Tugas Agama
Tugas Agama
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya `kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
Team Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
H. Fitrah Manusia……………………………………………………………………
Kesimpulan………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT sebagai pencipta telah menciptakan langit dan bumi, dan segala sesuatu yang
ada di antara keduanya. Salah satu ciptaan Allah itu adalah manusia, yang diberi keistimewaan
berupa kemampuan berpikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi
penghuni bumi. Kemampuan berpikir itulah yang diperintahkan Allah agar dipergunakan untuk
mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata dipegunakan untuk memikirkan
Demikianlah kenyataannya bahwa manusia tidak pernah berhenti berpikir, kecuali dalam
keadaan tidur atau sedang berada dalam situasi diluar kesadaran. Manusia berpikir tentang segala
sesuatu yang tampak atau dapat ditangkap oleh pancaindera bahkan yang abstrak sekalipun. Dari
sejarah kehidupan manusia ternyata tidak sedikit usaha manusia dalam memikirkan wujud atau
hakikat dirinya, meskipun sebenarnya masih lebih banyak yang tidak menaruh perhatian untuk
memikirkannya. Dalam firman Allah surat Ar-Rum ayat 30 mengandung perintah agar manusia
dalam mempergunakan pikirannya selalu dilandaskan pada iman yang terarah lurus pada agama
Allah SWT. Demikian pula dalam berpikir fundamental tentang hakekat atau wujud dirinya.
B. Rumusan Masalah
9. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT ?
C. Tujuan Penulisan
8. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam
9. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
SWT
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan
jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia
yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama
dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku
interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam
diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis
perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori
kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa
basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar :
72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah
kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua
hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat
jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk
ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi
kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain.
Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk
filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam atau tasawuf,
anatar lain :
memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir,
Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang
baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.
b. Hakekat Manusia
1968). Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari mata rantai
semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri, tanpa
Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan
manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause
atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas
adanya proses evolusi di alam semesta termasuk pada diri manusia, tetapi
semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.
manusia adalah tubuh atau fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan,
Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit. Pandangan hubungan
antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme (J.D.
aspek badan, namun menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi
daripada badan.
Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah
lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling
Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang
esensisal dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia
Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai
pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh
sebuah intelegensi sentral atau total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan
oleh kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis. Sedangkan,
binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali memiliki
Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk
menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu
ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya,
manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh
dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut
Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang
bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam
ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan
yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena
adanya sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :\
فانا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة لنبين لكم
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan
Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa
hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang
istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia
berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang
dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim.
Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya
sebagai ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam
nyata yang konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali
Allah yang bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu
diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki
jati diri masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di
mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda
menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan
diridhai Allah SWT. Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam
menjalani hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain.
Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama
sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat
keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia
diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab
yang lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling
asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan
setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam
fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:
واذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا
“Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah
SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak
bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur
Istilah keutamaan hidup dalam konteks moral tentu bukan merupakan istilah yang
asing bagi telinga anda. Bahkan anda sendiri sudah sering menggunakan istilah ini dalam
pembicaraan atau diskusi-diskusi seputar nilai dan sikap moral manusia. Itu tandanya
Selanjutnya, melalui kegiatan belajar 1 ini yang membahas tentang pengertian dan
hakekat keutamaan/kebajikan, anda akan dibantu untuk lebih memahami apa sebenarnya
keutamaan/kebajikan itu dan mampu mejelaskan dengan baik pengertian dan hakekat
keutamaan yang ada di dalam diri manusia. Untuk itu bacalah uraian berikut dengan
cermat, kerjakan latihan setelah membaca rambu-rambunya, dan kerjakan tes formatif
Kata keutamaan atau kebajikan tentu sudah sering anda dengar dan sebut. Untuk
memahami dengan baik kata tersebut, anda perlu mengetahui bahwa kata tersebut
merupakan terjemahan dari sebuah kata Latin: virtus, yang secara harafiah berarti
kelakian atau kelaki-lakian. Dan hal yang sering identik dengan kelaki-lakian adalah
kekuatan, maka virtus berarti kekuatan. Kekuatan yang dimaksukan oleh kata virtus
bukanlah kekuatan fisik-biologis, seperti kekuatan tangan anda yang besar dan
berotot. Kekuatan yang dimaksudkan oleh kata virtus adalah kekuatan mental-
Secara khusus anda hendaknya memberi perhatian pada kata virtus sebagai kata
Latin adalah kata yang berjenis perempuan (feminin). Karena dengan merujuk pada
jenis kata tersebut, kekuatan yang dimaksudkan oleh kata virtus ini mau diasosiasikan
dengan kekuatan yang khas pada kaum perempuan. Perempuan, yang sering dinilai
lemah secara fisik, sebenarnya secara mental-batiniah kuat. Bahkan secara mental-
batiniah perempuan jauh lebih kuat daripada laki-laki. Sebagai contoh: perempuan
lebih tabah daripada laki-laki, perempuan lebih sabar daripada laki-laki. Kekuatan-
kekuatan mental-batiniah dalam diri perempuan itu dapat dirujuk kepada dua hal,
atau hal-hal yang utama dalam diri manusia yang merupakan sikpa-sikap bajik atau
sikap-sikap utama yang memberi cirikhas pada pribadi manusia yang baik. Oleh
karena itu kata virtus akhirnya diartikan sebagai keutamaan atau kebajikan.
mudah memahami hakekat sebenarnya dari keutamaan atau kebajikan yang ada dalam
diri manusia. Secara esensiil, keutamaan atau kebajikan adalah disposisi atau sikap
batin yang tetap dan pasti dalam diri manusia yang merupakan kebiasaan dan
Dari pengertian di atas, anda dapat melihat dan memahami hakekat yang
sebenarnya dari keutamaan atau kebajikan itu. Pada intinya, keutamaan atau
kebajikan adalah sikap (disposisi) yang ada dalam batin manusia. Sikap batin tersebut
harus bersifat tetap, selalu ada dalam diri manusia dan tidak berubah-ubah dari waktu
ke waktu, dari peristiwa ke peristiwa (kemarin anda jujur, hari ini anda jujur, besok
juga anda jujur, dst.). Keutamaan adalah suatu ketetapan hati/batin manusia. Selain
itu sikap batin tersebut harus bersifat pasti, selalu mantap dalam batin manusia dan
tidak tergoyahkan oleh situasi-situasi hidup yang dihadapi. Keutamaan adalah suatu
Sikap batin yang tetap dan pasti itu hadir dalam diri manusia sebagai suatu
kebiasaan dan sekaligus kekuatan. Anda tentu mengerti apa yang dimaksudkan
kebiasaan (moral) hati atau kebiasaan hidup yang selalu ada dan dihayati terus-
menerus dan bertahan sepanjang hidup (anda biasanya adil, Mery biasanya rendah
hati). Jika keutamaan sudah menjadi kebiasaan hati manusia, maka keutamaan pasti
menjadi suatu kekuatan (virtus) hati atau kekuatan hidup yang sungguh berdaya di
Keutamaan atau kebajikan sebagai kekuatan dalam diri manusia selalu bekerja di
dalam diri manusia. Anda bisa membayangkan bagaimana kekuatan ini bekerja dalam
diri anda sendiri. Kekuatan itu pertama-tama akan mempengaruhi pribadi manusia,
terutama hati, jiwa, pikiran dan tenaga manusia. Dan karena mampu mempengaruhi
seluruh diri manusia, maka kekuatan itu juga akan sanggup menggerakkan manusia
atau perbuatan yang baik (sikap hati yang jujur akan terus mendorong anda untuk
mengatakan ya kalau ya dan tidak kalau tidak, sikap adil akan terus mendorong anda
Tentang perbuatan baik sebagai dampak atau perwujudan dari keutamaan tidak
boleh kita pahami menurut perasaan atau pikiran pribadi kita (saya rasa baik, saya
pikir baik, menurut saya baik). Perbuatan baik secara moral adalah tindakan yang
dilakukan manusia sesuai dengan prinsip-prinsip moral, nilai-nilai moral dan norma-
norma moral.
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai
manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi
manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi
Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di
jelaskan tentang proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.
َّ َض َغ َة ِع َظا ًما َف َكسَ ْونَا ا ْل ِع َظام َ َلحْ ًما ُثمَّ َأ ْنش َْأنَاه ُ َخ ْل ًقا آ َخ َر َفتَبَا َرك
َُّللاُ َأ ْحسَن ْ ض َغ ًة َف َخ َل ْقنَا ا ْل ُم
ْ ُثمَّ َخ َل ْقنَا ال ُّن ْط َف َة عَ َل َق ًة َف َخ َل ْقنَا ا ْلع َ َل َق َة ُم
Artinya:
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari
pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan,
sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadi
perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar
(makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai
kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah
berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan
alaqah. Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini
sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon
akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
ؕ َِى َوه َُو قَد ِۡي ًرا َربُّكَ َو َكان ِ سبًا فَ َجعَلَهؕ بَش ًَرا ۡال َم
ۡ آء ِمنَ َخلَقَ الَّذ َ َصهۡ ًرا َّو ن
ِ
Artinya:
54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu
adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang
ِ ص ۡل
ب بَ ۡي ِن ِم ۡن ي َّۡخ ُر ُج ُّ بؕ ال
ِ َوالتَّ َرآ ِٕٮ
Artinya:
6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari
Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri,
1. Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang
5. Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak.
7. Berakhlak.
Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang
a) Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.
b) Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.
c) Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat
f) Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan
manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat
, nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di
Istilah nafs banyak di sebutkan dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah
abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait
dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruhan
bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar -
diketahui dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda ,
Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri
dan akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang
gaib mutlak itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun
sampai saat ini mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh
itu.
H. Fitrah Manusia
Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata
fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam
konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf
(7): 172. Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal,
yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada
bagian yang lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu
menahan dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat
mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang
di hadapinya).
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh
luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
1. Fungsi manusia
Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin,
wakil, pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali
dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam
konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru
Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai
khalifah di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.
Kesatuan wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi
yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan
a) Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari
‘abs adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan
kepada Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-
Nya karena manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia
purba sampai manusia modern sekarang, mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan
transendental (Allah). Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki
potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia
Manusia dahulu (purba) mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai
bentuk upacara ritual seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari dan roh
nenek moyang mereka. Kesemuanya itu menjadi bukti bahwa ia adalah mahkluk yang
memiliki potensi untuk beragama. Firman Allah dalam surat ar-ruum : 30 yang artinya
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
[1168]
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal
itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan.
b) Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab
istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik yang hanya
digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia
pada umumnya bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu
bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang
kehidupan.pendapat demikian tidak ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah
mengandung makna khalifah, yang mempunyai fungsi menggantikan orang lain dan
manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang artinya “dan Dia lah yang
atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
Diterangkan juga dalam QS Fathir:39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu
menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” Dan surah Al-a’raf:69
yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu
peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi
peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu
sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan
telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka
Ayat- ayat diatas menjelaskan kedudukan manusia dalam raya ini sebagai khalifah
dalam arti yang berbeda juga memberi isyarat tentang perlunya moral dan etika yang
mengatakan bahwa hubungan manusia dengan alam atu hubungan dengan sesamanya,
bukan merupakan hubungan antara penakluk dengan ditaklukan,atau dengan tuan dengan
hambanya. Tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena
kalaupun mampu mengelola (menguasai) namun hal tesebut bukan dari akibat kekuatan
khalifah kauniyah, dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang
telah dianugrahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam beserta
isinya. Pemberian wewenang Allah SWT kepada manusia dalam konteks ini
meliputi makna yang bersifat umum tanpa dibatasi oleh oleh agama apa yang
semua manusia sebagai penguasa alam. Bila dimensi ini dijadikan standar dalam
melihat predikat manusia sebagai khalifah Allah Fi-Al-ardh, maka akan
Allah lainnya. Ketiadaan kontrol inilah yang dikhawatirkan malaikat tatkala Allah
menciptakan manusia.
Khalifah sysr’iyat. Dimensi ini wewenang Allah yang diberikan kepada manusia
untuk memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab ini predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada orang
mukmin. Hal ini dimaksudkan, agar dengan keimanan yang dimilikinya mampu
menjadi pilar dan kontrol dalam mengatur mekanisme alam sesuai dengan nilai-
nilai ilahiah yang telah digariskan Allah lewat ajaran-Nya. Dengan prinsip ini
manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan alam semesta demi
kemaslahatan umat manusia, dengan persepsi terkait dengan hal-hal diatas dapat
2. Peran Manusia
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Belajar
Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah Sebenarnya
bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun.
Sebaik-baiknya Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya. Tafakur
merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang
tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi
tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang luang dan hati yang
masih kosong dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tanpa
hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi dan ibadah yang dilakukan tanpa kehadiran
Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang
luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah
membuat hati memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita harus
menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri
semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain. Berikut ini
apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan
memikirkan pekerjaan lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan
sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting. Namun ibadah
semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan spiritual, namun juga patut
mendapat murka Allah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang meremehkan
shalat dan mengabaikannya. Aku berlindung kepada Allah dari meremehkan Shalat dan
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas
kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan
pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar, beribadah
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu
telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri.
Siapakah engkau sebenarnya ? Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu”
kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri. “Apapun yang kau lakukan,
Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan roh, bukan badan Jasmani.
Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang
dinamakan taqwa memancar dari roh. Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap
perbuatan,perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa
segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk
menyenangkan Tuhan saja. Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.
Jadi seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja,
belajar, shalat, mati dan semuanya hanyalah untuk Allah. Dan semua itu memang milik
Allah semata.
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas
Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati
nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan
Bodoh, Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat
Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan.
Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS
Faathir:15]
c. Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah
Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al
Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi
:29]
dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal
soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah
Sajdah:20]
Adapun Hakikat manusia, selain daripada yang di atas adalah sebagai berikut :
ndividu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
nasibnya.
sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan saya mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia
dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena manusia bisa
melakukan apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang
begitu banyak ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu
menghargai sesama. Tetapi banyak juga yang menyombongkan diri karna kelebihannya
Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita
diciptakan oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya
sesuai dengan aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda
Tetapi dewasa ini, Islam terancam. Apalagi Indonesia termasuk negara yang
negara kita. Sehingga banyak saudara kita yang meniru gaya asing tersebut (imitasi)
padahal itu tidak benar. Untuk mencegah pengaruh ini, Kita yang sebagai khalifah perlu
melakukan tarbiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
: Mizan, 1990
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen