Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH MANAJEMEN

OLEH :

1. CHRISTOFER B. LAISINA
2. DESSY NUR EKAWATI
3. PATRESIA KIPUW
4. PRADITA WURI SAPITRI
5. RESNY HELJANAN
6. SARI PURNAMA

UNIVERSITAS BINAWAN
PROGRAM MANAJEMEN DAN PELAYANAN KESEHATAN
STUDI PROFESI NERS XXI
Jalan kalibata Raya No. 25-30 Jakarta Timur 13630
www.binawan-ihs.ac.id
2019
B. PENGORGANISASIAN
1. Definisi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian,1983 dalam
Juniati).
Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi
pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga
kerja dan komunikasi.
Pengorganisasian (G.R. Terry) adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang,
sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh
kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi
lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan sasaran. (Djoko Wijono,
Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga
University Press, Hal. 62)

2. Prinsip Pengorganisasian
a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi
sehingga setiap orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala
bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
1) pendidikan dan pengalaman setiap staf
2) peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
3) mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang
keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
4) mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya
5) mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada
staf dan kepada tenaga non keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan
pembagian kerja:
1) jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan
sesuai dengan kemampuannya
2) tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang
jelas dan tertulis
3) tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4) variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat
hubungannya
5) mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6) penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak,
kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus
melapor, minta bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung
serta dari siapa dia menerima tugas
b. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan
dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana
merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian ,
seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk
melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan
evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan
latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat
terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan
puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau
tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan
menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian
adalah mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan
pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan
puas pada pekerjaan.. Disamping itu mamfaat pendelegasian untuk
kepala bidang keperawatan sendiri adalah mempunyai waktu lebih
banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan
evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri,
memberikan pengaruh dan power baik intern maupun ekstern,
dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha
orang lain.

Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :

1) jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh


karena itu jangan mendelegasikan tugas yang anda sendiri
tidak mau melakukannya.
2) jangan takut salah
3) jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang
memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk sukses
4) kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf,
sehingga mereka dapat melakukan tugas yang
didelegasikan
5) perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk
berhasil
6) antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah
pemecahan masalahnya
7) hindari kritik bila terjadi kesalahan
8) berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab,
wewenang, tanggung gugat dan dukungan yang tersedia
9) berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah
terlaksana dengan baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian
yang efektif :

1) tetapkan tugas yang akan didelegasikan


2) pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3) berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4) uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda
harapkan hasil tersebut
5) jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki
staf tersebut
6) minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek
penerimaan staf tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7) tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8) berikan dukungan
9) evaluasi hasilnya

c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan
penyesuaian antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini
dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain
maupun dengan tenaga dari bagian lain. Manfaat Koordinasi:
1) menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada
dibangsal / bagian dan perasaan lebih penting dari
yang lain
2) menumbuhkan rasa saling membantu
3) menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar
staf
d. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang
keperawatan mengalami kesulitan dalam mengatur dan
mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk
orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga
dapat digunakan lebih efektif. Untuk mengendalikan waktu agar
lebih efektif perlu :
1) analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk
menentukan kategori kegiatan yang ada
2) memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3) menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan
perkembangannnya serta tujuan yang akan dicapai
4) mendelegasikan

3. PENGORGANISASIAN KEGIATAN DI RUANG RAWAT


Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi
kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan
pengorganisasian, pelayanan keperawatan di ruangan meliputi :
a. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan
bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan
tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan pelayanan
keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat
tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat
dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun
1978. oleh karena itu direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat
keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur
organisasi ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar
bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga
dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta
tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan
pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang digunakan.
b. Pengelompokkan Kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang


harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu
dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian
kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki
peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas
perawat ini disebut metode penugasan.

Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan


dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk
dirinya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan
dan merupakan tugas menejer keperawatan untuk selalu
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses
pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi
pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.

Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam


hal ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga
keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang
akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala
ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada diunit kerjanya.
Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas : Tingkat
pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya
keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia
misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan
yang dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.
Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi.
Dibeberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas
kombinasi kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan
metode penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit
kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori
tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang menjadi
tanggung jawabnya.

4. MACAM-MACAM METODE PENUGASAN KEPERAWATAN


Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan
beberapa keuntungan dan kerugian. Metode tersebut antara lain :
a. Metode Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B
tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk
semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan
tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang
klien.
1) Keuntungan
a) Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
b) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat
setelah selesai tugas.
c) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan
tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu
tugas yang sederhana.
d) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf
atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan
tertentu.
2) Kerugian
a) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total
sehingga proses keperawatan sulit dilakukan.
b) Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan
klien dan melakukan tugas non keperawatan.
c) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan.
d) Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
keterampilan saja.

b. Metode Alokasi Klien/Keperawatan Total


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau samapi klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
1) Keuntungan
a) Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
b) Memberikan kesempatan untuk melakukan
keperawatan yang komprehensif.
c) Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien
selama bertugas, non keperawatan dapat dilakukan
oleh yang bukan perawat
d) Mendukung penerapan proses keperawatan
e) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai

2) Kerugian
a) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien
banyak sehingga tugas rutin yang
b) sederhana terlewatkan.
c) Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan
dalam perawatan besar, misalnya menyuntik,
mengukur suhu
d) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian
selama perawat penanggung jawab klien bertugas.
c. Metode Tim/Keperawatan Kelompok
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
klien dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dalam bidangnya (“registered nurse”).
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
menjalani kesulitan Selanjutnya ketua grup yang melaporkan pada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan
terhadap klien.
1) Keuntungan
a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif
b) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt
ditekan melalui rapat tim cara ini efektif untuk
belajar.
d) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal
e) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
2) Kerugian
a) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi
sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru
sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat.
b) Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selalu tergantung atau berlindung
kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
c) Akontabilitas dalam tim kabur.
d. Metode Keperawatan Primer /Utama
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh satu orang “registered nurse” sebagai perawat
primer yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan selama
24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari
masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat
primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan
keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level
atau satu tingkat pengalaman dan keterampilannya (associate
nurse).
1) Keuntungan
a) Model praktek keperawatan profesional dapat
dilakukan atau diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang
komprehensif
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga
menerima asuhan keperawatan

2) Kerugian
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
e. Metode Modular
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional
(trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit
sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3
perawat untuk 8 – 12 orang klien.
Keuntungan dan Kerugian:
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode
perawatan primer.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan
kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai
dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain itu
kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai
dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim
lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut
organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil penelitian
dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25%
perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12%
metode fungsional (Kron & Gray, 1987). Dengan demikian metode
tim tepat digunakan.

C. PENGARAHAN
1. Pengertian Pengarahan

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha


memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan yang efektif akan
meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).
Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan bisa secara individu maupun
secara kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan ini selalu
melakukan secara rutin dengan maksud menjalin komunikasis ecara vertical
maupun horizontal, sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara
efektif (Mortimer, 1996).
2. Fungsi Pengarahan

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan


keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang
efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000). Memotivasi
adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil
langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada tujuan (Soeroso,
2003).
Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan
bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapai persoalan dalam
pelayanan keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam
menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat
manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan bantuan orang lain,
dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial (Muninjaya, 2004).
Kepala ruangan merupakan tenaga perawat yang diberi tugas memimpin satu
ruang rawat, dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan,
yang berperan sebagai first line manager di sebuah rumah sakit, yang diharapkan
mampu melaksanakan fungsi manajemen keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan,
2011).
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik. Nordin et al, (2013) manajer memiliki tanggung jawab
yang besar untuk memperbaiki budaya keselamatan pasien ditempat kerjanya
sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien. Menurut penelitian Parand et
al, (2014) membuktikan bahwa waktu dan pekerjaan manajer dapat
mempengaruhi hasil, proses, dan kinerja klinis yang berkualitas dan aman,
karena manajer di rumah sakit mempunyai kewajiban hukum dan moral untuk
meningkatkan kualitas pelayanan perawatan terhadap pasien. Manajer berada
pada posisi utama untuk membuat kebijakan, sistem, prosedur dan organisasi
iklim keselamatan. Mengembangkan keselamatan pasien dalam suatu organisasi
membutuhkan kepemimpinan yang kuat, perencanaan yang cermat dan
monitoring (Clancy,2011) untuk menjamin program keselamatan pasien. Kepala
ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap hari
(Nursalam, 2012).
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena
dampak dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal
dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses
yang tak terpisahkan dalam organisasi
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara
adekuat, lengkap dan cepat.

e. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima


f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting
dalam komunikasi.
Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang
terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan
pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2000). Manajer memiliki interaksi
dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan berdeda
yang menjadi sumber terjadinya konflik (Marquis dan Huston, 2010). Sebagai
manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal
yang dapat dihindari dan jika konflik tidak dikelola dengan baik, maka dapat
menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan
menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang
produktif (Nursalam, 2012).

Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.


Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas
teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk
pelayanankeperawatan, pasien dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan
dengan tugas- tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan

6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari


perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal
pengajaran, konsultasi, dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protocol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen

3. Konsep Pengarahan

Menurut Bechtel yang dikutip oleh Sutrisno (2013), pengrahan terdiri


dari 4 komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari:

a. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut


satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.
b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan komplek
seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas
topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan
kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau
komentar.

Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang


membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk
berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group activity seperti
mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan penguasaan diri.
1. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir
pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari
kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta
yang lain.

Menurut Astonet al,2005 dikutip oleh Sutrisno (2013), pengarahan


yang dilakukan setiap pagi dirumah sakit ini sangat penting untuk
pengembangan menuju ke arah yang lebih profesional untuk mengevaluasi
pengalaman dan persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap
masalah kesehatan yang terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar
perawat dan medis merupakan dampak dari perencanaan yang baik, proses
belajar antar tim, rasa saling menghormati, hubungan dan dukungan untuk
mengenal satu sama lain. Hal ini terbentuk melalui komunikasi yang efektif
antara anggota tim saat kegiatan pengarahan berlangsung.

Menurut Ibnu Hisyam Mukti dikutip oleh Cinantya (2010), ciri-ciri


suatu pengarahan, sebagai berikut:
1. Syarat Pengarahan
a. Materi pengarahan merupakan bagian dari kebijaksanaan atau
informasi umum.
b. Materi atau pesan suatu pengarahan dipersiapkan secara lengkap
dan objektif, sehingga unit-unit penerima pesan tidak lagi
mempermasalahkan
c. Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum
pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas
berikutnya.
d. Proses komunikasi pengarahan hendaknya disampaikan secara jelas,
tegas, ringkas, dan mengandung unsur teknis.
2. Isi Pengarahan
a. Isi suatu pengarahan biasanya berupa policy atau kebijaksanaan tertentu.
b. Penjelasan tentang posisi, peranan dan tanggung jawab tiap unit
dalam suatu organisasi.
c. Penjelasan teknisi kerja tiap unit, hubungan antara unit dan
pelengkap yang diperlukan.
d. Penjelasan data teknis dan fakta yang mendukung suatu kegiatan
operasional.
e. Pemberian aba-aba dan tahapan waktu pelaksanaan.

3. Persiapan Pengarahan
a. Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan.
b. Penyusunan sistematika penyajian.
c. Penetapan sistem monitoring dan evolusi.
d. Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan.
e. Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan.

4. Tujuan Pengarahan

Kegiatan pengarahan ini dilakukan dengan komunikasi melalui media


pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan, dalam hal ini kepala ruang perawat
yang memimpin jalannya pengarahan. Arni (2009) menyatakan secara umum
komunikasi ke bawah dalam bentuk pengarahan oleh beberapa organisasi
digunakan untuk :
a. Instruksi Tugas atau memberikan pengarahan pada ketua tim

Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada


bawahan mengenai apa yang diharpakan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya. Pesan ini mungkin bervariasi seperti perintah langsung,
diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu
melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya
Faktor yang prinsip adalah mempengaruhi isi dari instruksi tugas-tugas
yang kelihatannya kompleks dan menghendaki keterampilan dan
pengalaman untuk melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung
cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya
menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang
lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang komplek, dimana
bawahan diharapkan menggunakan pertimbangan, keterampilan, dan
pengalaman.

1) Rasional Pekerjaan dalam memberikan motivasi

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai


tujuan aktifitas dan bagaimana kaitan itu dengan aktifitas lain dalam
organisasi atau obyektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari
komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan
mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya
pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan
memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan
menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan
produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

2. operan dinas

Pesan mengenai ideologi adalah merupakan perluasan dari


pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada
penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi.
Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari dukungan dan
antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral,
dan motivasi.

3. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan


bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan
organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak
berhubungan dengan instruksi dan rasional.

4. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan


bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan
organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak
berhubungan dengan instruksi dan rasional.

5. Balikan atau FeedBack

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai


ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu
bentuk sederhana dari balikan ini dapat dilihat pada pegawai yang
telah melakukan pekerjaannya apabila tidak ada informasi dari
atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah
memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan pegawai kurang baik
balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap
pegawai tersebut.

D. FUNGSI PENGENDALIAN

pengendalian merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai

dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip

yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar

dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.


Pengendalian juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan dengan tujuan,merancang sistem informasi timbal balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,

menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan

yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan

perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,

serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu : harus menunjukkan

sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera, harus

memandang ke depan, harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif,

harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah

dimengerti, serta harus menunjukkan tindakan perbaikan.

Untuk fungsi fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.

Sebagai contoh, manajer perawat kepaladari satu unit bertanggung jawab mengenai

kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan

penugasan, serta penggunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control

ditujukan untuk perubahan yang cepat. .

1. Peran Kepala Ruangan dalam pengendalian

Ukuran kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan dengan indikator

proses yaitu nilai dokumentasi keperawatan, indikator out put yaitu tingkat

kepuasan klien, tingkat kepuasan perawat, lama hari rawat. Untuk kegiatan mutu
yang dilaksanakan kepala ruang meliputi: dokumentasi proses keperawatan tiap

dua bulan sekali, survei kepuasan klien setiap kali pulang, survei kepuasan

perawat tiap enam bulan, survei kepuasan tenaga kesehatan lain, dan perhitungan

lama hari rawat klien, serta melakukan langkah-langkah perbaikan mutu dengan

memperhitungkan standar yang ditetapkan (Swanburg, 2000).

Tambahan peran manajer dalam pengendalian adalah menentukan

seberapa baik staf melakukan tugas yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan

penilaian kinerja. Proses penilaian kinerja staf dapat digunakan secara efektif

dalam mengarahkan perilaku pegawai untuk menghasilkan kualitas pelayanan

yang tinggi (Nursalam, 2012). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa

penilaian kinerja membuat staf mengetahui tingkat kinerja mereka.

Dalam melaksanakan penilaian kinerja, manajer perlu menetapkan

orang yang bertanggung jawab mengevaluasi setiap staf. Idealnya supervisor

mengevaluasi rekan terdekatnya, dimana satu orang mengevaluasi kerja

rekannya secara akurat (Nursalam, 2012). Staf harus dilibatkan dalam proses

penilaian kinerja dan memandang penilaian ini sebagai hal yang akurat dan adil

(Marquis dan Huston, 2010).

Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan.

Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya

bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer

dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan

kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan

fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran
manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada

manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan

kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya (Marquis dan

Huston, 2010).

2. Mengidentifikasi indikator mutu umum (BOR,ALOS dan TOI)

Indikator pelayanan rumah sakit merupakan bagian dari salah satu statistik

rumah sakit. Dengan adanya indicator tersebut dapat mengetahui ingkat

pemanfaatan, mutu serta efisiensi pelayanan yang terdapat di rumah sakit.

Indicator pelayanan tersebut bersumber dari data sensus harian rawat inap. Rumus

indicator pelayanan rawat inap di rumah sakit sebagai berikut :

a. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur

BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu

(Depkes RI.2005). Nilai BOR yang ideal antara 60 – 85 % (Depkes RI. 2005).

Jumlah hari perawatan rumah sakit

Rumus BOR = (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu X 100 %

periode)

b. AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat

AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005).

Nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI. 2005).
Rumus Jumlah lama dirawat
=
AVLOS Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

c. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur

TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah

diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI. 2005).

(Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan


Rumus TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3. Indikator khusus (angka decubitus, ILO, ILI,ISK)

a. ANGKA DEKUBITUS = merupakan suatu cedera yang diakibatkan oleh

kerusakan kulit dan jaringan di bawah kulit.

Insiden Jumlah kasus dekubitus dalam 1 bulan


=
dekubitus × 100%

Jumlah pasien tirai baring dalam bulan tersebut


b. ILO (infeksi luka operasi)

Jumlah kasus ILO dalam 1 bulan

Insiden ILO = ×

100%

Jumlah operasi dalam bulan tersebut

c. ILI (infeksi luka infus) = adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ

atau jaringan lain yang di curigai sebagai sumber infeksi

Jumlah kasus ILI dalam 1 bulan

×1000
Insiden ILI =
permil

Jumlah hari pemasangan dalam bulan tersebut

d. ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH ) = adalah tempat yang paling sering terjadi

infeksi nosokomial. Sumber infeksi saluran kemih dapat berasal dari luar tubuh

pasien atau kontaminasi silang

Jumlah kasus ISK dalam 1 bulan


Insiden ISK =
×1000permil

Jumlah hari pemasangan kateter dalam bulan tersebut


PEMBAHASAN MANAJEMEN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MAKP) TIM DALAM PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional


Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).

Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

Katz, Jacquilile (1998) mengidentifi- kasikan 8 model pemberian asuhan


keperawatan, tetapi model yang umum dil- akukan di rumah sakit adalah Keperawatan
Tim dan Keperawatan Primer. Karena se- tiap perubahan akan berdampak terhadap
suatu stress, maka perlu mempertim- bangkan 6 unsur utama dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Tomey,Mariner 1996) yaitu :

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

2. Dapat diterapkan proses keperawa- tan dalam asuhan keperawatan.


3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
Kepuasan kinerja perawat

b. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP)


Menurut Kron.T & Gray (1997) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional. Model fungsional
dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu ka- rena masih terbatasnya
jumlah dan kemam- puan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2
jenis intervensi keperawa- tan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan
tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus.
Setiap perawat ditugaskan untuk me- layani seluruh kebutuhan pasien saat
ia di- nas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini ber- dasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1989) perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat kom- prehensif serta dapat dipertanggung jawab- kan, setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer ber- tanggung jawab untuk
mengadakan komu- nikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan mem- buat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika
perawat primer sedang tidak bertu- gas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan
kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kola- buratif ( Potter, Patricia 1993). Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul moti- vasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ru-
angan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam pen-
erapannya ada kelebihan dan kelema- hannya. Kelebihannya yakni memung-
kinkan pelayanan keperawatan yang me- nyeluruh, mendukung pelaksanakaan
pros- es keperawatan, memungkinkan komu- nikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada ang gota tim. Sedangkan
Kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu di- mana sulit untuk
melaksanakan pada wak- tu-waktu sibuk. (Nursalam, 2002).
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
PENDAHULUAN

Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,


diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efesien. Untuk mampu
melaksanakan manajemen secara efektif dan efesien berbagai ketrampilan dibutuhkan
dan salah satu diantaranya adalah ketrampilan kepemimpinan. Kepemimpinan
diperlukan dalam setiap kegiatan keperawatan. Setiap perawat, apakah staf, ketua tim,
kepala ruangan, pengawas atau kepala bidang keperawatan perlu memiliki ketrampilan
kepemimpinan sehingga efektif dalam mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan.
Melalui kepemimpinan yang efektif setiap perawat berupaya memberikan
kontribusi dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasinya untuk pencapain
tujuan. Agar perawat mempunyai ketrampilan kepemimpinan diperlukan pemahaman
tentang teori, gaya dan cara-cara bagaimana seorang dapat berperan sebagai pemimipin
yan efektif.

a. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan

ketrampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan merupakan

interaksi antar kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam

pencapain tujuan.

Claus dan Bailey dalam Lancaster dan Lancaster (1982), mendefinisikan

kepemimpinan sebagai suatu kelompok kegiatan yang mempengaruhi anggota

kelompok, bergerak menuju pencapain tujuan yang ditentukan.

Kepemimpinan adalah suatu proses aktivitas untuk mempengaruhi dan

mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan dan prestasi (Swansburg, R. C., & Swansburg, R. J., 1998).

Berdasarkan ketiga pandangan ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan suatu organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan ketrampilan seorang

pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat-perawat lain dibawah

pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam memberikan

pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai.

Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun

ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat ditingkatkan.

b. Tipe Kepemimpinan
Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan Formal.
Kepemimpinan formal diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan, duduk
dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ada legitimasi.
b. Kekuasaan dan kewenangan jelas.
c. Memenuhi persyaratan formal.
d. Didukung oleh organisasi formal.
e. Mendapat imbalan/penghargaan.
f. Memperoleh promosi dan mutasi.
g. Dapat dikenai sanksi dan hukuman.
2. Kepemimpinan Informal.
Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki beberapa
keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tidak memiliki legitimasi.


b. Ditunjuk dan diakui oleh masyarakat.
c. Tidak mendapat dukungan organisasi formal.
d. Tidak mendapat imbalan jasa / sukarela.
e. Tidak dapat dipromosikan atau dimutasikan.
f. Tidak perlu persyaratan formal.
g. Tidak dapat dihukum secara formal.

Kepemimpinan informal pada dasarnya ditentukan oleh status sosial, meliputi:


Keturunan, kekayaan, pendidikan, pengalaman hidup, kharismatik dan karakteristik
herediter atau jasa.

c. Gaya Kepemimpinan
Penerapan suatu gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh persepsi
pimpinan tentang perannya, nilai-nilai yang dianut, sikap dalam mengemudikan
jalannya organisasi, perilaku kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang dominan.
Tipologi kepemimpinan saat ini antara lain:
1. Otokratik.
Pada gaya kepemimpinan otokratik, pemimpin melakukan kontrol yang maksimal
terhadap bawahan, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok.
Gaya kepemimpinan otokratik tidak meningkatkan partisipasi dan kerja sama antara
bawahan dengan pemimpin. Perilaku pemimpin yang otokratik sering menimbulkan
kekecewaan dan ketidakpuasan dari bawahan. Gaya kepemimpinan otokratik efektif
digunakan dalam keadaan darurat. Disamping itu juga bermanfaat bila pemimpin
adalah satu-satunya orang yang menjadi sumber informasi dan keterampilan tertentu,
dengan kemampuan bawahan yang terbatas.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan otokratik adalah:

a. Menuntut ketaatan penuh dari bawahan.


b. Disiplin kerja tinggi dan kaku, ketaatan bawahan lebih hanya dikarenakan rasa
takut.
c. Nada keras dalam memberikan instruksi, egois, tidak mau menerima saran dan
pandangan bawahan serta menerapkan komunikasi satu arah.
d. Tujuan organisasi sama dengan tujuan pribadi.
e. Organisasi dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi.
f. Menganggap dirinya sebagai sumber kehidupan organisasi.
g. Kekuasaan bersifat sentralisasi dan pengambilan keputusan tanpa melibatkan
bawahan.
h. Pembenaran segala cara untuk mencapai tujuan.
i. Setiap hambatan dianggap sebagai penghalang, dan akan disingkirkan.
j. Memperlakukan bawahan sebagai alat.
k. Berorientasi pada tugas.
l. Perilaku kekuasaan formal.

2. Demokratik.
Pada gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin menghargai karakteristik dan
kemampuan bawahannya. Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan
pandangan bawahannya serta memotivasi mereka untuk mencapai tujuan dan
membiasakan mereka untuk membuat keputusan tertentu bagi dirinya. Dengan gaya
kepemimpinan demokratik, bawahan akan merasa puas dan merasa dibutuhkan dalam
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratik adalah:

a. Memandang perannya sebagai kordinator dan integrator.


b. Pendekatan holistik dan integratik.
c. Organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama.
d. Organisasi perlu disusun agar keragaman kegiatan dapat semuanya terakomodasi.
e. Berprinsip bahwa perbedaan perlu menjamin kebersamaaan.
f. Memperlakukan bawahan secara manusiawi dan menyadari berbagai kebutuhan
bawahan (fisik, psikologis, spiritual, sosial budaya, prestise dan pengembangan).
g. Pengambilan keputusan ditetapkan bersama yang bertujuan untuk meningkatkan
tanggung jawab.
h. Dihormati oleh karyawan dan bukan ditakuti.
i. Menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas dan inovasi bawahan.
j. Bertanggung jawab terhadap kesalahan bawahan.
k. Memberikan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi.
l. Mengutamaklan kepentingan bersama.
m. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang praktis dan realistis.
3. Paternalistik.
Gaya kepemimpinan paternalistik terdapat pada lingkungan tradisional karena
adanya kekuatan ikatan primordial, sistem keluarga besar, komunalistik, peran adat
istiadat, dan hubungan pribadi yang dekat antar anggota masyarakat.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan paternalistik adalah:

a. Terdapat pada lingkungan tradisional: kekuatan ikatan primordial, sistem keluarga


besar, komunalistik, peran adat istiadat, dan hubungan pribadi yang dekat antar
anggota masyarakat.
b. Rasa hormat pada orang yang lebih tua dan keteladanan.
c. Persepsi pemimpin dipengaruhi oleh harapan bawahan.
d. Harapan bawahan: pemimpin tidak mementingkan diri sendiri, tetapi
memperhatikan kepentingan bawahan.
e. Harapan pemimpin: kepemimpinannya tidak dipertanyakan.
f. Legitimasi kepemimpinan: merupakan hal yang wajar dan biasa.
g. Mengutamakan kebersamaan, fokus pada keadilan dan pemerataan.
h. Pemimpin bersikap kebapakan, hubungan atasan dan bawahan bersifat informal.
i. Bawahan dianggap belum matang.
j. Bersikap melindungi sehingga bawahan takut bertindak.
k. Pemimpin merupakan sumber informasi.
l. Pengambilan keputusan tanpa melibatkan bawahan.

4. Kharismatik.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan kharismatik adalah:

a. Daya tarik memikat dan mampu memperoleh pengikut dalam jumlah besar.
b. Penampilan fisik, usia dan harta bukan prasyarat.
c. Memiliki kekuatan gaib/ajaib.
d. Mampu menggunakan berbagai gaya kepemimpinan.

5. Laissez - Faire.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan bebas tindak,
menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan bimbingan
yang minimal atau tidak ada sama sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan
untuk melaksanakan tugasnya dengan cara yang sesuai dengan pola kerja. Gaya
kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan bila
kurang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab karena mereka tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan laissez-faire adalah:

a. Konsep: organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena anggotanya


cukup mengetahui tujuan dan sasaran organisasi dan tugas yang akan dikerjakan.
b. Berperan pasif dan tidak mau campur tangan.
c. Falsafah: manusia memiliki solidaritas, kesetiaan, taat pada norma-norma dan
peraturan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab terhadap tugas.
d. Mempunyai nilai saling mempercayai.
e. Bersikap permisif, menganggap bawahan sebagai rekan kerja.
f. Kepentingan dan tujuan organisasi tetap difokuskan.
g. Pendelegasian sangat ekstensif.
h. Pengambilan keputusan diserahkan pada pimpinan tingkat bawah/operasional.
i. Status quo organisasi tidak terganggu.
j. Pertumbuhan dan perkembangan diserahkan kepada bawahan.
k. Intervensi pimpinan sangat minim.

d. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan


Penerapan suatu gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain:
1. Kompleksitas tugas.
2. Ketersediaan waktu.
3. Besarnya kelompok kerja.
4. Pola komunikasi.
5. Tingkat pendidikan bawahan.
6. Kebutuhan untuk prestasi dan kebersamaan.

e. Pemimpin Yang Efektif Dalam Keperawatan


Menurut Tappen (1995) ada enam komponen penting ciri dari pemimpin yang
efektif untuk mengarahkan orang-orang/ bawahan dalam organisasi keperawatan, antara
lain:
1. Memiliki Pengetahuan yang cukup.
a. Pengetahuan kepemimpinan:
 Teori kepemimpinan.
 Pengertian kepemimpinan.
 Gaya kepemimpinan.
 Pemimpin yang efektif.
b. Pengetahuan keperawatan:
 Subtansi ilmu keperawatan.
 Ketrampilan.
 Peningkatan dan pengembangan ilmu keperawatan secara terus menerus.
 Menyadari kekuatan.
 Kekuasaan personal untuk orang lain.
c. Berpikir kritis:
 Mengkaji asumsi gagasan dan kegiatan yang masuk akal.
 Pemimpin berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
 Pekerjaan yang rutinitas akan menghambat inovasi.

2. Memiliki Kesadaran diri.


Kesadaran diri berkontribusi kepada pengembangan hubungan interpersonal yang
efektif. Peningkatan kesadaran diri sendiri dapat terjadi dengan mempelajari perilaku
manusia, mengobservasi reaksi orang lain terhadap perilaku kita dan umpan balik
dari orang lain tentang perilaku yang kita tampilkan. Komponen kesadaran diri
sangat membantu untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, karena:
a. Dapat mengenal diri sendiri.
b. Dapat mengenal gejala dari kecemasan.
c. Dapat mengungkapkan perasaan dengan kehangatan dan menghormati orang lain
dengan positif.
d. Seseorang akan lebih fleksibel, lebih mandiri, kurang tergantung pada orang lain
bila menyadari dan menerima keunikan dirinya.
e. Bila kesadaran diri rendah, cenderung mempunyai respons yang berbeda dari yang
diharapkan orang lain.
f. Kesadaran diri penting, karena kita akan menyukai diri sendiri, lebih
menyenangkan, dan memikirkan diri kita sebagai seorang pemimpin.

3. Komunikasi yang Efektif.


Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik dalam suatu kepemimpinan,
seorang pemimpin yang efektif harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pendengar aktif, sebagai pendengar yang baik membutuhkan kosentrasi dan
berusaha untuk melakukan klarifikasi bila terjadi ketidak jelasan informasi,
menebak atau mengira-ngira akan menimbulkan ketidak akuratan.
b. Mengikuti aliran informasi, hal ini dilakukan dengan cara sering bertemu yang
bertujuan untuk mencegah salah pengertian.
c. Asertif, komunikasi yang diulang berkali-kali, jelas dan langsung adalah penting
untuk kepemimpinan yang efektif.
d. Memberikan umpan balik, karena umpan balik sangat dibutuhkan oleh anggota
tim.
e. Hubungan dan jaringan komunikasi.
f. Mengkomunikasikan visi.

4. Memiliki Energi.
a. Energi tidak dinilai hanya dari fisik tetapi juga dari situasi perasaan.
b. Energi yang tinggi dapat meningkatkan efektifitas dalam memimpin, karena saat
berinteraksi tingkat energi seorang pemimpin akan mempengaruhi respons orang
lain.
c. Enthusiasm, merupakan semangat yang besar, antusias, dan kegairahan dari
seorang pemimpin yang dapat ditularkan kepada orang lain.
d. Seorang pemimpin dapat menjaga dan meningkatkan energi dengan cara menjaga
kondisi kesehatan, relaksasi, rekreasi dan menggunakan teknik kepemimpinan
yang efektif.

5. Memiliki Tujuan.
Kepemimpinan yang efektif harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
meliputi:
a. Tujuan lingkungan (organisasi) dan tujuan kelompok.
b. Tujuan individual (anggota dan pemimpin)
c. Sebuah tujuan, butuh kebersamaan dan pengertian untuk group.
d. Kewajiban pemimpin “bagaimana memulai sesuatu dalam group”.
e. Untuk mencapai kebersamaan, pemimpin harus memberikan informasi yang tepat.

6. Melakukan Tindakan/aksi.
a. Pemimpin berorientasi pada kemampuan menentukan dan tindakan.
b. Pemimpin tidak dapat menunggu orang lain memberitahu apa yang harus
dikerjakan.
c. Berfikir dahulu sebelum berbuat.
d. Bekerja dengan orang lain.
e. Inisiatif dalam pikiran dan kegiatan.

f. Penerapan Keperawatan Dalam Keperawatan Pemberian pelayanan dan asuhan


keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu.
Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan
keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron (1981) kegiatan tersebut meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian.
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan.
3. Pemberian bimbingan.
4. Mendorong kerja sama dan partisipasi.
5. Kegiatan koordinasi.
6. Evaluasi hasil penampilan kerja.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang pemimpin keperawatan dapat

melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.

PENUTUP

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai


tujuan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti manajemen, oleh karena itu setiap
manajer keperawatan berkewajiban mempengaruhi perawat-perawat dibawah
pengawasannya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya secara bersama
sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai. Dalam melaksanakan kepemimpinan,
seorang manajer keperawatan dapat menggunakan gaya otokratik, demokratik atau bebas
tidak tergantung pada situasi termasuk kemampuan perawat yang dipimpinnya. perawat
dalam melaksanakan tugasnya diharapkan tidak saja menjadi manajer tetapi juga menjadi
pemimpin yang efektif.Untuk menjadi pemimpin yang efektif seorang perawat perlu
memiliki inteligensi, dalam arti harus cerdas, mempunyai kepribadian yang mantap
artinya percaya diri, kreatif dan tidak tergantung pada orang lain. Disamping itu juga
mempunyai kemampuan bekerja sama dan hubungan antar manusia yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Gillies, D. A., (1994), Nursing management; a system approach, Third Edition,


Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Kron, T., (1981), The management of patient care, 4 Edition, Philadelphia: W. B.


Saunders Company.

Lancaster, J. & Lancaster, W. (1982), Change agent as leaders in nursing, The nurse as
a change agent, St. Louis: CV Mosby Company.

Sullivan, E. J. & Decker, P. J., (1989), Effective management in nursing, Mendo park:
Addison –Wesley Publishing Company.

Swansburg, R. C. & Swansburg, R. J., (1999), Introductory management and leadership


for nurse, Second Edition, Toronto Canada: Jones and Bartlett Publisher.

Tappen, R. M., (1995), Nursing leadership and management: Concepts and practice,
Third edition, Philadelphia: F. A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai