Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“PENGENALAN ALAT”
MIKROBIOLOGI
Oleh:
(NIM : 0110840201)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
WHO di Jenewa tahun 1977 menyatakan keprihatinan meningkatnya resestensi
antibiotika di seluruh dunia yang dikaitkan dengan penggunaan antimikrobio pada manusia
maupun hewan. Adanya resistensi beberapa kelompok bakteri menyebabkan wabah infeksi
yang serius dan menyebabkan kematian.
Resistensi terhadap antibiotika adalah fenomena yang alami. Bila suatu antibiotika
digunakan, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika tersebut memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk dapat terus hidup daripada bakteri lain yang lebih
“rentan.” Bakteri yang rentan akan dapat dibasmi atau dihambat pertumbuhannya oleh
suatu antibiotika, menghasilkan suatu tekanan selektif terhadap bakteri lain yang masih
bertahan hidup untuk menciptakan turunan yang resisten terhadap antibiotika. Namun
demikian, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika dalam jumlah yang
sangat tinggi sekarang ini disebabkan karena adanya penyalahgunaan dan penggunaan
antibiotika secara berlebihan. Di beberapa negara dan melalui internet, antibiotik dapat
dibeli tanpa adanya resep dokter. Pasien kadang-kadang minum antibiotik meskipun ia
tidak membutuhkannya, untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti
selesma . Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat
mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih kuat
dan kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri yang telah mengalami
resistensi terhadap antibiotika ini dapat menyebar ke anggota keluarga, teman ataupun
tetangga lain sehingga mengancam masyarakat akan hadirnya jenis penyakit infeksi baru
yang lebih sulit untuk diobati dan lebih mahal juga biaya pengobatannya .
B. TUJUAN
- Untuk melihat kepekaan bakteri pada ketiak terhadap antibiotik erytromysin.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander Fleming pada tahun 1927
menemukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Setelah mulai digunakan secara umum
pada tahun 1940, maka antibiotika bisa dibilang merubah dunia pengobatan serta mengurangi
angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis .
(1) resistensi primer yang merupakan resistensi alamiah terhadap kuman, contohnya
bakteri Staphylococcus yang mengandung enzim penisilinase dapat mengubah
penisilin menjadi asam penisilinoat yang tidak mampu membunuh kuman itu;
(2) resistensi sekunder, yaitu karena adanya muatan-muatan yang berkembang biak
menjadi spesies yang resisten;
(3) resisten episomal atau plasmid yang dapat terjadi karena bakteri mentransfer DNA
kepada bakteri lain melalui kontak antarsel bakteri sejenis dan antarbkateri yang
berlainan jenis; serta
(4) resistensi silang, yaitu resistensi bakteri terhadap suatu antibiotic dengan semua
derivatnya. Sebagai contoh, penisilin dengan ampisilin, rifampisin dengan rifamisin,
dan berbagai jenis sulfonamide. Untuk menghindari resistensi silang, digunakna dosis
antibiotic yang relative lebih tinggi daripada dosis efektif minimum dalam waktu
singkat .
Resistensi antibiotik adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk
menahan efek antibiotic. Resistensi antibiotic terjadi ketika bakteri dapat merubah diri
3
4
sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat
lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi.
Akibatnya bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan bereproduksi sehingga makin
membahayakan. Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis
antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.
Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisiten
terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenarnya bakteri yanag ada di dalam tubuh
tersebutlah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya . Antibiotik
menghentikan atau mengganggu sejumlah proses seluler sehari-hari yang mengandalkan bakteri
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, seperti: melumpuhkan produksi dinding sel bakteri
yang melindungi sel dari lingkungan eksternal mengganggu sintesis protein dengan mengikat
mesin yang membangun protein, asam amino dengan asam amino mendatangkan malapetaka
dengan proses metabolisme, seperti sintesis asam folat, sebuah vitamin B yang dibutuhkan
bakteri untuk berkembang memblokir sintesis DNA dan RNA.
1. Metode difusi
Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar
yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar
tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh agen antimikroba permukaan media agar. Metode E-test
digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration) atau
KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen
4
5
2. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian
tengah secara membujur dan mikroba uji ( maksimum 6 macam ) digoreskan
kearah parit yang berisi agen antimikroba.
3. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan mitode disc diffusion , dimana dibuat sumur pada
media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
diberi agen antimikroba yang akan diuji.
4. Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoretis
bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji
ditambahkan. Campuran kemudian dituang kedalam cawan petri dan diletakkan
dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dihitung diatasnya. Plate
diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan
permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada
arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai
panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin
dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.
Bila: X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin
Y = panjang pertumbuhan actual
5
6
C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/mL atau
μ/mL,
Maka konsentrasi hambatan adalah: [(X.Y)]: C mg/mL atau μg/mL.Yang perlu
diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat
dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil
pada media padat .
6
7
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. ALAT
- Mortal dan pestle
- Cawan petri (3)
- Spatula
- Pinset
- Buncen
- Tabung reaksi
- Gelas ukur
- Ose
- Vortex
- Cotton bud
B. Bahan
- Antibiotik (erytromysin)
- Aquades
- Cakram kosong
- NaCl 0,9%
- Biakan bakteri (axila)
- Kapas
C. Cara kerja
1. Menumbuk antibiotic kaplet dengan mortar dan pestle hingga menjadi bubuk
2. Masukan bubuk antibiotic kedalam cawan petri berisi aquades
3. Mengaduk menggunakan spatula hingga rata
4. memanaskan pinset dengan api buncen, tunggu sejenak
5. Mengambil cakram kosong menggunakan pinset
6. Memasukan cakram kedalam cawan petri, rendam selama 5 menit
7
8
8
9
BAB IV
A. HASIL
Erythromycin
Resisten = 13
Intermediate = 14-22
Susceptible = 23
B. PEMBAHASAN
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghambat perkembang biakan
dan menimbulkan lisis. Contoh : penisilin dan sefalosforin.
2. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga
menimbulkan kebocoran dan kehilangan cairan intraseluler. Contoh : nistatin.
9
10
10
11
BAB V
KESIMPULAN
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12