Anda di halaman 1dari 13

UPAYA PENINGKATAN DAYA INGAT MENGGUNAKAN METODE PETA KONSEP

DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB

PROPOSAL

UPAYA PENINGKATAN DAYA INGAT MENGGUNAKAN METODE PETA KONSEP

DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB

DI SLB BC KOTA BANDUNG

A. Latar Belakang Masalah

Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki hambatan dalam segi kognitif.

Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116) bahwa : “Ketunagrahitaan mengacu kepada

fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-rata/normal disertai dengan

kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam periode perkembangan”.

(Alih bahasa Astati 2001:9). Hal ini menyebabkan sulit atau lambatnya anak dalam

mencerna informasi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan belajar

mengajar. Adapun saat anak mulai memahami suatu hal, anak tunagrahita mudah sekali

lupa. Hal ini menyebabkan lambat dan sedikitnya informasi yang dapat diserap oleh anak.

Dalam buku Menjadi Pendidik Profesional Team Trainer K-100 (2002 : 98)

menjelaskan ingatan adalah kemampuan rohaniah untuk mencamkan, menyimpan dan

mereproduksi kesan-kesan. Dengan demikian ada 3 aspek dalam berfungsinya ingatan,

yaitu : 1) mencamkan, 2) menyimpan dan mereproduksi.

Menurut Woodwort (Team Trainer K-100, 2002 : 98) Mencamkan adalah aktivitas dalam
belajar (learning) dimana subyek menerima kesan-kesan yang kemudian disertai kegiatan

lain yaitu penyimpanan, dimana subyek menyimpan hal-hal yang telah dipelajari

(retention) dan kemudian diikuti dengan kegiatan mereproduksi atau menimbulkan

kembali kesan-kesan yang pernah dimiliki (remembering).

Kemampuan anak tunagrahita ringan dalam bidang akademis sangatlah rendah.

Anak Tunagrahita ringan memiliki hambatan dalam berpikir abstrak, sehingga dalam

pembelajaran sulit sekali menjelaskan sesuatu tanpa adanya benda konkrit/ nyata yang

dapat dilihat atau disentuh oleh anak. Setelah mempelajari sesuatu yang baru memakai

alat peraga sebagai benda konkrit, bilapun anak tunagrahita ini mengerti, anak tunagrahita

mudah sekali lupa. Maka dari itu, penulis mencoba sebuah metode yang diharapkan dapat

meningkatkan daya ingat anak terhadap sesuatu yang telah anak pelajari. Metode yang

digunakan adalah metode Peta konsep dalam menerangkan.

Pada praktiknya pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri

peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran adalah upaya sistematis dan

sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Dengan

menggunakan Peta Konsep yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna

antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Pemetaan konsep merupakan

cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat

belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah

melihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan.

2
B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah "Apakah penggunaan

Peta Konsep dalam pembelajaran dapat meningkatkan daya ingat peserta didik?”

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Umun
Melalui penelitian ini diharapkan penulis memperoleh hasil positif dari

metode peta konsep terhadap perkembangan daya ingat anak dalam pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran kegiatan yang dilakukan guru dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Peta Konsep


b. Untuk memperoleh gambaran mengenai kesulitan yang dihadapi guru dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Peta Konsep


c. Untuk memperoleh gambaran mengenai upaya yang dilakukan guru untuk

mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan Peta Konsep

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Anak

a. Dapat meningkatkan Daya Ingat

b. Dapat membuat pembelajaran lebih sederhana

2. Bagi Guru

Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memilih cara penyampaian

pembelajaran yang variatif dalam proses pembelajaran..

3. Bagi Masyarakat

3
Masyarakat nantinya bisa mengetahui pengaruh peta konsep terhadap

perdekmbangan daya ingat peserta didik.


4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya yang sejenis sebagai landasan

yang berhubungan dengan aspek pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran yang kreatif.

E. Definisi Oprasional

Adapun definisi oprasional yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain:

1. Daya Ingat

Daya ingat merupakan alih bahasa dari memory. Pada umumnya para ahli

memandang daya ingat sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa

lalu (Walgito, 2004). Daya ingat adalah kemampuan individu untuk

menyimpan, memproses dan memunculkan kembali pengalaman, data,

informasi yang telah didapatkan pada masa lalu untuk masa yang akan datang

dengan mempertimbangkan situasi dan kondisinya sendiri.

2. Metode

Menurut Hebert Bisno (1968) yang dimaksud metode adalah teknik-teknik yang

digeneralisasikan dengan baik agar dapat diterima atau dapat diterapkan secara sama

dalam sebuah praktek, atau bidang disiplin dan praktek.

3. Peta Konsep

Peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep yaitu

keterkaitan antar konsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan

4
yang bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran yang

dihubungkan dengan suatu kata penghubung sehingga membentuk suatu

proposisi. Karena itu, peta konsep akan mendorong siswa menghubungkan

konsep-konsep selama belajar, sehingga tercapai pembelajaran yang bermakna

(Dahar,1989:123)
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna

antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi

merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata

dalam suatu unit semantic. Dalam bentuk yang paling sederhana, peta konsep

dapat berupa dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung untuk

membentuk proposisi. Sebagai contoh : ” langit itu biru” mewakili peta

konsep sederhana yang membentuk proposisi yang sahih tentang konsep

”langit” dan ”biru”. Dengan demikian siswa dapat mengorganisasi konsep

pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara

komponennya. Hubungan satu konsep (informasi) dengan konsep lain disebut

proposisi. Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas

dalam bab yang bersangkutan. Konsep yang dinyatakan dalam bentuk istilah

atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata

penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi

mengandung dua konsep dan kata menghubung. Konsep yang satu

mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata

lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Keseluruhan

konsep-konsep tersebut disusun menjadi sebuah tingkatan dari konsep yang

5
paling umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep yang paling

khusus. Tingkatan dari konsep-konsep ini disebut dengan hierarki.

4. Peningkatan

Menurut seorang ahli yang bernama Adi S Peningkatan adalah seagai

berikut :

Peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti lapis atau lapisan dari

sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti

pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara

umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan

kualitas maupun kuantitas.

Meningkatkan dalam penelitian ini adalah penambahan keterampilan dan

kemampuan agar anak tunagrahita ringan kelas I SDLB BC YPB Buahdua

Kabupaten Sumedang mampu meningkatkan kemampuan kognitif mengenal

warna dengan media balok warna.

5. Pembelajaran

Menurut Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011:207) yang

menyatakan bahwa pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong

kreativitas anak secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif, mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi

menyenangkan. Kondisi lingkungan sekitar dari siswa sangat berpengaruh

terhadap kreativitas yang akan diciptakan oleh siswa. Disaat ketika siswa

6
merasa nyaman, maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah untuk dicapai.

Adapula pernyataan oleh Winataputra (2007: 1) yang menyatakan bahwa arti

pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,

memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri

peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran adalah upaya

sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan

proses belajar, oleh karena kegiatan pembelajaran sangat berkaitan erat

dengan jenis hakikat serta jenis belajar dan prestasi belajar tersebut.

6. Anak Tunagrahita Ringan

Salah satu definisi dari American Associaion on Mental Deficiency

(AAMD) yang dikutip dari Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116) bahwa :

“Ketunagrahitaan mengacu kepada fungsi intelektual yang secara jelas berada

di bawah rata-rata/normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku

penyesuaian dan terjadi dalam periode perkembangan”. (Alih bahasa Astati

2001:9). Anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita

ringan kelas IV di SDLB BC Kota Bandung.

Berdasarkan dari definisi operasional di atas, maksud judul penelitian ini

adalah Upaya peningkatan Daya Ingat Melalui Metode Peta Konsep dalam

Pembelajaran pada Anak Tunagrahita Ringan.

F. Pertanyaan Penelitian

Beberapa pertanyaan penelitian dalam hal ini adalah :

7
1. Bagaimana kemampuan peserta didik dalam mengingat materi pembelajaran?
2. Bagaimana kesulitan yang di hadapi dalam mengingat pembelajaran yang telah

diberikan?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan Peta Konsep pada anak

tunagrahita ringan kelas 4?

G. Metode dan Teknik Penelitian


1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penggunaan metode Peta Konsep terhadap peningkatan daya ingat pada anak

tunagrahita ringan kelas 4 SDLB di SLB BC Kota Bandung. Dengan demikian,

dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Winarno

Surahmad (1990 : 141) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah “Suatu

penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang terjadi pada masa

sekarang”. Penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memusatkan diri kepada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang dan pada masalah yang aktual.

b) Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan dan dianalisa,

karena itu metode ini sering disebut metode deskriptif.

berdasarkan ciri-ciri diatas peneliti menganggap bahwa metode deskriptif

adalah metode yang sesuai digunakan untuk penelitian ini, karena permasalahan

tersebut terjadi pada masa sekarang dan pada saat penelitian berlangsung.

Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan

kualitatif, karena penelitian ini mengemukakan mengenai kemampuan anak

dalam mengingat pembelajaran yang diberikan. Moleong (2006 : 6)

mengemukakan bahwa: “Metode Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

8
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”

Berdasarkan uraian tersebut penulis mengganggap bahwa metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah metode yang tepat untuk

digunakan dalam penelitian ini, karena penelitian ini digunakan untuk

menggambarkan bagaimana pengaruh peta konsep terhadap peningkatan Daya

ingat pada anak tunagrahita ringan kelas 4 SDLB Kota Bandung.

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu,

Teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa, mengungkapkan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang

diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun ke

lapangan dan terlibat seluruh pancaindra.

9
Dalam melakukan observasi, peneliti memiliki kesempatan untuk

memahami secara lebih jelas dan rinci tentang pelaksanaan pembelajaran

mengenal warna menggunakan media balok warna pada anak tunagrahita

ringan kelas IV di SDLB BC Kota Bandung.

2. Wawancara
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab

dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk

suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan

percakapan sehari-hari adalah antara lain :


 Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-

mengenal sebelumnya.
 Responden selalu menjawab pertanyaan.
 Pewawancara selalu bertanya.
 Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu

jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.


 Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat

sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

pembelajaran mengenal warna menggunakan media balok warna pada anak

tunagrahita ringan kelas IV di SDLB BC Kota Bandung.

10
3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini, dokumentasi dapat berupa catatan, atau data

yang berhubungan dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2009:329)

mengemukakan bahwa: “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang”. Dalam penelitian ini, mengumpulkan informasi

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumen yang

digunakan adalah berupa program belajar penggunaan media balok warna

terhadap peningkatan kemampuan kognitif mengenal warna pada anak

tunagrahita ringan kelas IV SDLB Kota Bandung.

H. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi Subyek penelitian adalah anak

tunagrahita ringan kelas IV SDLB di SLB BC Kota Bandung Yang berjumlah 3

(tiga) orang dan guru di SDLB BC Kota Bandung yang berjumlah (satu) orang.

Untuk lebih jelasnya, lihat tabel berikut :

Tabel 1

SUBJEK PENELITIAN

N Nama (inisial) L/P Usia Keterangan

0
1 MA L 11 Siswa
2 MZ P 10 Siswa
3 AS L 11 Siswa

11
4 DN P 40 Guru

12
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, Kuantitatif Kualitatif

dan R&D). Bandung: Alfabeta

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003 Jakarta : Balai Pustaka

Surakhmad, Winarno. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik.

Bandung: Tarsito

13

Anda mungkin juga menyukai