2.1 Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Amru sofian,2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru alhir yang berat badannya 2500
gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang
dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2009).
BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari
2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan umur
kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu.
2.3 Etiologi
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau BBLR.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
Primigravidarum.
Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly congenital.
d. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
2. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai
janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat).
Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam kandungan)
Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga alveoli
kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia.
2.8.Penatalaksanaan BBLR
1. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2
yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C
dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan
sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum memasukan bayi
kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi
dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit.
Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang bayi.
6. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu terjadinya hipoglikemi
dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1
mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
2.9.1. Pengkajian
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1. Riwayat antenatal :
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok, ktergantungan obat-
obatan,DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,kelainan congenital.
Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengat permasalahan pada
bayi baru lahir.
Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang
dapat menekan system pusat pernafasan.
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan
cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan
urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua
klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh.
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolic.
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda.
Intervensi Rasional
Mandiri:
Kaji frekwensi dan pola pernapasan, Membantu dalam membedakan periode
perhatikan adanya apnea dan perputaran pernapasan normal dari
perubahan frekwensi jantung. serangan apnetik sejati, terutama sering
Isap jalan napas sesuai kebutuhan terjadi pad gestasi minggu ke-30
Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan
Posisikan bayi pada abdomen atau napas
posisi telentang dengan gulungan Posisi ini memudahkan pernapasan dan
popok dibawah bahu untuk menurunkan episode apnea, khususnya bila
menghasilkan hiperekstensi ditemukan adanya hipoksia, asidosis
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap metabolik atau hiperkapnea
obat-obatan yang akan memperberat Magnesium sulfat dan narkotik menekan
depresi pernapasan pada bayi pusat pernapasan dan aktifitas SSP
Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
Kolaborasi : hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai memperberat serangan apnetik
indikasi Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida
Berikan oksigen sesuai indikasi dapat meningkatkan fungsi pernapasan
Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).
Intervensi Rasional
Mandiri : Hipotermia membuat bayi cenderung
Kaji suhu dengan memeriksa merasa stres karena dingin, penggunaan
suhu rektal pada awalnya, simpanan lemak tidak dapat diperbaruai
selanjutnya periksa suhu bila ada dan penurunan
aksila atau gunakan alat sensivitas untuk meningkatkan kadar
termostat dengan dasar CO2 atau penurunan kadar O2.
terbuka dan
penyebar Mempertahankan lingkungan
hangat. termonetral, membantu mencegah stres
Tempatkan bayi pada karena dingin
inkubator atau Hipertermi dengan peningkatan laju
dalam
keadaan hangat metabolisme kebutuhan oksigen dan
Pantau sistem pengatur suhu , glukosa serta kehilangan air dapat
penyebar hangat terjadi bila suhu lingkungan terlalu
(pertahankan batas atas tinggi.
Penurunan keluaran dan peningkatan
pada 98,6°F, bergantung
pada ukuran dan usia bayi) berat jenis urine dihubungkan dengan
Kaji haluaran dan berat jenis penurunan perfusi ginjal selama
urine periode stres karena rasa dingin
Pantau penambahan berat Ketidakadekuatan penambahan berat
badan berturut-turut. Bila badan meskipun masukan kalori
penambahan berat badan adekuat dapat menandakan bahwa
tidak adekuat, tingkatkan kalori digunakan untuk
suhu lingkungan sesuai mempertahankan suhu lingkungan
indikasi. tubuh, sehingga memerlukan
Perhatikan perkembangan peningkatan suhu lingkungan.
takikardia, Tanda-tanda
warna hip[ertermi ini dapat
kemerahan, diaforesis, berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
letargi, apnea atau aktifitas teratasi.
kejang. Stres dingin meningkatkan kebutuhan
terhadap glukosa dan oksigen serta
Kolaborasi : dapat mengakibatkan masalah asam
Pantau pemeriksaan basa bila bayi mengalami metabolisme
laboratorium sesuai indikasi anaerobik bila kadar oksigen yang
(GDA, glukosa serum, cukup tidak tersedia. Peningkjatan
elektrolit dan kadar kadar bilirubin indirek dapat terjadi
bilirubin) karena pelepasan asam lemak dari meta
Berikan obat-obat sesuai bolisme lemak coklat dengan asam
dengan indikasi : lemak bersaing dengan bilirubin pada
fenobarbital pada bagian ikatan di albumin.
Membantu mencegah kejang berkenaan
dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan hipertermi
Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
pada hiportemia dan hipertermia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Menentukan metode pemberian makan
Kaji maturitas refleks berkenaan yang tepat untuk bayi
dengan pemberian Pemberian makan pertama bayi stabil
makan
(misalnya : mengisap, memiliki peristaltik dapat dimulai 6-
menelan, dan batuk) 12 jam setelah kelahiran. Bila distres
Auskultasi adanya bising usus, pernapasan ada cairan parenteral di
kaji status fisik dan statuys indikasikan dan cairan peroral harus
pernapasan ditunda
Kaji berat badan Mengidentifikasikan adanya resiko
dengan
menimbang berat badan setiap derajat dan resiko terhadap pola
hari, kemudian pertumbuhan. Bayi SGA dengan
dokumentasikan pada grafik kelebihan cairan ekstrasel
pertumbuhan bayi kemungkinan kehilangan 15% BB
Pantau masuka dan dan lahir. Bayi SGA mungkin telah
pengeluaran. Hitung konsumsi mengalami penurunan berat badan
kalori dan elektrolit setiap hari dealam uterus atau mengalami
Kaji tingkat hidrasi, perhatikan penurunan simpanan
fontanel, turgor kulit, berat lemak/glikogen.
jenis urine, kondisi membran Memberikan informasi tentang
mukosa, fruktuasi berat badan. masukan aktual dalam hubungannya
Kaji tanda-tanda hipoglikemia; dengan perkiraan kebutuhan untuk
takipnea dan pernapasan tidak digunakan dalam penyesuaian diet.
teratur, apnea, Peningkatan kebutuhan metabolik dari
letargi,
fruktuasi suhu, dan bayi SGA dapat meningkatkan
diaphoresis. Pemberian makan kebutuhan cairan. Keadaan bayi
buruk, gugup, menangis, nada hiperglikemia dapat mengakibatkan
tinggi, gemetar, mata terbalik, diuresi pada bayi. Pemberian cairan
dan aktifitas kejang. intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan,
Kolaborasi : tetapi harus dengan hati-hati
Pantau pemeriksaan ditangani untuk menghindari
laboratorium sesuai indikasi : kelebihan cairan
Glukas serum. Nitrogen urea Karena glukosa adalah sumber utama
darah, kreatin, osmolalitas dari bahan bakar untuk otak,
serum/urine, elektrolit urine kekurangan dapat menyebabkan
Berikan suplemen elektrolit kerusakan SSP
sesuai indikasi misalnya permanen.hipoglikemia secara
kalsium glukonat 10% bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang lama
bergantung pada durasi masing-
masing episode.
Kolaborasi :
Hipoglikemia dapat terjadi pada awal
3 jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang
dan glukoneogenesis tidak adekuat
karena penurunan simpanan protein
obat dan lemak.
Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrien dan kadar cairan
akibat malnutrisi.
Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan
suplemen untuk mempertashankan
homeostasis.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif.
Kriteri hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Leukosit 5.000-10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : Untuk mengetahui lebih dini adanya
Kaji adanya tanda – tanda infeksi tanda-tanda terjadinya infeksi
Lakukan isolasi bayi lain yang
Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai meminimalkan terjadinya
kebijakan insitusi infeksi yang lebih luas
Sebelum dan setelah menangani
Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan Untuk mencegah terjadinya infeksi
Yakinkan semua peralatan yang
Untuk mencegah terjadinya infeksi
kontak dengan bayi bersih dan yang berlanjut pada bayi
steril
Cegah personal yang mengalami
infeksi menular untuk tidak
kontak langsung dengan bayi.
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Kriteria hasil :
Bebas dari tanda-tanda dehidrasi
Menunjukan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
Bandingkan masukan dan sementara kebutuhan terapi cairan
pengeluaran urine setiap shift kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada
dan keseimbangan kumulatif hari pertama, meningkat sampai
setiap periodik 24 jam 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga
Pantau berat jenis urine setiap postpartum. Pengambilan darah
selesai berkemih atau setiap 2-4 untuk tes menyebabkan penurunan
jam dengan menginspirasi urine kadar Hb/Ht.
dari popok bayi bila bayi tidak Meskipun imaturitas ginjal dan
tahan dengan kantong ketidaknyamanan untuk
penampung urine. mengonsentrasikan urine biasanya
Evaluasi turgor kulit, membran mengakibatkan berat jenis yang
mukosa, dan keadaan fontanel rendah pada bayi preterm ( rentang
anterior. normal1,006-1,013). Kadar yang
Pantau tekanan darah, nadi, dan rendah menandakan volume cairan
tekanan arterial rata-rata (TAR) berlebihan dan kadar lebih besar
dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan
dan dehidrasi.
Kolaborasi : Kehialangan atau perpindahan cairan
Pantau pemeriksaan laboratorium yang minimal dapat dengan cepat
sesuai dengan indikasi Ht menimbulkan dehidrasi, terlihat
Berikan infus parenteral dalam oleh turgor kulit yang buruk,
jumlah lebih besar dari 180 membran mukosa kering, dan
ml/kg, khususnya pada PDA, fontanel cekung.
displasia bronkopulmonal Kehilangan 25% volume darah
(BPD), atau entero coltis mengakibatakan syok dengan TAR
nekrotisan (NEC) < 25 mmHg menandakan hipotensi.
Berikan tranfusi darah. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas normal 45-53% kalium
serum
Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang
nasogastrik diare atau muntah.
Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi
akibat dengan hipoksia, asidosis,
dan pirau kanan ke kiri melalui
PDA dan telah membantu dalam
penurunan komplikasi enterokolitis
nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
Mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb
optimal dan menggantikan
kehilangan darah.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah
sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya
perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan
intraventrikel.
Intervensi Rasional
Kurangi rangsangan lingkungan Respons stres, terutama peningkatan
Organisasikan asuhan selama tekanan darah, dapat miningkatkan
jamsibuk normal sebanyak resiko peningkatan TIK
mungkin Untuk meminimalkan gangguan tidur
Tutup dan buka kelambu dan dan kebisingan intermiten yang
lampu tidur sering
Tutup inkubator dengan kain dan
Untuk memungkinkan jadwal siang
pasang tanda “jangan dan malam
diganggu” Untuk mengurangi cahaya dan tidak
Kaji dan tangani nyeri membangunkan periode istirahat
menggunakan metode bayi
farmakologis dan Nyeri meningkatkan tekanan darah
non-
farmakologis Untuk segera memberi intervensi
Kenali tanda stres fisik dan yang memadai
stimulasi berlebih Akan meningkatkan tekanan darah
Hindari obat dan larutan otak
hipertonis Hipoksia akan meningkatkan aliran
Pertahankan oksigenasi yang darah otak tekanan intrakranial
adekuat Akan mengurangi aliran arteri karotis
Hindari memutar kepala ke dan oksigenasi ke otak
samping tiba-tiba
Kriteria hasil :
Pasien tidak merintih atau menangis kesakitan.
Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal.
Intervensi Rasional
Kaji keefektifan upaya kontrol Beberapa upaya (misalnya
nyeri non farmakologis menggosok) dapat meningkatkan
Dorong orang tua untuk distres bayi prematur
memberikan Sebagai orang tua bayi, kenyamanan
upaya
kenyamanan bila mungkin lebih efektif diberikan langsung oleh
Tunjukkan sikap sensitif dan orang tua kepada bayinya
kasih sayang pada bayi Seorang bayi sangat membutuhkan
kasih sayang, khususnya dari orang
tua
Intervensi Rasional
Berikan nutrisi yang maksimal Untuk menjamin penambahan berat
Berikan periode istrahat yang badan dan pertunbuhan otak yang
teratur tanpa gangguan tetap
Kenali tanda stimulus yang
Untuk mengurangi panggunaan
berlebihan (terkejut, menguap, O2 dan kalori yang tidak perlu
aversi aktif, menangis) Untuk membiarkan istirahat bayi
Tingkatkan interaksi orang tua- denagn tenang
bayi Sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh.
Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadinya iritasi.
Intervensi Rasional
Untuk mengetahui adanya kelainan
Observasi tekstur dan warna kulit.
Jaga kebersihan kulit bayi. pada kulit secara dini
Ganti pakaian setiap basah. Meminimalkan kontak kulit bayi
Jaga kebersihan tempat tidur. dengan zat-zat yang dapat merusak
Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. kulit pada bayi
Untuk meminimalisir terjadinya
iritasi pada kulit bayi
Untuk mencegah kerusakan kulit
pada bayi
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua
klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya.
Kriteria hasil:
Orang tua atau keluarga mengekspresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis
serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalam asuhan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pemahaman klien Belajar tergantung pada emosi dan
berikan instruksi /informasi kesiapan fisik dan diingatkan pada
pada klien maupun keluarga tahapan individu
tentang penyakitnya, baik Menurunkan ansietas dan dapat
tertulis atau lisan. menimbulkan perbaikan partisipasi
Jelaskan proses penyakit pada rencana pengobatan.
individu. Dorong orang Meningkatkan kerjasama dalam
terdekat menanyakan program pengobatan dan mencegah
pertanyaan penghentian obatsesuai perbaikan
Jelaskan tentang dosis obat, kondisi pasien.
frekwensi, tujuan pengobatan Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
dan alasan tentang pemberian sehubungan dengan terapi dan
obat kepeda keluarga meningkatkan kerjasama.
Kaji potensial efek samping
obat
2.9.4. Implementasi
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : AR Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action
Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: Bina Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, terjadi gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian.
BBLR adalah setiap bayi yang beratnya hanya 2,5 kg atau di bawahnya pada saat lahir.
(Denis Tiran, 2003).
B. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
1. Faktor ibu
a. Penyakit, seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan, seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan
kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dan jarak hamil-bersalin terlalu
dekat.
d. Faktor kebiasaan ibu seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi
dan paparan zat-zat racun.(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004)
C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan
yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis
pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,
terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama
kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester
III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
D. Klasifikasi BBLR
Menurut WHO, tahun 1984, bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu
usia kehamilan sedangkan bayi berberat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Prematuritas dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
1. Prematuritas murni
Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa
kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.
G. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
4. Foto dada dan USG
2. Nutrisi
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan
menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama
sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde.
Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar
200 cc/kgBB/hari.
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus
dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia dapat
menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda
gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap dalam
incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan.
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR)
Pemberian vitamin K1
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur
4-6 minggu)
I. Pemantauan (Monitoring)
1. Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan preparat besi sebagai suplemen mulai
diberikan pada usia 2 minggu.
b. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodik
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan
berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500).
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah
berusia lebih dari 7 hari :
a) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI
tetap 180 ml/kg/hari
c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
J. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan
dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko
yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu
dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
A. Pengkajian
Biodata
Keluhan utama
Riwayat Penyaki sekarang
Riwayat penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Pola Nutrisi
Pola istirhat
Pola istirahat tidur
Pola personal hygiene
Pola aktivitas
Pola eliminasi
Pemeriksaan kesadaran umum
Pemeriksaan fisik
Kepala, Panjang badan, Thorax, Abdomen, Genetalia, Anus
B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi gawat pernafasan b/d ketidakmatangan paru karena kurang prodiksi surfaktan
2) Resiko tinggi hipotermi dan hipertermi b/d lemak sub kutan tipis , luas permukaan tubuh lebih
luas dibanding dengan masa tubuh,termoregulasi belum sempurna
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d reflek menelan lemah akibat prematuritas
4) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kerentanan bayi terhadap sistem imun yang belu matang
5) Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran yang disebabkan imaturitas, pengeluaran kulit atau
paru
A. Intervensi Keperwatan
Dx Intervensi Rasional
1 Tujuan:
1. Kumpulkan data yang berkaitan dengan 1. Riwayat ibu atas penggunaan obat atau
kegawatan nafas kondisi tidak normal selama kehamilan dan
2. Waspada episode apnea yang berlangsung lebih proses persalinan
dari 20 detik 2. Waspada episode apnea yang berlangsung
3. Memberi bantuan pernafasan seperti oksigen lebih dari 20 detik
4. Pantau kajian gas darah untuk mengetahui 3. membantu mencukupi supplai oksigen
asidosis pernafasan metabolik 4. deteksi dini untuk mencegah hipoksia
5. Persiapkan dalam pemberian terapi 5. tidak terjadi hipotermia/hypertermia
farmakologis,sperti teofilin IV
2 Tujuan:tidak terjadi hipotermia/hypertermia
1. Jaga temperatur ruang perawatan 25 C 1. ruangan yang terlalu panas menyebabkan
2. Ukur suhu rektal terlebih dulu, kemudian suhu perpindahan panas secara infeksi
aksila setiap 2 jam/setiap kali diperlukan 2. deteksi dini dalam menentukan tindakan
3. Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi selanjutnya
lahir 3. mencegah pengeluaran suhu lewat
4. evaporas
4.
3 Tujuan:Meningkatkan dan menjaga asupan kalori
dan statusnya gizi bayi 1. kemampuan menghisap dan menelan yang
1. Awasi reflek menghisap bayi dan kemampuan lemah dapat menyebabkan kebutuhan
menelan nutrisi tidak terpenuhi
2. Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi 2. mengetahui kebutuhan kalori yang
3. Kebutuhan ASI 60/kg BB/24 jam dengan dibutuhkan bayi.
kenaikan 30 cc/hari,di pertahankan pada hari ke-3. ASI mengandung zat gizi yang diperlukan
7 sampai 1 bulan tubuh
4. Timbang bayi setiap hari,bandingkan berat 4. mengetahui perkembangan dan
badan dengan asupan kalori yang diberikan. kemungkinan terjadinya penurunan BB yang
pathologis
4 Tujuan: tidak terjadi infeksi
1. Kaji adanya fluktuasi suhu 1. suhu tubuh meningkat dan nadi cepat
tubuh,letargi,apnea,malas minum,gelisah dan mmerupakn awal terjadinya infeksi
ikterus 2. mengetahui adanya riwayat infeksi selama
2. Kaji riwayat ibu,kondisi bayi selama kehamilan
kehamilan,dan epidemi infeksi diruang perawatan 3. untuk sampel pemerisaan eritrosit,leukosit,
3. Ambil sampel darah , diferensiasi,imunoglobulin
4. Pantau ulang hasil peneletian eritrosit,luekosit, 4. mengetahui terjadinya infeksi
diferensiasi,imunoglobulin 5. mencegah berpindahnya mikroorganisme
5. Upayakan pencegahan infeksi dari dari jari tangan ketubuh bayi
lingkungan:cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
5 Tujuan:Menjaga keseimbangan cauran elektrolit
1. Awasi dan hitung kebutuhan cairan dan 1. Untuk mengetahui kebutuhan cairan
elektrolit,60 cc/kg BB/24 jam ,kenaikan 20 cc tiap
2. Untuk mengetahui pengeluaran
hari,dipertahankan pada hari ke-7 3. Untuk mengetahui berat jenis urin
2. Pantau dan catat pengeluaran bayi tiap jam
3. Periksa berat jenis urine dan glikosuria
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta: IDAI
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Buku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir Edisi5.Jakarta EGC
Surasmi ,Asrining.2003.Perawatan Bayi Rsiko Tinggi.Jakarta:EGC
Manuaba ,Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan.Jakarta:EGC
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Anak edisi 1 .Jakarta:EGC
LANDASAN TEORI
BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah)
1. Pengertian
Istilah prematur telah diganti dengan BBLR karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan BB < 2500 gram karena UK < 37 minggu, BB < rndah dari semestrinya terapi aterm.
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr sampai dengan
2499 gram.
(Maternal dan Neonatal, : 37)
Pembagian BBLR
Bayi berat badan rendah (BBLR): BB 1500 – 2500 gr
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): BB < 1500 gr
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER): BB < 1000gr
3. Tanda-tanda BBLR/Prematur
BB kurang dari 2500 gr
PB kurang dari 45 cm
Lingkar dada kurang dari 30 cm
Lingkar kepala kurang dari 33 cm
Kulit keriput, tipis, merah, putih dengan rambut lanugo pada dahi, pelipis, telinga, lengan.
Jaringan lemak dibawah kulit sedikit
Kuku jari tangan dan jari kaki belum mencapai ujung jari
Kepala lebih besar dari pada badan
Tulang rawan dan daun terlinga immatur
Puting susu belum terbentuk dengan baik
Ubun-ubun dan sutura lebar
Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang, pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena itu
upaya prenventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
BBLR/prematuritas.
6. Komplikasi BBLR
Hypotermi
Hypoglikemis
Hyperbillirubin karena fungsi hepar belum sempurna
Syndrom gangguan pernafasan hipobia
Pneumenium aspirasi, karena reflek menelan dan batuk belum sempurna
B. Data Objektif
Pemgkajian data dilakukan pada saat bayi berada dalam inkubator
1. Pemeriksaan umum
- KU : baik BB sekarang: 1600 gram
o
- Suhu : 36,9 C PB sekarang: 44 cm
- Pernafasan : 40-60 x/mnt
- Nadi : 120 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : simetris, tidak terdapat cephal, fontahella mayor alam menutup, tidak
terdapat caput sucedenium.
Muka : pucat, jarak kontus mata normal, sklera tidak ikterus, conjungtiva tidak
anemis.
Telinga : simetris, bersih, tidak da keluaran serumen.
Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
Nada : simetris, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, tidak ada tarikan dada,
terlihat kerang dada/thoram.
Tali pusat : belum lepas, bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan,
terbungkus kasa steril.
Punggung : tidak ada spink lifide, tidak ada menengokel.
Genetasi : bersih, testis belum turun.
Anus : tidak ada atreski ani.
Ekstremitas : atas: tidak ada oedem, tidak polidaktif
Bawah: tidak ada polidaktie, tidak oedem
Kulit : kulit tipis/transparan, lanugo xxx, kemerahan terdapat sedikit verniks.
3. Refleks
Refleks moro (-) ketika dikagetkan bayi kaget kaget
Refleks menghidap (+) (sucking refleks)
Refleks mencari (-) (rooting refleks)
Refleks menggenggam (+) (dropping refleks) ketika disentuh telapak
tangan bayi akan menggenggam.
Refleks babinski (+) (refleks terjadi jika telapak kaki diusap, bayi akan
menyebarkan gerakan memutar)
4. Antropometri
Lingkar kepala: 27 cm
Lingkar dada: 25 cm
5. Eliminasi
Urine dan meconeum akan keluar jika diberikan susu melalui sonde dalam
2 x 24 jam setelah bayi lahir.
6. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
C. Assesment
1. Identitas diagnosa, masalah, kebutuhan
Diagnosis : bayi berat lahir rendah usia 2 hari
DO : - Ku : rendah
- Kesadaran : composmentis
- Suhu : 36,9oC
- Nadi : 120 x/mnt
- APGAR scor : 4-6
- BB/PB : 1600 gr/44 cm
- Lingkar kepala 27 cm
- Lingkar dada : 25 cm
- Terdapat rambut lanugo, pembuluh darah terlihat jelas
Masalah : bayi prematur
Kebutuhan : - Menjaga kehangatan tubuh bayi
- Pemberian ASI dan nutrisi yang cukup tiap 2 jam
- Menaruh bayi dalam inkubator
- Jika keadaan membaik berikan ke ibunya
2. Identitas diagnosa dan masalah potensial
Potensi terjadinya hipotermia dan asfiksi
Masalah : kematian pada bayi
D. Planning
a. Intervensi
Tanggal: Jam:
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 jam 30 menit diharapkan
bayi dapat beradaptasi dengan kriteria.
Suhu tubuh 36,5oC – 37,5oC
Bibir dan ekstremitas tidak sianosis
Pernafasan normal
Bayi tidak kuning
Refleks rooting dan morrow yang kuat
Intervensi
1. Lakukan pendekatan therapeutik dengan ibu
R
/ Menumbuhkan kerja sama yang halus antara petugas dan keluarga.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R
/ Ibu mengetahui tentang keadaan bayinya
3. Lakukan TTV (observasi) perdarahan tali pusat, intake dan output
R
/ Mengetahui terjadinya komplikasi dan perkembangan bayi
4. Berikan HE tentang:
Jaga kehangatan bayi
Ganti popok bayi tiap bayi BAK/BAB
Memberikan nutrisi dengan hati-hati
R
/ Menambah wawasan pada ibu
5. Kenali tanda bahaya bayi
R
/ Antisipasi adanya kelainan pada bayi dan mengurangi kekhawatiran ibu
akan keadaan bayinya.
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
R
/ Pencegah infeksi
7. Hindarkan bayi kontak dengan sumber yang dapat mengakibatkan
penurunan suhu
R
/ Mencegah kehilangan panas
8. Perawatan bayi sehari-hari
R
/ Menjaga personal hygiene dan memberi perawatan untuk menjaga kondisi
bayi.
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian perawatan
selanjutnya
R
/ Fungsi independen
b. Implementasi
Implementasi yang kooperatif merupakan pengeluaran dan perwujudan
dari rencana yang telah disusun pada tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan dapat terjadi dan teratasi dengan baik apabila diterapkan
berdasarkan hakikat masalah jenis tindakan atas pelaksanaan/bisa
dikerjakan untuk bidan sendiri hanya kolaborasi sesama tim kesehatan
lainnya dan rujukan dari profesi lain.
c. Evaluasi
Evaluasi mengacu pada kriteria hasil dengan menggunakan SOAP
Tanggal: Jam:
S : Ibu mengatakan bayinya sudah minum susu dengan baik
O : - Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Suhu : 36,9oC
- Refelks rooting dan moro : (+)
- Pernafasan : 50 x/menit
+
- BAB/BAK : /+
- Warna kulit : kemerahan
- Sianosis : (-)
- Bayi tidak kuning
A : Bayi Ny. “...” dengan berat badan lahir rendah
Mx teratasi
P : Rencana tetap dilanjutkan
Menjaga kehangatan bayi
Perawatan bayi sehari-hari
Pemberian ASI/nutrisi setiap 1 jam (5 cc/jam)
Observasi TTV
Kolaborasi dengan spesialis anak untuk memastikan kondisi bayi dalam
keadaan sehat.