Anda di halaman 1dari 12

3.

1 Dampak-Dampak Yang Dapat Ditimbulkan Oleh Gas Metana Pada


Tambang Batubara Bawah Tanah

1. Methane (CH4)
a. Definisi
Metan adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berwarna,
tak berbau, dan tak beracun. Metan terdapat di semua lapisan batubara,
terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara itu sendiri. Di tambang
batubara bawah tanah, udara yang mengandung 5-15% metan dan
sekurangnya 12,1% oksigen, maka akan meledak jika terkena percikan api.
Jumlah metan dalam suatu lapisan amat bervariasi. Konsentrasi metan akan
meningkat seiring peningkatan kualitas batubara dan kedalaman cadangan.
Metan terkandung dalam lapisan pori batubara dan terkompresi di sana. Saat
lapisan tersebut ditambang, metan yang bersemayam di pori lantas terlepas. Sebanyak
70-80% kadar metan justru bukan berasal dari lapisan yang sedang
ditambang.
Sebagian besar metan berasal dari lapisan sekelilingnya (atas/bawah,
kiri/kanan) yang belum ditambang. Ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara metan di pori-pori batubara (tekanan tinggi) dengan tekanan udara
terowongan (lebih rendah). Gas bertekanan tinggi akan selalu mencari udara
dengan tekanan lebih rendah. Di awal perkembangan tambang batubara,
sirkulasi udara yang tidak cukup, kegagalan deteksi atas keberadaan metan,
penggunaan api, merokok, atau penggunaan bahan peledak (black powder)
yang tidak tepat menjadi penyebab utama ledakan di tambang batubara bawah
tanah.
b. Efek Methana
1) Konsentrasi 0,1 – 5 % : campuran antara methana dan oksigen akan
menyebabkan reaksi pembakaran.
2) Konsentrasi 5 – 15 % : campuran antara methan dan oksigen akan
menyebabkan peledakan.
3) Konsentrasi > 15 % tidak akan terjadi peledakan tetapi berpengaruh pada
pernafasan.

Keberadaan Gas Methan (Presence Of Methane)

Gas methan yang keluar dari batubara teremisi ke udara di sekitarnya. Karena gas ini
lebih ringan dari udara, maka dia berada pada bahagian atas (langit-langit
terowongan). Gas ini cenderung berada pada bahagian akhir lobang bukaan tambang
bawah tanah (tail gate of the longwall face), lobang naik (raise end), dan bahagian
atap (caved roofs).

Potensi Ledakan Gas Methan dan Debu Batubara

Berikut ini dijelaskan bagaimana komposisi masing-masing bahan tersebut, sehingga


terjadi ledakan tambang.

 Konsentrasi gas methan

Gas methan dapat meledak pada konsentrasi antara 5 – 15% di udara sekitarnya
pada tekanan normal. Sedangkan ledakan terbesar dan berbahaya akan terjadi pada
konsentrasi 9,5%.

 Pengaruh debu tertahan

Bila debu batubara, yang butirannya sangat halus, dengan konsentrasi 10,3 gram/m3
volume udara, beterbangan ke udara sekitarnya, membentuk awan debu batubara,
dan jika pada saat bersamaan ada pijaran bunga api, maka akan terjadi ledakan
debu batubara itu.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa konsentrasi campuran antara debu
batubara dengan gas methan yang dapat meledak adalah sebagai tertera pada tabel.

Tabel. Konsentrasi Minimum campuran Gas Methan dan Debu Batubara yang Dapat
Meledak

Jumlah Debu 0,00 10,3 17,4 27,9 37,7 47,8


Batubara(gr/m3)

Konsentrasi 4,85 3,70 3,00 1,70 0,60 0,00


Gas Methan
(%)

 Gejala ledakan gas methan

Apabila terjadi campuran antara udara dan gas methan dan di sana terjadi pijaran
api, maka pertama akan terjadi kebakaran. Proses kebakaran ini menghasilkan
karbon dioksida (CO2) dan uap air dengan reaksi kimia : CH4 + 2O2 = CO2 + 2H2O.

Ledakan akan timbul bila pada lokasi tersebut sedang ada awan debu batubara
(debu batubara yang sedang beterbangan. Ledakan pada suatu lokasi akan
memberikan getaran ke daerah tetangganya sehingga debu batubara yang tadinya
terendapkan akan berhamburan pula, dan untuk selanjutnya akan terjadi lagi
ledakan beruntun sampai semua bahan potensial ledakan habis terbakar dan
meledak.

Bila jumlah oksigen berkurang, gas akan terbakar secara tidak sempurna
menghasilkan karbon monoksida (CO) yang sangat beracun, hydrogen (H), dan air
(H2O). Reaksi kimianya: CH4 + O2 = CO + H2 + H2O

 Statistik Ledakan Gas Dan Debu Batubara


Tabel 4 dan 5 memperlihatkan rekapitulasi kejadian kecelakaan ledakan tambang di
Jepang antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1984.

Tabel 4. Statistik Kecelakaan Ledakan Tambang Berdasarkan Penyebabnya

Penyebab Jumlah Kejadian Persentase

Peledakan (blasting) 80 23,2

Swabakar (spontaneous 22 6,4


combustion)
103 29,9
Peralatan listrik (Electricity)
100 29,1
Nyala api (naked flame)
15 4,4
Gesekan (friction)
24 7,0
Tidak diketahui (unknown)

Total 344 100,0

Tabel 5. Statistik Kecelakaan Ledakan Tambang Berdasarkan Lokasi Kejadian di


Jepang

Lokasi Jumlah Kejadian Persentase

Lubang naik (raise) 114 33,2

Daerah kerja (working face) 70 20,4

Lapisan batubara (coal seam) 64 18,6


Terowongan silang (main crosscut) 21 6,1

Kemiringan (slop) 16 4,7

Jalur keluar tambang (mined out area) 13 3,8

Ruang fasilitas mekanik 12 3,5

Lubang masuk (main entry) 8 2,3

Lubang miring (inclined shaft) 6 1,7

Terowongan silang (crosscut) 6 1,7

Lubang vertikal (vertical shaft) 6 1,7

Lainnya 6 1,7

Total 344 100,0

3.2 Teknik Pencegahan terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan oleh gas


metana pada tambang batubara bawah tanah

 Teknik Pencegahan Ledakan

Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah,
terutama dalam bentuk ledakan gas dan debu batubara, perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak
yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut.
Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan batubara ini
adalah:

 Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:


o Gas-gas dan debu batubara yang mudah terbakar/meledak
o Karakteristik gas dan debu batubara
o Sumber pemicu kebakaran/ledakan
 Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:
o Pengukuran konsentrasi gas dan debu batubara
o Pengontrolan sistem ventilasi tambang
o Pengaliran gas (gas drainage)
o Penggunaan alat ukur gas dan debu batubara yang handal
o Penyiraman air (sprinkling water)
o Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan
 Teknik pencegahan ledakan tambang
o Penyiraman air (water sprinkling)
o Penaburan debu batu (rock dusting)
o Pemakaian alat-alat pencegahan standar.
 Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:
o Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan
o Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan
o Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan
 Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:
o Pemisahan rute (jalur) ventilasi
o Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara
tim.

Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas atau debu batubara tidak akan
terjadi jika sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah itu cukup baik.
Pencegahan

Untuk mencegah ledakan debu batubara dan membatasi jumlah partikel debu yang
dihirup untuk mengurangi cedera, bubuk kapur disemprotkan sepanjang dinding
tambang secara teratur. Dalam hal ledakan, lapisan batu kapur permukaan menyerap
panas yang dihasilkan dari ledakan untuk mengurangi intensitasnya.

langkah-langkah pencegahan tertentu juga dapat diambil untuk mengurangi ledakan


metana dalam tambang, beberapa di antaranya termasuk menginstal penggemar besar
untuk mengalirkan air dalam tambang dan memberikan ventilasi yang memadai bagi
pekerja.

Dengan terus-menerus beredar udara, penggemar ini mampu mencairkan setiap hadir
gas metana dalam udara ke tingkat yang berada di bawah rentang peledak. mesin
pertambangan juga dapat dilengkapi dengan monitor yang pekerja peringatan ketika
konsentrasi metana dalam daerah tertentu mencapai 1%, sehingga memungkinkan
metana yang berlebihan harus dihapus sebelum kecelakaan terjadi.

VENTILASI TAMBANG

Di awal perkembangan tambang batubara, sirkulasi udara yang tidak


cukup, kegagalan deteksi atas keberadaan metan, penggunaan api,
merokok, atau penggunaan bahan peledak (black powder) yang tidak
tepat, menjadi penyebab utama ledakan di tambang batubara bawah
tanah.
Cara yang paling umum digunakan untuk mengurangi kadar metan
adalah dengan merancang suatu sistem sirkulasi udara (ventilasi) yang
baik. Udara yang cukup dan sirkulasi yang lancar diharapkan mampu
mengurangi kadar gas berbahaya ini.

Dalam proses penambangan bawah tanah, salah satu hal yang penting adalah
dibuatnya ventilasi tambang agar para pekerja di dalam tambang dapat tersuplai
oksigen dengan baik.
1. Fungsi ventilasi tambang
a. Untuk mengalirkan udara segar ke dalam tambang (oksigen) bagi
kebutuhan pernapasan para pekerja tambang.
b. Membawa keluar gas-gas berbahaya dan debu-debu pekat yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja.
c. Menyingkirkan debu-debu hingg ambang batas yang diperkenankan
d. Mengatur panasdan kelembaban udara di dalam tambang
2. Prinsip ventilasi tambang
Udara akan mengalir dari temperatur rendah ke temperatur panas, udara akan
mengalir melalui jalur ventilasi yang memberikan tahanan udara lebih kecil,
hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan
ventilasi.
3. Sistem ventilasi tambang
Udara dari atmosfer dapat mengalir sendiri ke tambang, karena tekanan udara
di luar lebih besar dari didalam. Hal tersebut merupakan penjelasan ventilasi
alam. Sedangkan ventilasi buatan adalah sistemnya udara dari luar dapat
mengalir ke dalam melalui bantuan fan (kipas) dan dipasang fan pada (down
cast shaft) dari sistem hisap.
VENTILASI TAMBANG DALAM
Untuk menangani permasalahan gas yang muncul di tambang dalam,
perencanaan sistem ventilasi yang baik merupakan hal mutlak yang harus
dilakukan. Selain untuk mengencerkan dan menghilangkan gas-gas yang
muncul dari dalam tambang, tujuan lain dari ventilasi adalah untuk
menyediakan udara segar yang cukup bagi para karyawan tambang, dan untuk
memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang panas di dalam tambang akibat
panas bumi, panas oksidasi, dll.
Dengan memperhatikan ketiga tujuan di atas, maka volume ventilasi
(jumlah angin) yang cukup harus diperhitungkan dalam perencanaan ventilasi.
Secara ideal, jumlah angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara
merata untuk lapangan penggalian (working face), lokasi penggalian maju
(excavation), serta ruangan mesin dan listrik (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Analisis ventilasi di tambang Taiheiyou-Hokkaido


(sumber: Masahiro Inoue, Kyushu University)
Jumlah angin yang terlalu kecil akan menyebabkan gas-gas mudah
terkumpul sehingga konsentrasinya meningkat, jumlah pasokan oksigen
berkurang, dan lingkungan kerja menjadi panas. Sebaliknya, bila volume
anginnya terlalu besar, maka hal ini dapat menimbulkan masalah serius pula
yaitu swabakar batubara (spontaneous combustion).
Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi batubara. Dalam
kondisi normal, batubara akan menyerap oksigen di udara dan menimbulkan
proses oksidasi perlahan, sehingga terjadi panas oksidasi. Karena nilai
konduktivitas panas batubara adalah 1/4 dari konduktivitas panas batuan,
maka panas oksidasi sulit berpindah ke batuan di sekitarnya, sehingga akan
terus terakumulasi di dalam batubara secara perlahan. Bila sistem ventilasi
yang baik untuk menangani hal ini tidak dilakukan, maka suhunya akan terus
meningkat dan dapat mencapai titik nyala, yang akhirnya menimbulkan
kebakaran.

Gambar 2. Tampilan 3D lorong ventilasi di tambang Taiheiyou-Hokkaido


(sumber: Masahiro Inoue, Kyushu University)
Apabila kegiatan penggalian batubara di suatu zona sudah selesai dan
akan berpindah ke lapangan penggalian berikutnya, maka lorong atas
lapangan (top level) dan lorong bawah lapangan (bottom leve) harus disekat
(sealing) sempurna, untuk mencegah masuknya aliran udara segar sehingga
proses oksidasi batubara terhenti. Pada bagian dalam lorong yang telah
disekat, kadar metan akan terus bertambah, sedangkan oksigen akan menurun.

Drainase Metana

langkah-langkah untuk memompa, mengumpulkan, dan menghilangkan campuran


gas atau udara dari tambang bawah tanah dan membawanya ke permukaan. Gas
dibuang dari pit oleh jaringan pipa yang diletakkan di tempat kerja atau oleh lubang
bor yang bergabung dengan kerja dengan permukaan.

Drainase metana digunakan untuk mengurangi masuknya metana dari lapisan batu
bara dan batu untuk pekerjaan tambang dan untuk membantu ventilasi poros tambang
dan benar-benar mencegah atau secara signifikan mengurangi kelalaian yang
diberlakukan di distrik-distrik ekstraksi (produksi) yang disebabkan oleh pengisian
kerja dengan gas. Dalam pit gas, memungkinkan penggunaan daya listrik di tempat
kekuatan udara terkompresi kurang efisien, meningkatkan produktivitas pekerja dan
keselamatan penambangan, dan dalam kondisi tertentu seluruhnya atau sebagian
mencegah (dengan mengurangi intensitas) evolusi gas yang tidak biasa , seperti
fumarol dan semburan batu bara dan gas yang tiba-tiba.

Sistem drainase terdiri dari pekerjaan drainase atau lubang bor, saluran pipa gas pit
dengan peralatan pelindung, instalasi drainase, dan mengatur, merekam, dan
peralatan dan perangkat pelindung; dalam kasus di mana gas yang dikumpulkan
digunakan, ada juga pipa gas ke konsumen. Peralatan pipa dipasang di permukaan
dan terdiri dari pompa vakum atau blower udara rotary dengan nonsparking blades
untuk memindahkan gas dalam sistem, sistem drive, dan perangkat untuk mengatur
dan memantau pengoperasian mesin dan peralatan mengemudi.

Penggunaan drainase metana telah menyebabkan terciptanya suatu teknologi baru


dari lapisan batubara gas yang bekerja, yang dalam sejumlah endapan gas, bekerja
secara terpadu, memungkinkan untuk produksi metana hasil samping.

 Pre-mine boreholes. Mengebor dari permukaan, mengeluarkan gas metan


dari daerah yang tidak ditambang atau dari lapisan batubara yang tidak
akan ditambang.
 Gob boreholes. Mengebor dari permukaan, mengeluarkan gas metan dari
gob area. Gob area merupakan daerah rekah atau patahan yang disebabkan
oleh runtuhnya lapisan sekitar batubara akibat proses penambangan.
 Horizontal boreholes. Mengebor dari dalam tambang, mengeluarkan gas
metan sebelum dilakukan penambangan.
Cara gob dan horizontal biasanya mampu mengeluarkan 30% sampai 80% metan, dan
cara pre-mine dapat mengeluarkan lebih dari 90% metan.

Hanya saja, terkadang ventilasi saja tidak mencukupi. Ada kalanya


jumlah udara yang melimpah tetap tidak mampu mengurangi kadar
metan. Jika ini yang terjadi, pengurangan kandungan metan mesti
dilakukan sebelum penambangan itu sendiri dimulai.

Anda mungkin juga menyukai