OLEH:
KELOMPOK 8
KELOMPOK 9
KELOMPOK 10
1
LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat
Penulis
2
DAFTAR ISI
Sampul Dalam...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia..............................................................................................4
2.1.1 Pengertian Lansia.............................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Lansia.............................................................................4
2.1.3 Tipe Lansia.......................................................................................5
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia............................................................6
2.1.5 Masalah Fisik Lansia........................................................................7
2.1.6 Penyakit pada Lansia........................................................................8
2.2 Konsep Penyakit...........................................................................................9
2.2.1 Definisi.............................................................................................9
2.2.2 Faktor Resiko...................................................................................9
2.2.3 Klasifikasi.......................................................................................11
2.2.4 Etiologi...........................................................................................12
2.2.5 Pathway..........................................................................................14
2.2.6 Patofisiologi...................................................................................15
2.2.7 Manifestasi Klinis..........................................................................16
2.2.8 Komplikasi.....................................................................................17
2.2.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................17
2.2.10 Penatalaksanaan Medis..................................................................18
BAB 3 LAPORAN KASUS...................................................................................26
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan.................................................................................................….41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................44
5.2 Saran...............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................46
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan DKI Jakarta (masing-masing 9,7 per 1000 penduduk). Prevalensi stroke
berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di
Sulawesi Selatan (17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000
penduduk), Sulawesi Tengah (16,6 per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur
sebesar 16 per 1000 penduduk. Kasus stroke di provinsi Jawa Tengah tahun
2013 sebesar 12,3 per seribu penduduk.
Dampak yang ditimbulkan akibat stroke antara lain adalah kelemahan atau
kelumpuhan pada ekstremitas anggota gerak. Akibat dari kelemahan anggota
gerak akan menyebabkan munculnya masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik dan resiko jatuh. Selain itu lansia juga akan mengalami
gangguan pada otak bagian thalamus atau sub kortikal yang dapat
mempengaruhi kualitas dan pola tidur akibat terjadinya insomnia post stroke.
Kesepian juga dapat terjadi pada lansia yang tinggal di rumah pelayanan social
karena merasa ditinggalkan oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan
ketidakmampuan penderita stroke dalam melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri. Mereka menjadi bergantung kepada orang lain di sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan penyakit
stroke sebagai studi kasus pada laporan asuhan keperawatan gerontik ini, agar
penulis lebih memahami bagaimana proses keperawatan yang dilakukan pada
lansia dengan riwayat penyakit stroke.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan riwayat
stroke.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada lansia dengan riwayat stroke.
2. Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
riwayat stroke.
3. Menyusun rencana intervensi keperawatan pada lansia dengan riwayat
stroke.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada lansia dengan riwayat stroke.
2
5. Melakukan evaluasi pada lansia dengan riwayat stroke.
6. Melakukan dokumentasi keperawatan pada lansia dengan riwayat
stroke.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pembaca
Sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan awal tentang
kasus stroke pada lansia.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Lansia
1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status
dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti
semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19
ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011)
4
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
5
Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I.
Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur
lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu:
1. Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi
Tunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan
palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya
2. Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya
mulukmuluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta
memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan
romantika hidup).
6
tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam
tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
e) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang
diri.
f) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anakanaknya yang telah dewasa
g) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup.
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif
secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk
bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang
introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu
orang baru selama pensiun.
7
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
d) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)
4) Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
a) Obat-obat pencahar perut
b) Keadaan diare
c) Kelainan pada usus besar
d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
5) Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
a) Presbiop
8
2. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering
ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et
al, 2002).
9
menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping
itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah. Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke.
Dikemudian hari seperti penyakit jantung reumatik, penyakit jantung koroner
dengan infark obat jantung dan gangguan irana denyut jantung. Factor resiko
ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke
otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke
aliran darah.
4. Diabetes mellitus (DM). Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena
2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat
aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga
berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
Diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak sampai
berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke
otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
1. Usia lanjut. Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah,
termasuk pembuluh darah otak.
2. Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi dapat
menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
3. Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar
kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah,
salah satunya pembuluh drah otak.
4. Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga terjadi aterosklerosis. Merokok dapat meningkatkan konsentrasi
fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah dan peningkatan kekentalan darah.
10
2.3 Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu:(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan
keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral
yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll).
11
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
1) TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan
hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2) Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3) Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
2.4 Etiologi
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stroke (Black & Hawks, 2009;
Price & Wilson, 2005) adalah:
a. Trombosis
Trombosis merupakan proses pembentukan trombus dimulai dengan
kerusakan dinding endotel pembuluh darah paling sering karena
aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan penumpukan lemak dan
membentuk plak di dinding pembuluh darah. Pembentukan plak yang
terus menerus akan menyebabkan obstruksi yang dapat terbentuk di
dalam suatu pembuluh darah otak atau pembuluh organ distal. Pada
trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas dan dibawa melalui sistem
arteri otak sebagai suatu embolus (Black & Hawks, 2009).
b. Emboli
Embolus yang terlepas akan ikut dalam sirkulasi dan terjadi sumbatan
pada arteri serebral yang menyebabkan stroke embolik, lebih sering
terjadi pada atrial fibrilasi kronik (Price & Wilson, 2005).
c. Hemoragik
Sebagian besar hemoragik intraserebral disebabkan oleh rupture karena
arteriosklerosis dan pembuluh darah hipertensif. Hemoragik intraserebral
12
lebih sering terjadi pada usia >50 tahun karena hipertensi. (Black &
Hawks, 2009).
d. Penyebab lain
Stroke dapat disebabkan oleh hiperkoagulasi termasuk defisiensi protein
C dan S serta gangguan pembekuan yang menyebabkan trombosis dan
stroke iskemik. Penyebab tersering adalah penyakit degenerative arterial
baik arteriosklerosis pada pembuluh darah besar maupun penyakit
pembuluh darah kecil. Penyebab lain yang jarang terjadi diantaranya
adalah penekanan pembuluh darah serebral karena tumor, bekuan darah
yang besar, edema jaringan otak dan abses otak (Black & Hawks, 2009).
13
2.5 Pathway
14
2.6 Patofisiologi
15
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan
sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah
lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan
71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan
volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach,
1999 cit Muttaqin 2008).
16
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
2.8 Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi (infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis).
2. Berhubungan dengan paralisis (nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh)
3. Berhubungan dengan kerusakan otak (epilepsi dan sakit kepala).
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
17
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum
dan kemudian berangsur-rangsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
18
Pengobatan Konservatif
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan penurunan kekuatan otot, kelemahan anggota gerak
sebelah badan, keterbatasan rentang gerakbicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain sehingga pasien terbatas dalam rentang
geraknya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
Pengumpulan Data
A. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan seperti aktivitas
makan, berpakaian(mengenakan pakaian), menuju kamar mandi, eliminasi
(Ketidakmampuan mencapai toilet), hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi,
mudah lelah, kesulitan dalam membolak-balikkan posisi, kelemahan dan
susah tidur.
20
B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensi arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
serta kelemahan otot pengunyah.
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada
bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi
yang sama di muka, gangguan sistem saraf pusat
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka,
ketidaknyamanan.
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
21
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.Ketidakmampuan
berkomunikasi serta sulit mengungkapkan kata-kata.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan Mobilitas Fisik
2. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Defisit Perawatan Diri
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
22
Kolaborasi dengan
dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak
minum
Pertahankan terapi IV
line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
Berhubungan dengan : Mobility Level Monitoring vital sign
Gangguan Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan
metabolisme sel Transfer performance lihat respon pasien saat
Keterlembatan Setelah dilakukan tindakan latihan
perkembangan keperawatan Konsultasikan dengan
Pengobatan selama….gangguan mobilitas terapi fisik tentang rencana
Kurang support fisik teratasi dengan kriteria ambulasi sesuai dengan
lingkungan hasil: kebutuhan
Keterbatasan Klien meningkat dalam Bantu klien untuk
ketahan aktivitas fisik menggunakan tongkat saat
kardiovaskuler Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah
Kehilangan peningkatan mobilitas terhadap cedera
integritas struktur Memverbalisasikan perasaan Ajarkan pasien atau
tulang dalam meningkatkan kekuatan tenaga kesehatan lain
dan kemampuan berpindah tentang teknik ambulasi
Terapi
Memperagakan penggunaan Kaji kemampuan pasien
pembatasan gerak
alat Bantu untuk mobilisasi dalam mobilisasi
Kurang
(walker) Latih pasien dalam
pengetahuan
tentang kegunaan pemenuhan kebutuhan
pergerakan fisik ADLs secara mandiri
Indeks massa sesuai kemampuan
tubuh diatas 75 Dampingi dan Bantu
tahun percentil pasien saat mobilisasi dan
sesuai dengan usia bantu penuhi kebutuhan
Kerusakan ADLs ps.
persepsi sensori Berikan alat Bantu jika
Tidak nyaman, klien memerlukan.
23
nyeri Ajarkan pasien
Kerusakan bagaimana merubah posisi
muskuloskeletal dan berikan bantuan jika
dan neuromuskuler diperlukan
Intoleransi
aktivitas/penuruna
n kekuatan dan
stamina
Depresi mood
atau cemas
Kerusakan
kognitif
Penurunan
kekuatan otot,
kontrol dan atau
masa
Keengganan
untuk memulai
gerak
Gaya hidup
yang menetap,
tidak digunakan,
deconditioning
Malnutrisi
selektif atau umum
DO:
Penurunan
waktu reaksi
Kesulitan
merubah posisi
Perubahan
gerakan
(penurunan untuk
berjalan,
kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
Keterbatasan
motorik kasar dan
halus
Keterbatasan
ROM
Gerakan
disertai nafas
pendek atau tremor
Ketidak
stabilan posisi
24
selama melakukan
ADL
Gerakan sangat
lambat dan tidak
terkoordinasi
25