A. Airway (jalan napas): adanya sumbatan yang terbentuk akibat edema
mukosa jalan nafas dan sekret yang diproduksi berlebihan (hiperekskresi), pada luka bakar kritis biasanya disertai trauma inhalasi sedangkan pada luka bakar akut dengan kecurigaan trauma inhalasi. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami trauma inhalasi). Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan intubasi atau trakheostomi) B. Breathing (pernapasan): adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan dada terkait keteraturan dan frekuensinya. Adanya suara nafas tambahan ronkhi, wheezing atau stridor. C. Circulation (sirkulasi): warna kulit tergantung pada derajat luka bakar, melambatnya capillary refill time, hipotensi, mukosa kering, nadi meningkat. 2. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui secara akurat tingkat kedalamannya). 3. Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter). 4. Pasang kateter urine. 5. Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan. 6. Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya (disesuaikan dengan produksi urine tiap jam) 7. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan. Pada klien yang mengalami trauma inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan obat bronkodilator. 8. Periksa lab darah. 9. Berikan suntikan ATS/Toxoid. 10. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar. 11. Perawatan luka. a) Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100) b) Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang mengganggu pergerakan c) Selimuti pasien dengan selimut steril 12. Pemberian obat-obatan (kolaborasi dengan dokter): Antasida H2 antagonis, Roborantia (vitamin C dan A), Analgetik, Antibiotic. 13. Mobilisasi secara dini (range of motion). 14. Pengaturan posisi.