Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH DUKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP STRES AKADEMIK

DI SEKOLAH BERASRAMA YANG MENERAPKAN HOUSE SYSTEM

MUHAMMAD RIZKITA

LOLA AMELIA

LAPORAN PENELITIAN KARYA ILMIAH REMAJA

(LKIR)

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

(LIPI)

2018
LEMBAR PERSETUJUAN KEPALA SEKOLAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Nanang Adi Prayitno
Sebagai : Wakil Kesiswaan bidang P2M-A SMAN Sumatera Selatan

Menyatakan makalah penelitian yang berjudul “PENGARUH DUKUNGAN TEMAN


SEBAYA TERHADAP STRES AKADEMIK DI SEKOLAH BERASRAMA
YANG MENERAPKAN HOUSE SYSTEM” telah memenuhi standar yang ilmiah
yang ditetapkan sekolah dan menyetujui karya ini untuk diikutkan pada ajang Lomba
Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) ke- 50.

Palembang, 05 Oktober 2018


Wakil Kepala bidang P2M-A

Nanang Adi Prayitno S.Pd.

i
LEMBAR PERSETUJUAN MENTOR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Deshinta Vibriyanti S.Psi, M.Si.

Sebagai : Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Pusat Penelitian


Kependudukan

Menyatakan bahwa makalah penelitian yang berjudul ” PENGARUH DUKUNGAN


TEMAN SEBAYA TERHADAP STRES AKADEMIK DI SEKOLAH
BERASRAMA YANG MENERAPKAN HOUSE SYSTEM “ telah sesuai dengan
kaidah ilmiah dan menyetujui karya ini diikuti sertakan pada ajang Lomba Karya
Remaja yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) ke –
50.

Mengetahui, Palembang, 05 Oktober 2018

Guru Pembimbing, Mentor Penelitian,

Fina Herlina S.Psi. Deshinta Vibriyanti S.Psi.


M.Si

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. atas bimbingan dan taufikNya
sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “PENGARUH
DUKUNGAN TEMAN SEBAYA TERHADAP STRES AKADEMIK DI
SEKOLAH BERASRAMA YANG MENERAPKAN HOUSE SYSTEM”.
Shalawat beserta salam juga semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad
Saw atas jasanya membawa umat ini dari zaman kegelapan menuju zaman seperti saat
ini.
Dewasa ini, kebutuhan kita akan pendidikan yang berkualitas semakin mendesak.
Berbagai kemajuan di-era teknologi menuntut setiap negara memiliki perkembangan
dalam hal kependidikan. Kekhawatiran akan bobroknya kualitas generasi penerus
bangsa kian hari kian menuntut jalan keluar yang lebih solutif dan komperhensif dengan
kebutuhan zaman saat ini. Kekhawatiran ini bukanlah tanpa alasan, bonus demografi
2045 menunggu Indonesia sebagai negara dengan populasi pemuda terbesar di dunia.
Hal inilah yang menuntut pengembangan kurikulum kependidikan agar terus
ditingkankan supaya dapat menciptakan generasi penerus yang kompeten dalam
keilmuan juga memiliki karakter yang kuat.
Sekolah berasrama sebagai salah satu jalan dalam mewujudkan generasi bangsa
yang berilmu disertai juga dengan pendidikan karakter yang menghujam dalam
membuat sekolah berasrama menjadi salah satu metode yang dilirik oleh para orang tua
untuk mendidik anaknya.
Namun, bukannya tanpa hambatan berbagai permasalahan tentu saja muncul, salah
satunya dari diri siswa didik. Bukan merupakan hal yang gampang untung
menyesuaikan diri dengan perbedaan lingkungan yang mereka hadapi ketika berasrama
lm9lsehingga dampak dari proses adaptasi itu muncul. Salah satunya stres.
Kurikulum asrama tentu saja harus secara kontinyu diperhatikan dan perlu dibangun
agar permasalahan-perrmasalahan terkait child oriented dapat ditekan bahkan

iii
diatasi.Sehingga, penelitian-penelitian sebagai bentuk upaya peningkatan mutu
pendidikan harus senantiasa gencar dilakukkan.
Penelitian ini merupakan salah satunya, sebagai langkah peneliti dalam berupaya
untuk meningkatkan kurikulum sekolah berasrama dengan menguji program house
system di SMAN Sumatera Selatan. Peneliti berharap penelitian ini dapat mengundang
semangat peneliti-peneliti lain untuk melirik dan ikut bergabung mencurahkan pikiran
dan waktunya demi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia melalui penelitian-
penelitian mereka.
Akhirnya, peneliti mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas
kontribusi pihak-pihak yang mendukung jalannya penelitian ini. Ucapan terima kasih
peneliti haturkan kepada, Bapak M.Ridwan Azis M.Pd selaku Kepala SMAN Sumatera
Selatan, Ibu Nur Padmi Tyastuti M.Pd, Ibu Eti Yuniarti S.T, Ibu Iftita selaku Pembina
KIR Klub Ibu Fina Herlina S.Psi selaku pembimbing peneliti dan semua pihak terkait
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga apa yang telah mereka
distribusikan dapat menjadi amal ibadah sekaligus kontribusi dalam mewujudkan
pendidikan Indonesia yang semakin baik.

iv
ABSTRAK

Stresor akademik merupakan salah satu dari faktor utama stres seorang
remaja. Di sekolah berasrama, stresor akademik semakin banyak salah
satunya tuntutan untuk menyesuaikan diri. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan remaja dalam mengatasi stres akademik yang
mereka alami adalah melalui dukungan sosial. Berbagai studi juga
menunjukkan bahwa seseorang dengan physicological resources rendah
seperti dukungan sosial lebih rentan terhadap penyakit dan gangguan
suasana hati ketika sedang dalam kondisi stres. Salah satu sumber social
support bagi remaja berasal dari orang tua, di sekolah berasrama, interaksi
siswa dengan orang tua menjadi terbatas. Tetapi, orang tua bukan satu-
satunya sumber dukungan sosial. Teman sebaya adalah salah satu sumber
social support bagi remaja. House system adalah salah satu model sekolah
berasrama dengan mengelompokkan siswa sebagai pengganti keluarga
sehingga sekolah berasrama bersuasana “home base”. Penelitian dilakukan
di SMA Negeri Sumatera Selatan dengan 60 responden menggunakan alat
ukur Child and Adolescent Social Support-Academic (CASSS-A) dengan
nilai α=0.97 yang memiliki dan Educational Stress Scale forAdolescents
(ESSA) dengan nilai α =.82. Hasil penelitian menunjukkan 12 siswa
mengalami stress tinggi, 39 sedang dan 9 siswa rendah. Sedangkan,
dukungan teman sebaya memperlihatkan 11 siswa mendapatkan dukungan
teman sebaya tinggi, 38 sedang, dan 11 siswa rendah. Hasil regresi linear
tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara dukungan teman sebaya
terhadap stres akademik. Tim peneliti mengkaji hasil penelitian dan
menemukan variabel moderator yakni self-eficacy
Kata kunci : Stres akademik, dukungan teman sebaya, house system,
sekolah berasrama

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN KEPALA SEKOLAH.......................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN MENTOR ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... x
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 6
2.1 Stres Akademik ..................................................................................................... 6
2.2 House System di Sekolah Berasrama ...................................................................... 8
2.3 Dukungan Teman Sebaya .................................................................................... 10
BAB III ........................................................................................................................... 12
METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 12
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 12
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................................... 13
3.3 Responden Penelitian ........................................................................................... 13
3.5 Metode Pengolahan Data ...................................................................................... 18
3.6 Hasil Analisis Alat Ukur....................................................................................... 19
3.7. Prosedur Penelitian .............................................................................................. 21
BAB IV ........................................................................................................................... 23

vi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 23
4.1 Analisis Deskriptif ................................................................................................ 23
4.2 Hasil Penelitian ..................................................................................................... 26
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 28
BAB V ............................................................................................................................ 29
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 29
5.2 Saran ..................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 31
LAMPIRAN ................................................................................................................... 33

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi stres akademik……………………………………………………….7

Tabel 3.1 Blueprint Child and Adolesents Social Support Scale- Academic………......16

Tabel 3.2 Blueprint Educational Stress Scale for Adolescents…………………...……17

Tabel 3.3 Reliabilitas Child and Adolesents Social Support Scale-Academic…………20

Tabel 3.4 Reliabilitas Educational Stress Scale for Adolescents………………………20

Tabel 4.1 Gambaran hasil analisis deskriptif CASSS-A……………………………….23

Tabel 4.2 Gambaran hasil analisis deskriptif ESSA……………………………………24

Tabel 4.3 Gambaran tingkat stress siswa di SMAN Sumatera Selatan………………...26

Tabel 4.4 Gambaran tingkat dukungan teman sebaya di Sman Sumatera Selatan……..26

Tabel 4.5 Gambaran analisis inferensial dukungan teman sebaya terhadap stres
akademik……………………………………..…………………………………………27

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain penelitian………………………………………………………….12

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 hasil analisis butir item dan realibilitas variabel


penelitian………………………………………………………………………......33
LAMPIRAN 2 analisis deskriptif casss-a dan essa………………………………..42
LAMPIRAN 3 analisis tingkat stres dan dukungan teman sebaya…………...……48
LAMPIRAN 4 Analisis regrresi inferensial……………………………………….54

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stres merupakan salah satu permasalahan umum yang menjangkiti semua kalangan
usia. Salah satunya adalah remaja. Remaja merupakan masa krusial bagi perkembangan
seorang individu. “Early adolescent represents a crucial time in the delevopment of the
individual. It is a period of rapid cognitive, social, emotional, and physical changes.
This period of accelerated development also brings varying amounts of stress into the
lives of these young inviduals” (Compas, 1987; Hauser & Bowlds, 1990; Petterson dan
McMubbin, 1987; Copeland dan Hess 1995) Cohen S. dkk. dalam Salleh (2008)
menjelaskan bahwa stres diartikan sebagai proses penyesuaian individu terhadap
tuntutan lingkungan yang menekan kemampuan adaptasi sehingga berpotensi
membahayakan kondisi psikologis maupun biologis seseorang. Pada usia remaja, stres
sering terjadi sebagai output dari kondisi biologis mereka, seperti yang disebutkan Hall
Stanley (dalam Kaushal et al. 2018) bahwa secara biologis remaja dianggap sebagai
masa badai emosional. Meningginya emosi pada remaja laki-laki maupun perempuan
dapat terjadi sebagai dampak dari kondisi sosial sebagai reaksi perubahan yang terjadi
pada diri remaja.
Kaushal et al. (2018) mengatakan bahwa stresor akademik merupakan salah satu
dari faktor utama stres seorang remaja. Stres akademik diartikan sebagai suatu
keadaan individu mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stresor
akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Gejala stres
dapat berupa permasalahan biologis berupa sulit tidur, gejala kognitif berupa lupa
materi yang sudah dipelajari, dan gejala emosional berupa perasaan takut dan cemas
yang berlebihan (Lilis & Diana, 2015).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan remaja dalam mengatasi stres
akademik yang mereka alami adalah melalui dukungan sosial. “The beneficial impact
of social support has been associated with both physical and mental health outcomes.

1
Greater levels of social support are associated with lower levels of depression, fewer
episodes of negative life events, more positive mood, and greater life satisfaction”
(Aldwin, 1994; Balk, 1995; Demakis & McAdams, 1994; Ford & Procidano, 1990;
Wilks. 2008). Berbagai studi juga menunjukkan bahwa seseorang dengan
physicological resources rendah seperti dukungan sosial lebih rentan terhadap
penyakit dan gangguan suasana hati ketika sedang dalam kondisi stres. (Sonia S.
2014; Cohen, Janicki-Deverts, & Miller, 2007; DeLongis, Lazarus, & Folkman,
1998. et al) Losel & Bliesener, 1990; Sarason, Shearin, Pierce, & Sarason, 1987).
1988).
Semakin besar dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua maka semakin
baik pula self efficacy yang dimiliki oleh remaja yang dalam hal ini adalah siswa. Hal
ini juga didukung oleh pendapat Syah (2003), bahwa lingkungan keluarga bisa
berpengaruh terhadap kinerja akademik (academic performance) seorang siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara dukungan sosial keluarga
terhadap self efficacy yang kemudian berpengaruh kepada kemampuan siswa
mengatasi stresor akademik.
Namun, bagi remaja yang hidup di sekolah berasrama, tentu saja dukungan yang
diberikan keluarga menjadi lebih terbatas, seperti yang dinyatakan Fisher et al.
(1986)
“For a person who leaves home to reside in a new place for educational or
vocational reasons both aspects may be influential: there is distancing from the
support normally given by familly and friends, loss of familiar ‘routine’ pattern
of life and exposure to an implosion of new enviromental and psychosocial
factors and the need to adjust to adjust to change in residence resulting in loss of
direct contact with familly and with the home enviroment.”
Kendati demikian, orang tua bukan merupakan satu-satunya sumber dukungan
sosial yang dapat membantu siswa mengatasi stres. Cauce and Srebnik dalam Sonia S
(2014) mengidentifikasikan tiga sumber dukungan sosial bagi remaja, yakni
keluarga, teman dan anggota sekolah. Menurut Wang dan Yeh (dalam Santrock,

2
2007) menyatakan selain anggota keluarga yakni orang tua, hubungan dengan
sahabat dan mentor secara konsisten dapat menjadi peredam stres.
Berdasarkan hal itu, tim peneliti menyimpulkan bahwa potensi dukungan sosial
teman sebaya dalam membantu siswa beradaptasi dengan berbagai stresor akademik
perlu diperhatikan. Apalagi mengingat siswa di sekolah berasrama akan tinggal dan
menghabiskan keseluruhan harinya berada di asrama dan berinteraksi dengan teman
sebayanya. Para peneliti menyatakan interaksi terbesar yang mempengaruhi
permasalahan emosional dan behaviorial remaja berada di pengaturan sekolah (Koot
dan Verhulst, 1992; Zahner et al., 1992; Srebnik et al., 1996) Sehingga peran sekolah
dalam menciptakan atmosfer dukungan sosial yang ideal tentu saja diperlukan
mengingat pentingnya peran dukungan teman sebaya, apalagi di sekolah berasrama
yang berarti keseluruhan waktu siswa berada di lingkungan sekolah.

Salah satu konsep sekolah yang menekankan dukungan sosial adalah house system.
House system adalah salah satu bentuk manajemen sekolah yang banyak diadopsi di
negara Inggris dan Amerika. Para pelajar di sekolah yang menerapkan house system ini
akan disebar ke dalam beberapa kelompok yang selanjutnya disebut “house”. Siswa
dalam setiap house di berbagai sekolah pun berbeda. Seperti pada Mscracken County
School di US yang terdiri atas 350 lebih siswa setiap house-nya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh R.D Dieferenfied (1976)
menyimpulkan bahwa konsep sekolah dengan house system memiliki relasi positif
dalam hal pengembangan pribadi dan pelatihan kepemimpian siswa selain itu melatih
siswa untuk merasa saling memiliki. Sekolah diatur sedemikian rupa sehingga
bersuasana “home base” selayaknya situasi di rumah. Setiap house memiliki house
parents, yang memiliki peran lebih seperti memperhatikan kedisiplinan, kegiatan sosial,
dan juga memainkan peranan sebagai konselor. Sejalan dengan Fisher (1986) istilah
“home base” erat kaitannya dengan penyesuaian diri remaja di lingkungan baru sekolah
berasrama.

3
Ditinjau dari segi aktivitas, menurut penelitian pada tahun 1976 oleh R.D
Dieferenfied, kegiatan-kegiatan yang menyangkut house, seperti sport competition,
house assembly, dan berbagai kegiatan sosial yang dilakukan antar anggota house.
Secara fundamental, house system bertujuan untuk memberikan layanan konseling
dengan membantu siswa mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di
sekolah. Melalui penciptaan iklim sekolah layaknya di rumah atau ‘home base’ menurut
R.D Diefrenfied (1976) layanan terebut antara lain pupils conseling , konferensi orang
tua, tutor grup, dan aktivitas lainnya. Setiap house memiliki house parents, yang
memiliki peran lebih seperti memperhatikan kedisiplinan, kegiatan sosial, dan juga
memainkan peranan sebagai konselor.
SMAN Sumatera Selatan sebagai salah satu sekolah berasrama yang menerapkan
house system di Indonesia. Berbagai stresor akademik yang menuntut kemampuan
adaptasi ini disikapi oleh SMAN Sumatera Selatan dengan menerapkan konsep house
system di dalam kehidupan berasramanya. House system di SMAN Sumatera Selatan
adalah sistem pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
selanjutnya disebut house. Setiap house dinamai dengan nama hewan yang terdiri atas,
Dolphin house, Dove house, Eagle house, Hornbill house, Komodo house, Lion house,
Mantaray house, Rhino house, dan Shark house.
Penerapan konsep house system ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam
membantu siswa beradaptasi dengan berbagai perubahan lingkungan yang mereka alami
dengan menciptakan situasi sekolah yang bersuasana “home base” Seperti pernyataan
AR, salah satu siswa kelas 10 yang menyatakan khawatir jika tidak mampu untuk
beradaptasi dan kesulitan mencari teman. Setelah pembagian house ia menjadi lebih
mudah untuk mendapatkan teman berbagi. Melalui house system siswa dilatih agar
memiliki perasaan kekeluargaan dan saling memiliki sehingga dapat menjadi sumber
dukungan sosial seperti menurut Cobb (dalam Sonia S., 2014) bahwa dukungan sosial
adalah sebuah konsep yang didefinisikan sebagai perasaan peduli, penghargaan,
penilaian dan perasaan saling memiliki.
Pada penelitian ini tim peneliti berusaha menguji sejauh mana apakah
pengelelompokkan siswa dengan house system dapat berpengaruh terhadap

4
keberhasilan dukungan teman sebaya sebagai salah satu upaya untuk mengatasi stres
akademik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tingkat stres akademik siswa sekolah berasrama yang menerapkan
house system?
2. Bagaimana tingkat dukungan teman sebaya di sekolah berasrama yang
menerapkan house system?
3. Bagaimana pengaruh dukungan teman sebaya terhadap stres akademik di
sekolah berasrama yang menerapkan house system?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui tingkat stress akademik dan dukungan teman sebaya sekolah
berasrama yang menerapkan house system
2. Mengetahui pengaruh dukungan teman sebaya terhadap stress akademik di
sekolah berasrama yang menerapkan house system

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
pada bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan dan klinis sebagai sebuah usaha
mempelajari masalah-masalah yang terkait dengan permasalahan yang sering dialami
remaja yakni stres akademik dan meneliti pengaruh dukungan teman sebaya sebagai
upaya mengatasi stres akademik.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini diharapkan dapat referensi bagi sekolah-sekolah yang memiliki
tuntutan akademik tinggi yang mengharuskan siswa beradaptasi sehingga dapat
memberdayakan kemampuan siswa menangani tekanan-tekanan akademik melalui
dukungan teman sebaya untuk mencegah stres akademik. Juga untuk mengenalkan cara
kerja dan keunggulan dari penerapan house system itu sendiri.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres Akademik


2.1.1 Pengertian Stres
Stres merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan. Menurut Lazarus
& Folkman (dalam Copeland dan Hess 1995) bahwa stres adalah keadaan internal yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau
oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.
Sebagian besar masalah mental yang didiagnosa pada orang dewasa berasal dari
masa remaja. “Some of these stressorts include fitting in, academic performance, peer
relationships, and familly relationship. Being unfamiliar with ways to identify and cope
with such stressors, adolescents may be coping in negative way” (Knopf et al., 2008)

2.1.2 Stres Akademik


Remaja adalah tahapan transisi dari kanak-kanak menuju masa remaja dan
merupakan waktu bagi perubahan besar di semua aspek. Anak-anak dan remaja bisa
mengalami berbagai stres mulai yang berasal dari peristiwa kehidupan yang buruk atau
traumatis (diantaranya kematian orang tua dan menderita penyakit parah), peregangan
persistan (diantaranya kemiskinan keluarga, degradasi lingkungan atau perkeloncoan
yang parah) dan konflik sehari-hari (seperti perkalian antara teman atau saudara) (Hess
dan Copeland dalam Sun, 2012).
Nilai akademik adalah aspek paling penting yang menjadi sumber dari stres kronis
dan sporadis di antara anak muda di Barat. (Brown, et al. 2006; Christy dan MacMillin,
1998, Gallagher dan Miller, 1996; Kouzma dan Kennedy, 2004; Sun, 2012) dan Negara
di Asia. (Dodds dan Linn, 1993;Luan et al, 2008; Tang & Westwood, 2007; Sun 2012).
Menurut Kouzma dan Kennedy dalam Sun, 2012) bahwa berbagai hal yang dapat
menyebabkan stres akademik antara lain : situasi di sekolah, ranking, terlalu banyak
tugas, kekhawatiran tentang masa depan, membuat pilihan tentang karir, terlalu banyak

6
hal yang harus dipelajari, ekspetasi dari orang lain dan diri sendiri dimana atmosfer di
sekolah merupakan faktor yang paling berpengaruh.
Hal-hal yang menyebabkan stres akademik ini selanjutnya disebut stressor
akademik. Istilah stresor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (Rice dalam Indri
Kemala, 2007).

2.1.3 Dimensi Stres Akademik


Pada awal penelitian, Sun et al. (2011) mengajukan enam dimensi sebagai sumber
penyebab stress akademik.
a. Attitudes towards study and grades: sikap terhadap berajar dan nilai akademik.
b. Perceived pressure: tekanan-tekanan yang diterima yang mempengaruhi
pembelajaran.
c. Perceived burden: beban yang dirasakan yang mempengaruhi pembelajaran.
d. Expectations from others: ekspektasi dari orang lain.
e. Self expectations: ekspetasi dari diri sendiri.
f. Difficulties in study: kesulitan dalam belajar.

Tabel 2.1 Dimensi stres akademik


Individual factors
Self-efficacy
Health status
Physical exercise
Internet use, video games

Educational Stress
Parenting and family Negative attitudes
factors Perceived pressure
Parenting styles Study burden
Familly conncectedness Expectations from others
Confiict with parents Self-expectation
Difficulties in study
School and study factors
School connectedness
Confilct with teachers
Academic grades
Study Burden

Peer relationship factors


Peer popularity
Friends
Romantic relationship
Confict with peers

7
Sun et al. kemudian melakukan penelitian mengenai hubungan dimensi-dimensi
tersebut dengan stress akademik dengan menyusun sebuah alat ukur yang dinamakan
Educational Stress Scale for Adolescent (ESSA). Yang terdiri atas 30 butir pertanyaan
yang mewakili dimensi sumber stres akademik yang diajukan. Setelah dilakukan
serangkaian pengujian maka didapatkan bahwa 16 item pertanyaan yang memenuhi
kriteria validitas dan reabilitas maka Sun merumuskan kembali dimensi stres akademik.
a. Pressure from study, tekanan belajar yang dirasakan sehari-hari;
b. Workload, beban yang dihasilkan dari pekerjaan rumah, tugas sekolah dan ujian;
c. Worry about grades, stress akibat ketidakpuasan dengan nilai akademik;
d. Self expectation, merasa kecewa ketika tidak dapat mencapai target pribadi
e. Study despondency, ketidakpuasan dan rendahnya konsentrasi dan kepercayaan
diri.

2.2 House System di Sekolah Berasrama


2.2.1 Sekolah Berasrama
Setiap orang tua berharap anak-anaknya berhasil dalam belajar dan lingkungan sosial
serta memiliki kekuatan nilai dan karakter yang baik sehingga mereka siap menghadapi
tantangan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam satu dekade terakhir terdapat
perkembangan dalam bidang pendidikan khususnya terkait dengan berdirinya sekolah
berasrama (Sri Maslihah, 2011).
Sekolah berasrama saat ini diyakini memiliki kelebihan apabila dipandang dari
berbagai aspek, diantaranya kurikulum, kedisiplinan, ekstrakulikuler, serta keamanan
dari sudut pandang moral dan psikologis. Seperti telah diketahui bersama bahwa pada
usia tersebut anak masih sangat bergantung kepada kedua orang tuanya. (Wahyu Suci.
2017).
Ketika anak telah tinggal di asrama, mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Selama proses penyesuaian diri anak terjadi bermacam
dinamika, tidak semua anak berhasil menyesuaikan diri dengan sempurna. Tentu saja,
kelebihan di berbagai aspek mesti dibarengi oleh pengontrolan di berbagai lini pada
sekolah berasrama. Sehingga membutuhkan penyesuaian.

8
Menurut Widiastono (2001) , sekolah menengah asrama merupakan model sekolah
yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah menengah biasa.
Transisi remaja ke sekolah asrama menghadapkan remaja pada perubahan-perubahan
dan tuntutan-tuntutan baru. Perubahan tersebut adalah lingkungan sekolah dan asrama
yang baru, pengajar dan teman baru, aturan dan irama kehidupan asrama, serta
perubahan lain sebagai akibat jauh dari orang tua.
Jika seorang siswa gagal untuk menyesuaikan diri tentu saja stresor-stresor tersebut
dapat mengakibatkan stres akademik. Seperti yang dikatakan Santrock dalam bukunya
Remaja (2007) bahwa salah satu jenis penyebab stres adalah perpindahan ke sebuah
suasana budaya berbeda dapat mengakibatkan stress. Sehingga berbagai bentuk
dorongan dibutuhkan untuk membantu siswa mengatasi masa transisinya. Salah satunya
melalui dukungan sosial yang bisa didapatkan dari orang tua dan teman sebaya.

2.2.2 House System


Menurut R.D Dieferenfied (1976) house system diterapkan demi menyediakan
pastoral care bagi para siswa ketika menempuh pendidikan. Sekolah diatur sedemikian
rupa sehingga bersuasana “home base” selayaknya situasi di rumah. Setiap house
memiliki house parents, yang memiliki peran lebih seperti memperhatikan kedisiplinan,
kegiatan sosial, dan juga memainkan peranan sebagai konselor.
Ditinjau dari segi aktivitas, menurut penelitian pada tahun 1976 oleh R.D
Dieferenfied, kegiatan-kegiatan yang menyangkut house seperti sport competition,
house assembly, berbagai kegiatan sosial yang dilakukan antar anggota house.
Secara fundamental house system bertujuan untuk memberikan layanan konseling
dengan membantu siswa mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di
sekolah. Melalui pembutan iklim sekolah layaknya di rumah atau ‘home base’ menurut
R.D Diefrenfied (1976) layanan terebut antara lain pupils conseling , konferensi orang
tua, tutor grup, dan aktivitas lainnya.

9
2.3 Dukungan Teman Sebaya
Dukungan teman sebaya adalah salah satu jenis dukungan sosial. Menurut Cobb
(dalam Sonia S., 2014) dukungan sosial adalah sebuah konsep yang didefinisikan
sebagai perasaan peduli, penghargaan, penilaian dan perasaan saling memiliki.

Teman sebaya bisa merupakan kelompok yang memberikan pengaruh negatif


terhadap anak remaja. Mereka mendorong ke arah kualitas yang tidak diharapkan
seperti minum-minuman keras atau kenakalan remaja lainnya, terutama pada anak-anak
yang kurang mendapatkan pengarahan dari orang tua (Dawen, 1985. Synder, Dishion &
Palterson, 1986. Hendrianti, 2006). Dari sudut pandang lain menganggap bahwa
kelompok teman sebaya memberikan pengaruh yang baik seperti yang diungkapkan
Sullivan (1953) dan Pieget (1932) dikatakan bahwa relasi dengan teman sebaya akan
mengembangkan kematangan dari “self” seorang remaja (Youniss & Smollar dalam
Hendrianti, 2006).
Terlepas dari dimensi postif dan negatif dukungan teman sebaya, dukungan teman
sebaya yang bersifat positif tentu saja dapat membantu remaja mengatasi stres, dalam
hal ini merupakan siswa sekolah berasrama. Dalam sebuah studi yang dilakukan
O’Brien menunjukkan bahwa kawan-kawan sebaya paling sering dijadikan sumber
dukungan bagi remaja disusul dengan ibu (Santrock, 1990).

2.3.1 Dimensi Dukungan Teman Sebaya


Weiss dalam Sonia (2014) ada 6 dimensi dukungan sosial:
Attacment (emotional closeness);
a. Reliable alliance (assurance that others can be counted on times of stress);
b. Enhancement of worth (recognition of one’s competence);
c. Social integration (a sense of belonging to a group of friends);
d. Guidance (advice or information);
e. Opportunity for nurturance (providing assistance to others)
Sonia (2014) kemudian mencoba mencocokan dimensi-dimesi dukungan sosial
dengan empat sumber dukungan akademik bagi remaja yakni guru, orang tua, teman

10
satu kelas, dan teman dekat, dimensi dukungan akademik bagi remaja menurut Sonia
(2014):
a. Emotional, teman sebaya memberikan dukungan emosional dengan
mendengarkan permasalahan akademik masing-masing dan saling mendorong
untuk berusaha keras di sekolah;
b. Instrumental, teman sebaya dapat memberikan dukungan materil untuk tugas
sekolah. Mereka juga bisa membantu menjelaskan konsep yang tidak
dimengerti;
c. Informational, menyediakan informasi dan saran tentang bagaimana
mengerjakan tugas, mempersiapkan ujian atau cara mengatur waktu di sekolah;
d. Appraisal, memberikan penilaian dan apresiasi ketika temannya berhasil di
sekolah dan tidak saling mengejek ketika temannya tidak menyelesaikan soal
yang diberikan dengan benar.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif non-eksperimental (metode
survey). Menurut Sugiyono (2013) bahwa,

Metode survey adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk


mendapatkan data yang terjadi di masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan,
pendapat karakteristik, perilaku, hubungan antar variabel dan untuk menguji
beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang
diambil dari populasi tertentu, tehnik pengumpulan data dengan pengamatan
(wawancara atau kuesioner) dan hasil penelitian cenderung digeneralisasikan.

Desain penelitian ini yaitu desain penelitian studi regresional. Winarsunu (dalam Fina,
2016) menjelaskan bahwa peneliti menggunakan studi regresional dilakukan untuk
melihat besarnya variasi yang terjadi pada variabel terikat (Y) berdasarkan data yang
terdapat pada variabel bebas (X). Adapun desain pada penelitian ini adalah seperti
bagan berikut :

X Y
Gambar 3.1 Desain penelitian
Sumber: peneliti

12
Penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
bebas (X) yaitu dukungan teman sebaya dan variabel terikat (Y) yaitu stres akademik.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian kuantitatif merupakan simbol atau lambang yang
memiliki nilai atau bilangan di dalamnya (Kerlinger, 2004). Dalam penelitian ini
terdapat dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas ialah sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan variabel
terikat yang dipandang (atau diduga) sebagai akibatnya. Variabel bebas adalah
anteseden; variabel terikat adalah konsekuensi. Kalau kita katakan: Jika A, maka B,
kita mengungkapkan pesambungan kondisional antara variabel bebas (A) dengan
variabel terikat (B) (Kerlinger, 2006:58).

Adapun variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas
Dukungan teman sebaya, dukungan teman sebaya adalah salah satu jenis
dukungan sosial. Menurut Cobb (dalam Sonia S., 2014) dukungan sosial adalah
sebuah konsep yang didefinisikan sebagai perasaan peduli, penghargaan,
penilaian dan perasaan saling memiliki.
b. Variabel terikat
Stres akademik adalah tekanan yang dapat mengakibatkan prustasi terkait
dengan kegagalan nilai atau perasaan tidak perduli terhadap kegagalan tersebut
(Lal, 2014)

3.3 Responden Penelitian


3.3.1 Karakter Responden
Karakteristik individu yang menjadi responden pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:

a. Merupakan siswa SMA berasrama yang masih aktif;


b. Tinggal dan hidup di asrama;

13
c. Menerapkan sekolah berasrama dengan house system.

Sedangkan, karakteristik sekolah sebagai lokus penelitian adalah SMA berasrama


penuh selama tiga tahun masa sekolah.

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel


Populasi adalah keseluruhan sampel atau individu yang menjadi fokus penelitian
(Kerlinger, 2004). Dalam penelitian ini, populasi terdiri atas keseluruhan siswa sekolah
berasrama di SMAN Sumatera Selatan dan MAN Insan Cendekia (IC) Organ Komering
Ilir (OKI). Selanjutnya, sampel merupakan bagian dari popolasi yang karakteristiknya
mewakili populasi tersebut (Kerlinger, 2004). Cresswell (dalam Fina, 2016)
menjelaskan bahwa sampel harus representatif, maksudnya karakteristik yang dimiliki
sampel mewakili karakteristik populasi. Hal tersebut penting agar hasil penelitian pada
sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Pada penelitian ini, pengambilan sampel
akan dilakukan dengan tehnik simple random sampling . Noor (2011) menjelaskan,
bahwa teknik simple random sampling adalah teknik yang paling sederhana. Sampel
diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi, tiap
elemen populasi memiliki peluang yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai
subjek. Meskipun demikian, tim peneliti tetap memperhatikan etika pengambilan data
dengan memohon kesediaan responden secara moral untuk ikut menjadi responden
penelitian.

3.3.3 Jumlah Responden


Responden dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
uji coba alat ukur (pilot study) dan kelompok pengambilan data penelitian (field sudy).
Karlinger (2004) mengemukakan bahwa jumlah minimal responden adalah sebanyak 30
responden. 30 Responden merupakan jumlah yang cukup ideal karena dengan total
responden tersebut akan lebih meminimalisir bias. Adapun pada penelitian ini, peneliti
mneggunakan sebanyak 60 respoden pada uji coba alat ukur (pilot study) Setelah
menguji alat ukur, peneliti selanjutnya mengambil data penelitian sebanyak 60 yang
merupakan siswa SMAN Sumatera Selatan.

14
3.4 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakakn dalam penelitian ini adalah kuesioner. Menurut
Sugiyono (2009) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan skala likert sesuai dengan kuesioner hild And
Adolesent Social Support Scale-Academic (CASSS-A) yang disusun oleh Sonia (2014)
dan Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA) yang disusun oleh Sun (2012).

3.4.1 Alat Dukungan Teman Sebaya


Alat ukur Adolescent Social Support Scale-Academic (CASSS-A) digunakan untuk
mengukur dukungan teman sebaya khususnya yang berkaitan dengan hal akademik.
CASSS-A terdiri atas empat dimensi, yaitu emotional, instrumental, informational, dan
appraisal. Pada awal pembuatannya CASSS-A terdiri atas 79 item pertanyaan, lalu
setelah dilakukan analisis psikometri, terdapat 50 item yang gugur dan menyisahkan 31
item sebagai total akhir item. Masing-masing item terbagi ke dalam sumber-sumber
dukungan akademik yang berbeda. Kemudian, diambil 12 item dipilih mewakili
dukungan akademik yang berasal dari teman sebaya yakni close friend dengan nilai
alpha croanbach yakni α=0.97, . Validitas CASSS-A dengan subscale yakni close
friend diuji validitasnya melalui teknik Simple Pearson Correlations. Menurut hasil uji
validitas yang dilakukan Sonia (2014) menghasilkan nilai validitas sebesar r
=.56.p<.01.

Pada kuesioner alat ukur CASS-A ini, responden akan dihadapkan dengan 6 pilihan
jawaban mulai dari 1 =”Tidak Pernah” hingga 6 = ”Selalu”. Nilai CASS-A akan dilihat
dari nilai mean dan standar deviasi dalam analisis statistik deskriptif. Selain itu, skor
total dari keempat dimensi dukungan teman sebaya.

15
Tabel 3.1 Blueprint Child and Adolesents Social Support Scale-Academic
No Dimensi Deskripsi Nomor Item Jumlah Item
1 Emotional Emotional, teman sebaya 1,2,3 3
memberikan dukungan
emosional dengan
mendengarkan permasalahan
akademik masing-masing dan
saling mendorong untuk
berusaha keras di sekolah

2 Instrumental teman sebaya dapat 4,5,6 3


memberikan dukungan materil
untuk tugas sekolah. Mereka
juga bisa membantu
menjelaskan konsep yang tidak
dimengerti

3 Informational menyediakan informasi dan 7,8,9 3


saran tentang bagaimana
mengerjakan tugas,
mempersiapkan ujian atau cara
mengatur waktu di sekolah.

4 Appraisal memberikan penilaian dan 10,11,12 3


apresiasi ketika temannya
berhasil di sekolah dan tidak
saling mengejek ketika
temannya tidak menyelesaikan
soal yang diberikan dengan
benar.

16
3.4.2 Alat Ukur Educational Stress Scale for Adolescents
Alat ukur Educational Stress Scale for Adolescents yang disusun oleh Sun (2012)
digunakan untuk mengukur tingkat stres akademik remaja. ESSA terdiri atas empat
dimensi, yakni pressure from study, workload, worry about grades, self-expectation
stress, dan despondency. Alat ukur ESSA pada awalnya terdiri atas 30 item, lalu setelah
dilakukan analisis psikometri, terdapat 14 item yang gugur sehingga menyisakan 16
item sebagai total akhir item. Berdasarkan factor analysis validitas dan reabilitas
instrumen ESSA memiliki konsistensi nilai yang bagus dengan Cronbach α =.82 untuk
keseluruhan skala, α=79, α=.73, α=.69, α=.65, α=.64 untuk setiap masing-masing
dimensi

Pada kuesioner alat ukur ESSA ini, responden akan dihadapkan dengan 5 pilihan
jawaban, yaitu 1 =”Sangat tidak setuju”, 2 =”Tidak setuju”, 3 =”Netral”, 4 =”Setuju”, 5
=”Sangat setuju”. Stres akademik yang dimiliki pelajar akan dilihat dari nilai mean dan
standar deviasi dalam analisis statistik deskriptif.

Tabel 3.2 Blueprint Educational Stress Scale for Adolescents


No Dimensi Deskripsi Nomor Item Jumlah Item
1 Pressure Empat item tentang tekanan 1,2,3,4 4
from study yang berasal dari pembelajaran
sehari-hari.

2 Workload Tiga item tentang tekanan yang 5,6,7 3


berasal dari pekerjaan rumah,
tugas sekolah, dan ujian.

3 Worry about Tiga item berhubungan dengan 8,9,10 3


grades emosi stres akibat
ketidakpuasan dengan nilai
akademik

4 Self- Tiga item stres akibat tidak 11,12,13 3

17
expectation dapat mencapai target pribadi

5 Despondency Tiga item tentang kekecewaan, 14,15,16 3


ketidakpercayaaan diri dan
lemahnya konsentrasi di dalam
belajar

Sumber:peneliti

3.5 Metode Pengolahan Data


3.5.1 Uji Validitas
Validitas merupakan suatu informasi ilmiah mengenai hasil evaluasi dari suatu skor
tes yang didasari oleh teori dan bukti-bukti yang ilmiah untuk keperluan interpretasi
menggunakan tes skor (Osterlind,dalam Fina 2016). Creswell (2005) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa bentuk uji validitas, yaitu content validity, criterioon-related,
dan construct validity. Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan diuji validitasnya
menggunakan bentuk content validity. Content-validity merupakan bentuk pengujian
validitas suatu alat ukur dengan cara meminta kepada suatu ahli untuk melihat
kesesuaian antara item-item pada alat ukur dan dimensi yang hendak diukur.

3.5.2 Uji Reliabilitas


Realibitas didefinisikan sebagai derajat konsistensi dari hasil pengukuran paralel
yang dilakukan secara acak (Osterlind dalam Fina, 2016). Suatu alat ukur harus diuji
realibilitasnya untuk melihat taraf konsistensi atau kepercayaan dari hasil tes yang
dilakukan (Azwar, 2012). Terdapat beberapa cara untuk menguji reliabilitas alat ukur,
yaitu test-retest reliability, alternate forms reliability, interater reliability, dan internal
consistency reliability (Creswell, 2005). Pada penelitian ini, tim peneliti menggunakan
internl consistency reliability dengan cara melihat nilai coefficient cronbach’s alpha
dari masing-masing alat ukur yakni Child and Adolescents Social Support-Academic
(CASSS-A) dan Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA).

18
3.5.3 Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini, tim peneliti ingin melihat pengaruh dari dukungan teman sebaya
terhadap stres akademik siswa berasrama. Selain itu, tim peneliti juga ingin
mendeskripsikan stres akademik berasrama yang menerapkan house system. Untuk itu,
data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan tehnik statistika
regresi linear sederhana dan tehnik statistika analisis deskriptif.

3.6 Hasil Analisis Alat Ukur


3.6.1 Hasil Reliabilitas Child and Adolescents Social Support Scale –A
Tabel di bawah ini merupakan hasil uji reliabilitas butir item alat ukur Child and
Adolescents Social Support Scale-A

Tabel 3.3 Reliabilitas Child and Adolescents Social Support Scale-A


Item pertanyaan Item-Total Koefisien Relibialitas

Correlation (Alpha Cronbach)

CASSSA1 .434 .913

CASSSA2 .718 .900

CASSSA3 .753 .897

CASSSA4 .656 .902

CASSSA5 .681 .902

CASSSA6 .622 .904

CASSSA7 .576 .906

CASSSA8 .710 .900

CASSSA9 .625 .903

19
CASSSA10 .650 .902

CASSSA11 .729 .899

CASSSA12 .622 .904

Sumber: Peneliti

Berdasarkan tabel di atas dapat, dapat dilihat bahwa alat ukur CASSS dapat
dikatakan memiliki koefisien reliabilitas alpha cronbach yang baik, yakni nilai
koefisien alpha cronbach berada dalam rentang .897 - .913.

3.6.2 Hasil Reliabilitas Educational Stress Scale for Adolescents


Tabel di bawah ini merupakan hasil uji reliabilitas butir item alat ukur Educational
Stress Scale for Adolescents.
Tabel 3.4 Reliabilitas Educational Stress Scale for Adolescents
Item pertanyaan Item-Total Koefisien Relibialitas

Correlation (Alpha Cronbach)

ESSA1* .240 .848

ESSA2 .527 .835

ESSA3 .411 .841

ESSA4 .483 .838

ESSA5 .441 .840

ESSA6 .648 .830

ESSA7 .554 .834

ESSA8 .332 .848

ESSA9 .462 .839

ESSA10 .418 .841

20
ESSA11 .563 .834

ESSA12 .556 .834

ESSA13 .314 .846

ESSA14 .584 .832

ESSA15 .500 .837

ESSA16 .462 .839

Item (*) was deleted

Sumber: Peneliti

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa alat ukur ESSA dapat dikatakan
memiliki koefisien alpha cronbach yang baik, yakni nilai koefisien alpha cronbach
berada dalam rentang .832 – 8.48. Di sisi lain, hasil analisis butir item menunjukkan
bahwa terdapat satu item dibawah standar yaitu item nomor 1 (.204). Kedua item
tersebut kemudian tidak diikutsertakan ke dalam field study.

3.7. Prosedur Penelitian


3.7.1 Persiapan Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan sumber informasi mengenai fenomena
yang diangkat, serta referensi dan kajian literatur terkait variabel yang menjadi topik
utama dalam penelitian. Disamping itu, tim peneliti juga mengajukan surat permohonan
pencarian data ke SMA Negeri Sumatera Selatan

Pada tahap persiapan, tim peneliti juga mencari alat ukur dari variabel yang mnejadi
kajian utama, yaitu: dukungan teman sebaya dan stres akademik. Peneliti mengadaptasi
dua buah alat ukur, yakni Child and Adolesents Social Support Scale-Academic dan
Educational Stress Scale for Adolescents, dengan cara menerjemahkan alat ukur
tersebut ke dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan konteks penelitian dan kaidah-kaidah

21
penulisan skala sikap berdasarkan Azwar (2012). Kemudian, peneliti melakukan uji
validitas dengan bentuk content validitu melalui teknik expert judgement melalui dua
expert judgement untuk melihat apakah proses pengadaptasian item-item alat ukur telah
sesuai dengan konstruk yang diukur.

Setelah proses uji validitas selesai dilakukan, tim peneliti selanjutnya melakukan
revisi terhadap pernyataan-peryataan pada kuesioner yang dinilai ambigu atau kurang
sesuai dengan konstruk.

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian


Tim peneliti melakukkan pengambilan data pada tanggal 16 September dan 28
September hingga 4 September 2018 di SMAN Sumatera Selatan. Peneliti menyebar
sebanyak 60 kuesioner di SMAN Sumatera Selatan. Dari jumlah kuesioner tersebut,
semuanya kembali dan dapat digunakan sebagai data penelitian. Sebelum melakukan
analisis data, peneliti terlebih dahulu menghitung nilai koefisien reliabilitas (alpha
cronbach) dan nilai item-total correlation. Tim peneliti Peneliti tidak
mengikutsertakaan item-item yang nilai koefisien butir itemnya di bawah standar ke
dalam proses penelitian. Terdapat satu ituem yang harus dibuang oleh tim peneliti
karena memiliki nilai koefisien butir itemnya di bawah stadar, yaitu item nomor satu
pada alat ukur Educational Stress Scale for Adolesents.

Setelah itu, peneliti melakukan analisis deskriptif dan uji hipotesis penelitian
berdasarkan data yang diambil saat field study. Analisis deskriptif dan uji hipotesis
penelitian dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social Sciense
(SPPS) for Windows 17.0 Selanjutnya, hasil dari data yang sudah diolah dianalisis dan
dibahas secara teoritis sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran dari penelitian yang
telah dilakukan.

22
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif


4.1.1 Gambaran Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah 60 orang siswa berasal dari SMAN Sumatera
Selatan Peneliti melakukan analisis deskiptif pada beberapa aspek demografis
responden yang terdiri dari kelas, jenis kelamin, dan jurusan.

4.1.1 Gambaran Hasil Analisis Statistik Deskiptif Child and Adolescents Social Support
Scale-Academic
Tabel di bawah ini berisi informasi mengenai gambaran nilai rata-rata dan standar
teoretik deviasi pada variabel CASSS-A . Pada alat ukur CASSS-A, terdapat 12 item.
Selain itu, skala yang digunakan, yaitu skala likert dengan pilihan jawaban 1 – 6. Dari
skala tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata teoretik (µ) pada variabel CASSS-A,
ialah 4,8.

Tabel 4.1 Gambaran hasil analisis deskiptif CASSS-A


Aspek Jumlah Presentase Mean CASSS-A SD CASSS-A

Kelas X 18 30% 45,66 10,63

XI 18 30% 50,66 11,59

XII 24 40% 48,66 7,92

Total 60 100% 48,26 9.97

JK Laki-laki 30 50% 49,43 9,26

Perempuan 30 50% 47,10 10,67

Total 60 100% 48,26 9,97

Jurusan IPA 39 65% 48,66 9,88

23
IPS 21 35% 47,52 10,36

Total 60 100% 48,26 9,97

Keterangan : CASSS-A= Child and Adolescents Social Support Scale-Academic;


Mean= Nilai rata-rata; SD= Standar Deviasi; JK= Jenis Kelamin.

Pada tabel 4.1, dapat diketahui nilai rata-rata teoretik CASSS-A ditinjau dari
berbagai aspek demografis dengan hasil sebagai berikut:

a. Berdasarkan kelas, CASSS-A di SMAN Sumatera Selatan berada di atas nilai


rata-rata teoretik (µ=48). Adapun nilai rata-rata teoretik pada responden kelas X
(µ=45,66) kelas XI (µ=50,66) dan kelas XII (µ=48,66).
b. Berdasarkan jenis kelamin, CASSS-A di SMAN Sumatera Selatan berada di atas
rata-rata teoretik (µ=48,26). Adapun nilai rata-rata teoretik yang paling tinggi
diperoleh dari responden berjenis kelamin laki-laki dengan nilai rata-rata teoritik
(µ=49,48) dan responden perempuan (µ=47,10).
c. Berdasarkan jurusan, CASSS-A berada di atas nilai rata-rata teoretik (µ=48).
Adapun nilai rata-rata teoretik CASSS-A yang paling tinggi diperoleh dari
responden yang berasal dari jurusan ipa (µ=48,66) sedangkan nilai teoretik
CASSS-A responden yang berasal dari jurusan IPS (µ=47,52).

4.1.1.2 Gambaran Hasil Analisis Statistik Deskriptif Educational Stress Scale for Adolescents
Tabel di bawah ini berisi informasi mengenai gambaran nilai rata-rata dan standar
teoretik deviasi pada variabel ESSA. Pada alat ukur ESSA, terdapat 11 item. Selain itu,
skala yang digunakan, yaitu skala likert dengan pilihan jawaban 1 – 5. Dari skala
tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata teoretik (µ) pada variabel ESSA, ialah 4,5.

Tabel 4.2 Gambaran hasil analisis deskriptif Educational Stress Scale for Adolescents
Aspek Jumlah Presentase Mean ESSA SD ESSA

Kelas X 18 30% 44,22 8,69

XI 18 30% 50 9,08

24
XII 24 40% 42,83 6,89

Total 60 100% 45.40 8,58

JK Laki-laki 30 50% 44,36 9.62

Perempuan 30 50% 46,43 7,41

Total 60 100% 45,40 8.58

Jurusan IPA 39 65% 45,06 8,74

IPS 21 35% 46.00 8,44

Total 60 100% 45,40 8,58

Keterangan: ESSA=Educational Stress Scale for Adolescents; Mean= Nilai rata-rata;


SD= Standar Deviasi; JK= Jenis Kelamin

Sumber:Peneliti

Pada tabel 4.2, dapat diketahui nilai rata-rata teoritik ESSA siswa SMAN Sumatera
Selatan ditinjau dari berbagai aspek demografis dengan hasil sebagai berikut:

a. Berdasarkan kelas, ESSA berada di atas nilai rata-rata teoretik (µ=45,40).


Adapun nilai rata-rata teoretik pada responden kelas X (µ=42,83) kelas XI
(µ=50) kelas XII (µ=42,83).
b. Berdasarkan jenis kelamin, ESSA berada di atas nillai rata-rata teoretik
(µ=45,40). Adapun nilai rata-rata teoretik tertinggi pada responden yang berjenis
kelamin perempuan sebesar (µ=46,40) dan laki-laki (µ=44,36)
c. Berdasarkan jurusan, ESSA berada di atas nilai rata-rata teoretik (µ=45,40).
Adapun nilai rata-rata teoretik IPS lebih besar daripada IPA dengan nilai (µ=46)
dan IPA (µ=45,06).

25
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Gambaran Tingkat Stres dan dukungan teman sebaya Sekolah Berasrama yang
menerapkan house system
Tabel di bawah ini menampilkan kondisi stres akademik yang dialami siswa sekolah
berasrama yang menerapkan house system yakni SMAN Sumatera Selatan.

Tabel 4.3 Gambaran tingkat stres siswa di SMAN Sumatera Selatan


Frequency Percent Valid percent Cumulative
percent
Tinggi 12 20 20 20.0

Sedang 39 65 65 85

Rendah 9 15 15 100

Total 60 100 100

Sumber:Peneliti

Berdasarkan hasil analisis frekuensi menggunakan SPSS menunjukkan hasil 12


siswa mengalami stres ditingkat yang tinggi, 39 siswa mengalami stres ditingkat sedang
dan 9 siswa berada pada level stres rendah.

4.2.2 Gambaran Tingkat Dukungan teman Sebaya di Sekolah Berasrama yang


Menerapkan House System.
Tabel di bawah ini menunjukkan gambaran tingkat dukungan teman sebaya di
sekolah berasrama yang menerapkan house system.

Tabel 4.4 Gambaran tingkat dukungan teman sebaya di SMAN Sumatera Selatan
Frequency Percent Valid percent Cumulative
percent
Tinggi 11 18,3 18,3 18.3

Sedang 38 63 63 81,7

Rendah 11 18,3 18,3 18,3

26
Total 60 100 100

Sumber:Peneliti

Berdasarkan hasil analisis frekuensi menggunakan SPSS menunjukkan hasil bahwa


11 orang siswa merasa mendapatkan dukungan sosial teman sebaya dalam rentang
tinggi, 38 siswa sedang, dan 11 siswa rendah.

4.2.3 Gambaran Analisis Inferensial Dukungan Teman Sebaya terhadap Stres Akademik
dan Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Tim peneliti menggunakan metode regresi sederhana untuk mengetahui hubungan
antara variabel (X) Dukungan teman sebaya terhadap variabel (Y) stres akademik di
SMAN Sumatera Selatan, berikut ini merupakan hasil yang diperoleh:

Tabel 4.5 Gambaran Analisis Inferensial Dukungan Teman Sebaya terhadap Stres
Akademik
ESSA R R2 P β t P
Model Summary .009a -.017 0,000

CASSS-A .009 0.66

Keterangan : ESSA = Educational Stress Scale for Adolescents; Model Summary = Hasil uji
regresi variabel bebas terhadap variabel terikat; CASSS-A= Child and
Adolescents Social Support Scale-Academic; R= koefesien korelasi; R2 = total
kontribusi variasi; p= nilai signifikansi (P<0,05); β= koefesien regresi
terstandardisasi; t = koefesien korelasi.

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
dukungan teman sebaya terhadap tingkat stress akademik siswa sekolah berasrama. Hal ini
dibuktikan oleh nilai p=0,000 (p<0,05). Total kontribusi yang diberikan oleh dukungan
teman sebaya (CASSS-A) terhadap stres akademik (ESSA) yaitu sebesar 17% (R2= -0,17).

27
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.5 angka hasil regresi inferensial menunjukkan tidak adanya
hubungan signifikan antara dukungan teman sebaya dan stres akademik di sekolah
berasrama yang menerapkan house system sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan
ada hubungan positif antara variabel (X) yakni dukungan teman sebaya terhadap variabel
(Y) stres akademik tidak terpenuhi. Berdasarkan hal ini, tim peneliti perlu melakukan kajian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh positif terhadap stres akademik
selain dukungan teman sebaya.

Menurut penelitian yang dilakukan Kaushal et.al (2018) secara implisit membagi dua
sumber copping stres. Pertama, berasal dari diri sendiri atau yang disebut self-eficacy atau
dukungan dari dalam dan social support. Menurut Krystler (2011) menyatakan bahwa self-
eficacy merupakan variabel moderator yang mempengaruhi perceived stress. Ia menemukan
bahwa siswa yang memiliki self-eficacy yang rendah cenderung mengalami stres akademik
yang tinggi walaupun di sisi lain menerima dukungan sosial yang tinggi. Berdasarkan hal
ini, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai self-eficacy di SMAN Sumatera
Selatan untuk kemudian disesuaikan dengan tingkat stress akademik.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Hipotesis penelitian bahwa terdapat pengaruh positif dari dukungan teman sebaya
pada house system terhadap tingkat stres akademik siswa di SMAN Sumatera Selatan
tidak terbukti dan tertolak.
b. Gambaran mengenai stres akademik di SMAN Sumatera Selatan yakni 12 orang
siswa mengalami stres pada rentang tinggi, 39 siswa dalam rentang sedang dan 9
siswa dalam rentang yang rendah.
c. Gambaran mengenai dukungan teman sebaya di SMAN Sumatera Selatan yakni 11
siswa merasa menerima dukungan teman sebaya dalam rentang yang tinggi, 38 siswa
sedang, dan 11 siswa rendah.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa saran
penelitian sebagai berikut:

a. Saran untuk sekolah


Berdasarkan hasil penelitian, dukungan teman sebaya di sekolah berasrama yang
menerapkan house system, masih menunjukkan beberapa siswa berada ditingkat
dukungan teman sebaya yang rendah. Padahal, teman sebaya adalah salah satu
komponen sekolah yang setiap hari mereka jumpai. Perlu diadakan evaluasi
program house system untuk memaksimalkan potensi house system pada sekolah
berasrama.
b. Saran untuk peneliti selanjutnya

29
1) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih jauh self-eficacy
sebagai salah satu sumber siswa dalam mengatasi stres yang berasal dari diri
internal siswa.
2) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengeksplorasi lebih banyak sekolah
berasrama yang menerapkan house system untuk mengetahui lebih jauh
potensi house system terhadap dukungan teman sebaya.
3) Untuk melanjutkan penelitian ini, peneliti selanjutnya disarankan untuk
memasukan self-eficacy sebagai variabel moderator bagi dukungan teman
sebaya dan stres akademik.

30
Daftar Pustaka

Copeland, E. P., & Hess, R. S. (1995). Differences in Young Adolescents' Coping


Strategies Based On Gender and Etnicity. Journal of Early Adolescence, 15,
203. Dipetik September 19, 2018
Creswell, J. (2005). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research.
Dierenfied, R. (1976). THE HOUSE SYSTEM IN COMPREHENSIVE SCHOOLS:
ITS CURRETS STATUS. BRITISH JOURNAL OF EDUCATIONAL STUDIES,
10.
Fisher, S., Frazer, N., & Murray, K. (1986). HOMESICKNESS AND HEALTH IN
BOARDING SCHOOL CHILDREN. Journal Of Enviromental Pyschology, 35.
Hendrianti, A. (2006). Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT. Reflika
Aditama.
Herlina, F. (2016). PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
(TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP, TRANSACTIONAL
LEADERSHIP, DAN PASSIVE-AVOIDANT LEADERSHIP) TERHADAP
READINESS FOR CHANGE GURU DALAM MENGHADAPI
PERUBAHAN KURIKULUM. 246.
Kerlinger, F. N. (2004). ASAS-ASAS PENELITIAN BEHAVIORAL. Yogyakarta:
GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Knopf, D., Park, M., & Mulye, T. P. (n.d.). The Mental Health of Adolescent. National
Adolesent Health Informaton Center.
Lal, K. (2014). ACADEMIC STRESS AMONG ADOLESCENT IN RELATION TO
INTELLIGENCE AND DEMOGRAPHIC FACTORS. American International
Journal of Research in Humanities, Arts and Social Sciences, 123.
Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial di
Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding
School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip.
Nowakowska, S. S. (2014). MEASURING ADOLESENTS' PERCEPTIONS OF
ACADEMIC SOSIAL SUPORT: THE RELATIONSHIP BETWEEN
ACADEMIC SOCIAL SUPPORT, GLOBAL SOCIAL SUPPORT, AND
LEVEL OF FUNCTIONING.
Nurbiasianti, W. S. (2017). Penyesuaian Diri Anak di Sekolah Berasrama .
S., A. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Santrock, J. W. (2007). REMAJA. Jakarta: Penerbit Eirlangga.
Srebnik, D., Cause, A. M., & Baydar, N. (1986). Help-Seeking Pathways for Children
and Adolescents. Journal of Emotional and Behaviorial Disorders, 211.
Sun, J. (2012). Educational Stress among Chinese Adolesent: Measurement, Risk
Factors and Associations with Mental Health.
Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

31
Widiastono, T. (2001, Agustus 12). Sekolah Berasrama: Ketika Jakarta tak Lagi Dirasa
Nyaman. Diambil kembali dari
http://www.kompas.com/kompas.cetak/0105/dikbud/caloo35.html
Wills, J. A., Sandy, J. M., Yaeger, A. M., Cleary, S. D., & Shinar, O. (2001). Coping
Dimensions, Life Stress, and Adolescent Substance Use: A Latent Growth
Analysis. Journal of Abnormal Pyschology.
Yashovardha Kaushal, S. K. (t.thn.). Educational Stress and Copping Strategies in
School Going Adolescents. International Journal Comtemporery Pediatric.

32
LAMPIRAN

Hasil Analisis Butir Item dan Uji Reliabilitas Variabel Penelitian

33
Reliability

Notes

Output Created 03-OCT-2018 16:38:36


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
Matrix Input
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics are based on all cases with
Cases Used valid data for all variables in the
procedure.
RELIABILITY
/VARIABLES=CASSSA1 CASSSA2
CASSSA3 CASSSA4 CASSSA5
CASSSA6 CASSSA7 CASSSA8
CASSSA9 CASSSA10 CASSSA11
Syntax CASSSA12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
CORR
/SUMMARY=TOTAL CORR.
Processor Time 00:00:00.02
Resources
Elapsed Time 00:00:00.06

34
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 60 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.910 .912 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

CASSSA1 3.83 1.304 60


CASSSA2 4.02 1.049 60
CASSSA3 4.42 1.253 60
CASSSA4 4.00 1.235 60
CASSSA5 4.02 .965 60
CASSSA6 3.77 1.254 60
CASSSA7 4.10 1.145 60
CASSSA8 4.13 1.127 60
CASSSA9 4.15 1.176 60
CASSSA10 4.40 1.167 60
CASSSA11 3.75 1.174 60
CASSSA12 3.68 1.186 60

35
Inter-Item Correlation Matrix

CASSSA1 CASSSA2 CASSSA3 CASSSA4 CASSSA5 CASSSA6 CASSSA7

CASSSA1 1.000 .559 .334 .305 .406 .266 .306


CASSSA2 .559 1.000 .588 .588 .552 .480 .266
CASSSA3 .334 .588 1.000 .449 .513 .527 .526
CASSSA4 .305 .588 .449 1.000 .512 .569 .383
CASSSA5 .406 .552 .513 .512 1.000 .521 .474
CASSSA6 .266 .480 .527 .569 .521 1.000 .548
CASSSA7 .306 .266 .526 .383 .474 .548 1.000
CASSSA8 .327 .457 .608 .475 .465 .514 .725
CASSSA9 .348 .616 .589 .385 .371 .277 .265
CASSSA10 .301 .493 .695 .341 .430 .366 .350
CASSSA11 .238 .540 .568 .550 .617 .444 .410
CASSSA12 .163 .440 .467 .613 .478 .417 .311

Inter-Item Correlation Matrix

CASSSA8 CASSSA9 CASSSA10 CASSSA11 CASSSA12

CASSSA1 .327 .348 .301 .238 .163


CASSSA2 .457 .616 .493 .540 .440
CASSSA3 .608 .589 .695 .568 .467
CASSSA4 .475 .385 .341 .550 .613
CASSSA5 .465 .371 .430 .617 .478
CASSSA6 .514 .277 .366 .444 .417
CASSSA7 .725 .265 .350 .410 .311
CASSSA8 1.000 .483 .474 .525 .489
CASSSA9 .483 1.000 .659 .519 .423
CASSSA10 .474 .659 1.000 .594 .411
CASSSA11 .525 .519 .594 1.000 .709
CASSSA12 .489 .423 .411 .709 1.000

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Variance


Minimum

36
Inter-Item Correlations .464 .163 .725 .562 4.459 .015

Summary Item Statistics

N of Items

Inter-Item Correlations 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Multiple Alpha if Item
Correlation Deleted

CASSSA1 44.43 87.301 .434 .391 .913


CASSSA2 44.25 84.631 .718 .687 .900
CASSSA3 43.85 81.045 .753 .658 .897
CASSSA4 44.27 83.284 .656 .568 .902
CASSSA5 44.25 86.428 .681 .535 .902
CASSSA6 44.50 83.746 .622 .517 .904
CASSSA7 44.17 86.040 .576 .648 .906
CASSSA8 44.13 83.677 .710 .661 .900
CASSSA9 44.12 84.681 .625 .586 .903
CASSSA10 43.87 84.287 .650 .620 .902
CASSSA11 44.52 82.661 .729 .680 .899
CASSSA12 44.58 84.620 .622 .602 .904

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

48.27 99.589 9.979 12

37
Reliability

Notes

Output Created 03-OCT-2018 16:40:29


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
Matrix Input
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics are based on all cases with
Cases Used valid data for all variables in the
procedure.
RELIABILITY
/VARIABLES=ESSA1 ESSA2 ESSA3
ESSA4 ESSA5 ESSA6 ESSA7 ESSA8
ESSA9 ESSA10 ESSA11 ESSA12
ESSA13 ESSA14 ESSA15 ESSA16
Syntax
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
CORR
/SUMMARY=TOTAL CORR.
Processor Time 00:00:00.02
Resources
Elapsed Time 00:00:00.04

38
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %

Valid 60 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.847 .849 16

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

ESSA1 3.27 .778 60


ESSA2 3.40 .960 60
ESSA3 3.20 .953 60
ESSA4 2.48 1.127 60
ESSA5 2.03 .938 60
ESSA6 2.52 .854 60
ESSA7 2.95 .891 60
ESSA8 3.38 1.223 60
ESSA9 3.97 1.073 60
ESSA10 3.97 .938 60
ESSA11 3.40 .906 60
ESSA12 2.67 1.020 60
ESSA13 2.57 .909 60
ESSA14 2.98 1.081 60
ESSA15 3.20 1.070 60
ESSA16 2.68 1.142 60

39
Inter-Item Correlation Matrix

ESSA1 ESSA2 ESSA3 ESSA4 ESSA5 ESSA6 ESSA7 ESSA8

ESSA1 1.000 .036 -.027 .102 .104 .121 .044 .069


ESSA2 .036 1.000 .763 .476 .267 .405 .499 .387
ESSA3 -.027 .763 1.000 .413 .334 .308 .431 .253
ESSA4 .102 .476 .413 1.000 .561 .617 .463 .208
ESSA5 .104 .267 .334 .561 1.000 .507 .286 .077
ESSA6 .121 .405 .308 .617 .507 1.000 .547 .164
ESSA7 .044 .499 .431 .463 .286 .547 1.000 .391
ESSA8 .069 .387 .253 .208 .077 .164 .391 1.000
ESSA9 .072 .227 .089 .084 .085 .186 .264 .294
ESSA10 .128 .297 .159 .096 -.037 .128 .140 .174
ESSA11 .423 .378 .259 .339 .343 .408 .172 .211
ESSA12 .370 .312 .157 .393 .313 .415 .336 .131
ESSA13 .142 -.109 -.113 .026 .077 .446 .203 .106
ESSA14 .207 .186 .168 .215 .234 .450 .210 .107
ESSA15 .118 .168 .159 .129 .246 .312 .366 .044
ESSA16 .154 .071 .090 .029 .295 .310 .184 .210

Inter-Item Correlation Matrix

ESSA9 ESSA10 ESSA11 ESSA12 ESSA13 ESSA14 ESSA15 ESSA16

ESSA1 .072 .128 .423 .370 .142 .207 .118 .154


ESSA2 .227 .297 .378 .312 -.109 .186 .168 .071
ESSA3 .089 .159 .259 .157 -.113 .168 .159 .090
ESSA4 .084 .096 .339 .393 .026 .215 .129 .029
ESSA5 .085 -.037 .343 .313 .077 .234 .246 .295
ESSA6 .186 .128 .408 .415 .446 .450 .312 .310
ESSA7 .264 .140 .172 .336 .203 .210 .366 .184
ESSA8 .294 .174 .211 .131 .106 .107 .044 .210
ESSA9 1.000 .773 .241 .176 .159 .394 .360 .392
ESSA10 .773 1.000 .375 .289 .082 .367 .294 .164
ESSA11 .241 .375 1.000 .440 .255 .422 .161 .288
ESSA12 .176 .289 .440 1.000 .262 .318 .419 .330
ESSA13 .159 .082 .255 .262 1.000 .493 .247 .372
ESSA14 .394 .367 .422 .318 .493 1.000 .603 .448

40
ESSA15 .360 .294 .161 .419 .247 .603 1.000 .496
ESSA16 .392 .164 .288 .330 .372 .448 .496 1.000

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Variance


Minimum

Inter-Item Correlations .260 -.113 .773 .887 -6.814 .027

Summary Item Statistics

N of Items

Inter-Item Correlations 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Multiple Alpha if Item
Correlation Deleted

ESSA1 45.40 73.634 .240 .268 .848


ESSA2 45.27 68.165 .527 .732 .835
ESSA3 45.47 69.982 .411 .655 .841
ESSA4 46.18 67.237 .483 .612 .838
ESSA5 46.63 69.660 .441 .508 .840
ESSA6 46.15 67.621 .648 .679 .830
ESSA7 45.72 68.478 .554 .576 .834
ESSA8 45.28 69.190 .332 .334 .848
ESSA9 44.70 68.112 .462 .753 .839
ESSA10 44.70 70.010 .418 .751 .841
ESSA11 45.27 68.199 .563 .542 .834
ESSA12 46.00 67.119 .556 .517 .834
ESSA13 46.10 71.786 .314 .523 .846
ESSA14 45.68 66.017 .584 .622 .832
ESSA15 45.47 67.507 .500 .597 .837
ESSA16 45.98 67.474 .462 .523 .839

41
Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

48.67 77.446 8.800 16

42
LAMPIRAN 2

ANALISIS DESKRIPTIF CASSS-A DAN ESSA

43
Means

Notes

Output Created 03-OCT-2018 16:55:53


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
For each dependent variable in a table,
user-defined missing values for the
Definition of Missing
dependent and all grouping variables
are treated as missing.
Missing Value Handling
Cases used for each table have no
missing values in any independent
Cases Used
variable, and not all dependent
variables have missing values.
MEANS TABLES=CASSSA BY Kelas
JK Jurusan
Syntax
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
NPCT.
Processor Time 00:00:00.03
Resources
Elapsed Time 00:00:00.02

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

CASSSA * Kelas 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%


CASSSA * JK 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
CASSSA * Jurusan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%

44
CASSSA * Kelas
CASSSA

Kelas Mean N Std. Deviation % of Total N

X 45.6667 18 10.63291 30.0%


XI 50.6667 18 11.59107 30.0%
XII 48.4167 24 7.92309 40.0%
Total 48.2667 60 9.97941 100.0%

CASSSA * JK
CASSSA

JK Mean N Std. Deviation % of Total N

Laki-Laki 49.4333 30 9.26872 50.0%


Perempuan 47.1000 30 10.67175 50.0%
Total 48.2667 60 9.97941 100.0%

CASSSA * Jurusan
CASSSA

Jurusan Mean N Std. Deviation % of Total N

IPA 48.6667 39 9.88176 65.0%


IPS 47.5238 21 10.36156 35.0%
Total 48.2667 60 9.97941 100.0%

MEANS TABLES=ESSA BY Kelas JK Jurusan


/CELLS MEAN COUNT STDDEV NPCT.

Means

45
Notes

Output Created 03-OCT-2018 16:58:49


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
For each dependent variable in a table,
user-defined missing values for the
Definition of Missing
dependent and all grouping variables
are treated as missing.
Missing Value Handling
Cases used for each table have no
missing values in any independent
Cases Used
variable, and not all dependent
variables have missing values.
MEANS TABLES=ESSA BY Kelas JK
Jurusan
Syntax
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
NPCT.
Processor Time 00:00:00.00
Resources
Elapsed Time 00:00:00.03

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent


ESSA * Kelas 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
ESSA * JK 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
ESSA * Jurusan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%

ESSA * Kelas
ESSA

Kelas Mean N Std. Deviation % of Total N

46
X 44.2222 18 8.69453 30.0%
XI 50.0000 18 9.08133 30.0%
XII 42.8333 24 6.89465 40.0%
Total 45.4000 60 8.58102 100.0%

ESSA * JK
ESSA

JK Mean N Std. Deviation % of Total N

Laki-Laki 44.3667 30 9.62570 50.0%


Perempuan 46.4333 30 7.41240 50.0%
Total 45.4000 60 8.58102 100.0%

ESSA * Jurusan
ESSA

Jurusan Mean N Std. Deviation % of Total N

IPA 45.0769 39 8.74608 65.0%


IPS 46.0000 21 8.44393 35.0%
Total 45.4000 60 8.58102 100.0%

47
LAMPIRAN 3
ANALISIS TINGKAT STRES DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA

48
Descriptives
Notes

Output Created 03-OCT-2018 17:30:15


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
User defined missing values are treated
Definition of Missing
Missing Value Handling as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
DESCRIPTIVES
VARIABLES=EDUSTRESS
Syntax
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN
MAX.
Processor Time 00:00:00.02
Resources
Elapsed Time 00:00:00.02

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


EDUSTRESS 60 1.00 3.00 1.9500 .59447
Valid N (listwise) 60

Frequencies
Notes

Output Created 03-OCT-2018 17:32:26


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>

49
N of Rows in Working Data File 60
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with
Cases Used
valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=EDUSTRESS
Syntax /STATISTICS=STDDEV MEAN
MEDIAN MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.00
Resources
Elapsed Time 00:00:00.01

Statistics
EDUSTRESS

Valid 60
N
Missing 0
Mean 1.9500
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation .59447
Sum 117.00

EDUSTRESS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tinggi 12 20.0 20.0 20.0

Sedang 39 65.0 65.0 85.0


Valid
Rendah 9 15.0 15.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

50
Frequencies
Notes

Output Created 04-OCT-2018 14:23:46


Comments
Data D:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with
Cases Used
valid data.
FREQUENCIES VARIABLES=Support
/STATISTICS=STDDEV MEAN
Syntax
MEDIAN MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.08
Resources
Elapsed Time 00:00:00.19

Statistics
Support

Valid 60
N
Missing 0
Mean 2,0000
Median 2,0000
Mode 2,00
Std. Deviation ,61064
Sum 120,00

51
Support

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 11 18,3 18,3 18,3

Sedang 38 63,3 63,3 81,7


Valid
Tinggi 11 18,3 18,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

Frequencies

Notes

Output Created 04-OCT-2018 14:30:17


Comments
Data D:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with
Cases Used
valid data.
FREQUENCIES VARIABLES=Support
/STATISTICS=STDDEV MEAN
Syntax
MEDIAN MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.05
Resources
Elapsed Time 00:00:00.08

52
Statistics
Support

Valid 60
N
Missing 0
Mean 2,0000
Median 2,0000
Mode 2,00
Std. Deviation ,61064
Sum 120,00

Support

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 11 18,3 18,3 18,3

Sedang 38 63,3 63,3 81,7


Valid
Tinggi 11 18,3 18,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

53
LAMPIRAN 4

ANALISIS REGRESI INFERENSIAL

54
Regression

Notes

Output Created
Comments
Data
Active Dataset
Filter
Input
Weight
Split File
N of Rows in Working Data File
Definition of Missing
Missing Value Handling
Cases Used
Syntax
Processor Time

Elapsed Time
Resources
Memory Required

Additional Memory Required for Residual Plots

Notes

Output Created 03-OCT-2018 17:01:44


Comments
Data F:\Data LKIR.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 60
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on cases with no
Cases Used
missing values for any variable used.

55
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV
CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R
Syntax
ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT ESSA
/METHOD=ENTER CASSSA.
Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.04


Resources
Memory Required 3760 bytes

Additional Memory Required for Residual Plots 0 bytes

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

ESSA 45.4000 8.58102 60


CASSSA 48.2667 9.97941 60

Correlations

ESSA CASSSA

ESSA 1.000 .009


Pearson Correlation
CASSSA .009 1.000
ESSA . .474
Sig. (1-tailed)
CASSSA .474 .
ESSA 60 60
N
CASSSA 60 60

Variables Entered/Removeda

56
Model Variables Variables Method
Entered Removed

1 CASSSAb . Enter

a. Dependent Variable: ESSA


b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Change Statistics


Square Estimate R Square F Change df1
Change

1 .009a .000 -.017 8.65436 .000 .004 1

Model Summary

Model Change Statistics

df2 Sig. F Change

1 58a .948

a. Predictors: (Constant), CASSSA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .324 1 .324 .004 .948b

1 Residual 4344.076 58 74.898

Total 4344.400 59

a. Dependent Variable: ESSA


b. Predictors: (Constant), CASSSA

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

57
B Std. Error Beta

(Constant) 45.042 5.563 8.097 .000


1
CASSSA .007 .113 .009 .066 .948

a. Dependent Variable: ESSA

58

Anda mungkin juga menyukai