Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. S DENGAN KASUS DIABETES MILETUS


DIRUANG LCI AL-FAT RSI KENDAL 2011

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
 ALICIA D.F SILAMBI
 AMIN SHOLIKAH
 CORNELIS F.
 JUNITHA TAMBANE
 LAODE HISOKAWA
 JANET KREY

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III
AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY
JAYAPURA
2017
I. PENGERTIAN

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer
dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis
adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

II. KLASIFIKASI
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification
and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus
tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
III. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.

2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya


mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes
Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,


diantaranya adalah:

a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65


tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
IV. PATOFISIOLOGI

Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh
berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel
macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).

V. GEJALA KLINIS

Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes


Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun,
Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
VI. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah


1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

1) Grade 0 : tidak ada luka


2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada
permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan
tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
bawah distal
VII. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK

Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa


darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu
puasa yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas
200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik
penyakit DM.

VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-
macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
 kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
 kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a) Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10)DM dan underweight
11)DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa factor antara lain:
 lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut,
lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan
absorpsi setiap hari.
 Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam
waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan
otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah
suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
 Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai.
Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya
daripada subcutan.
 Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan
dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau
pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.
Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi
koma diabetik.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S


DENGAN DM DIRUANG LCI AL-FAT RSI KENDAL 2011

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk RS : 31 Maret 2011
Tanggal Pengkajian : 01 April 2011
No. Reg : 61.858
Ruang/Bangsal : LCI AL-FAT
Diagnosa Medis : DM

A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tukang
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Gempol Sewo

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.K
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Gempol Sewo
Hubungan dengan klien: Istri Pasien
B. STATUS KESEHATAN
a) Keluhan Utama
Klien mengatakan cekot-cekot diluka pergelangan kaki kiri, luka tidak
sembuh.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih satu minggu sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan
habis jatuh dari tempat tidur dan terdapat luka gores ± 5 sentimeter. Luka
tidak sembuh-sembuh makin lama makin melebar, terasa nyeri, keluar
nanah dari luka tersebut akhir-akhir ini. Klien sering merasa lemas dan
pusing. Klien juga mengatakan kedua kakinya sering merasa kesemutan.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien sebelumnya pernah dirawat selama 6 (enam) kali di Rumah Sakit
Islam Kendal karena sakit yang sama pada :
a. Tanggal 20 Oktober 2008
b. Tanggal 22 Juli 2010
c. Tanggal 3 agustus 2010
d. Tanggal 15 Oktober 2010
e. Tanggal 9 November 2010
f. Tanggal 8 desember 2010
Klien juga mempunyai riwayat hipertensi
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat Diabetus Militus
maupun Hipertensi.

C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1) Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang sangat penting. Apabila ada
keluarga ataupun dirinya sakit, maka keluarga pasien membawa ke
pelayanan kesehatan, klinik ataupun puskesmas. Selama ini klien
mengetahui kalau dirinya menderita penyakit Diabetus Militus.
2) Data Nutrisi dan Metabolik
Klien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3 kali sehari dan habis satu
porsi, Klien sudah mengetahui kalau menderita DM, namun klien kurang
tau cara perawatan penyakitnya. Selama sakit klien tidak mengalami
gangguan dalam nafsu makan. Klien makan 3 kali sehari dan habis 1 porsi
yang sudah disediakan oleh Rumah Sakit dan klien tidak makan
makanan yang lain selain makanan dari Rumah Sakit.
3) Pola Cairan dan Metabolisme
Sebelum sakit dan dibawa kerumah sakit klien banyak minum air putih
(kira-kira 1500 ml/hari). Selama sakit klien jadi jarang minum (kira-kira
1000 ml/hari), klien tidak pernah minum kopi.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan pola tidur tidak tentu. Kalau siang hari setiap merasa
ngantuk langsung tidur, begitupun juga dimalam hari stiap habis shalat
isya klien tidur tapi jam 12 malam kadang klien bangun dan melaksanakan
shalat malam.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum masuk Rumah Sakit klien bekerja sebagai tukang. Selama sakit
dan kaki klien ada luka dan klien sering merasa lemas sehingga klien lebih
sering tiduran karena kaki klien terasa sakit jika digunakan untuk gerak.
6) Pola Eliminasi
Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien biasa BAK ± 5-6 kali sehari dan
buang air besar 1 kali sehari. Selama sakit frekuensi BAK berkurang
menjadi 4-5 kali sehari. Klien mengatakan sudah BAB 1kali hari ini. BAB
sebelum sakit berwarna kecoklatan lembek berbentuk.
7) Pola Persepsi dan Kognitif
Klien tidak mengalami gangguan sensorik seperti pendengaran,
pengecapan maupun penghidung. Gangguan sedikit terjadi pada indra
peraba yaitu terjadi di pergelangan kaki dekat ulkus. Indra peraba kurang
peka bila ada sensor dari luar. Klien merasakan nyeri dan cekot-cekot di
ulkus pergelangan kaki kiri. Adapun karakter nyeri yang dirasakan klien
yaitu :
P : Ulkus Diabetus Militus dipergelangan kaki kiri
Q : Nyeri hilang timbul, tetapi sakit bertambah jika digunakan untuk
bergerak
R : Nyeri Terjadi di sekitar ulkus, disekitar pergelangan kaki kiri
S : Drajat nyeri antara 5-6
T : Nyeri sering dirasakan waktu malam hari, lamanya sekitar kurang
lebih 10 menit hilang dan timbul lagi. Tapi klien merasa nyeri
berkurang setiap kali selesai dirawat
8) Pola Reproduksi dan Seksual
Klien adalah seorang ayah dengan 3 orang anak, anak pertama sudah
menikah, anak ke dua dan ke tiga belum menikah. Istri klien hanya sebagai
ibu rumah tangga. Sebelum sakit klien masih melakukan hubungan seksual
namun selama sakit klien tidak melakukan hubungan seksual lagi.
9) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien mengatakan saat ini klien ingin cepat sembuh dan lukanya cepat
mongering dan tidak menjalar kemana-mana. Dengan kondisi yang
sekarang ini klien tidak putus asa. Klien optimis akan hidupnya
10)Pola Mekanisme Koping
Klien sangat dekat dengan istrinya. Setiap kali klien mempunyai masalah
selalu mendiskusikan dengan istrinya.
11)Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien maupun keluarga klien beragama islam. Mereka selalu menjalankan
ibadah shalat 5 waktu. Klien percaya bahwa segala sesuatu berawal dari
Allah SWT. Dan akan kembali lagi kepada-Nya. Selama sakit klien tidak
pernah menjalankan shalat 5 waktu.

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum: Lemah
b. Kesadaran: Composmentis (E=4, V=5, M=6)
c. Tanda-Tanda Vital:
 TD : 140/90 mmHg
 SB : 36,2 ºC
 RR : 20 x/menit
 N : 84 x/menit
d. Berat Badan: 50 kg
e. Tinggi Badan: 154 cm
f. Kepala: Bentuk meshosepal, tidak ada luka
g. Rambut: Rambut klien hitam dan campur putih
h. Mata: Skiera tidak Ikterik, Konjungtiva tidak anemis,mata bersih dalam
pemeriksaan visus dapatkanvisus 2/60
i. Hidung: Bersih, simetrik, tidak ada polip, tidak adanapas cuping hidung
j. Telinga: Bersih, tidak ada serumen, tidak mengalami penurunan
pendengaran
k. Mulut: Mukasa bibir lembab, mulut sedikit kotor,gigi kotor dan sebagian
gigi sudah ompong.
l. Leher : simetris, tidak ada pembengkakan kelenjartiroid, tidak ada luka
ataupun benjolan
m. Dada : Simetris, tidak ada alat bantu pernapasan
n. Perut : Bersih, tidak ada massa
o. Genetalia : Bersih, tidak mengalami gangguan, tidak terpasang kateter
p. Ekstermitas atas : Kedua tangan masih bisa bergerak secara normal.
Terpasang infus tanggal 31 Maret 2011 jam 22.00 WIB. dengan
cairaninfusNaCl 0,9 % 40 tetes per menit. Infuster pasang di tangan kiri
q. Ekstermis bawah : Kaki kiri terdapat ulkus di pergelangan kaki dengan
grade:3 luas 1 X 5 cm. Ulkusklien terdapat pus basah. Daerah sekitar luka/
ulkus tampak kehitaman. Kaki kanan normal, klien mengalami gangguan
dalam aktivitas, karna kaki terasa sakit bila digerakan.
r. Kulit : Kulit pasien kering warna sawo matang.Tidak terdapat edema, kulit
sekitar edema menghitam.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (Laboratorium 31 Maret 2011)
Jenis Hasil Normal
Hemoglobin 12,07 gr% 12,00 – 15,00 gr%
Hemotoklit 36,70% 35,00 – 47,00%
Trombosit 213.000 mm3 150.000-400.000 mm3
Lekosit 7.800 mm3 4.000-10.000 mm3
Eritrosit 2,76 mm3 4,5-6 juta/mm3
GDS 479 mg/dl <200 mg/dl
Ureum 40 mg/dl 20-40 mg/dl
Creatinin 20 mg/dl 20-40 mg/dl
SGOT 30 gr/dl s.d 37 gr/dl
SGPT 16 gr/dl s.d 37 gr/dl
Asam Urat 5,7 mg/dl 2,5-6,5 mg/dl
Cholesterol 375 <200
Trigliserida 327 <200

F. Therapy
- Infus NaCl 40 tetes per menit
- Clidamicin 2x150 mg
- Vit B kompleks 3x1 tab
- Captopril 3x12,5 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Diit rendah Garam
- Rawat luka tiap hari

G. KLASIFIKASI DATA
DS DO
- Klien mengatakan cekot-cekot - Terdapat ulkus di pergelangan
pada pergelangan kaki kiri kaki kiri ukuran 1 X 5 cm
- Klien mengatakan luka tidak - Luka basah dan ada pus
sembuh-sembuh - Daerah sekitar ulkus kehitaman,
- Klien menyatakan sering merasa bila kaki digerakan terasa nyeri
lemes dan kakinya tambah sakit - Karakteristik nyeri :
jika digerakan P :Ulkus diabetus militus di
- Klien mengatakan kedua kakinya pergelangan kaki kiri, ulkus klien
sering merasa kesemutan terdapat pus,basah.
- Klien mengatakan kurang tau Q :Nyeri hilang timbul tetapi sakit
tentang cara perawatan bertambah, jika digunakan untuk
penyakitnya bergerak.
- Klien mengatakan sebelumnya R :Nyeri terjadi disekitar ulkus,
pernah dirawat 6x di Rumah Sakit disekitar pergelangan kaki kiri
karena sakit yang sama S :Drajat nyeri diantara 5-6
T :Nyeri sering dirasakan waktu
malam hari , lamanya sekitar
kurang
lebih 10 menit, hilang dan timbul
lagi
- Klien hanya tiduran ditempat
tidur
- GDS : 479 g /dl
- Trigliserida : 327

H. ANALISA DATA
N DS/DO PROBLEM ETIOLOGI
O
1. Ds : Klien mengatakan cekot- Gangguan rasa Diskontinuitas
cekot nyaman dan nyeri jaringan
pada luka di pergelangan kaki
kiri
Do :
P:Ulkus diabetus militus di
pergelangan kaki kiri, ulkus
klien terdapat pus,basah.
Q:Nyeri hilang timbul tetapi
sakit bertambah, jika
digunakan untuk bergerak.
R:Nyeri terjadi disekitar ulkus,
disekitar pergelangan kaki kiri
S:Drajat nyeri diantara 5-6
T:Nyeri sering dirasakan
waktu
malam hari , lamanya sekitar
kurang lebih 10 menit, hilang
dan timbul lagi.
2. Ds: Klien sering mengatakan Gangguan perfusi Penurunan aliran
sering kesemutan jaringan perifer darah vena-arteri
Do: Terdapat ulkus
dipergelangan kaki kiri.
Ukuran 1x5 cm,
Ulkus klien terdapat pus,
basah. Daerah sekitar ulkus
kehitaman.

3. Ds: Klien mengatakan luka Kerusakan Penurunan aliran


tidak sembuh-sembuh. integritas kulit darah dan nutrisi
Do: Terdapat uklus di ke jantung
pergelengan kaki kiri dengan
ukuran 1x5 cm
4. Ds: Klien mengatakan sering Kelemahan Penurunan
merasa lemas metabolisme
Do: Klien hanya tiduran di energi
tempat
tidur
- GDS : 479 g/dl
- Trigliserida : 327
5. Ds: Klien mengatakan lukanya Resiko infeksi Perubahan
tidak sembuh-sembuh sirkulasi darah
Do:Terdapat
ulkusdipergelangan
kaki kiri. Ukuran 1x5 cm,
Ulkus klien terdapat pus,
basah.Daerah sekitar ulkus
kehitaman.
Lekosit: 7800 mm3
6. Ds: Klien mengatkan kurang Kurang Kurangnya
tahu pengetahuan informasi tentang
tentang cara perawatan penyakit DM
penyakitnya.
Klien mengatakan sebelumnya
pernah dirawat 6 kali di RS.
Karena sakit yang sama
Do:
-GDS :479

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
alirandarah vena dan arteri
3. Gangguan integritas kilit berhubungan dengan penurunan aliran
darah dan nutrisi ke jaringan
4. Kelemahan berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahansirkulasi darah
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit.

III. ASKEP
Dx Kep. Tujuan Intervensi Rasional Tgl/ Implementasi Evaluasi
Jam
Gangguan rasa Nyeri pada 1. Kaji 1. Mengetahui 01 1. Mengkaji S:
nyaman nyeri klien dapat keadaan keadaan April keadaan umum -Klien
berhubungan berkurang umum klien sebenarnya 2011 klien mengatakan
dengan setelah pada pasien. 08.12 Respon: nyeri sudah
diskontinuitas dilakukan S:klien mendingan,
jaringan tindakan 2. 2. Memantau mengatakan agak berkurang
10.46
ditandai selama Observasi keadaan umum luka terasa
dengan: 3x24 jam TTV pasien cekot-cekot O:
dengan O:Klien -Klien tampak
DS: KH: 3.Untuk 11.05 tampak lemah tenang
-Klien - Klien 3. Kaji mengetahui -Klien tampak
mengatakan tenang tingkat tingkat nyeri 2.Mengobserva rileks
cekot-cekot - Skala nyeri pasien px dgn si TTV -TD:
pada luka di nyeri 3 menggunakan Respon: 136/80mmHg
pergelangan - klien PQRST S:klien -N: 80 x/m
kaki kiri dapat menanyakan -SB: 36,5oC
12.00
istirahat hasil dari -RR: 22 x/m
DO: pemeriksaan -P: ulkus DM di
-P: ulkus DM 4. Mengurangi TTV “hasilnya pergelangan
di pergelangan 4. Anjurkan rasa nyeri pada 13.00 berapa sus?” kaki kiri,
kaki kiri, teknik klien O: terdapat
terdapat distraksi -TD:140/90 pus,basah.
pus,basah. dan mmHg Q: nyeri hilang
Q: nyeri hilang relaksasi -N:84 x/m timbul tetapi
timbul tetapi 5. Memberikan -SB: 36,2 ºC sakit bertambah
sakit 5. Rawat rasa nyaman -RR:20 x/m jika digunakan
bertambah jika luka dengan untuk bergerak.
digunakan ganti balut R: nyeri terjadi
untuk disekitar ulkus,
bergerak. 6. mengurangi 3.Mengkaji disekitar
R: nyeri terjadi 6.Kolaboras rasa nyeri tingkat nyeri : pergelangan
disekitar ulkus, i pemberian -P: ulkus DM kaki kiri.
disekitar obat anti di pergelangan S: Derajat nyeri
pergelangan nyeri. kaki kiri, diantara 6
kaki kiri. terdapat T: nyeri sering
S: Derajat pus,basah. dirasakan waktu
nyeri diantara Q: nyeri hilang malam hari,
6 timbul tetapi lamanya sekitar
T: nyeri sering sakit kurang lebih 8
dirasakan bertambah jika menit, hilang
waktu malam digunakan timbul lagi.
hari, lamanya untuk
sekitar kurang bergerak. A:masalah
lebih 10 menit, R: nyeri terjadi belum teratasi
hilang dan disekitar ulkus,
timbul lagi. disekitar P:lanjutkan
pergelangan intervensi
TTV: kaki kiri.
-TD: 140/90 S: Derajat
mmHg nyeri diantara
-SB: 36,2 ºC 6
-RR: 20 x/m T: nyeri sering
-N: 84 x/m dirasakan
waktu malam
Keadaan hari, lamanya
sekitar kurang
umum:lemah
lebih 10 menit,
hilang timbul
lagi.

4.Menganjurka
n teknik
relaksasi
Respon:
S:klien
mengatakan
lebih rileks dan
nyeri sudah
agak sedikit
berkurang
setelah tarik
nafas dalam
O:klien
mempraktekka
n apa yang
sudah
diajarkan

5.Merawat
luka dan ganti
balut klien
Respon:
S:klien
mengatakan
lebih nyaman
dan nyeri
berkurang
O:luka terlihat
bersih,tidak
ada pus,
balutan kering

6.Memberika
obat anti nyeri
Respon:
S: klien
mengatakan
nyeri
berkurang
O: derajat
nyeri 6

IV. CATATAN PERKEMBANGAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI


1 08 april 2011 / 08.12 Gangguan rasa nyaman nyeri S:
berhubungan dengan diskontinuitas -Klien mengatakan
jaringan nyeri sudah
mendingan, agak
berkurang

O:
-Klien tampak
tenang
-Klien tampak rileks
-TD: 136/80mmHg
-N: 80 x/m
-SB: 36,5oC
-RR: 22 x/m
-P: ulkus DM di
pergelangan kaki
kiri, terdapat
pus,basah.
Q: nyeri hilang
timbul tetapi sakit
bertambah jika
digunakan untuk
bergerak.
R: nyeri terjadi
disekitar ulkus,
disekitar
pergelangan kaki
kiri.
S: Derajat nyeri
diantara 6
T: nyeri sering
dirasakan waktu
malam hari, lamanya
sekitar kurang lebih
8 menit, hilang
timbul lagi.

A:masalah belum
teratasi

P:lanjutkan
intervensi
09 april 2011 /
2 08.00
S:
-Klien mengatakan
nyeri sudah lumayan
berkurang

O:
-Klien tampak
tenang
-Klien tampak rileks
-TD: 138/84mmHg
-N: 86 x/m
-SB: 36oC
-RR: 20 x/m
-P: ulkus DM di
pergelangan kaki
kiri, terdapat
pus,basah.
Q: nyeri hilang
timbul tetapi sakit
bertambah jika
digunakan untuk
bergerak.
R: nyeri terjadi
disekitar ulkus,
disekitar
pergelangan kaki
kiri.
S: Derajat nyeri
diantara 5
T: nyeri sering
dirasakan waktu
malam hari, lamanya
sekitar kurang lebih
7 menit, hilang
timbul lagi.

A:masalah belum
teratasi

P:lanjutkan
intervensi

3 10 april 2011 /
08.28 S:
-Klien mengatakan
nyeri sudah
berkurang

O:
-Klien tampak
tenang
-Klien tampak rileks
-TD: 138/80mmHg
-N: 82 x/m
-SB: 36,6oC
-RR: 20 x/m
-P: ulkus DM di
pergelangan kaki
kiri, terdapat
pus,basah.
Q: nyeri hilang
timbul tetapi sakit
bertambah jika
digunakan untuk
bergerak.
R: nyeri terjadi
disekitar ulkus,
disekitar
pergelangan kaki
kiri.
S: Derajat nyeri
diantara 5
T: nyeri sering
dirasakan waktu
malam hari, lamanya
sekitar kurang lebih
6 menit, hilang
timbul lagi.
A:masalah belum
teratasi

P:lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai