Anda di halaman 1dari 37

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertambangan

Pertambangan merupakan suatu aktivitas penggalian,pembongkaran serta

pengangkutan suatu endapan mineral yang terkandung dalam suatu area

berdasarkan beberapa tahapan kegiatan secara efektif dan ekonomis dengan

menggunakan peralatan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Berdasarkan UU No.4 tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan

Batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pascatambang.Sedangkan penambangan adalah bagian kegiatan usaha

pertambangan untuk memproduksi mineral atau mengektrasi bahan galian tersebut

menggunakan metode yang efisien dan menguntungkan nilai ekonomisnya.

Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi tiga

jenis, yakni Golongan A (bahan strategis), Golongan B (bahan vital), dan

Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Peraturan Pemerintah Nomor

27 Tahun 1980 menjelaskan secara rinci bahan-bahan galian apa saja yang

termasuk dalam Golongan A, B, dan C, meliputi:


7

 Bahan Golongan A merupakan barang yang terpenting dalam pertahanan,

keamanan,dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian

besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contoh: minyak

bumi, gas, uranium dan plutonium.

 Bahan Golongan B merupakan bahan galian yang menyangkut dan menjamin

hidup orang banyak, contoh: emas, perak, besi, dan tembaga.

 Bahan Golongan C merupakan bahan galian yang tidak dianggap langsung

mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contoh: nitrat-nitrat (garam batu),

asbes, talk, mika, batu kuarsa, marmer, batu kapur, dolomit, kalsit dan lain-

lain. (H. Salim HS, 2008. Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta-Rajawali

Pers).

2.2 Aktivitas Pertambangan

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep

pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Aktivitas

pertambangan adalah seluruh rangkaian kegiatan secara bertahap dengan

memanfaatkan sumber daya di dalam bumi, meliputi:

1. Penyelidikan Umum (Prospecting)

Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan

untuk mencari endapan-endapan metal atau endapan-endapan mineral komersil

batubara atau non-metal. Penyelidikan umum terbatas pada mineral yang


8

spesifik(tipe mineral tertentu) atau pada area tertentu (negara atau wilayah) yang

memiliki geologic anomaly (keganjilan geologi) yang mencermikan adanya

karakteristik dari sebuah endapan bahan galian.

2. Ekplorasi (Exploration)

Jika tujuan dari penyelidikan umum adalah untuk mencari lokasi-lokasi

yang memiliki anomali karena adanya endapan bahan galian, maka tujuan dari

eksplorasi adalah untuk mengevaluasi endapan bahan galian tersebut. Eksplorasi

menentukan geometri,luas dan nilai dari sebuah endapan menggunakan teknik

yang sama dengan yang diginakan pada saat penyelidikan umum tetapi lebih teliti.

Kegiatan eksplorasi akan berlanjut pada proses pencarian melalui fase taktis dari

penilaian detail dan evaluasi serta persiapan laporan studi kelayakan yang akan

menentukan layak-tidaknya endapan tersebut ditambang.

3. Studi Kelayakan (Feasibility Studies)

Merupakan tahap akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan

sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian

tersebut layak dilakukan atau tidak.Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi

pertimbangan teknis (proses gali muat angkut, geoteknik, serta keekonomiannya)

dan nonteknis (perizinan, serta kelestarian lingkungan hidup).Pada titik ini,

perusahaan sudah mengeluarkan perhitungan untuk menemukan dan

mendefenisikan endapan.
9

4. Persiapan Penambangan

Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja

penambangan yang antara lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak dan

pohon, pengupasan tanah penutup, pembangunan kantor,gedung, bengkel, dll.

5. Penambangan

Kegiatan penambangan yang dimaksud yaitu kegiatan yang ditujukan

untuk mengektrasi dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian

dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan.

6. Pengolahan dan Pemurnian

Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kadar atau mempertinggi

mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan

untuk diperdagangkan atau sebagai bahan baku untuk industry lain. Keuntungan

lain adalah mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapatmengurangi

ongkos pengangkutan.

7. Pengangkutan

Segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau

pengolahandari daerah penambangan ke tempat pengolahan dan pemurnian.Atau

dari tempat pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran dan pemanfaatan

selanjutnya dari bahan galian tersebut.


10

8. Pemasaran

Kegiatanuntuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan

dan pengolahan bahan galian tersebutProduk merupakan elemen pertama dan paling

penting dalam bauran pemasaran.Produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai

di suatu pasar sasaran dan memberi manfaat serta kepuasan dalam bentuk barang,

jasa, organisasi, tempat, orang, ide, dan sebagainya. Strategi produk itu sendiri

terdiri dari strategi lini produk dan strategi bauran produk. Agar kegiatan

pemasaran produk dapat berjalan dengan baik, maka kebijakan pemasaran harus

disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan perusahaan secara umum.

9. Pasca Tambang

Merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah

rusak akibat penambangan. Reklamasi dilakukan dengan cara penanaman kembali

atau penghijauan kawasa yang telah rusak akibat kegiatan penambangan tersebut.

Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua bagian yaitu pemulihan lahan bekas

tambang untuk mempernbaiki lahan yang sudah terganggu ekologinya, dan

mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk

pemanfaatan selanjutnya.
11

Gambar 2.1 bagan alur pertambangan

2.3 Geotecnical and hydrogeology

Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau

design tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar dengan

kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk

dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.

Dalam penambangan secara tambang terbuka (open pit), sudut kemiringan

adalah satu faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari final pit dan lokasi dari

dinding-dindingnya. Dikarenakan dari perbedaan dari keadaan geologinya, maka

kemiringan optimum dapat beragam diantara berbagai pit dan bahkan dapat

beragam pula dalam satu pit yang sama. Sudut pit pada umumnya dapat dikatakan

sebagai sejumlah waste yang harus dipindahkan untuk menambang bijih.

2.3.1. Peran Geotek di Pertambangan

1. Peranan Geotek sebenarnya tidak hanya melakukan perhitungan saja tetapi

lebih mengarah kepada memberikan panduan kepada pihak terkait

mengenai potensi bahaya geoteknik yang akan terjadi kepada pihak terkait
12

(manajemen perusahaan, institusi, mineplanner, dll). Berikut beberapa

contoh aplikasi geotek dalam pertambangan :Eksplorasi dan mine

development. Geoteknik diperlukan untuk memandu kepada arah

pembuatan desain pit yang optimal dan aman (single slope degree, overall

slope degree, tinggi bench,potensi bahaya longsor yang ada ex: longsoran

bidang, baji, topling busur,dll) sesuai dengan kriteria SFnya. Disini ahli

geotek tidak hanya melakukan analisis namun juga ikut turun memetakan

kondisi geologi (patahan/lipatan/rekahan, dll) dilokasi yang akan dibuka

tambang. Selain itu juga geoteknik diperlukan dalam pembangunan

infrastruktur tambang seperti stockpile, port, jalan hauling diareal lemah,

dll. Disini, peran ahli geotek adalah memberikan analisis mengenai daya

dukung tanah yang aman, cut fill volume, serta langkah-langkah yang

diperlukan untuk memenuhi safety factor sehingga ketika dilakukan

kontruksi dan digunakan tidak terjadi kegagalan (failure).

2. Operasional Tambang pada kondisi ini ahli geotek berperan dalam

pengawasan kondisi pit dan infrastructur yang ada, sebagai contoh

pengawasan pergerakan lereng tambang, zona-zona potensi longsor di

areal tambang (pit dan waste dump) akibat proses penambangan, prediksi

kapan longsor akan terjadi, apakah berbahaya untuk operasional di pit atau

tidak, langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mengantisipasi longsor

seperti mengevakuasi alat, melakukan push back untuk menurunkan

derajat kemiringan lereng, melakukan penguatan, melakukan pengeboran

horizontal untuk mengeluarkan air tanah,dll. Disini peran ahli geotek


13

memandu tim safety dalam pengawasan operasional tambang dan ahli

geotek bisa melakukan penyetopan operasional pit jika membahayakan

keselamatan manusia dan alat. Diinfrastruktur juga berlaku hal yang sama.

3. Post mining Setelah kegiatan penambangan selesai, geotek bekerja sama

dengan safety juga berperan untuk memastikan bahwa kondisi waste dump

dan pit dalam kondisi aman dan tidak terjadi longsor dalam jangka waktu

lama, karena setelah tambang selesai lahan tersebut akan dikembalikan

kepada pemerintah dan masyarakat dan menyangkut masalah citra

perusahaan, bagi perusahaan yang berstatus green company hal ini

merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar.

2.3.2. Peran Hydrogeology

Salah satu ciri utama metode tambang terbuka adalah adanya

pengaruhiklim pada kegiatan penambangan. Elemen-elemen iklim tersebut antara

lain : hujan, panas (temperature), tekanan udara dan sebagainya, yang dapat

mempengaruhi kondisi tempat kerja, unjuk kerja alat dan kondisi pekerja, yang

selanjutnya dapat mempengaruhi produktifitas tambang.

Air tambang memiliki pengaruh besar terhadap produktifitas tambang.

Oleh karena itu diperlukan berbagai metode/cara untuk mengatur aliran air yang

masuk ke dalam front kerja.Tujuan penyaliran tambang meminimalkan air yang

masuk ke dalam front penambangan serta mengeluarkan air dari area front

penambangan (proses pemompaan). Untuk dapat melakukan pengendalian air

tambang dengan baik perlu diketahui sumber dan perilaku air. Adapun aspek-

aspek yang mendasari perencanaan penyaliran tambang adalah aspek hidrologi


14

dan hidrogeologi, meliputi pengetahuan daur hidrologi, curah hujan, infiltrasi, air

limpasan dan air tanah serta teknik penyaliran tambang.Beberapa metode

penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut

 Sistem Kolam Terbuka. Sistem ini diterapkan untuk membuang air

yang telah masuk ke daerah penambangan. Air dikumpulkan pada

sumur (sump), kemudian dipompa keluar dan pemasangan jumlah

pompa tergantung kedalaman penggalian.

 Cara Paritan. Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara

yang paling mudah, yaitu dengan pembuatan paritan (saluran) pada

lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan untuk

menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air

limpasan akan masuk ke saluran-saluran yang kemudian di alirkan

ke suatu kolam penampung atau dibuang langsung ke tempat

pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

 Sistem Adit merupakan biasanya digunakan untuk pembuangan air

pada tambang terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran

horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke shaft yang

dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam

tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal,

disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan

shaft.
15

2.4 Mine Survey

Survei pertambangan yaitu sebuah cabang ilmu dan teknologi dan bidang

pertambangan. Pekerjaan ini meliputi pengukuran, perhitungan, dan pemetaan

yang melayani tujuan mendapatkan informasi pada semua tahap dari prospeksi

untuk eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral, baik berada pada

permukaan maupun pada bawah tanah. Berikut ini adalah kegiatan utama dari

survei tambang:

1. Menginterpretasi geologi tentang kandungan mineral dalam kaitannya

dengan eksploitasi ekonomi daripadanya.

2. Penyelidikan dan negosiasi hak pertambangan mineral.

3. Membuat dan merekam, dan perhitungan pengukuran survei tambang

pertambangan kartografi.

4. Investigasi dan prediksi dampak tambang yang bekerja pada permukaan

dan dibawah permukaan.

5. Perencanaan tambang perencanaan dalam konteks lingkungan setempat

dan rehabilitasi setelah ditambang.

Kegiatan meliputi pada mine survey adalah sebagai berikut:

1. Lokasi, struktur, konfigurasi, dimensi dan karakteristik endapan mineral

dan batuan yang berdampingan dan strata atasnya. Penilaian resreves

mineral dan ekonomi eksploitasi.

2. Penerimaan, penjualan, sewa dan pengelolaan tambang mineral.


16

3. Menyediakan dasar arah, perencanaan dan pengendalian kerja tambang

untuk memastikan operasi pertambangan ekonomis dan aman.

4. Studi tentang gerakan batu dan tanah yang disebabkan oleh operasi

pertambangan, prediksi mereka, dan tindakan pencegahan dan pengobatan

perbaikan kerusakan subsidence.

5. Membantu dalam perencanaan dan rehabilitasi lahan terkena dampak

operasi mineral dan bekerja sama dengan otoritas perencanaan pemerintah

daerah.

Kegiatan survey di tambang tidak juga terlepas dari kesalahan-kesalahan yang

mungkin terjadi, baik kesalahan random-kesalahan sistematis-dan kesalahan

human error. Kesalahan ini bisa saja terjadi saat tahap ekplorasi, pengukuran

topografi dan pengukuran untuk pembuatan model cadangan material, atau pada

tahap Eksploitasi -Pemasangan design tambang dan pengukuran topografi

progress tambang. Kesalahan dalam kegiatan survey dan pemetaan tidak hanya

terjadi pada proses pengukuran lapangan saja, dapat juga terjadi pada proses

prosesing data-penggunaan system koordinat dan transformasinya, penyajian data

dalam bentuk peta. Kesalahan survey dalam penambangan berarti akan

menyajikan data dan gambaran/peta yang salah, akibat kesalahan ini akan

merambat pada kesalahan- kesalahan aplikasi penambangan yang antara lain:

1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi untuk penentuan

titik lokas pengeboran dan study outcrop akan menyebabkan kesalahan

dalam membuat model cadangan material tambang serat kesalahan dalam


17

menentukan besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang.

Kesalahan ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang,

analisa ekomoni tambang, analisis umur tambang (mine life).

2. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan

mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan

pada penentuan metode penambangan dan penggunaan alat penambangan.

3. kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam

perencanaan tambang (design tambang) dan produksi penambangan

sehingga cadangan/material yang tidak ikut dimodelkan akan tertinggal

atau tidak didapat diambil seluruhnya.

4. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan design tambang oleh survey

akan meyebabkan salahnya penggalian yang berdampak pada :

a. Volume galian rencana tidak sama dengan aktual sehingga cost

dari penambanga akan bertambah. (diluar SR atau Cut off yang

direncanakan).

b. Terganggunya Stabilitas/kemantapan lereng karena perubahan

geometri lereng dan terganggunya lapisan batuan yang mendukung

kestabilam lereng.

c. Pengambilan material tambang yang salah sehingga kualitas

material tambang tidak sesuai dengan perencanaan.

d. Pemasangan design ramp/jalan yang salah akan mengakibatkan

munculnya potensi resiko kecelakaan.


18

5. Kesalahan dalam melakukan pengukuran topografi original atau topografi

progress tambang akan mengganggu proses penyaliran tambang- drainase

tambang- sehingga akanmenganggu proses produksi dari aspek sequence

tambang. terganggunya proses penyaliran tambang juga akan menganggu

kestabilan lereng.

6.Kesalahan kegiatan survey dalam mendukung kegiatan Peledakan-

Blasting- (pengukuran space-boder dan depth) memungkinkan terjadi

hasil produktivitas blasting yang buruk, terjadinya airblast dan undulasi

permukaan tambang karena kedalaman lubang tembak yang tidak rata).

7. Kegiatan survey pada pemasangan Guideline di kegiatan penambangan

underground yang salah, selain mengakibatkan kemungkinan tidak

tercapainya target produksi juga akan menyebabkan kegiatan

penambangan mengarah pada area-area yang mungkin berbahaya- seperti

jebakan gas metana dll.

2.5 Drill And Blast

2.5.1. Pemboran (Drill)

Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu

operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah

lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk

diledakkan. Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran

memiliki fungsi lain seperti pengumpulan data sebaran cadangan. Karena


19

pentingnya kegiatan pemboran maka perlu adanya materi yang menjelaskan tetang

pemboran serta segala sesuatu yang ada di dalam kegiatan pemboran secara

terperinci sebagai bahan acuan dalam melakukan kegiatan pemboran.

a. Diameter Pemboran

Diameter lubang ledak merupakan parameter yang penting

dalam merancang suatu peledakan karena akan mempengaruhi

geometri peledakan. Pemilihan ukuran lubang ledak secara tepat pada

suatu rancangan peledakan akan memberikan dua bagian penilaian.

Bagian pertama yaitu mempertimbangkan efek dari ukuran lubang

ledak terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang dan getaran

tanah, sedangkan bagian kedua adalah mempertimbangkan faktor

ekonominya.

Bila diameter lubang ledak terlalu kecil, maka faktor energi

yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk

membongkar batuan yang akan diledakkan, sedangkan bila diameter

lubang ledak terlalu besar akan mengakibatkan besarnya fragmentasi

batuan dan akan menimbulkan efek peledakan yang maksimal terhadap

lingkungan. Ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan

tergantung pada:

1) Volume massa batuan yang akan dibongkar (volume

produksi)

2) Tinggi jenjang dan konfigurasi isian

3) Tingkat fragmentasi yang diinginkan


20

4) Alat muat yang digunakan

b. Kemiringan Pemboran

Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang

ledak tegak dan lubang ledak miring . Pada rancangan peledakan yang

menerapkan lubang ledak tegak, gelombang tekan yang dipantulkan

oleh bidang bebas lebih sempit sehingga kehilangan gelombang tekan

akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah. Hal ini dapat

menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang (toe remnant).

Sedangkan pada peledakan dengan lubang ledak miring akan

membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan

mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang

tekan pada lantai jenjang menjadi lebih kecil.

Keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem

tersebut adalah sebagai berikut:

- Untuk lubang ledak tegak

Keuntungannya :

1) Pemboran dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih

akurat

2) Untuk tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak

tegak akan lebih pendek jika dibanding dengan lubang

ledak miring
21

3) Lemparan batuan lebih sedikit

Kerugiannya :

1) Kemungkinan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang

(remnant toe) besar

2) Kemungkinan timbulnya retakan ke belakang jenjang

(backbreak) dan getaran tanah (ground vibration) lebih

besar

3) Fragmentasi kurang bagus terutama pada daerah stemming

4) Penghancuran disepanjang lubang tidak merata

- Untuk lubang tembang miring

Keuntungannya :

1) Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan

lebih baik

2) Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif

lebih rata

3) Mengurangi terjadinya pecah berlebihan pada batas baris

lubang ledak bagian belakang (back break)

4) Powder factor lebih rendah, karena gelombang kejut yang

dipantulkan untuk menghancurkan batuan pada lantai

jenjang lebih efisisen

5) Produktifitas alat muat tinggi karena tumpukan hasil

peledakan (muckpile) lebih rendah dan seragam


22

6) Mengurangi terjadinya longsoran

Kerugiannya :

1) Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama

antar lubang ledak serta dibutuhkan lebih banyak ketelitian

dalam pembuatan lubang ledak, sehingga membutuhkan

pengawasan yang ketat

2) Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak

3) Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang

dibentuk akan semakin besar

4) Biaya operasi besar

(Sumber: Diktat Kursus Juru Ledak Kelas II, 2011)

Gambar 2.5.1.kemiringan pemboran


23

c. Pola Pemboran

Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang ledak,

yaitu pola pemboran sejajar (paralel) dan pola pemboran selang-seling

(staggered).

Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang

bor yang sejajar pada setiap kolomnya, sedangkan pola pemboran

selang-seling adalah pola dengan penempatan lubang bor secara

berselang-seling pada setiap kolomnya.

Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah

diterapkan dilapangan, tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang

seragam. Sedangkan pola pemboran selang-seling lebih sulit

penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih baik

dan seragam, hal ini disebabkan karena distribusi energi peledakan

yang dihasilkan lebih optimal bekerja dalam batuan.

(Sumber: Diktat Kursus Juru Ledak Kelas II, 2011)

Gambar 2.5.2. Pola Pemboran


24

(Sumber: Diktat Kursus Juru Ledak Kelas II, 2011)

Gambar 2.5.3.Pengaruh Energi Peledakan pada Pola Pemboran

2.5.2. Peledakan (Blasting)

Peledakan pada perusahaan tambang dilakukan untuk memberaikan batuan

dari batuan induknya. Dan dilakukan untuk menunjang operasi penggalian yang

dilakukan excavator, karena tujuan dari peledakan itu sendiri membuat

fragmentasi sehingga dapat menghasilkan rekahan pada batuan, yang dapat

memudahkan dalam proses penggalian batuan tersebut.

a. Pola Peledakan

Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan ledakan dari sejumlah

lubang ledak. Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan

diantara lubang-lubang ledak yang disebut waktu tunda (delay time). Berikut

ini adalah keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada

sistem peledakan antara lain :

1) Mengurangi getaran

2) Mengurangi over break dan batuan terbang (fly rock)

3) Mengurangi gegaran akibat air blast dan suara (noise)


25

4) Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan

5) Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan

Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai

berikut :

1) Box cut

Box cut adalah pola peledakan yang arah

runtuhanbatuannya kedepan dan membentuk kotak

2) Corner cut

Corner cut adalah pola peledakan yang arah runtuhan

batuannya ke salah satu sudut dari bidang bebas

3) V cut

V cut adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuannya

kedepan dan membentuk huruf V.

b. Loading Density

Loading Density merupakan banyaknya bahan peledak untuk setiap

panjang kolom lubang ledak yang dinyatakan dalam kg/m. (diktat kuliah

teknik peledakan, UNP)

de = 1/ 4 x 3,14 (De)2 x SG x 1000

Keterangan :

de = Loading Density Kg/m

De = Diameter Lubang tembak Inchi

SG = Spesific Gravity
26

1. Powder Colum (Pc)

Panjang kolom isian adalah kedalaman lubang ledak dikurangi

stemming.(diktat kuliah teknik peledakan, UNP)

PC = H – T

Keterangan :

Pc = Panjang Kolom Isian (m)

H = Kedalaman Lubang (m)

T = Stemming (m)

2. Powder Factor (Pf)

Powder faktor merupakan suatu bilangan untuk menyatakan

jumlah material yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah bahan

peledak yang dapat dinyatakan dalam kg/ton.(Raimon Kopa, diktat

kuliah teknik pertambangan)

berat bahan peledak


Pf 
volume batuan yang diledakkan

Pf biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan

hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dan juga karna berbagai

pertimbangan.

c. Bahan Peledak ANFO

Dalam penggunaan ANFO sesuai dengan ketentuan Zero Oxygen Balance

maka perbandingan yang digunakan adalah 94,5 % Amonium Nitrat (AN)


27

dan 5,5 % Fuel Oil (FO).(Diktat Pelaksanaan Peledakan Pada Kegiatan

Penambangan Bahan Galian, Khursus Juru Ledak 2011).


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑎𝑛𝑑𝑎𝑘
Berat AN = 100
x 94,5

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙ℎ𝑎𝑛𝑑
Berat FO = 100
x 5,5

d. Geometri Peledakan

Geometri peledakan merupakan suatu hal yang sangat menentukan

hasil peledakan dari segi fragmentasi yang dihasilkan, rekahan yang

diharapkan maupun dari segi jenjang yang terbentuk.Dalam kegiatan

peledakan, yang termasuk geometri peledakan adalah : burden, spasi,

stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang kolom isian,

diameter lubang ledak dan tinggi jenjang.

1) Burden

Burden merupakan jarak antara row terhadap bidang bebas

yang paling dekat. Burden merupakan dimensi yang paling penting

dalam kegiatan peledakan, karena burden digunakan untuk

menentukan geometri peledakan lainnya. Jarak burden yang baik

adalah jarak yang memungkinkan energi secara maksimal dapat

bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas dan dipantulkan

kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat tarik

batuan sehingga akan terjadi penghancuran.

Apabila peledakan dilakukan dengan penerapan jarak

burden yang terlalu kecil maka akan mengakibatkan energi ledakan

dengan mudah bergerak menuju bidang bebas dapat menyebabkan


28

terjadinya batuan terbang (flying rock). Sedangkan jarak burden

yang terlalu besar akan mengakibatkan energi tidak cukup kuat

untuk mencapai bidang bebas hanya akan menyebabkan retakan

batuan atau bongkahan (boulder).

2) Spasi

Spasi adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris

dan diukur sejajar terhadap dinding teras (jenjang).Dalam

memperkirakan panjang spasi, yang perlu diperhatikan adalah

apakah ada interaksi antara charges yang berdekatan. Apabila

masing-masing lubang bor diledakan sendiri-sendiri dengan

interval waktu yang cukup panjang dan untuk memungkinkan

setiap lubang bor meledak dengan sempurna, maka tidak akan

terjadi interaksi antar gelombang energi masing–masing. Tetapi

kalau waktu tunda diperpendek maka akan terjadi interaksi,

sehingga akan menyebabkan terjadinya efek yang kompleks.

3) Kedalaman Lubang Tembak

Kedalaman lobang ledak merupakan kedalaman lobang

yang akan diledakan yang merupakan penjumlahan antara tinggi

jenjang dengan subdrilling. Kedalaman lobang ledak yang dibuat

tidak boleh lebih kecil dari pada burden. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya (overbreak) dan (fly rock). Kedalaman

lobang ledak biasanya ditentukan berdasarkan kapasitas produksi

yang diinginkan.
29

4) Stemming

Stemming atau collar merupakan suatu kolom untuk tempat

material penutup di dalam lubang tembak yang terletak di atas

kolom isian. Stemming digunakan untuk menentukan stress balance

(tegangan untuk memecah batuan agar dapat meledak ke atas dan

ke samping secara serentak). Stemming juga berguna untuk

mengurung gas – gas yang timbul dari hasil peledakan sehingga

dapat merekahkan batuan dengan energi yang maksimal.

5) Kolaman Isian

Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lobang

tembak yang akan diisi bahan peledak. Panjang kolom ini

merupakan kedalaman lobang tembak dikurangi stemming yang

digunakan. Semakin banyak bahan peledak yang digunakan dalam

proses peledakan maka akan memerlukan panjang kolom isian

yang cukup panjang sehingga juga akan berpengaruh kepada

ukuran panjang stemming, tinggi Jenjang, subdrilling, tingkat

Fragmentasi.

(Sumber: Diktat Kursus Juru Ledak Kelas II, 2011)


Gambar 2.5.6. Panjang kolom isian (PC)
30

6) Tinggi Jenjang

Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh

peralatan lobang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang

diambil berdasarkan kedalaman lobang tembak dan subdrilling.

Jika tinggi jenjang melebihi kedalaman lobang tembak, maka

sering terbentuknya tonjolan (toe) dibagian bawah jenjang. Hal ini

disebabkan karena energi ledak dari bahan peledaktidak mampu

mencapai bagian bawah jenjang.

7) Subdrilling

Subdrilling merupakan penambahan kedalaman pada

lubang ledak dengan tujuan supaya batuan dapat meledak secara

full face sebagaimana yang diharapkan dan batuan yang terbongkar

hanya sebatas lantai jenjang saja. Subdrilling yang terlalu pendek

dapat mengakibatkan terjadinya tonjolan (toe) sehingga dapat

menyulitkan proses kegiatan selanjutnya.

e. Diameter Lubang Ledak

Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang paling penting

dalam dalam merancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam

penentuan jarak burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada

setiap lobangnya.

Pemilihan diameter lobang tembak tergantung pada tingkat produksi yang

diinginkan. Pemilihan ukuran diameter lobang tembak secara tepet akan

memperoleh hasil fragmentasi yang baik dan seragamFaktor-faktor yang


31

harus diperhatikan dalam pemilihan diameter lobang tembak yaitu sebagai

berikut:

a Ukuran fragmentasi yang diinginkan.

b Bahaya getaran yang ditimbulkan.

c Biaya bahan peledak yang akan dibutuhkan.

Untuk diameter lobang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan

akan kecil, sehingga jarak antar lobang tembak dan jarak kebidang bebas

haruslah kecil juga. Dengan maksud energi ledakan cukup kuat untuk

menghancurkan batuan, begitu juga sebaliknya.

f. Klasifikasi bahan peledak

Bahan peledak kimia adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau

campuran yang berbentuk padat,cair,gas maupun campuran yang apabila

terkena aksiberupa gesekan, benturan, panas akan mengalami reaksikimia

yang sangat cepatdengan hasil reaksi sebagian atau seluruhnya berbentuk gas

yang disertai dengan panas yang mempunyai tekanan yang sangat tinggi.

Jenis bahan peledak secara garis besar diklasifikasikan menjadi 3 golongan

(menurut JJ Manon,1978) yaitu:

a. Bahan peledak mekanis

b. Bahan peledak kimia

(1) High exsplosive:primary exsplosive dan secondari exsplosive.

(2) Lowexsplosive: permissible exsplosive dan non permissible

exsplosive.

c. Bahan peledak nuklir.


32

2.6 Tailing storage Fasility (TSF)

Tailing adalah limbah batuan atau tanah halus sisa-sisa dari pengerusan

dan pemisahan (estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan

bahan tambang. Tailing terdiri dari 50% praksi pasir halus dengan diameter

sekitar 0,4 mm dan 50 % terdiri dari praksi lempung dengan diameter kurangdari

0,075 mm. Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan

dikeruk, lalu estrak bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil

dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami

dengan zat-zat kimia (cianida, mercury, Arsenik) lalu bijih emas tembaga atau

perak disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral ini

menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral

berharga diambil, sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia yang

mengandung logam berat/beracun lainnya.

Gambar 2.6Alur bagan tailing


33

Tailing merupakan hasil akhir dari suatu operasi penambangansetelah mineral

diekstraksi dari bijih dengan leaching, flotasiberupa slurry sebanyak 60-70%.

Aktifitas tambang emas tak pernah lepas dari limbah hasil proses ekstraksi emas,

limbah tersebut biasa disebut tailing. Bentuk fisik limbah dapat berwujud gas,

cair,danpadat.Secara fisik gas buangan mengandung partikel-artikel debu dan

secara kimia merupakan larutan berbagai jenis gas tergantung dari jenis mineral

bijihyang diolah.

Limbah cair mengandungbahan-bahan kimia beracun dari logam-logam berat

dan sianida dengan konsentrasi yang relatif masih tinggi. Sedangkan limbah padat

mempunyai komposisi kimia utamanya adalah sesuai dengan batuan induknya

2.6.1. Sifat Tailing

 Sifat tailing sangat tergantung kepada asal ore, proses mineralisasi, apakah

teroksidasi atau tidak dsb. Berikut diberikan beberapa contoh ukuran dari

tailing yang berasal dari input dengan density yang berbeda yaitu,

batubara, emas - perak dan timah hitam - seng dimana densitas tailing

yang terendah adalah batubara dan yang terberat adalah timah hitam.

 Disini perlu mendapat perhatian bahwa ukuran partikel sebenarnya sangat

tergantung apakah flocculant digunakan dalam prosess ekstraksi dan

apakah dispersant digunakan dalam proses hydrometer untuk tujuan size

analysis.
34

2.6.2. Jenis Tailing

1. Aliran Asam Tambang (Acid Mine Drainage)

Aliran Asam Tambang (Acid Mine Drainage/AMD atau Acid Rock

Drinage/ARD) merupakan limbah yang selalu menjadi masalah bagi kegiatan

pertambangan bahan ini sangat beracun (toksik), yang ditandai oleh tingkatan pH

yang sangat rendah. Aliran asam sebagai suatu fenomena alam terbentuk oleh

karena proses oksidasi yang terjadi pada permukaan partikel bebatuan karena

langsung bereaksi dengan oksigen. Hughes & Poole 1989 menyatakan bahwa

aliran asam ini diperani oleh mikroorganisme yang terdapat pada permukaan

partikel.

2. Sedimen

Proses Sedimentasi tailing pada umumnya berbentuk padatan tersuspensi

partikel lumpur dalam limbah cair bersama dengan partikel halus (ukuran <75?m)

dalam limbah padat. Sebagai contoh, tailing PT.NMR dibuang melalui pipa

pembuangan ke lingkungan perairan Teluk Buyat di kedalaman ± 82 meter

dengan volume ±2000 ton per hari. Manakala tailing yang mengandung air tawar

bercampur dengan air laut di perairan maka tailing tersebut mengalami

pengelompokan (flocculation) dan terendapkan ke dasar perairan sebagai sedimen,

namun laju pengendapannya berbeda-beda tergantung dari kondisi perairan.

Sedimentasi yang terjadi di suatu perairan dapat berpengaruh antara lain

pada pendangkalan dan perubahan bentang alam dasar laut, kesuburan perairan.
35

2.6.3. Tailing Dam

Tailing dam dapat dibangun dengan banyak cara, baik menggunakan earth

and rock fill dam (biasanya menggunakan waste) dengan prinsip sama seperti

membuat dam penyimpan air atau meggunakan tailing itu sendiri. Kerugian jika

pembangunan dam seperti pembangunan dam penyimpan air maka akan

diperlukan biaya yang tinggi pada awal operasi untuk pembangunan dam dan

kecenderunganoversafe. Asapun sistem pembuangan dam adalah sebagai berikut:

 Sistem upstream

Dilakukan secara progressive sesuai dengan kemajuan proses produksi.

Tipe longsoran yang mungkin terjadi adalah longsoran busur. Sangat

tergantung dengan besar butiran dari tailing karena jika ukuran tailing

terlalu halus, metode ini tidak dapat digunakan

 Sistem down stream

Sistem ini menuntut pembangunan drain yang harus hati-hati pada setiap

pembangunan dam tahap berikutnya.

 Sistem centerline

Metode ini baru bisa dijalankan jika kandungan material kasar cukup besar

dan diperlukan cyclone untuk memisahkannya. Metode ini relatif tidak

umum.

 Sistem gabungan upstream dan down stream


36

Dari segi material yang dibutuhkan juga akan berbeda-beda tergantung

sistem yang digunakam. Sistem up stream menggunakan material yang

paling sedikit sedangkan metode down stream menggunakan material yang

paling banyak agar rembasan dapat dikontrol lebih baik, maka dibuat

internal drainage zone. Pada sistem upstream menggunakan stater dike

dan blanket drain sebagai drainage zone. Untuk down stream drainage

zone dibangun dalam bentuk miring sejajar dengan permukaan dan

digabung dengan blanket drain. Sedangkan untuk certerline berupa tegak

lurusdanblanketdrain.Banyak tailing dam dibangun dengan prinsip dam

penyimpan air karena dengan alasan:

a. Tailing mengandung lempung/liat tinggi.

b. Lingkungan yang basah (curah hujan tinggi).

c. Keinginan untuk mengurangi rembasan.

d. Konsultant hanya berpengalaman dalam perencanaan dam air

Beberapa metode yang tidak umum yaitu:

 Metode pembuangan tailing yang dikentalkan (paste). Tailing yang sudah

kental diletakkan pada tempat terbuka atau dibuang ke laut dalam.

Kerugian jika dibuang ke tempat terbuka adalah sangat sukar untuk

mengontrol erosi dan run off

 Dibuang ke sungai (Freeport, Bougainville)

 Dibuang ke laut (Batu hijau)

 Gabungan dari cara di atas .


37

Bentuk Tailing Dam:

 Ring Dyke/Turkeys Nest

Biasanya digunakan di daerah terrain yang flat, tidak ada run off dari

daerah tangkapan air. Pembangunannya dapat ditumpuk.

 Cross Valley

Lokasi dam pada kepala lembah untuk menghindari flow dari daerah

tangkapan air. Dalam kondisi tertentu arah aliran dapat di ubah dengan

membangun dam di hulu.


38
39
40
41
42

Anda mungkin juga menyukai