Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

OLEH :
NAMA : ARIA UL-HAJ
NIM : P07120317001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
SELULITIS

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek
pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini
biasanya terjadi pada ekstremitas bawah
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada
jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam

Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan
oleh bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes.
Dengan karakteristik sebagai berikut :

a Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis


b Mengenai pembuluh limfe permukaan
c Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

2. KLASIFIKASI
Selulitis dapat digolongkan menjadi:
a Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
b Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
c Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Ludwig’s Angina
2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3) Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
4) Selulitis Fasialis Difus
5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
6) Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.
7) Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali
bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

3. ETIOLOGI
Penyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri
streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.
Penyakit selulitis dapat disebabakan oleh :

a) Infeksi bakteri dan jamur :

1. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ


2. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup
B
3. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk
jarang Aeromonas Hydrophila.
4. S. Pneumoniae (Pneumococcus)

b) Penyebab lain :

1. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.

2. Kulit kering

3. Eksim

4. Kulit yang terbakar atau melepuh

5. Diabetes

6. Obesitas atau kegemukan


7. Pembekakan yang kronis pada kaki

8. Penyalahgunaan obat-obat terlarang

9. Menurunnyaa daya tahan tubuh

10. Cacar air

11. Malnutrisi

12. Gagal ginjal

4. PATOFISIOLOGI
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik
pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan
yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
Streptokokus grup A, Streptokokus lain atau Staphilokokus aereus, kecuali jika
luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit
ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus
atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin
merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat
rendah.
5. PATHWAY SELULITIS
6. TANDA DAN GEJALA
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.
Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam
kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar
dan lepuhan-lepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan

Manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena
dan limfatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan,
eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya,
bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap
diagnosis yang meliputi anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus
cellulite yang belum mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti :

a. Daerah penyebaran belum luas


b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti :
demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea, tachycardia,hypotensi.
d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah
seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :

a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata


sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Pembuangan luka
1. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat
membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi
teknik ini jarang digunakan.
2. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang
parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis
dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

8. PENATALKASANAAN MEDIS

Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk
abses. Pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau
tidak digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar
rumah sakit, analgesik, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian
kompres lembab hangat (Long, 2006 : 670).

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan


organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya
cloxacillin). Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik
jika:

a. penderita berusia lanjut

b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

c. demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi


terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Pencegahan

Jika memiliki luka :

a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air

b. Oleskan antibiotic

c. Tutupi luka dengan perban

d. Sering-sering mengganti perban tersebut

e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi


Jika kulit masih normal :

a. Lembabkan kulit secara teratur

b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

c. Lindungi tangan dan kaki

b. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

Komplikasi

a. Bakteremia

b. Nanah atau local Abscess

c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative

d. Lymphangitis

e. Trombophlebitis

f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.

g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus


melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Dengan proses keperawatan, perawat memakai latar belakang, pengetahuan yang
komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa
merencanakan intervensi, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi intervensi
keperawatan.

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
b. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan
malaise

2. Riwayat penyakit dahulu


Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit
seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

3. Riwayat penyakit sekarang


Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap

4. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit
kulit lainnya

c. Keadaan Emosi Psikologi


Pasien tampak tenang,dan emosional stabil

d. Keadaan social ekonomi


Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana

e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50)
RR : Normal
2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak

3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)

4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping

5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat

6. Telinga : Tidak ada serumen

7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

8. Jantung : Denyut jantung meningkat

9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas

10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula),
yang bisa pecah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit

b. Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik

c. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit.

d. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan

3. PERENCANAAN

Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu tubuh,
peningkatan integritas kulit, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi penurunan suhu
tubuh, dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela. Untuk
intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan dengan masalah yang
sama pada pasien furunkel.

Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal


saraf perifer kulit
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri
berkurang/hilang atau teradaptasi

Kriteria evaluasi :

Skala nyeri stabil (0-3)

a. Secara subjektif melapor nyeri berkurang


atau dapat diadaptasi.

b. Skala nyeri 0-4

c. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang


meningkatkan atau menurunkan nyeri

d. Pasien nampak rileks


Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parametar dasar untuk
mengetahui sejauh mana intervensi yang
diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi manajemen
nyeri keperawatan yang telah dilakukan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Atur posisi fisiologis dan imobilisasi Posisi fisiologis akan meningkatkan
ekstremitas yang mengalami selulitis asupan O2 ke jaringan yang mengalami
peradangan subkutan. Pengaturan posisi
idealnya adalah pada arah yang
berlawanan dengan letak dari selulitis.
Istirahatkan klien Istirahat diperlukan selama fase akut.
Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jeringan yang mengalami
peradangan.
Lakukan kompres Pemberian kompres pada area inflamasi
dengan cairan NaCl 0,9% bertujuan
meningkatkan integritas jaringan dan
menurunkan respons nyeri.
Manajemen lingkungan : lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan
tenang dan batasi pengunjung stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari
peradangan.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endofrin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan berupa sentuhan
dukungan psikologis bertujuan untuk
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah
dan dengan otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri
analgetik sehingga nyeri akan berkurang
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Terapi antibiotik sistemik, yang dipilih
antibiotik berdasarkan pemeriksaan sensitivitas
umumnya diperlukan. Preparat oral
penisilin dan eritromisin juga efektif
untuk mengatasi selulitis

Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien
menunujukkan penurunan suhu tubuh.

Kriteria evaluasi :

a. TTV dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

N : 60-100x/menit
S : 36.5oC – 37oC

RR : 16-24 x/menit

b. Tidak terjadi demam

c. Intake–output seimbang
Intervensi Rasional
Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi Menunjukkan status
permapasan dan denyut nadi. sirkulasi tubuh
Monitor intake dan output setiap 8 jam. Menunjukkan status hidrasi
Anjurkan banyak minum bila tidak ada Mengganti cairan tubuh
kontraindikasi. yang hilang akibat dari
peningkatan laju
metabolisme tubuh
Berikan kompres hangat Membantu menurunkan
suhu tubuh
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Memberikan rasa nyaman
dan mempercepat proses
penurunan suhu tubuh
Anjurkan klien untuk bedrest total Aktivitas yang berlebihan
dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sehingga
suhu semakin meningkat.
Pertahankan cairan IV sesuai program Mendukung dan
memperbesar volume
sirkulasi, terutama jika
masukan oral tidak adekuat
Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter Membantu mengurangi
demam dan respon
hipermetabolisme,
menurunkan kehilangan
cairan takkasat mata
Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka
pada kulit.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien
menunjukkan tidak terjadi infeksi

Kriteria evaluasi :

a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi (kalor, rubor,


tumor, dolor)

b. TTV dalam batas normal


TD : 120/80 mmHg

N : 60-100x/menit

S : 36.5oC – 37oC

RR : 16-24 x/menit

c. Leukosit dalam batas normal


Intervensi Rasional
Observasi adanya tanda – tanda infeksi. Melihat perkembangan dari
terapi yang telah diberikan.
Observasi tanda – tanda vital. Menunjukkan sirkulasi
tubuh.
Rawat luka klien dengan prinsif aseptik. Mencegah terpajan pada
organisme infeksius.
Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan Menurunkan resiko infeksi.
diri.
Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Mencegah kontaminasi
silang dari pengunjung.
Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan Untuk mencegah hal – hal
gejala infeksi yang dapat mengancam
infeksi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Antimikrobial spektrum luas
betadine. tetapi nyeri pada
pemakaiaannya, dapat
menyebabkan asidosis
metabolik/ peningkatan
absorpsi iodin, dan merusak
jaringan rapuh.
Berikan Silver nitrat sesuai anjuran dokter Efektif untuk melawan
staphylococcus aureus,
Escheria coli, dan
Pseudomonas aeroginosa,
tetapi mempunyai penetrasi
jaringan buruk, nyeri, dan
dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Antibiotik sistemik diberikan
antibiotok sistemik. untuk mengontrol patogen
yang teridentifikasi oleh
kultur/sensitivitas.
Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi
kemerahan
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien
menunjukkan perbaikan integritas kulit

Kriteria evaluasi :

a. Menunjukkan regenerasi jaringan

b. Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya


Intervensi Rasional
Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan Memberikan informasi
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka dasar tentang kebutuhan
penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada area
luka infeksi.
Tinggikan area infeksi bila mungkin/tepat. Menurunkan
pembengkakan.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi Gerakan jaringan area
area bila diindikasikan infeksi dapat mengubah
posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering Membantu proses
penyembuhan

4. PELAKSANAAN
Menyesuaikan dengan intervensi yang ada sesuai diagnosa yang aktual

5. EVALUASI
1. Terjadi penurunan respons nyeri
2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Peningkatan integritas jaringan kulit
DAFTAR RUJUKAN

Angresti, C. 2012. Asuhan Keperwatan Pada Tn. A Dengan Selulitis Pedis Rumah Sakit Pku

Muhammdiyah Surakarta. Jurnal keperawatan : naskah publikasi, 5(2), pp. 85-94

Asma. 2015. Contoh Askep Selulitis, http://asmanurs3.blogspot.co.id/2015/03/contoh-askep-

selulitis.html, diaksespada tanggal 5 April 2016

Genoschebasmara. 2011. Selulitis.

https://genoschebasmaba.wordpress.com/2011/12/30/selulittis-pedis/, diakses pada

tanggal 5 April 2016

Syahbandi. 2013. Askep Selulitis,

http://nersrezasyahbandi.blogspot.co.id/2013/08/ca-prostat.html, diakses pada tanggal

5 april 2016

Anda mungkin juga menyukai