Judul : Dirjen Kebudayaan Melarang Adanya Diskriminasi Bahasa Daerah
Sumber : Liputan 6.com
Tanggal 21 Februari diperingati secara luas Hari Bahasa Ibu Internasional.
Untuk tahun ini, Badan Bahasa Indonesia mengusung tema “Kebinekaan Bahasa Daerah sebagai Potensi Pemajuan Bangsa”. Hilmar Farid, selaku Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan, berpesan agar jangan ada diskriminasi terhadap bahasa lokal atau bahasa Ibu (bahasa Daerah). “Jangan kucilkan atau deskriminasi keberadaan bahasa lockal”. Pesannya sangat sederhana, bahwa bahasa itu memejukan kebudayaan Indonesia. “Kita harus bias memajukan kebudayaan dan bahasa kita”, ujar Hilmar. Menurut Hilmar, politik dalam kebijakan bahasa harus inklusif dan melibatkan semua pihak. Sebab, prinsip dasarnya adalah politik bahasa sama dengan politik kebudayaan, sehingga tidak boleh mendeskriminasi bahasa. Pada kesempatan ini, Hilmar juga menyebutkan Indonesia tidak memiliki Schedule language, yakni penetapan bahasa secara kunstitusional. “Di India sudah ada 22 bahasa yang sudah dimasukkan ke schedule language, di Indonesia belum ada, tapi tolong saya koreksi kembali”, kata Hilmar. Dalam UUD 1945pasal 32 ayat 1 menyebutkan, Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Dari nukilan UUD 45 tersebut, Hilmar melanjutkan, “salah satu upaya memajukan adalah melindungi. Melindungi itu termasuk mengenal, mencatat atau mendokumentasikan, dan ini pekerjaan yang kompleks”, ujarnya. Tanggapan : saya sangat setuju dengan pernyataan Dirjen kebudayaan yang melarang adanya diskriminasi terhadap bahasa daerah, karna diskriminasi bahasa daerah dapat mengurangi kebudayaan di Indonesia. Bahasa dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling berkaitan. Bahasa adalah penanda eksistensi budaya dari masyaraka yang bersangkutan. Bahasa juga sering disebut cermin masyarakatnya. Jika diskriminasi terhadap bahasa daerah masih terjadi, secara otomatis kebudayaan di Indonesia pun akan berkurang. Oleh karena itu, marilah kita menjaga dan melestarikan bahsa daerah bukan mendiskriminasikannya. Dengan begitu, budaya di Indonesia juga akan tetap terjaga.