OLEH :
1. CHRISTOFER B. LAISINA
2. DESSY NUR EKAWATI
3. PATRESIA KIPUW
4. PRADITA WURI SAPITRI
5. RESNY HELJANAN
6. SARI PURNAMA
UNIVERSITAS BINAWAN
PROGRAM MANAJEMEN DAN PELAYANAN KESEHATAN
STUDI PROFESI NERS XXI
Jalan kalibata Raya No. 25-30 Jakarta Timur 13630
www.binawan-ihs.ac.id
2019
B. PENGORGANISASIAN
1. Definisi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian,1983 dalam
Juniati).
Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi
pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga
kerja dan komunikasi.
Pengorganisasian (G.R. Terry) adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang,
sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh
kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi
lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan sasaran. (Djoko Wijono,
Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga
University Press, Hal. 62)
2. Prinsip Pengorganisasian
a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi
sehingga setiap orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala
bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
1) pendidikan dan pengalaman setiap staf
2) peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
3) mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang
keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
4) mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya
5) mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada
staf dan kepada tenaga non keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan
pembagian kerja:
1) jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan
sesuai dengan kemampuannya
2) tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang
jelas dan tertulis
3) tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4) variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat
hubungannya
5) mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6) penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak,
kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus
melapor, minta bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung
serta dari siapa dia menerima tugas
b. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan
dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana
merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian ,
seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk
melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan
evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan
latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat
terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan
puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau
tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan
menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian
adalah mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan
pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan
puas pada pekerjaan.. Disamping itu mamfaat pendelegasian untuk
kepala bidang keperawatan sendiri adalah mempunyai waktu lebih
banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan
evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri,
memberikan pengaruh dan power baik intern maupun ekstern,
dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha
orang lain.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan
penyesuaian antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini
dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain
maupun dengan tenaga dari bagian lain. Manfaat Koordinasi:
1) menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada
dibangsal / bagian dan perasaan lebih penting dari
yang lain
2) menumbuhkan rasa saling membantu
3) menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar
staf
d. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang
keperawatan mengalami kesulitan dalam mengatur dan
mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk
orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga
dapat digunakan lebih efektif. Untuk mengendalikan waktu agar
lebih efektif perlu :
1) analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk
menentukan kategori kegiatan yang ada
2) memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3) menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan
perkembangannnya serta tujuan yang akan dicapai
4) mendelegasikan
2) Kerugian
a) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien
banyak sehingga tugas rutin yang
b) sederhana terlewatkan.
c) Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan
dalam perawatan besar, misalnya menyuntik,
mengukur suhu
d) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian
selama perawat penanggung jawab klien bertugas.
c. Metode Tim/Keperawatan Kelompok
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
klien dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dalam bidangnya (“registered nurse”).
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
menjalani kesulitan Selanjutnya ketua grup yang melaporkan pada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan
terhadap klien.
1) Keuntungan
a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif
b) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt
ditekan melalui rapat tim cara ini efektif untuk
belajar.
d) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal
e) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
2) Kerugian
a) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi
sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru
sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat.
b) Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selalu tergantung atau berlindung
kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
c) Akontabilitas dalam tim kabur.
d. Metode Keperawatan Primer /Utama
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh satu orang “registered nurse” sebagai perawat
primer yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan selama
24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari
masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat
primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan
keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level
atau satu tingkat pengalaman dan keterampilannya (associate
nurse).
1) Keuntungan
a) Model praktek keperawatan profesional dapat
dilakukan atau diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang
komprehensif
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga
menerima asuhan keperawatan
2) Kerugian
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
e. Metode Modular
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional
(trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit
sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3
perawat untuk 8 – 12 orang klien.
Keuntungan dan Kerugian:
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode
perawatan primer.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan
kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai
dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain itu
kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai
dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim
lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut
organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil penelitian
dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25%
perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12%
metode fungsional (Kron & Gray, 1987). Dengan demikian metode
tim tepat digunakan.
C. PENGARAHAN
1. Pengertian Pengarahan
3. Konsep Pengarahan
3. Persiapan Pengarahan
a. Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan.
b. Penyusunan sistematika penyajian.
c. Penetapan sistem monitoring dan evolusi.
d. Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan.
e. Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan.
4. Tujuan Pengarahan
2. operan dinas
3. Informasi
4. Informasi
D. FUNGSI PENGENDALIAN
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu : harus menunjukkan
memandang ke depan, harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif,
harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah
Untuk fungsi fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepaladari satu unit bertanggung jawab mengenai
kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan
proses yaitu nilai dokumentasi keperawatan, indikator out put yaitu tingkat
kepuasan klien, tingkat kepuasan perawat, lama hari rawat. Untuk kegiatan mutu
yang dilaksanakan kepala ruang meliputi: dokumentasi proses keperawatan tiap
dua bulan sekali, survei kepuasan klien setiap kali pulang, survei kepuasan
perawat tiap enam bulan, survei kepuasan tenaga kesehatan lain, dan perhitungan
lama hari rawat klien, serta melakukan langkah-langkah perbaikan mutu dengan
seberapa baik staf melakukan tugas yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan
penilaian kinerja. Proses penilaian kinerja staf dapat digunakan secara efektif
yang tinggi (Nursalam, 2012). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa
rekannya secara akurat (Nursalam, 2012). Staf harus dilibatkan dalam proses
penilaian kinerja dan memandang penilaian ini sebagai hal yang akurat dan adil
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer
kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan
fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran
manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada
Huston, 2010).
Indikator pelayanan rumah sakit merupakan bagian dari salah satu statistik
Indicator pelayanan tersebut bersumber dari data sensus harian rawat inap. Rumus
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu
(Depkes RI.2005). Nilai BOR yang ideal antara 60 – 85 % (Depkes RI. 2005).
Rumus BOR = (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu X 100 %
periode)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005).
Nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI. 2005).
Rumus Jumlah lama dirawat
=
AVLOS Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
Insiden ILO = ×
100%
c. ILI (infeksi luka infus) = adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ
×1000
Insiden ILI =
permil
d. ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH ) = adalah tempat yang paling sering terjadi
infeksi nosokomial. Sumber infeksi saluran kemih dapat berasal dari luar tubuh
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ru-
angan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam pen-
erapannya ada kelebihan dan kelema- hannya. Kelebihannya yakni memung-
kinkan pelayanan keperawatan yang me- nyeluruh, mendukung pelaksanakaan
pros- es keperawatan, memungkinkan komu- nikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada ang gota tim. Sedangkan
Kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu di- mana sulit untuk
melaksanakan pada wak- tu-waktu sibuk. (Nursalam, 2002).
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
a. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan
pencapain tujuan.
mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan dan prestasi (Swansburg, R. C., & Swansburg, R. J., 1998).
merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan suatu organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan ketrampilan seorang
b. Tipe Kepemimpinan
Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan Formal.
Kepemimpinan formal diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan, duduk
dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ada legitimasi.
b. Kekuasaan dan kewenangan jelas.
c. Memenuhi persyaratan formal.
d. Didukung oleh organisasi formal.
e. Mendapat imbalan/penghargaan.
f. Memperoleh promosi dan mutasi.
g. Dapat dikenai sanksi dan hukuman.
2. Kepemimpinan Informal.
Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki beberapa
keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
c. Gaya Kepemimpinan
Penerapan suatu gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh persepsi
pimpinan tentang perannya, nilai-nilai yang dianut, sikap dalam mengemudikan
jalannya organisasi, perilaku kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang dominan.
Tipologi kepemimpinan saat ini antara lain:
1. Otokratik.
Pada gaya kepemimpinan otokratik, pemimpin melakukan kontrol yang maksimal
terhadap bawahan, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok.
Gaya kepemimpinan otokratik tidak meningkatkan partisipasi dan kerja sama antara
bawahan dengan pemimpin. Perilaku pemimpin yang otokratik sering menimbulkan
kekecewaan dan ketidakpuasan dari bawahan. Gaya kepemimpinan otokratik efektif
digunakan dalam keadaan darurat. Disamping itu juga bermanfaat bila pemimpin
adalah satu-satunya orang yang menjadi sumber informasi dan keterampilan tertentu,
dengan kemampuan bawahan yang terbatas.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan otokratik adalah:
2. Demokratik.
Pada gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin menghargai karakteristik dan
kemampuan bawahannya. Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan
pandangan bawahannya serta memotivasi mereka untuk mencapai tujuan dan
membiasakan mereka untuk membuat keputusan tertentu bagi dirinya. Dengan gaya
kepemimpinan demokratik, bawahan akan merasa puas dan merasa dibutuhkan dalam
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Kharismatik.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan kharismatik adalah:
a. Daya tarik memikat dan mampu memperoleh pengikut dalam jumlah besar.
b. Penampilan fisik, usia dan harta bukan prasyarat.
c. Memiliki kekuatan gaib/ajaib.
d. Mampu menggunakan berbagai gaya kepemimpinan.
5. Laissez - Faire.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan bebas tindak,
menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan bimbingan
yang minimal atau tidak ada sama sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan
untuk melaksanakan tugasnya dengan cara yang sesuai dengan pola kerja. Gaya
kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan bila
kurang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab karena mereka tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan laissez-faire adalah:
4. Memiliki Energi.
a. Energi tidak dinilai hanya dari fisik tetapi juga dari situasi perasaan.
b. Energi yang tinggi dapat meningkatkan efektifitas dalam memimpin, karena saat
berinteraksi tingkat energi seorang pemimpin akan mempengaruhi respons orang
lain.
c. Enthusiasm, merupakan semangat yang besar, antusias, dan kegairahan dari
seorang pemimpin yang dapat ditularkan kepada orang lain.
d. Seorang pemimpin dapat menjaga dan meningkatkan energi dengan cara menjaga
kondisi kesehatan, relaksasi, rekreasi dan menggunakan teknik kepemimpinan
yang efektif.
5. Memiliki Tujuan.
Kepemimpinan yang efektif harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
meliputi:
a. Tujuan lingkungan (organisasi) dan tujuan kelompok.
b. Tujuan individual (anggota dan pemimpin)
c. Sebuah tujuan, butuh kebersamaan dan pengertian untuk group.
d. Kewajiban pemimpin “bagaimana memulai sesuatu dalam group”.
e. Untuk mencapai kebersamaan, pemimpin harus memberikan informasi yang tepat.
6. Melakukan Tindakan/aksi.
a. Pemimpin berorientasi pada kemampuan menentukan dan tindakan.
b. Pemimpin tidak dapat menunggu orang lain memberitahu apa yang harus
dikerjakan.
c. Berfikir dahulu sebelum berbuat.
d. Bekerja dengan orang lain.
e. Inisiatif dalam pikiran dan kegiatan.
PENUTUP
Lancaster, J. & Lancaster, W. (1982), Change agent as leaders in nursing, The nurse as
a change agent, St. Louis: CV Mosby Company.
Sullivan, E. J. & Decker, P. J., (1989), Effective management in nursing, Mendo park:
Addison –Wesley Publishing Company.
Tappen, R. M., (1995), Nursing leadership and management: Concepts and practice,
Third edition, Philadelphia: F. A. Davis Company