Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi semakin mendapat perhatian khusus sejak

diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang

Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population

and Development) di Kairo, Mesir pada tahun 1994 (Purwoastuti dan

Walyani,2015;h.15). World Health Organization menyebutkan tahun 2016

merupakan tahun yang kritis bagi kesehatan seksual dan reproduksi remaja

(WHO,2016). Hal ini disebabkan karena secara global program remaja di

bidang kesehatan reproduksi masih terbatas dan evaluasinya masih belum

memadai (Purwoastuti dan Walyani,2015;h.15). Maka dari itu salah satu target

khusus Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 3) adalah pada tahun 2030,

dunia harus memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan

reproduksi dan seksual, termasuk keluarga berencana, informasi dan

pendidikan, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan

program nasional. Mempromosikan perilaku sehat selama masa remaja, dan

mengambil langkah lebih melindungi anak muda dari risiko kesehatan sangat

penting untuk pencegahan masalah kesehatan di masa dewasa, serta

meningkatkan kesehatan dan kemampuan negara untuk berkembang dan maju

di masa mendatang (WHO,2018).

1
2

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun, sedangkan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja

adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pusat Data dan Informasi

Kementerian kesehatan RI,2012). Bila dilihat dari data kependudukan, remaja

di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,48% dari tahun 2016 ke 2017.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa jumlah penduduk

remaja di Jawa Tengah tahun 2017 dengan kelompok usia 10-24 tahun

sebanyak 11.076.775 atau sekitar 32,33 % dari jumlah penduduk.

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

fisik, emosi dan psikis. Pada masa ini remaja mengalami masa pematangan

organ reproduksi. Kematangan alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan

sistem reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja

sehingga diperlukan perhatian khusus agar mereka dapat mengatasi masalah

kesehatan reproduksi remaja secara tuntas (Widyastuti,dkk,2014;h.11). Salah

satu keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi remaja

yaitu infeksi organ reproduksi. Setiap tahun, sekitar 100 wanita di seluruh

dunia terkena infeksi genital termasuk infeksi saluran kemih dan vaginosis

bakteri, dan 75% wanita memiliki riwayat infeksi genital. Studi yang

melibatkan berbagai tingkat masyarakat melaporkan prevalensi keputihan

abnormal sebesar 12,1 hingga 30% (Sevil et al,2013). Wanita di Indonesia

sebanyak 75% pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam


3

hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali

atau lebih (BKKBN,2012).

Salah satu faktor risiko penyebab infeksi vagina adalah kebersihan

organ reproduksi yang buruk. Kurangnya kebiasaan mencuci tangan, tidak

menggunakan pakaian dalam yang tepat, pembalut yang digunakan selama

menstruasi, tidak mempraktikkan perilaku hygiene organ reproduksi eksterna

digambarkan sebagai situasi kebersihan yang buruk serta faktor terjadinya

infeksi genital (Sevil et al,2013).

Masalah kesehatan di usia dewasa sebagian berkaitan dengan perilaku

kesehatan di usia muda termasuk usia remaja (Kusumawardani

dkk,2015;h.4). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons

seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, pelayanan

kesehatan dan lingkungan. Respon tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap,

dan tindakan nyata atau praktik (Notoadmojo,2010,h;46,56). Menurut teori

Sunaryo (2013;h.9) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

yaitu faktor genetik (dari dalam diri individu) dan faktor eksogen (dari luar

diri individu). Faktor genetik meliputi jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat

kepribadian, bakat pembawaan dan inteligensi. Sedangkan faktor eksogen

terdiri dari lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi serta kebudayaan

(Sunaryo,2013;h.8-13). Remaja seringkali kekurangan informasi dasar

mengenai kesehatan reproduksi sehingga perilaku kesehatan mereka kurang

tepat (Purwoastuti dan Walyani;h.16). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Yasnani, dkk (2016) ada hubungan yang signifikan antara


4

pengetahuan (p value =0,030), sikap (p value =0,009), dan tindakan (p value

=0,003) siswi dengan personal hygiene menstruasi.

Hal ini menandakan bahwa pengertian, bimbingan dan dukungan dari

lingkungan sekitarnya diperlukan agar remaja kelak dapat menjadi manusia

dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti,dkk,

2014;h.11). Pengenalan dini dan tindakan pencegahan tentang infeksi

genetalia bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan

reproduksi wanita. Dalam hal ini kebersihan organ genetalia eksterna

memiliki peran kunci dalam mencegah infeksi (Sevil et al,2013), sehingga

pendidikan kesehatan diperlukan untuk menciptakan perilaku kesehatan yang

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Widyastuti, dkk,2014;h.155).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Pondok Pesantren Sirojul

Mukhlasin II, didapatkan data bahwa 7 dari 10 siswi yang duduk di bangku

Madrasah Aliyah mengatakan mengalami keputihan yang cukup banyak,

berbau, berwarna kekuningan, disertai rasa gatal dan terjadi setiap saat,

sedangkan 3 orang mengatakan mengalami keputihan yang berwarna bening

pada waktu sebelum dan sesudah menstruasi. Saat dikaji mendalam melalui

wawancara, 2 orang siswi telah mengetahui apa itu personal hygiene organ

reproduksi eksterna dengan tindakan yang tepat. Sedangkan 8 orang lainnya

tidak mengetahuinya dan tindakan mereka masih kurang tepat, seperti cara

cebok, penggunaan cairan pembersih vagina, perawatan rambut kemaluan,

serta penggantian pembalut saat menstruasi. Menurut teori (Efendi dan

Makhfudli,2009;h.315) siswi pondok pesantren hidup bersama selama 24 jam


5

dan menjalankan aktivitas pendidikan yang sama sehingga mereka

membentuk suatu perilaku yang sama pula. Melalui kegiatan wawancara,

pembimbing pos kesehatan pesantren menjelaskan bahwa sampai saat ini

belum pernah diadakan pendidikan kesehatan tentang perilaku personal

hygiene organ reproduksi eksterna pada remaja putri.

Berdasarkan dari fenomena tersebut dan mengingat pentingnya perilaku

menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “perbedaan pengetahuan, sikap, perilaku

sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang personal

hygiene organ reproduksi eksterna”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan beberapa data yang telah dipaparkan diatas menunjukkan

bahwa perilaku kebersihan organ reproduksi yang buruk mempunyai akibat

yang cukup memprihatinkan yaitu infeksi pada alat reproduksi wanita.

Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di

Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II, didapatkan data bahwa 7 dari 10

siswi yang duduk di bangku Madrasah Aliyah mengalami keputihan

patologis, sedangkan 3 orang mengalami keputihan fisiologis. Saat dikaji

mendalam melalui wawancara, 2 orang siswi telah mengetahui apa itu

personal hygiene organ reproduksi eksterna dengan tindakan yang tepat.

Sedangkan 8 orang lainnya tidak mengetahuinya dan tindakan mereka masih

kurang tepat. Pembimbing pos kesehatan pesantren juga menjelaskan bahwa


6

sampai saat ini belum pernah diadakan pendidikan kesehatan tentang

personal hygiene organ reproduksi eksterna pada remaja putri.

Peneliti merumuskan masalah ini yaitu “Apakah ada perbedaan

pengetahuan, sikap, perilaku sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan tentang personal hygiene organ reproduksi eksterna”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui perbedaan pengetahan, sikap, perilaku sebelum dan

sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang personal hygiene

organ reproduksi eksterna

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene

organ reproduksi eksterna sebelum pemberian pendidikan kesehatan

b. Mendeskripsikan sikap remaja putri tentang personal hygiene organ

reproduksi eksterna sebelum pemberian pendidikan kesehatan

c. Mendeskripsikan perilaku remaja putri tentang personal hygiene organ

reproduksi eksterna sebelum pemberian pendidikan kesehatan

d. Mendeskripsikan pengetahuan remaja putri tentangpersonalhygiene

organ reproduksi eksterna sesudah pemberian pendidikan kesehatan

e. Mendeskripsikan sikap remaja putri tentang personalhygiene organ

reproduksi eksterna sesudah pemberian pendidikan kesehatan

f. Mendeskripsikan perilaku remaja putri tentang personalhygiene organ

reproduksi eksterna sesudah pemberian pendidikan kesehatan


7

g. Menganalisa perbedaan pengetahuan remaja putri tentang personal

hygiene organ reproduksi sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan

h. Menganalisa perbedaan sikap remaja putri tentang personal hygiene

organ reproduksi sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan

i. Menganalisa perbedaan perilaku remaja putri tentang personal hygiene

organ reproduksi sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku tentang personal hygiene organ reproduksi eksterna pada remaja

putri sehingga penyakit infeksi saluran reproduksi dapat dicegah.

2. Bagi Prodi Kebidanan Magelang

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terutama dalam

ruang lingkup kesehatan reproduksi tentang perilaku personal hygiene

organ reproduksi eksterna dan untuk menambah referensi di Prodi

Kebidanan Magelang.

3. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman secara nyata dalam upaya untuk

memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku personal hygiene organ


8

reproduksi eksterna dengan pemberian pendidikan kesehatan di lahan

secara langsung.

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan dapat memberikan perhatian terhadap remaja agar

menerapkan perilaku personal hygiene organ reproduksi eksterna dalam

kehidupan sehari-hari.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Ruang lingkup variabel

Pada penelitian ini variabel independennya yaitu pendidikan kesehatan

tentang personal hygiene organ reproduksi eksterna. Variabel

dependennya yaitu pengetahuan, sikap, perilaku tentang personal hygiene

organ reproduksi eksterna.

2. Ruang lingkup subjek

Subjek atau responden pada penelitian ini yaitu siswi kelas XI.

3. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2018 sampai dengan April

2019.

4. Ruang lingkup tempat

Lokasi penelitian yang diambil yaitu di Pondok Pesantren Sirojul

Mukhlasin II, MA Yajri Secang Magelang.

F. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Peneliti Judul Desain Hasil
Popy Hubungan Perilaku Survei analitik Ada hubungan perilaku vulva
Wulandari Vulva Hygiene korelasidengan hygiene dengan kejadian
dan Mei Dengan pendekatan cross keputihan Patologi pada siswi
9

Muhartati Kejadian Keputihan sectional. kelas X SMA Muhammadiyah 7


Patologi pada Siswi Yogyakarta tahun 2016, dengan
kelas X di SMA nilai significancy pada hasil
Muhammadiyah 7 menunjukan p= 0,001 < 0,05
Yogyakarta
Dian Erika Efektifitas Pendidikan Penelitian Terdapat perbedaan yang
Purnama Kesehatan kuantitatif dengan signifikan pengetahuan remaja
Terhadap Tingkat desain pre perempuan tentang pencegahan
Pengetahuan Remaja eksperimen-one keputihan sebelum dan sesudah
Perempuan Tentang group pre and post diberikan pendidikan kesehatan,
Pencegahan test design. dengan nilai significancy pada
Keputihan di SMK hasil menunjukan p= 0,000 <
YMJ Ciputat 0,05
Nurul Faktor Yang Analitik Hasil penelitian menunjukkan
Ristiana Berhubungan Dengan observasional bahwa pengetahuan santriwati
Praktik Personal dengan pendekatan (p=0,000), sikap santriwati (p
Hygiene Organ cross sectional value=0,003), dukungan
Genitalia Eksterna study dengan umi/nyai (p=0,009), dukungan
Pada Santriwati Di metode penelitian teman (pvalue=0,012),
Pondok Pesantren Al- kuantitatif pemanfaatan sarana prasarana
Uswah Semarang (p=0,004). Tidak ada hubungan
antara faktor tingkat pendidikan
(p=0,14) dan dukungan orang
tua(pvalue=1,00) dengan praktik
personal hygiene organ genitalia
eksterna
Nur Intan Perbedaan Pre Experimen
Kartika Sari Pengetahuan, Sikap, with one group
Perilaku Sebelum dan pretest postest
Sesudah Pemberian
Pendidikan Kesehatan
tentang Personal
Hygiene Organ
Reproduksi Eksterna

Perbedaan dengan peneitian sebelumnya antara lain:

Variabel independent dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

tentang personal hygiene organ reproduksi eksterna, sedangkan variabel

dependent dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap, perilaku sebelum dan

sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang personal hygiene organ

reproduksi eksterna. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas XI

MA Yajri Secang Magelang sejumlah 76 siswa, dengan teknik sampling jenuh.

Rancangan dalam penelitian ini yaitu pre experimental dengan desain peneltian

one group pretest posttest.

Anda mungkin juga menyukai