Anda di halaman 1dari 26

i

DEGENERATIF PENYAKIT PARKINSON

KELAS A 2016

KELOMPOK 2

o Hasmirawati : 16 3145 105 005


o Husni Sileuw : 16 3145 105 009
o Siska Anggian : 16 3145 105 032
o Sitti Faradhiba Nur : 16 3145 105 033
o Suci Fitri Handayani : 16 3145 105 035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dan manfaatnya bagi pembaca.

Makassar 25 September 2018

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1

A. Definisi ............................................................................................................................................... 1

B. Etiologi............................................................................................................................................... 1

C. Manifestasi Klinis .......................................................................................................................... 2

D. PatofisiologI..................................................................................................................................... 2

E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................................. 3

E. Penatalaksanaan............................................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN .............................................................................................................................................. 6

A. Pengkajian ........................................................................................................................................ 6

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................ 13

C. Intervensi Keperawatan .......................................................................................................... 14

D. Perawatan Paliatif...................................................................................................................... 19

E. Terapi Komplementer .............................................................................................................. 20

BAB III PENUTUP .......................................................................................................................................... 21

A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 21

B. Saran................................................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ 22

iii
iv

iv
1

BAB I

KONSEP TEORI

A. Definisi
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif
yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia
(perlambatan gerakan) tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002)
Parkisonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai
dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekauan otot, dan hilangnya refleks-
refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur
dopaminergik (prduksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra
dengan korpus striatum (nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis), basal
ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk
mengawali, modulasi, mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-
gerakan otomotid (Sylvia dan Price 19990. Kalimat itu kita tulis pada
“penyebab” saja.

B. Etiologi
Sebagian besar penyebab kasus ini dianggap tidak diketahui atau idiopatik.
Parkisonisme idopatik adalah penyakit Parkinson atau paralisis agitans.
Merupakan suatu penyakit progresif lambat yang menyerang usia pertengahan
atau lanjut, dengan awitan (onset) khas pada usia lima puluhan dan enam
puluhan. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkannya..
2

C. Manifestasi Klinik
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot,
dan hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan
menjadi kaku pada bentuk semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran
dalam memulai,mempertahankan, dan membentuk aktivitas motorik dan
pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal.
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor,
seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain,
dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. karakteristik
tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada
lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari.
Keadaan ini meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas,
dan muncul pada saat klien istirahat.
Karakteristik penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya
berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas
kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan
otot, wajah mengalami sedikit ekspresi di mana saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.

D. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis.
Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka
sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan
tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah
sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan
informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
3

Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia


neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara
saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan
dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari
kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui.
Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang
memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson
merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu
infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika
penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau
menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang
digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja
dopamin pada sel saraf.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
b. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit
kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi
berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala
yang timbul.
4

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik,
obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor,
rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk
memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu.
Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik
seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap
melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit
parkinson:
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane).
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit
parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol
tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk
menghilangkan gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan
kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan
untuk mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
5

f) Obat-obat antidepresan
g) Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan
harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa
menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk
menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi)
pada penderita. Makanan berserat akan membantu
mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan
kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.

2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa
efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga
terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk
atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik
pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang
dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau
perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas,
tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur,
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam
menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas,
keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu
dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah
keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
6

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem
persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia
lanjut, pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki),
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomor register dan diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.

Riwayat Penyakit Saat Ini


Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah
satu lengan dan tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala,
walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa
lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak
tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil
diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau
merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
7

Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada


sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas
deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis
seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang
diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :
 Apakah Anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?
 Apakah Anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki?
 Apakah Anda mengalami “beku” atau terpaku dan tidak mampu
bergerak?
 Apakah air liur Anda berlebihan?
 Pernakah Anda (orang lain) melihat diri Anda meringis atau membuat
gerakan wajah atau menguyah?
 Aktivitas fisik apa yang sulit Anda lakukan?

Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan
tentang adalah riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan
obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.

Riwayat Penyakit Keluarga


Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson
dengan sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat
penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah
anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan DM. Hal ini
8

diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat


mempercepat progresifnya penyakit.

Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan
untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson
adalah tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan
kognitif, persepsi dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi
psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut)
umumnya terjadi pada lansia.

Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang
diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
9

per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.

Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.

B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya
fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan
kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas
dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor,
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem
saraf otonom.
10

B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung
pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada
status kognitif klien.

Pemeriksaan fungsi serebri


Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori
baik jangka pendek dan memori jangka panjang.

Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu
melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan
11

ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat bicara wajah seperti topeng
(sering mengedipkan mata).
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan
dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Sistem Motorik
 Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering
mengalami rigiditas deserebrasi.
 Tonus otot ditemukan meningkat.
 Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat
menimbulkan sering jatuh.
12

Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik
yang ada merupakan hasil dari neuropati.

B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami
inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten
dengan teknik steril.

B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-
hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
13

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
2) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol
otot/koordinasi.
3) Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi
dan penurunan aktivasi.
4) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah,
dan menelan.
5) Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-
otot wajah.
6) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit.
7) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi
prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
14

Diagnosa 1: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan


kekakuan dan kelemahan otot.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas


fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan
tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional

Kaji mobilitas yang ada dan Mengetahui tingkat kemampuan


observasi peningkatan kerusakan. klien dalam melakukan aktivitas.
Kaji secara teratur fungsi motorik.
Lakukan program latihan yang Meningkatkan koordinasi dan
meningkatkan kekuatan otot. ketangkasan, menurunkan
kekakuan otot dan mencegah
kontraktur bila otot tidak
digunakan.

Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan


kecenderungan kepala dan leher
tertarik kedepan dan kebawah.

Ajarkan teknik berjalan khusus : Teknik berjalan khusus dapat juga


 Ajarkan untuk berkosentrasi dipelajari untuk mengimbangi
pada berjalan tegak, gaya berjalan menyeret dan
memandang lurus kedepan, kecenderungan tubuh condong
dan menggunakan cara kedepan.
berjalan dengan dasar lebar
(misalnya berjalan dengan
kaki terpisah).
 Klien dianjurkan untuk
latihan berjalan dengan
diiringi musik marching
band atau lagu, karena hal
ini memberikan rangsangan
sensorik.
 Latihan bernapas sambil
berjalan membantu untuk
menggerakan rangka tulang
15

rusuk dan transpor oksigen


untuk mengisi bagian paru-
paru yang kadar oksigennya
rendah.
 Melakukan periode istirahat
yang sering untuk membantu
pencegahan frustasi dan
kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase mandi hangat dan masase
otot. membantu otot-otot rileks saat
melakukan aktivitas pasif dan aktif
dan mengurangi nyeri otot akibat
spasme yang mengakibatkan
kekakuan.

Bantu klien melakukan latihan Untuk memelihara fleksibilitas


ROM, perawatan diri, sesuai sendi sesuai kemampuan.
toleransi.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Peningkatan kemampuan dalam
untuk latihan fisik klien. mobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik
oleh tim fisioterapis.

Diagnosa 2: Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan


kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan
kontrol otot/koordinasi.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.


Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi
personal/masyarakat dapat yang membantu.

Intervensi Rasional

Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi
penurunan dalam skala 0-4 untuk dan merencanakan pertemuan
melakukan ADL.
16

kebutuhan individual.

Hindari apa yang tidak dapat Menghindari klien dari keadaan


dilakukan klien dan bantu bila cemas dan ketergantungan untuk
perlu. mencegah frustasi dan harga diri
klien rendah.

Ajarkan dan dukung klien selama Dukungan pada klien selama


aktivitas. aktivitas kehidupan sehari-hari
dapat meningkatkan perawatan diri.

Rencanakan tindakan untuk Klien akan mampu melihat dan


mengatasi keterbatasan memakan makanan, akan mampu
penglihatan seperti tempatkan melihat keluar masuknya orang
makanan dan peralatan dalam keruangan.
suatu tempat, dekatkan tempat
tidur kedinding.
Modifikasi lingkungan. Modifikasi lingkungan diperlukan
untuk mengompensasi
ketidakmampuan fungsi.

Gunakan pagar disekeliling tempat Gunakan pagar disekeliling tempat


tidur. tidur baik tempat tidur di rumah
sakit dan dirumah, atau sebuah tali
yang diikatkan pada kaki tempat
tidur untuk memberi bantuan dalam
mendorong diri untuk bangun tanpa
bantuan orang lain.

Kaji kemampuan komunikasi Ketidakmampuan komunikasi


untuk buang air kecil, kemampuan dengan perawat dapat menimbulkan
menggunakan urinal, pispot. masalah pengosongan kandung
Antarkan kekamar mandi bila kemih oleh karena masalah
kondisi memungkinkan. neurogenik.

Kolaborasi Pertolongan utama terhadap fungsi


Pemberian supositoria dan bowel atau buang air besar.
pelumas feses/pencahar.
Konsultasi kedokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
17

Diagnosa 3: Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan


penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan
menggerakan otot-otot wajah.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode


komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan klien untuk Gangguan bicara ditemukan pada


berkomunikasi. banyak klien dengan penyakit
Parkinson. Bicara mereka yang
lemah, monoton, dan terdengar
halusmenuntut kesadaran berupaya
untuk bicara dengan lambat, dengan
penekanan perhatian pada apa yang
mereka katakan.

Menentukan cara-cara komunikasi Mempertahankan kontak mata akan


seperti mempertahankan kontak membuat klien tertarik selama
mata, memberikan pertanyaan komunikasi. Jika klien dapat
dengan jawaban ya atau tidak, menggerakan kepala, mengedipkan
menggunakan kertas dan mata, atau senag dengan isyarat-
pensil/bolpoin, gambar, atau papan isyarat sederhana, lebih baik dengan
tulis, bahasa isyarat, perjelas arti menggunakan pertanyaan ya/tidak.
dari komunikasi yang Kemampuan menulis kadang-
disampaikan. kadang melelahkan klien, selain itu
dapat mengakibatkan frustasi dalam
upaya memenuhi kebutuhan
komunikasi. Keluarga dapat bekerja
sama untuk membantu memenuhi
kebutuhan klien.

Pertimbangkan bentuk komunikasi Kateter intravena yang terpasang


bila terpasang kateter intravena. ditangan akan mengurangi
kebebasan klien dalam menulis atau
18

memberi isyarat.

Letakkan bel pemanggil dalam Ketergantungan klien pada


jangkauan klien dan berikan ventilator akan membuat klien lebih
penjelasan cara menggunakannya. baik dan rileks, merasa aman dan
Jawab panggilan tersebut dengan mengerti bahwa selama
segera. Penuhi kebutuhan klien. menggunakan ventilator, perawat
Katakan kepada klien bahwa akan memenuhi segala
perawat siap membantu jika kebutuhannya.
dibutuhkan.
Buatlah catatan dikantor perawat Mengingatkan staf perawat untuk
tentang keadaan klien yang dapat berespon dengan klien selama
bicara. memberikan perawatan.

Buatlah rekaman pembicaraan Rekaman pembicaraan klien dalam


klien. pita kaset secara periodik
dibutuhkan dalam memantau
perkembangan klien. Amplifier
kecil membantu bila klien
mengalami kesulitan mendengar.

Anjurkan keluarga/orang lain yang Keluarga dapat merasa akrab


dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien dalam berada dekat
dengan klien, memberikan klien selama berbicara. Pengalaman
informasi tentang keluarganya, dan ini dapat membantu atau
keadaan yang sedang terjadi. mempertahankan kontak nyata
seperti merasakan kehadiran
anggota keluarga yang dapat
mengurangi perasaan kaku.

Kolaborasi dengan ahli wicara Ahli terapi wicara bahasa dapat


bahasa. membantu dalam membentuk
peningkatan latihan percakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode
komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan klien.

D. Keperawatan Paliatif
19

• Gangguan fisik, untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan konseling


gizi, melakukan terapi fisik, serta memberikan teknik bagaimana mengambil
napas dalam-dalam agar tubuh menjadi lebih rileks.
• Gangguan emosi dan sosial. Tentunya menderita suatu penyakit serius akan
membuat pasien merasa takut, marah, sedih, emosi tidak terkontrol, dan
depresi. Begitupun dengan keluarga pasien yang juga merasakan hal yang
sama. Dalam perawatan paliatif, hal ini dapat dikurangi dengan cara
melakukan konseling, membuat diskusi antar-sesama pasien yang memiliki
riwayat penyakit yang sama, dan pertemuan keluarga.
• Masalah finansial. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika menderita sakit, Anda
dan keluarga tidak hanya harus siap mental dan fisik saja, namun dari segi
keuangan juga harus diperhatikan. Penyakit serius tentunya menyebabkan
pengeluaran untuk biaya pengobatan yang cukup besar. Oleh karena itu dalam
perawatan paliatif ini, tim perawat harus menjelaskan seberapa besar biaya
yang diperlukan untuk pengobatan, sebelum pengobatan tersebut dilakukan.
Tidak hanya itu, tim perawat paliatif juga haruds memberikan konseling
terkait keuangan.
• Masalah spiritual. Ketika seseorang mengalami penyakit yang serius maka
mereka akan mencari kedamaian serta ketenangan. Tim perawat akan
menolong pasien untuk menemukan kedamaiannya, dan biasanya melibatkan
tokoh masing-masing agama yang dipercayainya.

E. Terapi Komplementer
20

• Terapi Wicara
Adalah terapi yang melibatkan unsur terapi dalam percakapan atau
penggunaaan bahasa. Terapi ini dilakukan dengan mendiagnosa, mengobati
dan mengevaluasi gangguan komunikasi pada pasien, juga dengan
memperhatikan kemampuan menelan serta komunikasi pasien secara
kognitif.
Kebanyakan pasien parkinson mengalami kesulitan bicara, bahkan
terkadang berubah menjadi gagap. Beberapa diantaranya juga mengalami
kesulitan saat hendak menelan makanan.
• Terapi Fisik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi, meningkatkan
mobilitas, mengurangi rasa sakit, serta mencegah atau membatasi cedera atau
cacat fisik permanen pada pasien. Kegiatan ringan yang diajarkan meliputi
seperti kegiatan sehari-hari seperti bangun dari tempat tidur, bangun dari
kursi, kelar masuk mobil, dan berjalan.
• Terapi Okupasi
Berfokus agar pasien dapat kembali melakukan aktivitas hariannya
secara mandiri. Seperti cara makan, mandi berpakaian, serta hal-hal lain
seperti menggunakan gadget dan komputer.
21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang
mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur
gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan
gerakan) tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002)

B. Saran
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan
makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
22

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

https://www.scribd.com/doc/108956340/Asuhan-Keperawatan-Pada-
Klien-Dengan-Parkinson

Anda mungkin juga menyukai