LAPORAN AKHIR
PAKET PEKERJAAN :
PENYUSUNAN AUDIT TEKNIS DAN AKNOP DANAU, EMBUNG DI
KAB. MINAHASA DAN KAB. MINAHASA TENGGARA
KANTOR PUSAT : Komplek Bumi Asri Mekar Rahayu Blok II/B.7 Telp./Fax (022) 541 7700 - 541 2700, Bandung 40218
Kantor Perwakilan : Jl. Sebra III No. 10a Telp./Fax (0451) 482454, Palu, Sulawesi Tengah
Kantor Perwakilan : Jl. Angsoka No. 49 Telp. (0541) 732207, Kota Samarinda, Kalimantan Timur
Laporan Akhir
“Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Danau, Embung
di Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Tenggara”
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir ini disusun berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak No. HK.02.03/OPSDA-
Sul.1/OP1/2016/07 Tanggal 02 Maret 2016 antara Satuan Kerja O&P SDA Sulawesi I,
Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan PT. Suwanda Karya Mandiri untuk
melaksanakan pekerjaan “ Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP Danau, Embung di
Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Tenggara”.
Laporan Akhir ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang pekerjaan, maksud dan
tujuan, gambaran umum lokasi pekerjaan, peraturan perundang undangan danau, survey
lapangan, survey dan analisa hidrologi, audit teknis danau dan embung, AKNOP danau dan
embung serta penutup.
Demikian Laporan Akhir ini disusun dengan harapan dapat digunakan untuk menunjang
pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
HASIL AUDIT TEKNIS DANAU DAN EMBUNG
KESEPAKATAN BALI TENTANG PENGELOLAAN DANAU YANG BERKELANJUTAN
NOTULEN DISKUSI DRAFT LAPORAN AKHIR
DOKUMENTASI DISKUSI DRAFT LAPORAN AKHIR
DAFTAR TABEL
Tabel VII – 9 Rencana Anggaran Biaya Operasi Embung Lookena .................... VII-13
Tabel VII – 10 Rencana Anggaran Biaya Operasi Embung Tombakar .................. VII-14
Tabel VII – 11 Rencana Anggaran Biaya Operasi Embung Tandengan ................ VII-15
Tabel VII – 12 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Embung Kulo .................... VII-16
Tabel VII – 13 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan
Embung Kalawiran ........................................................................... VII-17
Tabel VII – 14 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan
Embung Sumesempot ..................................................................... VII-18
Tabel VII – 15 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Embung Koha .................. VII-19
Tabel VII – 16 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan
Danau Pangolombian ...................................................................... VII-20
Tabel VII – 17 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Danau Bulilin ................... VII-21
Tabel VII – 18 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Danau Kawelaan ............. VII-21
Tabel VII – 19 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Danau Tutud .................... VII-22
Tabel VII – 20 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Embung Lookena ............ VII-22
Tabel VII – 21 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Embung Tombakar ........... VII-23
Tabel VII – 22 Angka Kebutuhan Nyata Pemeliharaan Embung Tandengan ........ VII-23
Tabel VII – 23 Rekapitulasi RAB AKNOP Embung Kulo ........................................ VII-24
Tabel VII – 24 Rekapitulasi RAB AKNOP Embung Kalawiran ............................... VII-25
Tabel VII – 25 Rekapitulasi RAB AKNOP Embung Sumesempot .......................... VII-26
Tabel VII – 26 Rekapitulasi RAB AKNOP Embung Koha ....................................... VII-27
Tabel VII – 27 Rekapitulasi RAB AKNOP Danau Pangolombian ........................... VII-28
Tabel VII – 28 Rekapitulasi RAB AKNOP Danau Bulilin ........................................ VII-29
Tabel VII – 29 Rekapitulasi RAB AKNOP Danau Kawelaan .................................. VII-30
Tabel VII – 30 Rekapitulasi RAB AKNOP Danau Tutud ......................................... VII-31
Tabel VII – 31 Rekapitulasi RAB AKNOP Embung Lookena ................................. VII-32
Tabel VII – 32 Rekapitulasi RAB AKNOP Danau Tombakar .................................. VII-33
Tabel VII – 33 Rekapitulasi RAB AKNOP Danau Tandengan ................................ VII-34
Tabel VII – 34 Ringkasan AKNOP Audit Teknis Danau/Embung ........................... VII-35
Tabel VII – 35 Checklis Kegiatan Pemeliharaan Danau dan Embung .................... VI-36
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
justifikasi, serta estimasi dan evaluasi dari kegiatan operasi dan pemeliharaan yang
akan dikerjakan termasuk komponen biayanya. AKNOP ini menjadi acuan (reference)
penentuan skala kegiatan operasi dan pemeliharaan. Keberagaman prasarana,
cakupan kegiatan OP dan perbedaan harga satuan masing-masing daerah menjadi
permasalahan tersendiri dalam penyusunan AKNOP.
Perumusan masalah dan implementasi solusi dari permasalahan di lapangan tersebut
menjadi bagian dari proses peningkatan pemanfaatan Danau dan Embung sebagai
bagian dari agenda pengelolaan sumber daya air.
Untuk itu Pemerintah, dalam hal ini Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, Satuan Kerja
Operasi dan Pemeliharaan SDA Sulawesi I, melakukan kegiatan Penyusunan Audit
Teknis dan AKNOP Danau dan Embung di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten
Minahasa Tenggara.
Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk terjaminnya kinerja yang terukur, sistematik,
independent dan terdokumentasi serta diperolehnya Perkiraan Biaya di bidang
Operasi dan Pemeliharaan pada Danau dan Embung.
Tujuan
Tujuan pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Untuk mengetahui kondisi kinerja, informasi, kelembagaan, peralatan, SOP, agar
kriteria audit teknis terpenuhi dan sebagai dasar dalam mengevaluasi rencana
selanjutnya.
b. Diperolehnya Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) dan
plotting data lapangan ke dalam peta. Seluruh inventarisasi ini menerangkan
kapasitas Danau dan Embung.
Pengguna Jasa :
Nama : Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan OP
SDA I, Satuan Kerja O & P SDA Sulawesi I,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat
Alamat Kantor : Jl. MR. A.A. Maramis Kairagi Dua Manado
Nomor Telepon : (0431) 811621
Nama Kasatker OP SDA Sulawsi I : Ir. Herry C. Talumepa, Sp.1
Nama PPK : Ronald Frits Parengkuan,ST
Penyedia Jasa :
Berdasarkan KAK maka lingkup pekerjaan Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP
Danau, Embung di Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Tenggara ini adalah
sebagai berikut :
Penyajian Laporan Akhir untuk pekerjaan “Penyusunan Audit Teknis dan AKNOP
Danau, Embung di Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Tenggara”, secara
sistematis dibagi dalam beberapa pokok bahasan sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 8 : Penutup
BAB II
GAMBARAN UMUM
LOKASI PEKERJAAN
Minahasa adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, terletak di ujung
utara Pulau Sulawesi. Ibukota Kabupaten Minahasa adalah Tondano, berjarak sekitar
35 km dari Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Jika dilihat dari letak geografis,
Kabupaten Minahasa terletak pada 1022’44’’LU/1240 33’ 52’’BT - 10 01’ 11’’LU /1240
54’ 45’’BT ke 1250 04’ 21’’BT/10 20’ 25’’ LU.
Sebelah Utara dengan Laut Sulawesi, Kota Manado, dan Kota Tomohon;
Sebelah Timur dengan Laut Maluku, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota
Tomohon;
Luas Kabupaten Minahasa adalah 1.514,13 km2 yang terdiri dari luas daratan adalah
1.094,84 km2, luas perairan danau 46,57 km2, serta panjang garis pantai 77,65 km2
dengan luas wilayah laut sebesar 372,72 km2. Kabupaten Minahasa terdiri atas 25
kecamatan dan 270 desa/kelurahan.
Secara visual gambaran umum wilayah administrasi dan peta Kabupaten Minahasa
adalah sebagaimana gambar di bawah ini.
Topografi
dijumpai dalam wilayah Kecamatan Kombi (Bagian Timur), Kakas dan Langowan di
bagian Selatan. Topografi yang unik di bagian timur adalah lereng yang melandai dari
ketinggian + 1000 m dari permukaan laut ke arah pantai dengan panjang + 40 Km dari
wilayah Kecamatan Kombi sampai Belang.
Morfologi
a. Morfologi Dataran
Dataran menempati sebagian kecil daerah penyelidikan terutama sekitar pantai dan
sekitarnya tepi Danau Tondano dengan kemiringan lereng umumnya lebih kecil dari
3%. Batuan penyusunnya terutama kerikil, pasir dan lempung dari endapan pantai,
sungai dan danau.
Satuan morfologi ini menempati daerah sekitar Danau Tondano, seluas ± 20 % dari
luas daerah penyelidikan. Kenampakan bentang alamnya merupakan perbukitan
bergelombang landai dengan kemiringan lereng umumnya berkisar antara 3-30 %.
Visualisasi kemiringan lereng dan Digital Elevation Model (DEM) wilayah kabupaten
Minahasa adalah sebagaimana Gambar II-2 dan II-3.
Berdasarkan kesamaan litologi yang dominan, cara terjadinya, jenis, sifat fisik dan
sifat keteknikan tanah secara umum, tanah dan batuan di daerah penelitian
dikelompokkan menjadi 8 (delapan) satuan (Sudibjo dkk, 1998) sebagai berikut : pasir
dan lanau pasiran dari endapan aluvium (Qal), lempung organik dan lempung dari
endapan danau dan sungai (Qs), batu gamping terumbu koral (Ql), pasir, lapili dan
lava dari batuan gunungapi muda (Qv), tufa Tondano (Qtv), lava dari Gunung
Tanowantik (Qtvl), breksi dan batu pasir (Tps), breksi dan lava dari batuan gunungapi
Tersier (Tmv). Uraian tiap satuan batuan tersebut sebagai berikut :
Satuan ini terdiri atas endapan pantai berupa pasir (SP) dan pasir lanauan (SM) serta
endapan rawa berupa lanau pasiran (ML).
Endapan pantai ; berupa pasir dan pasir lanauan, tebal antara 1,0-2,6 m, setempat-
setempat mencapai lebih besar 4 m, berwarna hitam-coklat kehitaman, lepas-sangat
lepas berbutir halus-sangat kasar, membundar tanggung, gradasi baik, komposisi
mineral terdiri atas feldspar, gelas volkanik dan mineral hitam, setempat mengandung
pecahan cangkang kerang dan kerikil, kerakal-bongkah batuan andesit, basalt dan
batu gamping, permeabilitas tinggi-sangat tinggi. Nilai tekanan konus di beberapa
tempat hingga kedalaman 2,0 m antara 30-35 kg/cm²sedangkan untuk tekanan 150
kg/cm². terdapat pada kedalaman antara 3-4 m. Nilai penetrometer saku (qu) antara
0,60-1,20 kg/cm². Nilai rata-rata sifat fisiknya adalah sebagai berikut : kadar air asli
(Wn) : 29,15 %, berat isi asli (ɣ) 1,552 gr/cm³,.berat jenis (SG) : 2,524, sudut geser
dalam (Ø) : 33,26°, kohesi (c) 0,08 kg/cm². Daya dukung tanah yang diijinkan dengan
data sondir untuk kedalaman 2 m dan lebar pondasi 1,2 m adalah 2,40-2,80 kg/cm²,
penurunan (“settlement”) rendah-sedang, mudah digali dengan peralatan non
mekanik.
b. Lempung Organik dan Lempung Pasiran dari Endapan Danau dan Sungai
(Qs)
Satuan ini terdiri atas endapan danau (D. Tondano) berupa lempung organik (OL) dan
lempung (CH) serta endapan sungai dan limpas banjir berupa pasir lanauan (SM),
lanau pasiran (MH) dan lempung pasiran (CH).
Endapan danau : berupa lempung organik dan lempung, berwarna hitam mempunyai
ketebalan 5-11,00 m, sangat lunak-lunak, plastisitas rendah-tinggi, mengandung
banyak sisa tumbuhan, kompresibiliti sangat tinggi. Nilai tekanan konus di beberapa
tempat hingga kedalaman lebih besar 11 m sangat rendah, yaitu antara 2-7 kg/cm²,
setempat yang agak jauh dari danau untuk tekanan konus 150 kg/cm² terdapat pada
kedalaman 8 m. Nilai penetrometer saku (qu) antara 0,10-0,50 kg/cm². Nilai rata-rata
sifat fisik adalah sebagai berikut : kadar air asli (Wn) : 208,38 %, berat isi asli ( ɣ) :
1,177 gr/cm³,. berat jenis (SG) : 2,12, sudut geser dalam (Ø) : 30,87 °, kohesi (c) : 0
kg/cm². Daya dukung tanah yang diijinkan dengan data sondir untuk kedalaman 2 m
dan lebar pondasi 1,2 m adalah 0,16-0,56 kg/cm², penurunan (“settlement”) sangat
tinggi (lebih besar 2,4 cm), mudah digali.
Endapan sungai dan limpas banjir ; berupa pasir lanauan, lanau pasiran dan
lempung pasiran, tebal antara 1,0-3,0 m, berwarna coklat kehitaman, bersifat lepas
hingga agak padat, kompresibiliti sedang, permeabilitas sedang. Nilai tekanan konus
di beberapa tempat hingga kedalaman 2 m antara 12-20 kg/cm², sedangkan untuk
tekanan konus 1,50 kg/cm² terdapat pada kedalaman 2,5-3 m. Nilai penetrometer
saku (qu) antara 1,50-2,60 kg/cm². Nilai rata–rata sifat fisik adalah sebagai berikut :
kadar air asli (Wn) : 33,012 %, berat isi asli (ɣ) : 1,599 gr/cm³, berat jenis (SG) : 2,553,
sudut geser dalam (Ø) : 27,165°, kohesi (c) : 0,095 kg/cm². Daya dukung tanah yang
diijinkan dengan menggunakan data sondir untuk kedalaman 2 m lebar pondasi 1,2 m
adalah 0,96-1,44 kg/cm², penurunan (“settlement”) rendah-sedang (lebih kecil 2,4 cm)
mudah digali dengan peralatan non mekanik.
Satuan ini terdiri atas batu gamping terumbu, berwarna putih kecoklatan, keras, kuat
tekan (“Compressive strength) antara 250-700 kg/cm². Tanah pelapukan lanjut berupa
Satuan ini sebagian besar berupa material lepas terdiri atas pasir, kerikil dan setempat
bom gunungapi, sedangkan yang jauh dari pusat letusan berupa pasir lempungan,
setempat pasir ini telah mengeras berupa batu pasir. Batuan lain yang terdapat pada
satuan ini berupa lava dan tufa yang sebagian besar ditutupi oleh pasir lepas.
Pasir; berwarna abu-abu kehitaman, lepas hingga agak padat, berukuran halus-
sangat kasar, setempat mengandung kerikil dan bongkah-bongkah andesit-basalt
(bom gunungapi), komposisi mineral terdiri dari atas feldspar, kuarsa, gelas volkanik
dan mineral hitam, permeabilitas tinggi hingga sangat tinggi, tebal antara 1 m-5 m.
Nilai tekanan konus di beberapa tempat hingga kedalaman 2 m antara 75-100 kg/cm²,
setempat lebih besar 150 kg/cm², sedangkan untuk tekanan konus 150 kg/cm²
terdapat pada kedalaman antara 3-5 m. Nilai penetrometer saku (qu) antara 0,75-1,20
kg/cm². Daya dukung tanah yang diijinkan dengan menggunakan data sondir untuk
kedalaman 2 m lebar pondasi 1,2 m adalah 6,0-12,00 kg/cm², penurunan
(“settlement”) sangat rendah (lebih kecil 1 cm).
Pasir lanauan (SM) ; berwarna hitam, lepas hingga agak padat, ukuran butir halus-
sedang, komposisi mineral terdiri atas feldspar, kuarsa, gelas volkanik dan mineral
hitam, permeabilitas sedang-tinggi. Nilai tekanan konus di beberapa tempat hingga
kedalaman 2 m antara 40-60 kg/cm², nilai penetrometer saku (qu) antara 0,75-1,75
kg/cm².
Nilai rata-rata sifat fisik adalah sebagai berikut : kadar air asli (Wn) : 27,388 %, berat
isi asli (ɣ) : 1,648 gr/cm², berat jenis (SG) : 2,607, sudut geser dalam (Ø): 33,421°,
kohesi (c) : 0,018 kg/cm². Daya dukung tanah yang diijinkan untuk kedalaman pondasi
2 m dan lebar 1,2 m adalah 3,2-4,8 kg/cm², penurunan (“settlement”) sangat rendah
(lebih kecil 1 cm) dapat digali dengan peralatan non mekanik.
Batupasir ; abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sangat kasar, setempat lapilian, padat,
setempat bersifat rapuh (”brittle”), agak keras, kuat tekan (”Compressive strength”)
antara 100-250 kg/cm², melapuk ringan-tinggi.
Lava ; umumnya tersingkap di lembah-lembah sungai atau bekas pemotongan jalan,
berwarna abu-abu kehitaman hingga hitam, bertekstur halus-kasar, terdapat lobang
(”veseculer”), bersifat andesitis-basaltis, berkekar, sebagian berkekar lembar
(”shetting joint”), kompak, keras, kuat tekan (“Compressive strength”) antara 500-2000
kg/cm², setempat melapuk ringan-sedang. Di Kp. Tataaran dan Kp. Kiawa terdapat
aliran obsidian, diperkirakan dari Gunung Tompusu.
Tufa ; putih keabu-abuan-kecoklatan, berbutir halus-sangat kasar, setempat
mengandung kerikil-kerakal batu apung, agak keras, kuat tekan (”Compressive
strength”) antara 100-250 kg/cm², melapuk sedang-lanjut (”Completely weathered”).
Umumnya bagian permukaan telah mengalami pelapukan lanjut berupa lempung
pasiran (CH), berwarna coklat muda, agak teguh, plastisitas tinggi, permeabilitas
sedang. Nilai tekanan konus pada kedalaman 3,60-60 m adalah 18-23 kg/cm², Nilai
rata-rata sifat fisik adalah sebagai berikut : kadar air asli (Wn) : 49,403 %, berat isi asli
(ɣ): 1,566 gr/cm², berat jenis (SG) : 2,507, sudut geser dalam (Ø): 25,343°, kohesi (c)
: 0,167 kg/cm².
Daya dukung tanah yang diijinkan dengan menggunakan data sondir untuk
kedalaman 2 m lebar pondasi 1,2 m adalah 1,44-1,84 kg/cm², penurunan
(”settlement”) rendah (lebih kecil 1 cm) mudah digali dengan peralatan non mekanik.
Kondisi lereng umumnya pada pasir lepas kurang stabil pada lereng lebih besar 50
%, sedangkan pada tufa lebih besar 70 %.
e. Tufa Tondano (Qtv)
Satuan ini terdiri atas klastik kasar gunungapi berupa tufa, breksi dan lava.
Tufa ; berwarna putih keabu-abuan-kuning kecoklatan, berbutir halus-sangat kasar,
setempat mengandung kerikil-kerakal batu apung, agak rapuh (”brittle”), lunak-agak
keras, kuat tekan (”Compressive stength”) antara 100-250 kg/cm², melapuk tinggi-
lanjut (”completely weathered”), permeabilitas sedang.
Breksi ; abu-abu tua, komponen komponen terdiri atas batuan beku andesit-basat,
matrik berupa tufa pasiran, agak keras-keras, kuat tekan (”Compressive stength”)
antara 100-700 kg/cm², melapuk sedang-tinggi, permeabilitas rendah.
Lava ; abu-abu kehitaman, keras, permeabilitas sangat rendah. Tanah pelapukan
berupa lempung pasiran (CH), tebal antara 2,0-5,0 m, umumnya berwarna coklat-
coklat kehitaman, kompresibiliti rendah-sedang, permeabilitas rendah-sedang. Nilai
tekanan konus di beberapa tempat antara 19-30 kg/cm², sedangkan tekanan konus
150 kg/cm², terdapat pada kedalaman antara 4-7 m, setempat mencapai kedalaman
hingga lebih besar 11 m, nilai penetrometer saku (qu) antara 1,5-3,25 kg/cm². Nilai
rata-rata sifat fisik adalah sebagai berikut : kadar air asli (Wn) : 38,955 %, berat isi asli
(ɣ) : 1,579 gr/cm³, berat jenis (SG) : 2,568, sudut geser dalam (Ø) : 23,641 , kohesi
(c) : 0,14 kg/cm².
Daya dukung tanah yang diijinkan dengan menggunakan data sondir untuk
kedalaman 2 m dan lebar pondasi 1,2 m adalah 1,52-2,40 kg/cm², penurunan
(”sttlement”) rendah-sedang (lebih kecil 2,4 cm), dapat digali dengan peralatan
mekanik dan non mekanik. Kondisi lereng umumnya stabil pada sudut lereng kurang
dari 50 %.
f. Lava (Qtvl)
Satuan ini berkomposisi andesit-trachit, berwarna abu-abu kehitaman, keras, kuat
tekan (”Compressive stength”) antara 500-2000 kg/cm², setempat lapuk ringan,
permeabilitas sangat rendah, dapat digali dengan peralatan mekanik dan non
mekanik.
Tanah pelapukan berupa lempung pasiran (CH), tebal antara 0,5-2,5 m, umumnya
berwarna coklat-coklat kekuningan, kompresibiliti rendah-sedang, melapuk ringan,
permeabilitas rendah-sedang.
Nilai tekanan konus di beberapa tempat hingga kedalaman 2 m antara 25-70 kg/cm²,
sedangkan untuk tekanan konus 150 kg/cm² terdapat pada kedalaman 2,5 m, nilai
penetrometer saku (qu) antara 2,10-3,20 kg/cm².
Nilai rata-rata sifat fisik adalah sebagai berikut: kadar air asli (Wn): 32,67 %, berat isi
asli (ɣ): 1,456 gr/cm³, berat jenis (SG): 2,531, sudut geser dalam (Ø): 27,165 , kohesi
(c): 0,07 kg/cm². Daya dukung tanah yang diijinkan dengan menggunakan data sondir
untuk kedalaman 2 m lebar pondasi 1,20 m adalah 2,00-5,60 kg/cm². Kondisi lereng
umumnya stabil pada sudut lereng kurang dari 70 %.
h. Breksi dan Lava dari Batuan Gunung Api Tersier (Tmv) yang terdiri atas:
Breksi ; berwarna abu-abu kehitaman hingga coklat tua, komponen batuan terdiri dari
andesit dan basalt dengan masa dasar pasir tufaan, melapuk sedang, permeabilitas
rendah.
Lava ; terdiri atas andesit dan basalt, berwarna abu-abu tua-kehitaman, tekstur
afanitik, setempat terdapat lobang (“vesiculer”), berkekar, keras-sangat keras, kuat
tekan (“Compressive stength”) antara 700-2000 kg/cm², melapuk ringan yang lapuk
berwarna merah, agak lunak.
Tufa ; berwarna kuning kecoklatan, bersifat rapuh dan lapuk, tingkat pelapukan
sedang-lanjut. Tanah pelapukan lanjut berupa lanau lempungan (MH), tebal antara
0,5-2,5 m, umumnya berwarna coklat-coklat kemerahan, teguh-kaku, setempat
mengandung kerikil andesit-basalt, permeabilitas rendah-sedang.
Nilai tekanan konus di beberapa tempat hingga kedalaman 2 m antara 30-50 kg/cm²,
sedangkan untuk tekanan konus hingga 150 kg/cm² terdapat pada kedalaman 2,5 m.
Nilai penetrometer saku (qu) antara 2,5-3,75 kg/cm². Nilai rata-rata sifat fisik adalah
sebagai berikut : kadar air asli (Wn): 32,67 %, berat isi asli (ɣ): 1,456 gr/cm³, berat
jenis (SG): 2,531, sudut geser dalam (Ø): 27,165 , kohesi (c) : 0,07 kg/cm². Daya
dukung tanah yang diijinkan dengan menggunakan data sondir untuk kedalaman 2 m
lebar pondasi 1,2 m adalah 2,4-4,0 kg/cm², penurunan (“sttlement”) sedang (1-2,4 cm)
dapat digali dengan peralatan mekanik dan non mekanik. Kondisi lereng umumnya
stabil hingga kurang stabil pada sudut lereng antara 50-70 %.
Hidrologi
Kabupaten Minahasa memiliki beberapa sungai dan anak sungai, 2 danau, dan ±13
embung. Danau Tondano dan Sungai Tondano mempunyai arti penting dan strategis
bagi pelaksanaan pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, khususnya
Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kota Manado, Kota
Tomohon dan Kota Bitung. Dikatakan penting karena Danau Tondano dan Sungai
Tondano berfungsi sebagai penyedia air untuk kebutuhan PLTA Tonsea Lama, PLTA
Tanggari I, PLTA Tanggari II, PT. Air Manado, Irigasi dan perikanan bagi penduduk di
sekitar danau serta keindahan alam untuk objek wisata.
Langowan-Remboken 21 juta m³/tahun, air tanah di gunakan untuk air minum dan
sebagai irigasi.
Kualitas air sungai berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Minahasa, menunjukkan bahwa kondisi air Sungai Tondano tidak layak digunakan
sebagai air minum (air kelas I). Kualitas air danau berdasarkan data dari Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Minahasa, menunjukkan bahwa kondisi air Danau
Tondano baik sifat fisik kualitas kimia air danau, serta kandungan mikrobiologi dari air
Danau Tondano tidak berbahaya bagi biota perairan. Kualitas air danau Tondano
masih netral dimana variable keasaman (PH) berkisar 6.50 - 7.10 memenuhi syarat
mutu air sesuai dengan PP Nomor 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan kualitas air
dan pengendalian air yaitu dengan PH 6 – 9.
Secara umum sebaran potensi hidrologis (sungai, danau, dan embung) utama di
Kabupaten Minahasa adalah sebagaimana diuraikan pada Tabel II-1, II-2 dan II-3.
- - 5,50 0,0454
- - 10,50 0,0864
- - 10,50 0,0846
- - 6,00 0,0833
2 DANAU Tomohon 2 - - - -
PANGOLOMBIAN Selatan
Sumber : Bappelitbangda Kab. Minahasa/Dinas PU Kab. Minahasa, 2015
Klimatologi
Sebagai daerah beriklim tropis, Minahasa hanya mengenal 2 musim, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Menurut data yang tercatat pada stasiun Geofisika
Tondano, arah angin terbanyak bertiup menuju arah selatan pada Bulan Mei sampai
November. Pada Bulan Januari sampai Februari arah angin terbanyak bertiup menuju
arah barat, sedangkan pada Bulan Maret sampai April menuju arah utara.
Kelembaban udara berkisar rata-rata antara 89 sampai 93 persen. Sedangkan rata-
rata suhu minimum dan maksimum berkisar antara 22,1 dan 22,8 derajat Celsius.
Sepanjang tahun 2008 terjadi curah hujan yang merata selama 273 hari hujan dan
beragam menurut bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada Bulan Juni dengan 327,0
milimeter, sedangkan terendah terjadi pada Bulan Februari setinggi 120,0 milimeter.
Air merupakan salah satu sumberdaya untuk menunjang kehidupan atau kenyamanan
manusia, baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan
pembangunan. Di daerah penyelidikan, sumberdaya air terdiri dari air permukaan dan
air tanah yang kadang muncul ke permukaan sebagai mata air.
a. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terakumulasi atau yang mengalir di daratan, seperti air
sungai dan danau. Air permukaan di daerah penyelidikan terdapat sebagai air sungai
yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air sungai yang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sungai yang berair sepanjang tahun (sungai perenial) dan yang hanya
berair selama musim hujan (sungai intermiten).
Kualitas airnya pada musim kemarau di bagian hulu umumnya jernih, sedangkan ke
arah hilir dan pada musim penghujan semakin keruh.
yang dimanfaatkan untuk penyediaan air bersih setelah melalui proses penjernihan
oleh PDAM, adalah Sungai Tondano untuk memenuhi kebutuhan Kota Manado,
sungai Ranowangko untuk daerah Tanawangko, Sungai Paniki untuk daerah Lolah
dan sungai Likupang untuk daerah Likupang. Sedangkan sungai yang dimanfaatkan
untuk energi pembangkit tenaga listrik adalah Sungai Tondano di daerah Tonggari,
yang merupakan limpasan air danau Tondano. Air danau Tondano telah dimanfaatkan
oleh penduduk setempat untuk keperluan air bersih, pertanian, perikanan dan sebagai
daerah wisata.
b. Air Tanah
Air tanah yang terdapat di derah penyelidikan terdiri dari air tanah bebas, air tanah
tertekan dan pemunculan mata air.
Air tanah bebas, adalah air tanah yang tersimpan di dalam lapisan penyimpan atau
pembawa air (akuifer) yang diatasnya tidak tertutup oleh lapisan kedap air, sehingga
air tanah tersebut dapat langsung berhubungan dengan asmosfir. Terdapat pada
kedalaman yang bervariasi umumnya beberapa meter dari permukaan, tergantung
dari bentuk topografi dan keadaan tanah/batuan sebagai lapisan penyimpannya.
Air tanah bebas di daerah penyelidikan umumnya diperoleh dengan membuat sumur
gali atau sumur bor pantek. Berdasarkan pengamatan dari beberapa sumur penduduk
di daerah dataran rendah seperti daerah Wori, Kema dan Girian, kedalaman muka air
tanah bebas ini berkisar antara 0,5-1,5 meter dibawah permukaan tanah setempat
dengan fluktuasi kurang dari 1,5 meter.
Di daerah pebukitan landai, kedalaman muka air tanah berkisar antara 2,5-8 meter di
bawah muka tanah setempat, sedangkan di daerah kaki dan lereng gunungapi seperti
Kakaskasen dan Sawangan terdapat pada kedalaman lebih dari 15 meter dibawah
muka tanah setempat dan kadang muncul ke permukaan sebagai mata air. Kualitas
air tanah bebas ini, umumnya cukup baik sebagai baku air minum (Pusat Lingkungan
geologi, 2007). Penggunaan air tanah bebas sebagian besar untuk keperluan rumah
tangga, kecuali yang terasa payau atau asin.
Air tanah tertekan, adalah air tanah yang tersimpan didalam lapisan penyimpanan
atau pembawa air (akuifer) yang diatas dan bawahnya tertutup oleh lapisan kedap air.
Terdapat kedalaman yang beragam umumnya puluhan hingga ratusan meter dari
permukaan tanah, tergantung pada penyebaran bentuk topografi dan struktur
geologinya.
Di daerah Matungkal dan Moumbi akuifer tertekan dijumpai kedalaman 16-19 meter
dan 27-50 meter dengan tinggi kenaikan air 1 meter muka tanah setempat dan mampu
menghasilkan debit jenis 210-240 m³/hari permeter surutan. Lapisan akuifer-akuifer
tersebut tersusun oleh batuan gunungapi yang merupakan kelanjutan akuifer pada
kaki Gunungapi Strato.
Kualitas air tanah tertekan ini umumnya memenuhi syarat untuk air minum. Air tanah
ini dimanfaatkan terutama untuk keperluan air minum dan industri.
Mata air, adalah air tanah yang muncul kepermukaan baik melalui bidang batas antar
lapisan batuan, retakan-retakan maupun akibat terpotongnya sebaran batuannya oleh
bidang topografi atau sesar. Mataair yang terdapat di derah penyelidikan terdiri dari
mata air dingin dan panas
Mata air dingin di daerah ini umumnya terdapat di daerah tekuk lereng, yaitu daerah
peralihan antara kaki dan tubuh gunung, seperti di daerah Kalasi, Kakaskasen dan di
beberapa tempat lainnya dengan debit mencapai lebih dari 500 meter/detik. Hal ini
dapat terjadi mengingat secara alami pengisian air tanah di bagian atas gunungapi
tipe strato akan mengalir memancar ke bagian kaki.
Kualitas air tanah umumnya cukup baik digunakan sebagai baku air minum, kecuali
mata air Kakaskasen karena mempunyai daya hantar listrik 1010 umhos/cm,
kesadahan 22,2 Jerman, kalsium 74,2 mg/l, magnesium 5,3 mg/l dan sulfat 304 mg/l,
(Pusat Lingkungan Geologi, 2007).
Daerah dengan akuifer produktif sedang, keterusan beragam, muka air tanah
bebas antara lebih dari 5 sampai kurang dari 10 meter dibawah muka tanah
setempat, debit sumur umumnya kurang dari 5 l/det, debit kemunculan air tanah
(mataair) dapat mencapai lebih dari 500 l/det.
Daerah air tanah langka, keterusan umumnya sangat rendah, air tanah bebas
dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di daerah lembah pada zona lapukan
batuan.
Minahasa Tenggara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, terletak
pada 124°32’56’’BT - 124°57’3’’BT dan 0°50’28’’LU - 1°7’17’’LU. Ibukota Kabupaten
Minahasa Tenggara adalah Ratahan.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Amurang Timur dan Kecamatan
Amurang Kabupaten Minahasa Selatan.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa
dan Laut Maluku.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku dan Kecamatan Kotabunan
Kabupaten Bolaang Mongondow.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranoyapo dan Kecamatan
Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan.
2.2.2. Pemerintahan
Kabupaten Minahasa Tenggara berdasarkan pembagian wilayah administratif
pemerintah daerah keadaan Desember 2013 dibagi dalam 12 Kecamatan dan 144
Desa / Kelurahan (135 Desa dan 9 Kelurahan). Kabupaten Minahasa Tenggara
dipimpin oleh seorang Bupati. Pada tingkat Kecamatan dipimpin oleh Camat dan pada
tingkat desa / kelurahan dipimpin oleh seorang Kepala Desa (Hukum Tua) / Lurah.
Data pembagian wilayah administratif pemerintahan daerah dapat dilihat pada Tabel
II-4.
DAS Lahaus, DAS Konga, DAS Waasu, DAS Pantuah, DAS Palaus, DAS Kawira,
DAS Puta, DAS Makalu, DAS Konde, DAS Nipung, DAS Kosal, DAS Tawang,
DAS Abuang, DAS Hais, DAS Nunuk, DAS Kawiwi, DAS Poniki, DAS Minanga,
DAS Paderen, DAS Tuolunik, DAS Palaus, DAS Wawesen, DAS Kaanon, DAS
Binuang, DAS Koker, DAS Tonsawang, DAS Totok, DAS Matuahtuah, DAS
Koserangan, DAS Tembaga, DAS Limpoda, DAS Ropada, DAS Lahendung, DAS
Wongangaan, DAS Mongawo, DAS Wawesen II, DAS Mopsalkaw, DAS
Mopsaleleng, DAS Basaan, dan DAS Morea.
Prasarana air baku untuk air minum berupa rencana pengembangan jaringan air
minum, terdiri atas:
a. Rencana pengembangan Sumber Mata Air (SPMA) di Kalatin-Ratahan, dengan
debit kurang lebih 60 liter per detik dan di Kecamatan Tombatu Timur, Kecamatan
Tombatu Utara, Kecamatan Belang, Kecamatan Touluaan serta Kecamatan
Ratatotok.
b. Rencana pengembangan Sumber Air Sungai Dan Danau (SASD) di Sungai
Makalu dengan debit kurang lebih 250 liter per detik, dan Sungai Belang dengan
debit kurang lebih 200 liter per detik.
c. Rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Sungai
Makalu dengan debit kurang lebih 250 liter per detik; dan Sungai Belang dengan
debit kurang lebih 200 liter per detik.
BAB III
PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN DANAU
g) Status trofik adalah status kualitas air danau berdasarkan kadar unsur hara dan
kandungan biomasa atau produktivitasnya.
h) Eutrofikasi adalah proses peningkatan kadar unsur hara terutama Parameter
Nitrogen dan Parameter Phosphor pada air danau.
i) Oligotrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur hara dengan
kadar rendah.
j) Mesotrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur hara dengan
kadar sedang.
k) Eutrofik adalah status trofik air danau yang mengandung unsur hara dengan
kadar tinggi.
l) Daerah sempadan danau adalah kawasan tertentu disekeliling danau yang
dibatasi oleh garis sempadan danau.
m) Bantaran danau adalah lahan tepian dan dasar danau yang terendam air
danau pada saat muka air danau naik dan muncul pada saat muka air danau
surut.
n) Epilimnion adalah lapisan atas air danau dan yang terkena cahaya matahari.
o) Thermodine adalah lapisan air danau dimana terjadi perubahan suhunya.
p) Hypolimnion adalah lapisan bawah air danau dibawah Thermocline.
q) Aerobik adalah kondisi air yang mengandung oksigen terlarut.
r) Anaerobik adalah kondisi air yang tidak mengandung oksigen terlarut.
e) Ekoton adalah daerah peralihan antara dua tipe ekosistem atau habitat yang
mempunyai sebagian sifat dari ekosistem atau habitat yang mengapitnya.
f) Eutrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara
dengan kadar tinggi; status ini menunjukkan air telah tercemar oleh
peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor.
g) Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan peningkatan kadar unsur
hara terutama Nitrogen dan Phosfor di dalam perairan.
h) Hipertrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur
hara dengan kadar sangat tinggi; status ini menunjukkan air telah tercemar
berat oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor.
i) Ikan anadromus adalah jenis ikan yang dalam siklus kehidupan di laut tetapi
bermigrasi ke perairan daratan (sungai atau danau) untuk bereproduksi.
j) Konektivitas ekologis adalah ukuran (mudah tidaknya) perpindahan energi,
materi, biota melewati ekoton.
k) Ikan katadromus adalah jenis ikan yang dalam siklus kehidupan di perairan
daratan tetapi melakukan migrasi ke perairan laut untuk bereproduksi.
l) Integritas ekologi (kealamiahan) adalah keadaan dimana suatu ekosistem/
habitat masih memiliki ciri-ciri fisika kimia habitat yang sama dengan daerah
yang terletak pada sebaran geografis yang sama.
m) Invasif spesies adalah spesies asing (eksotik) dan spesies asli yang tumbuh
di habitat alaminya dengan karakter tumbuh cepat, reproduksi cepat,
kemampuan menyebar tinggi, toleransi yang lebar terhadap kondisi
lingkungan, kemampuan untuk hidup dengan jenis makan yang beragam.
n) Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
o) Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
p) Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian ekosistem danau yang mencakup komponen biotik dan
abiotik.
q) Mesotrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur
hara dengan kadar sedang; status ini menunjukkan adanya peningkatan kadar
Nitrogen dan Fosfor namun masih dalam batas toleransi karena belum
menunjukkan adanya indikasi pencemaran air.
r) Oligotrofik adalah status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur
hara dengan kadar rendah; status ini menunjukkan kualitas air masih bersifat
alamiah belum tercemar dari sumber unsur hara Nitrogen dan Fosfor.
s) Organisme asli (indigenous) adalah organisme asli yang hidup di suatu
ekosistem tertentu baik daratan ataupun perairan, bukan meruakan hasil
introduksi atau penebaran jenis dari luar ekosistem yang bersangkutan.
t) Organisme endemis adalah biota yang sebaran geografisnya sangat terbatas
dan sebagian organisme tertentu hanya dapat ditemui di suatu tempat tertentu
saja.
u) Restorasi adalah upaya mencapai keseimbangan biotik dan abiotik pada
ekosistem danau melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan dan
pemulihan.
v) Sempadan danau adalah daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai
dengan 100 (seratus) meter diukur dari titik pasang air danau tertinggi.
w) Suaka perikanan adalah kawasan perairan baik tawar, payau maupun laut
dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak
jenis sumber daya ikan tertentu yang berfungsi sebagai daerah perlindungan.
x) Sumberdaya ikan adalah potensi semua jenis organisme yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan Daerah
pemijahan (spawning ground) adalah bagian dari perairan yang digunakan
untuk proses reproduksi ikan secara alamiah.
y) Zona littoral adalah wilayah berair dangkal, penetrasi cahaya mencapai dasar
perairan. Hal ini dicirikan dengan tumbuhnya tumbuhan air yang berakar di
dasar perairan.
z) Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui
penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya, daya
dukung dan proses-proses ekologis. Terdiri dari tahap persiapan, pengumpulan
dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi
publik, perancangan, tata batas, dan penetapan dengan mempertimbangkan
kajian-kajian aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
PEMANFAATAN
BADAN AIR
DANAU/WADUK/
EMBUNG
PENGAMBILAN
SUMBER DAYA AIR
DANAU/WADUK/
EMBUNG
PEMANFAATAN
LAHAN
DANAU/WADUK/
EMBUNG
BAB IV
SURVEY LAPANGAN
Berdasarkan arahan dari PPK Operasi dan Pemeliharaan SDA I dalam pekerjaan ini
dipilih 11 (sebelas) lokasi danau dan embung seperti terlihat dalam Tabel IV-1 di
bawah ini.
No Nama Danau/Embung
Desa/Kelurahan Kecamatan Kab./Kota N E
1 Danau Bulilin
a Rumah Panggung Kali Oki Tombatu Minahasa Tenggara 01°02.473' 124°40.328'
b Jogging Track Kali Oki Tombatu Minahasa Tenggara 01°02.451' 124°40.367'
c Outlet Danau Kali Oki Tombatu Minahasa Tenggara 01°02.841' 124°40.498'
2 Danau Tutud
Tepi Danau Tombatu Tiga Tombatu Utara Minahasa Tenggara 01°02.646' 124°41.873'
3 Danau Kawelaan
a Tepi Danau Ranoketang Atas Touluaan Minahasa Tenggara 01°30.778' 124°53.458'
b Inlet Danau Ranoketang Atas Touluaan Minahasa Tenggara 01°03.030' 124°39.890'
c Pipa Air Baku Ranoketang Atas Touluaan Minahasa Tenggara 01°02.996' 124°39.754'
4 Danau Pangolombian
a Outlet Danau Pangolombian Tomohon Selatan Tomohon 01°15.895' 124°50.512'
b Inlet Danau Pangolombian Tomohon Selatan Tomohon 01°15.848' 124°50.620'
5 Embung Tombakar
Bangunan Pelimpah (Spillway) Tataaran Dua Tondano Selatan Minahasa 01°17.370' 124°52.928'
6 Embung Koha
Bangunan Pelimpah (Spillway) Koha Mandolang Minahasa 01°25.660' 124°45.201'
7 Embung Kulo
Bangunan Pelimpah (Spillway) Parepei Remboken Minahasa 01°14.009' 124°50.830'
8 Embung Sumesempot
Bangunan Pelimpah (Spillway) Wulauan Tondano Timur Minahasa 01°18.633' 124°56.077'
9 Embung Tandengan
Bangunan Intake Tandengan Eris Minahasa 01°13.856' 124°55.773'
10 Embung Lookena
Bangunan Intake Tataaran Dua Tondano Selatan Minahasa 01°16.730' 124°52.012'
11 Embung Kalawiran
a Bangunan Outlet Kalawiran Kakas Barat Minahasa 01°10.354' 124°51.510'
b Bangunan Inlet Kalawiran Kakas Barat Minahasa 01°10.185' 124°51.387'
Hasil dari survey penelusuran (walkthrough) danau dan embung diuraikan di bawah
ini.
panggung dan jogging track sepanjang ± 200 m dengan lebar ± 2 m dengan lantai
terbuat dari paving block beton yang dibangun oleh Pemda Kab. Minahasa Tenggara
untuk tujuan pariwisata. Sumber air danau berasal dari mata air dan air hujan, pada
saat musim kemarau air selalu ada (tidak pernah kering).
Pagar yang dipasang pada lintasan jogging track terbuat dari BRC ada yang terlepas
dan pinggiran danau banyak ditumbuhi tanaman eceng gondok.
Jenis tanaman sekitar danau adalah Pohon Kelapa dan Pohon Rumbia (sagu).
Permukiman penduduk disekitar danau pada Desa Kali Oki, umumnya dihuni
penduduk yang bermata pencarian sebagai petani perkebunan serta budidaya ikan.
Pemanfaatan Danau Tutud digunakan untuk konservasi dan budidaya ikan mujahir,
nila, gabus dan ikan mas. Sumber air berasal dari air hujan dan 3 mata air disebelah
hulu danau menyatu menjadi sungai kecil dan masuk ke Danau Tutud lalu keluar
danau melalui sungai kecil. Pada saat musim kemarau air danau tidak pernah kering.
Penelusuran Konsultan mengelilingi danau tidak menemukan bangunan air.
Gambar IV-14 Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Tutud
Permukiman penduduk disekitar danau pada Desa Tombatu Tiga, umumnya dihuni
penduduk yang bermata pencarian sebagai petani perkebunan serta penangkapan
ikan.
Pemanfaatan Danau Kawelaan digunakan untuk budidaya ikan, air baku dan
konservasi. Sumber air berasal dari air hujan dan mata air, selama musim kemarau
air tidak pernah kering.
Bangunan air yang terdapat di Danau Kawelaan terdiri dari bangunan intake air baku,
pipa air baku, rumah pompa dan instalasi air bersih milik Ditjend. Cipta Karya
Kementerian PU dan Perumahan Rakyat.
Gambar IV-18 Bangunan Penyediaan Air Minum Milik Ditjend Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Selain bangunan penyediaan air minum di Danau Kawelaan terdapat saluran air
terbuat dari pasangan batu masuk ke dalam danau.
Jenis tanaman di sekitar danau adalah pohon kelapa dan rumbia (sagu) dan
permukiman penduduk disekitar danau pada Desa Ranoketang Atas, umumnya dihuni
penduduk yang bermata pencarian sebagai petani perkebunan serta penangkapan
ikan.
Gambar IV-20 Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kawelaan
Pemanfaatan Danau Pangolombian selama ini untuk konservasi, budidaya ikan dan
pendingin turbin Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong
(Lahendong Geothermal Power Plant) milik PLN. Di Danau Pangolombian terdapat
rumah pompa untuk memompa air ke turbin Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) Lahendong (Lahendong Geothermal Power Plant) sebagai pendingin turbin.
Bangunan air yang terdapat di Danau Pangolombian terdiri dari 3 pintu penguras dan
saluran inlet pasangan batu dengan panjang ± 150 m masuk ke dalam danau. Di
sebelah hulu saluran inlet terdapat pintu inlet dan bangunan pelimpah (spillway). Air
dari bangunan pelimpah mengalir menuju Danau Linow.
Pintu penguras yang ada kondisinya berkarat dan sudah tidak berfungsi lagi dan
disekitarnya ditumbuhi tanaman.
Saluran inlet yang masuk ke dalam danau dindingnya terdapat tumbuhan dan ada
retakan di beberapa titik.
Di sebelah hulu saluran inlet terdapat bangunan pelimpah (spillway) dari pasangan
batu dan pintu intake. Beberapa bagian dari bangunan pelimpah mengalami
kerusakan, pintu intake berkarat dan tidak berfungsi. Dari bangunan pelimpah
(spillway) air mengalir menuju Danau Linow sedangkan air yang masuk melalui pintu
Jenis tanaman di sekitar danau adalah hutan kecil dan permukiman penduduk
disekitar danau pada Desa Pangolombian, umumnya dihuni penduduk yang bermata
pencarian sebagai petani perkebunan serta penangkapan ikan.
Jalan akses masuk embung melalui jalan aspal dan permukiman warga. Pemanfaatan
embung selama ini dimanfaatkan untuk irigasi, mandi & cuci dan rekreasi warga
sekitar embung. Sumber air berasal dari mata air dan air hujan dan selama musim
kemarau air selalu ada (tidak pernah kering).
Bangunan air yang terdapat di Embung Tombakar terdiri dari bangunan pelimpah,
pintu penguras dan intake untuk mengairi sawah.
Di tengah Embung Tombakar banyak tanaman air (gulma), informasi dari warga
sebulan sekali sudah ada pembersihan tanaman secara gotong royong tetapi tidak
mencakup seluruh genangan embung.
Jalan inspeksi terbuat dari beton sekaligus berfungsi sebagai tanggul banyak
ditumbuhi tanaman liar.
Tutupan lahan di sekitar embung adalah pohon lansat, duku, bambu, permukiman dan
sawah. Penduduk disekitar danau pada Kelurahan Tataaran Dua dan Tataaran Satu,
umumnya dihuni penduduk yang bermata pencarian sebagai karyawan, mahasiswa,
pedagang dan ibu rumah tangga yang tidak berkaitan langsung dengan embung.
Gambar IV-38 Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Embung Tombakar
Embung Koha selesai dibangun tahun 2014 terdiri dari bangunan pelimpah (spillway)
dan pintu penguras. Pemanfaatan Embung Koha selama ini untuk konservasi dan
sumber air berasal dari Sungai Tateli dan air hujan. Selama musim kemarau air tidak
pernah kering
Bangunan pelimpah (spillway) dan pintu penguras masih dalam kondisi baik tetapi ada
sedikit tanaman air (gulma) pada spillway dan pintu penguras.
Tubuh embung terbuat dari timbunan tanah, puncak tubuh embung dilapisi aspal dan
batu kerikil.
Tutupan lahan disekitar embung adalah pohon kelapa dan tanamana keras. Di
sebelah kanan dan kiri embung terdapat tebing tanah.
Gambar IV-46 Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Embung Koha
Pemanfaatan Embung Kulo selama ini untuk irigasi, mandi dan cuci pakaian.
Bangunan air yang terdapat pada Embung Kulo terdiri dari bangunan pelimpah
(spillway), pintu penguras dan pintu intake.
Gambar IV-49 Pemanfaatan Embung Kulo Untuk Irigasi dan Mandi Cuci
Bangunan pelimpah (spillway) dan bangunan intake terbuat dari beton terdapat
sampah di sekitar bangunan.
Gambar IV-50 Bangunan Pelimpah Terbuat Dari Beton Kondisi Masih Baik
Dan Terdapat Sampah
Embung Kulo sudah diberi tanggul pasangan batu mengelilingi embung dengan lebar
atas tanggul 30 cm terdapat bagian yang retak dan pada dinding tanggul terdapat
sedimen dan rumput. Di tengah embung terdapat sedimen dan tanaman di dalam air.
Jalan inspeksi terbuat dari aspal beberapa bagian aspal sudah mengelupas.
Sedimen dan
tanaman di
dalam air
Tutupan lahan di sekitar embung adalah sawah, tanaman keras dan permukiman.
Penduduk disekitar embung pada Desa Parepei, umumnya dihuni penduduk yang
bermata pencarian sebagai petani dan penggarap sawah.
Gambar IV-56 Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Embung Kulo
Bagian tengah embung banyak ditumbuhi pohon rumbia (sagu) dan sedimen,
bangunan air yang ada terdiri dari pelimpah dan pintu penguras kondisinya masih
baik.
Tutupan lahan di sekitar embung adalah tanaman keras. Penduduk disekitar embung
pada Desa Wulauan, umumnya dihuni penduduk yang bermata pencarian sebagai
petani perkebunan.
Pemanfaatan Embung Tandengan untuk irigasi, tubuh embung terbuat dari tanah
timbunan, bangunan pelimpah (spillway) sudah hancur tertutup oleh tumbuhan dan
kayu, pintu penguras sudah rusak dan berkarat.
Tubuh Embung
Tertutup Pohon
Besar
Bangunan air yang ada terdiri dari pintu intake dan bangunan pelimpah (spillway)
terbuat dari pasangan batu. Kondisi eksisting bangunan pelimpah dan pintu intake
dipenuhi tumbuhan. Dinding bangunan pelimpah banyak yang mengelupas dan lepas.
Gambar IV-72 Kondisi Spillway Pada Saat Air Tidak Melimpas (Kering)
dan Pada Saat Air Melimpas (Hujan)
Tutupan lahan di sekitar embung adalah tanaman keras, kebun dan sawah. Penduduk
disekitar embung pada Kelurahan Tataaran Dua, umumnya dihuni penduduk yang
bermata pencarian sebagai petani sawah dan perkebunan.
Embung
Kalawiran
Daerah genangan banyak ditumbuhi tanaman air (eceng gondok) dan sedimen,
bangunan air terdiri dari pintu penguras dan inlet. Sumber air berasal dari mata air dan
air hujan.
Tanggul embung terbuat dari pasangan batu terdapat retakan dibeberapa tempat
dengan lebar atas tanggul 30 cm dengan tinggi 1.5 – 2.0 m.
Untuk pekerjaan pengukuran dan analisa topografi ini diperkirakan memerlukan waktu
sekitar 5 (lima) bulan di lapangan/pengambilan data serta kegiatan perhitungan dan
penggambaran.
Untuk kegiatan ini personil yang terlibat adalah :
Surveyor
Juru Ukur
Juru Gambar
Tenaga Lokal Pengukuran
Untuk itu orientasi lapangan dilakukan dengan menelusuri danau dan embung serta
batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh petugas yang berwenang dan betul-betul
mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.
Salah satu kegiatan survei topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu pengukuran
untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.
Referensi vertikal akan diikatkan pada titik BM atau fix point lain yang ada di lapangan.
Bentuk BM dan CP yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Pen kuningan
Ø6 cm
20
Nomor titik
65
Dicor beton
75
20
Beton 1:2:3
15
10
20
Pasir dipadatkan
20
40
Dalam pekerjaan ini telah dipasang BM dan CP sebanyak 35 BM dan 35 CP. Adapun
koordinat BM yang dipasang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Berikut ini adalah beberapa foto dari BM dan CP yang sudah dipasang di lokasi danau
dan embung.
BAB V
SURVEY DAN ANALISA
HIDROLOGI
Survey Hidrologi merupakan satu bagian dari Pekerjaan Penyusunan Audit
Teknis dan AKNOP Danau, Embung di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten
Minahasa Tenggara berdasarkan kontrak kerja Nomor HK.02.03/OPSDA-
Sul.1/OP1/2016/07 tanggal 02 Maret 2016. Kualitas analisa hidrologi sangat
tergantung pada ketersediaan data. Dalam hal ini konsultan melakukan collecting data
hidrologi dari stasiun hidrologi yang lokasinya terdapat di sekitar lokasi pekerjaan.
Data curah hujan tersebut diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi I yang akan
dipergunakan dalam perhitungan debit banjir dengan berbagai periode ulang
Informasi penting hasil analisis hidrologi antara lain curah hujan hujan rancangan,
debit banjir rancangan, dan volume tampungan. Hasil analisa hidrologi selanjutnya
digunakan untuk audit teknis danau dan embung yaitu membandingkan hasil analisa
hidrologi dengan data hidrologi dari studi-studi sebelumnya.
Tabel 5.5. Analisa Distribusi Frekuensi Metode Log Person Tipe III Untuk
Embung-Embung di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Data
No Log X (Log X - Log X rerata)2 (Log X - Log X rerata)3
(X)
1 54,40 1,736 0,0419800 -0,0086013
2 57,60 1,760 0,0324240 -0,0058385
3 84,60 1,927 0,0001721 -0,0000023
4 87,00 1,940 0,0000009 -0,000000001
5 94,80 1,977 0,0013191 0,0000479
6 95,00 1,978 0,0013864 0,0000516
7 98,20 1,992 0,0026649 0,0001376
8 100,00 2,000 0,0035415 0,0002108
9 107,00 2,029 0,0079023 0,0007025
10 116,40 2,066 0,0157412 0,0019749
S = 19,405 0,1071324 -0,0113168
Log X rerata = 1,940
Sd = 0,109
Cs = -1,210
Sumber: hasil perhitungan.
metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu (Ponce, 1989) dan (Bambang T, 2008).
Hasil analisa hidrometri dapat dilihat sebagai berikut.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Embung (Km2) (Km) (m) (m) (Km)
Kulo Minahasa 0,190 0,820 817,00 727,00 0,090
Sumber: hasil perhitungan.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Embung (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Kalawiran Minahasa 0,065 0,130 708,00 707,00 0,0010
Sumber: hasil perhitungan.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Embung (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Sumesempot Minahasa 0,167 0,320 741,00 713,00 0,0280
Sumber: hasil perhitungan.
0 0
Pemilik : DITJEN SDA Koordinat : N. 01 18'63.30" E. 124 56'07.70"
Pengelola Embung : BWS.SULAWESI.I
Kondisi Cuaca : Cerah
DATA TEKNIK EMBUNG
1 Lokasi : Desa Wulauan Kecamatan Tondano Timur
2 Sumber : Mata air
3 Embung
a Luas Daerah Tangkapan : 0,167 Km²
b Kapasitas Tampungan Bruto : 17.590,36 m³
c Luas Genangan : 14.981,09 m²
d Elevasi Muka Air : 710,04 m
e Elevasi Dasar Embung : 708,24 m
f Debit Banjir Q100 : 3,086 m³/det
g Debit Banjir Maksimum (PMF) : 11,779 m³/det
4 Tanggul Embung
a Tipe : Pasangan Batu
b Panjang : 1.100,43 m
c Tinggi Maksimum : 2,00 m
d Lebar Puncak : 0,45 m
5 Pelimpah / Spillway
a Tipe Mercu :-
b Elevasi Puncak :- m
c Lebar Puncak : 4,00 m
d Panjang : 3,80 m
e Elevasi dasar olakan :- m
f Lebar Pintu Penguras : 0,80 m
6 Pengambilan Intake
a Tipe Pintu Pengambilan :-
b Lebar Pintu Pengambilan :- m
c Saluran Hantar ke Irigasi :- m
d Tinggi Saluran Pengambilan :- m
7 Manfaat
a Konservasi
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Embung (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Tombakar Minahasa 0,288 0,430 755,00 704,00 0,0510
Sumber: hasil perhitungan.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Embung (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Lookena Minahasa 0,210 0,330 715,00 705,00 0,010
Sumber: hasil perhitungan.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Danau (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Pangalombian Minahasa 1,920 0,980 1183,00 911,00 0,2720
Sumber: hasil perhitungan.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Danau (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Kawelaan Minahasa Tenggara 0,520 0,470 456,00 399,00 0,0570
Sumber: hasil perhitungan.
0 0
Pemilik : DITJEN SDA Koordinat : N. 01 30'77.80" E. 124 53'45.80"
Pengelola Danau : BWS.SULAWESI.I
Kondisi Cuaca : Mendung
DATA TEKNIK EMBUNG
1 Lokasi : Desa Ranoketang Atas Kecamatan Touluaan
2 Sumber : Mata air
3 Danau
a Luas Daerah Tangkapan : 0,520 Km²
b Kapasitas Tampungan Bruto : 245.631,56 m³
c Luas Genangan : 110.347,19 m²
d Elevasi Muka Air : 398,73 m
e Elevasi Dasar Embung : 395,27 m
f Debit Banjir Q100 : 6,275 m³/det
g Debit Banjir Maksimum (PMF) : 53,561 m³/det
4 Tanggul Danau
a Tipe :-
b Panjang :- m
c Tinggi Maksimum :- m
d Lebar Puncak :- m
5 Pelimpah / Spillway
a Tipe Mercu :-
b Elevasi Puncak :- m
c Lebar Puncak :- m
d Panjang :- m
e Elevasi dasar olakan :- m
f Lebar Pintu Penguras :- m
6 Pengambilan Intake
a Tipe Pintu Pengambilan :-
b Lebar Pintu Pengambilan :- m
c Saluran Hantar ke Irigasi : 0,95 m
d Tinggi Saluran Pengambilan : 0,80 m
7 Manfaat
a Perikanan
b Pertanian
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Danau (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Bulilin Minahasa Tenggara 0,980 0,490 414,00 391,00 0,0230
Sumber: hasil perhitungan.
Hasil pengukuran topografi Danau Bulilin diploting menjadi peta situasi Danau
memuat elevasi, posisi bangunan, koordinat dan garis kontur.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Danau (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Tutud Minahasa Tenggara 0,358 0,490 421,00 390,00 0,0310
Sumber: hasil perhitungan.
Hasil pengukuran topografi Danau Tutud diploting menjadi peta situasi Danau
memuat elevasi, posisi bangunan, koordinat dan garis kontur.
Nama A L H1 H2 D
Kabupaten
Embung (Km ) 2
(Km) (m) (m) (Km)
Tandengan Minahasa 0,230 0,433 718,00 705,00 0,010
Sumber: hasil perhitungan.
Nama A L α
Kabupaten
Embung 2
(Km ) (Km)
Koha Minahasa 5,031 2,30 3,00
Sumber: hasil perhitungan.
Tr Q (m3/detik)
2 33,178
5 48,861
10 59,242
25 72,364
50 82,096
100 91,757
PMF 348,392
Sumber: hasil perhitungan.
Gambar 5.20. Debit Banjir Rancangan Metode HSS Nakayasu di Embung Koha.
0 0
Pemilik : DITJEN SDA Koordinat : N. 01 25'66.00" E. 124 45'20.10"
Pengelola Embung : BWS.SULAWESI.I
Kondisi Cuaca : Cerah
DATA TEKNIK EMBUNG
1 Lokasi : Desa Koha Kecamatan Mandolang
2 Sumber : Sungai
3 Embung
a Luas Daerah Tangkapan : 5,031 Km²
b Kapasitas Tampungan Bruto : 5.363,76 m³
c Luas Genangan : 2.746,67 m²
d Elevasi Muka Air : 147,97 m
e Elevasi Dasar Embung : 145,04 m
f Debit Banjir Q100 : 91,76 m³/det
g Debit Banjir Maksimum (PMF) : 348,39 m³/det
4 Tanggul Embung
a Tipe : Homogen
b Panjang : 108,10 m
c Tinggi Maksimum : 15,50 m
d Lebar Puncak : 4,00 m
5 Pelimpah / Spillway
a Tipe Mercu : Ogee I
b Elevasi Puncak : 147,50 m
c Lebar Puncak : 7,00 m
d Panjang : 5,85 m
e Elevasi dasar olakan : 144,50 m
f Lebar Pintu Penguras : 1,20 m
6 Pengambilan Intake
a Tipe Pintu Pengambilan :-
b Lebar Pintu Pengambilan :- m
c Saluran Hantar ke Irigasi :- m
d Tinggi Saluran Pengambilan :- m
7 Manfaat
a Konservasi
BAB VI
PENILAIAN KINERJA
DANAU DAN EMBUNG
h. Spillway
3. Sumber air pengisi danau/embung
4. Daerah tangkapan air
5. Pemanfaatan danau/embung
6. Jarak pemukiman terdekat
7. Jumlah rumah pada jarak 50 m
6.2.2. Pembahasan
Adapun kondisi eksisting di masing-masing embung / danau bervariasi satu dengan
yang lainnya. Namun demikian, kajian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
hal yaitu :
Kerusakan Embung
Selain sedimentasi, kondisi eksisting embung hampir seluruhnya
mengalami kerusakan bangunan dimana bervariasi di masing-
masing embung / danau. Kerusakan ini diidentifikasi dan
diinventarisasi melalui kegiatan audit teknis dengan menilai :
1) Fisik struktur
2) Fungsi manfaat embung.
Selanjutnya nilai tersebut dikalikan dengan bobot kriteria dari hasil analisis eigen
vektor matriks hubungan relatif nilai kepentingan di atas. Jumlah nilai setelah
perkalian ini adalah nilai akhir alternatif tindakan. Pengambil keputusan selanjutnya
memilih alternatif tindakan yang paling tinggi nilainya.
Prosedur Analitical Hierarchy Process (AHP) dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menyusun struktur kriteria-kriteria untuk suatu masalah pengambilan keputusan.
2. Menentukan tingkat kepentingan antara kriteria-kriteria dengan membandingkan
semua kombinasi kriteria yang mungkin.
3. Menyusun matriks hubungan relatif nilai kepentingan dari kriteria-kriteria yang
ada.
Hasil perhitungan Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk danau dan embung dapat
diuraikan di bawah ini.
Tanggul Danau
Tanggul embung Struktur tanggul puncak Vektor 50 dibulatkan
Struktur tanggul 1 5 83.33% 41.67 42.00
puncak 0.2 1 16.67% 8.33 8.00
Tampungan Danau
Tampungan embung Sedimentasi Daerah Sempadan Embung Daerah Sabuk Hijau Tidak ada kebocoran / luweng Tidak ada sampah/tanaman Kejernihan air Vektor 50 dibulatkan
Sedimentasi 1 3.00 3.00 0.50 3.00 3.00 26.15% 13.08 13.00
Daerah Sempadan Embung 0.33 1 1.00 0.33 0.33 0.33 6.68% 3.34 3.00
Daerah Sabuk Hijau 0.33 1.00 1 0.33 0.33 0.33 6.68% 3.34 3.00
Tidak ada kebocoran / luweng 2.00 3.00 3.00 1 3.00 3.00 32.89% 16.44 17.00
Tidak ada sampah/tanaman 0.33 3.00 3.00 0.33 1 1.00 13.80% 6.90 7.00
Kejernihan air 0.33 3.00 3.00 0.33 1.00 1 13.80% 6.90 7.00
Struktur Tanggul
Struktur tanggul Lubang Binatang Tumbuhan Kotoran / sampah ( debris ) Longsoran Vektor 42 dibulatkan
Lubang Binatang 1.00 0.33 0.33 0.33 9.56% 4.01 4.00
Tumbuhan 3.00 1.00 1.00 0.33 20.85% 8.76 9.00
Kotoran / sampah ( debris ) 3.00 1.00 1.00 0.33 20.85% 8.76 9.00
Longsoran 3.00 3.00 3.00 1.00 48.74% 20.47 20.00
Puncak
puncak Retakan Permukaan Penurunan ( gerak vertikal ) Kelurusan ( gerak horisontal ) Vektor 8 dibulatkan
Retakan Permukaan 1.00 0.50 0.50 20.00% 1.60 2.00
Penurunan ( gerak vertikal ) 2.00 1.00 1.00 40.00% 3.20 3.00
Kelurusan ( gerak horisontal ) 2.00 1.00 1.00 40.00% 3.20 3.00
Ketersediaan Air
tampungan Ada air di musim kemarau Ada air di musim hujan Penyimpanan air > 6 bulan Vektor 67 dibulatkan
Ada air di musim kemarau 1.00 3.00 2.00 54.99% 36.85 37.00
Ada air di musim hujan 0.33 1.00 1.00 20.98% 14.06 14.00
Penyimpanan air > 6 bulan 0.50 1.00 1.00 24.02% 16.09 16.00
Pemanfaatan Air
pemanfaatan air Air baku Konservasi Pertanian Perikanan Mandi Cuci Ternak Wisata Vektor 33 dibulatkan
Air baku 1 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 31.12% 10.27 10.00
Konservasi 0.33 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 10.37% 3.42 3.00
Pertanian 0.33 1.00 1 3.00 3.00 3.00 3.00 20.36% 6.72 7.00
Perikanan 0.33 1.00 0.33 1 3.00 1.00 3.00 12.20% 4.02 4.00
Mandi Cuci 0.33 1.00 0.33 0.33 1 0.33 3.00 7.98% 2.63 3.00
Ternak 0.33 1.00 0.33 1.00 3.00 1 3.00 12.20% 4.02 4.00
Wisata 0.33 1.00 0.33 0.33 0.33 0.33 1 5.77% 1.90 2.00
Nilai bobot Analitical Hierarchy Process (AHP) Danau dapat dilihat pada Gambar VI-4
di bawah ini.
Sedimentasi 13
Daerah Sempadan Danau 3
Daerah Sabuk Hijau 3
Tampungan danau 50
Tidak ada kebocoran / luweng 17
Tidak ada sampah/tanaman 7
Kejernihan air 7
AUDIT TEKNIS 50
DANAU CR < 0,1
Lubang binatang 4
Tumbuhan 9
Kotoran / sampah (debris) 9
Tanggul danau 50
Longsoran 20
100 42
Struktur tanggul 42
CR < 0,1 CR < 0,1
puncak 8
50
CR < 0,1
Retakan Permukaan 2
Penurunan ( gerak vertikal ) 3
Kelurusan ( gerak horisontal ) 3
8
CR < 0,1
Gambar VI-4 Skema Nilai Bobot Analitical Hierarchy Process (AHP) Danau
Tanggul Danau
Tanggul embung Struktur tanggul puncak Vektor 43 dibulatkan
Struktur tanggul 1 5 83.33% 35.83 36.00
puncak 0.2 1 16.67% 7.17 7.00
Bangunan Operasional
Bang. Operasional Bang Pengambilan Bang Pengeluaran Bang Pelimpah Vektor 14 dibulatkan
Bang Pengambilan 1.00 3.00 3.00 60.00% 8.40 8.00
Bang Pengeluaran 0.33 1.00 1.00 20.00% 2.80 3.00
Bang Pelimpah 0.33 1.00 1.00 20.00% 2.80 3.00
Bangunan Pengeluaran
Bang Pengeluaran Pintu-pintu Bang outlet Fas pend operasi Vektor 3 dibulatkan
Pintu-pintu 1.00 1.00 0.33 20.00% 0.60 0.60
Bang outlet 1.00 1.00 0.33 20.00% 0.60 0.60
Fas pend operasi 3.00 3.00 1.00 60.00% 1.80 1.80
Tampungan Danau
Tampungan embung Sedimentasi Daerah Sempadan Embung Daerah Sabuk Hijau Tidak ada kebocoran / luweng Tidak ada sampah/tanaman Kejernihan air Vektor 43 dibulatkan
Sedimentasi 1 3.00 3.00 0.50 3.00 3.00 26.15% 11.25 11.00
Daerah Sempadan Embung 0.33 1 1.00 0.33 0.33 0.33 6.68% 2.87 3.00
Daerah Sabuk Hijau 0.33 1.00 1 0.33 0.33 0.33 6.68% 2.87 3.00
Tidak ada kebocoran / luweng 2.00 3.00 3.00 1 3.00 3.00 32.89% 14.14 14.00
Tidak ada sampah/tanaman 0.33 3.00 3.00 0.33 1 1.00 13.80% 5.94 6.00
Kejernihan air 0.33 3.00 3.00 0.33 1.00 1 13.80% 5.94 6.00
Struktur Tanggul
Struktur tanggul Lubang Binatang Tumbuhan Kotoran / sampah ( debris ) Longsoran Vektor 36 dibulatkan
Lubang Binatang 1.00 0.33 0.33 0.33 9.56% 3.44 3.00
Tumbuhan 3.00 1.00 1.00 0.33 20.85% 7.51 8.00
Kotoran / sampah ( debris ) 3.00 1.00 1.00 0.33 20.85% 7.51 8.00
Longsoran 3.00 3.00 3.00 1.00 48.74% 17.55 17.00
Bangunan Pengambilan
Bang Pengambilan Menara Pintu-pintu Jembatan Pelayanan Fasilitas Pendukung Operasi Vektor 8 dibulatkan
Menara 1.00 1.00 1.00 0.50 19.48% 1.56 2.00
Pintu-pintu 1.00 1.00 1.00 0.50 19.48% 1.56 2.00
Jembatan Pelayanan 1.00 1.00 1.00 0.33 17.68% 1.41 1.00
Fasilitas Pendukung Operasi 2.00 2.00 3.00 1.00 43.36% 3.47 3.00
Bangunan Pelimpah
Bang Pelimpah Saluran pengarah Mercu Saluran spillway Stilling basin Vektor 3 dibulatkan
Saluran pengarah 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 0.75 0.75
Mercu 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 0.75 0.75
Saluran spillway 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 0.75 0.75
Stilling basin 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 0.75 0.75
Nilai bobot Analitical Hierarchy Process (AHP) danau untuk air baku dapat dilihat pada
Gambar VI-5 di bawah ini.
Sedimentasi 11
Daerah Sempadan Danau 3
Daerah Sabuk Hijau 3
Tidak ada kebocoran / luweng 14
Tidak ada sampah/tanaman 6
Kejernihan air 6 Lubang binatang 3
43 Tumbuhan 8
CR < 0,1 Kotoran / sampah (debris) 8
Longsoran 17
36
Tampungan danau 43
CR < 0,1
Struktur tanggul 36
AUDIT TEKNIS Retakan Permukaan 1
Tanggul danau 43
DANAU Penurunan ( gerak vertikal ) 3
puncak 7
Kelurusan ( gerak horisontal ) 3
43 7
Bang. Operasional 14
CR < 0,1 CR < 0,1
100
CR < 0,1 Menara 2
Pintu-pintu 2
Jembatan Pelayanan 1
Fasilitas Pendukung Operasi 3
8
CR < 0,1
Bang Pengambilan 8
Pintu-pintu 0.6
Bang Pengeluaran 3
Bang outlet 0.6
Fas pend operasi 1.8
Bang Pelimpah 3
3
14 CR < 0,1
CR < 0,1
Saluran pengarah 0.75
Mercu 0.75
Saluran spillway 0.75
Stilling basin 0.75
3
CR < 0,1
Tanggul Embung
Tanggul embung Struktur tanggul puncak Vektor 43 dibulatkan
Struktur tanggul 1 5 83.33% 35.83 36.00
puncak 0.2 1 16.67% 7.17 7.00
Puncak
puncak Retakan Permukaan Penurunan ( gerak vertikal ) Kelurusan ( gerak horisontal ) Vektor 7 dibulatkan
Retakan Permukaan 1.00 0.50 0.50 20.00% 1.40 1.00
Penurunan ( gerak vertikal ) 2.00 1.00 1.00 40.00% 2.80 3.00
Kelurusan ( gerak horisontal ) 2.00 1.00 1.00 40.00% 2.80 3.00
Bangunan Operasional
Bang. Operasional Bang Pengeluaran Bang Pelimpah Vektor 14 dibulatkan
Bang Pengeluaran 1.00 1.00 50.00% 7.00 7.00
Bang Pelimpah 1.00 1.00 50.00% 7.00 7.00
Bangunan Pengeluaran
Bang Pengeluaran Pintu-pintu Bang outlet Fas pend operasi Vektor 7 dibulatkan
Pintu-pintu 1.00 1.00 0.33 20.00% 1.40 1.40
Bang outlet 1.00 1.00 0.33 20.00% 1.40 1.40
Fas pend operasi 3.00 3.00 1.00 60.00% 4.20 4.20
Tampungan Embung
Tampungan embung Sedimentasi Daerah Sempadan Embung Daerah Sabuk Hijau Tidak ada kebocoran / luweng Tidak ada sampah/tanaman Kejernihan air Vektor 43 dibulatkan
Sedimentasi 1 3.00 3.00 0.50 3.00 3.00 26.15% 11.25 11.00
Daerah Sempadan Embung 0.33 1 1.00 0.33 0.33 0.33 6.68% 2.87 3.00
Daerah Sabuk Hijau 0.33 1.00 1 0.33 0.33 0.33 6.68% 2.87 3.00
Tidak ada kebocoran / luweng 2.00 3.00 3.00 1 3.00 3.00 32.89% 14.14 14.00
Tidak ada sampah/tanaman 0.33 3.00 3.00 0.33 1 1.00 13.80% 5.94 6.00
Kejernihan air 0.33 3.00 3.00 0.33 1.00 1 13.80% 5.94 6.00
Struktur Embung
Struktur tanggul Fondasi Keretakan Penurunan Lendutan / penggelembungan Lubang binatang Tumbuhan Kotoran / sampah (debris) Longsoran Vektor 36 dibulatkan
Fondasi 1.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 27.81% 10.01 10.00
Keretakan 0.33 1.00 0.33 1.00 3.00 3.00 3.00 0.33 10.28% 3.70 4.00
Penurunan 0.33 3.00 1.00 1.00 3.00 3.00 3.00 0.33 13.66% 4.92 5.00
Lendutan / penggelembungan 0.33 1.00 1.00 1.00 3.00 3.00 3.00 0.33 11.32% 4.08 4.00
Lubang binatang 0.33 0.33 0.33 0.33 1.00 0.33 0.33 0.33 4.11% 1.48 1.00
Tumbuhan 0.33 0.33 0.33 0.33 3.00 1.00 1.00 0.33 5.94% 2.14 2.00
Kotoran / sampah (debris) 0.33 0.33 0.33 0.33 3.00 1.00 1.00 0.33 5.94% 2.14 2.00
Longsoran 0.33 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 1.00 20.94% 7.54 8.00
Bangunan Pelimpah
Bang Pelimpah Saluran pengarah Mercu Saluran spillway Stilling basin Vektor 7 dibulatkan
Saluran pengarah 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 1.75 1.75
Mercu 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 1.75 1.75
Saluran spillway 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 1.75 1.75
Stilling basin 1.00 1.00 1.00 1.00 25.00% 1.75 1.75
Nilai bobot Analitical Hierarchy Process (AHP) danau untuk air baku dapat dilihat pada
Gambar VI-6 di bawah ini.
Sedimentasi 11
Daerah Sempadan Embung 3 Fondasi 10
Daerah Sabuk Hijau 3 Keretakan 4
Tidak ada kebocoran / luweng 14 Penurunan 5
Tidak ada sampah/tanaman 6 Lendutan / penggelembungan 4
Kejernihan air 6 Lubang binatang 1
43 Tumbuhan 2
CR < 0,1 Kotoran / sampah (debris) 2
Longsoran 8
36
Tampungan embung 43
CR < 0,1
Struktur tanggul 36
AUDIT TEKNIS Retakan Permukaan 1
Tanggul embung 43
EMBUNG Penurunan ( gerak vertikal ) 3
puncak 7
Kelurusan ( gerak horisontal ) 3
43 7
Bang. Operasional 14
CR < 0,1 CR < 0,1
100
CR < 0,1 Pintu-pintu 1.4
Bang outlet 1.4
Bang Pengeluaran 7
Fas pend operasi 4.2
7
Bang Pelimpah 7
CR < 0,1
14
CR < 0,1 Saluran pengarah 1.75
Mercu 1.75
Saluran spillway 1.75
Stilling basin 1.75
7
CR < 0,1
Gambar VI-6 Skema Nilai Bobot Analitical Hierarchy Process (AHP) Embung
Nilai Prestasi
NO NAMA BANGUNAN Nilai Bobot NKF NKB Keterangan
(% ) (% ) (% )
1 2 3 4 5 =(3 x4 ) 6
- Penetapan daerah sempadan embung 1.50 50.00 0.75 1. Kondisi Baik, jika :
- Kondisi daerah sempadan embung 1.50 50.00 0.75 Nilai > 90 - 100 % dan
3) Daerah Sabuk Hijau 3.00 50.00 1.50 Nilai Tingkat Kerusakan < 10 %
5) Tidak ada sampah/tanaman 6.00 50.00 3.00 2. Kondisi Rusak Ringan, jika :
2) Puncak 7.00
1) Bangunan Pengambilan -
- Menara -
- Pintu-pintu -
- Jembatan Pelayanan -
IV INSTRUMENTASI EMBUNG -
4) Sumur Pengamatan -
5) Peil schale - -
Hasil penilaian kondisi struktur Embung Tombakar didapat nilai 60.41 masuk dalam
kategori “rusak sedang”. Untuk analisa penilaian fungsi / manfaat Embung Tombakar
diuraikan pada Tabel VI-3 di bawah ini.
Nilai Prestasi
NO NAMA BANGUNAN Nilai Bobot NKF NKB Keterangan
(% ) (% ) (% )
1 2 3 4 5 =(3 x4 ) 6
2) Ada air di musim hujan 14.00 100.00 14.00 Penilaian Nilai Kondisi Fisik ( NKF ) :
3) Penyimpanan air > 6 bulan 16.00 100.00 16.00 1. Kondisi Baik, jika :
Hasil penilaian kondisi fungsi/manfaat Embung Tombakar didapat nilai 79.90 masuk
dalam kategori “agak bermanfaat”.
Analisa penilaian kondisi struktur untuk Danau Bulilin di Desa Kali Oki Kecamatan
Tombatu, Kab. Minahasa Tenggara diuraikan pada Tabel VI-4 di bawah ini.
Nilai Prestasi
NO NAMA BANGUNAN Nilai Bobot NKF NKB Keterangan
(% ) (% ) (% )
1 2 3 4 5 =(3 x4 ) 6
- Penetapan daerah sempadan embung 1.50 50.00 0.75 1. Kondisi Baik, jika :
- Kondisi daerah sempadan embung 1.50 50.00 0.75 Nilai > 90 - 100 % dan
3) Daerah Sabuk Hijau 3.00 50.00 1.50 Nilai Tingkat Kerusakan < 10 %
5) Tidak ada sampah/tanaman 7.00 80.00 5.60 2. Kondisi Rusak Ringan, jika :
- Penurunan -
2) Puncak 8.00
- Retakan Permukaan - -
1) Bangunan Pengambilan
- Menara -
- Pintu-pintu -
- Jembatan Pelayanan -
2) Bangunan Pengeluaran
- Pintu - pintu -
- Bangunan Outlet -
3) Bangunan Pelimpah
- Saluran Pengarah -
- Mercu -
- Saluran Spillway -
- Stilling Basin -
IV INSTRUMENTASI EMBUNG -
4) Sumur Pengamatan -
5) Peil schale - -
Hasil penilaian kondisi struktur Danau Bulilin didapat nilai 80.90 masuk dalam kategori
“rusak ringan”. Untuk analisa penilaian fungsi / manfaat Danau Bulilin diuraikan pada
Tabel VI-5 di bawah ini.
Nilai Prestasi
NO NAMA BANGUNAN Nilai Bobot NKF NKB Keterangan
(% ) (% ) (% )
1 2 3 4 5 =(3 x4 ) 6
2) Ada air di musim hujan 14.00 95.00 13.30 Penilaian Nilai Kondisi Fisik ( NKF ) :
3) Penyimpanan air > 6 bulan 16.00 100.00 16.00 1. Kondisi Baik, jika :
Hasil penilaian kondisi fungsi/manfaat Danau Bulilin didapat nilai 76.05 masuk dalam
kategori “agak bermanfaat”.
Nilai fisik tersebut merupakan nilai hasil perkalian antara bobot sub komponen dengan
nilai sub komponen sehingga jika kita ingin melihat detail tingkat kerusakan masing-
masing sub komponen maka kita perlu melihat kembali perhitungan audit teknis ini.
Sebagai ilustrasi misalnya audit teknis Embung Tandengan, nilai sub komponen
retakan tanggul = 60 (panah biru pada Gambar VI-7), maka nilai akhir audit teknis
embung tidak sama dengan 60, yaitu 44.34 (panah biru pada Gambar VI-8) karena
masih dihitung terhadap nilai sub komponen lain.
2) Puncak 7.00
Gambar VI-7 Contoh Penafsiran Sub Komponen Hasil Audit Teknis Embung
1) Bangunan Pengambilan -
- Menara -
- Pintu-pintu -
- Jembatan Pelayanan -
- Mercu 1.75 -
IV INSTRUMENTASI EMBUNG -
4) Sumur Pengamatan -
5) Peil schale - -
Nilai 44.34 dapat diambil sebagai cermin kondisi fisik struktur Embung Tandengan
secara keseluruhan. Hal yang sama juga berlaku untuk penilaian audit teknis fungsi
manfaat embung.
Tindak lanjut audit teknis ini adalah penanganan fisik danau/embung untuk menaikkan
nilai kinerja fisik sehingga mampu mendukung fungsi kemanfaatan danau/embung.
Dasar tindak lanjut adalah grafik antara kinerja prasarana dan manfaat
danau/embung, seperti terlihat di bawah ini :
fungsi embung dipaksakan sama dengan kondisi kinerja prasarana pada waktu
masih baik atau tetapi dioperasikan dengan maksimal.
5) Rehabilitasi berat : untuk kriteria kinerja prasarana ≤60 dan fungsi embung ≤60.
Pada zona ini, kinerja prasarana embung mengalami penurunan ≤60 tetapi
tetapi juga diikuti penurunan fungsi embung atau embung tidak dapat
dioperasikan dengan maksimal.
Berdasarkan acuan Gambar VI-9 di atas, hasil audit teknis terhadap 11 (sebelas)
danau dan embung di Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Tenggara dapat dibuat tabel
di bawah ini :
Tabel VI-8 Hasil Audit Teknis dan Tindak Lanjut Danau & Embung
Penilaian Penilaian
No. Nama Danau/Embung Kondisi Kondisi Rekomendasi
Struktur Fungsi/Manfaat
1 Bulilin 80.90 76.05 Rehabilitasi Ringan
2 Tutud 80.40 73.40 Rehabilitasi Ringan
3 Kawelaan 72.54 82.40 Rehabilitasi Ringan
4 Pangolombian 64.20 63.30 Rehabilitasi Ringan
5 Tombakar 60.41 79.90 Rehabilitasi Ringan
6 Koha 78.00 69.70 Rehabilitasi Ringan
7 Kulo 70.79 79.40 Rehabilitasi Ringan
8 Sumesempot 63.08 67.15 Rehabilitasi Ringan
9 Tandengan 44.34 25.90 Rehabilitasi Berat
10 Lookena 58.99 68.65 Rehabilitasi Sedang
11 Kalawiran 60.44 75.15 Rehabilitasi Ringan
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2016
BAB VII
AKNOP DANAU DAN EMBUNG
7.2. Analisa Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Danau dan Embung
Analisis kebutuhan aktual pembiayaan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi tiap
bangunan & tiap ruas saluran untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan
embung. Bangunan embung mengalami penurunan kinerja karena pengaruh faktor
eksternal dan internal. Selain itu, analisis kebutuhan aktual SDM juga dibutuhkan,
misalnya pembiayaan berupa insentif (honor atau upah) dan perjalanan dinas (bagi
pengamat, juru, PPA / staf), serta biaya operasional kantor dan peralatan seperti
kebutuhan ATK, bahan survey dan sebagainya.
Gambar di atas sebagai ilustrasi analisis terkait dengan kebutuhan nyata O&P. Pada
Gambar VII-1 menyampaikan bahwa kendaraan memiliki kondisi fisik 65% dan fungsi
dioptimalkan 90%. Kondisi ini dijalankan dengan dana Operasional saja tanpa ada
biaya Pemeliharaan, akibatnya kendaraan ini rusak (nilai fisik <50%) sehingga tidak
bisa dijalankan (nilai fungsi = 0%). Kondisi ini umum dijumpai di keseharian. Pada
akhirnya, biaya untuk perbaikan bisa melebihi dari biaya Operasional (lihat Gambar
VII-2), sehingga kondisi kendaraan ini mencapai 90% dan bisa dijalankan kembali.
Dengan kata lain, biaya O&P selalu menyertai kinerja sarana prasarana dan biaya
O&P ≠ biaya perbaikan.
Terjadinya kegagalan fungsi suatu embung, tidak hanya disebabkan atau dipicu oleh
kejadian alam yang luar biasa, namun juga dapat disebabkan oleh kekritisan kondisi
embung karena kurang optimalnya kegiatan OP dan pengelolaan embung oleh
berbagai faktor keterbatasan, termasuk tidak terpenuhinya biaya OP yang memadai
arena kurang tersedianya anggaran OP tersebut atau karena belum diterapkannya
analisan besaran kebutuhan nyata OP embung sebagai acuannya.
Kekritisan kinerja embung serta penurunan kondisi dan fungsi prasarana embung
dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, yaitu :
a. Faktor eksternal antara lain : adanya pengaruh iklim global, penurunan kondisi
catchment area dan lingkungan oleh perubahan alih fungsi lahan, faktor tekanan
aktivitas masyarakat dan penurunan daya dukung lingkungan, yang dapat
memberikan tekanan terhadap kemapuan dan kapasitas prasarana embung
serta peningkatan kerawanan (vulnerability) terhadap masyarakat dan
lingkungan di sekitar embung.
b. Faktor internal ditunjukkan dengan gejala permasalahan dalam pengelolaan
embung seperti : umur dan kerusakan struktur yang membatasai penggunaan
tampungan embung, tidak lengkapnya alat monitoring muka air embung, kurang
efektifnya kegiatan operasi dan pemeliharaan, kurang optimalnya fungsi
kelembagaan pengelolaan embung, beban permasalahan sedimentasi dan
pencemaran air, dimana sangat memengaruhi kecepatan penurunan kualitas
kondisi fisik dan fungsi prasarana embung.
Aspek operasi dan pemeliharaan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
menjaga keberlangsungan fungsi dan manfaat sebuah bangunan. Pemeliharaan
merupakan kegiatan untuk tindakan preventif terhdapa kemungkinan penurunan
kondisi bangunan. Adanya SOP (prosedur operasi standar) serta kepastian
pembiayaan OP merupakan prasyarat bagi terselenggaranya kegiaan OP secara
efektif.,
Pengelolaan embung yang merupakan unsur pokok untuk tujuan pembangunan
embung dalam lingkup pelestarian fungsi manfaat embung, meliputi beberapa
kegiatan, antara lain:
a. Operasional
b. Pemeliharaan
c. Pemantauan, Pemeriksaan, dan Evaluasi
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
A.I Gaji dan Upah Rp 27,300,000
A.II Bahan Habis Pakai Rp 3,600,000
A.III Perlengkapan Petugas Embung Rp 379,450
A.IV Lain - Lain Rp 2,061,416
JUMLAH Rp 250,735,096
PPN 10 % Rp 25,073,510
TOTAL Rp 275,808,605
DIBULATKAN Rp 276,000,000
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
A.I Gaji dan Upah Rp 27,300,000
A.II Bahan Habis Pakai Rp 3,600,000
A.III Perlengkapan Petugas Embung Rp 379,450
A.IV Lain - Lain Rp 2,061,416
JUMLAH Rp 1,972,761,241
PPN 10 % Rp 197,276,124
TOTAL Rp 2,170,037,365
DIBULATKAN Rp 2,171,000,000
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
A.I Gaji dan Upah Rp 27,300,000
A.II Bahan Habis Pakai Rp 3,600,000
A.III Perlengkapan Petugas Embung Rp 379,450
A.IV Lain - Lain Rp 2,061,416
JUMLAH Rp 1,824,155,448
PPN 10 % Rp 182,415,545
TOTAL Rp 2,006,570,993
DIBULATKAN Rp 2,007,000,000
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,279,450
A.I Gaji dan Upah Rp 27,300,000
A.II Bahan Habis Pakai Rp 3,600,000
A.III Perlengkapan Petugas Embung Rp 379,450
A.IV Lain - Lain Rp 2,000,000
JUMLAH Rp 436,821,322
PPN 10 % Rp 43,682,132
TOTAL Rp 480,503,454
DIBULATKAN Rp 481,000,000
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
A.I Gaji dan Upah Rp 27,300,000
A.II Bahan Habis Pakai Rp 3,600,000
A.III Perlengkapan Petugas Embung Rp 379,450
A.IV Lain - Lain Rp 2,061,416
JUMLAH Rp 3,470,966,646
PPN 10 % Rp 347,096,665
TOTAL Rp 3,818,063,310
DIBULATKAN Rp 3,819,000,000
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
JUMLAH Rp 29,854,310,518
PPN 10 % Rp 2,985,431,052
TOTAL Rp 32,839,741,570
DIBULATKAN Rp 32,839,741,600
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
JUMLAH Rp 3,442,317,233
PPN 10 % Rp 344,231,723
TOTAL Rp 3,786,548,956
DIBULATKAN Rp 3,786,549,000
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
JUMLAH Rp 4,716,236,594
PPN 10 % Rp 471,623,659
TOTAL Rp 5,187,860,254
DIBULATKAN Rp 5,187,860,300
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
JUMLAH Rp 309,572,985
PPN 10 % Rp 30,957,298
TOTAL Rp 340,530,283
DIBULATKAN Rp 340,530,300
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
JUMLAH Rp 1,634,238,773
PPN 10 % Rp 163,423,877
TOTAL Rp 1,797,662,650
DIBULATKAN Rp 1,797,662,700
Jumlah Biaya
No. Uraian Pekerjaan
(Rp.)
A OPERASI Rp 33,340,866
JUMLAH Rp 52,789,908
PPN 10 % Rp 5,278,991
TOTAL Rp 58,068,899
DIBULATKAN Rp 58,068,900
1 Jalan inspeksi
1 Jalan masuk (road C)
badan jalan Makadam Perbaikan konstruksi P7
area bahu jalan pembersihan rutin 1 bln P1
pemeriksaan 3 bln
2 Jalan inspeksi (road G)
badan jalan Makadam Perbaikan konstruksi P7
area bahu jalan pembersihan rutin 1 bln P1
5 Bangunan Embung
1 Dinding tanggul pasangan batu kosong pembersihan rutin 1 bln P1 pemeriksaan 3 bln
perbaikan pas. Batu kosong 1 thn P12
2 Tampat mandi hewan pasangan batu pembersihan rutin 1 bln P1 pemeriksaan 3 bln
perbaikan pas. Batu kosong 1 thn P12
3 Tempat Cuci, mandi pasangan batu pembersihan rutin 1 bln P1 pemeriksaan 3 bln
perbaikan pas. Batu kosong 1 thn P12
4 Trash rack
perbaikan ringan P9 pemeriksaan rutin 2 mg
pelumasan P11 uji operasi 1 thn
pengecatan 1 thn P2
perbaikan ringan P9
pembersihan sampah
8 Jaringan distribusi
1 Pipa distribusi buka/tutup 1 hr pelumasan 1 bln P11 pemeriksaan rutin 2 mg
9 Spillway
1 Spillway
1 Kolam olak beton pembersihan rutin 3 bln P1
2 Area samping spillway(kanan/kiri) area tanah pembersihan rutin 3 bln P1 pemeriksaan rutin 2 mg
3 Dinding spillway(kanan/kiri) beton Perbaikan retakan P8
2 Jembatan spillway
1 Hand rail besi pengecatan 1 thn P2
pemeriksaan rutin 2 mg
perbaikan ringan P9
2 Permukaan jalan Makadam Penambalan jalan P7
13 Bangunan Pendukung
1 Kantor pengamatan Pemakaian Listrik pengecatan ulang pemeriksaan rutin 6 bln
Air Minum perawatan atap
perawatan taman
penggantian lampu
perawatan AC
3 Pos satpam klimatologi Pemakaian Listrik pengecatan ulang pemeriksaan rutin 6 bln
perawatan atap
perawatan taman
penggantian lampu
14 Operasional kantor
1 Penyusunan AKNOP Laporan 1 thn Arsip 1 thn Laporan 1 thn
2 Rapat koordinasi internal Diskusi, snack, 1 mg Arsip 1 bln absensi 1 bln
3 Koordinasi ke BBWS SO Transportasi 1 bln Arsip 1 bln SPD 1 bln
4 Pelatihan undangan 6 bln Arsip 1 thn absensi, dokumentasi, 1 thn
sertifikat
5 Studi banding Perjalanan dinas 1 thn Arsip 1 thn Laporan SPD 1 thn
6 Konsumsi rutin Nota pembayaran 1 bln Arsip 1 bln Nota pembayaran 1 bln
7 Sosialisasi Pertemuan warga 6 bln Arsip 1 thn Laporan 1 thn
8 penyusunan laporan - laporan Pelaporan 1 bln Arsip 1 thn Pelaporan 1 thn
15 Tenaga pendukung
1 Tenaga honorer absensi tanda tangan 1 hr remunerasi 1 bln tanda terima 1 bln
2 Tenaga kontrak absensi tanda tangan 1 hr remunerasi 1 bln tanda terima 1 bln
16 kegiatan berkala
1 Pemutakhiran data inventory data 1 thn Storage data 1 bln Data tahun terakhir 1 thn
2 Inspeksi besar walk through 1 thn Manual OP 1 bln pemeriksaan rutin 2 thn
3 Inspeksi khusus walk through 1 bln Manual OP 1 bln pemeriksaan rutin 1 bln
BAB VIII
PENUTUP
Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari hasil kegiatan selama periode
pelaksanaan hingga penyusunan laporan ini, antara lain:
1. Kegiatan survey topografi yang sudah dilakukan meliputi pemasangan 11 BM
dan 11 CP serta telah dilakukan pengukuran GPS Geodetic terhadap BM dan
CP yang sudah terpasang.
2. Besarnya debit banjir rancangan dan tampungan danau dan embung di Kab.
Minahasa dan Kab. Minahasa Tenggara sebagai berikut :
Embung Kulo
o Q 100 = 2,507 m3.dt-1
o Q PMF = 9,570 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 718,81 m
o Elevasi muka air = 721,00 m
o Luas genangan = 1.683,50 m2
o
Volume tampungan = 2.613,91 m3
Embung Kalawiran
o Q 100 = 2,052 m3.dt-1
o
Q PMF = 7,830 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 712,00 m
Embung Sumesempot
o Q 100 = 3,086 m3.dt-1
o Q PMF = 11,779 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 708,24 m
o Elevasi muka air = 710,04 m
o Luas genangan = 14.981,09 m2
o Volume tampungan = 17.590,36 m3
Embung Tombakar
o Q 100 = 9,833 m3.dt-1
o Q PMF = 37,527 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 696,84 m
o Elevasi muka air = 699,01 m
o Luas genangan = 19.111,48 m2
o Volume tampungan = 27.284,41 m3
Embung Lookena
o Q 100 = 2,971 m3.dt-1
o Q PMF = 11,340 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 732,84 m
o Elevasi muka air = 735,00 m
o Luas genangan = 3.420,56 m2
o Volume tampungan = 5.227,64 m3
Danau Pangolombian
o Q 100 = 30,284 m3.dt-1
o Q PMF = 115,585 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 904,00 m
o Elevasi muka air = 906,14 m
Danau Kawelaan
o Q 100 = 6,275 m3.dt-1
o Q PMF = 53,561 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 395,27 m
o Elevasi muka air = 398,73 m
o Luas genangan = 110.347,19 m2
o Volume tampungan = 245.631,56 m3
Danau Bulilin
o Q 100 = 9,073 m3.dt-1
o Q PMF = 77,438 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 393,00 m
o Elevasi muka air = 397,49 m
o Luas genangan = 272.172,58 m2
o Volume tampungan = 660.523,84m3
Danau Tutud
o Q 100 = 3,578 m3.dt-1
o Q PMF = 30,541 m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 387,00 m
o Elevasi muka air = 389,46 m
o Luas genangan = 104.483,48 m2
o Volume tampungan = 166.460,19 m3
Embung Koha
o Q 100 = 91,757 m3.dt-1
o Q PMF = 348,392m3.dt-1
o Elevasi dasar embung = 145,04 m
o Elevasi muka air = 147,97 m
o Luas genangan = 2.746,67 m2
Embung Tandengan
o Q 100 = 3,014 m3.dt-1
o Q PMF = 11,505 m3.dt-1
(Mengalami rusak berat karena tampungan embung tertutup sedimen dan
kondisi kering).
3. Hasil audit teknis terhadap danau dan embung di 11 (sebelas) lokasi adalah :