Anda di halaman 1dari 57

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG


RETARDASI MENTAL

Kelompok A-18

Ketua : Annisa Fadhiah 1102011033


Sekertaris : Hoiriyah 1102011119
Anggota : Adhitya Pratama 1102011005
Airin Alia Hikmayani 1102011015
Amalia Fatmasari 1102011022
Aria Kapriyati 1102011041
Danita Dwi Maryana 1102011070
Erina Imronikha 1102011089
Farasila Rashofa 1102011098

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

2013/2014
Skenario 3
RETARDASI MENTAL
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari
tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian dan
bab/bak, tetapi dalam ketrampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia
terpaksa tinggal kelaas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukan klien menyandang
Retardasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti pendidikan di
Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila di sekolah umum klien akan banyak
mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh oleh kakak
perempuannya yang paling tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh
cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi,
padahal di usia tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel sel otak.
Orang tua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-hodaqoh (ZIS), akhirnya
orang tua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dari
kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang dilanjutkan
dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak tergantung dengan
orang lain.
Kata Sulit
1. Intellegence Quotien (IQ) : angka yang mana menjelaskan tingkat kecerdasan
seseorang yang dibandingkan dengan sesamanya dalam satu populasi.
2. Retardasi mental : penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna
dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi
selama masa perkembangan.
3. Tes psikologik : sebuah tes yang bertujuan mengukur fungsi kognitif dan emosi
seseorang.
Pertanyaan
1. Apa bedanya retardasi mental dengan autisme ?
2. Cara diagnosis seseorang retardasi mental ?
3. Kapan onset seseorang bisa terkena retardasi mental?
4. Apakan orang retardasi mental bisa mengalami peningkatan IQ ?
5. Apa nutrisi yang baik untuk masa balita sebagai pencegahan retardasi mental ?
6. Kenapa orang retardasi mental harus masuk SLB ?
7. Penyebab dan patofisiologi dari mikroorganisme penyebab retardasi mental ?
8. Apa pencegahan dan tatalaksana retardasi mental ?
9. Kapan normalnya anak bisa membaca dan menulis ?
10. .Jika orang normal menikah dengan orang retardasi mental apakah akan terjadi
penurunan retardasi mental secara herediter ?
11. .Siapa yang berhak menenrima zakat ?
12. Bagaimana dalam islam sikap orang tua terhadap anak yang mengalami retardasi
mental ?

Jawaban
1. Retardasi mental IQ tidak normal sedangkan autis IQ nya normal.
2. A. IQ ˂ 70
B. Gangguan fungsi adaptif
C. Gangguan bahasa dan membaca
D. Onset trjadinya di usia ˂ 18 tahun
3. Usia ˂ 18 tahun
4. Insyaalllah bisa
5. AA, DHA, Asam Folat, Yodium
6. SLB lebih mengasah fungsi motorik muridnya.
7. Rubella, cytomegalovirus dll
8. Pencegahan bisa primer, sekunder, dan tersier. Untuk tatalaksana bisa diberikan obat
untuk menekan gejala hiperkinetik dan juga bisa diberikan tioridazin untuk
meningkatkan kemampuan belajar.
9. 4 tahun sudah bisa gambar, 6 tahun bisa baca
10. Kalo karena genetik bisa, tapi kalo penyebabnya nutrisi tidak bisa.
11. Fakir, miskin , amil, musafir, orang yang jihad fisabilillah.
12. Sabar, ikhlas, menganggapnya sebagai ujian yang jika bisa melewatinya maka
derajatnya akan diangkat oleh Allah.
Hipotesis
Infeksi mikroorganisme, kekurangan nutrisi, kelainan genetik, lingkungan yang tidak baik,
kelas ekonomi yang rendah, pendidikan yang kurang , kurangnya kasih sayang, itu semua
merupakan etiologi retardasi mental. Yang ditandai dengan penurunan kemampuan
intelektual sehingga susah menerima informasi dari luar. Retardasi mental juga menyebabkan
seseorang yang terkena mengalami penurnan kemampuan adaptif, hubungan sosial antar
manusianya menjadi kurang , adanya gangguan bahasa dan membaca serta biasanya onsetnya
di usia kueang dari 18 tahun.
Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Retardasi Mental
LO.1.1 Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
LO..1.2 Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental
LO.1.3 Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental
LO.1.4 Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
LO.1.5 Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
LO.1.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi Mental
LO.1.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Retardasi Mental
LO.1.8 Menjelaskan Komplikasi Retardasi Mental
LO.1.9 Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental
LO.1.10 Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
LO.2.2 Menjelaskan Jenis Gizi Anak dan Remaja
LO.2.3 Menjelaskan Kebutuhan Gizi Anak dan Remaja
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Ajaran
Agama Islam
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Retardasi Mental
LO.1.1 Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi
intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau
berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008)
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan
secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa
perkembangan.(Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 – 177)
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan
sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).
IQ adalah MA/CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini
tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu
sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan
berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang
untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan
kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif
yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya.
Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena
gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit
lain sesuai dengan gejala klinisnya.

LO.1.2 Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental


Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju
diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Di indonesia 1-3%
penduduknya menderita kelainan ini. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4
kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental
berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian
retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. (Sari Pediatri,
Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 – 177)

LO.1.3 Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental


Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental
sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983)
dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
1. Non- organik
1. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
2. Faktor sosiokultural
3. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
4. Penelantaran anak
2. Organik
2.1.Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos,dll)
b. Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic
familial

2.2.Faktor pranatal
A. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
3. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
B. Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
2. Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Ibu malnutrisi
2.3.Faktor perinatal
a. Sangat prematur
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : perdarahan intra kranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.Faktor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
1. Gizi buruk
2. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
3. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
4. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
5. Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
6. Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
f. Infeksi
1. Meningitis, ensefalitis, dll
2. Subakut sklerosing, panesefalitis
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LO.1.4 Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolonganm Diagnosa Gangguan Jiwa
(PPDGJ/DSM II 1968) adalah
1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
1. Makan harus disuap.
2. Mandi dan berpakaian harus ditolong
3. Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
4. Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya
didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada
badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari
kelingking bengkok (mongolism).
5. Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar
berbicara, bicara hanya 1 suku katabsaja (ma,pa).
6. Mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.

2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)


Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
1. Dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri. kadang-
kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya.
2. Pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis.
3. Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
4. Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
5. Masih mudah terserang penyakit lain.

3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)


Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD.
1. Dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan, mandi dan berpakaian
sendiri.
2. Mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.
3. Koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.
4. Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
5. Dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci
piring, membersihkan rumah dsb.
6. Bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa
suku kata.
7. Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
8. Sering tersangkut perkara krimini lkarena mudah disugesti dan penilaian terhadap
baik dan buruknya suatu hal masih kurang.

4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67).


Dapat dilatih dan dididik.
1. Dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
2. Dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan orang
lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada
penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu.
3. Tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah
Luar Biasa.
4. Pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah
menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik
kelas (kelas I SD - 3 tahun).
5. Tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami.
6. Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik
dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu
pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.
7. Koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
8. Kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.
9. Perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih
terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun.
1. Dapat berfikir secara abstrak.
2. Dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang
yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang
terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan
tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
( Depkes, 2009)
Ada 4 taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi
Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 – 54.
3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 – 39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Menurut nilai IQ-nya,maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut:

Keadaan Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

superior 120-129

Rata-rata 110-119

Diatas rata-rata 90-190


Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi Retardasi Mental menjadi:

a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang
terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan
pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak
tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LO.1.5 Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental


Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring, 2004 pada
Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan yang terus
menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat
mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat
berdiri atau bangun dengan bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang
sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental
berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus
kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan
dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain
bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak
melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental
dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering
disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik café-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang
dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi
stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai
kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.
Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang
kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis
mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga
berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik.
Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,
tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan
sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat
minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Tingkatan Retardasi Mental

Tingkat Kisaran IQ Kemampuan Usia Kemampuan Usia Kemampuan


Prasekolah Sekolah Dewasa
(sejak lahir - 5 thn) (6-20 thn) (21 thn keatas)

Ringan 52-68 *Bisa membangun *Bisa mempelajari *Bisa kerja &


kemampuan sosial & pelajaran kelas 6 bersosialisasi,
komunikasi. pada akhir usia tetapi ketika
belasan tahun mengalami stres
*Koordinasi otot memerlukan
sedikit terganggu. *Bisa dibimbing bantuan.
ke arah pergaulan
*Sering tidak sosial.
terdiagnosis.
*Bisa dididik.

Moderat 36 – 51 *Bisa berbicara, *Bisa mempelajari *Bisa


belajar,berkomunikasi. kemampuan sosial memenuhi
& pekerjaan. kebutuhan
*Kesadaran sosial sendiri.
kurang. *Bisa bepergian
sendiri di tempat *Memerlukan
*Koordinasi otot yg dikenalnya pengawasan &
cukup. dengan baik. bimbingan
ketika stres.

Berat 20 – 35 *Bisa mengucapkan *Bisa *Bisa merawat


beberapa kata. berbicara/belajar diri sendiri
berkomunikasi dibawah
*Mampu menolong diri pengawasan.
sendiri. *Bisa mempelajari
kebiasaan hidup
*Tidak memiliki sehat yg
kemampuan sederhana.
ekspresif/hanya sedikit.
*Koordinasi otot jelek

Sangat 19 / kurang *Sangat terbelakang *Memiliki *Memiliki


berat koordinasi otot beberapa
*Koordinasi ototnya koordinasi otot
sedikit sekali. *Tidak dapat & berbicara.
berjalan/berbicara
*Memerlukan *Bisa merawat
perawatan khusus. diri tapi
terbatas.
*Perlu
perawatan
khusus
(Kaplan, 2008)

LO.1.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi Mental


Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk
mengetahui penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat
diobati/tidak dan apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin
misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka
diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya,
pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak
berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan
tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,
mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu.

(Depkes, 2005)

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau
dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Anamnesis

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.

Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :

1. Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
2. Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
3. Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
4. Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara
5. Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
6. Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
7. Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.

(Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder


(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:

1. Gangguan bahasa ekspresif


2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata
yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif
utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya
untuk menyatakan keinginannya.

Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan


bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini
biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk
ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa
reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu
memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.

Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu


berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.

Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau
perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran
dokter?
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10. Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan
bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang
tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan
menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka.

(Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan

Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:

1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Lingkar lengan
4. Lingkar kepala
5. Lingkar dada
6. Lingkar abdomen

A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun.
Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang
memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal
yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat
pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.

Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan
tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang
vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan.
Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.

Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:
TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu ± 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah ± 8,5 cm

(Moersintowati, 2008)

B. Pengukuran Berat Badan

Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang
yang standar.

C. Pengukuran Lingkar Kepala

Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Tabel Lingkaran Kepala Anak

Umur Anak Angka normal anak Hasil


Ketika Diperiksa pengukuran
Laki-laki (cm) Perempuan (cm)

0 bulan 32 - 37.5 32 - 36.5

1 Bulan 34.5 - 40.5 34 – 39

2 Bulan 36.5 – 42 36 – 41

3 Bulan 38 - 43.5 37 – 42

4 Bulan 39 - 44.5 38.5 - 43.5

5 Bulan 40.5 – 45 39 - 45

6 Bulan 41 – 46 40 - 46

7 Bulan 42 – 47 41 - 47

8 Bulan 43 – 48 41.5 - 47.5

9 Bulan 43.5 - 48.5 42 - 48

10 Bulan 44 – 49 42.75 - 48.5


11 Bulan 44.5 - 49.5 43.5 - 48.75

12 bulan 45 - 49.75 43.75 - 49

13 Bulan 45 - 49.75 43.75 - 49

14 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5

15 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5

16 Bulan 46.25 – 51 45 - 50

17 Bulan 46.25 – 51 45 - 50

18 Bulan 46.25 – 51 45 - 50

19 bulan 46.25 - 51.5 45 - 50

20 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

21 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

22 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

23 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

24 Bulan 47 – 52 45.75 - 51

2.5 Tahun 47 – 52 45.75 - 51

3 Tahun 48 – 53 46.5 - 52

3.5 Tahun 48 – 53 46.5 - 52

4 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53

4.5 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53

5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53

5.5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53

6 Tahun 49 – 54 48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.

1. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).


2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.
4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas.
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.
6. Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
7. Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
8. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
9. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
10. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,
klinodaktil.
11. Dada dan Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit.
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun.
13. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk.

(Kaplan, 2008)
Pemeriksaan Penunjang:

1. Kromosomal kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pemebesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Sereberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
c. Gejala disfungsi autonomik
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Diagnosis Bnading

1. Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)

Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada
gen transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada
sistem dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal
dan sirkuit fronto-striatal.

Manifestasi Klinis:

Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas dan


implusivitas. Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih
perhatiannya, sering lupa akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-
tugas yang harus dikerjakannya. Bila sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda
di sekitarnya sehingga seringkali, dengan perilakunya yang seperti itu, akan
menyebabkan barang-barang yang berada di dekat anak berjatuhan.

Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal,
bahkan diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri
yaitu adanya gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak
memiliki kepribadian yang “sulit”.

(Depkes, 2009)

2. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli

3. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan


perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia

4. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil,


skizofrenia yang timbul pada masa anak.

5. Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental
yang ringan)

(sumber: http://www.scribd.com/doc/39522767/Retardasi-Mental)

LO.1.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Retardasi Mental

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat individual.


Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan
terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social
kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan
bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.

Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang
lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru
dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf
IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan
yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak
retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-
buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan
yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak
yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan
pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai
faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.

A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang
disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
a. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat umum tentang retardasi mental.
b. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk
menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
c. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak
yang optimal.
d. Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system
saraf pusat.

Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi


mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan
dengan retardasi mental. Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi
rendah, pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai
program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong menekan
komplikasi medis dan psikososial.

B. Pencegahan Sekunder dan Tersier


Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali,
gangguan harus diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit
(pencegahan sekunder) dan untuk menekan sekuele atau kecacatan yang
terjadi setelahnya (pencegahan tersier).

Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme,


dapat diobati dalam stadium awal dengan control diet atau dengan terapi
penggantian hormone.

Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku


yang memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang
terbatas yang dimiliki anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik
yang dimodifikasi berdasarkan tingkat kecerdasan anak.

a. Pendidikan untuk anak

Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental


harus termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan
keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan
kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan
usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali
merupakan format yang berhasil dimana anak-anak dengan retardasi
mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup nyata dan
mendapatkan umpan balik yang mendukung.

b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika

Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah


luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau
dalam kombinasi mungkin berguna.

Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk


membentuk dan meningkatkan perilaku sosial dan untuk
mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien.
Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai
hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku yang tidak
diinginkan telah banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan
relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk
pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.

Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental


dan keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang
menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.

c. Pendidikan keluarga

Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien


dengan retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi
dan harga diri sambil mempertahnkan harapan yang realistic untuk
pasien. Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara
mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh
dan suportif bagi anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami
suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.

Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-


menerus datau terpai keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan
untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa, kesedihan,
penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang
gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk
memberikan semua informasi medis dasar dan terakhir tentang
penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti latihan
khusus dan perbaikna defek sensorik).

d. Intervensi farmakologis

Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid


pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk
pasien yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data
yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan
gangguan mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian
telah memusatkan perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom
perilaku berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi mental:

1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri

o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa


lithium (Eskalith) berguna dalam menurunkan agresi
dan perilaku melukai diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah
dilaporkan menurunkan perilaku melukai diri sendiri
pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile.
Satu hipotesis yang diajukan sebagai mekanisme kerja
terapi naltrexone adalah bahwa obat mempengaruhi
pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan
dengan melukai diri sendiri.
o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid
(Depakene) adalah medikasi yang juga bermanfaat
pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.

2) Gerakan motorik stereotipik

Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan


chlorpromazine (Thorazine), menurunkan perilaku stimulasi
diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi
medikasi tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif.
Beberapa anak dan orang dewasa (sampai sepertiga) dengan
retardasi mental menghadapi resiko tinggi mengalami tardive
dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.

3) Perilaku kemarahan eksplosif

Penhambat-β, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar),


telah dilaporkan menyebabkan penurunan kemarahan
ekspolasif di antara pasien dengan retardasi mental dan
gangguan autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum
obat dapat ditetapkan sebagai manjur.

4) Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas

Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental


ringan dengan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah
menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan
mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas.
Penelitian terapi metylphenidate tida menunjukkan bukti
adanya perbaikan jangka panjang dalam keterampilan sosial
atau belajar.
http://www.scribd.com/doc/103317641/Referat-Retardasi-Mental#download

LO.1.8 Menjelaskan Komplikasi Retardasi Mental


Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan
penglihatan, pendengaran, ortopedi, dan perilaku atau emosi.Deficit yang paling umum
terjadi diantaranya gangguan motoric, ganngguan perilaku atau emosi, komplikasi medis, dan
kejang.Makin parah tingkat retardasi makin banyak kompikasi yang terjadi.Dengan
mengetahui tingkat retardasi mental dapat membantu memprediksi ganngguan yang dapt
terjasi.Sindrom Fragile Xdan Sindrom Fetal Alcohol dihubungkan dengan tingginya angka
kejadian gangguan perilaku; Down Syndrome memiliki banyak komplikasi medis (
hipotiroidisme, Celiace disease, penyakit jantung bawaan). Bila gangguan tersebut terjadi
dibutuhkan terapi fisik jangka panjang, occupational terapi, terapi wicara, alat bantu dengar,
dan obat-obatan medis. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan tata laksana adekuat terhadap
gangguan yang terjadi dapat menghambat kesuksesan dan rehabilitasi dan menyebabkan
kesulitan daalam aktifitas di sekolah, rumah, dan lingkungan.
LO.1.9 Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental

Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan
dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting adalah
pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan
memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan
retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan
yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang
berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian
pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan
pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga akan
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB ( Bina Keluarga
dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini
maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada
tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep
intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah
status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin
baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin
kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang
diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak
yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik
dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LO.1.10 Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental

Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi
mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya
umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi
mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2000).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak,
yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).

2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan
menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan
menghambat tumbuh kembangnya (Kania, 2006).
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan. Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada
waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres,
imunitas dan anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000).
b) Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik
bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak secara umum dapat digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000):
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.

b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008):
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak
dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah
berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu
di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal); b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.

1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan
yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan
fungsi. Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang
mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih
sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau
waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis
termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).

Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai
umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode
kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”,
artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-
kembangnya tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).

Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis
pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan
status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat
pengukuran (Supariasa dkk, 2002).

a. Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada
dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran
linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa
dkk, 2002; Yayuk H dan Tryanti, 2008).

b. Pertumbuhan Massa Jaringan


bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa tubuh
adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit,
apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan.
Ukuran massa jaringan yang sering digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk,
2002).
c. Tahap pertumbuhan anak
Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap, 2004):
1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian
mengurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun.
2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).
4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu
(kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi
bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1
tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan
pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004).

2. Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih,
2000).

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat


kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya
perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di
dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada
manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari
waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu
dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya
seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik
dan mentalnya.

Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan


Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan dari masa
bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik
dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh
perubahan – perubahan yang lain (Administrator, 2010).

Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan


secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari
perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan
anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).
a. Jenis – jenis Perkembangan

1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan
anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan
ukuran beberapa organ tubuh lainnya (Administrator, 2010)

2) Perkembangan Motorik Kasar

a) Perkembangan Motorik Kasar


Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya (Rusmil, 2009).
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya (Administrator, 2010).

b) Perkembangan Motorik Halus


Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri
dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam,
berenang, dll (Administrator, 2010; Rusmil, 2009).

c) Tahap Perkembangan Motorik


Berikut tahapan-tahapan perkembangannya Admin (2010):
Usia 1-2 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

• merangkak • mengambil benda kecil dengan ibu


• berdiri dan berjalan beberapa jari atau telunjuk
langkah • membuka 2-3 halaman buku secara
• berjalan cepat bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak • menyusun menara dari balok
jatuh • memindahkan air dari gelas ke gelas
• merangkak di tangga lain
• berdiri di kursi tanpa pegangan • belajar memakai kaus kaki sendiri
• menarik dan mendorong benda- • menyalakan TV dan bermain remote
benda berat • belajar mengupas pisang
• melempar bola
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus

• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan


• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak beraturan
• menendang bola • memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur • belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak • mengancingkan baju
tangga terakhir • memakai baju sendiri
• berdiri dengan 1 kaki

Usia 3-4 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki • menggambar manusia
• berjalan menyusuri papan • mencuci tangan sendiri
• menangkap bola besar • membentuk benda dari plastisin
• mengendarai sepeda • membuat garis lurus dan lingkaran cukup
• berdiri dengan 1 kaki rapi

Usia 4-5 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• menggunting dengan cukup baik
• menuruni tangga dengan cepat • melipat amplop
• seimbang saat berjalan mundur • membawa gelas tanpa
• melompati rintangan menumpahkan isinya
• melempar dan menangkap bola • memasikkan benang ke lubang
• melambungkan bola besar

d) Fungsi Perkembangan Motorik


Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh
perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu
dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut (Perdani, 2009):
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang
independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas
awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar,
melukis, dan barisberbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak
normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang
fringer (terpinggirkan).
5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan
selfconcept atau kepribadian anak.

e) Uji Perkembangan Motorik


Berikut adalah beberapa tes perkembangan motorik yang sering digunakan
dalam menilai perkembangan anak, yaitu (Narendra, 2006) :
1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale, berfungsi menaksir
kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan untuk anak umur
neonatus
Uzgiris-Hunt Ordinal Scale, berfungsi menaksir stadium sensorimotor
menurut Piaget, yang digunakan pada anak umur 0-2 tahun.
2. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale, berfungsi terutama menaksir
perkembangan motorik pada tahun pertama dengan beberapa
perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4 minggu-3,5/6
tahun.
3. Bayley Infant Scale of Development, berfungsi menaksir perkembangan
motorik dan sosial, digunakan pada usia 8 minggu – 2,5 tahun.
4. The Denver Developmental Screening Test, berfungsi menaksir
perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar
pada usia 1 bulan – 6 tahun.
5. Yale Revised Development Test, berfungsi menaksir perkembangan
motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku sosial dan bahasa,
diguanakn pada usia 4 minggu – 6 tahun
6. Geometric Forms Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik halus
dan intelektual.
7. Motor Milestone Development

Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang digunakan


Depkes dan dokter anak. Kurva perkembangan anaknya hanya
mencantumkan satu titik kemampuan gerak anak yang merupakan
hasil perhitungan modus sejumlah anak pada umur tertentu pada
studi perkembangan anak di luar negeri. Secara alamiah setiap
anak dalam perkembangannya memiliki variasi kemampuan gerak
(motorik milestone) pada umur yang dicapai.

Pusat Penelitian dan pengembangan Gizi dan. Makanan Bogor pada


pertengahan tahun 2003; telah me1akukan penelitian studi motorik·
milestone untuk pembuatan KMS perkembangan anak. Penelitian ini
adalah untuk memperoleh jawaban karena menurut kronologis
kemampuan motorik milestone serta variasinya menurut umur anak,
sehingga mendapatkan suatu kurva perlcembangan anak yang sesuai
dan relevan dengan program nasional gizi dan kesehatan.

Hasil penelitiannya menghasilkan sutau Irurva perkembangan anak


yang merupakan cikal bakal untuk kurva perkembangan anak. Kurva
perkembangan anak yang terbentuk ini merupakan gambaran dari
perkembangan anak sehat Indonesia, Berikut ini, antropometri yang
digunakan untuk mengukur motorik bayi dengan mengggunakan
Milestone Perkembangan Motori :

Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang dikembangkan oleh


Depkes.

Gambar 1 : Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik


3) Perkembangan Kognitif

Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar
(Administrator, 2010).

Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya (Administrator, 2010).

b. Ciri – Ciri Perkembangan

Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri


sehingga dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut, sebagai berikut Soetjiningsih
(2000):

1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan, Perkembangan adalah proses


yang kontinue dari konsepsi sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi
sejak didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana
perkembangan dapat dengan mudah diamati.
2) Dalam priode tertentu ada masa percepatan dan ada masa perlambatan.
Terdapat 3 (tiga) periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi
0 – 1 tahun, dan masa pubertas.
3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya
berbeda.
4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi system saraf pusat. Bayi akan
menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya.
5) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunter tercapai.

Sumber :
repository.unhas.ac.id/bitstream/123456789/400/3/BAB%20II.docx
http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf
Skala Yaumil-mimi
Perkembangan Mental Anak
(Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara).

Perkembangan anak balita:

 Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni prasekolah,


sekolah, akil balig dan remaja
 Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:1. Kesehatan & gizi yang baik dari ibu
hamil, bayi dan anak prasekolah2. Stimulasi/ rangsangan yang cukup dalam kualitas
dan kuantitas
 Keluarga dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) mempunyai peran yang penting dalam
pembinaan fisik, mental sosial anak balita

Dari lahir sampai 3 bulan:

 Belajar mengangkat kepala


 Belajar mengikuti objek dengan matanya
 Melihat ke muka orang dengan tersenyum
 Bereaksi terhadap suara/ bunyi
 Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
 Menahan barang yang dipegangnya
 Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Dari 3 bulan sampai 6 bulan:

 Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan


 Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar
jangkauannya.
 Menahan benda-benda di mulutnya
 Berusaha memperluas lapangan pandangan
 Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
 Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

Dari 6 bulan sampai 9 bulan:

 Dapat duduk tanpa dibantu


 Dapat tengkurap dan berbailik sendiri
 Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
 Memegang benda kecil daengan ibu jari dan jari telunjuk
 Bergembira dengan melempar benda-benda
 Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
 Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/ lain
 Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian

Dari 9 bulan sampai 12 bulan:

 Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu


 Dapat berjalan dengan dituntun
 Menirukan suara
 Mengulang bunyi yang didengarnya
 Belajar menyatakan satu atau dua kata
 Mengerti perintah sederhana atau larangan
 Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh
apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya (memasuki fase oral sepertinya)
 berpartisipasi dalam permainan

Dari 12 bulan sampai 18 bulan:

 Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah


 Menyusun 2 atau 3 kotak
 Dapat mengatakan 5-10 kata
 Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Dari 18 sampai 24 bulan:

 Naik turun tangga


 Menyusun 6 kotak
 Menunjuk mata dan hidungnya
 Menyusun dua kata
 Belajar makan sendiri
 Menggambar garis di kertas atau pasir
 Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/ kencing
 Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
 Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

Dari 2 sampai 3 tahun:

 Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki


 Membuat jembatan dengan 3 kotak
 Mampu menyusun kalimat
 Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan
kepadanya
 Menggambar lingkaran
 Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
keluarganya

Dari 3 sampai 4 tahun:

 Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga


 Berjalan pada jari kaki
 Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
 Menggambar garis silang
 Mengenal 2 atau 3 warna
 Menggambar orang hanya kepala dan badan
 Bicara dengan baik
 Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
 Banyak bertanya
 Bertanya bagaimana anak dilahirkan
 Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, dan sisi belakang
 Mendengarkan cerita-cerita
 Bermain dengan anak lain
 Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudranya
 Dapat melakasanakan tugas-tugas sederhana
Dari 4 sampai 5 tahun:

 Melompat dan menari


 Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
 Menggambar segi empat dan segi tiga
 Pandai bicara
 Dapat menghitung jari-jarinya
 Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
 Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
 Minat kepada kata baru dan artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang diingininya
 Mengenal 4 warna
 Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil
 Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa

Pendidikan/ stimulasi yang perlu diberikan:

 Akademik sederhana: pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung


 Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat
 Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman
 Menyanyi, menggambar
 Bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana
 Melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita
 Menggambar
 Membuat permainan dari kertas
 Mengenal tugas, larangan-larangan
 Aktivitas sehari-hari: makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar (BAB),
kontrol buang air kecil (BAK).

Tumbuh Kembang Masa Remaja .


Wanita :
-Tumbuh Rambut halus
-Payudara membesar
-Pinggul membesar
-Kulit dan Rambut berminyak.
-Bokong berkembang lebih besar.
-Pada vagina megeluarkan cairan.
-Menstruasi.

Laki-Laki :
-Tumbuh rambut halus
-Keringat bertambah
-Kulit dan rambut berminyak
-Dada bertambah besar dan bidang.
-Tumbuh jakun.
-Suara bertambah berat.
-Mimpi basah.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LO.2.2 Menjelaskan Jenis Gizi Anak dan Remaja


Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja,
hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki
peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)
Fungsi zat-zat gizi
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai
sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan
penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel
otak satu ke sel otak yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel
otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang
paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3,
EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut,
seperti ikan kod.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak,
menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D  menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml  membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat
gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh
hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi
makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.

Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh

Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:

a. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan


sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu
perkembangan sistem saraf. Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem daya tahan
tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
b. AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah
dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.

Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak
ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga
matahari. (Moersintowati, 2008)

2. Kalori dan protein

Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru,
termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu
dan produk olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah
tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan,
telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1,
B3, B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan
kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh
dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk
senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang
belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi,
vitamin B12 jga membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-
kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran
berwarna hijau.
5. Seng (Zn)

Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)

Jenis Nutrisi Fungsi Sumber

Air Pelarut untuk pertukaran seluler Air, makanan


Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh

Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan Susu, telur, daging,


dan perbaikan jaringan kacang-kacangan,
padi-padian
Menjaga keseimbangan osmotik
Membentuk hemoglobin, nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi

Karbohidrat Sebagai sumber energi Susu, padi-padian,


buah, sirup, tepung,
Membentuk glikogen dan lemak sayuran
Membantu pembentukan asam amino

Lemak Sebagai sumber cadangan energi Susu, mentega, telur,


daging, ikan, minyak
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organ- sayur
organ tubuh
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

(Nelson, 1999)

Jenis Vitamin Fungsi Sumber

Penglihatan Susu, telur, buah,


sayur, cod & halibut
Vitamin A Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel liver oil
Diferensiasi sel-sel epitel

Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat Padi-padian, ragi,
jeroan
Konduksi membran dan saraf
Susu, telur, daging,
Riboflavin Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan kacang-kacangan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat Ikan tuna dan halibut,
pembawa elektron dalam sel hidup daging, sereal gandum
Niasin
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein Kuning telur, susu,
pembawa asil kacang-kacangan
Asam
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan Daging, ikan, tepung
Pantothenat
piridiksamine fosfat kedelai, ragi
Piridoksin
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam Sayuran hijau, kacang-
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat kacangan, telur, ikan

Asam Folat Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Telur, susu

Kobalamin

Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks Kacang-kacangan,


potensial tubuh sayuran hijau, buah-
buahan
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen
Vitamin C
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin

Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut,


kuning telur
Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor
Vitamin D Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan

Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian,


Vitamin E buah, sayur, lemak
Berperan dalam metabolisme selenium

Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal,


Vitamin K susu, telur
Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi
karboksilase pada hati

(Nelson, 1999)

Jenis Mineral Fungsi Sumber

Kalsium Membentuk struktur tulang dan gigi Susu, sayur hijau,


salmon, kerang
Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung

Membantu koagulasi darah Garam, daging, susu,


telur
Klorida Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung

Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi

Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul Tersebar luas


vitamin B12 dan eritropoietin

Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,
transferin, dan hemoglobin ikan, butir padi,
kacang
Membantu penyerapan besi

Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut

Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3 Garam, makanan laut


dan T4

Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim Hati, daging, kuning


oksidatif, sitokrom C, dan katalase telur, sayuran hijau
Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi Biji-bijian, kacang,
daging, susu
Iritabilitas otot dan saraf
Kation intraseluler

Mangan Berperan dalam aktivasi enzim Sayuran hijau, biji-


bijian
Metabolisme karbohidrat

Molibdenum Komponen enzim santin oksidase Sayuran


Mobilisasi feritin dalam hati

Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur,


kacang-kacangan
Struktur nukleus dan sitoplasma sel

Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas


Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh

Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging

Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein


Berperan dalam pembentukan melanin

Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur


Menjaga keseimbangan asam basa

Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang

(Nelson, 1999)

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap orang
tua. Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua memperhatikan
beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi,
lingkungan yang sehat dan nyaman serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah
7 makanan yang baik untuk kecerdasan anak :
1. Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
2. Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan
daya ingat.
3. Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem
saraf dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
4. Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat
penting untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
5. Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat
memelihara daya ingat dan kecerdasan anak.
6. Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa
dalam tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara
kesehatan sistem saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan untuk mendukung
kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya konstan.
7. Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi,
khususnya vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat
penting untuk kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin
banyak nutrisinya.
(Hurlock, 2007)
Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi
Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah
dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3.
Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2
tahun merupakan periode emas atau periode pacu tumbuh otak.
1. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
2. Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
3. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
4. Pada umur 10 tahun mencapai 99%.

LO.2.3 Menjelaskan Kebutuhan Gizi Anak dan Remaja

Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 –24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992)
masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-
15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas
fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang
lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200
kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari
tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit,
lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah
turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang
mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya
makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan
sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).

2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
1) Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
2) Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).
3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah
dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :

IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

(Soekirman, 2000)
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 a. Sangat gemuk : > 3 SD


SD SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3
b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
SD SD
c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2
c. Sangat Kurang : < -3 SD c. Sangat pendek : < -3 SD SD
d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2
SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki – laki

13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th

Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800

Protein (g) 62 51 48 64 66 55

Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500

Besi (mg) 19 25 26 17 23 13

Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700

Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10

Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2

Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60

Folat (mg) 130 150 150 125 165 170

(Hurlock, 2007)

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut
Ajaran Agama Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga
sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang
memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS
AI Baqarah: 233)

ْ ‫ع َلى ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬


ِ ‫س َوت ُ ُهنَّ ِبا ْل َم ْع ُر‬
َ‫وف ال‬ َ ‫الرضَاع ََة َو‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرا َد أَن ُي ِت َّم‬
ِ ‫َوا ْل َوا ِلدَاتُ يُ ْر ِض ْعنَ أ َ ْوالَ َدهُنَّ ح َْو َلي ِْن ك‬
‫اض‬ َ َ
ٍ ‫ث ِمث ُل ذ ِلكَ ف ِإ ْن أ َرادَا فِصَاالً عَن تَ َر‬ َ ْ ْ
ِ ‫على ال َو ِار‬ َ َ َّ َ
َ ‫َآر َوا ِل َدةُ ِب َول ِد َها َوالَ َم ْولُودُُُ لهُ بِ َول ِد ِه َو‬ َّ ‫سعَهَا الَ تُض‬ ْ ‫س إِالَّ ُو‬ٌ ‫ف نَ ْف‬ ُ َّ‫ت ُ َكل‬
‫وف َواتَّقُوا‬ َ ‫ستَ ْر ِضعُوا أَ ْوالَ َد ُك ْم فَالَ ُجنَا َح‬
َ ‫ع َل ْي ُك ْم ِإذَا‬
ِ ‫سلَّ ْمت ُم َّمآ َءات َ ْيت ُم ِبا ْل َم ْع ُر‬ ْ َ ‫علَي ِْه َما َو ِإ ْن أ َ َر ْدت ُ ْم أَن ت‬ َ ‫َاو ٍر فَالَ ُج َنا َح‬
ُ ‫ِم ْن ُه َما َوتَش‬
}233{ ُُ‫ير‬ ُ َ
ُ ‫هللاَ َوا ْعلَ ُموا أنَّ هللاَ بِ َما ت َ ْع َملونَ بَ ِص‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan”.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik.
Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan
yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan
menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.

3. Memberi Nama yang Baik


Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak
dewasa.”

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)

Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
4. Mengaqiqahkan Anak

Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; “menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya.


Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama
dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,
hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para
sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.

Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit
saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.
6. Memberi makan dan keperluan lainnya

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya.’ ( HR Abu Daud)

7. Memberi rizqi yang ‘thayyib’

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim.

8. Mendidik anak tentang agama

‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.

9. Mendidik anak untuk sholat


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur
mereka (putra putri’).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan
sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas
atau menyakitkan.

10. Mendidik anak tentang adab yang baik


Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik


Berkata shahabat ‘Aly r.a.; ‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu’.

12. Memberi pengajaran Al Quraan


Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya’.

Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat,
ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak
akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany ).
15. Memberikan pengajaran ketrampilan
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; ‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak
itu) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca?’ (HR An- Nasai).

16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi
perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya
perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih
muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’(HR
At Tirmidzi).

18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus
tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga,
tak perlu menunggu memasuki usia senja.

Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,
sebagaimana firman-Nya,
“Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya
kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu
orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka
dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)

19. Mengarahkan anak

Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan,
teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak
tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang
sholeh, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun
teman yang jelek.

Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan
tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak teman-
temannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan
dosa di hadapan teman-temannya.

Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal
itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu
saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya
Allah k tidak menyukai kerusakan.

Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua. Hendaknya
orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh ‘Amr bin Qais Al-Mala`I:

“Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa.” (Dinukil
dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf ‘alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).

(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2000)


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan Fungsional


Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi 1.
Jakarta. Sagung Seto.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC
Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005. Departemen
Kesehatan RI.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
http://www.scribd.com/doc/39522767/Retardasi-Mental
http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf
http://www.scribd.com/doc/103317641/Referat-Retardasi-Mental#download
idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-3-8.pdf
repository.unhas.ac.id/bitstream/123456789/400/3/BAB%20II.docx

Anda mungkin juga menyukai