DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
ALICIA D.F SILAMBI
AMIN SHOLIKAH
CORNELIS F.
JUNITHA TAMBANE
LAODE HISOKAWA
JANET KREY
II. KLASIFIKASI
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification
and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus
tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
III. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh
berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel
macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).
V. GEJALA KLINIS
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-
macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10)DM dan underweight
11)DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa factor antara lain:
lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut,
lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan
absorpsi setiap hari.
Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam
waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan
otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah
suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai.
Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya
daripada subcutan.
Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan
dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau
pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.
Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi
koma diabetik.
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk RS : 31 Maret 2011
Tanggal Pengkajian : 01 April 2011
No. Reg : 61.858
Ruang/Bangsal : LCI AL-FAT
Diagnosa Medis : DM
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tukang
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Gempol Sewo
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum: Lemah
b. Kesadaran: Composmentis (E=4, V=5, M=6)
c. Tanda-Tanda Vital:
TD : 140/90 mmHg
SB : 36,2 ºC
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit
d. Berat Badan: 50 kg
e. Tinggi Badan: 154 cm
f. Kepala: Bentuk meshosepal, tidak ada luka
g. Rambut: Rambut klien hitam dan campur putih
h. Mata: Skiera tidak Ikterik, Konjungtiva tidak anemis,mata bersih dalam
pemeriksaan visus dapatkanvisus 2/60
i. Hidung: Bersih, simetrik, tidak ada polip, tidak adanapas cuping hidung
j. Telinga: Bersih, tidak ada serumen, tidak mengalami penurunan
pendengaran
k. Mulut: Mukasa bibir lembab, mulut sedikit kotor,gigi kotor dan sebagian
gigi sudah ompong.
l. Leher : simetris, tidak ada pembengkakan kelenjartiroid, tidak ada luka
ataupun benjolan
m. Dada : Simetris, tidak ada alat bantu pernapasan
n. Perut : Bersih, tidak ada massa
o. Genetalia : Bersih, tidak mengalami gangguan, tidak terpasang kateter
p. Ekstermitas atas : Kedua tangan masih bisa bergerak secara normal.
Terpasang infus tanggal 31 Maret 2011 jam 22.00 WIB. dengan
cairaninfusNaCl 0,9 % 40 tetes per menit. Infuster pasang di tangan kiri
q. Ekstermis bawah : Kaki kiri terdapat ulkus di pergelangan kaki dengan
grade:3 luas 1 X 5 cm. Ulkusklien terdapat pus basah. Daerah sekitar luka/
ulkus tampak kehitaman. Kaki kanan normal, klien mengalami gangguan
dalam aktivitas, karna kaki terasa sakit bila digerakan.
r. Kulit : Kulit pasien kering warna sawo matang.Tidak terdapat edema, kulit
sekitar edema menghitam.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (Laboratorium 31 Maret 2011)
Jenis Hasil Normal
Hemoglobin 12,07 gr% 12,00 – 15,00 gr%
Hemotoklit 36,70% 35,00 – 47,00%
Trombosit 213.000 mm3 150.000-400.000 mm3
Lekosit 7.800 mm3 4.000-10.000 mm3
Eritrosit 2,76 mm3 4,5-6 juta/mm3
GDS 479 mg/dl <200 mg/dl
Ureum 40 mg/dl 20-40 mg/dl
Creatinin 20 mg/dl 20-40 mg/dl
SGOT 30 gr/dl s.d 37 gr/dl
SGPT 16 gr/dl s.d 37 gr/dl
Asam Urat 5,7 mg/dl 2,5-6,5 mg/dl
Cholesterol 375 <200
Trigliserida 327 <200
F. Therapy
- Infus NaCl 40 tetes per menit
- Clidamicin 2x150 mg
- Vit B kompleks 3x1 tab
- Captopril 3x12,5 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Diit rendah Garam
- Rawat luka tiap hari
G. KLASIFIKASI DATA
DS DO
- Klien mengatakan cekot-cekot - Terdapat ulkus di pergelangan
pada pergelangan kaki kiri kaki kiri ukuran 1 X 5 cm
- Klien mengatakan luka tidak - Luka basah dan ada pus
sembuh-sembuh - Daerah sekitar ulkus kehitaman,
- Klien menyatakan sering merasa bila kaki digerakan terasa nyeri
lemes dan kakinya tambah sakit - Karakteristik nyeri :
jika digerakan P :Ulkus diabetus militus di
- Klien mengatakan kedua kakinya pergelangan kaki kiri, ulkus klien
sering merasa kesemutan terdapat pus,basah.
- Klien mengatakan kurang tau Q :Nyeri hilang timbul tetapi sakit
tentang cara perawatan bertambah, jika digunakan untuk
penyakitnya bergerak.
- Klien mengatakan sebelumnya R :Nyeri terjadi disekitar ulkus,
pernah dirawat 6x di Rumah Sakit disekitar pergelangan kaki kiri
karena sakit yang sama S :Drajat nyeri diantara 5-6
T :Nyeri sering dirasakan waktu
malam hari , lamanya sekitar
kurang
lebih 10 menit, hilang dan timbul
lagi
- Klien hanya tiduran ditempat
tidur
- GDS : 479 g /dl
- Trigliserida : 327
H. ANALISA DATA
N DS/DO PROBLEM ETIOLOGI
O
1. Ds : Klien mengatakan cekot- Gangguan rasa Diskontinuitas
cekot nyaman dan nyeri jaringan
pada luka di pergelangan kaki
kiri
Do :
P:Ulkus diabetus militus di
pergelangan kaki kiri, ulkus
klien terdapat pus,basah.
Q:Nyeri hilang timbul tetapi
sakit bertambah, jika
digunakan untuk bergerak.
R:Nyeri terjadi disekitar ulkus,
disekitar pergelangan kaki kiri
S:Drajat nyeri diantara 5-6
T:Nyeri sering dirasakan
waktu
malam hari , lamanya sekitar
kurang lebih 10 menit, hilang
dan timbul lagi.
2. Ds: Klien sering mengatakan Gangguan perfusi Penurunan aliran
sering kesemutan jaringan perifer darah vena-arteri
Do: Terdapat ulkus
dipergelangan kaki kiri.
Ukuran 1x5 cm,
Ulkus klien terdapat pus,
basah. Daerah sekitar ulkus
kehitaman.
III. ASKEP
Dx Kep. Tujuan Intervensi Rasional Tgl/ Implementasi Evaluasi
Jam
Gangguan rasa Nyeri pada 1. Kaji 1. Mengetahui 01 1. Mengkaji S:
nyaman nyeri klien dapat keadaan keadaan April keadaan umum -Klien
berhubungan berkurang umum klien sebenarnya 2011 klien mengatakan
dengan setelah pada pasien. 08.12 Respon: nyeri sudah
diskontinuitas dilakukan S:klien mendingan,
jaringan tindakan 2. 2. Memantau mengatakan agak berkurang
10.46
ditandai selama Observasi keadaan umum luka terasa
dengan: 3x24 jam TTV pasien cekot-cekot O:
dengan O:Klien -Klien tampak
DS: KH: 3.Untuk 11.05 tampak lemah tenang
-Klien - Klien 3. Kaji mengetahui -Klien tampak
mengatakan tenang tingkat tingkat nyeri 2.Mengobserva rileks
cekot-cekot - Skala nyeri pasien px dgn si TTV -TD:
pada luka di nyeri 3 menggunakan Respon: 136/80mmHg
pergelangan - klien PQRST S:klien -N: 80 x/m
kaki kiri dapat menanyakan -SB: 36,5oC
12.00
istirahat hasil dari -RR: 22 x/m
DO: pemeriksaan -P: ulkus DM di
-P: ulkus DM 4. Mengurangi TTV “hasilnya pergelangan
di pergelangan 4. Anjurkan rasa nyeri pada 13.00 berapa sus?” kaki kiri,
kaki kiri, teknik klien O: terdapat
terdapat distraksi -TD:140/90 pus,basah.
pus,basah. dan mmHg Q: nyeri hilang
Q: nyeri hilang relaksasi -N:84 x/m timbul tetapi
timbul tetapi 5. Memberikan -SB: 36,2 ºC sakit bertambah
sakit 5. Rawat rasa nyaman -RR:20 x/m jika digunakan
bertambah jika luka dengan untuk bergerak.
digunakan ganti balut R: nyeri terjadi
untuk disekitar ulkus,
bergerak. 6. mengurangi 3.Mengkaji disekitar
R: nyeri terjadi 6.Kolaboras rasa nyeri tingkat nyeri : pergelangan
disekitar ulkus, i pemberian -P: ulkus DM kaki kiri.
disekitar obat anti di pergelangan S: Derajat nyeri
pergelangan nyeri. kaki kiri, diantara 6
kaki kiri. terdapat T: nyeri sering
S: Derajat pus,basah. dirasakan waktu
nyeri diantara Q: nyeri hilang malam hari,
6 timbul tetapi lamanya sekitar
T: nyeri sering sakit kurang lebih 8
dirasakan bertambah jika menit, hilang
waktu malam digunakan timbul lagi.
hari, lamanya untuk
sekitar kurang bergerak. A:masalah
lebih 10 menit, R: nyeri terjadi belum teratasi
hilang dan disekitar ulkus,
timbul lagi. disekitar P:lanjutkan
pergelangan intervensi
TTV: kaki kiri.
-TD: 140/90 S: Derajat
mmHg nyeri diantara
-SB: 36,2 ºC 6
-RR: 20 x/m T: nyeri sering
-N: 84 x/m dirasakan
waktu malam
Keadaan hari, lamanya
sekitar kurang
umum:lemah
lebih 10 menit,
hilang timbul
lagi.
4.Menganjurka
n teknik
relaksasi
Respon:
S:klien
mengatakan
lebih rileks dan
nyeri sudah
agak sedikit
berkurang
setelah tarik
nafas dalam
O:klien
mempraktekka
n apa yang
sudah
diajarkan
5.Merawat
luka dan ganti
balut klien
Respon:
S:klien
mengatakan
lebih nyaman
dan nyeri
berkurang
O:luka terlihat
bersih,tidak
ada pus,
balutan kering
6.Memberika
obat anti nyeri
Respon:
S: klien
mengatakan
nyeri
berkurang
O: derajat
nyeri 6
O:
-Klien tampak
tenang
-Klien tampak rileks
-TD: 136/80mmHg
-N: 80 x/m
-SB: 36,5oC
-RR: 22 x/m
-P: ulkus DM di
pergelangan kaki
kiri, terdapat
pus,basah.
Q: nyeri hilang
timbul tetapi sakit
bertambah jika
digunakan untuk
bergerak.
R: nyeri terjadi
disekitar ulkus,
disekitar
pergelangan kaki
kiri.
S: Derajat nyeri
diantara 6
T: nyeri sering
dirasakan waktu
malam hari, lamanya
sekitar kurang lebih
8 menit, hilang
timbul lagi.
A:masalah belum
teratasi
P:lanjutkan
intervensi
09 april 2011 /
2 08.00
S:
-Klien mengatakan
nyeri sudah lumayan
berkurang
O:
-Klien tampak
tenang
-Klien tampak rileks
-TD: 138/84mmHg
-N: 86 x/m
-SB: 36oC
-RR: 20 x/m
-P: ulkus DM di
pergelangan kaki
kiri, terdapat
pus,basah.
Q: nyeri hilang
timbul tetapi sakit
bertambah jika
digunakan untuk
bergerak.
R: nyeri terjadi
disekitar ulkus,
disekitar
pergelangan kaki
kiri.
S: Derajat nyeri
diantara 5
T: nyeri sering
dirasakan waktu
malam hari, lamanya
sekitar kurang lebih
7 menit, hilang
timbul lagi.
A:masalah belum
teratasi
P:lanjutkan
intervensi
3 10 april 2011 /
08.28 S:
-Klien mengatakan
nyeri sudah
berkurang
O:
-Klien tampak
tenang
-Klien tampak rileks
-TD: 138/80mmHg
-N: 82 x/m
-SB: 36,6oC
-RR: 20 x/m
-P: ulkus DM di
pergelangan kaki
kiri, terdapat
pus,basah.
Q: nyeri hilang
timbul tetapi sakit
bertambah jika
digunakan untuk
bergerak.
R: nyeri terjadi
disekitar ulkus,
disekitar
pergelangan kaki
kiri.
S: Derajat nyeri
diantara 5
T: nyeri sering
dirasakan waktu
malam hari, lamanya
sekitar kurang lebih
6 menit, hilang
timbul lagi.
A:masalah belum
teratasi
P:lanjutkan
intervensi