Anda di halaman 1dari 4

NawangWulan

Kerajaan Medangkamulan yang terletak di Jawa Tengah sangat terkenal di seluruh


Nusantara karena kesuburannya. Rajanya terkenal sabar dan bijaksana. Baginda mempunyai
seorang putri yang sangat cantik. Dewi Nawangwulan namanya. Banyak raja dan pembesar
yang menginginkannya, namun belum ada yang berkenan di hati sang putri.

Kabar kecantikan Dewi Nawangwulan terdengar pula kepada Prabu Adidarma, seorang
raja muda yang sakti. Walaupun kabar kecantikan Dewi Nawangwulan itu sudah tersiar kemana-
mana, namun Parbu Adidarma sendiri belum pernah melihatnya. Maka, timbul di hatinya untuk
menyaksikan kecantikan Dewi Nawangwulan. Dipanggilnya jin raksasa kepercayaannya melalui
suling sakti.

Prabu : Wahai jin raksasa, munculah di hadapanku ! (meniup suling sakti)


Jin : Hohoho ada apa tuanku?
Prabu : Kudengar-dengar ada seorang wanita cantik bernama Dewi Nawangwulan. Aku
ingin melihatnya, bawa dia kehadapanku !
Jin : Baiklah tuan.

Malam hari, ketika Dewi Nawangwulan sedang nyenyak tidur. Ia diangkat oleh jin
raksasa dan dibawa ke hadapan Prabu Adidarma. Betapa terkejutnya hati Dewi Nawangwulan
setelah sadar dari tidurnya, mengetahui dirinya berada di tempat lain.

Dewi : Dimana aku? Siapa kamu?


Prabu : Perkenalkan, aku adalah Prabu Adidarma. Seorang raja yang gagah dan sakti.

Dalam hati Dewi Nawangwulan sangat marah. "Lancang benar raja ini." walau hatinya
kecut, namun ia berusaha tetap tersenyum. Prabu Adidarma sangat terpesona melihat
kecantikan Dewi Nawangwulan dan ingin menikahi Dewi Nawangwulan

Prabu Adidarma : "Aku bermaksud meminangmu Dewi Nawangwulan, bagaimana


pendapatmu?"
Dewi Nawangwulan : Hamba tidak berkeberatan Tuanku, hanya saja hamba merasa
heran bagaimana bisa hamba sampai di sini?"

Prabu Adidarma tersenyum. Tanpa menaruh curiga diceritakan yang dialami oleh Dewi
Nawangwulan serta rahasia suling sakti.

Prabu Adidarma : Hahaha saat kamu tertidur, aku memerintahkan jin raksasa yang aku
keluarkan dari suling sakti ini untuk membawamu ke hadapanku.
Dewi : Suling sakti? Bolehkah hamba meminjamnya?

Setelah mendapatkan suling sakti Dewi Nawangwulan memanggil jin raksasa. Lalu
diperintahkan untuk membawa dirinya kembali ke Medangkamulan.

Dewi : Wahai jin raksasa, kuperintahkan kamu untuk membawaku pulang ke


Medangkamulan!
Jin : Baiklah.

Terperanjat hati Prabu Adidarma mengetahui akal Dewi Nawangwulan. Baginda sangat
murka dan merasa sangat tertipu.

Prabu : Sialan kamu Dewi Nawangwulan, berani-beraninya kamu menipu aku !

Kemudian dikenakannya ketopong ajaib. Dalam sekejab Baginda tidak terlihat oleh mata
biasa. Baginda menuju istana Medangkamulan menemui Dewi Nawangwulan.
Sesampainya di istana Medangkamulan, Prabu Adidarma berteriak-teriak mengancam
Dewi Nawangwulan.

Prabu : Hei Dewi Nawangwulan, berani beraninya kamu menipu aku. Kembalikan suling
saktiku !

Mendengar ancaman itu Dewi Nawangwulan merasa takut. Ia mengenal suara itu adalah
suara Prabu Adidarma.

Dewi : Hamba merasa bersalah Tuan, perkenankanlah hamba sujud di hadapan Paduka.

Mendengar perkataan Dewi Nawangwulan yang lemah lembut itu, luluhlah murka
Baginda. Dilepaskan ketopong ajaib yang dikenakannya, maka terlihat jelas Baginda berdiri di
hadapan Dewi Nawangwulan.

Dewi : Benar-benar Paduka adalah raja sakti. Rahasia apakah gerangan yang membuat
paduka dapat menghilang?"
Prabu : Hahaha hanya ini yang dapat membuatku tak terlihat olehmu." (Paduka tertawa
gembira sambil menunjukkan ketopong ajaib di tangannya)

Dewi Nawangwulan menerima ketopong itu lalu dikenakan dikepalanya. Dalam sekejab
Dewi Nawangwulan tak terlihat oleh Prabu Adidarma.

Dewi : Ahaaa aku punya ide  gemana kalo aku pake ketopang ini biar aku menghilang
nah terus aku tiup sulingnya biar jin itu dateng dan jinnya aku suruh bawa si Prabu
Adidaarma itu ke tengah hutan.

Sambil menghilang Dewi Nawangwulan meniup suling sakti. Jin raksasa itu
diperintahkan untuk membawa Prabu Adidarma ke tengah hutan lebat. Perintah itu segera
dilaksanakan oleh jin raksasa.

Di tengah hutan belantara, Prabu Adidarma hidup sengsara.


Prabu : Lancang benar dewi nawang wulan, berani beraninya dia bermain main dengan
ku, mana tidak ada makanan yang bisa ku makan, bisa mati kelaparan aku kalau begini,
mana tidak ada rumah yang layak ku huni, kalau ak dimakan hewan buas bagaimana?
Huuuh... awas yaa kamu nawang wulan

Hari demi haripun berlalu, badan Prabu semakin kurus, dan pakaian yang ia kenakan sudah
sangat tidak layak pakai, karna tersangkut di semak semak dan duri

Pada suatu hari, Baginda menemukan sebuah pohon yang berbuah agak lebat. Karena
hausnya, tanpa pikir panjang, Baginda menyantap buah yang berwarna hijau.

Prabu : Alhamdulillah akhirnya aku menemukan buah yang layak ku makan juga.
Prabu : Duh kok pusing yaa

Tidak lama kemudian kepalanya terasa pusing. Baginda kemudian tertidur. Ketika terjaga dari
tidurnya ada suatu perasaan aneh yang menjalar di mukanya. Dirabanya dahi yang merasa
gatal. Alangkah terkejut hati Baginda setelah diketahuinya dahinya bertanduk, seperti kerbau.

Prabu : Ya tuhan...... apa ini? Kenapa bisa seperti ini?


Hati Baginda amat masygul, memikirkan keadaan dirinya. Karena begitu laparnya, Baginda tak
menghiraukan tanduk di kepalanya.

Prabu : Aduh... lapar sekali perutku, wahai hutan aku sangat lapar, apakah ada yang
bisa ku makan?

Diambilnya lagi jambu yang berwarna merah, lalu disantapnya.


Prabu : Akhirnya rezeki anak sholeh

Rasa lapar hilanglah sudah, namun ada keajaiban yang terjadi.

Prabu : lah... lah... lah.... tanduku....!!!! tanduku hilang ? Fyuhhhh akhirnya tanduku hilang
“ Terimakasih tuhan “ *teriak prabu seraya mengangkat kedua tangannya

Prabu : Oh sekarang aku mengerti bahwa bila memakan buah yang berwarna hijau
maka akan keluar tanduk di kepalaku , dan bila memakan buah yang berwarna merah akan
hilang tanduk itu.

Betapa gembira hati Paduka setelah memikirkan hal itu. Di ambilnya buah itu masing-masing
yang berwarna merah maupun yang hijau, lalu cepat-cepat mencari jalan keluar dari hutan
belantara. Tempat yang dituju yaitu Medangkamulan.

Sampai di Medangkamulan, Baginda menemui dayang-dayang istana. Kepada dayang-dayang


itu diberikan jambu yang berwarna hijau.

Prabu : Dayang....
Dawang 1 : Apa...!!! Prabu Adidharma!!!!
Prabu : Astogee dayang macam apa ini? Dayang...!!!
Dayang 2 : Eh ada Prabu Adidharma, ada perlu apa datang kesini?
Prabu : Katakan kepada Tuan Putri bahwa ini hasil kebunku sendiri.

Tanpa menaruh curiga dayang-dayang itu membawa buah yang diberikan Prabu
Adidarma kepada Tuan Putri.
Dewi Nawangwulan merasa gembira mendapatkan buah itu, tanpa pikir panjang
dimakannya buah yang segar itu. Tak lama kemudian kepala Dewi Nawangwulan terasa pening
dan mengantuk.

Ketika Dewi Nawangwulan terjaga dari tidurnya. Ia terperanjat melihat kenyataan,


kepalanya bertanduk. Ia menangis tak henti-hentinya karena menahan malu. Berhari-hari Putri
berduka, tak mau makan, maupun minum. Ia mengurung diri dalam kamar. Makin hari badannya
makin kurus sehingga gering.

Mendengar putrinya gering. Paduka Raja Medangkamulan sangat berduka. Dipanggilnya


tabib yang pandai untuk mengobati putrinya, namun kesemuanya tak dapat menghilangkan
tanduk sang putri. Lalu Baginda mengumumkan sayembara. "Barangsiapa yang dapat
menghilangkan tanduk sang putri hingga pulih keadaannya seperti sediakala, bila wanita akan
diangkat sebagai saudara, bila laki-laki akan menjadi suami Dewi Nawangwulan.

Sejak diumumkan sayembara, berdatangan para cerdik pandai, pertama, seorang wanita
yang pandai dalam pengobatan datang untuk mencoba mengobati sang putri.

Wanita : Tuan putri, izinkan hamba mencoba untuk mengobati penyakit tuan putri.
Hamba juga membawa sebuah obat untuk diminum tuan putri.

Namun, wanita itu terkejut melihat tanduk Dewi Nawangwulan dan segera pergi keluar
istana. Dewi Nawangwulan pun tidak berhasil disembuhkan.
Dewi Nawangwulan semakin kurus dan keadaannya sangat menyedihkan. Segera Prabu
Adidarma merasa kasihan, lalu mengikuti sayembara. Tidak ada orang yang mengenalinya
karena penampilannya yang sangat sederhana.

Tiba di peraduan sang putri, Baginda menyerahkan buah berwarna merah untuk dimakan.

Prabu : Tuan putri, izinkan aku untuk memberikan buah ini kepada tuan putri. Aku yakin
buah ini akan membuat tuan putri sembuh.

Mula-mula Dewi Nawangwulan ragu. Tetapi karena ingin cepat sembuh maka diturutinya
perintah Prabu.Tidak begitu lama, keajaiban terjadi. Tanduk sang putri berangsur hilang. Sang
putri sembuh kembali.

Baginda Raja Medangkamulan merasa sangat berbahagia. Dipanggilnya Prabu Adidarma itu,
lalu bertanya :

Raja : Siapakah sebenarnya engkau anak muda? Kesaktianmu sungguh luar biasa.

Prabu Adidarma tak dapat berbohong kepada raja. Ia mengaku terus terang.

Prabu : Perkenalkan raja, namaku adalah Prabu Adidarma.

Baginda bertambah gembira karena akan bermenantukan seorang Raja yang sakti.

Mendengar pengakuan Prabu Adidarma, Dewi Nawangwulan menjadi malu serta merasa
bersalah.

Dewi : Maafkan aku Prabu, aku menyesal terhadap yang aku lakukan waktu itu. Aku
berjanji tidak akan berperilaku jahat lagi terhadap kamu.
Prabu : Tidak apa apa. Aku sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf.

Prabu Adidarma dan Dewi Nawangwulan menikah dan mereka hidup bahagia.

Tamat

Kesimpulan
Bila kita memperdaya orang lain, kita sendiri akan mendapat kesengsaraan.

Anda mungkin juga menyukai