan bahwa Pengobatan penyakit Toxoplasmosis bila tidak di lakukan
pengobatan secara baik maka akan bisa menyebabkan penularan kepada orang lain. Berdasarkan hasil
penelitian, teori dan literatur diatas maka peniliti berasumsi bahwa pengetahuan yang kurang pada
pasangan usia subur baik pada pencegahan, penularan, dan pengobatan tentang infeksi toxoplasma
gondii di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu rendahnya pendidikan PUS di desa peuniti di mana
mayoritas PUS dengan pendidikan terakhir adalah SMA.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Infeksi
Toxoplasma Di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh, maka peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang penularan, pencegahan, pengobatan infeksi toxoplasma
gondii termasuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 23 orang (76,7%) di sebabkan oleh beberapa
faktor yaitu rendahnya pendidikan PUS di desa peuniti mana mayoritas PUS dengan pendidikan
terakhir adalah SMA.
B. Saran.
1. Bagi Instituti Pendidikan.
Di harapkan dari penelitian ini dapat di jadikan bahan acuan yang dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa.
2. Bagi Tempat Penelitian.
Diharapkan bagi tempat penelitian semoga dapat menjadi massukan untuk kedepannya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan dengan metode penelitian
yang lebih baik dan menggunakan variabel yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, (2002). Biostatistik umtuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Daffos F, dkk. (2001). prenatal manajement of pregnancies at risk for congenitalt toxoplasmosis. MOGI
Supl.
Depkes RI. (2003). Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta, Departemen Kesehan Republik Indonesia
.
Dharmana, (2007) , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut: Semarang Kakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Elissa, (2006). Hubungan Sebab Akibat Antara Infeksi Toxoplasma Yang Menyebabkan Abortus,
Kelahiran Mati Dan Kelahiran Anak Cacat Congenital : Surabaya.
Juanda, (2006). Akibat dan Solusi infeksi TORCH, Solo,Wangsa Jatra Lestari
Lasmawati, (2010). Gambaran penularan toxoplasma gondii terhadap manusia : Jakarta : KTI
Notoadmojo, S.( 2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Rineka Cipta.
_____, (2010). Pemeriksaan dan pengobatan Toxoplasma gondii, Jakarta, Rineka Cipta
Rilis, (2008). Toxoplasma gondii pada manusia dan diagnosisnya . Surabaya :FK UNAIR
Zrofikoh, (2008). Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi.Yogyakarta, Gajah Mada University Press.