SELULITIS
OLEH :
NAMA : ARIA UL-HAJ
NIM : P07120317001
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek
pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini
biasanya terjadi pada ekstremitas bawah
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada
jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam
Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan
oleh bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes.
Dengan karakteristik sebagai berikut :
2. KLASIFIKASI
Selulitis dapat digolongkan menjadi:
a Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
b Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
c Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Ludwig’s Angina
2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3) Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
4) Selulitis Fasialis Difus
5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
6) Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.
7) Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali
bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
3. ETIOLOGI
Penyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri
streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.
Penyakit selulitis dapat disebabakan oleh :
b) Penyebab lain :
2. Kulit kering
3. Eksim
5. Diabetes
11. Malnutrisi
4. PATOFISIOLOGI
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik
pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan
yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
Streptokokus grup A, Streptokokus lain atau Staphilokokus aereus, kecuali jika
luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit
ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus
atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin
merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat
rendah.
5. PATHWAY SELULITIS
6. TANDA DAN GEJALA
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.
Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam
kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar
dan lepuhan-lepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan
Manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena
dan limfatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan,
eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya,
bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :
8. PENATALKASANAAN MEDIS
Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk
abses. Pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau
tidak digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar
rumah sakit, analgesik, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian
kompres lembab hangat (Long, 2006 : 670).
c. demam tinggi.
Pencegahan
b. Oleskan antibiotic
Komplikasi
a. Bakteremia
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
b. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan
malaise
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula),
yang bisa pecah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. PERENCANAAN
Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu tubuh,
peningkatan integritas kulit, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi penurunan suhu
tubuh, dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela. Untuk
intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan dengan masalah yang
sama pada pasien furunkel.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100x/menit
S : 36.5oC – 37oC
RR : 16-24 x/menit
c. Intake–output seimbang
Intervensi Rasional
Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi Menunjukkan status
permapasan dan denyut nadi. sirkulasi tubuh
Monitor intake dan output setiap 8 jam. Menunjukkan status hidrasi
Anjurkan banyak minum bila tidak ada Mengganti cairan tubuh
kontraindikasi. yang hilang akibat dari
peningkatan laju
metabolisme tubuh
Berikan kompres hangat Membantu menurunkan
suhu tubuh
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Memberikan rasa nyaman
dan mempercepat proses
penurunan suhu tubuh
Anjurkan klien untuk bedrest total Aktivitas yang berlebihan
dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sehingga
suhu semakin meningkat.
Pertahankan cairan IV sesuai program Mendukung dan
memperbesar volume
sirkulasi, terutama jika
masukan oral tidak adekuat
Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter Membantu mengurangi
demam dan respon
hipermetabolisme,
menurunkan kehilangan
cairan takkasat mata
Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka
pada kulit.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien
menunjukkan tidak terjadi infeksi
Kriteria evaluasi :
N : 60-100x/menit
S : 36.5oC – 37oC
RR : 16-24 x/menit
Kriteria evaluasi :
4. PELAKSANAAN
Menyesuaikan dengan intervensi yang ada sesuai diagnosa yang aktual
5. EVALUASI
1. Terjadi penurunan respons nyeri
2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Peningkatan integritas jaringan kulit
DAFTAR RUJUKAN
Angresti, C. 2012. Asuhan Keperwatan Pada Tn. A Dengan Selulitis Pedis Rumah Sakit Pku
5 april 2016