10 2007 159
Blok 19 Kardiovaskuler 2
Tetralogi Fallot
1
Anamnesis
Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor
Riwayat keluarga : apakah saudara dekatnya ada yang terkena blue babies, lahir
apakah terdapat anggota keluarga yang lain mengalami penyakit jantung, seperti
Riwayat Anak
untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya sangat
oleh gagal jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia
pada otot jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta,
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru
setelah tumbuh.
hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas kusmaul, lemas, kejang, sinkop
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
2
Palpasi
Auskultasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini adalah bising
stenosis pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah dari ventrikel
kanan yang menuju ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi karena
tekanan sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama. Pada serangan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
pH. Pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
Elektrokardiogram
Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin
gelombang T positif di V1, EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
pulmonal)
Ekokardiografi
3
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
Kateterisasi
Diagnosis
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
4
kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang
berarti. Pada defek sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain :
Faktor endogen
5
Faktor eksogen
6
Patofisiologi
Terpapar faktor endogen & eksogen
selama kehamilan trimester I-II
Kelainan jantung kongenital sianotik : tetralogi fallot
Hipoksemia
Sesak
Sianosis (blue spells)
Kelemahan tubuh
Hipoksia & laktat ↑
O2 di otak
Asidosis metabolik
kesadaran kejang
Gangguan pertukaran gas
Perubahan perfusi jar serebral.
PK.Hipoksemia
Ggn integritas kulit.
Krg pengetahuan ortu : Risiko cedera
diagnostik,prognosis&perawatan
kompensasi
Bayi/anak cepat lelah : polisitemia
jika menetek,berjalan, beraktifitas Jangka panjang sirkulasi kolateral
Perdarahan
Trombosis
Ggn nutrisi kurang dr keb
Intoleransi aktivitas tubuh PK : embolisme paru PK : syok hipovolemik
Gangguan pola nafas Gangguan keseimbangan
Gangguan pertumbuhan cairan & elektrolit
& perkembangan Gangguan perfusi jaringan
MRS
Anak Orang tua
Takut pada anak Krg pengetahuan klg ttg cara merawat anak dg asma
Kecemasan anak Kecemasan orang tua,perubahan proses keluarga, koping keluarga
inefektif
7
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi
perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah
yang berasal dari vena cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung
dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri,
sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil.
VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga timbul
sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun
sehingga terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Medika Mentosa
8
paru menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipnea,
sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat
dilanjutkan dengan pemberian :
Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan
belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali
pemberian 5 ml/kgBB
Propanolol oral 1 mg/kg/hari dalam 4 dosis dapat digunakan untuk serangan
sianotik
Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
Pemberian Prostaglandin E1 untuk sianosis atau pada keadaan akut
(vasodilator arteriol dan menghambat agregasi trombosit)
Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal
(methoxamine, phenylephrine)
Pembedahan
Bedah paliatif
9
Tetapi BT Shunt juga menimbulkan beberapa komplikasi walaupun angka
kejadiannya sangat kecil. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :
hipoplasia pada lengan, gangren pada digitalis, cedera nervus frenikus,
stenosis a.pulmonal.
Bedah Korektif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa
bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi
total dilakukan pada pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun.
Prognosis
Jika tidak dilakukan tindakan operasi maka rata-rata mencapai umur 15 tahun.
Dengan operasi paliatif dan korektif makan prognosis akan menjadi lebih baik.
Epidemiologi
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung
bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten. Di US angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10000 kelahiran.
Tetralogi fallot merupakan penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan
sianosis. Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Komplikasi
Trombosis pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan
oleh polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya
trombosis. Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika
terjadi di paru dan otak.
CVA trombosis
Abses otak
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama
terjadi pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor
10
predisposisi abses otak. Pada penderita ditemukan polisitemia dengan aliran
darah yang lambat, sehinga dapat menyebabkan terjadinya infark kecil di
dalam otak yang merupakan tempat abses mulai timbul. Aliran darah pirau
dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru, sehingga memudahkan
terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut merupakan faktor predisposisi
terjadinya abses otak pada penderita penyakit jantung bawaan sianotik.
Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu: fase serebritis
dini, fase serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pembentukan kapsul
lambat. Abses otak pada penyakit jantung bawaan sianotik biasanya soliter,
sering terdapat pada lobus frontalis, temporalis, dan parietalis.
Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan
mengakibatkan trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
Endokarditis
Aritmia
11
Daftar Pustaka
12