Wrap Up Sken 3 Repro
Wrap Up Sken 3 Repro
Kelompok A-18
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2013/2014
Skenario 3
RETARDASI MENTAL
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari
tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian dan
bab/bak, tetapi dalam ketrampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia
terpaksa tinggal kelaas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukan klien menyandang
Retardasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti pendidikan di
Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila di sekolah umum klien akan banyak
mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh oleh kakak
perempuannya yang paling tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh
cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi,
padahal di usia tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel sel otak.
Orang tua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-hodaqoh (ZIS), akhirnya
orang tua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dari
kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang dilanjutkan
dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak tergantung dengan
orang lain.
Kata Sulit
1. Intellegence Quotien (IQ) : angka yang mana menjelaskan tingkat kecerdasan
seseorang yang dibandingkan dengan sesamanya dalam satu populasi.
2. Retardasi mental : penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna
dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi
selama masa perkembangan.
3. Tes psikologik : sebuah tes yang bertujuan mengukur fungsi kognitif dan emosi
seseorang.
Pertanyaan
1. Apa bedanya retardasi mental dengan autisme ?
2. Cara diagnosis seseorang retardasi mental ?
3. Kapan onset seseorang bisa terkena retardasi mental?
4. Apakan orang retardasi mental bisa mengalami peningkatan IQ ?
5. Apa nutrisi yang baik untuk masa balita sebagai pencegahan retardasi mental ?
6. Kenapa orang retardasi mental harus masuk SLB ?
7. Penyebab dan patofisiologi dari mikroorganisme penyebab retardasi mental ?
8. Apa pencegahan dan tatalaksana retardasi mental ?
9. Kapan normalnya anak bisa membaca dan menulis ?
10. .Jika orang normal menikah dengan orang retardasi mental apakah akan terjadi
penurunan retardasi mental secara herediter ?
11. .Siapa yang berhak menenrima zakat ?
12. Bagaimana dalam islam sikap orang tua terhadap anak yang mengalami retardasi
mental ?
Jawaban
1. Retardasi mental IQ tidak normal sedangkan autis IQ nya normal.
2. A. IQ ˂ 70
B. Gangguan fungsi adaptif
C. Gangguan bahasa dan membaca
D. Onset trjadinya di usia ˂ 18 tahun
3. Usia ˂ 18 tahun
4. Insyaalllah bisa
5. AA, DHA, Asam Folat, Yodium
6. SLB lebih mengasah fungsi motorik muridnya.
7. Rubella, cytomegalovirus dll
8. Pencegahan bisa primer, sekunder, dan tersier. Untuk tatalaksana bisa diberikan obat
untuk menekan gejala hiperkinetik dan juga bisa diberikan tioridazin untuk
meningkatkan kemampuan belajar.
9. 4 tahun sudah bisa gambar, 6 tahun bisa baca
10. Kalo karena genetik bisa, tapi kalo penyebabnya nutrisi tidak bisa.
11. Fakir, miskin , amil, musafir, orang yang jihad fisabilillah.
12. Sabar, ikhlas, menganggapnya sebagai ujian yang jika bisa melewatinya maka
derajatnya akan diangkat oleh Allah.
Hipotesis
Infeksi mikroorganisme, kekurangan nutrisi, kelainan genetik, lingkungan yang tidak baik,
kelas ekonomi yang rendah, pendidikan yang kurang , kurangnya kasih sayang, itu semua
merupakan etiologi retardasi mental. Yang ditandai dengan penurunan kemampuan
intelektual sehingga susah menerima informasi dari luar. Retardasi mental juga menyebabkan
seseorang yang terkena mengalami penurnan kemampuan adaptif, hubungan sosial antar
manusianya menjadi kurang , adanya gangguan bahasa dan membaca serta biasanya onsetnya
di usia kueang dari 18 tahun.
Sasaran Belajar
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Retardasi Mental
LO.1.1 Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
LO..1.2 Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental
LO.1.3 Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental
LO.1.4 Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
LO.1.5 Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
LO.1.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi Mental
LO.1.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Retardasi Mental
LO.1.8 Menjelaskan Komplikasi Retardasi Mental
LO.1.9 Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental
LO.1.10 Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
LO.2.2 Menjelaskan Jenis Gizi Anak dan Remaja
LO.2.3 Menjelaskan Kebutuhan Gizi Anak dan Remaja
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Ajaran
Agama Islam
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Retardasi Mental
LO.1.1 Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi
intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau
berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008)
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan
secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa
perkembangan.(Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 – 177)
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan
sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).
IQ adalah MA/CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini
tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu
sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan
berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang
untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan
kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif
yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya.
Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena
gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit
lain sesuai dengan gejala klinisnya.
2.2.Faktor pranatal
A. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
3. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
B. Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
2. Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Ibu malnutrisi
2.3.Faktor perinatal
a. Sangat prematur
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : perdarahan intra kranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.Faktor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
1. Gizi buruk
2. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
3. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
4. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
5. Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
6. Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
f. Infeksi
1. Meningitis, ensefalitis, dll
2. Subakut sklerosing, panesefalitis
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LO.1.4 Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolonganm Diagnosa Gangguan Jiwa
(PPDGJ/DSM II 1968) adalah
1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
1. Makan harus disuap.
2. Mandi dan berpakaian harus ditolong
3. Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
4. Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya
didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada
badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari
kelingking bengkok (mongolism).
5. Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar
berbicara, bicara hanya 1 suku katabsaja (ma,pa).
6. Mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.
Keadaan Nilai IQ
superior 120-129
Rata-rata 110-119
Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi Retardasi Mental menjadi:
a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang
terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan
pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak
tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering
disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik café-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang
dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi
stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai
kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.
Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang
kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis
mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga
berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik.
Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,
tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan
sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat
minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Tingkatan Retardasi Mental
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu.
(Depkes, 2005)
Anamnesis
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
1. Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
2. Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
3. Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
4. Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara
5. Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
6. Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
7. Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.
(Depkes, 2009)
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata
yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif
utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya
untuk menyatakan keinginannya.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau
perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran
dokter?
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10. Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan
bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang
tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan
menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka.
(Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Lingkar lengan
4. Lingkar kepala
5. Lingkar dada
6. Lingkar abdomen
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun.
Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang
memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal
yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat
pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan
tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang
vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan.
Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:
TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu ± 8,5 cm
(Moersintowati, 2008)
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang
yang standar.
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.
2 Bulan 36.5 – 42 36 – 41
3 Bulan 38 - 43.5 37 – 42
5 Bulan 40.5 – 45 39 - 45
6 Bulan 41 – 46 40 - 46
7 Bulan 42 – 47 41 - 47
16 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
17 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
18 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
24 Bulan 47 – 52 45.75 - 51
3 Tahun 48 – 53 46.5 - 52
6 Tahun 49 – 54 48 - 53
Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
(Kaplan, 2008)
Pemeriksaan Penunjang:
1. Kromosomal kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pemebesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Sereberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
c. Gejala disfungsi autonomik
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Diagnosis Bnading
Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada
gen transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada
sistem dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal
dan sirkuit fronto-striatal.
Manifestasi Klinis:
Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal,
bahkan diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri
yaitu adanya gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak
memiliki kepribadian yang “sulit”.
(Depkes, 2009)
5. Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental
yang ringan)
(sumber: http://www.scribd.com/doc/39522767/Retardasi-Mental)
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang
lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru
dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf
IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan
yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak
retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-
buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan
yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak
yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan
pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai
faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang
disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
a. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat umum tentang retardasi mental.
b. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk
menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
c. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak
yang optimal.
d. Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system
saraf pusat.
c. Pendidikan keluarga
d. Intervensi farmakologis
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan
dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting adalah
pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan
memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan
retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan
yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang
berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian
pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan
pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga akan
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB ( Bina Keluarga
dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini
maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada
tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep
intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah
status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin
baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin
kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang
diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak
yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik
dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi
mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya
umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi
mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2000).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak,
yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).
2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan
menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan
menghambat tumbuh kembangnya (Kania, 2006).
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan. Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada
waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres,
imunitas dan anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000).
b) Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik
bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak secara umum dapat digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000):
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan
yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan
fungsi. Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang
mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih
sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau
waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis
termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai
umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode
kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”,
artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-
kembangnya tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis
pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan
status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat
pengukuran (Supariasa dkk, 2002).
a. Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada
dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran
linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa
dkk, 2002; Yayuk H dan Tryanti, 2008).
2. Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih,
2000).
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan
anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan
ukuran beberapa organ tubuh lainnya (Administrator, 2010)
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar
(Administrator, 2010).
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya (Administrator, 2010).
Sumber :
repository.unhas.ac.id/bitstream/123456789/400/3/BAB%20II.docx
http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf
Skala Yaumil-mimi
Perkembangan Mental Anak
(Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara).
Laki-Laki :
-Tumbuh rambut halus
-Keringat bertambah
-Kulit dan rambut berminyak
-Dada bertambah besar dan bidang.
-Tumbuh jakun.
-Suara bertambah berat.
-Mimpi basah.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak
ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga
matahari. (Moersintowati, 2008)
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru,
termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu
dan produk olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah
tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan,
telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1,
B3, B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan
kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh
dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk
senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang
belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi,
vitamin B12 jga membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-
kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran
berwarna hijau.
5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)
(Nelson, 1999)
Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat Padi-padian, ragi,
jeroan
Konduksi membran dan saraf
Susu, telur, daging,
Riboflavin Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan kacang-kacangan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat Ikan tuna dan halibut,
pembawa elektron dalam sel hidup daging, sereal gandum
Niasin
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein Kuning telur, susu,
pembawa asil kacang-kacangan
Asam
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan Daging, ikan, tepung
Pantothenat
piridiksamine fosfat kedelai, ragi
Piridoksin
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam Sayuran hijau, kacang-
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat kacangan, telur, ikan
Asam Folat Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Telur, susu
Kobalamin
(Nelson, 1999)
Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,
transferin, dan hemoglobin ikan, butir padi,
kacang
Membantu penyerapan besi
(Nelson, 1999)
Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 –24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992)
masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-
15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas
fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang
lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200
kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari
tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit,
lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah
turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang
mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya
makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan
sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).
(Soekirman, 2000)
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U
AKG Remaja
13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
(Hurlock, 2007)
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut
Ajaran Agama Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga
sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang
memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:
‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS
AI Baqarah: 233)
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; “menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para
sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit
saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.
6. Memberi makan dan keperluan lainnya
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya.’ ( HR Abu Daud)
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim.
‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.
Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat,
ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).
16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi
perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya
perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih
muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’(HR
At Tirmidzi).
18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus
tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga,
tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,
sebagaimana firman-Nya,
“Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya
kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu
orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka
dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)
Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan,
teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak
tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang
sholeh, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun
teman yang jelek.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan
tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak teman-
temannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan
dosa di hadapan teman-temannya.
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal
itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu
saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya
Allah k tidak menyukai kerusakan.
Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua. Hendaknya
orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh ‘Amr bin Qais Al-Mala`I:
“Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa.” (Dinukil
dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf ‘alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).