Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan

Agama Islam di Universitas Negeri Makassar.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan

saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya `kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya

kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas ini.

Makassar, 10 Oktober 2015

Team Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Pengertian Hakekat .......................................................................................

B. Pengertian Manusia ......................................................................................

C. Arti Hakekat Manusia…………………………………………………………….

D. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Umum………………………………….

E. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam……………………………………

F. Keutamaan Hidup / Kehidupan

G. Proses Penciptaan Manusia............................................................................

H. Fitrah Manusia……………………………………………………………………

I. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam………………………

J. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT………….

K. Hakekat Manusia Sebagai Khalifah……………………………………………..


BAB III PENUTUP………………..........................................................................

Kesimpulan………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT sebagai pencipta telah menciptakan langit dan bumi, dan segala sesuatu yang

ada di antara keduanya. Salah satu ciptaan Allah itu adalah manusia, yang diberi keistimewaan

berupa kemampuan berpikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi

penghuni bumi. Kemampuan berpikir itulah yang diperintahkan Allah agar dipergunakan untuk

mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata dipegunakan untuk memikirkan

segala sesuatu di luar dirinya.

Demikianlah kenyataannya bahwa manusia tidak pernah berhenti berpikir, kecuali dalam

keadaan tidur atau sedang berada dalam situasi diluar kesadaran. Manusia berpikir tentang segala

sesuatu yang tampak atau dapat ditangkap oleh pancaindera bahkan yang abstrak sekalipun. Dari

sejarah kehidupan manusia ternyata tidak sedikit usaha manusia dalam memikirkan wujud atau

hakikat dirinya, meskipun sebenarnya masih lebih banyak yang tidak menaruh perhatian untuk

memikirkannya. Dalam firman Allah surat Ar-Rum ayat 30 mengandung perintah agar manusia

dalam mempergunakan pikirannya selalu dilandaskan pada iman yang terarah lurus pada agama

Allah SWT. Demikian pula dalam berpikir fundamental tentang hakekat atau wujud dirinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hakikat ?

2. Apa pengertian manusia ?

3. Apa arti hakekat manusia ?

4. Bagaimana hakekat manusia menurut pandangan umum ?


5. Bagaimana hakekat manusia menurut pandangan islam ?

6. Bagaimana proses penciptaan manusia ?

7. Bagaimana fitrah manusia ?

8. Apakah fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam ?

9. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT ?

10. Bagaimana hakikat manusia sebagai Khalifah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Kita dapat mengetahui pengertian hakekat

2. Kita dapat mengetahui pengertian manusia

3. Kita dapat mengetahui arti hakekat manusia

4. Kita dapat mengetahui hakekat manusia menurut pandangan umum

5. Kita dapat mengetahui hakekat manusia menurut pandangan islam

6. Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia

7. Kita dapat mengetahui fitrah manusia

8. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam

9. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah

SWT

10. Kita dapat mengetahui hakekat manusia sebagai Khalifah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat

Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau

asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau

yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan

jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia

yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama

dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

B. Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.

Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas

mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia

berasal dari tanah.

Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat

bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk

berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku

interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam

diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus

(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang

menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang

berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis

perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk

sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia

berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang

bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori

kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena

tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan,

memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.\

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna

manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.

Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : “innama anaa

basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata

basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau

lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum :

33).

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),

yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak

diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual

manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar :
72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah

kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna

linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi

manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada

semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,

psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang

tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :

1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.

2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.

3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada

saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua

hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat

jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk

ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi

kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain.

Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala

kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.


C. Arti Hakekat Manusia

Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau

asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau

yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang

sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan

pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.

Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas

mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia

berasal dari tanah.

Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk

yang diciptakan oleh Allah SWT.

D. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Umum

Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya perspektif

filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam atau tasawuf,

anatar lain :

a. Dalam perspektif filsafat.

Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena

memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir,

menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya.

Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang

baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.
b. Hakekat Manusia

Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan

tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keber-ada-an dirinya sendiri.

Terdapat dua aliran pokok filsafat yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler,

1968). Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari mata rantai

evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia sebagaimana halnya alam

semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri, tanpa

Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan

Konosuke Matsushita. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul

manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause

atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas

Aquinas dan Al-Ghazali. Memang kita dapat menerima gagasan tentang

adanya proses evolusi di alam semesta termasuk pada diri manusia, tetapi

tentunya kita menolak pandangan yang menyatakan adanya manusia di alam

semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.

c. Wujud dan Potensi Manusia.

Wujud Manusia. menurut penganut aliran Materialisme yaitu Julien de

La Mettrie bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani, esensi

manusia adalah tubuh atau fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan,

spiritual atau rohaniah dipandangnya hanya sebagai resonansi dari

berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa.

Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit. Pandangan hubungan
antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme (J.D.

Butler, 1968). Bertentangan dengan gagasan Julien de La Metrie, menurut

Plato salah seorang penganut aliran Idealisme -bahwa esensi manusia

bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang Plato tidak mengingkari adanya

aspek badan, namun menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi

daripada badan.

d. Dalam Perspektif Ekonomi.

Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam

kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi

interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan

hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.

e. Dalam Perspektif Sosiologi.

Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah

lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling

membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam

kehidupan sehari-hari manusia.

f. Dalam Perspektif Antropologi.

Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan

evolusi. Ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.

g. Dalam Perspektif Psikologi.

Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang

esensisal dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia

dapat berkehendak, berpikir, dan berkemauan.


E. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam

Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai

pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh

sebuah intelegensi sentral atau total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan

oleh kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis. Sedangkan,

binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali memiliki

kepekaan tentang yang sakral.

Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk

menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu

mengenali ke-Maha Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan

ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya,

manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh

dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut

adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam:

1) Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.

Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang

bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam

ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan

yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena

adanya sendiri.

Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :\

‫فانا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة لنبين لكم‬
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes

air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan

yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”

Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa

hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang

istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia

berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang

dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim.

Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya

sebagai ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam

nyata yang konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali

Allah yang bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.

2) Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).

Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu

diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki

jati diri masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di

dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk

mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda

dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:

‫هو الذي خلقكم من نفس واحدة‬

“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”


Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam

merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang

mampu mensyukurinya dan menjadi beriman.

Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara

mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:

“Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti

mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)

“Senyummu kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu

Hibban dan Baihaqi)

Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu

manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya

menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan

diridhai Allah SWT. Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam

menjalani hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain.

Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama

Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.

3) Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.

Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik

sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat

melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau

keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia

diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab

yang lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling
asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan

setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam

fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:

‫واذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا‬

“Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini

Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”

Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia

sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah

SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak

bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur

hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.

F. Keutamaan Hidup/ Kehidupan

Istilah keutamaan hidup dalam konteks moral tentu bukan merupakan istilah yang

asing bagi telinga anda. Bahkan anda sendiri sudah sering menggunakan istilah ini dalam

pembicaraan atau diskusi-diskusi seputar nilai dan sikap moral manusia. Itu tandanya

bahwa anda sudah memiliki pemahaman tentang keutamaan/kebajikan dalam hidup

manusia, walau hanya sedikit dan belum lengkap.

Selanjutnya, melalui kegiatan belajar 1 ini yang membahas tentang pengertian dan

hakekat keutamaan/kebajikan, anda akan dibantu untuk lebih memahami apa sebenarnya

keutamaan/kebajikan itu dan mampu mejelaskan dengan baik pengertian dan hakekat

keutamaan yang ada di dalam diri manusia. Untuk itu bacalah uraian berikut dengan
cermat, kerjakan latihan setelah membaca rambu-rambunya, dan kerjakan tes formatif

setelah membaca rangkuman.

1. PENGERTIAN KEUTAMAAN SECARA ETIMOLOGIS.

Kata keutamaan atau kebajikan tentu sudah sering anda dengar dan sebut. Untuk

memahami dengan baik kata tersebut, anda perlu mengetahui bahwa kata tersebut

merupakan terjemahan dari sebuah kata Latin: virtus, yang secara harafiah berarti

kelakian atau kelaki-lakian. Dan hal yang sering identik dengan kelaki-lakian adalah

kekuatan, maka virtus berarti kekuatan. Kekuatan yang dimaksukan oleh kata virtus

bukanlah kekuatan fisik-biologis, seperti kekuatan tangan anda yang besar dan

berotot. Kekuatan yang dimaksudkan oleh kata virtus adalah kekuatan mental-

batiniah yang ada dalam diri manusia.

Secara khusus anda hendaknya memberi perhatian pada kata virtus sebagai kata

Latin adalah kata yang berjenis perempuan (feminin). Karena dengan merujuk pada

jenis kata tersebut, kekuatan yang dimaksudkan oleh kata virtus ini mau diasosiasikan

dengan kekuatan yang khas pada kaum perempuan. Perempuan, yang sering dinilai

lemah secara fisik, sebenarnya secara mental-batiniah kuat. Bahkan secara mental-

batiniah perempuan jauh lebih kuat daripada laki-laki. Sebagai contoh: perempuan

lebih tabah daripada laki-laki, perempuan lebih sabar daripada laki-laki. Kekuatan-

kekuatan mental-batiniah dalam diri perempuan itu dapat dirujuk kepada dua hal,

yaitu: kehalusan budi dan kelembutan hati.

Kekuatan-kekuatan mental-batiniah mesti anda pahami sebagai hal-hal yang baik

atau hal-hal yang utama dalam diri manusia yang merupakan sikpa-sikap bajik atau
sikap-sikap utama yang memberi cirikhas pada pribadi manusia yang baik. Oleh

karena itu kata virtus akhirnya diartikan sebagai keutamaan atau kebajikan.

2. PENGERTIAN KEUTAMAAN SECARA ESENSIIL.

Berdasarkan pengertian keutamaan secara etimologis di atas, kita akan lebih

mudah memahami hakekat sebenarnya dari keutamaan atau kebajikan yang ada dalam

diri manusia. Secara esensiil, keutamaan atau kebajikan adalah disposisi atau sikap

batin yang tetap dan pasti dalam diri manusia yang merupakan kebiasaan dan

sekaligus kekuatan yang mempengaruhi manusia dari dalam dan

mendorongnya untuk selalu melakukan perbuatan baik.

Dari pengertian di atas, anda dapat melihat dan memahami hakekat yang

sebenarnya dari keutamaan atau kebajikan itu. Pada intinya, keutamaan atau

kebajikan adalah sikap (disposisi) yang ada dalam batin manusia. Sikap batin tersebut

harus bersifat tetap, selalu ada dalam diri manusia dan tidak berubah-ubah dari waktu

ke waktu, dari peristiwa ke peristiwa (kemarin anda jujur, hari ini anda jujur, besok

juga anda jujur, dst.). Keutamaan adalah suatu ketetapan hati/batin manusia. Selain

itu sikap batin tersebut harus bersifat pasti, selalu mantap dalam batin manusia dan

tidak tergoyahkan oleh situasi-situasi hidup yang dihadapi. Keutamaan adalah suatu

kemantapan hati/batin manusia.

Sikap batin yang tetap dan pasti itu hadir dalam diri manusia sebagai suatu

kebiasaan dan sekaligus kekuatan. Anda tentu mengerti apa yang dimaksudkan

dengan kebiasaan dan kekuatan. Keutamaan atau kebajikan merupakan suatu

kebiasaan (moral) hati atau kebiasaan hidup yang selalu ada dan dihayati terus-

menerus dan bertahan sepanjang hidup (anda biasanya adil, Mery biasanya rendah
hati). Jika keutamaan sudah menjadi kebiasaan hati manusia, maka keutamaan pasti

menjadi suatu kekuatan (virtus) hati atau kekuatan hidup yang sungguh berdaya di

dalam diri manusia.

Keutamaan atau kebajikan sebagai kekuatan dalam diri manusia selalu bekerja di

dalam diri manusia. Anda bisa membayangkan bagaimana kekuatan ini bekerja dalam

diri anda sendiri. Kekuatan itu pertama-tama akan mempengaruhi pribadi manusia,

terutama hati, jiwa, pikiran dan tenaga manusia. Dan karena mampu mempengaruhi

seluruh diri manusia, maka kekuatan itu juga akan sanggup menggerakkan manusia

dari dalam dan mendorong manusia untuk mewujud-nyatakannya dalam tindakan

atau perbuatan yang baik (sikap hati yang jujur akan terus mendorong anda untuk

mengatakan ya kalau ya dan tidak kalau tidak, sikap adil akan terus mendorong anda

untuk selalu menghormati hak orang lain).

Tentang perbuatan baik sebagai dampak atau perwujudan dari keutamaan tidak

boleh kita pahami menurut perasaan atau pikiran pribadi kita (saya rasa baik, saya

pikir baik, menurut saya baik). Perbuatan baik secara moral adalah tindakan yang

dilakukan manusia sesuai dengan prinsip-prinsip moral, nilai-nilai moral dan norma-

norma moral.

G. Proses penciptaan manusia

Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai

manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi

dengan segala karakter kemanusiaannya.


Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan

manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi

Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di

jelaskan tentang proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.

ُ ‫َو َل َق ْد َخ َل ْقنَا اإل ْنسَانَ ِم ْن‬


.‫سال َل ٍة ِم ْن ِطي ٍن‬

ٍ ‫ُثمَّ َجع َ ْلنَاه ُ ُن ْط َف ًة فِي َق َر‬


.‫ار َم ِكي ٍن‬

َّ َ‫ض َغ َة ِع َظا ًما َف َكسَ ْونَا ا ْل ِع َظام َ َلحْ ًما ُثمَّ َأ ْنش َْأنَاه ُ َخ ْل ًقا آ َخ َر َفتَبَا َرك‬
ُ‫َّللاُ َأ ْحسَن‬ ْ ‫ض َغ ًة َف َخ َل ْقنَا ا ْل ُم‬
ْ ‫ُثمَّ َخ َل ْقنَا ال ُّن ْط َف َة عَ َل َق ًة َف َخ َل ْقنَا ا ْلع َ َل َق َة ُم‬

. َ‫ا ْلخَا ِلقِين‬

Artinya:

12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)

dari tanah.

13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

kokoh (rahim).

14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami

jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk

yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari

pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan,

sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadi

nuthfah (air mani).


Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah,

perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar

(makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai

kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah

berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan

alaqah. Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini

sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon

akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.

Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia

berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54).

ؕ َ‫ِى َوه َُو قَد ِۡي ًرا َربُّكَ َو َكان‬ ِ ‫سبًا فَ َجعَلَهؕ بَش ًَرا ۡال َم‬
ۡ ‫آء ِمنَ َخلَقَ الَّذ‬ َ َ‫صهۡ ًرا َّو ن‬
ِ

Artinya:

54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu

(punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu

adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang

dada (Q.S af-tariq 86:6-7)

َ‫دَافِق َّمآء ِم ۡن ُخلِق‬

ِ ‫ص ۡل‬
‫ب بَ ۡي ِن ِم ۡن ي َّۡخ ُر ُج‬ ُّ ‫بؕ ال‬
ِ ‫َوالتَّ َرآ ِٕٮ‬

Artinya:
6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,

7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari

air (Q.S Al-anbiya 21).

Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri,

antara lain ciri utamanya adalah :

1. Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang

paling sempurna. ”sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk

yang sebaik baiknya (Q.S At-tin 95).

2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan )

beriman kepada Allah.

3. Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

4. Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.

5. Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau

kehendak.

6. Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.

7. Berakhlak.

Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang

asal kejadian manusia antara lain sebagai berikut :

a) Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.

b) Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.
c) Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat

Asb-shaffaat (37) :11.

d) Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).

e) Shalshalin min hamain masnuun ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi

bentuk) sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.

f) Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di

sarikan dari sesuatu yang lain.

g) Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut

dalam Q.S (251) :54.

Tentang Ruh dan Nafas

Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan

manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat

, nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di

pahami hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat

mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya.

Istilah nafs banyak di sebutkan dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah

abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait

dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruhan

bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar -

milyar sel hidup yang saling berhubungan.


Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk

diketahui dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda ,

mental dan fisik, dapat menjalin interaksi sebab akibat.

Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri

dan akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang

gaib mutlak itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun

sampai saat ini mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh

itu.

H. Fitrah Manusia

Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata

fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam

konotasi nilai.

Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf

(7): 172. Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan

kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu

tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke

dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal,
yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada

bagian yang lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam

pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran/rasio.

Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu

menahan dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat

mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang

di hadapinya).

Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:

1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.

2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek

secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.

3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh

luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.

I. Fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurut Islam.

1. Fungsi manusia

Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin,

wakil, pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali

dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam

ciptaan-Nya. Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun

konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru

dalam perkembangan manusia yang dinamis.


Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan

ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai

khalifah di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia.

Kesatuan wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi

yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan

manusia pada posisi:

a) Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari

‘abs adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan

kepada Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-

Nya karena manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia

purba sampai manusia modern sekarang, mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan

transendental (Allah). Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki

potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia

mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan agama animisme dan

dinamisme,meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana.

Manusia dahulu (purba) mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai

bentuk upacara ritual seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari dan roh

nenek moyang mereka. Kesemuanya itu menjadi bukti bahwa ia adalah mahkluk yang

memiliki potensi untuk beragama. Firman Allah dalam surat ar-ruum : 30 yang artinya

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

[1168]

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai

naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal

itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh

lingkungan.

b) Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab

istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik yang hanya

digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia

pada umumnya bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu

bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang

kehidupan.pendapat demikian tidak ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah

mengandung makna khalifah, yang mempunyai fungsi menggantikan orang lain dan

menempati tempat serta kedudukan-nya. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan

manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang artinya “dan Dia lah yang

menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu

atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang

diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan

Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Diterangkan juga dalam QS Fathir:39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu

khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya

menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah

akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” Dan surah Al-a’raf:69

yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu

peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi

peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu

sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan

telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka

ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Ayat- ayat diatas menjelaskan kedudukan manusia dalam raya ini sebagai khalifah

dalam arti yang berbeda juga memberi isyarat tentang perlunya moral dan etika yang

harus ditegakan dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya. Quraisy Shihab

mengatakan bahwa hubungan manusia dengan alam atu hubungan dengan sesamanya,

bukan merupakan hubungan antara penakluk dengan ditaklukan,atau dengan tuan dengan

hambanya. Tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena

kalaupun mampu mengelola (menguasai) namun hal tesebut bukan dari akibat kekuatan

yang dimilikinya tetapi akibat tuhan menundukannya untuk manusia.

Selanjutnya Ahmad hasan Firhat, membedakan kedudukan kekhalifahan manusia

pada dua bentuk:

 khalifah kauniyah, dimensi ini mencakup wewenang manusia secara umum yang

telah dianugrahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam beserta

isinya. Pemberian wewenang Allah SWT kepada manusia dalam konteks ini

meliputi makna yang bersifat umum tanpa dibatasi oleh oleh agama apa yang

mereka yakini. Artinya label kekhalifahan yang dimaksud diberikan kepada

semua manusia sebagai penguasa alam. Bila dimensi ini dijadikan standar dalam
melihat predikat manusia sebagai khalifah Allah Fi-Al-ardh, maka akan

berdampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan alam semesta.manusia

dengan kekuatannya akan mempergunakan alam semesta sebagai konsekuensi

kekhalifahan tanpa kontrol dan melakukan penyimpangan dari nilai Ilahiah,

akibatnya keberadaan manusia dimuka bumi bukan lagi sebagai pembawa

kemakmuran, namun cenderung berbuat kerusakan dan merugikan makhluk

Allah lainnya. Ketiadaan kontrol inilah yang dikhawatirkan malaikat tatkala Allah

menciptakan manusia.

 Khalifah sysr’iyat. Dimensi ini wewenang Allah yang diberikan kepada manusia

untuk memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melakukan tugas dan

tanggung jawab ini predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada orang

mukmin. Hal ini dimaksudkan, agar dengan keimanan yang dimilikinya mampu

menjadi pilar dan kontrol dalam mengatur mekanisme alam sesuai dengan nilai-

nilai ilahiah yang telah digariskan Allah lewat ajaran-Nya. Dengan prinsip ini

manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan alam semesta demi

kemaslahatan umat manusia, dengan persepsi terkait dengan hal-hal diatas dapat

disimpulkan manusia berpotensi menjadi pendidik dan peserta didik dengan

mengadopsi ilmu pendidikan Islam yang ideal.

2. Peran Manusia

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh

Allah di antaranya adalah:

 Belajar

 Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu

Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat

manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri

sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

4. Tujuan hidup manusia

Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :

“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.”

Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Allah Sebenarnya

bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun.

Sebaik-baiknya Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya. Tafakur

merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang

tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi

tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang luang dan hati yang

masih kosong dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tanpa

hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi dan ibadah yang dilakukan tanpa kehadiran

hati tidak ada nilainya.

Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang

luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah

membuat hati memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita harus

menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri

semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain. Berikut ini

kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.


Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan

apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan

tindakan ibadah yang penting dan melaksanakannya, dengan sebaik-baiknya. Tidak

memikirkan pekerjaan lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan

dengan tak bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena menganggap ibadah

sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting. Namun ibadah

semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan spiritual, namun juga patut

mendapat murka Allah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang meremehkan

shalat dan mengabaikannya. Aku berlindung kepada Allah dari meremehkan Shalat dan

dari tidak memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.

J. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT

1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT

Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan

kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam

ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun

naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus

dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas

kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan

pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi

khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi.

Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya

mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan

amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah

membentuk amal saleh.

Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar, beribadah

kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :

Tahap I. Bekerjalah untukku.

Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu

telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.

Al-Insaan (76 Ayat 30 ):

“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.

Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Tahap II. Semata-mata demi aku.

Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri.

Siapakah engkau sebenarnya ? Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu”

kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri. “Apapun yang kau lakukan,

lakukanlah bagi kepuasan-Ku, demi Aku. Kerjakanlah semua atas nama-KU.


Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi

Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan roh, bukan badan Jasmani.

Tahap III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku

Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang

dinamakan taqwa memancar dari roh. Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah

sebutan untuk roh.

Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap

perbuatan,perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa

segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk

menyenangkan Tuhan saja. Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan

sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.

Al-An’aam (6 ayat 162) Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan

matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Jadi seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja,

belajar, shalat, mati dan semuanya hanyalah untuk Allah. Dan semua itu memang milik

Allah semata.

K. Hakikat manusia sebagai khalifah

Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas

memilih dan bertanggung jawab.


1. Makhluuq (yang diciptakan)

 Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati

nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]

 Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan

keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]

 Bodoh, Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat

makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat

tersebut. [QS Al Ahzab;72]

 Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan.

Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS

Faathir:15]

2. Mukarram (yang dimuliakan)

a. Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]

b. Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]

c. Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah

peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]

3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)

Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai

konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.

Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap

menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al

Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)

Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi

:29]

5. Majziy (yang mendapat balasan)

a. Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang

dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal

soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

[QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]

b. Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan

yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah

mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As

Sajdah:20]

Adapun Hakikat manusia, selain daripada yang di atas adalah sebagai berikut :

 Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

 ndividu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah

laku intelektual dan sosial.

 Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif

mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan

nasibnya.

 Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang

tidak pernah selesai selama hidupnya.


 Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha

untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat

dunia lebih baik untuk ditempati.

 Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang

sosial.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan saya mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia

dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena manusia bisa

melakukan apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang

begitu banyak ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu

menyambung silaturahmi terhadap sesama manusia, saling memaafkan, saling

menghargai sesama. Tetapi banyak juga yang menyombongkan diri karna kelebihannya

tersebut, meremehkan sesama. Padahal dimata Tuhan, derajat kita sama.

Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita

diciptakan oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi larangan-Nya

sesuai dengan aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda

Rasulullah SAW dengan terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.

Tetapi dewasa ini, Islam terancam. Apalagi Indonesia termasuk negara yang

terancam keIslamannya akibat pengaruh globalisasi dan westernisasi yang masuk ke

negara kita. Sehingga banyak saudara kita yang meniru gaya asing tersebut (imitasi)

padahal itu tidak benar. Untuk mencegah pengaruh ini, Kita yang sebagai khalifah perlu

melakukan tarbiyah.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1998

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,

Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001

Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :

Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004

Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung

: Mizan, 1990

Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,

Jakarta : Rineka Cipta, 2004

Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan

Agama Islam Universitas Negeri Makassar.

Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen

Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai