Kabar kecantikan Dewi Nawangwulan terdengar pula kepada Prabu Adidarma, seorang
raja muda yang sakti. Walaupun kabar kecantikan Dewi Nawangwulan itu sudah tersiar kemana-
mana, namun Parbu Adidarma sendiri belum pernah melihatnya. Maka, timbul di hatinya untuk
menyaksikan kecantikan Dewi Nawangwulan. Dipanggilnya jin raksasa kepercayaannya melalui
suling sakti.
Malam hari, ketika Dewi Nawangwulan sedang nyenyak tidur. Ia diangkat oleh jin
raksasa dan dibawa ke hadapan Prabu Adidarma. Betapa terkejutnya hati Dewi Nawangwulan
setelah sadar dari tidurnya, mengetahui dirinya berada di tempat lain.
Dalam hati Dewi Nawangwulan sangat marah. "Lancang benar raja ini." walau hatinya
kecut, namun ia berusaha tetap tersenyum. Prabu Adidarma sangat terpesona melihat
kecantikan Dewi Nawangwulan dan ingin menikahi Dewi Nawangwulan
Prabu Adidarma tersenyum. Tanpa menaruh curiga diceritakan yang dialami oleh Dewi
Nawangwulan serta rahasia suling sakti.
Prabu Adidarma : Hahaha saat kamu tertidur, aku memerintahkan jin raksasa yang aku
keluarkan dari suling sakti ini untuk membawamu ke hadapanku.
Dewi : Suling sakti? Bolehkah hamba meminjamnya?
Setelah mendapatkan suling sakti Dewi Nawangwulan memanggil jin raksasa. Lalu
diperintahkan untuk membawa dirinya kembali ke Medangkamulan.
Terperanjat hati Prabu Adidarma mengetahui akal Dewi Nawangwulan. Baginda sangat
murka dan merasa sangat tertipu.
Kemudian dikenakannya ketopong ajaib. Dalam sekejab Baginda tidak terlihat oleh mata
biasa. Baginda menuju istana Medangkamulan menemui Dewi Nawangwulan.
Sesampainya di istana Medangkamulan, Prabu Adidarma berteriak-teriak mengancam
Dewi Nawangwulan.
Prabu : Hei Dewi Nawangwulan, berani beraninya kamu menipu aku. Kembalikan suling
saktiku !
Mendengar ancaman itu Dewi Nawangwulan merasa takut. Ia mengenal suara itu adalah
suara Prabu Adidarma.
Dewi : Hamba merasa bersalah Tuan, perkenankanlah hamba sujud di hadapan Paduka.
Mendengar perkataan Dewi Nawangwulan yang lemah lembut itu, luluhlah murka
Baginda. Dilepaskan ketopong ajaib yang dikenakannya, maka terlihat jelas Baginda berdiri di
hadapan Dewi Nawangwulan.
Dewi : Benar-benar Paduka adalah raja sakti. Rahasia apakah gerangan yang membuat
paduka dapat menghilang?"
Prabu : Hahaha hanya ini yang dapat membuatku tak terlihat olehmu." (Paduka tertawa
gembira sambil menunjukkan ketopong ajaib di tangannya)
Dewi Nawangwulan menerima ketopong itu lalu dikenakan dikepalanya. Dalam sekejab
Dewi Nawangwulan tak terlihat oleh Prabu Adidarma.
Dewi : Ahaaa aku punya ide gemana kalo aku pake ketopang ini biar aku menghilang
nah terus aku tiup sulingnya biar jin itu dateng dan jinnya aku suruh bawa si Prabu
Adidaarma itu ke tengah hutan.
Sambil menghilang Dewi Nawangwulan meniup suling sakti. Jin raksasa itu
diperintahkan untuk membawa Prabu Adidarma ke tengah hutan lebat. Perintah itu segera
dilaksanakan oleh jin raksasa.
Hari demi haripun berlalu, badan Prabu semakin kurus, dan pakaian yang ia kenakan sudah
sangat tidak layak pakai, karna tersangkut di semak semak dan duri
Pada suatu hari, Baginda menemukan sebuah pohon yang berbuah agak lebat. Karena
hausnya, tanpa pikir panjang, Baginda menyantap buah yang berwarna hijau.
Prabu : Alhamdulillah akhirnya aku menemukan buah yang layak ku makan juga.
Prabu : Duh kok pusing yaa
Tidak lama kemudian kepalanya terasa pusing. Baginda kemudian tertidur. Ketika terjaga dari
tidurnya ada suatu perasaan aneh yang menjalar di mukanya. Dirabanya dahi yang merasa
gatal. Alangkah terkejut hati Baginda setelah diketahuinya dahinya bertanduk, seperti kerbau.
Prabu : Aduh... lapar sekali perutku, wahai hutan aku sangat lapar, apakah ada yang
bisa ku makan?
Prabu : lah... lah... lah.... tanduku....!!!! tanduku hilang ? Fyuhhhh akhirnya tanduku hilang
“ Terimakasih tuhan “ *teriak prabu seraya mengangkat kedua tangannya
Prabu : Oh sekarang aku mengerti bahwa bila memakan buah yang berwarna hijau
maka akan keluar tanduk di kepalaku , dan bila memakan buah yang berwarna merah akan
hilang tanduk itu.
Betapa gembira hati Paduka setelah memikirkan hal itu. Di ambilnya buah itu masing-masing
yang berwarna merah maupun yang hijau, lalu cepat-cepat mencari jalan keluar dari hutan
belantara. Tempat yang dituju yaitu Medangkamulan.
Prabu : Dayang....
Dawang 1 : Apa...!!! Prabu Adidharma!!!!
Prabu : Astogee dayang macam apa ini? Dayang...!!!
Dayang 2 : Eh ada Prabu Adidharma, ada perlu apa datang kesini?
Prabu : Katakan kepada Tuan Putri bahwa ini hasil kebunku sendiri.
Tanpa menaruh curiga dayang-dayang itu membawa buah yang diberikan Prabu
Adidarma kepada Tuan Putri.
Dewi Nawangwulan merasa gembira mendapatkan buah itu, tanpa pikir panjang
dimakannya buah yang segar itu. Tak lama kemudian kepala Dewi Nawangwulan terasa pening
dan mengantuk.
Sejak diumumkan sayembara, berdatangan para cerdik pandai, pertama, seorang wanita
yang pandai dalam pengobatan datang untuk mencoba mengobati sang putri.
Wanita : Tuan putri, izinkan hamba mencoba untuk mengobati penyakit tuan putri.
Hamba juga membawa sebuah obat untuk diminum tuan putri.
Namun, wanita itu terkejut melihat tanduk Dewi Nawangwulan dan segera pergi keluar
istana. Dewi Nawangwulan pun tidak berhasil disembuhkan.
Dewi Nawangwulan semakin kurus dan keadaannya sangat menyedihkan. Segera Prabu
Adidarma merasa kasihan, lalu mengikuti sayembara. Tidak ada orang yang mengenalinya
karena penampilannya yang sangat sederhana.
Tiba di peraduan sang putri, Baginda menyerahkan buah berwarna merah untuk dimakan.
Prabu : Tuan putri, izinkan aku untuk memberikan buah ini kepada tuan putri. Aku yakin
buah ini akan membuat tuan putri sembuh.
Mula-mula Dewi Nawangwulan ragu. Tetapi karena ingin cepat sembuh maka diturutinya
perintah Prabu.Tidak begitu lama, keajaiban terjadi. Tanduk sang putri berangsur hilang. Sang
putri sembuh kembali.
Baginda Raja Medangkamulan merasa sangat berbahagia. Dipanggilnya Prabu Adidarma itu,
lalu bertanya :
Raja : Siapakah sebenarnya engkau anak muda? Kesaktianmu sungguh luar biasa.
Prabu Adidarma tak dapat berbohong kepada raja. Ia mengaku terus terang.
Baginda bertambah gembira karena akan bermenantukan seorang Raja yang sakti.
Mendengar pengakuan Prabu Adidarma, Dewi Nawangwulan menjadi malu serta merasa
bersalah.
Dewi : Maafkan aku Prabu, aku menyesal terhadap yang aku lakukan waktu itu. Aku
berjanji tidak akan berperilaku jahat lagi terhadap kamu.
Prabu : Tidak apa apa. Aku sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf.
Prabu Adidarma dan Dewi Nawangwulan menikah dan mereka hidup bahagia.
Tamat
Kesimpulan
Bila kita memperdaya orang lain, kita sendiri akan mendapat kesengsaraan.