Anda di halaman 1dari 13

1.

Perencanaan Audit Investasi dalam Sekuritas

1.1 Tinjauan Umum Investasi dalam Sekuritas

Aktivitas investasi sebuah entitas merupakan aktivitas yag berkaitan dengan


kepemilikan sekuritas yang diterbitkan oleh entitas lainnya. Sekuritas ini mencakup
sertifikat deposito/CD, saham preferen dan saham biasa, serta obligasi korporasi dan
pemerintah.

1.2 Tujuan Audit

Eksistensi atau Pendapatan investasi, realisasi Catatan investasi jangka


Ketertejadian laba dan rugi dan laba dan rugi pendek dan investasi
belum terealisasi yang jangka panjang
dicantumkan dalam statemen mencerminkan investasi
laba merupakan transaksi atau yang ada dalam tanggal
peristiwa yang terjadi dalam neraca
perioda audit
Kelengkapan Statemen laba telah Seluruh investasi jangka
mencerminkan seluruh transaksi pendek dan panjang telah
dan peristiwa yang harus masuk dicantumkan dalam akun
dalam statemen laba investasi di neraca

Hak dan Seluruh catatan investasi


Kewajiban dimiliki oleh entitas
pelapor

Valuasi dan Pendapatan investasi, dan laba Investasi dalam neraca


Alokasi dan rugi yang sudah dan yang sajikan dalam neraca pada
belum direalisasi telah harga pasar, cost,
dilaporkan dalam jumlah yang amortized cost, atau
tetap jumlah yang ditetapkan
berdasar metode ekuitas,
sesuai dengan
klasifikasinya
Penyajian dan Saldo investasi telah
Pengungkapan diidentifikasi secara tepat

Pengungkapan yang
cukup telah dilakukan
shubungan dengan (1)
investasi pihak terkait, (2)
dasar penilaian, (3)
jaminan sbg kolateral

1.3 Pertimbangan – Pertimbangan Perencanaan Audit


1) Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat
mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya
penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan
informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan
auditan.
Sekuritas yang ditahan sebagai investasi jangka pendek dapat bersifat
material bagi solvensi jangka pendek suatu entitas, tetapi laba dari sekuritas
semacam itu jarang bersifat signifikan bagi hasil operasi entitas di luar sektor
jasa keuangan. Sekuritas yang ditahan sebagai investasi jangka penjang dapat
bersifat material baik bagi neraca maupun laporan laba rugi, tergantung entitas.
2) Risiko Inheren/Bawaan
Risiko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang
dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat
sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu
segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern
yang ada.
Risiko inheren pada asersi siklus investasi dipengaruhi oleh banyak
faktor dan volume transaksi investasi umumnya cukup rendah. Akan tetapi
sekuritas merupakan aktiva yang mudah untuk dicuri, dan akuntansi untuk
investasi tersebut dapat menjadi rumit. Di samping itu, risiko inheren tertentu
juga lebih menantang untuk dikendalikan, dan memberi manajemen peluang
untuk memanipulasi pelaporan investasi. Secara spesifik, klasifikasi yang tepat
atas suatu investasi bisa mengundang kontroversi, yang selanjutnya akan
mempengaruhi metode penilaian, upaya mendapatkan laba, dan persyaratan
pengungkapan yang berlaku untuk investasi itu. Dengan menyajikan secara salah
klasifikasi yang tepat dari suatu investasi, manajemen dapat menunda atau
mempercepat pengakuan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi
dalam laba.
3) Risiko Prosedur Analitis
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai
“evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan logis antara data keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan
jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.” Risiko prosedur analitis
merupakan unsur risiko deteksi bahwa prosedur analitis akan gagal mendeteksi
salah saji material. Prosedur analitis dapat membandingkan saldo tahun berjalan
dengan tahun sebelumnya, atau dapat membandingkan hasil-hasil aktual atas
jumlah investasi dan laba investasi dengan yang dianggarkan atau dokumentasi
lain dari rencana manajemen. Perbedaan yang tidak diharapkan, dapat
menunjukkan salah saji berkenaan dengan asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, penilaian atau alokasi, dan penyajian serta pengungkapan.
4) Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang digunakan
oleh auditor untuk menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah
saji material yang melebihi nilai salah saji yang masi dapat ditoleransi atas
segmen tertentu akan tidak terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian
intern yang dimiliki klien. Risiko pengendalian ini memperhatikan 2 hal berikut:
1) Penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk
mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji.
2) Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai
maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya.
Sebelum auditor dapat menetapkan nilai resiko pengendalian kurang dari
100 persen, auditor harus memahami pengendalian intern yang ada, dan
berdasarkan pemahaman itu, auditor melakukan evaluasi tentang bagaimana
seharusnya fungsi pengendalian intern tersebut, serta melakukan uji atas
efektifitas pengendalian intern tersebut. Hal pertama dari semua ini adalah
keharusan untuk memahami semua jenis audit. Dua hal terakhir adalah langkah-
langkah penilaian resiko pengendalian yang diperlukan jika auditor memilih
untuk memberikan nilai atas resiko pengendalian supaya berada di bawah nilai
maksimum.
Pemahaman atas beberapa faktor lingkungan pengendalian adalah
relevan bagi audit atas siklus transaksi.

1.4 Dokumen dan Catatan


Dokumen dan catatan yang bisa diterapkan pada situs ini adalah:
 Sertifikat saham
 Sertifikat obligasi
 Perjanjian obligasi
 Pemberitahuan dari broker
 Laporan broker
 Buku jurnal
 Buku pembantu investasi
1.5 Fungsi – Fungsi dan Pengendalian yang Bersangkutan
Pemberian otorisasi transaksi investasi
- Pembelian sekuritas
- Penjualan sekuritas
Penerimaan atau penyerahan sekuritas
Pencatatan transaksi
- Pencatatan pembelian, penjualan dan pendapatan
- Pencatatan penyesuaian harga pasar dan reklasifikasi
Penerimaan kas dan pengeluaran kas
- Penerimaan kas
- Pengeluaran kas
Penilaian kinerja investasi

2. Pengujian Substantif atas Investasi dalam Sekuritas


2.1 Penentuan Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi
salah satu material yang ada dalam suatu asersi. Rencana risiko deteksi adalah
dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian substantif yang ditentukan
oleh auditor sebagai komponen ke empat atau terakhir dalam penetapan strategi
audit awal untuk suatu pernyataan/asersi. Merancang pengujian substantif
meliputi: Sifat, Waktu, Luas Pengujian, Penentuan staf audit.
Rencana risiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang
dinyatakan dengan model sebagai berikut .
RD = RA/RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Risiko deteksi terencana merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas
segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi
suatu nilai salah saji yang masih dapa ditoleransi. Jika nilai risiko deteksi
terencana berkurang, maka auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti
audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang, risiko ini menentukan
nilai bukti subtantif yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan.

Kesulitan yang dialami selama menentukan risiko deteksi:


• Menentukan nilai wajar
• Ketepatan klasifikasi
2.2 Perancangan Pengujian Substantif
Untuk mendapatkan dasar yang masuk akal dalam memberi pendapat
atas laporan keuangan kliennya, auditor harus memperoleh bukti kompeten yang
cukup seperti disyaratkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga dalam standar
auditing. Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang
kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan, dan di sisi lain
pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya
kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan
transaksi dan saldo- saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan
sifat, saat, dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.
Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan keefektivan
prosedur pengauditan yang akan dilakukan. Bila tingkat risiko deteksi yang
diterima rendah maka auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif
dan biasanya lebih mahal. Dan bila risiko deteksi yang diterima tinggi auditor
menggunakan prosedur yang kurang efektif yang biasanya lebih murah.
Pengujian substantif terdiri dari 3 jenis :
 Prosedur Analitis
Digunakan dalam perencanaan audit untuk mengidentifikasi daerah daerah
atau tempat yang memiliki risiko tinggi terjadinya salah saji.
 Pengujian Detil Transaksi
Pengujian ini dilakukan auditor terutama untuk menemukan kesalahan
jumlah rupiah bukan atas penyimpangan atas pengendalian.
 Pengujian Detil atas Saldo Saldo
Dilakukan untuk mendapatkan bukti bukti secara langsung tentang sebuah
saldo rekening dan bukan pada masing masing pendebetan atau
pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
a. Prosedur Analitis
Fungsi prosedur analisis : Digunakan dalam perencanaan audit untuk
mengidentifikasi daerah daerah atau tempat-tempat yang memiliki risiko
lebih tinggi untuk terjadinya salah saji, Digunakan pada tahap pengujian
sebagai pengujian substantif untuk mendapatkan bukti tentang asersi
tertentu, Digunakan sebagai pelengkap atas pengujian detil, tetapi dalm
situasi yang lain prosedur ini justru bisa menjadi pengujian substantif yang
utama.
PSA No 22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa
efektivitas dan efisiensi prosedur analisis tergantung pada: Sifat asersi,
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan,
Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran,
Ketepatan taksira.
Apabila hasil prosedur analisis sesuai dengan taksiran, dan tingkat
risiko deteksi yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak
perlu melakukan pengujian detil. Prosedur ini biasanya tidak begitu mahal
biaya pelaksanaannya.Oleh karena itu, auditor dapat mempertimbangkan
penggunaan prosedur ini untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima sebelum memutuskan untuk melakukan pengujian detil.
b. Pengujian Detil Transaksi
Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (tracking) dan
pencocokan ke dokumen pendukung (voucbing). Pengujian dilakukan
auditor terutama untuk menentukan kesalahan jumlah rupiah, bukan pada
penyimpangan atas pengendalian. Penelusuran berguna dalam pengujian
atas pelaporan terlalu rendah (understatement), sedangkan pencocokan ke
dokumen terutama ditunjukkan untuk menemukan pelaporan terlalu tinggi
(overstatement). Kekurangan dari pengujian ini adalah banyaknya waktu
yang tersita, lebih mahal bila dibandingkan dengan review analistsis, akan
tetapi metode ini masih lebih murah jika dibandingkan dengan pengujian
detil atas saldo – saldo.
c. Pengujian Detil Saldo
Pengujian detil atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan
bukti secara langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada
masing-masing pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan
saldo tersebut. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur yang
digunakan dan bukti yang diperoleh. Pengujian substantive dalam kategori
ini meliputi tiga jenis pengujian yaitu:
- Menginspeksi dan Menghitung Sekuritas yang ada di Tangan, pengujian ini
biasanya dilakukan auditor secara serentak dengan perhitungan kas serta alat
pembayaran lain.
- Mengkonfirmasi Sekuritas yang Disimpan Pihak Lain, sekuritas yang
disimpan oleh pihak lain demi keamanan, harus dikonfirmasi. Konfirmasi
harus diminta pertanggal pelaksanaan perhitungan atas sekuritas yang berada
di tangan klien.
- Menghitung Ulang Pendapatan Investasi, pendapatan dari investasi dapat
diverifikasi dengan memeriksa bukti dokumen dan melakukan perhitungan
ulang.
Pengujian Detil Saldo: Estimasi Akuntansi
Dalam melakukan pengauditan atas investasi, auditor harus menerapkan
sejumlah pertimbangan audit yang berkaitan dengan penilaian (1)
penggolongan investasi yang tepat, dan (2) harga pasar investasi. Pedoman
professional dalam PSA No.07 (SA 332), Investasi jangka panjang, tentang
bagaimana auditor harus menghadapi permasalahan audit dalam pengauditan
investasi dalam sekuritas.

2.3 Perbandingan Penyajian di Laporan dengan Prinsip Akuntansi yang


Berlaku Umum
Pengujian substantif yang dilakukan terdahulu harus memberikan banyak
bukti yang diperlukan auditor untuk menentukan apakah saldo investasi telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan.
Namun, berkaitan dengan klasifikasi lancer dan tidak lancer, atau perdagangan
lawan tersedia untuk dijual, auditor juga harus mengadakan Tanya-jawab dengan
manajemen menyangkut maksudnya dalam hal periode penahanan dan
sebagainya.

3. Pengujian Substantif atas Saldo Kas

3.1 Saldo Kas


Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank,
pada rekening giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas
kecil dan rekening di bank untuk gaji. Ini merupakan kas yang diperlukan untuk
melunasi kewajiban serta membayar gaji, dan kebanyakan entitas akan
memindahkan kelebihan kas ke beberapa bentuk investasi yang menghasilkan
bunga. Saldo-saldo tertentu, seperti sertifikat deposito, dana pelunasan obligasi,
saldo mata uang luar negeri tertentu, dan akun-akun lain yang mempunyai
pembatasan dalam penggunaannya yang lazimnya harus diklasifikasikan sebagai
investasi.
3.2 Hubungan Antara Kas dengan Siklus - Siklus Transaksi
Lima siklus transaksi berhubungan langsung dengan saldo kas umum, kelima
siklus itu adalah :
 Siklus Pendapatan: Penjualan  Piutang Dagang  Kas
 Siklus Pengeluaran: Pembelian  Utang Dagang  Kas
 Siklus Pembelanjaan: Emisi saham/obligasi  Kas
 Siklus Investasi: Pembelian/penjualan Investasi  Kas
 Siklus Personalia: Gaji dan Upah  Kas
3.3 Tujuan Audit Saldo Kas

Kategori Asersi Tujuan Audit Saldo Rekening


Keberadaan atau keterjadian Saldo kas yang dicatat ada pada tanggal neraca.
Kelengkapan Saldo yang dicatat mencakup pengaruh dari semua
transaksi kas yang telah terjadi;
Transfer kas akhir tahun diantara bank telah dicatat
pada periode yang tepat.
Hak dan Kewajiban Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas
yang diperlihatkan pada tanggal neraca.
Penilaian atau Alokasi Saldo kas yang dicatat telah direalisasi pada jumlah
yang dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul
pendukung.
Penyajian dan Pengungkapan Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan
dengan tepat dalam neraca;
Lini kredit, jaminan pinjaman, perjanjian saldo
kompensasi, dan pembatasan lain padanya atas kas
telah diungkapkan dengan tepat.

3.4 Pertimbangan – Pertimbangan Perencanaan Audit Saldo Kas


a. Materialitas. Terdapat dua macam materialitas, yaitu materialitas saldo akun
dan materialitas salah saji.
- Materialitas saldo akun atau materialitas transaksi. Seluruh kegiatan
organisasi berhubungan dengan kas, baik kas masuk maupun kas keluar, baik
berhubungan langsung maupun berhubungan tidak langsung. Dengan
pertimbangan karakteristik arus kas yang semacam ini, maka audit saldo kas
harus dilakukan dengan tingkat kecermatan yang tinggi.
- Materialitas salah saji. Penentuan materialitas salah saji dipengaruhi oleh
tingkat efektifitas pengendalian aliran kas, semakin kuat sistem
pengendaliannya maka semakin besar ukuran materialitasnya (toleransi salah
sajinya), dan semakin lemah materialitas maka semakin kecil ukuran
materialitasnya (toleransi salah sajinya).
b. Risiko Bawaan
Risiko bawaan saldo kas relatif tinggi, karena transaksi kas berhubungan
dengan seluruh kegiatan organisasi dan dapat dipastikan volume transaksinya
tinggi, dengan potensi penyimpangan yang tinggi.
c. Risiko Analitis
Risiko analitis adalah risiko kesalahan kesimpulan hasil pengujian analitis.
Risiko analitis saldo kas dipengaruhi oleh risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Semakin tinggi risiko bawaan dan risiko pengendalian, risiko
analitis akan semakin tinggi (risiko kesalahan dalam menyimpulkan hasil uji
analitis akan menjadi semakin tinnggi).
d. Risiko Pengendalian
Risiko Pengendalian adalah risiko sistem pengendalian gagal dalam mencegah
timbulkan salah saji material. Risiko pengendalian dipengaruhi oleh beberapa
faktor penentu efektifitas sistem pengendalian sebagai berikut:
- Control environment (lingkungan pengendalian)
- Risk assessment (pengukuran risiko)
- Control activities (aktivitas pengendalian)
- Information and communication systems (sistem informasi dan
komunikasi)
- Monitoring (monitoring)
3.5 Pengujian Substantif atas Saldo Kas
Istilah saldo kas hanya mengacu pada kas yang ditahan dan di bank,
bukan termasuk kas kecil dan dana imprest lainnya.
3.6 Penentuan Risiko Deteksi
Risiko inheren biasanya tinggi karena kerawanan kas terhadap
penyalahgunaan. Efektivitas prosedur analitis seringkali tergantung pada
prosedur yang ditempuh entitas untuk mengembangkan anggaran atau peramalan
kas yang akurat. Model risiko audit atau matriks risiko kemudian dapat
digunakan untuk menentukan tingkat riiko deteksi yang dapat diterima atas
setiap asersi saldo kas.
3.7 Perancangan Pengujian Substantif
1) Prosedur Awal
Sebelum membahas pengujian yang terinci atas saldo kas, auditor harus
memastikan bahwa dia telah memperoleh pemahaman tentang bisnis entitas
dan pentingnya saldo kas bagi entitas tersebut.
- Memahami pola dan volume arus kas.
- Memahami pola kebijakan pemanfaat surplus kas.
- Mencocokkan saldo awal kas ke kertas kerja audit tahun lalu.
- Mengidentifikasi mutasi kas yang tidak lazim, baik dari jumlah maupun
sumbernya.
- Mencocokkan kesesuaian rincian saldo kas dengan saldo dalam buku
besar kas.
2) Prosedur Analitis
Efektivitas prosedur analitis dapat mengurangi jumlah bukti yang
diperlukan dari pengujian substantif lainnya dibandingkan dengan yang
dibutuhkan apabila datanya tidak sesuai dengan pengharapan yang
dikambangkan dari anggaran atau peramalan kas, atau kebijakan perusahaan
mengenai investasi kelebihan kas.
3) Pengujian Detil Transaksi
Beberapa pengujian substantif atas rincian transaksi melibatkan penelusuran
dan vouching transaksi penerimaan kas serta pengeluaran kas yang biasanya
dilakukan bersamaan dengan pengujian pengendalian sebagai pengujian
bertujuan ganda.
a) Melaksanakan pengujian Pisah-Batas Kas
b) Menelusuri Transfer Bank
4) Pengujian Rincian Saldo
Ada lima pengujian substantif yang biasa digunakan untuk saldo kas dalam
kategori ini, yaitu diantaranya:
a) Perhitungan Kas di Tangan
b) Konfirmasi saldo simpanan di Bank dan pinjaman
c) Konfirmasi Ketentuan lain dengan Bank
d) Memeriksa sepintas, mereview atau menyusun rekonsiliasi Bank
e) Penggunaan pisah-batas (Cutoff) Laporan pisah-batas Bank
3.8 Perbandingan Penyajian di Laporan dengan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum
Auditor menentukan kelayakan penyajian laporan dari penelaahan atas naskan
laporan klien dan bukti yang diperoleh dari pengujian substentif sebelumnya.
Disamping itu, auditor juga harus menelaah notulen rapat dewan direksi dan melakukan
Tanya jawab dengan manajemen menyangkut bukti pembatasan terhadap penggunaan
saldo kas.
3.9 Pertimbangan – Pertimbangan Lain
- Pengujian untuk Mendeteksi Lapping
Lapping adalah penyimpangan yang disebabkan oleh misapropriasi secara
sengaja atas penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan
penerimaan kas secara sementara atatu permanen untuk kepentingan pribadi
dari seseorang yang melakukan tindakan yang bukan wewenangnya.
Lapping biasanya tidak hanya bersangkutan dengan penagihan dari
pelanggan, tetapi juga dapat melibatkan jenis penerimaan kas lainnya.
Kondisi-kondisi yang kondusif untuk lapping tersedia apabila seseorang
yang menangani penerimaan kas juga memegang buku beasar piutang
usaha. Auditor harus menilai kemungkinan lapping guna mendapatkan
pemahaman tentang pembagian tugas seperti penerimaan dan pencatatan
penagihan dari pelanggan. Ada tiga prosedur yang dapat mendeteksi
lapping:
a) Mengkonfirmasi piutang usaha
b) Melakukan perhitungan kas secara mendadak
c) Membandingkan rincian ayat jurnal penerimaan kas dengan rincian
slip setoran harian yang berkaitan
4. Jasa Bernilai Tambah yang Berkaitan dengan Sekuritas yang
Mudah Dipasarkan dan Saldo Kas
Berikut ini adalah beberapa peluang bernilai tambah yang penting, yang dapat
diberikan akuntan publik dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh selama
audit atas sekuritas yang mudah dipasarkan dan saldo kas :
a. Menentukan asumsi-asumsi penting berkenaan dengan penerimaan kas dan
pembayaran beban operasi yang mempengaruhi peramalan saldo kas.
b. Membantu manajemen dalam mengembangkan model-model peramalan saldo
kas, pinjaman yang diperlukan, atau potensi kelebihan saldo kas yang tersedia
untuk investasi.
c. Mengidentifikasi peluang untuk mengubah praktik bisnis, seperti perubahan
kebijakan kredit atau perubahan manajemen persediaan, yang akan
meningkatkan arus kas.
d. Membantu manajemen dalam mengembangkan kebijakan untuk investasi
jangka pendek kelebihan kas.
e. Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan tingkat pengembalian atas
investasi jangka pendek atas kelebihan kas.

Anda mungkin juga menyukai