Anda di halaman 1dari 6

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA

NOMOR 121/PER/DIR/XII/2018
TENTANG
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN
DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN

Menimbang : 1. Bahwa untuk menyelenggarakan pelayanan TB dipandang perlu untuk


Pelaksanaan Rujukan,
2. Bahwa agar Pelaksanaan Rujukan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dapat berjalan dan dipertanggungjawabkan maka perlu adanya Panduan
Tentang Pelaksanaan Rujukan di Rumah Sakit Wava Husada Kesamben

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada Tentang Panduan Pelaksanaan
Rujukan Di Rumah Sakit Wava Husada Kesamben
Pertama : Panduan Pelaksanaan Rujukan di Rumah Sakit Wava Husada Kesamben
sebagaimana terlampir pada Peraturan ini.
Kedua : Panduan sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua agar digunakan sebagai
acuan bagi tenaga kesehatan.
Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau kesalahan dalam
penetapan ini, akan diadakan perubahan dan atau perbaikan sebagaimana
mestinya.
Lampiran 1/
Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada
Nomor : 121/PER/DIR/XII/2018
Tentang : Pembentukan Tim DotS TB
Tanggal : Xxxxx 2018

BAB I DEFINISI

Pelayanan TB adalah mengidentifikasi dan mencegah penularan infeksi TB yang di dapat dan
ditularkan diantara pasien, staff, tenaga professional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela,
mahasiswa dan pengunjung.
Proses rujukan ke rumah sakit yang telah menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Batam dilakukan apabila membutuhkan pelayanan yang tinggi terkait dengan kasus TB.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya,
sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan
tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.Prinsip dalam melakukan rujukan adalah memastikan
keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani rujukan. Pelaksanaan rujukan pasien dapat
dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya.

TUJUAN
1. Terlaksananya prosedur rujukan pasien dengan TB MDR di Rumah Sakit Wava Husada Kesamben
Kemuliaan sesuai standar
2. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan rujukan pasien
3. Optimalisasi layanan pasien TB MDR di RS lain dikarenakan keterbatasan fasilitas pelayanan
untuk pasien TB MDR
4. Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit
BAB II RUANG LINGKUP

Pelayanan rujukan dari dan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan bekerja sama dengan rumah sakit lain
dan layanan kesehatan lain untuk sistem rujukan dapat dilakukan karena beberapa sebab :
1. Keterbatasan fasilitas, sarana, prasarana, sumber daya dan kompetensi yang belum dapat
dipenuhi secara optimal untuk mencapai standar pelayanan minimal yang dibutuhkan dan
menjadi persyaratan, sehingga Rumah Sakit Budi Kemuliaan merujuk ke RS lain yang lebih tinggi
kompetensi dalam merawat pasien TB.Dalam hal ini, RSUD Embung Fatimah sebagai pusat
rujukan TB MDR di Kepulauan Riau telah menjalin MOU (Perjanjian Kerja Bersama) dengan
Rumah Sakit Budi Kemuliaan untuk menerima pelayanan pasien dengan TB MDR
2. Belum tersedianya layanan TB MDR bagi pasien TB yang resisten terhadap obat TB.
BAB III TATA LAKSANA

A. Tata Laksana
Dalam prosedur merujuk pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak
yang menerima rujukan. Untuk memperlancar kegiatan tersebut maka diperlukan panduan atau
tata laksana merujuk pasien.
Dibawah ini akan diuraikan Standart Operasional Prosedur yang terkait pelayanan pasien dengan
TB yang dilakukan proses rujukan:
1. Pasien dengan TB yang masuk ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan dalam kondisi yang gawat
darurat, akan distabilkan terlebih dahulu di IGD Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
2. Dalam melakukan penanganan pasien emergensi Rumah Sakit Budi Kemuliaan selalu
mengutamakan “patient safety first”
3. Selama menunggu stabilisasi pasien TB, pasien ditempatkan di ruang isolasi IGD
4. Selama menangani pasien, petugas menggunakan APD lengkap sesuai dengan standar yang
berlaku
5. Dokter IGD akan memberikan penjelasan ke pasien/keluarga pasien terkait proses rujukan
yang akan dilakukan dikarenakan:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesifik lebih lanjut
1) Merupakan situasi emergency dimana sangat diperlukan transfer yang efisien untuk
tatalaksana pasien lebih lanjut.
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum dilakukan transfer.
3) Pasien ditransfer masuk dalam kategori trueemergency.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis (karena ruangan penuh, fasilitas yang
diperlukan pasien tidak tersedia atau karena permintaan pasien atau keluarga)
6. Dokter IGD membuat surat rujukan dengan menggunakan form rujukan yang tersedia
7. Petugas Rumah Sakit Budi Kemuliaanmenghubungi RS yang akan dirujuk dan
menginformasikan mengenai kondisi pasien
8. Apabila RS yang dirujuk tersedia tempat/fasilitas yang dibutuhkan pasien maka perawat akan
berkoordinasi dengan keluarga pasien untuk penatalaksanaan selanjutnya
9. Untuk mengantar pasien ke rumah sakit yang dituju, perawat akan berkoodinasi dengan
petugas ambulance
10. Perawat mempersiapkan semua keperluan pasien yang dibutuhkan selama perjalanan.
11. Lembar asli untuk pasien dan lembar copi akan digabung dengan berkas RM pasien
(pemeriksaan penunjang, dll)
12. Periksa tanda-tanda vital pasien sebelum diberangkatkan
13. Dokumentasikan dalam RM pasien
14. Perawat damn dokter yang mendampingi pasien harus memonitor kondisi pasien selama
perjalanan dan mendokumentasikan dalam formulir transfer pasien
15. Duplikat form di serahkan ke RS yang dituju
16. Setelah sampai di RS yang dituju perawat melakukan serah terima dan menyerahkan surat
rujukan, resume medis dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik pasien ke petugas RS yang
dituju

Dalam penatalaksanaan proses rujukan pasien TByang dalam kondisi kegawatan, tetap harus
dilakukan proses stabilisasi sebelum transfer, meliputi :
a. Amankan patensi jalan nafas
b. Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi (penggunaan APD
lengkap)
c. Pengukuran tekanan darah yang kontinu merupakan yang terbaik untuk monitor pasien.
d. Pasang kateter urin dan NGT jika diperlukan.
e. Pemberian terapi tidak boleh ditunda saat pelaksanaan transfer.
f. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.
g. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN TBANTAR RS


1. Bila kondisi pasien stabil, dan keluarga menghendaki dapat melalui mobil pribadi
pasien/keluarga pasien
2. Bila kondisi pasien tidak stabil dan butuh monitoring khusus, dokter akan menyarankan untuk
menggunakan mobil ambulance RSUD Tanjung Uban. Mobil dilengkapi soket listrik, suplai
oksigen, defibrillator dan monitor, suction, tensi meter digital dan peralatan lain.
3. Ketersediaan Alat Pelindung Diri petugas dalam melakukan proses transfer harus di perhatikan
(masker, sarung tangan)
4. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan untuk melakukan transfer terpenuhi (seperti
suplai oksigen, baterai cadangan dan lain-lain).
5. Standar peralatan diambulans:
a. Suplai oksigen
b. Suction
c. Baterai cadangan
d. Tensimeter
e. Alat kejut jantung (defibrillator)
6. Petugas ambulance atau SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulans
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
7. Keputusan untuk menggunakan sirine diserahkan kepada driver ambulance dengan tujuan untuk
memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan deslerasi yang minimal.
8. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman disamping
pasien.
9. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera, berhentikan
ambulan ditempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan. Jika petugas diperlukan
untuk turun dari kendaraan atau ambulan, gunakanlah pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna
jalan lainnya.

DOKUMENTASI
Dalam melakukan proses pendokumentasian pasien TByang akan di rujuk ke RS Rujukan,
harus melalui prosedur pencatatan yang jelas dan lengkap di Form Rujukan pasien diantaranya harus
mencakup :
a. Kondisi pasien
b. Alasan melakukan transfer
c. Nama dokter IGD yang merujuk dan yang menerima rujukan
d. Status klinis pra transfer
e. Detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama transfer berlangsung.
f. Rekam medis harus mengandung:
 Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien, sebelum, selama, dan setelah transfer
termasuk kondisi medis yang terkait dan terapi yang diberikan.
 Data untuk proses audit, tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
g. Petugas transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum mentransfer pasien.
h. Saat tiba di rumah sakit tujuan harus ada proses serah terima pasien antara tim transfer
dengan pihak rumah sakit yang menerima yang akan bertanggung jawab terhadap perawatan
pasien selanjutnya.
i. Proses serah terima pasien harus mencakup pemberian informasi mengenai riwayat penyakit
pasien tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi yang telah
diberikan, dan kondisi klinis selama transfer.
j. Hasil pemeriksaan laborat, radiologi dan yang lainnya harus dideskripsikan dan diserah
terimakan kepada petugas rumah sakit tujuan.
k. Setelah menyerahkan pasien petugas transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat
pasien.

BAB V PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan merujuk pasien dengan kasus TBsesuai
prosedur di Rumah Sakit wava husada kesamben. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam pembuatan panduan ini, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini
berguna bagi tim TB Rumah Sakit Tanjung Uban pada khususnya juga untuk para pembaca pada
umumnya.

Ditetapkan di : Blitar
Tanggal : .../.../ 2018
Direktur,
Rumah Sakit Wava Husada,

dr. Dwi bambang


NIK. 01.0518.015

Anda mungkin juga menyukai