Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program keluarga memiliki makna yang sangat strategis,

komprehensip dan sejahtera. UU Nomor 52 tahun 2009 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan

bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran

anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan

kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan

keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program

Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi. (1)

Banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat

hanya mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut

sedangkan informasi-informasi mengenai keuntungan , kekurangan,

kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut tidak

mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan atau norma

budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna

(akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi


tersebut. Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling agar agar dapat

menjelaskan secara besar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai

keuntungan, kerugian , efek samping maupun kontraindikasi. Pengguna

alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping

dan resiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan , namun

demikian yang harus dipikirkan adalah keuntungan dari pengguna

alat/obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak

menggunakan.. (1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur

jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari

itu, Pemerintah merencanangkan program atau cara untuk

mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

1. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk

membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial

ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran

anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka

kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut

maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase

(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari

kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak

akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu

dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002)

2. Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai

berikut :

 Keluarga berencana

 Kesehatan reproduksi remaja

 Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

 Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

 Keserasian kebijakan kependudukan

 Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

 Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan

kepemerintahan.

B. Kontrasepsi

1. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara

dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan

terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau

pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding

rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Efektivitas (Daya Guna)

Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya

guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:

 Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan

suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan


yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan

dengan mengikuti aturan yang benar.

 Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan

kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakaian yang tidak hati-

hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

3. Memilih Metode Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi

yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat diterima oleh orang banyak

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih

Metode kontrasepsi yaitu:

Faktor pasangan

1) Umur

2) Gaya hidup

3) Frekuensi senggama

4) Jumlah keluarga yang diinginkan


5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu

6) Sikap kewanitaan

7) Sikap kepriaan.

Faktor kesehatan

1) Status kesehatan

2) Riwayat haid

3) Riwayat keluarga

4) Pemeriksaan fisik

5) Pemeriksaan panggul.

4. Macam-macam Kontrasepsi

a. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan

alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode

Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode

Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode suhu basal Badan,

dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir

servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat

yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida

(Handayani, 2010)

b. Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2

yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen

sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi

hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.

Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat

pada pil, suntik dan implant (Handayani,2010).

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu

AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan

yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang

mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu

Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20

mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).

d. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode

Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW

sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah

memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah

pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal

dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat

saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau

ejakulasi (Handayani,2010).
C. Kontrasepsi Hormonal

1. Definisi Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi

yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya

konsepsi (Baziad,2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi

dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap

kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan

terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal

Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,

terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi

hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui

hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran

folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan

kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu

progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing

(LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi

mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima

implantasi (Manuaba, 2010).

Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron

bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai

puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan

mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan


isyrat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon

tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi

kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan

dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak

siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen

bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon

realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan

pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang

perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer

menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus

dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur

dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari

endometrium (Hartanto, 2002).

Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen,

efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit

kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa

mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung.

Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan

natrium, dan dapat meningkatkan berat badan Sakit kepala

disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam

perlu dikurangi dan dapat diberikanm diuretik. Kadang-kadang efek

samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak

menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut,


akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan

kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping

kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek

samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan

perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai

bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang

payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus

yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan

progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya

infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro,2007).

Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang,

retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri

kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan

pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks.

Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne

(jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan

tangan sering kram (Manuaba,2010).

3. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal

 Kontrasepsi Pil

Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan

progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovariu

selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan

releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.

Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi

juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan

palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa

nyeri (Hartanto, 2002).

Efektivitas

Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-

99,9% dan 97% (Handayani, 2010).

Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin,

dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa

hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan

setiap hari.

b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan

dua dosis berbeda 7 tablet hormon aktif, dosis

hormon bervariasi.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen atau progestin,

dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon

aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:

a) Menekan ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks

d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan

terganggu.

Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:

a) Tidak mengganggu hubungan seksual

b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)

c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang

d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse

e) Mudah dihentikan setiap saat

f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan

g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,

kanker endometrium, kista ovarium, acne,

disminorhea.

Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:

 Amenorhea

 Perdarahan haid yang berat


 Perdarahan diantara siklus haid

 Depresi

 Kenaikan berat badan

 Mual dan muntah

 Perubahan libido

 Hipertensi

 Jerawat

 Nyeri tekan payudara

 Pusing

 Sakit kepala

 Kesemutan dan baal bilateral ringan

 Mencetuskan moniliasis

 Cloasma

 Hirsutisme

 leukorhea

 Pelumasan yang tidak mencukupi

 Perubahan lemak

 Disminorea

 Kerusakan toleransi glukosa

 Hipertrofi atau ekropi serviks

 Perubahan visual

 Infeksi pernafasan
 Peningkatan episode sistitis

 Perubahan fibroid uterus

 Kontrasepsi Suntik

1. Efektivitas kontrasepsi Suntik.

Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik

mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per

100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara

teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET

EN sangat xefektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1

per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun

pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET

EN (Hartanto, 2002).

2. Jenis kontrasepsi Suntik

Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis

kontrasepsi

suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :

 Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg

DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik

intramuscular (di daerah pantat).

 Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung

200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan

dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau

bokong).
3. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

 Mencegah ovulasi

 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma

 Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

 Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.

4. Keuntungan kontrasepsi Suntik

Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,

pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada

hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat

kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh

perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu

mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan

kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab

penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).

5. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut

Sulistyawati (2013) yaitu:

 Gangguan haid

 Leukorhea atau Keputihan

 Galaktorea

 Jerawat

 Rambut Rontok

 Perubahan Berat Badan

 Perubahan libido.

 Kontrasepsi Implant

1. Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

 Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,

Indoplant, atau Implanon

 Nyaman

 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi

 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan

 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut

 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,

perdarahan bercak, dan amenorea

 Aman dipakai pada masa laktasi.

2. Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan


panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan

3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg

Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75

mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

3. Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

 Lendir serviks menjadi kental

 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

 Mengurangi transportasi sperma

 Menekan ovulasi.

4. Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

Daya guna tinggi

Perlindungan jangka panjang

Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

Tidak mengganggu dari kegiatan senggama

Tidak mengganggu ASI

Klien hanya kembali jika ada keluhan

Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan


Mengurangi nyeri haid

Mengurangi jumlah darah haid

Mengurangi dan memperbaiki anemia

Melindungi terjadinya kanker endometrium

Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara

Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang


panggul
Menurunkan kejadian endometriosis.

5. Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu

pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid

berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.

D. Keputihan

1. Etiologi Keputihan

Fluor albus atau keputihan semakin sering timbul dengan

kadar estrogen yang lebih tinggi, hal ini disebabkan Lactobacillus

memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan

lingkungan yang asam dimana candida albicans tumbuh dengan

subur. Alat genitalia terdapat mekanisme pertahanan tubuh yang

berupa bakteri yang menjadi pH vagina. Normalnya angka

keasaman pada vagina berkisar antara 3,8-4,2, sebagian besar

95% adalah jenis bakteri Lactobacillus dan selebihnya adalah

bakteri pathogen (Hartanto, 2002).


Keputihan terjadi karena peradangan atau infeksi yang

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti posisi kantong rahim

yang berubah-ubah atau bakteri yang dapat menimbulkan

pengendapan cairan darah putih pada vagina, sehingga

menimbulkan aroma yang tidak sedap, karena adanya

pembusukkan oleh bakteri dan mengandung penyakit. Keputihan

juga disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi mikroorganisme

yaitu bakteri, jamur, virus atau parasit, juga dapat disebabkan

karena gangguan keseimbangan hormon, stres, kelelahan kronis,

peradangan alat kelamin, benda asing dalam vagina, dan adanya

penyakit dalam organ reproduksi seperti kanker rahim, yang

sering menimbulkan keputihan antara lain, bakteri, jamur, virus,

atau juga parasit . Jumlah warna dan bau dari cairan keputihan

akibat infeksi mikroorganisme tergantung dari jenis

mikroorganisme yang menginfeksinya. Infeksi ini dapat menjalar

dan menimbulakn peradangan ke saluran kencing, sehingga

menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil

(Shadine, 2012).

Adapun jenis keputihan dibagi menjadi dua macam menurut

Shadine (2012) yaitu:

a. Keputihan Fisiologik

Keputihan karena fisiologik dapat ditemukan pada

bayi yang baru lahir hingga berumur kira-kira sepuluh


hari. Waktu menarche, wanita dewasa apabila dirangsang

sebelum dan pada waktu coitus, waktu ovulasi, pada

wanita berpenyakit menahun dengan neurosis, dan pada

wanita dengan ektopian persionis uteri, serta penggunaan

obat-obatan atau alat kontrasepsi.

b. Keputihan patologik

Keputihan karena patologik utamanya disebabkan

infeksi (jamur, kuman, parasit, virus), namun dapat pula

akibat adanya benda asing dalam liang senggama,

gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan bawaan

dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan

pada alat kelamin terutama di leher rahim.

2. Epidemiologi Keputihan

Keputihan satu diantara tiga masalah wanita yang semula

dianggap remeh dan lama kelamaan menjadi serius bahkan

menjadi parah, 75% wanita pernah mengalami keputihan.

Keputihan adalah keluarnya getah bening atau cairan vagina yang

berlebihan sehingga sering sekali menyebabkan celana dalam

basah (Pudiastuti, 2010). Keputihan sering diderita wanita dalam

masa aktif reproduksi (umur 20-45 tahun) dan jarang dialami

pada wanita masa puber. Keputihan dapat disebabkan karena

penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormonal dalam

pemakaian kontrasepsi hormonal, keputihan meningkat 50%


dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai kontrasepsi

hormonal. Fluor Albus, Leukorhea atau keputihan merupakan

sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang

disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal

didalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, dapat juga

disertai bau yang tidak sedap (bau busuk), dan menimbulkan rasa

nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama (Shadine,2012).

Didalam alat genitalia wanita terdapat mekanisme pertahanan

tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina.

Normalnya angka keasaman vagina antara 3,8-4,5. Sebagian besar

(95%) adalah bakteri laktobasilus dan selebihnya adalah bakteri

pathogen (bakteri yang menimbulkan penyakit) (Shadine, 2012).

3. Patologi Keputihan

Cairan yang keluar dari vagina dalam kondisi normal

mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan

mucus serviks, yang akan bervariasi karena dipengaruhi oleh

umur, siklus menstruasi, kehamilan, dan penggunaan kontrasepsi

(Fakhidah, 2014).

a. Infeksi akibat kuman (bakteri) menurut Shadine (2012)

antara lain:

 Gonococcus atau lebih dikenal dengan nama GO.

Warnanya kekuningan yang sebetulnya merupakan nanah

yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman


Neisseria Gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena

sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari.

 Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan

penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina

dengan pewarnaan diemsa.

 Gardenerella, menyebabkan peradangan vagina tak spesifik.

Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas

clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah

menjadi senyawa amin bau amis, berwarna keabu-abuan.

 Treponema pallidium adalah penyebab penyakit kelamin

sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di

liang senggama dan bibir kemaluan.

b. Infeksi akibat jamur atau kandidiasis menurut Winkjosastro

(2007) Infeksi akibat jamur atau kandidiasis biasanya

disebabkan spesies candida. Kandidiasis disebabkan oleh

infeksi dengan kandida albikans, suatu jenis jamur gram positif

yang mempunyai benang-benang pseudomiselia yang terbagi-

bagi dalam kelompok blastospores. Jamur ini tumbuh dengan

baik dalam suasana asam (pH 5,0-6,5) yang mengandung

glikogen, ia dapat ditemukan dalam mulut, daerah perianal dan

vagina tanpa menimbulkan gejala. Ia dapat tumbuh dengan

cepat dan menyebabkan vaginitis pada wanita hamil, wanita

yang menggunakan kontrasepsi hormonal, wanita yang


diberikan antibiotika berspektrum luas, wanita dengan diabetes

dan wanita dengan kesehatan yang tidak baik. Vulvoginitis

karena infeksi dengan kandida albikans menyebabkan leukorea

atau keputihan yang berwarna keputih-putihan yang sangat

gatal. Pada pemeriksaan ditemukan radang vulva dan vagina,

pada dinding sering juga terdapat mebran-membran kecil

berwarna, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak

berdarah.

Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti

trikomonas vaginalis, pada sediaan tampak jamur ditengah-

tengah leukosit. Dapat pula usapan diatas gelas objek dicat

dengan cara Gram; jika perlu, dapat pula dilakukan

pembiakkan.

c. Parasit penyebab keputihan

Parasit penyebab keputihan terbanyak adalah

Trichomonas vaginalis. Cairannya banyak, berbuih seperti air

sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila ditekan atau perih

saat buang air kecil Shadine (2012). Vulvoginitis penyebabnya

adalah trikomonas vaginalis.

Trikomonas dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam

vagina tanpa gejala apapun, akan tetapi dalam beberapa hal yang

ada hubungannya dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlah

dapat bertambah banyak dan menimbulkan radang. Peterson


melaporkan bahwa 24,6% dari asupan vagina yang diambil secara

rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukkan adanya

trikomonas vaginalis (Winkjosastro, 2007). Trikomonas vaginalis

adalah suatu parasit dengan flagella yang bergerak sangat aktif.

Walaupun infeksi dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan

dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Vaginitis

karena trikomonas menyebabkan leukorea yang encer sampai

kental, berwarna kekuning-kuningan dan agak berbau. Penderita

mengeluh tentang adanya fluor yang menyebabkan rasa gatal dan

membakar. Disamping itu kadang-kadang gejala urethritis ringan

seperti disuria dan sering kencing. Parasit biasanya dengan mudah

dijumpai ditengah -tengah leukosit pada sediaan yang dibuat

dengan mengambil sekret dari dinding vagina dicampur dengan

satu tetes larutan garam fisiologik diatas gelas objek. Sediaan

diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran sedang dan

dengan cahaya yang dikurangi sedikit (Winkjosastro, 2007).

Parasit dapat dikenal dengan melihat gerakanp-gerakannya,

bentuknya lonjong dengan flagella yang panjang dan membran

yang bergerak bergelombang dan dengan ukuran sebesar 2 kali

leukosit. Akan tetapi, trikomonas tidak selalu dapat ditemukan

dengan cara pemeriksaan tersebut; bila dianggap perlu, dapat pula

dilakukan pembiakan (Winkjosastro, 2007).


d. Keputihan akibat virus

Keputihan akibat virus disebabkan Human Papiloma Virus

(HPV) dan Herpes simpleks (Shadine, 2012)

4. Diagnosis Keputihan

Diagnosis Keputihan dapat berupa iritasi pada area genital,rasa

panas, gatal dan nyeri yang dapat terasa didaerah vulva dan paha,

perineum, dapat pula disertai nyeri saat berkemih dan senggama.

Keluar cairan keputihan yang berwarna kuning kotor kehijauan serta

berbau busuk yang menusuk. Keluarnya cairan keputihan yang

berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina.

Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang berbusa

(Shadine, 2012).

5. Upaya Pencegahan Keputihan

Adapun upaya pencegahan terhadap kejadian keputihan menurut

Pudiastuti (2010) yaitu:

a. Jangan menggunakan celana dalam dari bahan nylon

karena panas dan lembab di daerah vagina dan vulva.

b. Meningkatkan kebersihan diri (setelah BAK/BAB

ceboklah atau bilaslah dengan air yang bersih).

c. Jangan menggunakan bedak yang sifatnya merangsang.

d. Jangan menggunakan Pantyliners terus-menerus.


e. Jangan memakai pembersih vagina secara terus-menerus

karena dapat mengurangi pH vagina ataupun

meningkatkan pH vagina.

f. Pengobatan terhadap partner seks, terutama pada kasus

trichomoniasis dan candidosis.

g. Program pengobatan intensif dengan obat yang sesuai dan

dosis yang tepat.

Pengetahuan akan keputihan secara tepat, dapat membantu dalam

membedakan antara keputihan yang normal dan keputihan yang

patologis. Sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan

secara dini dan menghindarkan dari kemandulan dan kanker leher

rahim lebih lanjut. Dengan demikian kita wajib menjaga kebersihan

dan kesehatan di daerah genitalia. Keputihan dapat dicegah dengan

menjaga kebersihan genitalia, memilih pakaian dalam yang tepat,

menghindarkan faktor risiko infeksi seperti berganti ganti pasangan

seksual, serta pemeriksaan ginekologi secara teratur (Shadine, 2012)

E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan

Beberapa wanita tidak jarang mengeluh keputihan dan gatal-gatal

selama penggunaan kontrasepsi hormonal. Ketidakstabilan ekosistem

pada vagina akan menyebabkan keputihan, kestabilan ekosistem

vagina dapat dipengaruhi sekresi (keluarnya lendir dari uterus), status

hormonal (masa pubertas, kehamilan, menopouse), benda asing (IUD,

tampon, dan obat yang dimasukkan melalui vagina), penyakit akibat


hubungan seksual, obat-obatan (kontrasepsi), diet (kebanyakan

karbohidrat, kurang vitamin) (Pudiastuti, 2010). Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi keputihan menurut berbagai penelitian

sebelumnya yaitu penelitian Fakhidah (2014), menyimpulkan bahwa

ada hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan

dengan kejadian keputihan. Pemberian hormon progesteron pada

kontrasepsi untik 3 bulan maka flora vagina berubah sehingga jamur

mudah tumbuh di vagina dan menimbulkan keluhan keputihan.

Menurut Rimza (2003), kontrasepsi vagina ring atau cincin

vagina yang mengandung ethinyl estradol dan etonogestrel telah

disetujui digunakan di Amerika Serikat. Wanita memasukkan cincin

vagina setiap 3 minggu sekali, kemudian selama 1 minggu cincin

vagina dilepaskan. Cincin yang baru digunakan untuk pemakaian 1

bulan. Cincin vagina memiliki efek samping yang sama dengan

kontrasepsi hormonal (kontrasepsi pil), efek samping penggunaan

cincin vagina yaitu keputihan atau leukorhea dan iritasi vagina.

Menurut penelitian Syahlani dkk (2013), menyimpulkan bahwa

ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan

pengetahuan ibu tentang perawatan organ reproduksi dengan kejadian

keputihan. Didapatkan sebagian besar responden yang menggunakan

kontrasepsi hormonal mengalami keputihan sebanyak 87 orang

(88,77%). Selain itu penelitian Triyani dan Sulistiani (2013),

menyimpulkan bahwa ada hubungan pemakaian pembersih vagina


dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Hal ini dikarenakan

pembersih vagina yang banyak dijual dipasaran adalah antiseptik.

Penggunaan antiseptik yang banyak dijual dipasaran justru akan

mengganggu ekosistem didalam vagina, terutama pH dan kehidupan

bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah

berkembang lebih banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit

yang salah satunya keputihan.

Menurut penelitian Wijanti dkk. (2011), didapatkan para remaja putri

paling sering mengalami keputihan saat mereka stress dan kelelahan

sebanyak 54 orang (27,28%). Pada penelitian ini didapatkan bahwa

para remaja paling sering mengalami keputihan saat mereka stress

atau lelah. Pada usia remaja merupakan masa yang rentan akan stress

atau bisa juga dikatakan sebagai suatu masa yang labil. Stress bisa

saja muncul karena berbagai macam faktor.

Adapun menurut penelitian Hidayati dkk (2010), menyimpulkan

bahwa ada hubungan antara personal hygiene perineal pada wanita

usia subur dengan kejadian keputihan. Keputihan disebabkan karena

pola kebersihan seseorang yang tidak memperhatikan perawatan

kebersihan pada alat genitalia. Jika personal hygiene perineal yang

kurang akan mempengaruhi terjadi suatu penyakit keputihan, untuk itu

perlu dilakukan perawatan organ genitalia secara teratur seperti cara

perawatan daerah genitalia.

F. KB Pria
Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan Keluarga Berencana

Nasional, peranan pria sangat penting dan menentukan. Pria sebagai

Kepala Keluarga harus terlibat dalam mengambil keputusan tentang

kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak

yang diinginkan (Manuaba, 1998). Adapun cara KB modern

pria/laki-laki yang dikenal saat ini adalah (1) pemakaian kondom, dan

(2) MOP (Metode Operasi Pria).

 Kondom

1. Pengertian

Menurut Syaifudin (2003), kondom merupakan selubung atau

sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, diantaranya

lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani)

yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom

umumnya terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk

silinder dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung

berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Kini

berbagai bahan kondom telah dikembangkan untuk

meningkatkan efektifitasnya.

2. Sejarah Penemuan dan Pengembangan Kondom

Menurut sejarah, kondom sudah diketahui sejak jaman

Mesir Kuno dan dibuat dari kulit atau usus binatang. Atas

perintah raja Inggris Charles II, dokter Condom membuat kondom

dari kulit binatang dengan panjang 190 mm, berdiameter 6mm, dan
tebal 0,038 mm. Teknik serta biaya pembuatannya cukup mahal

dan keberhasilannya masih rendah sebagai alat kontrasepsi. Pada

tahun 1564, dokter Fallopio dari Italia membuat kondom dari

linen dengan tujuan utama untuk menghindari infeksi hubungan

seks. Dokter Hercule Saxonia pada tahun 1597 membuat

kondom dari kulit binatang yang apabila hendak dipakai

direndam terlebih dahulu. Kondom yang terbuat dari karet

dikembangkan oleh dokter Hancock pada tahun 1944 dan Goodyer

1970 (Manuaba, 1998).

3. Cara Kerja

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel

telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet

yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah

ke dalam saluran reproduksi perempuan. Kondom juga dapat

mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan

HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain

(khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

4. Fungsi Kondom

Kondom mempunyai tiga fungsi, yaitu:

a. Sebagai alat KB

b. Mencegah penularan PMS termasuk HIV/AIDS

c. Membantu pria atau suami yang mengalami ejakulasi dini.

5. Kelebihan Kondom
a. Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar

b. Murah dan mudah didapat tanpa resep dokter

c. Praktis dan dapat dipakai sendiri

d. Tidak ada efek hormonal

e. Dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit menular seksual

(PMS) termasuk HIV/AIDS antara suami-isteri

f. Mudah dibawa.

6. Keterbatasan Kondom

a. Kadang-kadang pasangan ada yang alergi terhadap bahan karet

kondom

b. Kondom hanya dapat dipakai satu kali

c. Secara psychologis kemungkinan mengganggu kenyamanan

d. Kondom yang kedaluarsa mudah sobek dan bocor

e. Tingkat kegagalannya cukup tinggi.

 MOP (Metode Operasi Pria)

Metode operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi

merupakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti

demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak

kelahiran yang dapat dihindari (Manuaba, 1998). Vasektomi telah

dikenal sejak lama. Pada abad 19, para ahli bedah telah

melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan, antara lain

mencegah infeksi dan kelenjar prostat atau hipertrofi kelenjar

prostat (Mochtar, 1998).


1) Pengertian

Menurut Syaifudin (2003), MOP adalah suatu prosedur klinik

yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria

dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur

transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan

dengan ovum) tidak terjadi.

MOP merupakan tindakan menutup, dimana saluran sperma

(vas deferens) yang berfungsi membawa sperma dari skrotum

ke testis dipotong, sehingga tidak ada sperma yang keluar

bersama air mani ketika ejakulasi (Seksualitas.net)

2) Kelebihan

a. Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan

b. Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah

c. Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali

tindakan saja

d. Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit

e. Tidak mengganggu hubungan seksual

f. Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika

dibandingkan dengan kontrasepsi lain.

3) Keterbatasan

a. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular

seksual, termasuk HIV/AIDS. Harus menggunakan


kondom selama 12-15 kali

sanggama agar sel mani menjadi negatif

b. Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal nyeri

dan infeksi)

c. Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam

hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan

semakin terganggu.

4) MOP tidak dapat dilakukan apabila:

a. Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi

b. Suami menderita penyakit kelainan pembekuan

darah

c. Jika keadaan suami-isteri tidak stabil

d. Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar,

hernia, kelainan akibat cacing tertentu pada buah

zakar, dan kencing manis yang tidak terkontrol.

G. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Keterlibatan pria didefinisikan sebagai bentuk partisipasi dalam

proses pengambilan keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB,

dan penggunaan kontrasepsi pria. Lebih lanjut, keterlibatan pria

dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap

KB, penggunaan alat kontrasepsi, sertamerencanakan jumlah

keluarga untuk merealisasikan tujuan terciptanya Norma Keluarga

Kecil Bahagia dan Sejahtera (Ekarini, 2008).


Menurut BKKBN (2005), bentuk partisipasi pria dalam

Keluarga Berencana dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung, antara lain:

a. Sebagai peserta KB

Partisipasi pria dalam program KB dapat bersifat langsung

maupun tidak langsung. Partisipasi pria/suami secara langsung

dalam program KB adalah menggunakan salah satu cara atau

metoda pencegahan kehamilan, seperti metode senggama terputus,

metode pantang berkala, kontrasepsi kondom, vasektomi, atau

kontrasepsi lain yang telah dikembangkan.

b. Mendukung istri dalam ber-KB

Apabila disepakati bahwa istri yang akan ber KB, peranan

suami adalah mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri

untuk menggunakan kontrasepsi atau metode KB yang akan dipilih.

Dukungan tersebut antara lain meliputi (1) memilih kontrasepsi

yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan

kondisi istrinya, (2) membantu pasangannya dalam menggunakan

kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan saat minum pil KB,

serta mengingatkan istri untuk kontrol, (3) membantu mencari

pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi, (4)

mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol

atau rujukan, (5) mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang

digunakan terbukti tidak memuaskan, (6) menggantikan pemakaian


kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan, dan

(7) membantu menghitung waktu subur apabila menggunakan

metode pantang berkala.

c. Sebagai motivator

Pria/suami dapat berperan sebagai motivator yang dapat

memberikan motivasi

kepada anggota keluarga/saudara yang sudah berkeluarga, dan

masyarakat di

sekitarnya untuk menjadi peserta KB dengan menggunakan salah

satu alat kontrasepsi. Seorang calon motivator harus sudah menjadi

peserta KB karena keteladanannya sangat dibutuhkan. Untuk itu,

calon motivator harus mengetahui: (1) keuntungan dan kelemahan

memakai salah satu alat kontrasepsi, (2) bersedia melakukan KIE

KB kepada masyarakat di sekitarnya dengan idealisme 20 – 2 – 3

– 30, yaitu melahirkan yang aman setelah umur istri lebih dari 20

tahun, cukup 2 anak (laki-laki perempuan sama saja), jarak kelahiran

yang aman adalah 3 tahun, dan stop melahirkan setelah umur istri

lebih dari 30 tahun, (3) bersedia menjadi kader atau relawan

penggerak massa di pedesaan

d. Merencanakan jumlah anak

Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan

antara suami dan istri dengan mempertimbangkan berbagai aspek,

antara lain kesehatan dan kemampuan untuk memberikan


pendidikan dan kehidupan yang layak. Perencanaan keluarga

menuju keluarga berkualitas perlu memperhatikan usia reproduksi

istri, yaitu masa menunda kehamilan anak pertama bagi pasangan

yang istrinya berumur di bawah 20 tahun, masa mengatur jarak

kelahiran untuk usia istri 20 – 30 tahun, dan masa mengakhiri

kehamilan untuk usia istri di atas 30 tahun. Wanita merasa dirugikan

apabila mempertahankan hubungan yang baik dengan laki-laki

hanya untuk memuaskan mereka dengan menanggung semua bentuk

resiko sebagai individu (personal cost), misalnya wanita harus

menggunakan jamu atau produk-produk serupa untuk mengaborbsi

sekresi vagina karena laki-laki lebih suka vagina kering selama

hubungan kelamin.

Dalam hubungannya dengan suami, diperlukan keputusan

wanita secara sukarela untuk mempunyai anak lagi atau tidak,

ketakutan akan efek samping, hak mengambil keputusan secara

independen, dan lepas dari pengaruh suami. Hal itu disebabkan

karena pembentukan keluarga (family formation) merupakan

tanggung jawab bersama (joint responsibility) antara laki-laki dan

wanita. Praktik KB merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dalam kehidupan keluarga.


BAB III

PEMBAHASAN

Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk

keluarga yang sehat dan sejahtera dalam membatasi kelahiran dengan

kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Keluarga berencana

merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran

anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah merencanangkan

program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan

(Sulistyawati, 2013).

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga

dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

(Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk

menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan

tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga

fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari

kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat

melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan

melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan


permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan

terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan

menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho

dan Utama, 2014 )

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode

kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah

terjadinya konsepsi (Baziad,2008). Kontrasepsi hormonal merupakan

kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan

balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi

hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal, estrogen dan progesteron

memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui

hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan

folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen

dapat menghambat pengeluaran folicle Stimulating Hormone (FSH)

sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak

terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran

Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba

sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum

siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010)

Fluor albus atau keputihan semakin sering timbul dengan kadar

estrogen yang lebih tinggi, hal ini disebabkan lactobacillus memecah

glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan


yang asam dimana candida albicans tumbuh dengan subur. Alat

genitalia terdapat mekanisme pertahanan tubuh yang berupa bakteri

yang menjadi pH vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina

berkisar antara 3,8-4,2, sebagian besar 95% adalah jenis bakteri

lactobacillus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (Hartanto, 2002).

Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan Keluarga Berencana

Nasional, peranan pria sangat penting dan menentukan. Pria sebagai

Kepala Keluarga harus terlibat dalam mengambil keputusan tentang

kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak

yang diinginkan (Manuaba,1998). Adapun cara KB modern pria/laki-

laki yang dikenal saat ini adalah (1) pemakaian kondom, dan (2) MOP

(Metode Operasi Pria).

Keterlibatan pria didefinisikan sebagai bentuk partisipasi dalam

proses pengambilan keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB,

dan penggunaan kontrasepsi pria. Lebih lanjut, keterlibatan pria

dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap

KB, penggunaan alat kontrasepsi, sertamerencanakan jumlah

keluarga untuk merealisasikan tujuan terciptanya Norma Keluarga

Kecil Bahagia dan Sejahtera (Ekarini, 2008).

Pengetahuan sangat mempengaruihu ibu dalam memilih jenis

Kontrasepsi, Dari segi pendidikan juga dapat mempengarui ibu dalam

memilih kontrasepsi, Media Informasi sangat mempengaruhi dalm

memili jenis kontrasepsi, Begitu juga dilihat dari segi pekerjaan.


DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.co.id/search/ei=30igWrrNLY6evQTzbKwCA&9=pdf+

kb&09=pdf+&gs_l=mobile-gws-serp. Oleh HF Sari. 2015. Keluarga

Berencana. pengetahuan tentang KB, sikap terhadap KB, motivasi

suami ikut KB, akses pelayanan KB, dan kualitas pelayanan KB

dengan partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana.

2. OBSTETRI FISIOLOGI, Ilmu Kesehatan Reproduksi, edisi 2,

jakarta: EGC, 2010. editor: Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr.,

SpOG(K), Dr. Budi Handono, dr., SpOG(K), dkk. Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran

3. Bararah, VF, (2011), Macam-Macam Alat Kontrasepsi.

http:/www.Detikhealth. com

4. BKKBN. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,

Jakarta..2004. Alat Kontrasepsi Petunjuk untuk petugas, Jakarta

5. lasier, Anna. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

6. Hanafi. 2004. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN


.

.
Ho[-0fcgffr

Anda mungkin juga menyukai