KEHAMILAN EKTOPIK
Disusun oleh :
Auliya Sauma
(1102014050)
Pembimbing :
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 28 Tahun
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Golongan darah :A
No. RM : 1035289
Masuk Tanggal : 23 Maret 2019
Ruangan : Cempaka 2
3,1 46
2. 2015 RS 36 minggu Normal Bidan - Pr
Hamil
4.
ini
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien menggunakan KB suntik setiap 1 bulan, telah digunakan
selama 1 tahun.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 Maret 2019 jam 13.00 WIB
BB : 66 kg
TB : 163 cm
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHG
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6ºC
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, pupil
isokor, reflex cahaya +/+, cekung +/+
Hidung : Deviasi septum nasalis (-), pernafasan cuping hidung
(-)
Telinga : Gangguan pendengaran (-)
Mulut : Sianosis (-) Pucat (-) Kering (+)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), pembesaran
tiroid (-)
Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki (-),
wheezing (-)
Abdomen : Inspeksi : Perut tampak datar , linea nigra (-),
striae gravidarum (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (-), nyeri tekan pada
kuadran kanan dan kiri bawah (+), nyeri
lepas (+), defans muskular (-).
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Status Obstetrik :
- Inspeksi : perut tampak datar, linea gravidarum (-
), striae gravidarum(-), genitalia eksterna
dalam batas normal, perdarahan
pervaginam (-)
- Palpasi abdomen : TFU tidak teraba, massa (-),
ballotement(-), nyeri tekan (+), nyeri
lepas (+).
- Inspekulo : OUE tertutup, perdarahan (-).
- Pemeriksaan dalam : portio tebal kaku, tidak ada pembukaan,
nyeri goyang portio (+), nyeri tekan
adneksa (+), fornix anterior dan posterior
dalam batas normal. Bimanual : uterus
teraba sebesar telur ayam kampung.
C. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Pengambilan sampel darah (23/03/19)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematokrit 29* 37 - 43 %
Tes
Kehamilan Positif (+)
- USG (Tanggal 23 Maret 2019)
Kesan :
1.5 PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis
- Pemeriksaan HB serial
- Urin lengkap
- Pemeriksaan B- Hcg
Rencana Monitoring
- Observasi keadaan umum, hemodinamika, nadi, tekanan darah,
perdarahan, tanda akut abdomen
- Monitoring pemeriksaan hemoglobin
Rencana Terapi
- Transfusi darah PRC sebelum dilakukan operasi
- Laparotomi
- Salpingektomi
Terapi post operasi:
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gram (24jam)
- Amiclav 3x625mg
- Pronalges supp 3x1 (2 hari)
- Hemobion 1x1
- Durogesic patch 12,5mg (3 hari)
Rencana Edukasi
- Memberi tahu pasien bahwa penyakit pasien merupakan
kegawatdaruratan
- Memberi edukasi perlunya tindakan laparotomi
- Memberi penjelasan bahwa janin tidak dapat tumbuh dengan normal
apabila dibiarkan, sehingga tindakan mengakhiri kehamilan merupakan
pilihan demi kepentingan pasien
- Memberi penjelasan mengenai komplikasi dari penyakit pasien dan
komplikasi dari tindakan operasi
1.6 PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan kerusakan tuba dan disfungsi tuba
seperti riwayat operasi tuba sebelumnya, riwayat salipingitis-radang panggul,
perlengketan perituba passcaabortus ataupun infeksi nifas, apendisitis, endometriosis,
riwayat seksio cesarean, pertubasi hormonal, penggunaan kontrasepsi oral, esterogen
dosis tinggi pasca ovulasi dan induksi ovulasi meningkatkan resiko terjadinya
kehamilan ektopik.
Kehamilan Tuba
Fertilisasi dapat terjadi dimana saja di tuba falopi, sekitar 55% di ampula 25% di
isthmus, 17% di fimbria. Oleh karena lapiisan submukosa di tuba falopi tipis,
memungkinkan ovum yang telah dibuahi dapat langsung mencapai epitel, zigot akan
segera tertanam di lapisan muskuler. Trofoblas berploriferasi dengan cepat dan
menginvasi daerah sekitarnya. Secara bersamaan pembuluh darah ibu terbuka
menyebabkan perdarahan di ruang trofoblas, atau antara trofoblas dan jaringan
dibawahnya. Dinding tuba yang menjadi tempat implantasi zigot mempunyai
ketahanan yang rendah terhadap invasi trofoblas. Embrio dan janin pada kehamilan
ektopik seringkali tiodak ditemukan atqau tidak berkembang.
Abortus Tuba
Terjadinyqa abortus tuba bergantung pada lokasi implantasi. Umumnya terjadi bila
implantasi di ampulla, sebaliknya rupture tuba terutama bila terjadi di daerha isthmus.
Adanya perdarahan menyebabkan plasenta dan membrane lepas dari dinding tuba.
Jika plasenta lepas seluruhnya, semua produk konsepsi dapat keluar melalui fimbria
ke rongga abdomen. Saat itu perdarahan dapat berhenti dan gejala menghilang.
Perdarahan akan tetap terjadi selama konsepsi masih berada di tuba. Darah akan
menetes melalui tuba dan berkumpul di kavum douglasi. Jika fimbria mengalami
oklusi darah akan terkumpul di tuba membentuk hidrosalfing.
Ruptur tuba
Kehamilan abdominal
Keluhan yang sering terjadi ialah nyeri abdomen, nausea, muntah, malaise dan nyeri
saat janin bergerak. Gambaran klinik yang paling sering ditemukan adalah nyeri tekan
abdomen, presentasi janin abnormal, dan lokasi serviks uteri yang berubah.
Kehamilan Ovarial
Gejala klinik hampir sama dengan kehamilan tuba. Diagnosis dibuat setelah
pemeriksaan histoipatologi. Criteria diagnosis tuba ipsilateral utuh, jelas terpisah dari
ovarium, kantong kehamilan berhubungan dengan uterus melalui ligamentum
ovarium, jaringan ovarium di dinding gestasi.
Kehamilan servikal
GEJALA KLINIK1
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung bagian tuba mana
yang rupture. Saat ini tanda dan gejala ektopik kadang tidak jelas bahkan tidak ada.
Gambaran klasik kehamilan ektopik adalah riwayat amenore, nyeri abdomen bagian
bawah, dan perdarahan dari uterus. Nyeri abdomen umumnya mendahului keluhan
perdarahan pervaginam, biasanya dimulai dari salah satu sisi abdomen bawah dan
dengan cepat menyebar ke seluruh abdomen. Adanya darah dirongga perut
menyebabkan iritasi subdiafragma yang ditandai dengan nyeri pada bahu dan kadang
sinkop. Periode amenore umumnya 6-8 minggu tetapi dapat lebih lama jika implantasi
interstisial atau kehamilan abdominal. Pemeriksaan klinik ditandai dengan hipotensi
bahkan sampai syok, takikardi dan gejala peritoneum seperti distensi abdomen dan
rebound tenderness.
Pada pemeriksaan bimanual ditemukan nyeri saat porsio digerakan, forniks posterior
vagina menonjol karena darah terkumpul di kavum douglasi atau teraba Massa di
salah satu sisi uterus.
Setelah fase amenore yang singkat, pasien mengeluh adanya perdarahan pervaginam
dan nyeri perut berulang. Sebaiknya, setiap perempuan amenore disertai nyeri perut
bagian bawah dicurigai kehamilan ektopik. Pada subakut dapat teraba massa di salah
satu forniks vagina.
Diagnosis subakut sukar dibedakan dengan abortus iminens atau aboertus inkomplit,
selain itu dapat dikacaukan dengan salfingitis akut atau apendisitis dengan peritonitis
pelvic. Kadar hemoglobin akan turun akibat perdarahan di rongga abdomen, tetapi
leukosit umumnya normal atau sedikit meningkat. Kombinasi pemeriksaan beta HCG
dan USG dapat membedakan abortus dan kehamilan ektopik sampai 85% kasus, dan
laparaskopi untuk konfirmasi.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kehamilan normal, level β-HCG naik dua kali lipat dalam 48-7 jam sampai
mencapai 10.000-20.000Miu/mL, sementara pada kehamilan ektopik β-HCG biasanya
mengalami sedikit kenaikan. Pemeriksaan serial β-HCG sangat penting untuk
membedakan kehamilan normal dan tidak normal dan untuk memonitor kehamilan
ektopik untuk memulai terapi.
Terdapat zona discriminator β-HCG dimana diatas level ini akan tergambarkan
gestasional sacc dalam uterus pada kehamilan normal:
Jika tidak terdapat kehamilan pada hasil scan sementara β-HCG kadarnya sudah
mencapai yang tertera diatas maka kemungkinan sebagai kehamilan ektopik atau
abortus.
Progesteron serum2
Pengukuran progesterone serum satu kali sudah dapat digunakan untuk menetapan
kehamilan berkembang normal. Nilai yang melebihi 25 ηg/mL menyingkirkan
kehamilan ektopik dengan sensitivitas 92,5%. Sementara nilai kurang 5 ηg/mL
menandakan kehamilan dengan janin meninggal atau merupakan suatu kehamilan
ektopik.
Hemogram
Setelah perdarahan, volume darah yang berkurang akan kearah normal dengan
hemodilusi dalam satu hari atau lebih. Bahkan setelah perdarahan yang cukup banyak,
hemoglobin atau hematokrit mungkin pada awalnya hanya memperlihatkan
penurunan ringan. Karena itu, setelah perdarahan akut, penurunan kadar hemoglobin
atau hematokrit setelah beberapa jam merupakan indeks yang lebih bermanfaat
daripada kadar awal. Pada sekitar separuh wanita dengan kehamilan ektopik
terganggu (rupture) dapat dijumpai leukosit derajat bervariasi hingga 30.000µg
Sonografi
Untuk memastikan diagnosis klinis yang dicurigai mengalami gestasi ektopik, alat
pencitraan ini tidak dapat digantikan.
Laparaskopi5
Laparaskopi tetap menjadi standar diagnosis, namun tidak digunakan secara rutin
karena dapat menimbulkan resiko, morbiditas, dan biaya yang tidak perlu.
Laparaskopi hanya dilakukan pada pasien yang memiliki hemodinamik tidak stabil.
TERAPI
1. Pembedahan1
Salpingektomi
Jika tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika
implantasi di pars interstisial mungkin dapat dilakukan reseksi kornu uterus.
Salpingotomi
Jika hasil konsepsi masih berada di tuba, masih memungkinkan untuk
mempertahankan tuba dengan mengeluarkan produk konsepsi dan melakukan
rekonstruksi tuba. Hal ini dilakukan terutama tuba kontralateral rusak atau
tidak ada
2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk kehamilan ialah pemberian metotrexat.
Indikasi: 3,4,6
a. Tidak ada kehamilan intrauterine
b. Belum terjadi rupture
c. Ukuraan massa adneksa <4cm
d. Kadar beta HCG<10.000 miu/mL.
e. Tidak terdapat aktivitas cardiac fetal pada pemeriksaan USG
f. Pasien harus memiliki hemodinamika stabil, dengan tidak ada tanda dan
gejala perdarahan aktif atau hemoperitoneum
Kontraindikasi
Efek Samping dibagi menjadi efek samping obat dan efek pengobatan,6
Efek samping obat
Nausea, muntah, stomatitis, diare, distress gater, pusing, dan pada reaksi serius
bias terjadi supresi sumsum tulang, dermatitis, pleuritic, pneumonitis,
alopesia.
Efek pengobatan meliputi peningkatan rasa nyeri pada abdomen. Kenaikan
beta HCG dalam 1-3 hari pengobatan, dan perdarahan pervaginam atau flek.
DAFTAR PUSTAKA