Pada kasus ini pasien di diagnosa distress pernafasan, down syndrome, PJB.
Bayi baru lahir dengan PJB memberikan tanda gejala dini mungkin mengalami
sianosis, umumnya PJB dengan aliran paru berkurang akan lebih memberi gejala
sianosis. Pada sianosis sentral akibat PJB aktifitas fisik seperti menangis justru akan
memperberat sianosisnya, usaha fisik bertambaha dengan tangisan yang menaikan
konsumsi oksigen dan menurunkan aliran darah pulmonal yang menyebabkan
sianosis. Pada atresia tricuspid, katub triskupid bentuknya tidak normal menyebabkan
katub menjadi kaku dengan oklusi total pada aliran masuk ke ventrikal kanan.
Akibatnya seluruh vena sistemik melalui foramen oval ke atrium kiri dan vntrikel kiri.
Sebagian besar terdapat defek septum ventrikel, vnetrikel kanan mengecil karena
aliran darah dari ventrikel kiri melalui defek septum ventrikel dan ventrikel kanan ke
arteri pulmonalis. Setelah ductus arteoisus menutup percampuran darah hanya
tergantung pada DSV sehingga sianosis bertambah. (Garina, 2013)
4. Hipervolemia
Menurut Almunul dalam Astuti (2018) kebutuhan cairan adalah bagian dari kebutuhab
dasar manusia yang memiliki proporsi besar dalam tubuh. Pengaturan cairan dilakukan
oleh mekanisme rasa haus, system hormonal yakni Anti Diuretik Hormon (ADH).
Cairan tubuh dapat berpindah dengan cara yaitu dengan difusi, osmosis, dan transport
aktif. Cara perpindahan yang pertama yaitu difusi yang berarti molekul berpindah dari
konsentrasi yang tinggi ke rendah. Cara perpindahan cairan yang kedua yaitu osmosis
yang berarti perpindahan zat dari larutan dengan konsentrasi kurang pekat ke larutan
konsentrasi yang lebih pekat melalui membrane semipermeable sehingga volume
cairan dengan konsentrasi kurang pekat akan berkurang dan volume cairan dengan
konsentrasi lebih pekat akan bertambah. Pada penyakit jantung bawaan dikarenakan
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah sehingga mengakibatkan penimbunan
darah dalam atrium, vena kava dan sirkulasi besar. Penimbunan darah divena hepatica
menyebabkan hepatomegaly dan kemudian menyebabkan asites. Pada ginjal akan
menyebabkan menyebabkan penimbunan air dan natrium sehingga terjadi edema (Ain,
2015)
Pada Kasus Pasien memiliki edema pada palpebra, edema pada genetalia dan asites
pada abdomen. Tanda gejala tersebut disebabkan karena hipervolemia terjadi karena
kondisi tubuh menyimpan terlalu banyak kelebihan volume cairan, hypervolemia juga
menggambarkan kelebihan cairan dalam darah. Hypervolemia merupakan gejala pada
orang dengan penyakit jantung, karena jantung tidak mampu memompa darah
keseluruh tubuh, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ginjal untuk mengeluarkan
cairan (Mutaqin, 2009).
Daftar pustaka
Ain, Nur. 2015. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Dr. Djamil
Padang Periode Januari 2010-Mei 2012. Jurnal Kesehatan Andalas.4(3)
Effendi, Sjarif H & Andri F. (2010). Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kegagalan Nafas Pada
Neonatus. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Efi Nuriyanti., Ning Iswati & Miswarginingsih. (2017). Analysis Of Nursing In Neonatal Problems
With Breath Pattern Ineffectiveness In The Melati Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto
Hospital.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
kardiovaskular dan hematologi. Jakarta: salemba medika
Astuti, Yeni Eka. 2018. Hypervolemia pada pasien congestive heart failure. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan. 7(2). 101-221
Rahmadevita. 2013. Memperbaiki saturasi oksigen, frequensi denyut jantung dan pernafasan
neonates yang menggunakan ventilasi mekanik. Jurnal Keperawatan Indonesia. 16(3).
154-160
Garina. 2013. Pendekatan diagnosis dan penatalaksaan penyakit jantung dengan sianosis pada
neonates. Bandung: Universitas islam bandung