Anda di halaman 1dari 186

MALAY LITERATURE SERIES, 4

HIKAYAT ABDULLAH
BIN ABDUL KADIR, MUNSHl

JILID YANG PERTAMA

Terchap ke-empat kali-nya

SINGAPORE
PRINTED AT THE MALAYA PUBLISHING H OUSE, LIMITED
1939.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


PERPUSTAKAAN NEGARA
SINGAPURA

Hadiah dari

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
MALAY LITERATURE SERIES, 4.
(Published with the Assistance of the Government of the Federated Malay States)

HIKAYAT ABDULLAH
BIN A B D U L KADIR, MUNSHI.

Fourth Edition

JILID YANG PERTAMA

SINGAPORE
MALAYA PUBLISHING HOUSE, LIMITED.
1939.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
PENGENALAN.

Bahwa maka ada-lah ka-pada tatkala hijrat sanat 1246 tahun,


ka-pada lima likur hari-bulan Shaaban 'l-mukarram, da'itu ka-
pada dua likur hari-bulan October tarikh Masehi sanat 1840 tahun,
bahwa dewasa itu ada-lah sa'orang sahabat-ku, ia'itu orang puteh
yang ku kasehi akan dia, maka ia-lah meminta sangat-sangat ka-
pada-ku, ia'itu hendak mengetahui akan asal-usul-ku, dan peri
hikayat segala kehidupan diri-ku; maka ia meminta karangkan
suatu kitab dalam bahasa Malayu. Maka ada-lah sebab segala
hal dan perkara yang tersebut itu menjadi mashghul-lah aku,
serta berat-lah rasa-nya anggota-ku, sebab dudok berfikirkan
kehendak kekaseh-ku yang demikian, karna segala hal-chwal yang
tersebut itu semua-nya perkara-perkara yang telah lalu zaman-nya.
Sa-bagai lagi, yang mendatangkan duka-chita dalam hati-ku,
sebab bahwa sa-sunggoh-nya aku ini sa-orang bodoh lagi dengan
kurang budi-ku dan faham-ku dalam ilmu bahasa, maka ber-
tambah-tambah pula pichek pengetahuan-ku dalam ilmu mengarang
ada-nya. Shahadan lagi, ada-lah hal-ku ini timbul tenggelam
dalam pekerjaan jawatan-ku; maka oleh sebab segala perkara yang
tersebut itu-lah mendatangkan perchintaan dalam hati-ku.
Sa-bagai pula, maka ketakutan-lah aku akan diri-ku, sebab ku
dengar dan ku lihat kechuali-nya kebanyakkan pula orang yang
mengaku diri-nya pada zaman ini pandai, dan chakap-nya pun
berlebeh-lebehan supaya di-perchaya orang akan dia pandai, tetapi
chakap angin sahaja; maka apabila di-surohkan orang akan dia
berbuat barang suatu pekerjaan, atau karangan, atau dari-hal
tulis-menulis erti bahasa, neschaya di-dapati-lah akan dia itu
kosong; sebab segala chakap dan kepandaian-nya itu bukan dengan
pelajaran, melainkan menengar-nengar sahaja sa-panjang jalan,
maka sebab itu-lah tiada berketahuan hulu hilir-nya. Dan lagi
pula kebanyakkan orang yang bebal, yang tiada berbatu uji di-
tangan-nya, apabila ia menengar chakap orang berbagai-bagai itu,
ya, bukan, ada-lah kelakuan-nya seperti orang mengantok di-
sorongkan bantal, maka lelap-lah sahaja ia, yaani perchaya-lah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
PENGENALAN.

Ada pun kitab Hikayat Abdullah bin Abdul Kadir ini


telah di-chapkan mula-mula pada batu, dengan khat Abdullah
sendiri. Telah itu di-chapkan pula beberapa kali oleh orang
lain, tetapi sudah di-ubah sedikit-sedikit parkataan-nya dari-
pada kitab yang mula-mula di-keluarkan. Akan sekarang yang
kita memindahkan Hikayat Abdullah ka-pada suratan Inggeris
(romanised) ini, sudah kita membandingkan dengan kitab asal
yang telah di-keluarkan oleh Munshi Abdullah sendiri itu;
mudah-mudahan berbetulan seperti karangan yang asal itu
ada-nya.
W. G. SHELLABEAR.
Malacca, July 1907.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


2 Hikayat Abdullah.

ia akan dia dengan tiada di-choba-nya ya-kah atau tidak?" Sa-


umpama sa-batang buloh terdiri, maka pada sangka-nya ini-lah
sa-batang kayu yang baik lagi lurus, tiada bengkang-bengkok.
pesti ada berteras dalam-nya; maka jikalau kira-nya orang yang
mempunya'i budi, neschaya di-belah-nya-lah dahulu, di-lihat-nya
dalam-nya, neschaya di-dapati-nya kosong ada-nya. Tetapi ada-
lah seperti kata arif: "Bahwa-sanya jauhari juga yang mengenal
manikam." Maka istimewa pula pada zaman ini, semenjak Selat
telah menjadi negeri, belalang telah menjadi lang, dan pijat-pijat
pun telah menjadi kura-kura, dan chaching pun telah menjadi
ular naga. Bermula ada pun asal-nya segala ajaib ini terbit-nya
dari sebab harta dunia ini; maka jikalau hina dan bodoh sakali
pun. asal ada berharta, neschaya ia-lah pandai dan termulia; maka
jikalau pandai dan mulia, tetapi tiada berharta, neschaya terhina
juga.
Sa-bermula ada-lah segala perkataan dan mithal dan umpama-
an itu semua-nya aku ambil ibarat bagi diri-ku: pertama-tama
hina keadaan diri-ku, dan kedua miskin hal kehidupan-ku, dan
ketika kurang ilmu dan faham-ku, dan ke'empat bukan-nya aku
ini ahli bagi pekerjaan karang-mengarang itu; maka bahwa-sanya
tiada-lah bagi-ku kuat kuasa dan daya upaya melainkan dari-pada
Allah ada-nya. Dan lagi sakali-kali tiada sunyi diri-ku dari-hal
bersifat kekurangan dan kelemahan pad a tiap-tiap masa dan ke-
tika ada-nya.
Kalakian sa-telah habis-lah fikiran-ku yang demikian, maka
tiba-tiba tersedar-lah sa-olah-olah di-kejutkan orang akan daku
dari-pada tidur-ku, sambil berkata demikian, "Jikalau kira-nya
engkau hina, meminta-lah pada yang mulia; dan jikalau engkau
miskin, pinta-lah pada yang kaya; dan jikalau kurang faham-mu,
pohonkan-lah ka-pada Tuhan. yang telah berjanji barang siapa
yang meminta ia akan mendapat." Maka jikalau kira-nya demi-
kian-lah kemurahan-nya Tuhan itu, insha Allah taala aku me-
minta tolong juga dengan sa-boleh-boleh-nya ka-pada-nya, yang
telah membentangkan langit yang sa-besar itu dengan tiada ber-
tongkat, supaya di-penohi-nya akan kehendak kekaseh-ku itu.
Maka jikalau aku ini bukan-nya ahli bagi yang demikian sakali
pun. bahwa harap-lah juga aku ka-pada-nya akan menyerta'i aku
atas pekerjaan yang sedikit ini ada-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


HIKAYAT ABDULLAH.

Bahwa sekarang dengarkan oleh-mu, hai kekaseh-ku, maka


ada-lah aku karangkan akan kitab ini dari-hal hikayat diri-ku;
maka ku nama'i akan dia "Hikayat Abdullah." Maka ada-lah,
ku renchanakan dalam-nya dari zaman moyang-k u sampai-lah ka-
pada masa aku di-peranakkan oleh ibu-ku dalam negeri Malaka
(barang di-peliharakan Allah dari-pada segala mara-bahaya dan
benchana), sahingga barang yang ku lib at dan yang ku dengar
dari-pada segala hal-ehwal zaman-zaman yang tersebut itu, baik
dalam negeri Malaka, baik dalam negeri Singapura, ada-lah ku
sebutkan dalam hikayat-ku ini, ia'itu sa-hingga ka-pada tarikh
penghabisan kitab ini. Maka dalam segala hal yang tersebut itu,
telah yakin hati-ku mengatakan bahwa dapat-tiada ada-lah juga
beberapa kesalahan dalam-nya dari-pada khilaf atau lupa, baik
dari-pada jalan bahasa-nya. baik dari-pada chetera-chetera-nya,
baik dari-pada hubongan huruf-nya, atau dari-pada changgong
perkataan-nya ; maka atas sakalian perkara ini aku menundokkan
kepala-ku di-hadapan tuan-tuan atau cnchek-cnchek segala yang
sudi membacha hikayat-ku ini yang telah mendapat kesalahan-nya.
Maka dengan sa-suchi-suchi hati-ku, serta dengan muka yang
manis, aku meminta ampun dan maaf dari-pada khilaf dan bebal-
ku itu; sebab aku telah mengaku dari-pada mula-nya kitab ini,
bahwa sakali-kali jauh aku dari-pada nama pandai itu, maka da-
pat-tiada aku ini ada penoh dengan bodoh dan kesalahan pada
tiap-tiap masa dan ketika.
Sa-bermula ada pun moyang-ku laki-laki itu sa-orang orang
Arab, negeri-nya Yaman, dan bangsa-nya Uthmani, dan nama-
nya Shaikh Abdul Kadir; maka ada-lah pekerjaan-nya itu
menjadi guru dari-pada agama dan bahasa. Maka ia'itu turun
dari Yaman ka-bawah angin, maka singgah-lah ia di-tanah
Keling, dalam negeri Nagur, lalu mengajar-lah orang-orang di-
sana dengan begerapa lama-nya. Dalam hal yang demikian, maka
di-peristerikan orang-lah akan dia. Hata maka ia pun mendapat

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


4 Hikayat Abdullah.

empat orang anak laki-laki, sa'orang bernama Muhammad Ibrahim,


dan sa'orang Muhammad Desa, dan sa'orang Nur Muhammad,,
dan sa'orang Zainu 'l-Abidin; maka kemudian ia pun mati-
lah di-sana.
Maka kemudian dari-pada mati-nya itu, maka anak-anak-nya
itu pun turun-lah ka-bawah angin ini. Ada pun anak-nya yang
bernama Muhammad Ibrahim itu datang-lah ka-Malaka, maka di-
peristerikan orang-lah ia dengan nenek-ku perempuan, yang ber-
nama Peri Achi, ia'itu anak perempuan Shaikh Mira Lebai.
Maka beranakkan-lah bapa-ku, maka di-taroh-nya nama anak-nya
itu Shaikh Abdul Kadir, dari sebab mengambil berkat nama
bapa-nya.
Shahadan maka anak-nya yang lagi tiga orang itu semua-nya
pergi ka-sa-belah tanah Jawa; ada pun Muhammad Desa itu pergi
ka-negeri Ambun, beranak beristeri di-sana; dan Nur Muhammad
itu pergi ka-negeri Sadayu, beranak berchuchu di-sana; dan Zainu
'l-Abidin itu ka-negeri Samarang, tinggal beranak berbuah di-situ,
sampai mati.
Sa-bermula ada pun bapa-ku itu, besar-lah ia dalam negeri
Malaka. Maka tatkala sudah-lah ia khatam mengaji Koraan,.
kemudian belajar bahasa, dan belajar kira-kira; sa-telah sudah-lah
sempurna ia dalam perkara itu, maka pergi-lah berniaga membawa
dagangan ka-hulu Malaka berjual-beli. Hata dengan beberapa
lama-nya ia di-sana, pekerjaan-nya sambil berniaga sambil meng-
ajar orang-orang hulu itu, dari-pada hal mengaji dan sembah-
yang dan sa-bagai-nya, dari-hal perkara agama Islam. Maka
dengan hal yang demikian, kaseh-lah merika'itu sakalian akan
dia; lalu di-peristerikan orang-lah ia di-sana, serta di-jadikan-nya
akan dia khatib dalam kampong yang bernama Lobok Kepong..
Maka dudok-lah ia di-sana sedikit hari, kemudian maka berpindah-
lah merika'itu sakalian ka-Sungai Baharu; maka dudok-lah ia di-
Sungai Baharu menjadi khatib. Maka kemudian dari-pada itu,
maka beranak-lah ia sa'orang anak laki-laki, di-nama'i-nya Mu-
hammad Ali, dan sa'orang anak perempuan, nama-nya Sharifah.
Bermula ada pun bapa-ku itu pandai dalam bahasa Hindu,
ia'itu bahasa Keling, dari-pada tulis-menulis dan ilmu kira-kira
dalam bahasa itu; istimewa dalam bahasa Malayu, dari-pada tulis-
menulis, dan mangarang, dan membuat surat kiriman ka-pada

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah.

raja-raja Malayu; maka sakalian perkara ini-lah pekerjaan-nya


menchari makan pada zaman itu. Dan lagi ia ada mengajar tuan
Inggeris, yang bernama Tuan Marsden, dari-pada jalan bahasa
Malayu; maka ada-lah tuan itu memberi pada-nya satu surat,
tanda ia ada belajar dari-pada-nya. Maka ada pun surat yang
tersebut itu ada-lah ku dapati dalam peti tulis bapa-ku, maka ku
unjokkan ka-pada tuan paderi Thomsen, karna ada-lah hal-ku
pada ketika itu sa-patah pun tiada tahu bertutur bahasa Inggeris,
istimewa pula surat-nya. Maka apabila di-lihat oleh Tuan Thom-
sen akan surat itu, maka kata-nya, "Surat ini nama-nya dalam
bahasa Inggeris character, di-beri oleh Tuan Marsden ka-pada
enchek punya bapa; bahwa tuan itu-lah yang mengarang kitab
laughat bahasa Malayu dan bahasa Inggeris; maka ia ada bela-
jar ka-pada enchek punya bapa, lama-nya sa-tahun delapan bulan
dalam negeri Malaka ada-nya."
Sa-bermula maka kemudian dari-pada bapa-ku itu tinggal di-
Sungai Baharu beberapa lama-nya, maka segala adek-kakak bapa-
ku yang di-dalam Malaka terlalu sangat suka-chita hendak meng-
awinkan akan dia dalam Malaka. Maka dalam hal itu bapa-ku
pun mendapat sakit payah di-Sungai Baharu, lalu pergi-lah segala
adek-kakak dari Malaka mengambil akan dia, di-bawa-lah ka-
Malaka; lalu bercherai-lah ia dengan bini-nya yang di-Sungai
Baharu itu, lalu pulang-lah ka-Malaka. Beberapa lama-nya
kemudian, maka di-peristerikan orang-lah dengan bonda-ku dalam
negeri Malaka, ia'itu ka-pada tarikh sanat 1200. Ada pun
asal ibu-ku itu, nenek-nya orang Hindu, dan negeri-nya Kedah,
maka datang-lah merika'itu ka-Malaka masok agama Islam, ia
pun beranakkan-lah ibu-ku itu dalam Malaka, maka di-nama'i-nya
Salamah.
Shahadan maka ada-lah pada masa itu pekerjaan bapa-ku itu
memegang pekerjaan tuan shah-bandar Holanda, ia'itu zaman
Holanda yang dahulu dalam negeri Malaka. Maka bahwa-sanya
ada-lah bapa-ku ka-pada zaman itu umpama-nya seperti sa'ekur
tikus yang jatoh ka-dalam gedong beras, tiada-lah berkira-kira
lagi, dudok dengan kesenangan-nya; berteriak di-kiri, di-kanan
menyahut. Maka jikalau ringgit ini, seperti ayer basoh tangan
ada-nya, maka terlupa-lah ia kelak akan hal dunia ini berubah-
ubah-lah kesudahan-nya. Maka bonda-ku pun beranakkan-lah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


6 Hikayat Abdullah.

abang-ku yang sulong anak laki-laki; kemudian dari-pada empat


bulan umur-nya, mati-lah. Maka dengan hal yang demikian
empat orang abang-ku laki-laki mati.
Hata maka Inggeris pun datang-lah mengambil negeri Ma-
laka dari tangan Holanda. Ada pun raja-nya Inggeris yang da-
tang itu Tuan Major Cook, dan nama engineer-nya Tuan Farquhar-
Maka tiada berapa lama-nya maka Tuan Cook itu pun berlayar-
lah, di-gantikan oleh Tuan Farquhar menjadi raja di-Malaka-
Maka pada tatkala itu bapa-ku menjadi saudagar, membawa da-
gangan belayar pergi datang ka-negeri Siak, karna pada zaman
itu negeri Siak ramai, lagi dengan kaya-nya; pada sa-tahun ber-
pikul-pikul mas dari sana datang ka-Malaka. Dan negeri Malaka
pun bandar besar, dan perniagaan pun baik, maka segala dagangan
dari-pada segala pihak pun berhimpun ka-Malaka, lagi pun pada
masa itu Pulau Pinang belum menjadi negeri; maka sa-hingga
penoh-penoh kuala Malaka dengan dagang dari-pada serba bangsa,
sampai-sampai ka-dalam sungai masok. Maka pada zaman itu-lah
kebanyakkan orang menjadi kaya dalam Malaka.
Hata kemudian dari-pada sedikit hari pula bapa-ku meme-
gang pekerjaan Tuan Adrian Koek, ia'itu raja muda dalam
Malaka. Maka sedikit hari pula, maka bapa-ku di-jadikan-nya
nakhoda dalam sa-buah perahu terlalu besar, yang bernama "Layar
Seret," ia'itu pergi datang ka-negeri Kedah, karna Tuan Adrian
Koek bersahabat dengan raja-raja di-Kedah. Maka itu-lah
zaman-nya bapa-ku membawa gajah dari Kedah ka-Malaka, ia'itu
hadiah dari-pada Tengku Daud, raja Kedah, ka-pada Tuan Koek ;
maka baharu-lah orang-orang Malaka melihat rupa gajah hidop
ada-nya. Shahadan lagi ada-lah pekerjaan bapa-ku itu menjadi
utusan ka-pada negeri-negeri Malayu, seperti Lingga, dan Riau.
Pahang, Terangganu, Kelantan dan Pelembang, maka sampai
ka-tanah Jawa dan sa-bagai-nya, ia'itu dari-pada raja Malaka dan
raja, muda; maka sebab itu-lah menjadi berkenal-kenalan-lah bapa-
ku itu dengan segala raja-raja negeri-negeri yang tersebut itu.
Maka sedikit hari lagi datang-lah perentah dari Batawi, ia'itu
dari-pada tuan secretaris governement ka-Malaka, menyurohkan
bapa-ku pergi ka-Riau dan Lingga, Pahang Terangganu, dan
Kelantan, akan menchari kitab-kitab bahasa Malayu, serta men-
jadi utusan ka-pada raja-raja Malayu itu, serta membawa surat

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. T

dari-pada raja Malaka Timmerman Thyssen ; serta pula ada tuan


raja muda itu membekalkan wang lima-ratus ringgit pergi dengan
sa-buah perahu layar bendera Holanda. Maka pergi-lah bapa-ku
ka-pada segala negeri-negeri yang tersebut itu; maka ada yang da-
pat di-beli kitab-kitab itu, dan ada yang dapat raja-raja itu memberi
hadiah sahaja dengan tiada berharga, dan ada yang di-upahkan
oleh bapa-ku menyalin hikayat-hikayat dan kitab-kitab itu; maka
dengan hal yang demikian ada-lah kira-kira dapat enam tujoh-
puloh jilid kitab-kitab itu berbagai-bagai nama-nya dan isi-nya.
Hata maka sa-telah selesai-lah dari-pada pekerjaan menjadi
utusan itu, kemudian datang pula perentah lagi dari Batawi me-
nyurohkan bapa-ku pergi ka-Riau menjadi folk, ia'itu juru-babasa
dan juru-tulis bahasa Malayu. Maka pergi-lah bapa-ku ka-Riau,
sa-hingga Holanda berperang dengan Bugis dan Malayu, maka
sampai selesai peperangan itu ada tiga tahun lama-nya ia di-sana.
maka kembali-lah pula ka-Malaka.
Maka dengan hal yang demikian datang-lah peridaran dunia
ini, maka dengan takdir Allah melakukan kehendak-nya atas
hamba-nya, pada hijrat nabi sanat 1231 tahun, maka bonda-ku pun
kembali-lah ka-rahmat Allah. Kemudian dari-pada itu, dengan
kehendak Tuhan yang maha besar, pada hijrat nabi sanat 1231
tahun, maka bapa-ku pun kembali-lah ka-rahmat Allah, dari negeri
yang fana ka-negeri yang baka. Ada pun tatkala itu aku ada di-
Singapura lagi tengah mengajar segala tuan-tuan saudagar Ing-
geris ada-nya.
Sa-bermula ada pun negeri yang tempat aku tumpah darah,
ia'itu negeri Malaka, yang di-peliharakan Allah dari-pada segala
bala dan aniaya; maka pada masa itu Inggeris memegang peren-
tah dalam Malaka. Bermula maka ada-lah perang Inggeris dalam
Malaka itu dua kali, maka sakali konon khal)ar-nya ada-lah kira-
kira sembilan-puloh atau sa-ratus tahun lalu, ia'itu zaman Holanda
memegang perentah Malaka. Maka tiba-tiba suatu pagi kelihatan
dua buah kapal sa-buah kechi belayar di-laut Malaka; maka apa-
bila ia sampai ka-labohan, maka lalu masok-lah ia hampir-hampir
dekat ka-darat. Maka sa-telah dekat di-kapal-kapal Holanda yang
ada berlaboh itu, lalu di-tembak-nya dengan peluru ada beberapa
kali; kemudian di-balekkan-nya kapal-nya, di-tuju-nya ka-laut
berlayar; maka dengan sa-bentar itu juga ia pun lesap-lah. Maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


8 Hikayat Abdullah.

segala Holanda yang ada di-Malaka dau orang-orang negeri pun


gempar-lah; maka baharu-lah di-ketahui orang ia'itu kapal Ing-
geris. Maka makin-lah menjadi gempar dan berjaga sa-genap
sana sini, sebab takut barangkali ia balek pula ada-nya. Hata
maka kemudian dari-pada itu, baharu-lah Inggeris yang tersebut
itu pula datang mengambil negeri Malaka, dengan tiada perang
atau bersusah, sebab Adrian Koek itu belut, di-beri-nya jalan akan
Inggeris itu naik dari kebun-nya di-Bandar Hilir, sebab dia sudah
berfakat dengan Inggeris.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


PERI ABDULLAH DI-PERANAKKAN.

Ka-pada tarikh sanat 1211 tahun, ka-pada tujoh hari bulan


safar, hari ahad siang hari, ketika shamsu, ia'itu lepas dari-pada
delapan bulan, Inggeris mengambil Malaka dari tangan Holanda.
Maka nama-nya raja Inggeris itu Major Cook, dan nama engineer-
nya Farquhar.
Shahadan ada-lah nama kampong yang tempat aku di-per-
anakkan itu Kampong Pali, ia'itu dengan bahasa Keling, maka
erti-nya Kampong Mesjid. Maka ada pun saudara-ku sa'ibu sa-
bapa itu empat orang laki-laki, semua-nya itu abang-ku, maka aku
ini-lah yang bongsu. Ada pun abang-abang-ku yang tersebut itu
semua-nya mati tatkala lagi kechil, ada yang mati umur enam
bulan, ada umur sa-tahun, ada yang dua tahun, ada yang tiga
tahun, demikian-lah hal-nya sahingga bonda-ku pun seperti laku
orang gila sebab mati anak-anak-nya itu, maka sentiasa dudok
menangis dan duka-chita juga.
Maka beberapa lama-nya dalam hal yang demikian, maka
datang-lah sa-orang orang Arab Sayyid yang bernama Habib
Abdullah, bangsa-nya Haddad, maka ada-lah ia'itu aulia, maka
sangat-lah di-permulia orang akan dia dalam Malaka; maka segala
laki-laki dan perempuan pun pergi-lah berguru ka-pada-nya dari-
hal perkara agama Islam. Maka bonda-ku juga yang tiada pergi,
sentiasa dudok menangis sebab terkenangkan anak-anak-nya yang
mati itu. Maka ada-lah rumah-ku itu berhadapan dengan rumah
tempat tuan itu tinggal, maka sa-hari-hari ia menengar bonda-ku
menangis; maka di-suroh-nya panggil bapa-ku, di-pereksa-nya
akan hal bonda-ku itu dudok menangis-nangis. Maka oleh bapa-
ku di-cheterakan-nya-lah segala hal anak-anak-nya habis mati itu;
maka kata tuan itu, "Baik-lah, pergi engkau katakan ka-pada
isteri-mu, jangan-lah ia menangis, insha Allah nanti di-beri Allah
ka-pada-nya sa'orang anak laki-laki; maka apabila beranak kelak,
engkau namakan dengan nama-ku." Maka pulang-lah bapa-ku
serta mengatakan ka-pada bonda-ku akan segala perkataan tuan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


10 Hikayat Abdullah.

itu; maka bonda-ku pun berhenti-lah dari-pada menangis dan


duka-ehita.
Hata berapa lama-nya kemudian dari-pada itu, maka dengan
takdir Allah taala melakukan kehendak-nya di-atas hamba-nya,
maka mengandong-lah bonda-ku akan daku. Barang di-ampuni
Allah kira-nya akan segala dosa-nya, dan di-beri Allah akan dia
tempat kebajikan, sebab beberapa sengsara dan seksa yang di-
rasai'i oleh ibu-ku itu pada tatkala mengandongkan aku—makan
ta'kennyang, tidur ta'lelap, istimewa pula tatkala beranakkan aku
itu, seperti bergantong di-rambut sa-helai, mati hidop kembali,
nyawa pergi, nyawa datang, serta dengan keloh kesah peloh-nya
berhamburan seperti mutiara yang terhambur dari-pada karangan-
nya; maka beberapa kali ia terpengsan, siuman pula. Maka sa-
telah genap-lah bulan-nya dan hari-nya, pada saat yang tersebut
di-atas itu, maka aku pun jadi-lah. Dan lagi beberapa pula susah-
nya ia memeliharakan aku dari-pada waktu kechil-ku; maka um-
pama-nya jikalau barang suatu kena di-kaki-ku, rasa-nya seperti
di-biji mata-nya, demikian-lah kaseh ibu akan anak. Maka jika-
lau kira-nya umur-ku sa-ratus tahun lama-nya, sentiasa aku ber-
buat kebaktian ka-pada ibu-ku sakali pun belum-lah pada, pada
sakali aku berlalek dalam perut-nya di-rasa'i-nya sakit itu. Maka
pada masa aku kechil, tatkala ia tidur lelap, bahwa menangis-lah
aku, maka terkejut-lah ia, dengan tergopoh-gopoh, serta pula de-
ngan muka manis ia membujok aku, serta di-hiburkan-nya akan
daku dengan berbagai-bagai ragam-nya dan nyanyi-nya, sa-hingga
mengantok-nya itu pun hilang-lah; di-pangku-nya bermalam-
malam, tersenggok-senggok mengantok pula, serta di-beri-nya
susu-nya aku hisap; lagi pun dengan hal miskin bonda-ku tiada
berhamba, dan tiada pula beradek-kakak yang menolong akan dia,
sebab kaseh-nya akan daku di-pangku-nya juga; maka tiada pula
ia perchaya memberikan aku ka-tangan orang lain, takut barang-
kali orang pengapakan akan daku. Shahadan jikalau aku ter-
kenang-kenang akan kaseh ibu-ku itu, ada-lah aku menanggong
sa-berat bumi dengan langit, kaseh ibu-bapa itu tiada-lah dapat
aku membalas, melainkan sa-hari-hari aku mendoakan dia, mudah-
mudahan di-beri Allah akan dia shorga tempat kediaman-nya ber-
sama-sama dengan segala orang yang telah di-kasehani Allah akan
dia pada sa-lama-lama-nya. Amin. Amin. Amin.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 11

Nasihat. Dengarkan oleh-mu, hai segala anak yang berbudi


dan yang berbahagia, bahwa demikian-lah besar-nya kebajikan
ibu-bapa itu akan anak-nya, ada-kah patut kita derhaka akan dia,
dan tiada kita menurut akan perentah-nya, dan kita memechahkan
hati-nya, dan kita mengeluarkan ayer mata-nya? Maka ada-lah
beberapa anak-anak pada zaman itu yang telah ku lihat mender-
haka akan ibu-bapa-nya, maka ada pula yang memukul dan
memaki ibu-bapa-nya itu; di-jauhkan Allah kira-nya aku dari-
pada anak-anak isi naraka itu. Maka tiada-lah aku lanjutkan
akan perkataan ini, karna bukan-nya hajat-ku mengarang yang
demikian; maka jikalau kira-nya aku karangkan dari-hal kaseh
ibu-bapa akan anak-nya, neschaya chakap-lah ku jadikan suatu
kitab yang terkaya ada-nya dari-pada kitab ini bagi segala orang
yang budiman.
Sa-bermula sa-telah selamat dengan sejahtera-nya atas ibu-ku
dari-pada segala bahaya bersalin itu, maka pada tatkala itu-lah aku
pun di-nama'i oleh ibu-bapa-ku Abdullah, oleh sebab menurut
nama guru bonda-ku itu yang bernama Habib Abdullah Haddad
ada-nya. Shahadan ada-lah hal-ku dari-pada masa telah di-per-
anakkan itu sa-hingga empat bulan juga lama-nya ada-lah sihat
tuboh-ku dan puleh-lah ayer mandi-ku; maka kemudian dari-pada
itu tiada-lah merasa'i senang, melainkan sa-hari-hari dalam
penyakit tidak satu satu. Maka beberapa-lah wang ibu-papa-ku
habis sebab membelanjakan ubat, ada ka-pada orang Keling dan
Malayu dan China; dua tiga hari baik, empat lima hari sakit.
Maka bonda-ku pun dudok-lah dalam susah, lagi penat lelah-nya;
maka barang di-mana sahaja ada orang yang tabu ubat, maka di-
bawa-nya akan daku ka-sana. Hata maka dengan hal yang
demikian, maka kata orang-orang sakalian, "Jikalau demikian
hal budak ini, tiada berhenti dari-pada penyakit sahaja, bahwa
barangkali ibu-bapa-nya tiada serasi memeliharakan dia; baik-lah
di-jualkan ka-pada orang yang ada beranak banyak." Karna
demikian-lah di-perbuat oleh orang tua-tua.
Nasihat. Bahwa ini pun satu adat nenek-moyang bodoh,
yang tiada ia mengetahui Allah taala. Ada-kah sebab di-jualkan
itu menjadi panjang umur-nya; dan jikalau di-pelihara oleh ibu-
bapa-nya menjadi pendek umur-nya, atau mati? Maka sakali-kali
jangan kita perchaya yang demikian. Bermula ada pun adat men-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


12 Hikayat Abdullah.

jualkan anak itu bukan-nya seperti orang menjual hamba, melain-


kan nama-nya sahaja, sa-wang atau lima enam duit; maka duit itu
di-ambil oleh ibu-bapa-nya, di-belikan-nya penganan atau barang-
barang makanan, di-makan-nya; maka kemudian anak itu dia juga
memeliharakan dia, tetapi di-namakan sahaja anak sianu itu, bukan-
nya kami kedua ibu-bapa-nya. Shahadan ada pula orang yang per-
chaya sebab nama budak itu terlalu besar, itu-lah konon men-
datangkan penyakit atau mati. Maka sakalian itu bohong dan
adat-adat bodoh belaka, yang bukan-nya dari-pada Allah dan rasul
datang-nya. Ada pun dari-hal ibu-bapa itu, sebab tersangat besar
kaseh-nya akan anak-nya, maka bagimana pun baik biar-lah, asal
hidup sahaja shukur-lah.
Ada pun aku ini telah di-jualkan oleh ibu-ku ka-pada enam
tujoh orang; dan orang yang menyusu'i akan daku pun kira-kira
lima enam belas orang, ada yang enam tujoh hari, ada yang sa-
bulan, ada yang dua bulan, oleh sebab ibu-ku itu tiada berayer-
susu. Bahwa demikian-lah susah-nya aku ini di-peliharakan oleh
ibu-bapa-ku seperti meniup api dalam ayer ada-nya. Maka sebab
hendak di-hidopkan Allah juga akan daku, sa-hingga empat lima
tahun umur-ku dalam hal itu; tetapi sebab bela pelihara ibu-ku
itu maka baik juga tubol ku, sa-hingga boleh-lah bertutur pelat-
pelat dan meminta barang suatu. Maka suka-chita-lah bonda-ku
itu sebab melihat akan daku tahu berkata-kata dengan pelat-pelat
itu, maka makin-lah pula bertambah-tambah kaseh-nya, seperti
menatang minyak yang penoh-lah ia memeliharakau daku itu;
maka sa-kali-kali tiada-lah ia perchaya orang lain memberi makan
atau memandikan dan menidurkan aku, melainkan dengan tangan-
nya sendiri juga. Bahwa demikian-lah hal kaseh ibu-bapa itu
akan anak-nya. Mudah-mudahan di-turunkan Allah hujan rah-
mat-nya dan ampun-nya di-atas kubur-nya, dan di-masokkan-nya
ka-dalam jumlah orang yang beroleh rahmat. Amin.
Sa-bermula maka ada-lah pada zaman itu dalam negeri Ma-
laka, bahwa nenek perempuan sa-belah bapa-ku itu-lah menjadi
guru besar dalam Kampong Pali, ada kira-kira dua-ratus anak-
murid-nya dari-pada laki-laki dan perempuan mengaji Koraan,
dan berbagai-bagai orang belajar ka-pada-nya; ada yang menulis,,
ada yang belajar surat dan bahasa Malayu, masing-masing dengan
kehendak-nya: make, hampir-hampir habis sa-Malaka itu punya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 13

kanak-kanak datang belajar ka-pada-nya. Shahadan maka bonda-


ku pun dudok-lah bersama-sama dengan nenek-ku itu sa-rumah,
sebab pada masa itu bapa-ku sudah berlayar pergi berniaga ka-
Siak, karna perniagaan terbuka dalam negeri Siak atau Pekan
Baharu, sa-hingga berpikul mas yang datang dari sana ka-Malaka
dalam sa-tahun. Maka aku pun ada-lah bersama-sama dengan
segala kanak-kanak yang banyak itu, tetapi belum lagi aku belajar
atau boleh membunyikan sa-suatu perkataan, melainkan dengan
pelat. Maka pada ketika itu manja-lah aku ka-pada nenek-ku itu,
maka sentiasa di-taroh-nya akan daku dekat-nya tatkala ia me-
ngajar-ngajar itu. Maka barang apa-apa pengajaran-nya ka-pada
budak-budak itu semua-nya ku turut sahaja, itu-lah menjadi per-
mainan-ku; dari bangun pagi sa-hingga pukul enam petang tiada-
lah menengar bunyi apa lain lagi melainkan rioh bunyi belajar
dan mengaji sahaja, maka sebab itu menjadi dapat-lah aku serba
sadikit hafadh di-mulut sahaja, tiada dengan mengenal huruf.
Maka dengan hal yang demikian sampai-lah umur-ku enam
tahun, maka kena-lah aku penyakit buang-buang aver darah be-
berapa lama-nya. Maka susah-lah pula ibu-ku, tiada boleh tidur
lelap, sudah aku berteriak hendak buang aver; maka sampai-lah
ka-mana-mana ia pergi mencharikan ubat berjenis-jenis, lain di-
minum, lain di-sapu perut, lain di-buat tuam dan berbagai-bagai;
ada-lah sa-tahun tutup dengan hal yang demikian. Maka be-
berapa kali sudah aku ini di-tangisi oleh bonda-ku, di-sangka-nya
mati. Berribu-ribu rahmat atas-nya sebab beberapa kesusahan
yang di-rasa'i-nya memeliharakan daku. Kalakian dengan tolong
Allah penyakit itu pun semboh-lah, maka badan-ku pun puleh-lah,
pulang sa-mula. Maka ada-lah permainan-ku di-beri oleh nenek-
ku itu sa-batang kalam resam, dan suatu papan loh, dan sedikit
dawat beras, kata-nya, "Ini-lah engkau buat main sa-hari-hari,
jikalau engkau bermain tanah atau pergi main ka-panas aku pu-
kul." Maka takut-lah aku pergi ka-mana-mana, melainkan dudok-
lah aku menchonteng-chonteng papan itu dengan kalam dan
dawat; maka sa-telah penoh-lah papan itu dengan dawat, di-suroh-
nya ka-pada budak-budak membasohkan, di-jemurkan; sa-telah
kering-lah, maka ku chonteng-chonteng; itu-lah pekerjaan sa-hari-
harian di-surohkan oleh nenek-ku, ia'itu sa-belum aku belajar atau
mengenal bagaimana rupa huruf ada-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


PERMULAAN BELAJAR MENGAJI.

Shahadan maka ada-lah beberapa lama-nya aku dalam hal


yang tersebut itu, menjadi biasa-lah tangan-ku memegang kalam,
dan dapat-lah ku turut-turut rupa hump sedikit-sedikit, tetapi
dengan kasar-nya. Maka pada suatu hari apabila di-lihat oleh
nenek-ku rupa chonteng-chonteng itu hampir sa-rupa huruf, maka
baharu-lah di-tuliskan-nya pengajian-ku dalam suatu loh kechil,
di-suroh-nya mengaji; maka mengaji-lah aku apabila suka, maka
kalau tidak, aku pergi bermain-main. Maka dengan hal yang
demikian sampai-lah umur-ku tujoh tahun, maka belum-lah lagi
dapat sa-juz, sebab terlalu manja aku ka-pada nenek-ku, tiada-lah
pernah di-pukul-nya atau di-marah-nya akan daku; menjadi tiada-
lah aku pedulikan pengajaran itu, melainkan sa-hari-hari leka
bermain sahaja.
Hata maka bapa-ku pun datang-lah dari Siak; maka serta
ia sampai, maka bertanya-lah ia ka-pada bonda-nya (ada pun pang-
gilan-nya akan bonda-nya itu Achi, ia'itu bahasa Keling, erti-nya
kakak dalam bahasa Malayu; ada pun sebab di-panggil-nya demi-
kian itu, karna tiga-belas tahun umur nenek-ku beranakkan bonda-
ku itu, di-pandang orang seperti adek-beradek ada-nya; maka sebab
itu-lah dari kechil bapa-ku itu biasa memanggil bonda-ku itu Achi,
erti-nya kakak), maka kata bapa-ku, "Apa khabar si-Abdullah ini
mengaji? berapa juz sudah, dan apa-apa kepandian ia sudah
tahu?" Maka kata nenek-ku, "Jangan-lah engkau susahkan itu,
sebab dia sa-hari-hari dalam penyakit; maka jikalau di-gertak dan
di-pukul siapa tahu menjadi penyakit."
Maka kemudian dari-pada beberapa hari, maka bapa-ku pun
berpindah-lah ka-rumah lain, ia'itu dekat-dekat Kampong Pali
itu juga. Maka pada tiap-tiap pagi aku pergi mengaji ka-tempat
belajar, dan malam-malam di-ajar oleh bapa-ku di-rumah. Maka
beberapa banyak kena pukul dan tampar, dan beberapa papan loh
yang pechah-pechah di-hempaskan oleh guru-ku di-kepala-ku, dan
beberapa rotan pechah-pechah di-tuboh-ku, dan beberapa kali di-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 15
tangisi oleh bonda-ku akan daku sebab banyak kena pukul itu ;
maka barangkali jari-jari-ku sampai bengkak-bengkak kena pukul
sebab menulis salah itu. Ketahui oleh-mu babwa-sanya demikian-
lah susah-nya akan mendapat ilmu dan akal itu serta kepandaian
dan pelajaran yang baik ada-nya. Shahadan maka ada-lah pada
ketika itu penoh-lah dalam hati-ku dengan benchi dan marah dan
dengki akan orang yang mengajar aku itu, maka beberapa pula
doa-ku mudah-mudahan kalau boleh segera ia mati, supaya tiada
aku susah belajar, boleh-lah pergi main barang ka-mana suka-ku;
karna ada-lah pada masa itu kesukaan-ku bermain layang-layang,.
maka sebab itu beberapa-lah kena pukul, dan di-gantongkan oleh
bapa-ku layang-layang itu di-leher-ku, di-suroh-nya mengaji. Dan
lagi kalau apa-bila guru-ku itu ada sakit-sakit sedikit, tiada boleh
mengajar, maka itu-lah yang menjadi suka-chita yang besar ka-
pada-ku, supaya boleh aku pergi bermain; clan jikalau pada ketika
belajar itu di-suroh oleh guru-ku atau orang lain barang ka-mana-
mana, atau di-tempat yang berbahaya sakali pun, suka juga aku
pergi, supaya jangan belajar; dan lagi jikalau ada sedikit-sedikit
badan-ku tiada sedap rasa-nya, maka sengaja aku jadikan sakit
banyak, supaya jangan aku belajar; dan lagi mau-lah aku meman-
dang muka harimau dari-pada memandang muka guru-ku itu.
Demikian-lah ada-nya, sudah adat, jikalau kebun yang baik tum-
boh-tumbohan-nya, maka jikalau tiada di-pagar, dapat tiada masok-
lah binatang atau barang sa-bagai-nya membinasakan dia.
Nasihat. Ada pun ilmu dan kepandaian itu menjadi tangga
ka-pada pangkat kekayaan, dan kekayaan itu membawa ka-pada
kebesaran. Maka bahwa-sanya segala benda yang di-jadikan
Allah dalam dunia ini masing-masing ada-lah dengan harga-nya,
ia'itu dapat di-nilaikan oleh manusia; melainkan ilmu itu-lah
sahaja yang tiada ternilai oleh manusia akan harga-nya. Dan lagi
pula, ada pun harta dunia dan kekayaan-nya dan kebesaran-nya
itu derjana ada-nya, seperti perempuan jalang, berpindah-pindah-
lah ia ka-pada barang siapa yang di-kehendaki-nya; tetapi ilmu itu
bukan-nya demikian teramat tegoh setia-nya, dan lagi berchahaya
warna muka-nya, ia'itu-lah sa-baik-baik taulan orang yang ber-
budi ada-nya; maka jikalau sa-kira-nya bercherai nyawa dari-pada
badan, maka pada waktu itu-lah ia pun bercherai dari-pada-nya.
Shahadan lagi, ada-lah ia'itu kejadian yang amat ajaib di-jadikan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


16 Hikayat Abdullah.

Allah; hairan, tiada ia di-makan ulat, dan tiada ia rosak dalam


hujan panas, dan tiada pula ia dapat di-ambil penchuri, dan tiada
ia menyusahkan atau memberatkan kita memikul akan dia,
dan tiada ia menyesakkan tempat kita, dan tiada pula ia
meminta makan atau minum, melainkan barang bila di-kehen-
daki ada-lah dia sedia. Maka sebab itu-lah kata arif: "Apabila
engkau dapat wang, belikan mas; maka jualkan pula mas itu,
helikan intan; maka jualkan pula intan itu, belikan manikam;
jualkan pula manikam itu, belikan ilmu; maka demikian-lah besar
kemuliaan-nya itu, serta dengan tegoh setia-nya ka-pada orang
yang mendapat dia itu. Maka ada-lah ia itu di-umpamakan
seperti suatu tiang batu ada-nya, maka barang beberapa berat yang
di-tanggongkan di-atas-nya di-tahan-nya juga; maka jikalau sa-
kira-nya terlampau dari-pada adat berat-nya itu, remok-lah ia,
patah sakali; tetapi tiada ia tahu melentur atau bengkok seperti
tiang kayu dan sa-bagai-nya.
Sa-bermula maka apabila aku terkenang-kenang akan palu,
dan sesah, dan tampar, dan maki, dan beberapa papan loh yang
pechah di-kepala-ku, dan rajok dan masam muka, dan tengking
herdek segala guru-ku itu; ada pun satu-satu bilur rotan di-atas
tuboh-ku tatkala belajar itu sekarang ini menjadi suatu suloh
ada-nya, dan satu-satu tampar itu menjadi satu chermin-mata pada-
ku pada masa ini. Maka jikalau sa-kira-nya tiada suloh itu di-
tangan-ku, dan chermin mata itu ku pakai, neschaya banyak kali
sudah aku terperosok ka-dalam limbah dan parit yang penoh pada
tiap-tiap lorong dan jalan; seperti kechuali kebanyakkan kelakuan
orang yang tiada memegang suloh itu terperosok ia ka-sana ka-mari,
jatoh bangun choreng-moreng berlumur dengan lumpur dan arang,
dan patah-riok kaki-tangan-nya di-hadapan-ku. Maka ada-lah ku
pohonkan ka-pada Allah kalau dengan mudah-mudahan-nya di-
beri-nya berribu-ribu rahmat dan selamat sejahtera dengan kebaji-
kan atas guru-guru-ku yang telah menyedarkan aku dari-pada
teperosok itu; serta pula di-beri-nya batu uji di-tangan-ku, supaya
tiada boleh aku terkena mas lanchongan, atau perak lanchongan,
dan intan di-sangkakan batu kelikir. Maka kebanyakkan kechuali-
nya orang yang tiada berbatu uji itu terkena perkara yang demi-
kian itu, tiada saksi yang menunjokkan baik jahat atau salah
benar-nya. Bahwa sekarang-lah baharu aku kechap akan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 17

ayer madu rang telah terpanchar dari-pada sarang lebah yang


telah ku usahakan menunggu akan dia dari-pada zaman kechil-
ku itu, maka beberapa di-sengat-nya habis tuboh-ku, bengkak-
bengkil muka-ku; maka ku rasa'i manis-nya sekarang terlebeh
dari-pada segala perkara yang manis. Maka ada pun kebanyak-
kan orang yang tiada berani hampir ka-pada sarang lebah itu sebab
takut di-sengat-nya, maka pada sangka-nya itu suatu bahaya ada-
nya, tetapi tiada di-ketahui-nya akan faedah ayer madu yang akan
jadi dari-pada lebah itu.
Nasihat. Maka bahwa-sanya aku wasihatkan akan nasihat-
ku ini bagi segala kanak-kanak yang ada di-bukakan Allah mata
hati-nya. Maka jikalau sa-kira-nya ada umur-mu sa-ribu tahun
sakali pun, maka jangan-lah engkau takut membelanjakan dia sebab
menuntut ilmu itu; karna dapat-tiada segala hamba Allah dalam
dunia ini semua-nya menghendaki kebesaran dan kemuliaan dan
kekayaan, maka sa'orang jua pun tiada yang benchi akan perkara
yang tersebut itu. Maka jikalau demikian, bahwa ilmu itu-lah
tangga-nya akan menaiki segala perkara yang tersebut itu; dan
lagi jikalau ada ilmu itu bagi-mu, sakali-kali tiada engkau akan-
terbuang, dan tiada pula engkau di-hinakan orang, melainkan
termulia juga ada-nya; dan lagi ia'itu kelak boleh menolong akan
dikau dari dunia sampai ka'akhirat.
Kalakian maka dudok-lah aku belajar dengan usaha, maka
dengan tolong Allah, serta pula ada janji-ku hendak mendapat
itu, maka dapat-lah aku mengaji dan menulis sendiri akan bacha-
an-kn; bukan-nya seperti kanak-kanak yang lain itu di-tuliskan
oleh guru akan loh-nya, karna pada zaman itu orang tiada peduli-
kan menulis, melainkan jikalau boleh membacha Koraan sahaja
jadi-lah; maka oleh tiada di-biasakan-nya menulis dari-pada kechil-
nya itu, kemudian sampai tua baharu-lah hendak menulis, di-
manakan boleh betul ada-nya? Maka ada-lah hal manusia ini
sa'umpama ranting kayu ada-nya: apabila ia lagi muda, bagimana
kehendak kita boleh di-lentur akan dia, ia mengikut, karna ia lagi
lembut; maka apabila ia sudah tua, kering-lah ia; maka jikalau
di-lentur sedikit sahaja, neschaya patah-lah ia, demikian-lah ada-
nya. Hata maka dengan beberapa lama-nya di-usahakan oleh
bapa-ku dan nenek-ku, serta pula dengan usaha bapa-saudara-ku
kedua, sa'orang bernama Ismail Lebai dan sa'orang Muhammad
2*

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


18 Hikayat Abdullah.

Latif, maka kedua-nya itu saudara bapa-ku sa'ibu; maka ada-lah


merika'itu seperti aku memandang harimau. Maka yang terlebeh
ku takuti bapa-saudara-ku Muhammad Latif itu-lah, karna ia-
lah yang banyak memukul dalam pelajaran, ia'itu mengaji dan
menulis. Ada pun pada mula-mula di-ajar oleh merika'itu me-
nulis, di-guriskan-nya dengan kalam sahaja di-atas papan loh itu
dengan tiada berdawat, maka di-atas-nya itu-lah ku turut dengan
dawat supaya biasa tangan; maka kemudian boleh-lah aku me-
rangkaikan huruf itu dengan sa-patut-nya, dan bekas tangan-ku
pun ada-lah baik sedikit.
Shahadan apabila di-lihat oleh nenek-ku akan daku boleh mem-
bacha dan menulis itu. maka di-jadikan-nya khalifah bagi segala
budak-budak yang sa-baya dengan aku itu, dari-hal menengar ba-
chaan-nya, dan mengajar, dan menuliskan papan loh-nya. Maka
dengan demikia sa-hari-hari tiada-lah berhenti siang malam dari-
pada belajar itu, maka barang apa perkataan orang, boleh-lah aku
eja dan menulis akan dia. Ada pun segala budak-budak yang
menyuroh tuliskan papan-nya itu, ada-lah masing-masing itu
memberi upah dalam tempat mengaji itu akan daku; ada yang
memberi sa-duit, ada yang memberi penganan, ada yang memberi
buah-buah, dan sa-bagai-nya; maka pada ketika itu juga aku
telah mendapat faedah ilmu itu, dan hasil-nya. Dan lagi barang-
apa perkataan-ku dalam tempat mengaji, sa'orang pun tiada berani
melalui, oleh sebab aku menjadi guru-nya mengajar mengaji dan
menulis. Akan tetapi-nya semua-nya yang di-bacha dan yang di-
tulis itu bahasa Arab, karna dari zaman nenek-moyang belum per-
nah menengar ada orang menaroh tempat belajar bahasa Malayu.
Sa-bermula ada-lah berbagai-bagai perkakas hukuman dan
seksa dalam tempat mengaji itu sedia, berbagai-bagai rupa-nya, di-
hukumkan atas jenis kesalahan-nya; pertama-tama rotan dan
apit China. Ada pun apit China itu di-perbuat dari-pada rotan
sega empat keping, kira-kira panjang-nya sa-jengkal-sa-jengkal,
maka chochok sa-belah hujang di-matikan, dan lagi sa-belah di-
beri bertali panjang, demikian-lah rupa gambar-nya. Maka ia'itu
hukuman mengapitkan jari, ia'itu hukuman seperti budak-budak
menchuri atau memukul kawan-kawan-nya.
Dan lagi kayu palat nama-nya, ia'itu satu kayu bulat, pan-
jang sa-kira-kira sa-belah dada, maka ia'itu di-beri berlobang tiga

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Apil China .

Kaya .Palal

Rantai Besi .

Sengkang. Di-gantong tiada berjejak kaki.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
Hikayat Abdullah, 19.

maka dua puncha kiri kanan itu di-matikan, di-masokkan tali-nya.


itu di-lobang tengah-nya. Maka ia'itu hukuman seperti budak-
budak pelari mengaji, atau memanjat pohon-pohon, atau meman-
dang kawan-kawan-nya, di-masokkan dua-dua belah kaki-nya ka-
dalam tali itu, di-putar ka'atas, kemudian di-sesah tapak kaki-nya..
demikian-lah rupa-nya. Dan lagi suatu rantai besi, kira-kira
panjang-nya sa-depa atau lebeh, maka ia'itu di-pakukan ka-pada
suatu kepala balak, maka sa-belah lagi itu di-beri berkuchi; maka
ia'itu hukuman budak yang lari sa-bentar-sa-bentar, dan selalu
berkelahi, atau tiada man menengar pengajaran ibu-bapa-nya, dan
lambat belajar; maka di-kunchikan rantai di-pinggang-nya, dan
di-suroh pikul kayu itu berkeliling tempat mengaji itu, terkadang
di-tinggalkan dia dengan rantai-rantai itu, tiada di-lepas pulang,
di-hantar nasi ka-situ.
Dan lagi singgang, ia'itu hukuman budak-budak yang bantah-
melawan, dan lagi pelari dan penchuri, maka ia'itu di-gantong
dan tangan kanan ka-telinga kiri, serta di-suroh bangun dudok
dengan tiada berhenti; demikian-lah gambar-nya. Dan lagi pula,
ada-lah suatu hukuman ka-pada budak-budak yang malas mengaji
dan sa-bagai-nya, ia'itu di-buboh asap dalam sabut kering banyak-
banyak, kemudian pula di-tunggangkan budak itu ka'atas asap
itu; maka yang ada pula di-bubohkan lada China kering ka-dalam
api itu; maka pedeh-nya asap itu bukan barang-barang, habis-
keluar ayer-mata dan ayer-hidong.
Dan lagi suatu hukuman budak-budak barang salah dalam
tempat mengaji, ada satu tali pintal, maka di-tambatkan pinggang
budak itu, di-ikatkan ka-tiang, di-surohkan mengaji papan loh-
nya itu sampai ia dapat; sa-belum ia dapat, tiada. ia di-lepaskan,
di-hantar nasi oleh ibu-bapa-nya di-situ.
Dan lagi satu hukuman budak-budak yang sangat jahat lagi
melawan, dan lagi pelari dan penchuri. maka ia'itu di-gantong
kedua belah tangan-nya, tiada berjejak kaki-nya. Dan lagi pula
suatu hukuman budak-budak yang sangat jahat-nya dan pelari,-
maka ia'itu di-tiarapkan budak itu, di-sesah pantat-nya. Dan lagi
suatu hukuman,' jikalau budak itu terlalu bohong dan memaki
orang, maka ia'itu di-gosok lada China mulut-nya.
Shahadan ada pun segala hukuman yang tersebut di-atas ini,
boleh-lah di-hukumkan oleh guru-nya dalam tempat mengaji; maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


20 Hikayat Abdullah.

jikalau anak raja atau anak orang kaya-kaya tiada-lah peduli,


boleh-lah di-pukul oleh guru-nya dalam tempat mengaji, meski
sampai berdarah, tiada-lah boleh di-daawa akan dia, karna ia meng-
ajar baik.
Sa-bagai lagi, maka ada-lah adat apabila sa'orang melepaskan
anak-nya mengaji, maka datang-lah ibu atau bapa budak yang akan
mengaji itu dahulu menyembah guru itu, serta membawakan sireh
sa-cherana, dan penganan sa-dulang, bersama-sama dengan budak
yang hendak mengaji itu; serta ibu-bapa-nya itu berkata, "Tuan,
atau enchek, sahaya pinta dua perkara sahaja, pertama-tama biji
mata budak ini, dan kedua kaki tangan-nya jangan di-patahkan;
maka lain dari-pada itu enchek punya suka." Maka di-suroh-nya
anak-nya itu menyembah kaki guru-nya itu, kemudian baharu-lah
di-bachakan oleh guru itu doa selamat, maka segala penganan itu
pun di-bahagikan-lah ka-pada segala budak-budak, dan wang-nya
di-ambil oleh guru-nya itu, dan bunga chendana semua-nya di-
bahagikan. Maka tiada-lah aku lanjutkan perkataan dan adat
yang dalam tempat mengaji itu, karna orang yang berakal itu tiada
suka menengar perkataan yang lanjut, melainkan sa-kadar meng-
ambil kias dan ibarat sahaja ada-nya.
Sa-bermula maka ada-lah kira-kira delapan sembilan bulan
aku bertekun mengaji dan menulis itu, maka tinggi-lah sudah
bachaan-ku, maka makin-lah terbuka jalan pengajian itu ka-pada-
ku; maka ada-lah waktu tengah hari, lepas-lepas mengaji itu, aku
perbuat layang-lanyang lidi kechil, ku jual kapada budak-budak,
satu duit harga-nya; maka itu-lah menjadi belanja-ku membeli
penganan dan buah-buah. Ada pun dari-pada layang-layang itu-
lah asal-nya aku tahu menulis bunga-bunga dan gambar-gambar,
karna pada masa itu aku binasakan tangan-ku, dan ku perhatikan
barang-barang di-mana ku lihat orang China membuat gambar-
gambar dan bunga-bunga, maka aku tuliskan ka-pada layang-
layang; maka ada juga orang Iain-lain pun membuat layang-
layang di-jual-nya, tetapi budak-budak tiada suka membeli, karna
bunga-bunga-nya itu di-buboh-nya kertas mera dan hijau hit am,
di-tampal-nya; ada pun aku membuat itu semua-nya puteh juga,
tetapi ada aku sediakan dawat warna-warna. Maka datang sa'-
orang budak hendak membeli itu, ku tanya, "Apa engkau mau
bunga-nya?" maka kata-nya, "Sahaya mau gajah;" dan kata

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 21

sa'orang, " Sahaya mau burong;" dan kata sa'orang, "Sahaya


mau ikan;" maka barang kehendak-nya ku tuliskan, itu-lah sebab-
nya budak-budak terlalu suka membeli ka-pada-ku. Demikian-lah
hal-ku menchari duit belanja; dan lagi lain pula aku mendapat
upah-upah di-beri budak-budak sebab menuliskan papan masing-
masing. Maka dengan hal yang demikian tamat-lah aku mengaji,
kemudian sedikit hari lagi di-suroh oleh bapa-ku mengulang-ulang
bachaan-ku itu, ada-lah kira-kira dua-puloh kali tamat, maka ke-
banyakkan bachaan itu bampir-hampir hafadh akan koraan itu.
Hata kemudian dari-pada itu, maka bapa-ku memberi hukum
akan daku, kata-nya, "Hendak-lah engkau pergi pada tiap-tiap
hari lepas sembahyang maghrib mengaji dalam masjid; karna
dalam masjid itu berratus-ratus orang keluar masok, maka barang
siapa menengar salah bachaan-mu itu dapat-tiada di-tegurkan-
nya." Maka ku perbuat-lah seperti surohan bapa-ku itu beberapa
lama-nya.
Maka kemudian dari-pada beberapa bulan, maka muafakat-lah
ibu-bapa-ku ka-pada segala adek-kakak-nya hendak di-khatamkan
Koraan, serta di-sunatkan akan daku. Sa-telah tentu-lah bichara
itu, maka oleh ibu-bapa-ku di-jemputkan-nya-lah segala adek-kakak
dalam Malaka, laki-laki dan perempuan, maka berhimpun-lah
semua-nya dalam suatu majlis yang besar. Maka aku pun di-
pakai-pakaikan dari-pada pakaian yang indah-indah, mas perak:
sa-telah itu, maka di-bawa-lah akan daku ka-hadapan majlis itu,
di-surohkan mengaji barang apa yang di-kehendaki oleh orang-
orang itu, serta ada-lah guru-ku itu pun bersama-sama; maka pada
masa itu ada pula orang yang pandai-pandai itu bertanya beberapa
perkara sual dari-pada membacha Koraan, dan bunyi-nya, dan
barang sa-bagai-nya; sa-telah sudah ku jawab, maka oleh imam
atau khatib pun membachakan doa selamat; kemudian aku pun
di-suroh-lah menyembah guru-ku, kemudian ibu-bapa-ku. Maka
itu-lah ketika di-beri oleh ibu-bapa-ku persalinan akan guru-ku
itu, di-bubohkan dalam suatu chepir kain baju dan sapu tangan dan
kasut sa-pasang dan wang sa-berapa kadar, ada yang sa-puloh dua-
puloh ringgit, maka di-bawakan sakalian persalinan itu di-letakkan
di-hadapan guru itu, serta menyembah meminta halal akan segala
pengajaran-nya; maka lain dari-pada itu ada-lah beberapa pula
pekerjaan yang tiada ku sebutkan dalam hikayat-ku ini. Maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


22 Hikayat Abdullah.

pada malam itu di-buboh-lah inai akan daku, seperti pekerjaan


orang kahwin, karna ibu-bapa-ku itu berpuas hati sebab anak-nya
sa'orang. Maka kemudian pula esok-nya di-jemputkan orang ber-
ratus-ratus, di-beri makan minum; maka pada malam-nya di-arak-
lah di-atas kereta, di-iringkan orang berratus-ratus serta dengan
bunyi-bunyian berkeliling negeri, kemudian pulang. Sa-telah
esok-nya di-jemputkan pula segala orang-orang itu, di-beri makan
minum; sa-telah membacha doa selamat, maka ada-lah sudah sedia
tukang sunatkan orang itu; maka sa-telah sudah di-sunatkan itu,
maka tujoh hari lama-nya baharu mandi, kemudian boleh berjalan;
sa-telah itu di-beri-lah pula persalinan akan tukang sunat itu,
serta dengan wang-nya tiga empat ringgit, maka selalu juga ia
berulang-ulang datang, sampai semboh sakali, baharu-lah berhenti
ada-nya.
Shahadan sa-telah semboh-lah sudah aku dari-pada ber-
sunat itu, ada kira-kira sa-bulan lama-nya, maka di-serahkan-lah
oleh bapa-ku ka-pada guru belajar bahasa Keling dan surat-nya,
ia'itu bahasa Hindu, karna ada-lah adat dalam negeri Malaka
dari-pada zaman nenek-moyang semua-nya anak orang baik-baik
dan orang kaya semua-nya belajar bahasa itu. Ada pun guna-
nya itu supaya mengetahui ilmu kira-kira, dan hitong-menghitong,
dan boleh bertutur bahasa, karna pada zaman itu penoh sesak
saudagar-saudagar Keling dalam negeri Malaka; maka banyak-
lah merika'itu yang menjadi kaya sebab berniaga dalam Malaka,
maka sebab itu-lah menjadi mashhur nama orang Keling di-
Malaka, maka masing-masing menyurohkan anak-nya belajar
bahasa Keling.
Dan lagi dalam Malaka pada masa itu ada empat "Kapitan,"
masing-masing bangsa dengan Kapitan-nya; maka ia'itu sudah
jadi adat itu dari-pada zaman Holanda, ada Kapitan Keling, ada
Kapitan Malayu, ada Kapitan China, ada Kapitan Nasarani; maka
barang suatu dari-pada baik jahat masing-masing pergi-lah meng-
adukan ka-pada kapitan-nya; maka jikalau sa-kira-nya tiada
boleh di-habiskan oleh kapitan, maka baharu-lah di-hantarkan-nya
ka-pada Fiskaal, kemudian ka-pada Feitor, maka kemudian baharu-
lah masok ka-dalam J u s t i a . Maka sebab itu-lah dalam negeri
Malaka, baik bangsa apa, sa'orang menaroh malu akan sa'orang,
dan sa'orang takut akan sa'orang. Maka jikalau kira-nya anak

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 23

Malayu berbuat pekerjaan jahat, atau barang sa-bagai-nya yang


tiada baik, di-lihat oleh orang China atau bangsa mana pun baik,
maka boleh di-ajar-nya dan di-pukol-nya akan dia, maka ia'itu di-
puji oleh ibu-bapa budak itu. Maka jikalau sa-kira-nya ada bichara
yang kechil-kechil, boleh di-habiskan oleh orang tua-tua kampong
sahaja; karna ada-lah pada tiap-tiap kampong di-jadikan oleh
kapitan masing-masing tua kampong. Ada pun jikalau ada apa-
apa gadoh, di-beri tahu ka-pada tua kampong itu dahulu ada-nya.
Sa-bermula ada-lah lama-nya aku dudok belajar bahasa Keling
dan menulis itu dua tahun enam bulan, ia'itu pun ku rasa'i susah
bukan-nya sedikit, beberapa kena tampar dan nista, serta haus-
haus hujong telunjok menulis di-pasir itu, karna tiada merika'itu
berani mengubahkan adat dahulu-kala itu, melainkan telunjok
juga menjadi kalam; jikalau di-buat kayu atau barang sa-bagai-
nya neschaya menjadi salah besar; maka pada sangka merika'itu
terlebeh baik telunjok itu haus, tinggal tulang sakali pun, dari-
pada mengubahkan sedikit jua pun adat nenek-moyang itu. Maka
di-beri Allah dapat-lah juga aku sedikit banyak pelajaran itu;
sa-telah itu maka di-beri pula akan guru-ku itu persalinan serta
dengan wang hadiah. Akan tetapi sunggoh pun dalam aku bela-
jar bahasa Keling itu, maka bapa-ku memberi perentah akan daku,
dapat-tiada hendak-lah ada aku hadlir pada tiap-tiap lima waktu
sembahyang di-masjid; maka jikalau tiada di-lihat-nya aku pergi
satu waktu, tentulah kena rotan. Maka ada-lah pada tatkala itu
rasa hati-ku terlebeh baik aku bertemu dengan harimau dari-pada
bertemu dengan bapa-ku; dan lagi bertahun-tahun adat-ku tiada
berani berchakap ka-pada bapa-ku; maka barang apa kehendak-nya
atau hendak di-suroh-nya di-katakan-nya-lah ka-pada bonda-ku,
maka bonda-ku itu-lah memberi tahu kapada-ku. Hanya ka-pada
bonda-ku itu-lah aku sangat manja, boleh dudok berchakap dan
bermain dan barang sa-bagai-nya; akan tetapi pada ketika makan
itu dapat tiada makan bersama-sama dengan bapa-ku, jikalau tiada
sampai ka-mana-mana di-chari-nya juga sampai dapat, baharu-lah
ia makan.
Hata maka dengan hal yang demikian itu, maka ka-pada suatu
hari di-beri perentah oleh bapa-ku, kata-nya, "Ambil-lah sa-keping
kertas dan satu tempat dawat dan kalam, pada tiap-tiap hari pergi
dudok di-masjid, maka barang siap masok keluar dalam masjid

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


24 Hikayat Abdullah.

itu tulis nama-nya, maka petang-petang unjokkan ka-pada-ku."


Maka apabila di-kata oleh bonda-ku demikian, maka hairan-lah
pada fikiran-ku, "Apa pula guna-nya menulis nama-nama orang
chuma-chuma," Maka jawab bonda-ku, "Entah, aku tiada tahu
perentah bapa-mu; turut-lah, sebab ada-lah sa-suatu kebajikan-nya
maka di-surohkan-nya." Maka aku fikir dalam hati-ku ini, suatu
benchana besar rasa-nya, tiada boleh senang sa-hari-hari ada pe-
kerjaan, maka menangis-lah aku. Maka kata mak-ku, "Hai anak
bodoh bukan-kah baik belajar dari-pada pergi dengan tiada ber-
faedah?" Maka itu-lah pekerjaan-ku pada tiap-tiap malam pergi
menunjokkan nama-nama orang itu; maka dalam pada itu pun
beberapa kena tampar dan nista, maka barang nama-nama yang
tiada betul rangkai huruf-nya itu, di-gantongkan-nya di-leher-ku
supaya malu; maka ada-lah kira-kira sa-bulan lama-nya demikian
itu, baharu-lah betul menulis segala nama-nama orang.
Kalakian maka pada suatu pagi, kata bapa-ku sendiri, "Pergi
ambil dawat kalam dan sa-keping kertas, bawa ka-mari." Sa-
telah sudah ku bawa, kata-nya, "Tulis-lah engkau apa Yang ku
kata." Maka apabila ku dengar itu berdebar-lah hati-ku, sebab
belum pernah ku perbuat demikian; maka mau-ta'mau dudok-lah
aku, serta ku tuliskan-lah barang apa perkataan yang keluar dari
mulut-nya. Maka ada-lah kira-kira dua jam lama-nya ku tulis
itu, maka di-pinta-nya surat itu, di-lihat-nya serta dengan masam
muka-nya, seraya kata-nya, "Ini hari aku maafkan, jikalau esok
engkau tulis lagi salah-salah bagini, satu salah satu sebat engkau
kena rotan." Maka di-bubohkan-nya-lah tanda-tanda yang mana
ada salah, atau yang bertukar-tukar huruf-nya, dan yang mana
bersalahan rangkai huruf-nya, dan tempat-tempat perhentian-nya.
Sa-telah sudah, maka kata-nya, "Sa-hari-hari bagini hari engkau
datang menulis ka-mari." Maka pada masa itu hati-ku sangat-lah
susah oleh sebab tiada boleh pergi bermain. Shahadan pada esok-
nya pun demikian-lah, maka perkataan yang kelmarin itu tiada-lah
di-kata-nya lagi, lain pula perkataan-nya yang tiada-tiada pernah
ku dengar, dan bahasa-bahasa dalam semua-nya, serta nama-nama
yang pelek-pelek itu-lah pula di-suroh-nya tulis, demikian-lah sa-
hari-hari kena marah dan gertak, dan beberapa "anjing" dan
"monyet" di-katakan-nya, tiada-lah kena rotan. Maka makin
sa-hari makin-lah ku rasa senang; ada-lah kira-kira dua bulan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 25

dudok dengan demikian, maka tiada-lah lagi bersalah. Maka


kemudian dari-pada itu aku belajarkan-lah pula erti-erti perkataan,
dan bagimana memakai perkataan itu; maka jikalau di-taroh di-
tempat ini jadi lain erti-nya, dan di-tempat itu lain erti-nya.
Maka tiada-lah ku lanjutkan perkataan perkara yang telah
ku rasa'i dari sebab belajar ilmu itu, dengan beberapa susah akan
mendapat itu, seperti aur di-tarek sungsang ada-nya, kurus-kurus
dengan tuboh, chengkong-chengkong dengan muka, sebab menaroh
fikiran, dan susah hati sebab belum mendapat, dan sebab malu
nanti kena marah. Ada pun sebab itu-lah bagimana ku beli mahal,
demikian-lah hendak ku jual pun mahal; maka jikalau sa-kira-nya
ku dapati sa-panjang jalan dan ku tiru-tiru dan ku dengar-dengar
sahaja, jangankan hendak di-beli orang, jikalau di-pinta-nya sa-
haja ku berikan chuma-chuma. Melainkan terlebeh-lebeh maalum-
lah tuan-tuan yang membacha hikayat ini, bahwa tiap-tiap benda
yang murah harga-nya itu dapat-tiada ada-lah aib-nya; dan tiap-
tiap benda yang mahal itu, dapat-tiada ada juga suatu kelebehan-
nya. Bukan-kah intan itu pun suatu batu juga ada-nya? apa
sebab-nya ia'itu menjadi termulia di-antara segala manusia ? bahwa
bukan-kah oleh sebab chahaya-nya?
Sa-bermula maka pada suatu hari kata bapa-ku, "Sekarang
jangan engkau berjalan ka-mana-mana chuma-chuma; ada aku
belikan kertas, dudok-lah engkau menulis Koraan di-rumah."
Maka di-unjokkan-nya bagimana mengikut papan mistar. Maka
sa-telah itu dudok-lah aku menulis. Maka dalam itu pun be-
berapa hadiah dan puji-pujian dan bau-bauan; ada pun hadiah-nya
itu rotan, dan puji-pujian-nya itu maki, dan bau-bauan-nya itu
muka masam dan sungut pada tiap-tiap hari. Ada-lah kira-kira
enam-tujoh bulan dudok dengan demikian, yang mana salah di-
unjokkan-nya; maka boleh-lah sudah aku menulis Koraan atau
kitab dengan betul-nya. Shahadan sa-telah sudah di-lihat-nya
boleh aku menulis Koraan itu, maka kata bapa-ku, "Ada suatu ki-
tab bahasa Malayu dengan bahasa Arab, terlalu bagus; salin-lah itu
kitab." Maka itu pun ku salin-lah; ada beberapa lama-nya, maka
sudah-lah kitab itu. Maka di-lihat oleh orang lain akan tulisan-
nya kitab itu, semua orang mengatakan baik, tetapi bapa-ku sahaja
mengeji-ngeji aku dengan tiada berkeputusan, kata-nya, "Lihat
rupa tulisan-mu, seperti chakar ayam, membuang-buang kertas;

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


26 Hikayat Abdullah.

budak-budak kechil pun boleh menulis demikian;" semua-nya di-


salahkan-nya, suatu pun tiada yang baik. Maka sekarang-lah
baharu ku ketahui bahwa akal bapa-ku itu tiada ia man memuji
kebajikan-ku atau tulisan-ku, sebab ia takut menjadi besar hati-
ku, serta chongkak oleh sebab kepandaian dan ilmu itu.
Bermula maka ada-lah pada masa itu di-Malaka segala raayat
Inggeris itu supai semua-nya, merika'itu orang Benggala dan orang
Hindustan; maka ada-lah antara meraika'itu tiga bahagian orang
Islam dan sa-bahagi orang Hindu; ada pun segala orang-orang
Islam itu semua-nya mengaji Koraan dan sembahyang belaka.
Maka datang-lah merika'itu ka-rumah nenek-ku mengupah menulis
Koraan ka-pada bapa saudara-ku, maka aku pun menulis-lah ber-
sama-sama, maka banyak-lah aku beroleh upah; sebab itu menjadi
suka-ehita-lah aku sebab mendapat wang itu, maka makin-lah ber-
tambah-tambah rajin-ku menulis itu, tiada berhenti malam siang,
Maka apabila di-lihat oleh bapa-ku itu, maka marah-lah ia kata-
nya, "Jangan engkau biasakan menulis malam, karna nanti lekas
rosak mata; dan siang pun jangan bertekun sangat, karna engkau
budak-budak, nanti menjadi penyakit." Maka itu pun menjadi
kemarahan pula sebab di-tegahkan oleh bapa-ku itu. Maka jikalau
lambat menulis, lambat-lah mendapat wang; maka bersembunyi-
sembunyi di-belakang bapa-ku ku tulis juga, sebab kesukaan hati-
ku mendapat wang itu ada-nya.
Shahadan ada-lah suatu susah ka-pada-ku sebab tiada tahu
bahasa Hindustan itu, melainkan jikalau hendak berchakap dengan
merika'itu bermain tangan sahaja, seperti orang bisu; dan lagi
pula pada masa itu terlalu mahal orang yang mengetahui bahasa
itu. Maka sebab itu teringin-lah hati-ku hendak belajar bahasa
itu. maka aku beri tahu-lah ka-pada orang besar-nya aku sangat
hendak belajar bahasa ini. Maka jawab-nya, "Mari-lah engkau
pergi ka-rumah-ku dalam kota, boleh aku beri makan-minum, dan
boleh ku suroh ajar dengan guru-ku akan bahasa ini; maka engkau
pun boleh menjadi guru kami sakalian, dan boleh engkau menulis
Koraan, nanti kita orang beli." Maka ku khabarkan-lah ka-pada
bonda-ku akan perkataan orang besar supai itu, maka di-khabar-
kan-lah oleh bonda-ku ka-pada bapa-ku, kata-nya, "Baik-lah, biar-
lah dia belajar bahasa Hindustan itu, supaya kemudian kelak boleh
menjadi suatu kepandaian ka-pada-nya."

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 27

Hata maka pergi-lah aku tinggal ka-dalam kota, karna bapa


saudara-ku pun ad a bersama-sama di-sana, maka dua tiga hari ber-
ulang-ulang-lah aku pulang pergi, serta makan-minum clan menu-
lis, serta belajar bahasa itu. Maka di-beri oleh merika'itu wang,
dan lagi minyak sapi dan beras, serta berramah-ramahan-lah aku
dengan segala supai-supai itu, semua-nya berkenal-kenalan-lah, kar-
na merika'itu terlalu ramai, laki-laki perempuan-nya. Maka ada-
lah kira-kira tiga empat tahun aku dudok bersama-sama merika'itu,
maka di-beri Allah dapat-lah bahasa itu; maka pada tiap-tiap ban'
aku berchakap dengan merika'itu dengan bahasa Hindustan juga.
Hata maka dari-pada ketika itu-lah di-gelar oleh merika'itu akan
daku "Munshi," erti-nya guru atau pengajar dalam bahasa-bahasa;
maka dari-pada masa itu lekat-lah gelaran itu sampai sekarang
ini.
Shahadan sa-telah beberapa lama-nya dengan hal yang demi-
kian, maka di-surohkan oleh bapa-ku pulang ka-rumah, kata-nya,
"'Sa-hari-hari dudok-lah engkau membacha kitab itu, semua-nya
bahasa Malayu belaka; tiga-tiga hari sakali nanti aku pereksa
.akan erti-erti perkataan itu, dan bagimana patut di-pakai akan
perkataan itu ada-nya." Maka itu-lah pula kerja-ku sa-hari-hari
dengan tiada boleh bergerak pergi ka-mana-mana atau bermain.
Maka dari-pada ketika itu-lah banyak pendapatan-ku, ia-itu menge-
tahui dari-hal jalan agama, dan kedua perkara mengetahui jalan
bahasa dan erti-nya dan kuasa-nya. Maka pada tiap-tiap tiga
hari sakali datang-lah bapa-ku ka-tempat belajar itu; maka barang
kehendak-nya, baik dari-hal agama atau dari-pada jalan bahasa,
semua-nya di-perbuatkan-nya sual jawab; maka barang perkara
yang ku ketahui ku beri-lah jawab, dan yang tiada ku ketahui di-
beri-nya tahu.
Maka demikian-lah terkadang-kadang pada sa-ketika datang
fikiran-ku, "Apa-kah guna aku ini hidup, sa-hari-hari tiada boleh
senang, dudok dengan belajar sahaja, tiada boleh pergi bermain
ka-mana-mana, dan tiada boleh berkampong dengan kawan-
kawan?" Maka dengan fikiran yang demikian, maka menangis-
lah aku, serta duka-chita dengan muka masam. Maka datang-lah
bonda-ku ka-dalam bilek itu, serta di-lihat-nya hal-ku demikian,
maka kata-nya, "Mengapa pula tiada sa-mena-mena engkau me-
nangis?" Maka sahut-ku, "Dari-pada hidop yang demikian,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


28 Hikayat Abdullah.

terlebeh baik-lah mati; anak orang lain, sahaya ini lain." Maka
jawab bonda-ku. "Mengapa? tiada-kah engkau makan? atau tiada-
kah pakaian? maka jikalau tiada seperti anak orang kaya, maka
seperti anak orang miskin pun ada juga bapa-mu memeliharakan
engkau ini; mengapa chuma-chuma engkau menangis?" Maka
jawab-ku, "Jikalau kira-nya bonda beri makan mas sakali pun
sa-hari-hari, tiada berguna kalau hati-ku ta'suka." Maka kata
bonda-ku, "Apa-tah yang engkau susahkan?" Maka jawab-ku,
"Lihat-lah bapa ini, sa-hari-hari di-suroh-nya belajar ta'satu-satu,
tiada boleh senang; dan lagi tiada di-beri-nya berkampong-kam-
pong sama kawan-kawan; seperti orang dudok di-dalam kubur,.
demikian-lah malam siang ada dengan kerja." Maka apabila di-
dengar oleh bonda-ku akan segala-perkataan-ku itu, maka di-pelok-
nya leher-ku sambil di-chium-nya muka-ku, kata-nya, "Anak, meng-
apa engkau bodoh ini? bukan-lah belum sampai akal-mu, sampai-
sarapai-lah engkau budak-budak, sekarang belum lagi engkau tahu
akan guna-nya ilmu itu, nanti di-belakang kelak baharu-lah engkau
tahu akan guna-nya ilmu itu, dan kaseh ibu-bapa itu akan anak-
nya; bahwa bukan-kah engkau ini anak-ku sa'orang? maka jikalau
tiada engkau tahu mengaji dan menulis seperti pekerjaan anak
orang baik-baik, neschaya kemudian kelak besar-lah engkau sesal-
kan atas ibu-bapa-mu itu sebab tiada mengajar engkau akan per-
kara yang baik itu. Ada pun pada masa ini engkau rasa'i ia'itu
terlebeh paint dari-pada hempedu, nanti kemudian kelak baharu-
lah engkau tahu ada pun ia'itu terlebeh manis dari-pada ayer
madu; maka pada masa itu-lah baharu kelak engkau puji akan
gebajikan ibu-bapa-mu itu. Shahadan jikalau kami kedua ting-
galkan ka-pada-mu beberapa banyak harta sakali pun, jikalau tiada
untong-mu, neschaya sa-bentar juga ia lennyap dari-pada mata-
mu; tetapi ilmu dan pengajaran yang baik itu bukan-nya demiki-
an, sa-hingga bercherai-lah nyawa dari-pada tuboh-mu maka ia
pun bercherai-lah." Bahwa benar-benar-benar perkataan bonda-
ku itu; maka sekarang-lah baharu ku rasa'i manis-nya ilmu itu
terlebeh dari-pada ayer madu ada-nya.
Bermula maka tatkala lagi tengah aku berchakap-chakap de-
ngan bonda-ku itu, maka bapa-ku pun masok-lah, maka terhenti-lah
chakap itu. Ada pun adat bapa-ku itu, apabila di-pandang-nya
akan daku, tiada pernah dengan manis muka-nya, melainkan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 29

dengan masam-nya; dan. lagi tabiat-nya ka-pada-ku, barang a pa


perbuatan-ku, baik dari-pada tulisan-ku atau bachaan-ku, tiada
pernah di-benarkan-nya, melainkan ada-lah salah ta'satu-satu;
maka kedudokkan-ku itu menjadi serba salah, tetapi orang lain
memuji; maka apabila di-dengar-nya, di-tegahkan-nya; kata-nya,
"Merika'itu hendak merosakkan anak-ku."
Arakian maka pada suatu hari datang sa'orang nakhoda mon-
chari bapa-ku di-rumah, hendak membuat surat tanda tangan, ia
ada berhutang ka-pada sa-orang saudagar China di-Malaka, tiga-
ratus ringgit banyak-nya. Maka pada hari itu bapa-ku ada ter-
lalu banyak kerja di-rumah Tuan Adrian Koek; maka dudok-lah
nakhoda itu di-rumah-ku menanti-nanti sampai tengah hari, lalu
ia pulang-lah makan; kemudian ia balek menanti-nanti sampai
petang. Maka pada masa itu aku pun keluar bertanya ka-pada
nakhoda itu, "Dari-mana datang enchek nakhoda, dan apa di-
chari?" Maka jawab-nya, "Sahaya chari enchek punya orang
tua." Maka jawab-ku, "Ini hari bapa sahaya ada banyak kerja
di-rumah Tuan Adrian Koek." Maka jawab-nya. "Apa-lah hal
sahaya ini, sudah berjanji kapada orang tua enchek, ia hendak
membuatkan surat? karna sahaya hendak belayar sekarang."
Maka kata-ku, "Enchek nakhoda, kalau suka, boleh sahaya choba
tuliskan;" maka berlari-lah aku masok sa-bentar ka-dalam tempat
ku menulis itu, lalu ku tulis-lah. Maka aku bertanya, "Apa
nama enchek nakhoda?" Maka kawan-nya mengatakan nama-nya
itu Nakhoda Ahmad, ia sendiri, tiada mau menyebutkan nama-nya,
dan nama orang China yang di-tempat ia berhutang itu. Maka
sa-telah habis-lah, maka aku bawa keluar, ku unjokkan ka-pada-
nya; sa-telah sudah di-bacha-nya, lalu ia menggeleng, seraya kata-
nya, "Sudah betul itu enchek, melainkan biar-lah sahaya buboh
tanda tangan di-hadapan enchek." Maka di-buboh-nya-lah tanda
tangan-nya, sambil meminta diri. Tatkala ia hendak keluar itu,
maka di-unjokkan-nya satu ringgit ka-tangan-ku, sambil menyem-
bah, kata-nya, "Ambil-lah ini, enchek, beli-beli penganan." Maka
ku sambut-lah serta dengan suka-chita yang besar sebab sa-bentar
mendapat satu ringgit itu, serta kata-nya, "Susah enchek." Maka
jawab-ku, "Terima kaseh nakhoda."
Maka tiba-tiba dengan sa-ketika itu juga bapa-ku pun masok.
Serta di-lihat nakhoda itu., maka kata-nya, "Apa khabar nakhoda;
3

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


30 Hikayat Abdullah.

bila datang ka-mari?" Maka demi aku terpandang bapa-ku itu,


maka lari-lah aku masok ka-dalam bilek itu berdiam diri-ku, serta
dengan beberapa sesal sebab membuat surat itu. Maka jawab-
nakhoda itu, "Lama sudah sahaya menantikan tuan, dari pagi
sahaya; ini-lah anak tuan Enchek Abdullah tuliskan." Maka
apabila aku menengar nama-ku di-sebut-nya itu, berdebar-lah hati-
ku, sebab takut barangkali ada salah, karna belum pernah-pernah
aku membuat surat yang demikian itu, lagi-pun tiada bertauladan,
melainkan dengan berani serta fikiran-ku sendiri. Maka apabila
di-lihat oleh bapa-ku surat itu, maka tersennyum-lah ia, sambil
kata-nya, "Budak nakal, ia membuat pandai-pandai sendiri sahaja;
boleh pakai ini surat, nakhoda, bawa-lah berikan ka-pada tempat
nakhoda berhutang itu." Maka nakhoda itu pun berjalan-lah
pulang, maka bapa-ku pun masok-lah dengan tersennyum-sennyum
simpul laku-nya, maka bonda-ku pun bertanya, "Apa ini tersen-
nyum?" Maka jawab bapa-ku, "Ini hari jikalau aku dapat sa-
ribu ringgit pun tiada bagitu suka seperti anak-ku sudah boleh
menolong aku;" maka di-cheterakan-nya-lah ka-pada bonda-ku;
akhir-nya maka kedua-nya pun tertawa, serta kata-nya, "Di-
tambahi Allah akal bichara yang baik akan dia." Maka jawab
pula bapa-ku, kata-nya, "Baharu-lah pada hari ini aku mendapat
anak, seperti yang engkau peranakkan akan dia pada hari ini ;
maka jikalau ia tiada tahu mengaji dan menyurat, tinggal bodoh,
aku bilangkan dia seperti sudah mati ada-nya." Maka ada-lah
segala perkataan ibu-bapa-ku itu semua-nya aku dengar dari dalam
bilek itu, maka baharu-lah pada hari ini aku ketahui akan kaseh
ibu-bapa-ku itu akan daku, dan mengetahui guna segala peng-
ajaran-nya, dan akan faedah ilmu yang di-ajarkan-nya itu; maka
dari-pada masa terpaku-lah ka-dalam hati-ku itu, bahwa segala
pengajaran ibu-bapa itu sakalian-nya benar dan patut dan baik
ada-nya sa-mata-mata.
Hata kemudian maka masok-lah bapa-ku ka-dalam bilek
tempat ku belajar itu dengan masam muka-nya, "Apa engkau buat
ini hari? aku tiada di-rumah, engkau pun tiada pedulikan pela-
jaran-mu dan menulis; sebab malas-mu itu satu pun tiada tahu
tulis, engkau buatkan surat Nakhoda Ahmad orang Siak itu be-
berapa banyak salah, sudah aku betulkan." Maka fikir-ku dalam
hati, maka semua-nya hal ini sudah ku ketahui, maka sa-kali-kali

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdulla . 31

bapa-ku itu tiada mau mengatakan aku ini tahu atau pandai atau
memuji aku, sebab takut-nya aku mendapat hati ada-nya.
Maka ada-lah semenjak itu maka barang surat kiriman, atau
surat tanda tangan, atau surat-surat wakil, atau surat wasiat dan
sa-bagai-nya, maka jikalau ada orang datang hendak membuat
surat ka-pada bapa-ku, maka sakalian-nya itu di-suroh oleh bapa-
ku tulis kapada-ku; maka mula-mula di-katakan-nya demikian-
demikian hal-nya, dan sa-kian sa-kian banyak wang-nya, dan sa-
kian sa-kian lama perjanjian-nya, maka di-suroh-nya aku karang
sendiri; pada sakali dua kali ada juga sedikit-sedikit salah, maka
ketiga kali-nya sudah-lah betul. Kemudian dari-pada itu di-
pulangkan-lah oleh bapa-ku akan segala perkakas-nya dan peti-
peti tulis-nya ka-pada-ku.
Sa-bermula ada-lah pada zaman itu dalam negeri Malaka ter-
lalu-lah mahal orang yang tahu menulis dan mengarang barang
suatu, melainkan ada-lah empat lima orang yang terpakai dalam
pekerjaan itu; pertama-tama Khoja Muhammad, ia'itu peranakkan
Keling Malaka, maka ia-lah menjadi tolk Kompeni; maka kemu-
dian dari-pada itu Jamal Muhammad bin Nur Muhammad Surati;
dan bapa-ku Abdul Kadir bin Muhammad Ibrahim; dan Mahid
bin Ahmad Lebai. Maka ada-lah dari-pada pihak anak-anak Ma-
layu yang ku ketahui, Enchek Yahya bin Abdul Wahid, dan En-
chek Ismael bin Muhammad Arif Surati. Maka ada-lah sakalian
orang yang ku sebutkan sakalian-nya orang terbilang, sebab ter-
sangat usaha merika'itu belajar dan menchari ilmu, sa-hingga
menjadi pandai ada-nya. Maka merika yang tersebut ini-lah di-
ehari orang salah sa'orang dalam barang pekerjaan; dan lagi di-
malu'i orang dalam sa-barang majlis, dan lagi merika'itu hidup
dalam pekerjaan itu-lah, tiada dengan pekerjaan yang lain. Maka
dari sebab maamur-nya negeri Malaka pada masa itu, sa-bentar
pun tiada-lah boleh senang merika'itu, pada tiap-tiap hari ada-lah
pekerjaan yang mendatangkan faedah, tidak satu-satu ada-lah
pekerjaan; maka terpuji-lah nama merika'itu sampai ka-negeri
mana-mana, dan terpakai ka-pada orang puteh, dan termulia dalam
majlis yang besar-besar.
Shahadan ada pun dari-hal anak muda-muda yang pada za-
man itu, tiada-lah sa'orang pun yang ingin dengan suka hati-nya
hendak belajar akan pekerjaan dari-hal tulis-menulis dan bacha

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


32 Hikayat Abdullah.

surat Malayu itu, sebab bahasa Malayu ada-nya; melainkan aku-


lah sahaja orang yang hina lagi miskin dan bodoh; hendak ber-
niaga pun, mak-bapa-ku orang miskin, tiada berharta, sebab itu-lah
ku tuntut benar-benar, sa-hingga aku menerima-lah pusaka serta
mewarithi akan kalam dawat tuan-tuan yang tersebut nama-
nama-nya di-atas tadi. Bahwa dalam perkara ini wa'llah jangan-
lah sakali-kali tuan-tuan yang membacha surat ini menyangkakan
bahwa aku memuji diri-ku; karna berfikir-lah tuan-tuan, maka
jikalau kira-nya ada beneh yang demikian telah terchampak barang
di-mana, maka dapat-tiada bertumboh juga ia pada zaman ini.
Kama pada fikiran orang-orang sakalian tiada patut di-pelajari
akan bahasa Malayu itu, sebab ia'itu bahasa kita sendiri; dan lagi
pula dari-pada zaman nenek-moyang pun tiada pernah pula orang
menaroh tempat belajar bahasa Malayu, melainkan mengaji
Koraan sahaja; dan patut di-belajarkan bahasa Arab, karna ia'itu
yang berguna ka-pada agama, dan lagi dalam akhirat, dan lagi
bahasa itu sahaja yang terlebeh mulia di-antara orang Islam.

Bermula dari-pada orang-orang yang tersebut itu-lah aku


telah belajar, serta bertanya akan rahsia-rahsia bahasa Malayu
itu, dan mendapat-mendapat barang tauladan atau petua atau
tiruan; dan lagi pula ada-lah yang telah ku dapati beberapa banyak
perkataan bahasa Malayu, dan nama yang pelek-pelek, dan um-
pamaan dan kias dan ibarat, dan ikatan perkataan yang indah-
indah, dan yang manis-manis, dan sa-bagai-nya; itu semua-nya
dari sebab usaha-ku bertanya-tanya, dan membacha hikayat-hika-
yat yang dahulu kala, dan karang-karangan orang tua-tua. Maka
dalam simpan-simpanan yang tersebut itu-lah aku peroleh ke-
banyakkan simpulan perkataan, dan ikatan perkataan, dan rangkai
perkataan, dan rengkasan perkataan, dan lanjutan perkataan, dan
kuasa perkataan, dan memaniskan perkataan, dan tumboh per-
kataan, dan champuran perkataan, dan tuju perkataan, dan tajam-
kan perkataan, dan sindiran perkataan, dan rahsia perkataan, dan
sa-bagai-nya; dan lagi pula ada beberapa ilmu bahasa yang ada ku
lihat tersembunyi dalam bahasa Malayu itu. Bermula barang per-
kataan yang baharu yang ada bertemu dalam kitab-kitab dan hika-
yat atau sha'ir, maka dengan segera-nya pergi-lah aku mendapatkan
salah sa'orang dari-pada merika'itu, dengan beberapa hormat dan
merendahkan diri bertanyakan erti-nya perkataan itu, dan guna-nya,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 33

dan asal-nya tumboh perkataan itu, dan bagimana memakai dia.


Maka terkadang di-jadikan tertawa oleh merika'itu, sebab satu
perkataan aku pergi bagitu jauh antara rumah-nya dengan rumah-
ku, seraya kata-nya "Engkau boleh dapat lekas ilmu ini, oleh
sebab rajin-mu serta usaha."
Maka ada-lah pula beberapa perkataan dalam kitab-kitab atau
hikayat yang ku dapati yang belum di-dengar oleh merika'itu atau
mengetahui erti-nya, maka di-unjokkan oleh merika'itu akan tem-
pat ku bertanya, ia'itu ka-pada Datok Sulaiman, orang Malayu
asal, yang diam di-Kampong Hulu, maka ka-pada-nya-lah aku
dapat akar umbi bahasa Malayu itu. Ada-lah pada masa ku
dapati akan dia itu, kira-kira umur Datok Sulaiman itu lebeh
kurang dari-pada delapan atau sembilan-puloh tahun; maka itu-
lah orang asal-berasal Malayu, lagi pun ia'itu orang yang ber-
pengetahuan dan bangsawan; dan lagi ada sa'orang Datok Astur
nama-nya, sama tua-nya; dengan tiada merika'itu mau meng-
ubahkan pakaian asal Malayu sampai mati-nya, ia'itu berdestar,
dan berbaju takwa, dan berkain kembang ada-nya; maka ka-pada
merika'itu-lah guru-guru orang-orang yang tersebut itu, dan tSm-
pat merika'itu bertanya akan bahasa dan nama yang pelek-pelek
yang tersebut dalam kitab-kitab atau hikayat-hikayat.
Sa-bermula maka merika'itu-lah sakalian guru-ku yang me-
nyatakan ka-pada-ku akan segala rahsia bahasa Malayu, maka ia-
lah yang mengatakan ka-pada-ku bahwa bahasa Malayu itu ada
nahu-nya, dan saraf-nya, dan irab-nya, dan lagi ada pula beberapa
perhentian-nya, dan permulaan bahasa, dan haris di-atas dan di-
bawah dan di-hadapan, dan tanda mati; dan lagi ada pula per-
kataan jikalau di-keraskan suara menjadi lain erti-nya, dan
jikalau di-perlahankan jadi lain erti-nya; dan lagi ada pula ber-
bagai-bagai perhiasan bahasa itu, masing-masing dengan tempat-
nya, sakalian-nya ada lengkap genap belaka dalam bahasa Malayu,
lagi pun dengan manis bunyi-nya. Tetapi kata-nya, tiada ahli-
nya, yaani orang yang pandai, yang boleh mengaturkan dan me-
nentukan hukum bahasa Malayu itu ada-nya. Shahadan maka
dari situ-lah aku menerima segala keputusan perkataan-perkata-
an itu dengan selesai-nya.
Hata dengan beberapa lama-nya aku berulang-ulang belajar
akan segala perkara yang tersebut itu, ada-lah kira-kira sa-tahun

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


34 Hikayat Abdullah.

sembilan bulan lama-nya, maka guru-ku itu pun kembali-lah ka-


rahmat Allah. Maka menjadi terhenti-lah pelajaran-ku itu, tegal
tiada-lah boleh mendapat pada zaman itu dalam Malaka sa'orang
pun yang lebeh pandai dalam bahasa Malayu itu dari-pada-nya;
maka sebab itu menjadi tawar-lah hati-ku hendak belajar dari-pada
orang lain, melainkan bertanya-tanya sahaja ka-pada orang-orang
yang tersebut itu, karna lebeh-lah pengetahuan dan penengaran
dan penglihatan merika'itu dari-pada aku ini; maka jikalau sa-
kira-nya di-simpul-nya dengan kaki-nya, tiada-lah dapat ku urai-
kan dengan tangan-ku; dan lagi sudah ku ketahui akan rahsia
orang yang berguru dengan orang yang meniru itu terlalu jauh
beza-nya.
Arakian maka ada-lah sedikit hari kemudian dari-pada sudah
mati guru-ku yang mengajar bahasa Malayu itu, maka dudok-lah
aku menulis sahaja surat-surat-ku dengan susah hati-ku dengan
tiada belajar, maka dengan tolong Allah datang-lah sa'orang orang
Arab, bangsa-nya Shaikh, dan negeri-nya Yaman; ada-pun ia'itu
ahli dalam pengajian Koraan, dan nama-nya Muallim Muhai
'd-din. Maka apabila segala orang-orang Malaka menengar pe-
ngajian-nya itu, maka masing-masing pun terchengang-lah, seperti
menengar bunyi-bunyian shorga, sebab pengajian-nya itu serta
dengan hukum tajwit dengan panjang pendek seperti ukuran-nya;
maka masing-masing pun ashek-lah pergi hendak belajar ka-pada-
nya. Maka jawab-nya, "Sahaya mau belayar ka-tanah Jawa, tiada
boleh sahaya mengajar di-sini." Maka kemudian pergi-lah be-
berapa orang tua-tua meminta ka-pada-nya, supaya ia menahun di-
Malaka, karna banyak orang hendak mengaji. Maka jawab-nya,
^Jikalau boleh sahaya mendapat faedah di-sini, boleh sahaya ting-
gal, karna sahaya ada anak-bini dalam negeri Acheh, sebab itu-lah
sahaya datang ka-mari hendak menchari nafkah merika'itu."
Hata maka muafakat-lah masing-masing dengan membuat per-
janjian barang siapa mengaji sa-tahun sa'orang bayar lima ringgit,
maka redha-lah masing-masing hendak membayar; maka aku serta
empat-lima-puloh orang semua-nya pun mengaji-lah. Maka dari-
hal pengajian-ku yang dahulu itu semua-nya di-lebur-nya sa-mula,
dan lagi di-beri-nya hukum-hukum pengajian, maka dengan
kasehan Allah, serta dengan berkat guru-ku itu ada-lah sa-tahun
lama-nya aku dudok bertekun mengaji itu, maka dapat-lah seperti

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 35

pengajaran-nya itu. Shahadan dari-pada zaman itu-lah baharu


mashhur pengajian anak-anak Malaka, maka dahulu dari-pada
zaman itu tiada-lah berbilang ada-nya, karna tiada mengetahui
hukum-nya, atau panjang pendek-nya, dan mad-nya dan wakaf-
nya, dan kalkalah-nya, dan sabagai-nya. Maka kemudian dari-
pada itu beberapa banyak pula hadiah-hadiah orang akan dia, ter-
lebeh pula dari-pada pemberian yang tersebut itu di-peroleh-nya;
maka suka-chita-lah ia, serta dengan beberapa doa-nya, lalu-lah ia
belayar pulang ka-Acheh.
Sa-bermula sa-telah selesai-lah dari-pada aku belajar mengaji
Koraan itu, kemudian dari-pada sedikit hari pula, bahwa datang-
lah sa'orang orang alim, ia'itu bangsa Arab, lagi sayyid, nama-nya
Sayyid Shaikh bin Alwi, Bafakih bangsa-nya; maka bahwa-sanya
ada-lah ia'itu alim besar dalam bahasa Malayu, istimewa dalam
bahasa Arab. Maka apabila datang-lah ia ka-dalam Malaka
maka masing-masing terchengang-lah sebab menengarkan sa-suatu
masaelah yang di-uraikan-nya, dan beberapa sual di-ada-kan-nya
tiada-lah terjawab oleh segala merika'itu ada-nya. Akan tetapi
keadaan-nya itu miskin. Sa-telah di-lihat oleh orang Malaka akan
hal itu, maka masing-masing pun ashek-lah hendak belajar, maka
ia pun di-perbuat-lah oleh orang tua-tua bichara, kalau barang
siapa yang hendak belajar boleh bayar sa'orang lima ringgit dalam
sa-tahun. Maka bermula-mula aku-lah memberi tapak tangan di-
atas surat perjanjian itu, maka mengaji-lah pula aku; ada-lah
bersama-sama kawan-ku mengaji itu lima enam-puloh orang. Ada
pun kitab yang mula-mula di-pelajari itu kitab usul, nama-nya
Ummu 'l-barahin, ia'itu peri menyatakan zat Allah, dan sifat
Allah, dan kekayaan-nya, (Jan kemuliaan Allah, yang bagimana
patut kita berlaku ka-pada-nya, dan supaya mengetahui kehinaan
dan kelemahan kita, dan sa-bagai-nya. Maka sa-telah sedikit hari
mengaji, maka tamat-lah kitab itu; kemudian di-mula'i pula
mengaji kitab fakih, ia'itu perkara hukum Islam, dan peri sembah-
yang, dan sa-bagai-nya; maka sa-telah itu belajar-lah pula dari-
pada berbagai-bagai ilmu dan hikayat-hikayat yang memberi
faedah dan yang mendatangkan fikiran yang baik dan akal; maka
segala kitab-kitab itu dari-pada bahasa Malayu ada-nya. Maka
segala perkara yang tersebut itu pun sedikit banyak dengan kurnia
Allah dapat-lah mufaham-nya oleh-ku, dari sebab berkat guru-ku

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


36 Hikayat Abdullah.

yang tersebut itu; ada-lah kira-kira sa-tahun lebeh-lebeh lama-nya


dudok belajar itu sakalian. Shahadan maka dari-pada masa itu-
lah baharu chelek mata orang Malaka; ada pun dahulu dari-pada
itu bagitu-lah, dalam sa-ratus tiada boleh sa'orang mengetabui
sakalian itu sebab tiada-lah di-indahkan oleh merika'itu akan
segala perkara yang demikian. Ada pun tatkala tuan itu ada di-
Malaka, segala alim yang Iain-lain semua-nya menutup kitab-nya,
tiada-lah berani bersual jawab dengan dia. Arakian sa-telah
habis-lah perjanjian itu, maka ia pun belayar-lah ka-tanah Jawa;
maka ada-lah ia hidup sampai sekarang ini dalam negeri Sumenap,
ia'itu di-kasehi serta menjadi guru ka-pada Sultan Sumenap ada-
nya.
Nasihat. Ada-lah suatu hairan, lagi terchengang aku sebab
melihatkan dan memikirkan hal orang Malayu ini, belum sedar
akan diri-nya, ia tinggal dalam bodoh-nya itu, oleh sebab ia tiada
mau belajar bahasa-nya sendiri, dan tiada mau menaroh tempat
belajar bahasa-nya itu; maka mustahil pada akal, ada-kah orang
yang tiada belajar itu boleh menjadi pandai sendiri-nya? Bukan-
kah segala bangsa-bangsa yang lain dalam dunia ini masing-
masing ada belajar bahasa-nya, melainkan orang Malayu? Han
lagi pula kata-nya, "Apa-kah guna-nya di-pelajari, karna ia'itu
bahasa kita; lagi pun dalam dunia sahaja berguna; terlebeh baik
bahasa Arab, berguna dunia akhirat." Itu pun benar juga: tetapi
hairan aku bagimana boleh di-ketahui bahasa orang lain jikalau
sa-belum mengetabui bahasa kita sendiri dahulu. Akan tetapi
ia berkata-kata itu dengan bahasa Malayu, ia berjual beli dan ber-
kirim surat dan membalas surat dengan bahasa Malayu juga; maka
belum-lah pernah aku melihat baik orang Malayu baik peranakkan
atau barang bangsa yang Iain-lain menggunakan bahasa Arab dalam
pekerjaan-nya, baik dari-hal berniaga, atau menulis kira-kira-nya,
atau berkirim surat, atau membalas surat, melainkan sakalian
merika'itu menggunakan bahasa masing-masing, melainkan dalam
sembahyang atau berdoa itu-lah sahaja.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL KOTA MALAKA.

Bermula maka ada-lah hal-ku dari-pada masa itu, tiada-lah


apa lain pekerjaan melainkan membacha-bacha surat dan menyurat
juga. Maka dalam sedikit hari demikian itu, maka tiba-tiba
pechah-lah khabar dalam Malaka mengatakan Inggeris konon
hendak memechahkan kota Malaka. Maka segala bangsa orang
dalam Malaka pun tiada-lah perchaya yang boleh di-pechahkan kota
Itu dengan mudah-nya; maka kata sa'orang, "Sampai sa'umur
hidup raja ini pun tiada akan habis." Ada pun sebab sangka
merika'itu demikian, oleh karna kukoh-nya kota itu, serta dengan
perbuatan-nya, dan keras batu-nya dan tempat-nya bukan barang-
barang; ada pun sebab segala perkara ini-lah tiada-lah masok
dalam akal merika'itu yang boleh dengan segera-nya di-pechahkan.
Berbagai-bagai-lah sangka orang, ada yang berkata, "Pada sakali
ini boleh-lah kaya segala orang miskin dalam Malaka, sebab men-
dap at upah memechahkan kota ini;" maka kata pula sa'orang,
"Jikalau di-usek-nya sahaja kota ini, neschaya banyak-lah orang
mati; karna ada beberapa banyak jin shaitan dalam kota itu."
Maka kata pula sa-tengah orang, "Sebab Inggeris ini terlalu cher-
dek-nya itu-lah sebab-nya di-pechahkan-nya kota ini; karna jika-
lau kira-nya kota ini dapat ka-tangan bangsa lain-lain, neschaya
beberapa lama pun di-perangi-nya tiada-lah akan alah, oleh sebab
demikian-lah kukoh-nya dan hikmat-nya kota ini."
Sa-bermula maka ada-lah sifat-nya kota Malaka itu yang ku
dapati dan yang ku jalani di-atas-nya dan sampai ka-dalam tanah
itu, ada-lah demikian ku lihat, batu-nya itu batu besi, ungu warna-
nya, ada yang panjang sa-depa dan ada yang dua hasta; ada pun
batu-batu itu terlalu lichin dengan rata-nya seperti di-ketam rupa-
nya. Shahadan ada pun batu itu sakalian aku dengar-nya di-
pahat oleh orang China yang menjadi tukang kota itu dari Batu
Pahat, ia'itu dengan surohan Portugis, maka sebab itu-lah sampai
sekarang pun tempat itu bernama Batu Pahat.
Bermula dudok-nya kota itu chenderong sedikit ka-dalam, maka
ada suatu lis bulat batu itu juga berkeliling, maka kota itu empat
persegi; tetapi delapan ketelum-nya, ada pun lebar-nya satu-satu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


38 Hikayat Abdullah.

ketelum-nya itu ada yang sa-puloh, ada yang dua tiga-belas depa,
maka di-situ-lah di-atur-nya meriam berkeliling; dan tebal-nya sa-
panjang-panjang kota itu ada-lah sa-tengah tiga depa; maka pada
tiap-tiap ketelum-nya itu ada-lah rumah di-bawah tanah itu, ia'itu
dengan sa-lengkap-nya, serta dengan perigi dan kandang kuda-nya;
maka dari dalam tembok kota itu ada jalan yang boleh orang ber-
jalan berkeliling, maka sampai ketelum-ketelum itu ada pintu-nya
j a n g boleh keluar. Shahadan ada pun tinggi kota itu ada-lah kira-
kira sa-puloh depa yang kelihatan sampai ka'atas; maka khabar-
nya konon bagaimana tinggi di-atas, bagitu juga dalam kaki-nya;
maka pada tatkala hendak di-robohkan itu, di-gali, ku lihat ada
tujoh delapan depa dalam-nya, belum juga bertemu dengan kaki-
nya.
Kalakian ada-lah kota itu pintu-nya empat, satu pintu besar,
tempat-nya di-iringan jambatan besar, maka dalam pintu besar itu
ada pula satu pintu kechil, maka dari-pada pintu itu-lah orang
masok keluar kalau sudah pukul delapan malam; maka ada-lah
kira-kira sa-puloh lima-belas depa jauh-nya ka-kanan, ada pula
suatu pintu, ia'itu tempat masok keluar barang-barang, dan kereta
kuda sakalian-nya berjalan dari situ-lah; maka pada kedua pintu
itu ada-lah supai menjaga berganti-ganti. Dan lagi di-sa-belah
Bukit China ada suatu pintu kechil, dan di-sa-belah Bandar Hilir
ada suatu pintu hampir-hampir rupa-nya seperti pintu besar itu
juga.
Maka jambatan pun ada tiga; satu jambatan besar, ia'itu
jalan ka-sa-belah Malaka; dan kedua jambatan kechil nama-nya,
ia'itu jalan ka-sabelah Bukit China; ketiga jambatan ka-sa-belah
Bandar Hilir. Ada pun perbuatan jambatan-jambatan yang ter-
sebut itu, semua-nya boleh di-angkat-angkat sa-belah sa-belah;
maka pada malam di-angkat-nya jambatan itu; dan lagi jikalau
ada barang suatu pergadohan atau perang dan sa-bagai-nya, di-
angkat-nya jambatan itu. Dan lagi jikalau ada perahu-perahu
besar hendak masok ka-dalam sungai itu, adat-nya di-bayar, maka
keluar pun demikian.
Bermula ada-lah pada keliling kota itu di-perbuat-nya kubu
dari-pada tanah, ada tebal-nya dua depa; maka di-kaki kubu itu
di-buboh-nya pula ranjau besi bercheranchangan, maka di-sa-belah
ranjau itu ada pula parit, lebar-nya ada kira-kira lima depa, dan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 39

dalam-nya pun demikian; ada pun ayer-nya itu boleh di-masokkan,


dan boleh di-keluarkan; maka pintu ayer-nya itu dari jambatan
kechil yang di-sa-belah Bukit China, maka di-keluarkan-nya ka-laut
dari jambatan Hilir. Maka ada-lah di-tebing parit itu berkeliling
di-tanam-nya pokok sena; maka dalam parit itu ada-lah beberapa
buaya dan ikan siakap dan jumpul dan hudang galah menjadi.
Ada pun di-atas kota itu ada-lah kira-kira dua depa di-buboh-
nya satu meriam, serta satu "rumah monyet" nama-nya, tempat
supai jaga; demikian-lah berkeliling kota itu. Maka apabila sam-
pai pukul enam petang, tiada-lah di-beri-nya orang masok ka-
dalam kota itu lagi, melainkan boleh berjalan di-luar ashaja; maka
apabila asmpai pukul delapan di-tembak meriam, jambatan pun di-
angkat. Maka kalau berjalan tiada membawa api di-tangkap, dan
kalau ia berteriak tiada di-jawab, di-tembak-nya dari atas kota.
Maka ada pun lebar lorong di-keliling kota itu ada-lah sa-puloh
dua-belas depa sampai ka-tepi sungai; ada pun di-tepi sungai itu
semua-nya di-pukul-nya embarau, dan di-tanam-nya pokok sena,
kira-kira enam tujoh depa sa-batang sa-batang, demikian-lah hingga
sampai jambatan kechil itu ada-nya.
Sa-bermula maka ada-lah dalam kota Malaka itu sa-buah
bukit, maka ada pun bukit itu pertengahan, tiada terlalu tinggi,
tiada terlalu rendah; maka di-kemunchak bukit itu-lah gereja
Holanda. Ada pun gereja itu asal-nya gereja orang Portugis,
maka apabila di-dapati oleh (Holanda di-jadikan gereja-nya; maka
di-bawah gereja itu-lah tempat orang Holanda bertanam orang
mati. Dan lagi ada-lah asal-nya kota Malaka itu pun perbuatan
Portugis juga ada-nya. Maka ada pun sebab ku ketahui hal
demikian, sebab ada gambar-nya yang membuat kota itu
di-muka pintu kota itu; maka ku lihat rupa-nya rupa Nasarani
ada-nya. Ada pun gambar itu di-perbuat-nya dari-pada kapur
masak, di-perbuat-nya gambar timbul, ada terdiri sa-besar budak;
maka ada pun gambar yang ku sebutkan itu ada-lah sampai se-
karang di-sa-belah pintu Bandar Hilir; ada pun yang di-sa-belah
ka-Malaka itu sudah-lah di-robohkan oleh Tuan Farquhar. Ada
pun nama gereja yang di-atas bukit itu San Paulo dengan bahasa
Portugis.
Bermula maka di-sa-belah gereja itu ada satu kebun Kompeni;
maka terlalu indah-indah tanaman dalam kebun itu, dari-pada

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


40 Hikayat Abdullah.

pohon buah-buah dan bunga-bunga dan segala jenis sayur-sayur.


Maka di-dalam kebun itu ada sa-buah perigi, entah beberapa ratus
depa dalam-nya tiada-lah ku ketahui, maka dari sebab sangat
dalam-nya itu, sampai tiada-lah kelihatan eyer-nya; maka jikalau
kita champakkan batu, sa-jurus lama-nya baharu-lah kedengaran
bunyi-nya. Maka di-luar kebun itu pula ada-lah sa-buah perigi,.
itu pun demikian juga dalam-nya. Maka di-iringan bukit itu
rumah raja, terlalu indah-indah perbuatan-nya; ada pun jalan di-
rumah raja itu boleh berjalan dari bawah tanah masok ka-dalam
bukit itu; dan lagi pula ada satu pintu dari situ boleh berjalan
terus sampai ka-sungai.
Bermula di-balek kebun Kompeni itu-lah tempat di-tanamkan
Raja Haji ia'itu sa'orang raja Malayu yang berkuasa ada-nyar
asal-nya ia'itu keturunan Bugis, maka isteri-nya bernama Ratu
Mas, maka ia-lah yang telah datang memerangi Malaka pada
zaman Holanda. Maka ada-lah dari-pada zaman itu sampai masa
ini ada kira-kira lebeh sedikit dari-pada enam-puloh tahun. Maka
hampir-hampir dapat Malaka oleh-nya, maka berkeliling jajahan
Malaka dan kampong-kampong semua-nya sudah di-dapat-nya,.
melainkan tinggal lagi Malaka bulat-bulat sahaja yang belum di-
dapat-nya. Maka pada masa itu segala bangsa yang ada dalam
Malaka masok perang menolong Holanda, dari-pada Malayu,.
Keling, China, Serani, masing-masing ada dengan kapitan-nya
dan kepala perang-nya; maka ada-lah beberapa tahun di-perangi-
nya, lalu mati-lah Raja Haji itu di-makan perluru, di-Tanjong
Palas nama tempat-nya; kemudian di-ambil Holanda mayat-nya itu
di-tanamkan di-balek kebun yang tersebut itu; ada pun khabar-nya
yang ku dengar tempat itu kandang babi. Kemudian ada kira-kira
dua tiga-puloh tahun di-belakang, datang-lah anak-buah Raja
Haji itu dari Lingga dan Riau ka-Malaka, meminta izin ka-pada
raja Inggeris hendak di-pindahkan-nya kubur itu ka-Riau; maka
di-berikan-lah izin, lalu di-bawa-nya-lah pergi. Ada pun hikayat
perang Raja Haji itu terlalu-lah lanjut-nya, maka jikalau ku
cheterakan, neschaya berlambatan-lah pekerjaan-ku, melainkan
mengambil simpan-nya sahaja.
Sa-bermula maka di-sabelah bukit itu pula tempat penjara,.
kata orang Malaka "Miskurdi," ia'itu bahasa Portugis Miseri-
cordia, erti-nya tempat kasehan; dan lagi ada suatu nama-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 41

"Terongko" erti-nya tempat pasong, itu pun bahasa Portugis


juga. Maka ada-lah dalam tempat itu suatu lagi tempat, nama-nya
"Terongko Gelap," maka orang yang membuat salah besar sakali
di-masokkan dalam terongko gelap itu; slang sa-rupa malam sa-
rupa. Maka di-sa-belah-nya itu ada-lah sa-buah rumah, ia'itu
tempat menaroh perkakas membunoh orbing dan menyeksakan
orang, ia'itu tempat "Teratu" nama-nya, di-tinggalkan orang di-
atas bangku itu, maka di-titek segala sendi-sendi-nya, semua-nya
di-pechahkan-nya, kemudian baharu di-gantongkan di-Pulau
J a w a ; dan lagi ada-lah segala perkakas orang di-buboh chap, ia'itu
di-bakar besi itu merah-merah, ada-lah besar-nya besi chap itu
lebeh-lebeh sedikdt dari-pada satu ringgit, maka di-selarkan-nya
di-tamparan nyamok orang itu, maka berkepul-lah keluar asap-nya
kuning, lagi hangit bau-nya; sa-telah itu baharu di-buboh rantai.
Dan ada tempat kujot; dan ada pipa tempat di-golek orang dalam-
nya, maka ada pun pipa itu di-pukul paku berkeliling, semua-nya
hujong paku itu ka-dalam, maka barang siapa liwat di-masokkan
ka-dalam pipa itu, di-golek berkeliling negeri, sa-hingga hanchur-
lah badan-nya; ada pun pekerjaan yang demikian belum pernah
ku lihat, melainkan menengar khabar orang tua-tua sahaja, akan
tetapi perkakas-nya itu sunggoh ada, pipa-nya itu ku lihat ada
berpaku penoh. Maka di-tempat itu ada-lah berbagai perkakasan
dan hukuman, sakalian itu perkakas Holanda menyekksakan dan
menghukumkan orang ada-nya. Ada pun segala perkakas dan
terongko dan sa-bagai-nya, semua-nya sudah terbuang di-bakarkan
sakalian-nya, dan di-pechahkan terongko gelap itu; pada tatkala
zaman perang Batawi datang Lord Minto ka-Malaka, di-buangkan-
nya adat jahat dan bengis itu, semua-nya di-suroh-nya buangkan
ka-laut ada-nya.
Sa-bermula maka kembali-lah aku mencheterakan dari-hal
Tuan Raja Farquhar hendak memechahkan kota Malaka itu.
Maka di-panggilkan-nya-lah segala kuli dalam Malaka dari-pada
segala bangsa, maka di-suroh-nya pechahkan kota itu dari sa-belah
Bukit China dahulu. Maka berratus-ratus kuli hendak memechah-
kan sa-keping batu itu, tiada boleh di-dalam dua tiga hari; karna
masing-masing orang yang bekerja itu dalam ketakutan, sebab
pada sangka dan perchaya merika'itu ada banyak hantu shaitan di-
kota itu; maka sebab sangka itu menjadi banyak-lah orang yang

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


42 Hikayat Abdullah.

bermimpi berjenis-jenis, dan yang ada konon di-tampar shaitan,


muntah-muntah darah, lalu mati, dan yang sakit berjenis-jenis-
penyakit; maka makin-lah bertambah-tambah takut orang bekerja
itu, maka upah-nya pun makin-lah naik, Maka sakalian itu bo-
hong sa-mata-mata, melainkan sebab keras sangka-nya dan ke-
takutan-nya merika'itu menjadikan bahaya bagi diri-nya. Ada
pun kapur yang melekat di-batu itu rupa-nya dan bau-nya seperti
baharu di-buboh rasa-nya. Maka sa-telah di-lihat oleh raja terlalu
payah memeehahkan batu itu, maka di-suroh-nya gali pula kaki
kota itu; maka di-gali-lah beberapa dalam, tiada juga dapat; maka
di-ukur bagimana di-atas-nya bagitu dalam sudah di-gali, itu purr
tiada juga bertemu dengan kaki-nya. Kemudian maka berhenti-
lah pula pekerjaan dari-pada menchari kaki kota itu. Maka
di-surohkan-nya pula pechahkan dari sa-belah laut itu, maka
dengan beberapa changkul dan penggali dan alabangka dan be-
berapa jenis perkakas habis binasa; maka pekerjaan itu pun
dengan bersakit, maka orang pun banyak-lah yang takut hendak:
bekerja, sebab banyak orang mati dan sakit; maka upah-nya pun
makin naik yang di-bayar sa-hari sa-tengah rupiah menjadi satu
rupiah, maka itu pun ia tiada mau; maka terlalu-lah susah pekerja-
an memeehahkan kota itu. Maka kebanyakkan fikiran orang Ma-
laka pada masa itu tiada-lah akan terpechahkan oleh Inggeris akan
kota itu, karna tegoh-nya, dan lagi oleh sebab banyak sangat hantu
shaitann itu.
Arakian maka ada-lah kira-kira tiga bulan lama-nya dengan
hal bersakit dan susah, dan kebanyakkan pula orang mati, dan
jatoh patah kaki tangan, maka tiba-tiba maka kedengaran-lah
khabar mengatakan raja menyuroh gali lobang pada ketelum sa-
belah laut itu, hendak di-masok-nya peti ubat bedil, hendak
di-bakar-nya. Maka hairan-lah orang semua, kata-nya, "Entah
bagimana-kah perbuatan-nya itu?" Maka beratus-ratus orang
pergi melihat, maka aku pun ganggu pergi-lah melihat; maka ku
lihat sunggoh-lah di-gali-nya lobang sa-kira-kira sa-depa lebar-nya,
empat persegi, terlalu dalam. Sa-telah sampai-lah jangka-nya.
maka di-korek-nya pula tanah yang di-sa-belah lobang itu men-
cherok, ada kira-kira sa-depa jauh-nya; maka di-masokkan-nya-lah
peti ubat bedil itu, serta di-beri-nya bersumbu dari bawah tanah,
ada kira-kira panjang sumbu-nya itu lebeh-lebeh sa-puloh depa, di-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 43

perbuat-nya dengan kain, di-isi-nya ubat bedil; ada-lah kasar-nya


seperti ibu-kaki, kemudian lobang yang tersebut itu di-suroh-nya
tutup, serta di-tumbok rapat-rapat dengan batu dan tanah di-asak-
Maka ada pun mengerjakan lobang sa-buah itu sampai sudah-nya
lima enam hari, sa-puloh dua-puloh orang. Sa-telah itu maka di-
pukulkan chanang, maka esok-nya pukul delapan pagi sa'orang pun
jangan berjalan di-seberang, dan yang mana rumah dekat-dekat di-
situ di-surohkan berpindah ka-rumah jauh-jauh. Maka sa-telah
ke'esokkan hari-nya, datang-lah Tuan Farquhar berkuda, serta
memegang murang pada tangan-nya; maka di-suroh-nya orang"
naik ka'atas kota itu menghalaukan orang di-seberang itu, maka
orang pun lari-lah sara-bara. Maka sa-bentar itu juga lalu di-
chuchohkan-nya sumbu itu, maka sa-telah itu lalu di-gertakkan-
nya kuda-nya. Maka ada-lah kira-kira sa-puloh minit lama-nya,
maka meletup-lah ubat bedil itu seperti bunyi petir; maka ter-
bongkar-lah batu kota itu sa-besar-besar rumah, dan ada yang sa-
besar gajah, berterbangan ka-dalam laut; maka ada batu yang ter-
bang sampai ka-seberang dan mengena'i rumah-rumah. Maka
terkejut-lah orang semua-nya sebab menengar bunyi-nya itu, serta
dengan sa-besar-besar hairan, sebab sa'umur hidup merika'itu
belum pernah menengar bunyi yang demikian, dan sebab melihat-
kan bagimana besar kuasa ubat bedil itu, sampai boleh ia meng-
angkatkan batu sa-besar-besar seperti rumah. Maka baharu-lah
masing-masing perchaya yang boleh di-pechahkan oleh Inggeris
kota itu; maka masing-masing menggeleng kepala, kata-nya,
"Banyak sunggoh kepandian dan hikmat orang puteh ini; akan
tetapi terlalu-lah sayang-nya kota sa-bagus ini di-binasakan dengan
sa-bentar juga; maka jikalau hendak di-baiki, entah beberapa
tahun belum lagi boleh jadi demikian." Ada pun seri negeri
Malaka itu-lah kota itu; maka apabila sudah pechah kota itu, maka
negeri Malaka pun tiada berseri lagi, umpama sa'orang perempuan
yang kematian suami-nya, tiada-lah berseri muka-nya. Akan
tetapi sudah-lah dengan takdir Allah, itu-lah alamat dunia ini
tiada kekal.; yang ada di-tidakkan, dan yang tidak di-adakan, ber-
ubah-ubah ada-nya. Bermula ada pun batu kota yang di-peehah-
kan itu di-bawa orang pergi sampai ka-mana-mana; ada yang di-
perbuat rumah di-Malaka, ada yang di-bawa-nya ka-Batawi, tatkala
zaman Holand baharu ini, dan yang ada di-bawa-nya ka-Riau,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


44 Hikayat Abdullah.

dan ada pula Inggeris pun membawa pergi ka-kapal di-jadikan-nya


tolak-bara, dan yang ada sa-paroh tenggelam dalam sungai, dan
rang ada tinggal bertimbun seperti bukit, sampai sekarang ini pun
ada lagi, di-ambil orang pada tiap-tiap hari ada-nya.
Sa-benmula sa-telah enam tujoh hari lagi, maka hendak di-
bakar-nya pula ketelum yang di-sa-belah Kampong Keling; maka
itu pun di-pukulkan chanang, di-surohkan orang semua-nya undur
jauh-jauh dari rumah masing-masing. Maka ada di-seberang itu
rumah Khatib Musa, maka jauh-nya rumah itu ada di-seberang
sungai itu ada-lah dua puloh depa lebeh-lebeh. Maka orang-orang
pun semua-nya sudah-lah undur masing-masing, akan tetapi-nya
ada-lah hamba-nya sa'orang laki-laki bernama Basir, dan sa'orang
Mebarak, dan sa'orang anak-nya bernama Ibrahim; maka sakalian
merika'itu ada bersembunyi di-panggong hendak melihat tamasha
itu. Maka di-chuchoh orang-lah sumbu itu, serta berlari-lah orang
semua-nya. Maka sabentar itu juga meletup-lah ubat bedil itu
dengan bunyi yang besar, maka datang-lah batu itu beterbangan
bergumpal-gumpal, seperti gajah besar-nya, menimpa ka-panggong
itu; maka roboh-lah panggong itu, maka orang-orang yang ber-
sembunyi itu pun habis-lah di-tindeh batu dan di-timbus pasir itu;
maka sa-bentar lagi rioh-lah orang berteriak, mengatakan. "Ada
empat lima orang sudah mati di-timpa batu kota itu." Maka ber-
lari-lah masing-masing, maka aku pun berlari-lah pergi hendak
melihat, karna ada-lah aku pada masa itu di-surohkan oleh bonda-
ku pergi lari ada sa-jauh sa-tengah mail. Maka apabila aku sam-
pai ka-rumah itu, maka ku dapati di-tengah rumah ada sa'orang
orang Pelekat yang bernama Abdul Satar tengah makan, maka
datang suatu pechahan batu kota itu memukul dahi-nya, luka;
maka masok-lah aku ka-dalam, maka ku dapati budak Basir itu,
ada kelihatan kaki-nya sahaja, maka di-atas tuboh-nya ku lihat ada
batu kota itu bertimbun, ada yang sa-depa panjang-nya, ada yang
dua tiga hasta, delapan sembilan batu menindeh akan dia. Maka
di-keluarkan-lah ramai-ramai, di-dapati ada nyawa-nyawa ikan lagi.
Dan Tambi Ibrahim itu di-dapati ada tiga batu menindeh kaki-
nya, sa-depa sa-depa panjang-nya, dan tanah pun penoh; maka di-
angkatkan batu dan tanah itu, di-dapati kaki-nya sa-belah sudah
patah tiga terkulai-kulai; maka di-dokong-lah, di-bawa pergi ka-
Kampong Pali. Dan lagi si-Merbarak teman-nya itu pun ada-lah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 45

tertimbus dengan tanah dan batu. maka di-keluarkan, tetapi kaki-


nya sudah-lah hanchur tulang-nya, terkulai-kulai juga; maka di-
bawa-lah ka-rumah doctor Inggeris. Maka si-Basir itu mati-lah
sa-bentar itu juga, maka Tambi Ibrahim dan Mebarak itu di-ubati,
ada-lah di-beri Allah hidup sampai sekarang, akan tetapi-nya ada-
lah tempang kedua-nya; maka apa-lah boleh buat? karna dengan
taksir-nya sendiri ia hendak mendekati bahaya; maka orang semua-
nya sesalkan merika'itu juga. Shahadan maka apabila di-lihat
oleh orang Malaka semua-nya akan hal yang demikian, maka
masing-masing pun ketakutan-lah, maka apa-bila hendak di-bakar-
nya kota itu, maka, lari-lah orang-orang semua-nya habis ka-mana-
mana meninggalkan rumah, dan segala budak-budak pun di-halau-
kan-lah jauh-jauh ada-nya.
Hata maka dengan hal yang demikian-lah Raja Farquhar itu
memechahkan kota itu dengan mudah-nya; maka ada pun segala
orang yang tiada perchaya boleh di-pechahkan kota Malaka itu
pun terkatup-lah mulut-nya, tiada-lah terkata-kata lagi. Maka
segala hantu shaitan yang dalam otak orang itu pun habis-lah
semua-nya terbang, kembali ka-pada asal-nya, sebab takutkan asap
ubat bedil itu ada-nya. Maka demikian-lah kota Malaka yang
terlalu elok itu pun habis-lah binasa, semua-nya di-bongkarkan
oleh ubat bedil itu; maka jikalau kira-nya di-pechahkan orang-lah
satu-satu batu-nya itu; maka sampai sekarang pun tiada akan habis
ada-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL RAJA FARQUHAR.

Sa-bermula maka segala orang Malaka, dari-pada empat bangsa


orang pun, terlalu-lah sangat kaseh dan sa-tuju berrajakan Tuan
Farquhar itu. Maka ada-lah pada masa itu negeri Malaka pun
dalam sentausa-nya, dan dagang pun terlalu ban yak keluar masok,
datang dari-pada segala pihak negeri berniaga ka-Malaka, maka
segala orang-orang miskin pun dapat-lah menchari kehidupan-nya,
istimewa pula orang kaya-kaya-nya. Maka pada masa itu terlalu-
lah mahal-nya mendapat orang-orang Malaka itu belayar atau pergi
menchari ka-negeri lain-lain, melainkan orang-orang yang dari
negeri lain juga ada banyak datang ka-Malaka sebab menchari
kehidupan-nya, masing-masing beranak-berbini di-Malaka. Maka
sebab itu-lah menjadi banyak peranakkan dalam Malaka, dan lagi
adat-nya dan hukum-nya pun baik; maka masing bangsa ada
dengan kapitan-nya, dan masing-masing kapitan ada dengan orang-
orang-tua-nya, merika'itu-lah menghabiskan segala biehara dan
pergadohan itu, maka jikalau tiada terhabiskan oleh merika'itu
baharu-lah masok kadalam justisa ada-nya. Maka sunggoh pun
negeri itu negeri Inggeris, akan tetapi-nya hukuman-nya dan adat-
nya seperti adat Holanda, dan seperti adat bichara-nya, dan mima-
nama orang besar-nya semua-nya seperti bahasa Holanda juga
ada-nya.
Plata sa-telah beberapa lama-nya kemudian dari-pada itu,
maka Raja Farquhar itu pun bergelar-lah Colonel Farquhar.
Maka ada-lah semenjak ia telah bergelar Colonel itu, maka orang
puteh menjaga di-bawah rumah-nya itu; maka dahulu supai men-
jaga. Maka sakali persetua Colonel Farquhar itu hendak berjalan
kereta pada petang hari; sa-telah sudah ia makan, maka turun-lah
ia dari tangga rumah-nya itu. Maka oleh orang puteh yang men-
jaga di-bawah rumah-nya ada-lah rupa-nya sedia, di-isi-nya se-
napang-nya itu dengan dua biji peluru; maka serta turun Colonel
itu di-tembak-nya. Maka serta berbunyi-lah senapang itu, maka
lalu-lah sa-butir dari sa-belah kiri-nya, dan sa-butir dari sa-belah
kanan-nya; maka ia pun terkejut. Maka dari sebab belum sampai
ajal-nya, belum-lah ia mati. Ada pun jauh-nya antara orang

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 47

yang menembak itu, ada-lah kira-kira delapan depa sahaja jarak-


nya. Maka gempar-lah dalam Malaka, mengatakan, "Raja sudah
kena tembak, demikian-demikian hal-nya." Maka orang puteh
itu pun di-tangkap orang-lah, lalu di-penjarakan; maka sedikit
hari lagi di-hantarkan-lah akan dia ka-Benggala, entah apa-apa-
kah hal-nya tiada-lah lagi ku dengar ada-nya.
Sa-bermula peri mengatakan Tuan Raja Farquhar menyuroh
menangkap gajah. Shahadan ada-lah pada masa itu dalam Malaka
datang sa'orang, ia'itu datang dari Terangganu, bernama Pawang
Gajah; maka asal-nya ia orang Kedah, yang tahu pada ilmu gajah,
dan berbagai-bagai ubat-ubatan. Ada pun ia datang ka-Malaka
menchari pekerjaan seperti yang tersebut itu. Maka ada-lah
sedikit hari ia di-Malaka, maka mashhur-lah nama-nya Pawang
Gajah itu tahu ubat-ubat: maka ada-lah hal-nya itu pada tiap-tiap
hari mengelilingi hutan rimba juga ada-nya. Maka pada suatu
hari datang-lah ia ka-rumah Enchek Sulong; maka ada pun
Enchek Sulong pada masa itu menjadi mandur ka-pada Raja
Farquhar, maka jikalau ada barang suatu pekerjaan Tuan Far-
quhar, ia'itu-lah menjadi kepala-nya; ia berkenal-kenalan dengan
dia itu dari-pada masa memechahkan kota. Maka Pawang Gajah itu
pun berchakap-lah ka-pada Enchek Sulong, mengatakan, "Dalam
hutan Malaka ini ada terlalu banyak gajah, maka jikalau sa-kira-
nya raja Malaka ini hendak menyurohkan sahaya menangkap
gajah itu, beberapa banyak sakali pun, dapat-lah sahaya tangkap-
kan." Maka. apabila Enchek Sulong menengar kata pawang Gajah
itu, maka pergi-lah ia memberi tahu Tuan Farquhar seperti per-
kataan Pawang Gajah itu mengaku hendak menangkapkan gajah;
maka titah Raja Farquhar. Jikalau sunggoh ia mengaku, sahaya
memberi; boleh ia pergi tangkap." Maka Enchek Sulong pun
pulang-lah, serta menyampaikan segala titah raja itu kapada
Pawang Gajah ; maka suka-lah ia, lalu di-bawa-lah oleh Enchek
Sulong akan dia mengadap raja, maka berjanji-lah ia. Maka
kata-nya, "Tuan, nanti sahaya mau berjalan masok hutan, maka
harang di-mana sahaya bertemu kawan gajah, kalau sahaya datang
minta orang, tuan kasi barang enam tujoh-puloh orang bersama
sama sahaya; dan lagi perjanjian kita, jikalau dapat gajah, berapa
tuan kasi sahaya?" Maka jawab raja, "Baik-lah enchek, jikalau
dapat gajah hidup sampai di-bawa masok ka-dalam Malaka, sahaya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


48 Hikayat Abdullah.

boleh bayar sa-ratus ringgit sa'ekor." Maka jawab Pawang Gajah


itu, "Baik-lah tuan, akan tetapi belanja membuat pekerjaan ini di-
atas tuan; maka sekarang pun tuan beri-lah sedikit belanja, karna
sahaya hen dak masok ka-hutan." Maka jawab raja, "Enchek
Sulong boleh beri." Kemudian maka Pawang Gajah itu kembali-
lah; sa-telah sudah siap, maka berjalan-lah ia, ada kawan-nya
berdua dengan dia, menjadi bertiga, maka masok-lah ia ka-dalam
hutan.
Maka ada-lah kira-kira sa-belas hari lama-nya ia dalam hutan„
maka keluar-lah ia pergi mendaptakan Enchek Sulong, kata-nya,
"Ada sudah sahaya bertemu dengan kawan gajah, enam-puloh ekur
sa-kawan; maka sekarang Enchek beri-lah orang, karna sahaya
hendak membuat kandang." Maka sa-telah terdengar khabar itu
ka-pada raja, maka ia memberi titah ka-pada Enchek Sulong
menyurohkan orang-orang Malayu yang diam di-tempat-tempat itu
boleh bayar kuli-nya. Ada pun nama tempat yang di-kehendaki-
nya membuat kandang itu Sa-batu; ada pun Sa-batu itu dari
Malaka dua hari perjalanan jauh-nya, di-sa-belah timur dudok-nya.
Kemudian maka di-beri-lah oleh Enchek Sulong ada kira-kira enam
tujoh-puloh orang bersama-sama dengan dia berganti-ganti, dua
tiga hari-tukar orang lain.
Maka khabar itu pun mashhur-lah dalam Malaka mengatakan
tuan raja menyuroh tangkap gajah, maka sekarang ada di-buat-
nya kandang di-Sa-batu; maka hati masing-masing pun meng-
geletek-lah hendak pergi melihat bagimana-kah perbuatan-nya i t u
karna sa'umur hidup orang Malaka pun belum pernah melihat
pekerjaan itu. Maka hati-ku pun pada ketika itu jangan di-kata
lagi, kalau kira-nya aku seperti burong yang lengkap dengan dua
sayap, maka dengan sa-ketika itu juga rasa-nya hendak terbang
pergi melihat itu.
Shahadan maka aku hendak mencheterakan perbuatan kan-
dang itu. Maka pergi-lah masing-masing memotong kayu ka-
dalam hutan, sa-besar-besar paha, dan panjang-nya dua-belas hasta;
sa-telah berkampong-lah kayu-kayu itu, maka di-chachak ka-dalam
tanah rapat-rapat, jarak-nya dua tiga jari; ada-lah kira-kira besar-
nya kandang itu dua-puloh depa empat persegi. Maka kemudian di-
apit pula tegoh-tegoh; maka di-perbuat-nya di-atas pagar kandang
itu balai, ia'itu tempat orang boleh dudok; tetapi perbuatan-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 49

itu semua-nya tegoh-tegoh belaka, dan kayu-kayu-nya perkakas-nya


itu semua-nya besar-besar. Maka sa-telah sudah-lah kandang itu
di-perbuat-nya, bangun-nya seperti orang membuat jermal me-
nangkap ikan; maka ia'itu di-chachak-nya kayu kiri kanan kandang
itu rapat-rapat, ada-lah kira-kira sa-ratus depa jauh-nya di-kiri
kanan, makin jauh makin terbuka. Maka sa-panjang pagar itu di-
chachak-chachakkan-nya pokok pi sang dan pokok tebu, sampai-lah
ka-dalam kandang itu sakali. Maka sa-telah lengkap-lah sudah per-
buatan itu semua-nya, maka makin-lah gempar sudah khabar ka-
dalam Malaka, maka segala orang puteh dan empat bangsa pun
masing-masing, yang ada berjalan kaki dan yang ada bekereta
dan berkuda pergi melihat; maka aku pun pergi-lah bersania-
sama merika'itu. Sa-telah dua hari aku di-jalan, maka sampai-lah
ka-Sa-batu itu, maka ku lihat-lah akan perbuatan kandang gajah
itu semua-nya dengan akal sahaja. Maka banyak-lah orang ber-
kata, "Ada pun Pawang Gajah itu tahu hikmat dan ubatan, dan
ada ia menaroh jin;" maka semua-nya itu pembohong dan bodoh
helaka.
Maka pada petang itu juga Pawang Gajah itu masok-lah
serta beratus-ratus orang ka-dalam hutan, pergi menghalau gajah
itu; maka bertemu-lah ia ka-pada kawan gajah itu, lalu di-giring-
nya-lah dari jauh-jauh, ada kira-kira enam tujoh hari lama-nya ia
menggiring gajah itu, maka sampai-lah ka-dalam pagar yang ada
pohon pisang dan tebu itu; maka apabila gajah itu bertemu dengan
makanan-nya, maka dapat-tiada di-tuju-nya-lah ka-hadapan. Maka
orang yang menggiring itu pun makin-lah dekat-dekat, sambil
memasang bedil dan bersorak dari kanan dan kiri. Maka di-
rasa'i-nya oleh gajah itu jalan sempit, maka lalu masok-lah ia ka-
dalam kandang itu lalai dengan memakan pisang dan tebu itu;
maka orang pun makin rapat. Bermula maka ada-lah sedia orang
menjaga di-atas pintu kandang itu sedia memegang tali pintu itu;
maka apabila masok-lah sakalian gajah itu, maka di-lepaskan-nya-
lah pesawat-nya, maka pintu itu pun tertutup-lah. Maka ku
bilang gajah itu sakalian, besar, kechil, jantan, betina, semua-nya
enam-puloh-dua ekur banyak-nya.
Maka sa-bentar itu juga di-suroh oleh pawang itu orang ber-
ratus-ratus naik ka'atas kandang itu, yang ada memegang lembing
dan kayu berkeliling. Maka apabila di-chapai oleh gajah itu akan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


50 Hikayat Abdullah.

kandang itu hendak di-rompak-nya, maka di-tikam dengan kayu


belalai-nya. lalu di-lepaskan-nya; maka demikian-lah hal-nya ber-
keliling-keliling kandang itu, di-sana di-tikam, di-sini di-pukul.
Maka pada masa itu maka aku pun naik-lah ka'atas kandang itu
sebab hendak melihat itu; maka di-larangkan orang, tiada di-beri-
nya sa'orang pun orang lain naik, kata-nya, nanti rosak ubat-nya.
Maka pergi-lah aku perlahan-lahan ka-pada pawang itu. maka ku
unjokkan satu rupiah, maka apabila di-rasa'i-nya rupiah itu, maka
kata-nya, "Hai, naikkan enchek ini lekas." Maka tersennyum
aku, seraya berkata dalam hati-ku, '"Mana lebeh kuasa, ubat itu-
kah, atau rupiah ini-kah?" Maka di-naikkan oleh orang-lah akan
daku ka-atas kandang itu, serta di-beri-nya sa-batang kayu ka-
tangan-ku, kata-nya, "Apabila gajah itu menchapai, segera-lah
pukul." Maka ku perbuat-lah demikian." Ada pun ku lihat
kelakuan gajah-gajah itu dalam kandang itu seperti perang besar-
lah ada-nya, dan bunyi-nya pun seperti petir yang tiada ber-
keputusan, masing-masing dengan kelakuan-nya; yang ada meng-
gali tanah, dan yang ada menyiramkan pasir ka'atas, dan yang ada
menghumbankan kayu dan tanah ka'atas, berdengong-dengong
bunyi-nya, dan yang ada menikam-nikam kandang itu dengan
gading-nya; akan tetapi ku lihat akan anak-anak-nya itu di-taroh-
nya di-tengah-tengah, dan yang besar-besar itu berkeliling. Maka
segala tanah yang dalam kandang itu sakalian-nya menjadi lumpur
chayer, dalam dua tiga hasta, oleh sebab di-lanyak-lanyak gajah itu.
Maka orang pun berlari-lari-lah ka-Malaka memberi tahu raja;
maka pada esok-nya datang-lah raja, bersama-sama Doctor Chal-
mers dan orang-orang puteh semua-nya berkereta-kereta. Sa-telah
sampai-lah, maka naik-lah semua-nya ka'atas kandang itu. Me-
lainkan hal gajah itu selalu ia berkeliling-keliling kandang itu
sebab menchari tempat hendak keluar. maka barang di-mana di-
pegang-nya di-pukul orang.
Maka dengan hal yang demikian enam tujoh hari lama-nya
tiada-lah di-beri barang sa-suatu makanan, maka apabila sangat-
lah ia hendak merompak kandang itu rupa-nya, maka di-ambil oleh
pawang itu sedikit batang pisang, di-bacha-baehakan-nya ku lihat
di-champakkan-nya ka-dalam kandang itu, maka berhenti-lah ia
sebab merebut makanan itu; maka sebab itu ku dengar banyak-
banyak orang itu berkata, "Pawang ini pandai sunggoh, sebab di-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 51

bacha-bachakan-nya, gajah ini pun takut akan dia." Bohong lagi


bodoh, sakali-kali bukan-nya demikian, karna binatang itu di-
laparkan beberapa hari, kasehan, apabila ia mendapat makanan
sedikit diam-lah dia; kanak-kanak pun dapat memikirkan itu.
Maka ada-lah kira-kira sa-puloh hari lama-nya gajah itu dalam
kandang, maka lemah-lah sudah segala gajah itu oleh sebab tiada
makan dan milium. Maka kemudian di-perbuat-lah jerat tali
rotan kasar-kasar, maka di-hulurkan ka-dalam kandang itu, maka
di-champakkan-nya sedikit batang pisang ka-dalam perat itu; maka
datang-lah gajah itu masok ka-dalam jerat itu, lalu di-sentakkan-
nya, maka kena-lah leher-nya, maka jerat itu di-tambatkan-nya di-
pohon kayu. Kemudian masok-lah pawang itu membuboh pasong,
ia'itu di-apit pada kiri kanan-nya; lalu di-keluarkan-lah sa'ekur-
sa'ekur dari dalam kandang itu, di-pasongkan; demikian-lah di-
buatkan-nya sampai habis gajah-gajah itu di-keluarkan-nya dari
dalam kandang itu, dengan tiada di-beri makan dan minum,
sebab takut ia nanti menjadi kuat, neschaya di-pechahkan-
nya kandang dan pasong itu. Maka dalam hal demikian itu pun
ku lihat di-perbuat-nya, maka di-humban juga oleh gajah itu be-
berapa kali akan orang yang di-atas kandang itu, berdengong-
dengong bunyi-nya, dengan kayu; maka jikalau kena, pechah-
pechah muka. Dan lagi beberapa kali pula hendak di-robohkan-
nya kandang itu, di-belit-nya dengan belalai-nya akan tiang kan-
dang itu, di-gonchang-gonehang-nya, maka bergoyang-lah segala
kandang-kandang itu; maka jikalau tiada segera di-pukul dengan
kayu, sudah-lah roboh-roboh habis.
Dan lagi kebanyakkan orang-orang Malayu dan China dan
lain-nya perchaya, kata-nya, "Pawang ini terlalu pandai hikmat
gajah, dan lagi banyak-banyak doa di-bachakan-nya, sampai gajah
di-hutan semua-nya takut akan dia, istimewa manusia;" maka
sebab itu maka serba bangsa pun ada meminta ubat-ubat dan
hikmat-hikmat dan tangkal-tangkal ka-pada-nya. Maka ada-lah
pada fikiran-ku bahwa sakalian itu bohong, dan bodoh orang yang
perchaya demikian; maka ada-lah sakalian perkara yang di-perbuat-
nya itu dengan akal sahaja, bukan-nya dengan ubat atau hikmat
atau doa ada-nya.
Shahadan ada pun kemudian dari-pada itu, maka selalu-lah
aku dengar gajah-gajah itu, kasehan, semua-nya habis mati; maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


52 Hikayat Abdullah.

ada-lah tinggal lagi enam tujoh ekur yang boleh sampai ka-Malaka
maka dalam itu pun tinggai sa'ekur sahaja yang hidup betul.
Maka oleh Raja Farquhar dan Doctor Chalmers di-bayar-nya akan
pawang itu seperti perjanjian-nya; maka segala tulang-tulang
gajah-gajah yang mati itu semua-nya di-ambil oleh Raja dan Doctor
Chalmers di-hantarkan-nya ka-negeri England.
Sa-bermula ada pun di-rumah Tuan Farquhar itu ada-lah di-
peliharakan-nya sa'ekur harimau, terlalu besar. Maka ada pun
harimau itu asal-nya di-dapat orang dalam hutan Naning di-chelah
batang, besar-nya seperti sa'ekur kuching ada-nya, maka di-bawa-
kan orang ka-Malaka di-berikan hadiah ka-pada Tuan Farquhar;
kemudian di-peliharakan-nya di-rumah-nya dalam kota, di-perbuat-
kan-nya sangkaran besar dari-pada nibong, ada-lah sa-hari-hari di-
beri-nya makan daging kerbau; akan tetapi-nya tiada di-beri-nya
daging mentally sebab takut ia menchium bau darah, nanti menjadi
garang; maka di-rebuskan dahulu, kemudian baharu di-beri. Maka
dengan hal yang demikian sampai besar-lah sudah, serta dengan
tambun-nya, ada sa-besar anak lembu. Maka ada-lah pada tiap-
tiap hari laki-laki dan perempuan datang melihat; maka apabila
orang dekat-dekat dengan kandang-nya itu, maka tiada-lah ia man
diam, melainkan berpusing-pusing juga ia dalam kandang itu; maka
terkadang-kadang ia menderam dan mengaum, terkejut-lah orang
nenengar bunyi suara-nya. Maka pada suatu hari kandang harimau
itu sudah burok, maka di-suroh panggilkan tukang kayu orang
China, hendak di-surohkan baiki kandang itu. Maka datang-lah
tukang kayu itu mengintai-ngintai di-chelah kandang itu; maka
tiba-tiba di-tampar-nya sakali muka China itu, sa-hingga terchabut-
lah sa-belah biji mata-nya, dan luka sa-belah muka-nya; maka jatoh-
lah orang China itu terpengsan seperti orang mati; maka berlari-
lah orang pergi memberi tahu raja. Maka apabila di-lihat oleh
raja hal itu, terlalu-lah sangat marah-nya, maka di-suroh-nya
supai tembak harimau itu dengan peluru, maka mati-lah harimau
itu sa-bentar itu juga. Sa-telah itu maka di-suroh kuliti, lalu di-
masokkan kabu-kabu, maka di-jahit menjadi seperti harimau hidup
juga kelihatan ada-nya.
Bermula ada-lah di-rumah Raja Farquhar itu ku lihat di-peli-
harakan-nya berbagai-bagai jenis binatang; ada harimau akar, ada
kuching hutan, ada anjing hutan, ada landak, ada burong kasuari,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 53

lain dari-pada berjenis-jenis monyet, dari-pada ongka dan siamang


dan berok, dan dari-pada jenis burong-burong, masing-masing
dengan sangkaran-nya dan kandang-nya dan rantai-nya, dan ada
pula yang terlepas. Maka ada-lah sedia dua orang menggembalakan
sakalian binatang-binatang itu; akan tetapi-nya harimau itu sa'-
orang asing gembala-nya, ia'itu sa'orang orang Malayu tua, maka
apabila orang itu dekat, diam-lah ia, tiada di-pengapakan-nya akan
dia.
Sa-bermula maka kemudian dari-pada sedikit hari lagi, maka
datang-lah pula suatu benchana ka-pada raja itu, maka itu pun di-
lepaskan Allah juga, demikian-lah mula-nya; maka ada-lah adat
Colonel Farquhar itu, sa-hari-hari apabila ia sudah makan petang,
maka ia naik kuda atau kereta, ia berjalan-jalan mengambil angin,
ia'itu berkeliling-keliling bukit, sa-hingga sampai kapada dusun-
dusun yang dekat-dekat Malaka itu. Maka sakali persetua ia
berjalan kuda pada suatu petang, telah hampir-lah waktu maghrib,
ia melarikan kuda-nya sampai ka-pada Bukit Serindit nama-nya.
Maka di-situ ada-lah belukar-belukar sedikit, rupa-nya harimau
sudah menanti dalam belukar di-tepi jalan itu. Maka apabila
dekat kuda raja itu, sudah ia mendapat bau harimau itu, maka
ia menghembus-hembus nafas-nya, tiada-lah ia mau berjalan; maka
oleh raja itu di-buru-nya juga dengan chemeti-nya, maka me-
lompat-lah ia lari. Sa-telah sampai ka-tempat harimau itu, maka
di-hambur oleh harimau itu hendak menangkap raja maka oleh
sebab deras terlalu kuda itu berlari, maka tertangkap-lah ka-pada
chepiau raja itu, lalu di-bawa-nya lari; maka raja pun selamat-lah
ia sampai ka-Malaka dengan bergondol. Maka pada masa itu kata
segala orang Malaka, "Sunggoh-lah raja kita ini orang bertuah
ada-nya; maka dua kali sudah mati, hidup pula kembali; tentu ia
nanti menjadi lagi besar.
Bermula ada-lah tabiat Raja Farquhar itu, ia'itu pendiam,
lagi pun banyak sabar akan kesalahan orang; dan lagi, baik miskin
atau kaya sama juga ka-pada-nya, tiada di-pandang-nya sa'orang
lebeh dan sa'orang kurang. Dan lagi jikalau sa'orang miskin lagi
hina sakali pun hendak datang mengadukan hal-nya, maka dengan
segera-nya di-dapatka-nya dan di-dengar-nya akan pengaduan
orang itu, serta di-beri-nya nasihat dan di-ajar-nya, sampai men-
jadi sejok orang itu punya hati, lalu pulang-lah dengan suka-chita-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


54 Hikayat Abdullah.

nya. Dan lagi jikalau ia berjalan, atau berkereta atau berkuda,


maka orang-orang mi skin atau kaya dan kanak-kanak yang bertemu
itu memberi tabek akan dia, maka dengan segera-nya di-sahut-nya;
dan lagi tangan-nya terbuka ka-pada segala hamba Allah.
Maka bahwa sa-sunggoh-nya ada-lah segala perkara yang ter-
sebut itu semua-nya menjadi tali pertambatan hati manusia, ia'itu
seperti embun yang turun pada sa-pertigaan malam, maka ber-
kembangan-lah segala bunga-bungaan yang dari dalam taman
pengasehan, maka semerbak-lah bau-nya pada keliling alam ini,
maka segala kumbang yang liar dalam hutan rimba itu pun keluar-
lah berhimpun masok ka-dalam taman itu, sebab hendak menyerai
bunga yang amat harum itu ada-nya. Yaani bahawa-sanya meng-
ambil ibarat-lah kira-nya, hai orang yang berbudi, akan kias yang
ku hamburkan itu, seperti mutiara yang terhambur dari-pada ka-
rangan-nya gemerlapan-lah chahaya-nya, erti-nya, jikalau baik itu
di-sebutkan orang baik, jikalau bererapa zaman sakali pun, maka
jikalau ia mati sakali pun, tetapi nama-nya itu hidup juga ada-nya..
Maka jikalau kira-nya orang besar atau kaya atau mulia itu
memberi hormat akan orang miskin atau hina ada-nya, hilang-
kah kebesaran-nya ? atau rosak-kah kemulian-nya? Seperti
kata arif, Jikalau ular menyusur akar, boleh-kah hilang bisa-
nya? maka sedangkan gajah yang besar itu yang berkaki empat,
lagi terkadang terserandong dan terkadang ia tersungkur jatoh;.
dan lagi burong yang terbang di-udara itu, lagi terkadang ada
masa-nya ia gugur ka-bumi; istimewa pula hal kita manusia
yang bersifat lemah dan yang bernyawa rapoh dan yang berbaka.
mati ini, maka dapat tiada berubah-ubah juga ada-nya, dari-
pada suatu masa ka-pada suatu masa. Kama kebesaran dan
kemuliaan dunia ini berpindah-pindah juga kesudahan-nya, tiada
ia kekal ka-pada sa'orang jua pun; melainkan nama yang baik
atau jahat itu-lah di-sebut orang pada akhir-nya.
Kalakian maka dalam antara sedikit hari dalam zaman Colonel
Farquhar menjadi raja di-Malaka itu, maka datang-lah dua orang
orang besar dari England atau Benggala, ia'itu menjadi kepala
supai orang Benggala dalam Malaka; maka diam-lah ia di-pintu
Terangkerah, di-rumah yang di-tempat di-perbuat Anglo-Chinese
College. Maka sa-telah dudok-lah orang besar itu di-situ, nama-
nya Mr. Bean, ada pun ia'itu terlalu nakal dan bengis tabiat-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 55.

bukan buatan: maka di-suroh-nya jaga dua orang supai di-pintu-


nya, maka barang bangsa budak-budak yang lalu di-jalan itu di-
suroh-nya tangkap. di-masokkan kadalam pagar dan di-katupkan-
Jiya pintu-nya: maka yang ada budak-budak tiada dapat di-tang-
kap-nya, ia lari deras, di-suroh-nya dua ekur anjing kejar, jatoh
bangun, lalu di-tangkap budak itu di-masokkan-nya ka-dalam
pagar itu. Maka sa-telah banyak-lah sudah budak-budak itu, maka
di-keluarkan-nya dua-dua budak itu di-adu-nya bertinju, maka
barang siapa tiada mau, di-suroh-nya sesah dengan rotan, maka
sebab takut itu bertinju-lah kedua-nya; maka rnenjadi kesukaan
besar-lah bagi-nya, serta tertawa-tawa dan terlompat-lompat. Maka
orang yang bertinju itu ada yang bengkak muka hidong; maka di-
lihat-nya barang siapa yang berdarah, di-beri-nya lebeh duit, dan
yang tiada berdarah di-beri-nya kurang sedikit, di-lepaskan-nya
keluar; maka yang lain pula di-adu-nya; demikian-lah pekerjaan-
nya pada tiap-tiap hari,, melihat darah manusia berchuchuran. Ada
pun segala budak-budak yang jabat dan yang lari dari-pada tempat
mengaji-nya oleh sebab hendakkan duit itu, semua-nya itu ber-
kampong pergi-lah bertinju di-situ; maka tempat itu menjadi
suatu gelanggang orang bertinju ada-nya. Maka sa'orang pun
tiada-lah berani menegahkan dia; maka segala orang yang baik-
baik rnenjadi suatu kebenchian dan ketakutan ada-nya, tiada-lah
berani melepaskan anak-anak merika'itu berjalan-jalan pada lorong
itu ada-nya. Maka dengan demikian sedikit hari pula tiada-lah ia
mau budak-budak lagi, orang tua pula, di-suroh-nya orang tua-
tua bertinju; maka mana-mana orang miskin di-jadikan-nya kerja
pergi bertinju di-situ, supaya mendapat kehidupan-nya; maka pada
sa-hari berpuloh-puloli orang bertinju ada-nya.
Shahadan ada pun pada zaman itu dalam negeri Malaka
belum-lah ada banyak Inggeris. maka orang melihat Inggeris pun
seperti meliht harimau sebab nakal-nya dan garang-nya. Maka
jikalau datang sa-buah dua buah kapal Inggeris singgah di-Malaka,
maka orang-orang Malaka semua-nla menutup pintu rumah-nya;
maka ada-lah berkeliling lorong itu beberapa matrus itu mabok, ada
yang memechahkan pintu-pintu rumah orang, dan yang ada me-
ngejar perempuan-perempuan berjalan, dan yang ada berkelahi
sama sendiri-nya, pechah belah muka-nya, rnenjadi huru-hara
besar-lah; orang pun berlarian-lah di-kejar-nya, dan di-rampas-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


56 Hikayat Abdullah.

yang mati jatoh ka-dalam sungai oleh mabok-nya: maka sakalian


barang-barang orang di-pasar. Maka ada pula beberapa orang
ini-lah menjadi ketakutan orang. Maka pada masa itu tiada-lah
pernah aku berjumpa dengan sa'orang Inggeris yang puteh muka-
nya, melainkan sakalian-nya naik atas kuda hijau, yaani mabok.
Maka sampaikan kanak-kanak yang menangis, maka kata ibu-nya,
"Diam! Inggeris mabok datang," maka diam-lah budak itu dengan
takut-nya. Maka jikalau orang bertemu barang di-mana sa'orang
orang Inggeris, maka menyah-lah orang jauh-jauh. Maka apabila
ada kapal Inggeris di-laut. maka sa'orang perempuan pun tiada-
lah boleh berjalan di-lorong-lorong; jangankan orang baik-baik.
hamba orang pun tiada kelihatan ada-nya, sebab di-perbuat-nya
pekerjaan-nya chabul. Maka oleh sebab segala perkara yang ter-
sebut ini-lah menjadi takut orang, maka tambahan pula perbuatan
orang besar-besar yang tersebut itu maka makin-lah dahshat orang
.ada-nya.
Shahadan maka tersebut-lah perkataan orang besar yang
bengis yang telah menyuroh orang bertinju itu; beberapa bulan
lama-nya, berhenti-lah ia dari-pada menyurohkan orang bertinju
itu. Maka di-chari-nya ayam jantan, lalu ia menyabong pula, di-
lawan-nya orang menyabong; maka menjadi ramai-lah pula orang
menyabong di-situ, datang orang dari mana-mana membawa ayam
sabongan, dari hulu dari hilir, berkampong; da]am sa-hari ber-
puloh-puloh ayam mati; maka banyak-lah orang-orang yang
menang banyak wang. Maka dalam sedikit hari, berhenti-lah pula
dari-pada menyabong itu, maka di-beli-nya pula itek berpuloh-
puloh ekur, maka di-lepaskan di-laut di-hadapan rumah-nya
itu, kemudian di-lepaskan-ivya anjing-nya dua tiga ekur yang ter-
lalu garang di-rantai itu, di-suroh-nya tangkap itek itu; maka itu
pun menjadi suatu kesukaan bagi-nya, maka banyak-lah orang
pergi berkerumun melihat itu; maka ia pun ada memegang sena-
pang, yang mana itek tiada dapat di-tangkap oleh anjing itu di-
tembak-nya dengan peluru, maka habis-lah itek-itek itu semua-nya
mati, sa-paroh di-koyak oleh anjing, dan sa-paroh di-makan peluru.
maka tuan itu pun terlompat-lompat dengan suka-chita-nya. Sa-
telah itu, dalam sedikit hari lagi, maka di-beli-nya pula burong
punai berkurongan, maka ada-lah ia berdiri dengan senapang, maka
di-lepaskan oleh orang-nya sa'ekur-sa'ekur, lalu di-tembak-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 57

ada yang kena jatoh mati, ada yang terbang. Kemudian di-beli-
nya pula beberapa ekur monyet, maka di-lepaskan-nya ka'atas pohon
sena di-hadapan rumah-nya, kemudian di-tembak-nya, jatoh mati.
Demikian-lah pada tiap-tiap hari kelakuan orang besar itu, tidak
satu satu pekerjaan bengis dan nakal yang tiada senonoh itu men-
datangkan bahaya atas jiwa binatang dan menyakiti akan tuboh
manusia. Lagi pun entah beberapa-kah banyak-nya wang-nya yang
terbuang dengan sia-sia. Ada pun sa-lama ia tinggal di-rumah itu
tiada-lah berani perempuan berjalan-jalan di-lorong-lorong itu,
sebab takut di-pemakalkan-nya.
Maka hairan aku sebab Tuan Raja Farquhar menjadi raja
pada waktu itu di-Malaka, tetapi di-diamkan-nya akan segala per-
buatan orang besar itu. Maka ada-lah sebab segala perkara yang
tersebut itu-lah di-hinakan oleh bangsa lain-lain, karna pada
sangka-nya demikian-lah kelakuan semua-nya Inggeris; akan
tetapi kechuali yang baik-nya, seperti umpamaan Malayu: Sa'ekur
kerbau membawa lumpur, semua kerbau terpalit ada-nya. Maka
ada pun segala pekerjaan dan kelakuan yang demikian itu lekat-
lah ka-pada hati orang, sampai beberapa lama-nya. karna sa'orang
berkhabar ka-pada sa'orang, maka dari-pada sa-buah negeri ka-sa-
buah negeri, sampai berakar-lah perkataan itu dalam hati.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL TUAN RAFFLES.

Kalakian, sa-telah sedikit hari kemudian dari-pada itu, maka


kedengaran-lah khabar ka-Malaka, mengatakan bahwa Inggeris
konon hendak pergi perang ka-tanah Jawa. Shahadan maka ada-
lah kira-kira dua tiga bulan kemudian dari-pada menengar khabar
j a n g demikian itu, maka sa-kunyong-kunyong datang-lah Tuan
Raffles ka-Malaka, serta dengan isteri-nya, dan dengan sa'orang
juru-tulis-nya Inggeris yang bernama Mr. Merlin, dan lagi sa'-
orang juru-tulis-nya Malayu bernama Ibrahim, ia'itu peranakkan
Keling dari Pulau Pinang. Maka diam-lah Tuan Raffles itu di-
Malaka, di-Kampong Bandar Hilir, di-kebun anak Kapitan China
yang bernama Baba Cheng Lan. Bermula maka ada-lah di-bawa-
nya beberapa perkara barang-barang yang indah-indah dari-pada
perbuatan Eropah, ia-itu seperti beberapa macham berpeti-peti, dan
pistol, dan kain antelas yang mahal-mahal harga-nya, dan kain
khasah bunga mas, dan lagi beberapa jenis perkakasan yang belum
pernah di-lihat orang, dan sakhlat yang halus-halus beberapa jenis,
dan horloji yang indah-indah, serta kertas membuat surat ka-pada
raja-raja Malayu yang telah tertulis dengan bunga mas dan perak,
dan lain dari-pada itu beberapa banyak perkakasan akan menpadi
hadiah ka-pada raja-raja Malayu ada-nya.
Maka ada pada suatu hari datang-lah juru-tulis yang ber-
nama Ibrahim itu ka-rumah-ku, dudok berchakap-chakap dari-hal
Tuan Raffles itu hendak menchari juru-tulis Malayu yang baik
bekas tangan-nya menulis, dan lagi ia hendak membeli surat-surat
Malayu dan hikayat-hikayat dahulu kala; maka barang siapa ada
menaroh, bawa-lah di-kebun-nya di-Bandar Hilir. Maka ada-lah
.sa'orang bapa saudara-ku yang bernama Ismail Lebai yang terlalu
baik bekas tangan-nya menulis, dan lagi adek-nya sa'orang bernama
Muhammad Latif; maka kedua merika'itu pun di-ambil-nya-lah
akan menjadi juru-tulis. Maka ke'esokkan hari-riya datang-iah
pula ia meminta surat bekas tangan-ku; sa-telah sudah ku tuliskan,
lalu di-bawa-nya ka-pada Tuan Raffles itu, maka pada petang itu
juga datang-lah sa'orang orang mata-mata-nya memanggil aku.
Maka pergi-lah aku, lalu kata-nya, "Enchek, tulis-lah surat-surat

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 59

kiriman ini ka-dalam kitab." Maka ada-lah kawan-ku bernama


Tambi Ahmad bin Nina Merikan, anak Malaka. Maka ada pun
perkara yang di-tulis itu berbagai-bagai, ada yang menyalin
hikayat, ada yang menulis surat kiriman, ada yang menulis dari-
hal jalan-jalan bahasa Malayu, dan shaer dan sa-bagai-nya; maka
ada-lah masing-masing dengan pekerjaan-nya.
Sa-bermula maka ada-lah sifat Tuan Raffles itu, aku lihat
tuboh-nya sa-derhana, tiada tinggi tiada rendah, tiada gemok tiada
kurus; dahi-nya luas, alamat besar himmat-nya; dan kepala-nya
buntar, binchu ka-hadapan, alamat berakal; dan rambut-nya warna
perang, alamat berani; dan telinga-nya lebar, alamat banyak pe-
nengaran; bulu kening-nya lebat, dan mata-nya sa-belah kiri ada
juling-juling ayer, dan hidong-nya manchong, dan pipi-nya cheng-
kong sedikit; dan bibir-nya nipis, alamat pandai berkata-kata; dan
lidah-nya manis, dan mulut-nya luas, dan leher-nya jinjang, dan
warna tuboh-nya tiada puteh bahana, dan dada-nya bidang, ping-
gang-nya ramping, dan kaki-nya sa-derhana; maka apabila ia ber-
jalan akan-akan bongkok sedikit.
Shahadan ada-lah tabiat-nya itu ku lihat sentiasa di-dalam
berfikir juga. Maka terlalu pandai ia memberi hormat akan orang,
.serta dengan manis muka-nya; berbahasa dengan orang, enchek
dengan enchek, tuan dengan tuan. Dan lagi banyak ia menaroh
kasehan akan orang, maka tangan-nya terbuka ka-pada orang mis-
kin. Dan lagi terlalu pandai ia membunoh perkataan orang.
Dan lagi selalu apabila ia berchakap dengan tersennyum-sennyum,
dan lagi terlalu kuasa ia memereksa akan segala perkara yang
dahulu-dahulu. Dan lagi jikalau barang suatu perkara yang di-
dengar-nya itu, tiada-lah boleh sudah dengan sedikit, melainkan
sampai kesudahan-nya. Dan lagi ada-lah selalu ia suka tinggal di-
dalam tempat sunyi, maka tiada apa lain pekerjaan-nya melainkan
menulis dan membacha kitab-kitab. Dan lagi apabila waktu ia
belajar atau berchakap, meski pun barang siapa datang ka-rumah-
nya, tiada ia mau bertemu, melainkan apabila habis; dan lagi ku
lihat barang apa perbuatan-nya masing-masing dengan waktu-nya,
tiada berchampur suatu dengan suatu. Dan lagi ku lihat tabiat-
nya pada malam, sudah ia minum teh serta dengan kawan-kawan-
nya, maka ada-lah sedia tempat dawat dan kalam dan kertas di-atas
meja besar-nya itu, serta dua lilin terpasang; maka apabila puas-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


60 Hikayat Abdullah.

puas ia berjalan pergi datang, maka terlentang-lah ia ka'atas meja.


itu, berharing-haring menengadah, serta di-pejamkan-nya mata-
nya, seperti. laku orang tidur, maka pada sangka-ku dua tiga kali
ia tidur juga; maka sa-jurus dengan demikian, maka tiba-tiba
bangun-lah ia tergopoh-gopoh lalu menulis-nulis; sa-telah itu, maka
baring pula ia; demikian kelakuan-nya sampai-sampai pukul sa-
belas dua-belas, baharu-lah ia masok tidur; maka demikian-lah
hal-nya pada tiap-tiap hari, melainkan terkadang datang sahabat-
sahabat-nya. Maka apabila pagi-pagi ia bangun tidur di-
ambil-nya surat-surat yang di-tulis-nya pada malam itu, di-bacha-
nya, sambil berjalan-jalan pergi datang; barangkali dalam sa-puloh
helai di-baeha-nya tiga atau empat helai, di-berikan-nya ka-pada
juru-tulis-nya. di-suroh-nya salin ka-dalam kitab, dan yang lain di-
koyak-koyak-nya di-buangkan; demikian-lah adat-nya pada tiap-
tiap hari.
Shahadan lagi ada-lah empat orang di-beri-nya gaji, masing-
masing dengan pekerjaan-nya; sa'orang di-suroh-nya pergi ka-hutan
menchari jenis-jenis daun, dan bunga-bunga, dan chendawan, dan
lumut-lumut, dan barang perkara yang beriain-lain rupa-nya; dan
lagi sa'orang di-suroh-nya pergi menchari segala hulat-hulat, dan
belalang, dan jenis-jenis kupu-kupu dan kumbang, dan berbagai-
bagai jenis binatang, dan riang-riang. dan lipan, dan kalajengking,
dan sabagai-nya; maka di-beri-nya jarum peniti, di-suroh-nya
chochokkan binatang-binatang itu; dan lagi sa'orang di-suroh-nya
menchari karang-karangan, seperti siput berjenis-jenis, dan
kepah, dan lokan, tiram, remis. dan sabagai-nya, dalam sa-buah
bakul. dan lagi ikan berjenis-jenis; dan lagi pula sa'orang pergi
menchari binatang-binatang liar, seperti burong-burong. dan ayam
hutan, dan rusa, kijang, pelandok, dan napoh, bengkunang, dan-
kanchil. dan sa-bagai-nya. Dan lagi ada-lah ia menaroh sa-buah
kitab besar, maka kertas-nya tebal-tebal; maka guna-nya kitab itu
di-masokkan-nya segala jenis daun-daun. dan bunga-bunga, dan
sa-bagai-nya. Bermula maka barang perkara yang tiada boleh di-
masokkan-nya, maka ada ia menaroh sa'orang orang China Makau..
terlalu pandai-pandai menulis gambar-gambar, atau buah atau
bunga, di-tulis-nya seperti hidup, maka di-suroh-nya tulis akan
segala perkara itu. Maka lain dari-pada ini lagi, ada-lah pula satu
pipa, entah arak entah berandi, ada penoh; maka barang binatang

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 61

atau ular, lipan, kalajengking, dan sa-bagai-nya, maka hidup-hidup


di-masokkan-nya ka-dalam-nya itu; sa-telah dua hari lama-nya,
kemudian di-ambil-nya, di-masokkan-nya ka-dalam botol, rupa-nya.
binatang itu seperti hidup juga. Maka menjadi hairan-lah orang-
orang di-Malaka melihatkan pekerjaan yang demikian. Maka pada
masa itu banyak-lah orang-orang dalam Malaka mendapat faedah
sebab mencharikan segala kejadian yang di-udara, dan dari bumi,
atau dari laut, dari darat, atau dari negeri, atau hutan rimba, baik
yang terbang, baik yang merayap, baik yang bertumboh, baik yang
terbit dari tanah, segala perkara yang tersebut itu sakalian-nya
menjadi duit belaka. Dan lagi pula orang membawa kitab-kitab
dan hikayat Malayu pun, entah beberapa ratus jenis, tiada-lah aku
teringat; hampir-bampir habis surat-surat Malayu dari-pada be-
berapa zaman, dari-pada harta nenek-moyang sakalian habis di-
jual-kan, di-bawa orang dari mana-mana, sebab mendapat barga
baik, habis di-jualkan, tiada-lah sedarkan orang-orang yang di-
belakang kelak menjadi bodoh, satu surat pun tiada yang hendak di-
bacha dalam bahasa-nya sendiri, karna kitab-kitab itu semua-nya
tulisan tangan, jikalau kitab di-chap tiada mengapa, maka tiada-
lah tinggal lagi beneh-nya sampai sekarang. Maka ada-lah kitab-
kitab itu sakalian kira-kira tiga-ratus enam-puloh, lain dari-pada
jenis-jenis shaer dan pantun dan ikat-ikatan dan sa-bagai-nya.
Dan lagi lain pula di-pinjam-nya, di-suroh-nya salin, ada empat
lima orang juru-tulis-nya yang dudok menyalin sahaja.
Shahadan ada-lah pada tiap-tiap hari di-bawa orang berjenis-
jenis binatang, dan hulat yang belum pernah ku lihat sa'umur-ku
pun, baharu-lah ku lihat; dan lagi pula datang-lah hadiah dari-
pada raja Sambas dua ekur mawas, yang di-nama'i oleh orang puteh
"orang hutan," dan datang anak harimau, dan beruang, dan ber-
jenis-jenis binatang dari-pada sa-genap negeri. Maka ada pun
mawas yang datang dari Sambas itu terlalu sakali jinak, maka di-
beri-lah oleh Tuan Karnes memakai seluar dan baju dan chepiau,
rupa-nya seperti sa'orang kanak-kanak, -ia'itu di-lepaskan sahaja
ia berjalan-jalan ; maka ada pun mawas itu ku lihat tabiat-nya
seperti akan-akan manusia, maka bersalahan ia tiada tahu berkata-
kata sahaja; maka apabila ia hendak buang ayer, lari-lah ia ka-
tempat-nya; dan lagi datang-lah ia ka-tempat aku menulis dekat-
dekat meja itu dengan diam-nya, tiada tahu menakal seperti
5*

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


62 Hikayat Abdullah.

monyet kera yang lain; maka di-ambil-nya kalam perlahan-]ahan,


di-lihat-nya, maka kata-ku, "Letakkan lekas," maka dengan segera-
nya di-letakkan-nya. Ada pun binatang itu perut-nya besar, maka
waktu-waktu ia dudok itu mengerang-lah ia seperti orang sakit,
maka aku bertanya, "Apa sakit?" maka di-pegang-nya perut-nya.
maka ada-lah sa'olah-olah ia mengerti bahasa kita rasa-nya, tetapi
mustahil ada-nya. Ada pun ia'itu sa-pasang, ia'itu sa'ekur jantan.,
sa'ekur betina; maka ada-lah empat lima bulan lama-nya di-Malaka,
maka pada suatu malam mati-lah yang betina itu; maka ku lihat
dari-pada ketika itu jantan-nya itu pan kelakuan-nya seperti orang
duka-chita ada-nya; maka makanan-nya di-beri, itu pun tinggal
di-tempat-nya tiada-lah di-makan-nya; maka ada enam tujoh hari
demikian itu, jantan-nya itu pun mati-lah. Haka insaf-lah hati-
ku-sebab melihatkan hal demikian itu, sedangkan binatang lagi sa-
kian ia berkaseh-kasehan laki bini, istimewa pula kita manusia ink
bahwa mengambil ibarat-lah dari-pada binatang itu. Shahadan
lagi ada beberapa pula binatang-binatang dan burong-burong yang
lain-lain di-rumah Tuan Raffles itu, masing-masing dengan tempat-
nya dan sangkaran-nya dan kandang-nya.
Bermula ada pun tabiat-nya tuan itu terlalu suka ia memereksa
asal-asal negeri dan adat-adat yang dahulu kala, dan menchari dan
bertanyakan perkara-perkara ajaib; dan lagi terlalu rajin ia belajar
bahasa Malayu., serta dengan selidek-nya; dan ia suka menurut
jalan bahasa seperti yang di-pakai oleh orang Malayu; dan lagi
selalu ia suka bertanya sa-bentar sa-bentar, "Perkataan ini bagi-
mana di-pakai oleh orang Malayu?" maka sudah kita katakan-
maka baharu-lah kata-nya, "Inggeris memakai bukan-nya bagitu,
bagini." Maka ada-lah pada tiap-tiap hari di-suroh-nya membuat
surat kiriman, akan di-kirimkan ka-pada segala negeri Malayu;.
ada pun perkataan yang di-sebutkan dalam-nya itu hanya menchari
jalan bersahabat dengan Inggeris, dan peri mengambil hari
merika'itu. Maka ada-lah tiap-tiap surat yang di-kirimkan itu
ada-lah dengan hadiah-nya dan perkataan yang manis-manis; maka
sebab itu menjadi kaseh mesera-lah segala raja-raja, maka di-balas
pula oleh merika'itu surat dengan beberapa hormat serta berkaseh
dan menerima kaseh, dan lagi dengan hadiah-nya; dan ada pula
beberapa kitab-kitab bahasa Malayu dan hikayat-hikayat yang
datang dari-pada sa-genap negeri.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 63

Shahadan ada-lah tabiat Tuan Raffles itu, tiada memandang


wang; maka jikalau benda atau pekerjaan yang di-kehendaki-nya
itu, maka barang berapa sakali pun harga-nya atau belanja-nya,
asal dapat atau jadi pekerjaan itu, di-beri-nya. Maka sebab itu-lah
barang suatu kehendak-nya itu dengan segera-nya dapat atau jadi,
sebab itu ada-lah sedia beberapa orang menunggui di-rumah-nya;
maka jikalau ada barang suatu hendak di-chari-nya, atau di-beli-
nya, atau di-suroh-nya, supaya boleh mendapat untong. Maka
entah beberapa-kah banyak wang pada tiap-tiap hari yang keluar
dari dalam peti-nya sebab membeli apa-apa dan membayar upah
akan orang. Dan lagi selalu ia berkata, ku dengar, "Benchi
sahaya sangat akan kelakuan Holanda-Holanda yang diam di-
Malaka itu, sebab merika'itu sakalian menghinakan orang Malayu,
dan tiada boleh sa-kedudokkan dengan dia." Ada pun Tuan
Raffles, itu-lah kesukaan-nya sentiasa berramah-ramahan dengan
orang Malayu; jikalau orang miskin sakali pun, boleh juga ber-
chakap dengan dia. Ada pun segala orang besar-besar yang dalam
Malaka, baik orang puteh atau orang Malayu pun, sa-hari-hari
datang-lah berjumpa dengan dia. Akan tetapi-nya sunggoh pun
demikian, sa'orang pun tiada-lah tahu apa-kah sebab-nya ia datang
ka-Malaka itu, dan apa kehendak-nya, atau apa-kah pekerjaan-nya
pada masa itu. Maka ada-lah yang ku lihat barang suatu pekerja-
an-nya atau perkataan-nya dan kepandaian-nya dan bangun-bangun
orang-nya dan budi-bahasa-nya, jikalau tiada salah paham-ku,
bahwa dapat-tiada ia'ini orang-orang besar atau pandai, dan lagi
dengan besar himmat-nya.
Sa-bermula maka pada suatu hari Tuan Raffles itu tengah ber-
kata-kata dangan juru-tulis-nya dari-hal hendak membalas surat
ka-pada raja Sambas, maka tiba-tiba datang-lah sa'orang orang
Malayu membawa enam buah kepala-kepala durian, di-sangka-nya
Tuan Raffles itu hendak membeli durian, lalu di-bawa-nya masok
ka-dalam-rumah, ia berdiri di-pintu; maka Tuan Raffles pun men-
dapat-lah bau durian itu, maka dengan segera-nya di-tutup-nya
hidong-nya, lari-lah ia naik ka'atas. Maka hairan-lah semua orang
melihatkan hal-nya itu berlari, tiada di-ketahui ia tiada boleh men-
chium bau durian. Maka sa-bentar lagi di-panggil-nya akan supai
yang menjaga pintu itu, kata-nya, "Siapa bawa buah durian ka-
mari ?" Maka di-unjokkan-nya orang Malayu itu, maka di-suroh-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


64 Hikayat Abdullah.

nya keluar lekas-lekas, serta memberi perentah ka-pada supai itu,


"Sa'orang pun jangan beri bawa lalu durian dari pintu ini."
Maka dari-pada hari itu sa'orang pun tiada-lah berani membawa
durian lagi. Maka baharu-lah aku ketahui, bahwa tabiat Tuan
Raffles pada masa itu sakali-kali tiada tahu makan durian, jangan-
kan makan, menchium bau-nya pun tiada boleh. Maka sa-bentar
lagi turun-lah ia ka-bawah, kata-nya, "Sakit kepala sahaya, sebab
menchium bau buah durian itu; maka terlalu jahat makanan itu."
Maka tersennyum-lah aku sakalian menengar perkataan-nya itu,
karna berlainan tabiat-nya itu dari-pada orang lain; barang yang
di-suka'i oleh orang, di-benchikan-nya. Maka sebab itu jikalau ada
orang-orang membawa durian di-halaukan oleh supai.
Kalakian maka ada-lah pada suatu petang hari, maka aku pun
hendak pulang, maka di-panggil oleh Tuan Raffles, kata-nya, "fin-
chek, mari kita berjalan-jalan, sahaya hendak pergi melihat tempat
orang-orang Malayu belajar." Sa-telah itu aku pun naik-lah
kereta pelangking bersama-sama, lalu pergi ka-Terangkera. Maka
apabila sampai ka-rumah Lebai Abdul Razak, maka masok-lah
Tuan Raffles bersama-sama aku, ada-lah kami lihat tiga orang
budak-budak kena hukum, sa'orang di-rantai pinggang-nya, maka
hujong rantai itu di-pakukan kapada suatu kapala balak, di-suroh-
nya pikul; dan sa'orang di-rantai sahaja, di-suroh mengaji; dan
sa'orang di-ikatkan ka-tiang. Maka kata Tuan Raffles, "Enchek,
apa sebab budak ini di-rantai bagitu? ini adat terlalu jahat, choba
tanya ka-pada guru-nya itu." Maka aku pereksa-lah ka-pada-nya,
maka jawab-nya, "Budak ini, tuan, ia sudah lari, sekarang delapan
hari baharu dapat; orang bawa dari Kendur nama tempat itu, sa-
hari perjalanan dari sini jauh-nya; ibu-bapa-nya bayar satu ringgit
ka-pada orang itu; maka sebab itu-lah sahaya hukumkan bagitu.
Dan lagi ini satu budak, ia lari dua hari, sudah ia panjat pokok
dalam hutan ini-lah sahaya hukumkan. Dan lagi ini satu budak
segala yang sudah di-baeha-nya habis di-lupakan-nya, maka itu-lah
sahaya surohkan ia membaeha. Maka kata Tuan Raffles, "Kalau
bagitu patut." Maka kata-nya, "Apa sebab guru tiada ajar bahasa
Malayu?" Maka jawab guru itu, "Orang yang empunya anak-
anak ini menyuroh ajarkan Koraan dahulu, maka kalau sudah ia
dapat Koraan, kemudian boleh bacha bahasa Malayu, bagitu-lah
adat sahaya semua-nya; dan lagi tiada adat di-negeri ini orang

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 65

taroh tempat belajar bahasa Malayu." Maka kata Tuan Baffles,


"Baik-lah, guru, sahaya mau tahu sahaja, jangan marah; tabek
guru." Lalu kami berjalan keluar; maka sambil ia berjalan,
kata-nya ka-pada-ku, "Sunggoh-kah bagitu adat Malayu, enchek?"
Maka jawab-ku, "Sunggoh, tuan." Maka sambil ia tersennyum,
kata-nya, "Baik-lah, enchek, kalau sahaya umur panjang, sahaya
mau taroh tempat belajar bahasa Malayu; sahaya terlalu sayang,
karna bahasa Malayu itu terlalu bagus bunyi-nya, dan lagi banyak
guna-nya." Maka sa-telah itu naik-lah kereta berjalan pulang
ada-nya.
Shahadan lagi ada-lah ku lihat kesukaan besar ka-pada Tuan
Baffles itu memereksa akan hal negeri-negeri, dan bagimana hukum
dalam negeri, dan bagimana hal orang besar-besar-nya, dan bagi-
mana perentah-nya; dan lagi ia hendak mengetahui apa-apa ke-
sukaan orang Malayu, dan bagimana adat-nya, dan lagi apa-apa
nama gunong-gunong dalam Malaka, dan nama-nama tempat itu,
dan apa-apa pekerjaan orang-orang itu sakalian,, dan apa dagangan
yang keluar, dan lagi bagimana fikiran orang di-Malaka, baik-kah
perentah Holanda, baik-kah perentah Inggeris? Maka segala
perkara-perkara yang tersebut ini-lah di-usahakan-nya bertanya-
tanya.
Sa-bagai lagi, ku lihat akan hal kelakuan isteri-nya itu pun
bukan barang-barang perempuan, maka sa-hari-hari ia pun seperti
hal suami-nya itu juga, maka barang-barang pekerjaan-nya itu
semua-nya dengan tertib dan sopan, serta muka yang manis, ia
berchakap dengan hormat-nya, baik ka-pada orang miskin atau
orang kaya, sama juga; maka selalu ia suka belajar bahasa Malayu
dengan usaha-nya, di-pereksa-nya apa-apa kata Malayu ini, apa
kata-nya itu; dan lagi barang perkara yang di-lihat-nya semua-nya
di-tuliskan-nya. Dan lagi ku lihat perkara yang hendak di-buat
oleh suami-nya, baik: membeli barang sa-suatu, semua-nya ia ber-
tanya ka-pada isteri-nya, maka jikalau suka isteri-nya, jadi-lah.
Dan lagi ku lihat kelakuan-nya perempuan itu terlalu sangat
chakatan barang pekerjaan-nya, maka sa-bentar pun ia tiada diam
dudok chuma-chuma, melainkan dengan pekerjaan-nya, tidak satu
satu, pada tiap-tiap hari.
Maka ini-lah kelakuan yang ku lihat terlalu jauh beza-nya
antara orang Malayu dengan orang puteh. Ada pun adat Malayu,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


66 Hikayat Abdullah.

kalau sudah menjadi isteri orang besar-besar itu, makin-lah ber-


tambah-tambah chongkak-nya dan malas-nya, dan tengkah laku-nya
pun makin tinggi, dan tutur kata-nya pun sakalian-nya membesar-
besarkan diri-nya; dan lagi menjadi kehinaan pada sangka-nya
kalau berkerja panjang pendek, atau berusaha barang-barang apa
yang memenatkan tuboh, melainkan dudok sahaja dengan tidur
baring, serta memakai, dan bersanggul lichin-lichin, dudok me-
merentahkan hamba-hamba-nya; ia tahu nasi tersaji di-lutut-nya,
bangun pagi pukul sa-puloh sa-belas, makan minum, dudok sa-
bentar, tidur pula sampai petang, dudok mengadap tempat sireh,
itu-lah bernama orang bertuah, bersuamikan orang besar-besar.
Maka isteri Tuan Baffles itu ku lihat tangan kaki-nya pantas-nya
seperti lipas kudong, lepas satu satu pekerjaan-nya, lepas bekerja
rumah menjahit, lepas menjahit menulis; maka buta-lah mata-ku
belum pernah melihat ia tidur tengah hari, atau berbaring-baring
dengan senang-nya, melainkan dalam pekerjaan-nya dan usaha-nya
pada tiap-tiap hari, melainkan Allah yang tahu. Maka jikalau
tiada salah paham-ku yang telah ku chamkan, bahwa alamat
perempuan yang demikian itu tanda berakal lagi pandai, dapat
mengerjakan pekerjaan yang besar-besar. Maka ada-lah sa'-olah-
olah ku lihat hal kelakuan-nya dan usaha-nya itu, maka ia-lah yang
memegang pekerjaan suami-nya itu, dan ia-lah penolong suami-nya
itu; maka telah di-jodohkan Allah akan kedua-nya itu, lagi sa-tuju
ada-nya, seperti raja dengan menteri, dan seperti chinchin dengan
permata, dan seperti susu dengan sakar ada-nya; maka ia'itu patut-
lah menjadi turutan dan tauladan bagi segala orang yang ter-
kemudian zaman-nya. Maka ada-lah kelakuan dan tabiat yang
demikian ku karangkan pantun-nya demikian:

Puyu-puyu konon nama-nya,


Di-dalam kolam konon tempat-nya,
Chantek manis barang laku-nya,
Serta dengan budi bahasa-nya.

Dalam kolam konon tempat-nya,


Di-pijak oleh Laksamana,
Chantek manis barang laku-nya,
Serta dengan bijaksana-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abudllah. 67

Kama kechuali kebanyakkan ku lihat orang yang berlaki isteri


itu, kalau laki-nya hendak ka-hulu, bini-nya hendak ka-hilir; dan
laki-nya kata puteh, bini-nya kata hitam; maka sebab itu menjadi
bertangkap-lah sa-hari-hari, bertumbok bertendang, seperti anjing
dengan kuching. Dan ada pula yang sa-tengah sebab rupa-nya
chantek itu di-pijakkan-nya laki-nya di-bawah kaki-nya; di-jauh-
kan Allah kira-nya dari-pada kelakuan perempuau yang demikian
itu; maka jangankan di-jadikan isteri, di-jadikan sahabat pun tiada
harus; maka ia'itu kelak mendatangkan benchana dan memechah-
kan hati dan membanyakkan perseteruan, maka kesudah-sudahan
ia'itu kelak memberi mudharat ka-pada nyawa ada-nya. Maka ini-
lah ku karangkan pantun-nya.

Apa-kah guna berkain batek,


Kalau tidak dengan suji-nya?
Apakah guna berbini chantek,
Kalau tidak dengan budi-nya?

Kalau tidak dengan suji-nya,


Pakaian Jawa di-rumah-nya,
Kalau tidak dengan budi-nya,
Jauhkan diri-mu dari-pada-nya!

Sa-bermula maka ada-lah kira-kira tiga empat bulan lama-


nya Tuan Raffles itu diam di-Malaka, maka rata-lah sudah segala
raja-raja Malayu sa-belah barat dan timur di-kirim-nya surat,
serta dengan hadiah-hadiah-nya. Maka kemudian, dalam antara
sa-bulan dua itu, maka datang-lah Tengku Pengeran Raja Siak,
yang bergelar Tengku Penglima Besar, dan nama-nya Sayyid Zin.
Maka ada pun dari-hal datang-nya itu ka-Malaka tiada-lah aku
pereksa, entah pun di-jemput oleh Tuan Raffles-kah ia, atau sen-
diri-kah ia datang hendak bertemu dengan dia, tiada-lah aku
ketahui akan hal itu. Maka datang-lah ia ka-Malaka, serta di-
bawa-nya anak laki-laki-nya dua orang bersama-sama. Maka apa-
bila ia sampai, maka di-sambut-lah oleh Tuan Raffles dengan be-
berapa hormat mulia; sa-telah itu, maka di-beri-nya sa-buah rumah
tempat-nya tinggal di-Bandar Hilir, serta dengan kebun-nya, dan
di-beri-nya orang menjaga kebun itu, serta dengan beberapa be-
lanja-nya, pada sa-hari-hari berjalan dengan kereta kuda-nya,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


68 Hikayat Abdullah.

maka tiada-lah pernah berjalan kaki, melainkan siang malam


dengan kereta sahaja. Hata maka lat sa-hari dua-hari sakali ia
datang bertemu dengan Tuan Raffles itu berchakap-chakap, maka
kemudian kembali-lah ia ka-tempat-nya.
Maka ada-lah dengan hal yang demikian, banyak-lah kapal-
kapal Inggeris datang pergi menjaga ka-tanah Jawa, maka barang
perahu atau kechi atau kapal yang ada memakai bendera Holanda
di-tangkap-nya di-bawa-nya ka-Malaka; maka pada masa itu
baharu-lah tentu fikiran orang-orang Malaka bahwa sa-sunggoh-nya
Inggeris telah bermusoh dengan Holanda, maka sebab itu-lah ia
hendak berperang dengan Holanda. Maka ada-lah kapal pun, sa-
buah dua buah kapal Inggeris, sudah sampai ka-Malaka, membawa
perkakasan perang itu, ia'itu khemah berratus-ratus, dan kereta-
kereta, dan perkakasan meriam, dan senapang, dan ubat-bedil, dan
sa-bagai-nya.
Sa-bermula maka pada suatu hari datang-lah Tengku Peng-
lima Besar itu dudok berchakap-chakap dengan Tuan Raffles.
Maka Tuan Raffles pun mengeluarkan chakap bahwa Inggeris
hendak pergi perang ka-tanah Jawa, dan lagi bagimana hal susah,
"Sebab tiada boleh dapat orang yang boleh pergi ka-tanah Jawa
itu akan membawakan surat sahaya ka-pada Susunan yang di-Ban-
taram, supaya boleh sahaya mendapat khabar yang tentu bagimana-
kah hal-nya, ia pun masok-kah bersama-sama dengan Holanda itu,
atau tidak. Maka jikalau kira-nya sahaya boleh dapat sa'orang
orang yang keperchayaan, clan yang boleh menyimpan rahsia mem-
bawa surat sahaya ka-tanah Jawa, terlalu-lah suka hati sahaya."
Maka demi di-dengar oleh Tengku Penglima Besar akan perkataan
Tuan Raffles itu, maka bangun-lah ia, serta di-hunus-nya keris-nya,
sambil berkata dengan marah-nya, "Apa-kah guna-nya keris ini?
(maka ada pun nama keris-nya itu Si-hijau) maka jikalau ada lagi
Si-hijau barang ka-mana tuan pergi sahaya-lah di-hadapan
tuan; maka apabila sahaya sudah mati dahulu, kemudian tuan.
Maka buat-lah tuan surat, sahaya. boleh menyampaikan ka-pada
Susunan Bantaram." Maka apabila di-dengar oleh Tuan Raffles
akan chakap Tengku Penglima Besar itu, maka berseri-lah muka-
nya, sambil tersennyum kata-nya, "Terima kaseh banyak-banyak
Tengku; ada pun yang kaseh Tengku itu Kompeni Inggeris nanti
balas sampai chukup, dan barang apa kehendak Tengku Kompeni

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 69

Inggeris boleh tolong." Maka bangun-lah Tuan Raffles, sambil


di-gonchang-nya tangan-nya, serta bertegoh-tegohan janji akan
membawa surat itu.
Shahadan maka ada-lah pada masa itu sa'orang anak orang
besar Jawa tinggal di-Malaka, di-kampong Hujong Pasir, nama-nya
Pengeran; maka ada-lah ia'itu pun bersahabat juga dengan Tuan
Raffles. Maka di-suroh-lah oleh Tuan Raffles panggil akan dia.
maka sa-bentar itu juga datang-lah ia. Maka muafakat-lah Tuan
Raffles ka-pada-nya akan segala hal ehwal hendak membawa surat
ka-pada Susunan di-Bantaram itu. Maka jawab-nya, "Tuan,
sahaya-lah chakap membawa jalan ka-pada Susunan itu, akan te-
tapi tuan sekarang ada penoh kapal-kapal Inggeris pada sa-genap
jajahan tanah Jawa itu menjaga, tiada-lah boleh masok dan keluar
barang perahu atau kapal kechi; dan lagi pula Holanda itu pun
terlalu keras kawal-nya, serta dengan chemburuan-nya. Maka
jikalau kira-nya di-dapati-nya surat ini, tentu-lah di-gantong-nya
orang yang membawa surat itu dengan tiada pereksa lagi." Maka
jawab Tuan Raffles, "Jangan-lah Pengeran susah dari-hal itu,
nanti sahaya beri satu surat; kalau bertemu dengan barang-barang
kapal Inggeris di-laut, unjokkan surat ini, dapat-tiada di-tolong-
nya; dan lagi hutang Pengeran mengunjokkan tempat-nya yang
boleh naik ka-darat sahaja, kemudian Tengku Penglima Besar
boleh membawa surat itu. Maka sa-telah di-dengar oleh Pengeran
akan perkataan Tuan Raffles itu, maka kata-nya, "Jikalau demi-
kian chakap-lah sahaya tuan." Maka kata Tuan Raffles. "Se-
karang malam datang-lah Pengeran ka-mari, boleh kita mengarang
surat yang akan di-kirimkan itu; karna ini pekerjaan mau lekas.
tiada boleh lambat lagi; barang empat lima hari nanti sampai ter-
lalu banyak kapal, dan lagi barang sa-puloh lima-belas hari nanti
sampai kapal Tuan General Lord Minto, dan General Madras."
Maka jawab Pengeran itu, "Baik-lah, tuan;" maka ia pun pu-
lang-lah ka-Hujong Pasir. Maka kata Tuan Raffles ka-pada Teng-
ku Penglima Besar, "Tengku, berkemas-lah; barangkali lagi dua
hari boleh belayar dalam sahaya punya kechi." Maka jawab Teng-
ku Penglima Besar, "Baik-lah, tuan," maka ia pun kembali-lah ka-
rumah-nya.
Maka sa-telah petang hari, maka Tuan Raffles pun menyuroh
orang memanggil Pengeran itu; sa-telah datang, maka Tuan Raffles

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


70 Hikayat Abdullah.

pun menyuroh mengarangkan surat yang akan di-kirimkan ka-


pada Susunan Bantaram itu dengan bahasa Jawa, maka oleh
Pengeran itu di-perbuat-nya-lah surat itu, ada kira-kira sampai
pukul dua-belas malam maka surat itu pun sudah-lah, serta Tuan
Raffles membuboh chap-nya, serta dengan hadiah-nya berbagai-
bagai, ada-lah kira-kira harga-nya dua tiga ratus ringgit. Maka
pulang-lah Pengeran itu. Maka pada esok-nya pagi-pagi di-suroh-
nya panggil akan Tengku Penglima Besar itu; sa-telah datang,
maka di-beri-lah oleh Tuan Raffles wang empat-ratus ringgit akan
menjadi belanja-belanja-nya, serta belanja kawan-kawan-nya.
Maka kechi itu pun sudah-lah siap akan belayar, maka segala orang-
orang Malayu yang di-bawa-nya dari Siak itu semua-nya di-bawa-
nya bersama-sama, beserta anak-nya kedua. Maka pada hari hendak
belayar itu, maka di-beri-lah oleh Tuan Raffles apiun dua peti, dan
wang belanja lagi dua-ratus ringgit.
Maka di-panggil oleh Tuan Raffles akan Tengku Penglima
Besar dan Pengeran itu ka-rumah-nya, serta berpesan akan segala
perkara yang hendak di-perbuat itu, serta di-beri-nya sa-puchok
surat chara Inggeris, kata-nya, "Apabila bertemu kelak dengan
barang kapal Inggeris atau kechi, Tengku unjokkan-lah surat ini:
maka barang apa kehendak Tengku nanti di-beri-nya, baik dari-
pada makanan atau barang sa-bagai-nya; akan tetapi Tengku
Penglima Besar-lah jadi nakhoda dalam kechi itu, maka Pengeran
ini boleh turut barang apa perentah Tengku Penglima Besar; dan
lagi baik-baik muafakat dua-dua dari-pada barang suatu hal.
Sahaya mau dapat khabar lekas, sementara belum kapal-kapal ini
:semua-nya berlayar ka-Jawa, kama sahaya mau beri khabar ka-
pada tuan besar Lord Minto; lekas-lekas kembali, jangan lengah di-
laut; dan lagi jangan singgah-menyinggah di-mana-mana." Maka
isegala bekal-bekalan pun semua-nya sudah-lah siap, maka pada
esok pukul enam pagi belayar-lah kechi itu. Hata maka pergi-lah
Tuan Raffles dan Tuan Farquhar pun menghantarkan Tengku-
Penglima Besar dan Pengeran itu belayar itu, maka sampai ka-
tepi laut serta di-gonchang-gonchang oleh kedua tuan-tuan itu akan
iangan-nya, sambil kata-nya, "Selamat Tengku belayar ;" maka
turun-lah merika'itu sakalian ka-laut lalu belayar.
Sa-bermula maka berhenti-lah aku dari-pada mencheterakan
hal pelayaran Tengku Penglima Besar itu serta Pengeran. Maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 71

aku cheterakan-lah pula dari-hal kapal-kapal Inggeris yang datang


berhimpun ka-Malaka, hendak pergi perang ka-tanah Jawa. Sha-
hadan maka sa-peninggal empat lima hari kechi itu telah berlayar,
maka datang-lah kapal-kapal ka-Malaka pada sa-hari tiga buah,
empat buah, sa-buah; maka esok-nya datang-lah pula enam tujoh
buah, demikian-lah pada tiap-tiap hari. Maka ada pun kapal-
kapal sakalian itu bermuat lashkar dan supai orang Benggali,
maka orang besar-besar-nya semua-nya Inggeris, terlalu banyak.
Maka ada-lah sakalian merika'itu tinggal dalam khemah, tempat-
nya itu bernama Limbongan; maka dari Limbongan itu hingga
sampai ka-Tanjong Keling tiada-lah berputusan, masing-masing
dengan pasokan-nya dan dengan jenis pakaian-nya. Maka dalam
merika'itu berjenis-jenis bangsa, Hindu dan Islam. Maka ada-lah
ku lihat bangsa Hindu itu yang ada makan seperti anjing, yaani
menjilat. Dan yang ada tatkala ia makan itu, jikalau di-lihat
orang, maka di-buangkan-nya nasi-nya dan di-kejar-nya orang yang
melihat itu, seperti hendak di-bunoh-nya, demikian-lah marah-nya.
Dan yang ada sendiri-nya memasak di-tengah panas itu, di-makan-
nya di-situ juga; serta titek peloh padam peloh, seperti mandi-lah
peloh-nya; sa-telah sudah di-makan-nya di-tanamkan-nya nasi-nya
dan gulai yang lebeh-nya itu ka-dalam pasir. Dan yang ada di-
ikat-nya tiga urat benang di-perut-nya lalu ia makan, makan sampai
putus benang itu maka baharu-lah ia berhenti. Dan yang ada pula
ku lihat di-ambil-nya tanah puteh dan tanah merah, di-chonteng-
nya dada-nya dan lengan-nya dan dahi-nya tiga chabang, maka
menyembah-lah ia ka-hadapan-nya dan kiri kanan-nya dan ka-
belakang-nya, lalu lari-lah turun ka-laut sampai ka-pusat-nya ayer,
maka ia menyembah matahari beberapa ketika lama-nya. serta ia
menampar-nampar muka-nya kiri kanan, maka naik-lah ia ka-
darat, baharu-lah ia makan, di-dinding-nya dengan kain puteh
tiada boleh di-lihat orang pada ketika ia makan ; maka barangkali
terlihat oleh orang, di-buangkan-nya nasi-nya dan di-peehahkan-nya
periok belanga-nya; maka lain kali ia hendak masak, di-beli-nya
puia yang lain ada-nya. Dan lagi pula suatu bangsa, ia makan
boleh di-lihat orang, tetapi tiada boleh ia berkata-kata, melainkan
mulut-nya sahaja komat-kamit di-bacha-nya, dan tangan-nya mem-
bilang-bilang sambil ia makan, dengan tiada boleh bergerak-gerak
dari-pada tempat-nya dudok itu. Maka berbagai-bagai adat bodoh

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


72 Hikayat Abdullah.

itu telah ku lihat. Dan ada pula yang tiada boleh makan ikan dan
daging dan perkara yang berdarah, melainkan tumboh-tumbohan
sahaja.
Maka pada masa itu-lah ku lihat beberapa jenis rupa orang,
dan jenis-jenis pakaian yang belum pernah sa'umur hidup-ku me-
lihat dia. Maka ku lihat Inggeris yang menjadi orang besar-nya
itu pun berbagai-bagai pakaian-nya, ada yang kulit harimau di-
buat-nya pakaian, ada yang menakai chepiau keliling-nya penoh
dengan bulu ayam di-chelup merah puteh dan hitam, dan yang ada
kulit binatang di-buat-nya seluar, dan yang ada pakaian-nya be-
lang-belang seperti harimau. Shahadan pada masa itu-lah baharu
aku melihat jenis-jenis rupa khemah, yang ada seperti rupa rumah
betul-betul, serta dengan tempat tidur-nya, dan bilek-nya, serta
meja kerusi-nya dan pintu jendela-nya, dengan tempat per-
mandian-nya dan jamban-nya, semua-nya itu dari-pada kain be-
laka; dan yang ada khemah kain merah semua-nya; dan yang ada
di-luar-nya puteh, dalam-nya kain chita berbagai-bagai bunga.
Bermula maka pekerjaan merika'itu pada tiap-tiap hari, pagi
petang di-ajar-nya baris, ada pasokan orang mengajar meriam di-
tembak-nya, dan ada pasokan orang mengajar menembak senapang,
ada pula lembu jantan menarek meriam besar-besar belaka. Maka
terlalu hairan aku melihat apabila di-pasang meriam sa-besar itu
dekat dengan lobang telinga lembu itu tiada ia terkejut atau ber-
gerak dari-pada tempat-nya; maka apabila orang besar-nya ber-
teriak menyuroh lari supai itu, maka lembu itu pun berlari-lah
sama-sama; maka kata-nya, "Berhenti," maka ia pun berhenti-lah
bersama-sama; maka kalau-kalau supai-supai itu berjalan serong.
ia pun berjalan serong; hairan kelakuan-nya seperti manusia juga.
Maka itu pun menjadi suatu peringatan dalam hati-ku, sedangkan
binatang yang tiada berakal itu lagi dapat di-ajar oleh manusia.
istimewa kita manusia yang ada berakal lagi mengetahui baik dan
jahat itu suka dudok dengan lalai, tiada mau belajar barang suatu
yang mendatangkan kebajikan dan faedah bagi diri-nya.
Sa-bermula maka sedikit hari lagi, maka datang-lah sa-buah
kapal terlalu besar, membawa orang supai, "Troop" nama-nya,
ada tiga-ratus orang; maka ada-lah merika'itu semua-nya orang
Islam, serta dengan tiga orang besar-nya Inggeris. Maka turun-
lah ia ka-darat; maka di-asingkan-nya dia, di-surohkan tinggal di-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 73

Bandar Hilir, di-kebun Tuan Adrian Koek. Maka banyak-lah


.orang Malaka sakalian pergi melihat, maka aku pun pergi-lah me-
lihat bersama-sama. Maka aku dapati tengah orang besar-nya
mengajar di-tengah padang, maka sakalian-nya merika'itu berkuda;
ada pun kuda-nya itu semua-nya kuda Arab belaka, dengan tinggi-
nya dan sama bulu-nya serta dengan ehantek-chantek. Maka ku
lihat orang-orang itu semua-nya tampan-tampan belaka, dengan
tinggi besar-nya, maka semua-nya ada berchambang. Ada pun
pakaian merika'itu berbaju kelabu dan seluar kelabu, dan kopiah-
nya pun kelabu, maka senjata-nya pada sa'orang sa-pasang pistol,
dan sa-bilah pedang, dan sa-puchok senapang tersandang di-
belakang-nya, dan satu kerpai ubat bedil tersangkut pada kiri-
nya, dan satu bekas ayer tersangkut pada kanan-nya, dan satu
pundi-pundi bekas makanan-nya tersangkut pada bahu-nya; maka
ada pula dua tali kulit yang lekat pada pelana kuda-nya itu, ia'itu
ada berkunchi, maka apabila ia naik ka'atas kuda-nya itu datang-
lah kadua puncha kulit itu mengunchikan pinggang-nya supaya
jangan jatoh, karna semua-nya orang-orang itu tiada memegang
tali turn kuda itu, dari sebab pandai-nya merika'itu melarikan kuda.
seperti terbang rupa-nya; jangankan jatoh, bergerak pun ia tiada.
sambil ia menembak dan mengisi senapang dan menetakkan pedang-
nya. Bermula ada pun orang besar-nya mengajar itu bukan-nya
berkata-kata dengan mulut-nya, melainkan ada satu terompit di-
tangan-nya; maka barang apa kehendak-nya di-tiup-nya terompit
itu, maka semua-nya kuda itu berlari sakali gus, seperti kilat
pantas-nya; maka di-tiup-nya pula, terhenti semua-nya sakali,
tiada yang dahulu kemudian, melainkan sama kaki kuda-nya; maka
di-tiup-nya pula, maka berpechah-lah kuda itu menjadi empat
persegi seperti kota; kemudian di-tiup-nya, semua-nya sakali gus
menembak senapang-nya seperti satu bunyi; kemudian di-tiup-nya,
semua-nya sakali mengisi senapang-nya: kemudian di-tiup-nya,
maka masing-masing menyandang senapang-nya; dan menchabut
pedang-nya; maka sakali lagi di-tiup-nya maka sakalian-nya ber-
lari-lari sakali gus naik ka-atas bukit itu berkeliling, menjadi
seperti kubu. Maka tiba-tiba datang khalasi orang yang memotong
hutan, itu pun ada-lah sedia tali di-pinggang-nya, maka di-ikat-
ikat-nya hutan itu sa-tompok sa-tompok, seraya di-tebas-nya, sa'-
orang sa-berkas sa-berkas, maka dengan sa-bentar itu juga terang-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


74 Hikayat Abdullah.

lah kubu itu; kemudian di-tiup-nya pula terompit itu, maka


sakalian-nya berlari-lari turun, bunyi-nya seperti ribut, semua-nya
datang beratur di-hadapan orang besar-nya itu. Maka orang besar
yang tersebut itu pun di-atas kuda juga ia memerentahkan orang
supai itu ada-nya.
Shahadan ada-lah terlebeh pula hairan hati-ku melihat pandai
kuda itu dari-pada melihat kepandaian lembu yang menarek
meriam itu, karna segala kuda itu telah mengerti akan bunyi'
terompit itu seperti orang berkata-kata, tiada-lah bersalahan
sa-ekur kuda jua pun; dan lagi sebab orang yang di-atas-nya
itu tiada memegang turn, melainkan dengan sa-pandai-pandai kuda!
itu sabaja membawa barang ka-mana-mana. Bermula ada pun
kuda orang besar-nya terlebeh pula tinggi-nya dari-pada kuda-
kuda supai itu; maka orang besar-nya itu, apabila sudah habis ia
mengajar itu, maka apabila ia hendak pulang, tiada-lah ia man
memasokkan kuda-nya itu dari-pada pintu pagar kebun itu, me-
lainkan di-hamburkan-nya kuda-nya itu melompat pagar itu; ada
pun tinggi-nya pagar itu ada-lah tujoh hasta lepas di-hambur-nya
ka-dalam. Bahwa demikian-lah hal-nya pada sa-hari-hari, maka
orang Malaka segala bangsa pun pada sa-hari-hari berratus-ratus-
orang datang melihat tamasha itu, serta dengan hairan-nya terlalu
sangat sebab melihatkan kepandaian kuda itu, seperti kelakuan ma-
nusia ada-nya, ia mengerti akan segala perkataan terompit itu; dan
lagi melihatkan kelakuan orang besar-nya itu, pada tiap-tiap hari
keluar masok di-hamburkan-nya kuda-nya melompat pagar itu.
Maka sa'orang ini berkata, "Ini bukan-nya manusia;" maka kata
sa'orang yang lain, "Inggeris ini betul jin, maka sebab itu dapat
di-perbuat-nya pekerjaan yang demikian." Bermula ada pun supai-
supai itu tahu ia mengaji, dan tahu bahasa Arab, istimewa bahasa
Hindustan; dan lagi kebanyakkan di-antara merika'itu peranakkan
Arab, dari-pada bangsa Sayyid; maka terlalu tertib dan adab serta
hormat dan manis muka-nya. Maka aku bertanya ka-pada-nya..
"Dari-mana engkau orang sakalian di-bawa oleh Inggeris?"
Maka jawab-nya, "Negeri kami sakalian Dehli, maka kami sakalian
ini orang Nabab; maka Inggeris pergi kasana meminta orang,
maka sebab itu-lah di-beri oleh Nabab tiga ratus orang; maka ada-
lah di-sana lagi tinggal beberapa ribu kawan-kawan kami, semua-
nya orang berkuda seperti ini juga." Maka kemudian aku ber-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 75

tanya pula, "Berapa gaji tuan-tuan pada sa-bulan;" Maka


jawab-nya, "Tiga-ratus rupiah sikah di-bayar oleh Nabab, maka
demikian-lah juga di-bayar oleh Inggeris ada-nya; dan lagi ada-
lah perjanjian-nya kapada kami sakalian, jikalau dapat tanah
Jawa itu, nanti ia beri hadiah lain dari-pada gaji yang tersebut itu
ka-pada kami sakalian."
Hata sa-telah tiga hari lagi, maka datang-lah enam buah kapal
besar-besar, maka dalam itu ada sa-buah kapal membawa General
Madras. Maka apabila kapal itu sampai, maka, di-sambut-lah
dengan meriam dari kota Malaka. Maka sa-bentar lagi datang-lah
haris, ada kira-kira sa-ribu supai dari Limbongan sampai ka-Liri
itu, semua-nya sakali masok ka-dalam Malaka, serta dengan tambirr
dan suling, dengan berbagai-bagai bunyi-bunyian. Maka apabila
sampai haris itu, maka di-atur-lah oleh orang besar-nya tiga lapis,
sa-belah kiri kanan lorong itu, dari tepi laut hingga sampai ka-
rumah raja; maka sa-bentar lagi naik-lah General itu. Ada pun
sifat-nya itu ku lihat tinggi besar, muka-nya bujur sireh, maka
tuboh-nya gempal-gempal, orang-nya tengah tuboh; di-pakai-nya
baju panjang hitam, maka ada suatu bintang tergantong di-dada-
nya. Maka ada-lah empat lima orang pengapit-nya bersama-sama
dengan dia. Maka datang-lah Tuan Raffles dan Tuan Farquhar,
serta orang besar-besar di-Malaka menyambut tangan-nya, serta
memberi tabek dan hormat. Maka apabila di-langkahkan-nya kaki-
nya memijak darat, maka meriam pun di-pasang-lah terlalu
banyak, maka sakalian haris itu pun menurunkan senapang-nya
memberi hormat, serta berbunyi-lah tambur dan suling; maka ber-
jalan-lah ia naik ka-rumah raja. Maka apabila ia menoleh ka-kiri
dan ka-kanan di-lihat-nya terlalu banyak orang-orang memberi
tabek akan dia, maka ia pun memberi tabek kiri kanan, di-anggok-
nya kepala-nya hingga sampai ka-rumah raja; serta ia pun me-
naikkan kaki-nya ka-tangga, segala haris itu pun menembak-lah
berturut-turut tiga kali; maka bunyi-nya seperti akan terbalek
tanah Malaka itu. Kemudian maka sakalian-nya pun kembali-lah
masing-masing ka-tempat-nya.
Shahadan maka kemudian dari-pada lima enam hari, maka
datang-lah empat buah kapal besar-besar. Maka kata orang
di-situ konon ada General Bombay; maka itu pun di-sambut
dengan meriam dari Malaka. Maka sa-telah ia turun ka-darat,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


76 Hikayat Abdullah.

maka di-sambut pula dengan haris juga, seperti yang tersebut itu;
tetapi pada penglihatan-ku ada kurang sedikit hormat-nya dari-
pada General Madras itu. Maka ku lihat sifat orang-nya pendek,
dan muka-nya bundar, dan rambut-nya puteh, dan tuboh-nya sa-
derhana, warna muka-nya puchat, sebab melihat orang terlalu
banyak; maka itu pun di-sambut oleh tuan-tuan itu, di-bawa-nya
ka-rumah raja. Maka sa-telah ia naik ka-tangga, maka haris itu
pun menembak-lah sakali lalu; satelah sudah, maka masing-masing
pun kembali-lah ka-tempat-nya.
Maka ada-lah dengan hal yang demikian, pada tiap-tiap hari
selalu sabaja kapal sampai, pada sa-hari empat lima, barangkali sa-
buah, sa-hingga penoh-lah labohan Malaka kapal berlaboh, berjajar
seperti tiang pagar rupa-nya tiang kapal itu. Maka pada masa itu
di-Malaka segala jenis makanan pun mahal-lah, telur ayam tiga
buah dua wang, dan ayam sa'ekur satu rupiah sikah, dan sayur-
sayur dan ikan jangan di-kata lagi; sampaikan ikan-ikan belukang
yang dalam sungai makan kotor itu pun habis-lah menjadi rupiah
sikah belaka. Maka orang-orang Malaka pun dari-pada segala
bangsa basah-lah, miskin chara miskin, kaya chara kaya, masing-
masing dengan pekerjaan-nya menchari kehidupan-nya. Maka
pada masa itu sa'orang perempuan tiada berani bergerak dari
rumah-nya, sebab sa-panjang jalan Inggeris dan supai ber-
gelempangan mabok, ada yang berkelahi rioh-rendah bunyi-nya;
maka piang dan merinyu pun selalu menangkap orang-orang yang
mabok itu, di-hantarkan-nya masing-masing ka-tempat-nya. Kama
pada masa itu orang tiada tahu "mata-mata" atau "police" atau
"court." melainkan "piang" ''merinyu" dan "fiscaal" dan
"justisa." Dan lagi di-Malaka pada masa itu tiada-lah kelihatan
ringgit atau wang-wang yang lain, melainkan rupiah sikah sabaja,
semua-nya baharu-baharu belaka.
Maka supai-supai Hindu itu yang terlalu banyak mati pada
tiap-tiap hari, karna merika'itu konon di-laut ia tiada makan nasi,
melainkan makan emping dan kelapa dan gula; maka apabila ia
sampai ka-darat makan nasi, menjadi sakit perut, pada tiap-tiap
hari ada mati; dan lagi adat merika'itu, apabila ia hendak makan,
pergi mandi dahulu, kemudian baharu ia makan. Maka yang lain-
nya tinggal itu pun banyak yang sakit dan puchat-puchat, dan
bengkak-bengkak.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL LORD MINTO.

Kalakian dalam dua tiga hari lagi, maka pada suatu pagi
kelihatan-lah sa-buah kapal rendah, terlalu laju, lagi di-sapu-nya
hitam; ada suatu tanda bendera di-puchok tiang-nya. Maka apa-
bila di-lihat oleh segala kapal-kapal itu, maka masing-masing pun
memasang-lah bendera, maka di-atas bukit kota pun di-pasang
bendera, maka gempar-lah dalam Malaka mengatakan, "Kapal
Lord Minto datang;" maka sa-bentar lagi kelihatan-lah kapal itu
memasang bendera ular-ular. Maka di-Malaka pun di-beri-lah
perentah masing-masing menyapu di-hadapan pintu-nya, maka
segala lorong dan pekan pun di-suroh-nya hiasi, maka orang pun
berribu segala bangsa ada-lah berhimpun di-tepi laut itu, sebab
hendak melihat bagimana-kah gerangan rupa-nya dan pakaian-nya:
karna nama-nya bagitu mashhur. Maka sa-bentar lagi kedengaran-
lah bunyi-bunyian rioh-rendah serta dengan haris yang di-
Limbongan, dan Kelebang Kechil, dan Kelebang Besar, dan
Batang Tiga, dan Liri, dan Tanjong Keling, semua-nya sakali gus
datang ka-Malaka; maka kalau bunyi tambur dan suling, dan
hand, dan segala bunyi-bunyian seperti kiamat, dan bunyi kaki
memasang bendera ular-ular. Maka di-Malaka pun di-beri-lah
dan orang-orang besar-nya semua-nya memakai pakaian baharu
belaka, bekilat-kilat sebab kena sinar matahari. Maka ada-lah
panjang-nya haris itu kira-kira sa-jam perjalanan tiada putus,
itu pun di-atur-nya dua lapis dan empat lapis, maka penoh sesak-
lah dengan haris itu dalam Malaka; maka tambahan pula orang-
orang Malaka yang menuntun itu, tiada apa yang kelihatan lagi
melainkan manusia sahaja. Ada pun sakalian haris itu di-atur-
nya tiga-tiga lapis, dari tepi laut itu hingga sampai ka-rumah
raja. Maka sa-bentar lagi kedengaran-lah bunyi terompit datang
dari Bandar Hilir, serta dengan haris tiga ratus kuda serta orang
besar-nya datang menderu bunyi-nya; serta sampai di-atur-nya
haris kuda itu berkeliling dari luar haris orang itu. Maka ada-lah
di-Malaka sa-buah sekuchi besar, Kompeni punya, yang telah di-
hiasi serta ada satu bendera Inggeris terdiri di-haluan-nya; dan
segala orang yang mendayongkan dia itu semua-nya memakai serba
6*

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


78 Hikayat Abdullah.

merah, baju merah, serban-nya merah. Maka sa-telah sedia, pergi-


lah bersama-sama Tuan Raffles dan Tuan Farguhar clan segala
orang besar-besar hendak menyambut Tuan Lord Minto itu. Maka
ada-lah kira-kira sa-jam lama-nya, maka turun-lah ia dari laut,
maka apabila ia turun, menembak-lah di-kapal itu; apabila ke-
dengaran, maka di-sambut-lah dari darat, kemudian segala kapal-
kayal yang ada di-laut itu pun semua-nya menembak-lah, bunyi-nya
seperti berteh di-goring. Ada kira-kira dua jam tiga jam tiada
berputusan bunyi meriam, maka kelam-kabut-lah lautan itu oleh
asap bedil itu. Maka sa-bentar lagi, maka sampai-lah sekuchi itu
ka-darat, maka segala orang besar-besar dan segala haris itu pun
semua-nya sudah-lah siap menanti; maka apabila Lord Minto itu
melangkahkan kaki-nya ka-darat, berbunyi-lah meriam di-bukit itu
ada-nya.
Shahadan apabila aku melihat rupa-nya dan sifat-nya Lord
Minto itu taajub-lah sangat hati-ku, karna ku sangkakan bagimana-
kah rupa-nya dan tampan-nya dan tinggi besar-nya dan pakaian-
nya; maka teringat-lah aku seperti umpamaan Malayu, kata-nya,
""Indah khabar dari rupa," maka ku gigit telunjok-ku. Maka ada-
lah sifat-nya ku lihat orang-nya telah lalu sa-paroh umur, dan
tuboh-nya kurus, dan kelakuan-nya lemah-lembut, dan ayer muka-
nya manis; maka ada-lah rasa hati-ku tiada boleh ia mengangkat
dua-puloh kati, bagitu-lah lembut orang-nya. Maka pakaian-nya
ku lihat baju sakhlat hitam, dan seluar-nya hitam, tiada-lah apa
yang lain yang hendak ku sebutkan. Maka ada pun segala orang
besar-besar yang hendak menyambut dia itu pun undur-lah jauh-
jauh, sa'orang pun tiada berani mengunjokkan tangan ka-pada-nya,
melainkan sakalian-nya membuka chepiau-nya dan memelok tuboh-
nya; maka berteriak-lah orang besar supai itu semua-nya senapang
di-suroh turunkan, akan tanda memberi hormat. Maka apabila ia
riaik itu, memandang-lah ia ka-kiri dan ka-kanan, seraya ia mem-
beri tabek kanan kiri, lalu berjalan-lah ia dalam haris yang banyak
itu perlahan-lahan, maka meriam pun selalu berbunyi juga; maka
ia pun tiada-lah berhenti tangan-nya dari-pada memberi tabek
juga, serta dengan kelakuan yang tertib dan hormat. Maka sakali-
kali tiada-lah ku lihat kelakuan-nya itu dari-hal membesarkan
diri-nya atau mengangkat kepala-nya, melainkan ia tundok sahaja
dengan muka yang manis. Ada pun segala orang-orang yang ada

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 79

di-situ semua-nya memberi tabek. Maka berhenti-lah ia sa-jurus


di-situ, serta mengangkat tangan-nya membalas tabek akan orang-
orang miskin itu, ada China, Malayu, Keling, Serani, serta dengan
tersennyum ia membalas tabek; maka beberapa-lah hati segala
hamba Allah terkembang serta memintakan doa sebab melihat kela-
kuan-nya yang baik, lagi tahu mengambil hati orang.
Maka pada ketika itu tefekur-lah aku terkenangkan benar-lah
umpamaan Malayu, mengatakan, "Jikalau ular menyusur akar,
tiada akan hilang bisa-nya;" maka tambahan pula umpamaan
orang China, kata-nya, "Ada-kah ayer yang penoh dalam tong itu
berkochak? melainkan ayer yang sa-tengah tong itu juga yang ber-
kochak." Kechuali orang besar-besar pada zaman ini seperti orang
mengatur meja tuan, itu pun tiada pangkat-nya, tetapi chongkak-
nya melangit; jikalau seperti aku ini orang-orang miskin tiga
empat kali memberi tabek, pura-pura ia tiada melihat; maka apa
lagi jikalau ia di-atas kereta, terlebeh pula kebesaran-nya. Ada
pun ia mendapat pangkat itu, seperti kata budak-budak, "Monyet
mendapat bunga, ada-kah ia tahu akan faedah bunga itu? melain-
kan di-koyak-koyakkan-nya, lalu di-buangkan-nya ka-tanah;" dan
lagi seperti kata Malayu, "Berapa-kah tinggi-nya terbang bangau
itu, akhir-nya ia hinggap di-belakang kerbau juga," demikian-lah
ibarat-nya, berapa pun kebesaran manusia ini akhir-nya masok ka-
dalam tanah juga ada-nya. Tetapi-nya ku pohonkan berribu-ribu
ampun ka-pada orang besar-besar yang tersebut di-atas tadi, jikalau
tuan-tuan membacha hikayat-ku ini bahwa sakali-kali tiada aku
niengadakan segala perkataan ini oleh sebab dengki atau hendak
menghinakan orang. Melainkan adat kita hidup dalam dunia ini
sa-hari dua; jikalau baik di-sebut orang baik, maka jikalau jahat
pun demikian. Seperti kata Malayu, "Harimau mati meninggal-
kan belang, gajah mati meninggalkan tulang," bahwa orang mati
meninggalkan nama bagi orang yang di-belakang ada-nya.
Maka kembali-lah pula aku mencheterakan dari-hal Tuan Lord
Minto itu. Shahadan maka sa-telah sa-jurus lama-nya ia berhenti
memberi tabek akan orang-orang itu, maka berjalan-lah ia per-
lahan-lahan dengan menundokkan kepala-nya; maka sampai-lah ka-
rumah raja, lalu naik-lah ia. Maka segala orang besar-besar dalam
Malaka dan orang besar-besar yang baharu datang itu pun semua-
nya naik-lah pergi bertemu dengan dia. Maka ku lihat dalam

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


80 Hikayat Abdullah.

segala orang besar-besar yang banyak itu Tuan Raffles juga yang
berani berdekat dengan dia, maka yang lain-lain dudok jauh; maka
sa-telah sa-bentar merika'itu bertemu dengan dia, maka masing-
masing pun kembali-lah ka-tempat-nya. Maka haris-haris yang
sa-banyak itu pun menembak-lah tiga kali berturut-turut, sa-telah
itu pulang-lah masing-masing ka-tempat-nya.
Hata satelah ke'esokkan hari-nya, maka bermula-mula Tuan
Lord Minto itu berjalan pergi melihat penjara yang tempat orang
yang bersalah dan yang behutang itu sakalian di-penjarakan, maka
ada orang yang tiga empat tahun, ada orang yang enam tujoh
bulan. Maka sa-telah ia sampai ka-sana, demi terbuka-lah pintu
itu, maka segala orang yang dalam penjara itu pun masing-
masing berlari-lah datang; ada yang meniarap di-kaki-nya, ada
yang menangis, masing-masing mengadukan hal-nya; maka datang-
lah sapir, yaani orang yang memegang penjara itu, melar'angkan
orang-orang itu; maka kata Tuan Lord Minto, "Jangan." Maka
sa-telah di-lihat-nya hal itu sakalian, maka berlinang-linang-lah
aver mata-nya, seraya kata-nya, chara Hindustan, "Jangan kamu
orang susah, nanti sa-bentar semua-nya orang boleh lepas." Maka
sa-telah di-dengar oleh merika'itu, maka sakalian-nya pun suka-
chita-lah, serta menyembah di-kaki-nya, seperti masing-masing
menjadi raja-lah rasa-nya. Maka tuan itu pun pulang ka-rumah
raja. Maka sa-bentar lagi datang-lah Tuan Raja Farquhar, serta
orang yang memegang penjara itu, serta beberapa piang merinyu
membawa kunchi membukakan pintu penjara itu, sambil berteriak
kata-nya, "Semua orang keluar! tuan besar Lord Minto suroh le-
paskan." Maka suka-nya merika'itu sakalian ta'boleh di-katakan;
maka menderu-lah semua-nya orang keluar serta dengan memberi
terima-kasoh dan memintakan doa akan tuan itu, barang di-beri
Allah umur panjang, serta di-menangkan Allah dari-pada segala
musoh-nya. Maka ku pohonkan ka-pada Allah mudah-mudahan
demikian-lah kira-nya dosa kita pun di-ampun Allah, serta di-
lepaskan-nya dari-pada seksa api naraka ada-nya. Amin. Amin.
Amin.
Shahadan sa-telah esok-nya pula, berjalan-lah ia pergi melihat
terongko gelap, ia'itu penjara yang amat gelap. Sa-telah ia sampai
ka-sana, maka di-lihat-nya-lah segala perkakas menyeksakan orang,
berbagai-bagai jenis: ada tempat membuboh chap orang; ada

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 81

temp at teratu orang, ia'itu di-titek segala sendi-sendi orang. ke-


mudian baharu di-gantong; dan ada tempat memasong orang; ada
tempat menggantong orang. Maka ada pun segala perkakasan di-
pakai dari-pada zaman Holanda. Maka apabila di-lihat oleh Tuan
Lord Minto akan segala perkakas itu, maka masam-lah muka-nya.
sambil berludah-ludah, lalu kata-nya ka-pada orang yang menjaga
perkakas itu, "Semua-nya bawa turun ka-bawah, bakarkan; jangan
lagi tinggalkan barang suatu pun." Maka dengan sa-bentar itu
juga di-panggilkan hamba Kompeni datang mengangkat segala
perkakas itu semua-nya di-bawa turun ka-bawah bukit, lalu di-
bakar-nya. Sa-telah itu, maka naik-lah pula ia pergi melihat
penjara gelap itu, maka serta ia sampai ka-sana, ada dua tiga orang
yang telah bersalah besar dalam-nya di-seksakan, maka sakalian
merika'itu pun di-lepaskan-nya, serta memberi perentah menyuroh
pechahkan penjara itu, maka di-suroh-nya baiki terlalu bagus.
seperti yang ada pada masa ini. Maka ada pun lain-nya penjara
yang ada dahulu dengan penjara yang ada sekarang ini seperti
bumi dengan langit, karna terongko atau penjara gelap yang
dahulu itu tiada berjenela sakali-kali, dan tiada tempat dudok
dan tidur, melainkan di-tanah itu-lah tempat tidur, malam
sa-rupa siang sa-rupa, maka di-situ juga buang ayer; maka ada
pun barang siapa yang termasok dalam penjara itu ada-lah
seperti orang masok dalam naraka ada-nya. Bermula penjara
yang ada sekarang ini berpuloh-puloh jenela-nya, dan kisi-kisi-nya
semua-nya besi, dan dalam-nya di-atur-nya batu rubin, dan ada ber-
hilek-bilek seperti rumah juga, dan lagi ada tempat tidur-nya, dan
pada malam ada beberapa pelita terpasang: ada pun susah-nya
itu hanya tiada boleh berjalan keluar ka-mana-mana, maka anak
bini masing-masing pun boleh juga datang bertemu di-situ; maka
sebab itu-lah kebanyakkan orang yang berkata, penjara itu bagus,
maka suka orang masok ka-dalam-nya, tiada-lah menjadi ketakutan
ka-pada-nya, sebab tiada seksa. Bermula pada fikiran-ku perkata-
an itu dari-pada orang yang tiada berfikiran keluar-nya, karna pada
sangka merika'itu boleh di-takuti orang oleh sebab di-seksakan
yang demikian, maka pada fikiran-ku ia'itu tabiat bengis dan kela-
kuan yang tiada menaroh kasehan akan sama-nya manusia; maka
jangankan di-seksakan demikian, jikalau di-masokkan sahaja
ka-tempat itu sudah chukup; karna bukan-kah sudah termashhur

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


82 Hikayat Abdullah.

nama tempat itu penjara, sudah tertentu hina, apa-kah guna-nya


lagi di-seksakan hamba Allah yang demikian itu maka jikalau
kira-nya salah-nya yang patut mati, maka bunoh-lah dengan sakali
gus ada-nya.
Kalakian maka suatu petang datang-lah Tuan Lord Minto itu
di-kebun Tuan Raffles berjalan-jalan hendak melihat kampong-
kampong. Maka apabila ia sampai, maka segera-lah Tuan Raffles
turun tergopoh-gopoh deri rumah-nya pergi mengalu-ngalukan
tuan itu. Sa-telah ia masok ka-dalam tempat kami sakalian me-
nulis itu, maka bangun-lah semua-nya orang memberi tabek akan
dia; maka ia melihat-lihat tempat itu, maka sampai-lah ka-tempat
aku menulis, maka undur-lah aku, karna di-antara juru-tulis itu
semua-nya aku-lah sa'orang yang terkechil, yaani muda. Maka di-
gonchang-nya tangan-ku, sambil berkata dengan bahasa Hindustan,
"Engkau ada baik?" Maka aku memberi hormat akan dia; ada-
lah ku rasa'i halus-nya kulit tangan-nya itu seperti tangan kanak-
kanak lembut-nya. Maka datang-lah ia melihat bagimana orang
menulis Malayu, dan bagimana rupa huruf-nya; maka sa-jurus
lama-nya di-suroh-nya menulis, maka di-renong-nya tangan-ku
sambil tersennyum, kata-nya. "Bagimana engkau boleh tulis che-
pat? karna dari kanan ka-kiri;" dan lagi kata-nya, "Engkau baik
belajar bahasa Inggeris, dan membacha Inggeris." Maka jawab-
ku, "Sahara terlalu suka man belajar. tuan." Sa-telah itu, maka
naik-lah ia ka-rumah Tuan Raffles, sa-bentar ia bertemu dengan
isteri Tuan Raffles, maka ia pun kembali-lah. Melainkan pada
tiap-tiap hari Tuan Raffles pergi bertemu dengan dia ka-rumah-
nya.
Maka semenjak ia sampai ka-Malaka itu, maka pada tiap-tiap
petang ia berjalan kereta. Pada sa-hari ia pergi melihat masjid,
dan sa-hari ia pergi melihat tempat berhala China, dan sa-hari ia
pergi melihat tempat berhala Hindu dan Nasarani , ia berkeliling-
keliling negeri Malaka itu. Maka barang di-mana orang bertemu
kereta-nya, baik orang kaya atau orang miskin atau orang hina pun,
berhenti-lah memberi tabek akan dia; maka dengan segera-nya ia
membalas tabek itu; maka terkadang kebanyakkan orang memberi
tabek pada sa-panjang lorong itu, maka di-pegang-nya sahaja
chepiau-nya itu, tiada di-pakai-nya, melainkan di-gonchang-gon-
ohang-nya sahaja ehepiau itu dengan muka yang manis dan kela-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 83

kuan yang tertib. Maka sakali-kali tiada-lah aku melihat ia niem-


besarkan diri-nya, baik dari-pada kelakuan-nya atau pakaian-nya.
punchi orang-orang-nya yang memakan gaji-nya itu memakai
seperti orang besar-besar dengan payong sutera dan horloji dan
pakaian yang indah-indah; maka beberapa merika'itu membuat
gadoh dan aniaya ka-pada segala orang yang di-pasar dan
kedai; maka takut-lah merika'itu sakalian akan dia, karna
ia orang-orang raja besar. Kama pada sangka merika'itu
seperti adat raja-raja Malayu dan orang besar-besar China,
maka jikalau orang-orang-nya membuat barang-barang apa ka-
pada orang-orang negeri tiada boleh di-pengapakan dia, jikalau
mati sa'orang merika'itu tujoh orang bela ganti-nya. Maka
merika'itu sakalian tiada tahu baik-nya adat Inggeris; jangan-
kan orang-orang raja besar, jikalau raja besar itu sakali pun
membuat barang apa yang tiada patut, boleh di-bawa bicharakan
dia; jikalau andai-nya; ia membunoh orang, dapat tiada ia pun di-
bunoh hukum-nya; karna sakali-kali tiada di-luskan oleh hukum
Inggeris sa'orang boleh membuat yang tiada patut ka-pada orang
lain, baik orang besar, baik orang kechil, baik raja atau raayat,
.semua-nya sama juga hukum-nya. Akan tetapi patut-lah di-beri
hormat akan orang besar itu oleh sebab pangkat-nya, dan bukan-nya
sebab ia membuat aniaya dan merampas harta orang, atau membuat
yang tiada berpatutan.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL TENGKU PENGLIMA BESAR.

Alkesah maka tersebut-lah perkataan Tengku Penglima Besar


yang telah di-surohkan oleh Tuan Raffles pergi membawa surat
ka-tanah Jawa, ia'itu bersama-sama dengan Pengeran, anak orang
besar Jawa itu. Maka hampir-hampir tiga bulan sudah lama-nya.
.Maka sa-peninggal ia pergi itu, maka datang-lah segala kapal-kapal
ka-Malaka semua-nya berkampong, sa-hingga penoh-lah labohan
Malaka itu ; maka ada-lah semua-nya kapal-kapal itu aku bilang
dari laut Tanjong Keling sa-hingga laut Pulau Panjang
semua-nya sa-ratus buah besar kechil, lain pula beberapa puloh
kapal yang telah lalu, pergi menanti sa-panjang laut itu sampai ka-
tanah Jawa.
Hata maka ka-pada suatu hari datang-lah orang yang menjaga
bendera di-atas bukit itu memberi tahu Tuan Raffles, kata-nya,
"Kechi tuan yang di-bawa oleh Tengku Penglima Besar itu sudah
datang." Maka Tuan Raffles pun terlalu suka-chita sebab me-
nengar khabar itu. karna lagi sa-jumaat sahaja semua kapal itu
hendak belayar; maka ia pun sudah bersiap segala perkakasan-nya.
dan bekal-bekal belayar pun sudah-lah sedia. Maka sa-bentar lagi
berlahoh-lah kechi itu, maka turun-lah Tengku Penglima Besar
serta Pengeran itu. Maka sa-telah sampai, maka datang-lah kedua
merika'itu ka-rumah Tuan Raffles, serta membawa surat yang ber-
sampul dengan kain kuning. Maka Tuan Raffles pun ada-lah sedia
menanti; maka apabila bertemu, maka di-gonehang tangan kedua-
nya itu oleh Tuan Raffles serta memberi hormat. Maka kata Tuan
Raffles. "Apa khabar Tengku. ada baik?" Maka jawab-nya, "Ada
baik Tuan, tetapi hampir sahaya mati kena tikam; kawan sahaya
sahaja mati dua orang, kena tikam tatkala naik ka-darat membawa
surat itu." Maka segala hal-ehwal-nya tatkala membawa surat itu
semua-nya di-khabarkan-nya-lah ka-pada Tuan Raffles; maka jawab
Tuan Raffles, "Tengku, jangan-lah susah; Kompeni Inggeris nanti
balas akan segala kelelahan Tengku itu sampai chukup. Maka
kalau selamat kita dapat tanah Jawa, boleh sahaya pinta ka-pada
Lord Minto, Tengku boleh pegang perentah dalam sa-buah negeri,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 85

yang mana Tengku suka. Apa khabar surat?" Maka segera-lah


di-unjokkan-nya surat itu dengan bersampul kuning. Maka kata
Tuan Raffles, "Ada-kah Tengku bertemu sendiri dengan Su-
sunan?" Maka jawab-nya, "Bertemu Tuan, pada malam; maka
ada-lah pesan-nya ka-pada sahaya, barang bila Inggeris mau datang
mengambil tanah Jawa itu, ada-lah kita pun sedia datang bantu
dari darat; dan lagi tiada sempat sahaya hendak berchakap Tuan,
karna takut ada orang Holanda punya orang jaga. Maka apabila
sudah dapat surat itu, sahaya hendak turun, maka datang orang
Jawa, ia'itu orang Holanda, hendak menangkap sahaya sakalian.
Maka sahaya lawan bertikam, lalu mati-lah orang sahaya dua orang,
entah orang-nya berapa-kah mati sahaya ta'tahu karna gelap sangat.
Maka ada pun tatkala ia berchakap itu, Pengeran itu pun ada.ber-
sama-sama menengar; maka ia pun mengyakan juga. Maka jawab
Tuan Raffles, "Kompeni kasi terima kaseh banyak-banyak ka-pada
Tengku." Maka sa-telah sudah di-sambut oleh Tuan Raffles
akan surat itu, maka Tengku Penglima Besar pun bermohon-lah
hendak ka-rumah-nya, kemudian Pengeran pun pulang-lah ; maka
Tuan Raffles pun menggonchang-gonehang tangan-nya serta mem-
beri hormat, maka pulang-lah kedua-nya masing-masing ka-rumah-
nya.
Arakian sa-telah petang hari, maka di-suroh panggil oleh Tuan
Raffles akan Pengeran itu, sebab hendak di-suroh-nya bacha surat
itu, karna ia mengetahui bahasa Jawa. Maka sa-bentar lagi
datang-lah ia. Sa-telah naik, di-suroh oleh Tuan Raffles buka surat
itu, maka di-bacha-nya-lah; kemudian dari-pada puji-pujian akan
Kompeni Inggeris, maka memberi hormat serta tabek akan Tuan
Raffles, kemudian mengatakan, "Maka surat serta dengan kiriman-
nya sudah-lah kita terima, maka ada pun seperti permintaan
sahabat kita ka-pada kita maka ada-lah kita sedia menanti, maka
barang bila sahabat datang ka-tanah Jawa, kita pun ada-lah datang
dari darat akan bantu ada-nya." Hata maka sa-telah sudah di-
dengar oleh Tuan Raffles akan perkataan dalam surat itu, ter-
menong-lah ia sa-jurus pan jang sambil tefekur. Sa-telah sudah
habis di-bachakan surat itu, maka Pengeran itu pun kembali-lah
ka-rumah-nya.
Shahadan ada-lah ku lihat kelakuan Tuan Raffles itu, maka
dari semenjak ia menengar bunyi surat itu sampai-!ah petang tiada

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


86 Hikayat Abdullah.

ketahuan rasa; maka sa-bentar-sa-bentar di-ambil-nya surat itu, di-


renong-nya, kemudia di-letakkan-nya, demikian-lah laku-nya.
Maka sa-hari-hari adat-nya ia berkereta pada petang-petang; maka
pada hari itu sampai malam kereta menanti di-pintu, tiada ia man
turun dari rumah-nya; maka sa-malam-malaman itu demikian-lah
hal-nya. Maka sa-telah pagi pukul sembilan aku pun datang-lah
seperti adat sa-hari-hari, maka ku lihat Tuan Raffles itu ada ter-
sandar di-bangku-nya, maka tangan-nya memegang surat itu; sa-
telah habis ia makan pagi, maka turun-lah ia ka-bawah melihat
orang berkemas-kemaskan barang-barang itu, tetapi surat itu di-
tangan-nya juga ku lihat; kemudian naik pula ia ka'atas loteng.
Beberapa ketika lama-nya, ku lihat ia turun tergopoh-gopoh,
kata-nya, "Ibrahim, bawa kertas yang dalam almari itu, barang
empat lima helai." Maka di-ambilkan-Iah oleh Enchek Ibrahim,
maka di-bawa-nya naik kertas itu; maka sa-bentar lagi di-bawa-nya
turun surat itu beserta dengan kertas itu, maka di-unjokkan-nya
ka-pada juru-tulis-nya itu serta kami sakalian, kata-nya, "Ada-kah
sama kertas surat ini dengan kertas ini tidak nombor-nya ?" Maka
jawab kami, "Betul sama sakali, tiada bersalahan, melainkan ada
kumal-kumal sedikit sebab bekas-bekas tangan menulis itu juga
ada-nya." Bahwa-sanya dengan sa-ketika itu juga di-suroh-nya
mata-mata pergi memanggil Pengeran itu; maka sa-bentar lagi
datang-lah Pengeran itu. Maka ku lihat berubah warna muka
Pengeran itu puchat.
Maka sa-telah ia datang, maka ketika itu tengah Tuan Raffles-
memegang surat itu, sambil berjalan pergi datang di-atas beranda-
nya; maka Pengeran itu pun naik-lah. Sa-telah di-lihat oleh Tuan
Raffles akan dia, seraya di-kerling-nya dengan ekur mata-nya, tiada-
lah di-tegur-nya; maka berdiri-lah ia di-tepi tembok itu. Sa-telah
sa-puloh dua-puloh kali ia berjalan pergi datang itu, maka di-terpa-
nya akan Pengeran itu; maka pada sangka-ku hendak di-pukol-nya
akan dia, karna pada ketika itu aku ada mengintai dari chelah
pintu. Maka sa-telah di-terpa-nya akan dia, maka terkejut-lah
Pengeran itu ku lihat. Maka kata Tuan Raffles dengan tiada rae-
nyebut nama-nya lagi, kata-nya, "Ini surat betul Tuan Susunan
Bantaram kasi?" Maka pada ketika itu ku lihat muka Pengeran
itu seperti muka mayat dengan tiada berdarah sedikit pun. Maka
diam-lah ia, tiada menjawab perkataan Tuan Raffles itu. Maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 87

kata Tuan Raffles, "Ta'dengar apa sahaya. tanya? kalau tidak


engk:;u kata benar-benar, sekarang sahaya suroh gantong." Maka
apabila di-dengar oleh Pengeran akan perkataan Tuan Raffles itu,
serta dengan marah-nya berapi-rapi, maka gementar-lah kaki
tangan-nya berdiri itu. Maka belum-lah pernah aku melihat muka
Tuan Raffles demikian warna-nya, hampir-hampir kebiru-biruan,.
dan tangan-nya gementar oleh sebab tersangat marah-nya; seraya
kata-nya, "Tidak man kata betul?" Maka jawab Pengeran,
"Tuan, apa-lah sahaya boleh buat?" Maka diam ia sa-jurus.
Maka kata Tuan Raffles, "Apa itu? kata betul." Maka jawab
Pengeran itu, "Sahaya orang kechil, Tuan, di-bawah perentah
Tengku Penglima Besar itu, maka barang apa dia punya perentah,
itu-lah sahaya turut Tuan; jikalau sahaya tiada turut, dia mau
bunoh sama sahaya." Maka kata Tuan Raffles, "Apa itu, bagi-
mana mula-nya? choba cherita betul; kalau tidak engkau nanti
chelaka." Maka kata Pengeran itu, "Bagimana sahaya mau
cherita, karna sahaya sudah bersumpah Koraan dengan tiada boleh
membuka rahasia ini." Maka kata Tuan Raffles, "Itu ta'boleh
pakai; masti cheritakan."
Maka jawab Pengeran itu, "Baik-lah, Tuan, sahaya tiada
salah; ada pun mula-mula belayar dari sini ada dua-belas hari,
maka sampai-lah ka-laut Pelembang, turun-lah ribut dari hadapan,
tenggara mandi, terlalu kenehang. Maka kata Tengku Penglima
Besar, 'Mari kita singgah di-Jambi; karna angin ini terlalu
kenehang.' Maka jawab sahaya; 'Tuan Raffles sudah berpesan
sama kita, jangan singgah di-mana-mana ' Maka kata Tengku
Penglima Besar itu, 'Bagimana, kalau bagitu, biar-lah mati kita;
maka dari-pada mati di-laut, baik-lah mati di-negeri orang. ' Maka
ada pun ia berkata itu dengan marah-marah. Maka jawab sahaya,
'Yang mana baik, buat-lah Tengku. ' Hata maka di-layarkan-lah
kechi itu menuju ka-Kuala Jambi; ada dua hari belayar, maka
sampai-lah di-Kuala Jambi. Sa-telah ia sampai maka di-turun-
kan-nya apiun dan barang-barang yang baik-baik itu semua-nya
maka. anak-nya dengan dia serta empat lima orang turun-lah ka-
darat, maka sahaya dengan khalasi-khalasi tinggal di-keehi. Maka
sahaya nanti-nantikan sa-hari ta'datang, dua hari ta'datang, sampai
enam hari datang-lah kawan-nya ka-laut meminta barang-barang
apa-apa yang tinggal itu; maka tiada-lah berani sahaya hendak me-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


88 Hikayat Abdullah.

larangkan akan dia, karna sahaya sa'orang diri takut barangkali


di-tikam-nya. Sa-telah di-bawa-nya barang-barang itu ka-darat,
maka ada kira-kira lima-belas hari lama-nya ia di-darat, kemudian
baharu-lah ia turun ka-laut, serta dengan masam muka-nya, lagi
dengan marah-nya. Sa-telah sampai ia, maka naik-lah di-keehi,
lalu masok ka-dalam kurong tidur, maka segala kawan-kawan-nya
semua-nya dudok-lah masak makan; dengan hal yang demikian
lima enam hari. Kemudian turun-lah ia ka-darat pula, maka
kata-nya ka-pada sahaya, 'Ini musim angin terlalu keras, nanti
lagi sedikit hari boleh kita belayar.' Maka jawab sahaya, 'Baik-
iah, Tengku.' Maka ada pun lama-nya ia dudok di-darat itu ada
enam tujoh hari, kemudian turun-lah ia ka-laut; serta ia sampai,
maka di-surohkan-nya bongkar sauh, lalu belayar. Maka di-layar-
kan-nya-lah kechi itu sampai ka-pada anak-anak sungai itu, lalu
di-suroh-nya berlaboh; maka tinggal-lah di-sana pula sampai enam
tujoh hari. Maka ada-lah datang sa-buah top hendak lalu dari
situ, maka di-tembak-nya, lalu di-balas oleh orang top itu, maka
mati-lah dua orang dalam kechi; sa-telah berperang-lah sampai
masok matahari, maka angin pun turun-lah, maka top itu pun
berlayar-lah, entah ka-mana-kah ia pergi tiada lagi kelihatan.
Kemudian dari-pada itu, di-rompak-nya pula tiga buah perahu,
maka habis-lah orang-nya berterjunan, di-ambil-nya harta-nya.
Ada-lah kira-kira sampai lima-belas hari demikian, maka pada
suatu hari pagi-pagi di-panggil-nya sahaya, kata-nya, 'Sekarang
bagimana biehara-mu? karna kita tiada boleh menyampaikan surat
ini ka-pada Susunan Bantaram oleh angin terlalu keras.' Maka
jawab sahaya, 'Mengapa tiada boleh sampai, jikalau kita layarkan
bersunggoh-sunggoh ? karna ini ketika bukan-nya musim angin
besar.' Maka serta di-dengar-nya perkataan itu, maka marah-lah
ia serta dengan masam muka-nya; maka diam-lah sahaya, sebab
takut barangkali di-tikam-nya sahaya. 'Maka sekarang ada satu
muafakat aku; mau-kah semua-nya orang turut itu? ' Maka
jawab sahaya serta orang-orang perahu itu, 'Apa dia Tengku?'
Maka kata-nya, 'Kalau mau betul-betul, semua-nya orang aku mau
suroh bersumpah yang tiada boleh sakali-kali membukakan rahasia
ini; jikalau barang siapa tiada mau turut, kata-lah. ' Maka jawab
sahaya sakalian, 'Yang mana Tengku surohkan itu-lah sahaya
buat.' Maka di-keluarkan-nya Koraan, di-panggil-nya sahaya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 89.

dahulu, di-suroli-nya bersumpah; maka terkejut-lah sabaya sebah


melihatkan kelakuan-nya itu dengan marah-nya terlalu, seperti
hendak membunoh orang; maka fikir sahaya jikalau tiada ku turut-
kan kehendak-nya, dapat tiada di-bunoh-nya aku; kemudian ber-
sumpah-lah sahaya yang tiada boleh membuka rahasia, kemudian
pula segala kawan-kawan perahu bersumpah. Sa-telah sudah,.
maka kata-nya, 'Mari-lah engkau buat satu surat, katakan surat
dari-pada Susunan Bantaram membalas surat Tuan Raffles, dan
katakan ia sudah terima surat yang kita bawa, dan dia ad a sedia
menantikan; barang bila Tuan Raffles datang memukul tanah
Jawa, maka ia pun hendak-lah menyerta'i bersama-sama dari
darat.' Maka sa-telah itu sahaya karangkan-lah surat itu. Maka
sa-telah sudah surat itu, maka di-balut-nya dengan kain kuning;
kemudian dari-pada itu pula bertegoh-tegohan-lah janji yang tiada
boleh membukakan iabasia itu. Hata sa-telah selesai-lah dari-pada
pekerjaan membuat surat itu, maka belayar-lah kechi itu ka-
Malaka. Ini-lah hal-nya Tuan dari-pada awal-nya sampai akhir-
nya."
Shahadan apabila di-dengar oleh Tuan Raffles akan segala hal-
ehwal itu, maka di-gigit-nya telunjok-nya sambil di-hentakkan-nya
kaki-nya, serta dengan merah padam muka-nya; maka kata-nya,
"Engkau pergi ka-bawah." Maka ada-lah kelakuan Tuan Raffles
itu ku lihat pada ketika itu seperti orang dalam kesusahan yang
besar, serta menarek nafas sa-bentar-sa-bentar; karna pada hari itu
ia hendak memuatkan segala barang-barang-nya di-kapal. Maka
kapal-kapal yang lain pun berlayar semua-nya pada hari itu, gelap
rupa laut Malaka sebab kebanyakkan kapal berlayar. Maka dalam
Malaka pun terlalu sibok pada hari itu, karna tiga empat-puloh
kapal berlayar sakali gus; ada lagi tinggal kira-kira lima-puloh
enam-puloh kapal sahaja.
Maka ada pukul tiga petang, datang-lah kereta-kereta orang
besar-besar ka-rumah Tuan Raffles, sebab sudah menengar khabar
ada dapat surat dari tanah Jawa. Maka pada masa itu-lah Tuan
Raffles mendapat malu besar, sebab masing-masing tuan-tuan itu
hendak menengar bunyi surat itu. Maka sa-bentar lagi Tuan Lord
Minto pun datang-lah ka-rumah Tuan Raffles; sa-telah sampai
kereta itu, maka turun-lah Tuan Raffles serta dengan puchat muka-
nya menyambut Tuan Lord Minto itu. Sa-telah berkampong-lah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


90 Hikayat Abdullah.

semua orang itu, maka kata Tuan Raffles, "Pergi panggil Tengku
Penglima Besar;" maka serta ia memberi perentah ka-pada supai
yang menjaga di-muka pintu itu, kalau datang ia, jangan beri
masok kawan-kawan-nya, biar dia sahaja masok. Ada pun pada
.sa-hari-hari apabila di-panggil oleh Tuan Raffles akan dia, sa-bentar
juga ia datang; maka pada hari itu sampai tiga orang mata-mata
pergi memanggil akan dia belum juga datang, karna ia ada ber-
kemaskan barang-barang-nya hendak lari. Maka sa-bentar lagi
datang-lah ia; ada pun kawan-kawan-nya ada-lah bersama-sama
aatang dengan dia, ada kira-kira sa-puloh dua belas orang, masing-
masing ada memakai keris; maka anak-nya kedua-nya pun ada ber-
sama-sama, masing-masing berpendua. Maka serta sampai ka-
pintu pagar, maka tiada di-beri masok oleh supai akan merika'itu
sa'orang pun, melainkan Tengku Penglima Besar itu sahaja, maka
tinggal-lah semua-nya itu di-luar. Maka tiada-lah berdaya lagi
Tengku Penglima Besar itu, masok-lah ia perlahan-lahan. Maka
serta sampai, ia hendak naik ka'atas, tiada di-beri oleh orang yang
menjaga tangga itu, maka ia pergi memberi tahu ka-pada Tuan
Raffles. Sa-telah beberapa ketika lama-nya, maka turun-lah Tuan
Raffles; maka serta ia terpandang muka Tuan Raffles, maka ia pun
memberi tabek, tiada-lah di-sahut oleh Tuan Raffles akan dia sebab
marah-nya; maka kata-nya, "Engkau pembohong, nanti sahaya
suroh buboh di-mulut meriam; pergi! jangan berdiri di-sini.
Sekarang petang itu kapal kechil mau berlayar, engkau pergi naik
lekas, karna pukul empat dia mau berlayar; nanti di-laut sahaya
taroh di-mulut meriam. Ini sekarang apa akal sahaya mau ber-
layar esok pagi; jikalau tidak, sama engkau patut di-gantong.
Pergi, jangan lagi berdiri di-hadapan sahaya; sahaya tiada mau
pandang muka orang pembohong dan perompak itu." Maka ada-
lah ku lihat pada masa itu muka Tengku Penglima Besar itu
seperti muka may at, maka tiada-lah dapat ia menjawab sa-patah
kata jua pun; berbunyi batu berbunyi-lah dia, sebab sudah ke-
dapatan budi itu. Maka pada masa itu Tuan Raffles mendapat
malu besar ka-pada Tuan Lord Minto, karna ia sudah mengaku,
mengatakan Tengku Penglima Besar itu orang baik. Maka jikalau
sa-kira-nya pada masa itu ia hilang sa-puloh ringgit andai-nya
tiada-lah bagitu besar susah-nya, sebab mendapat malu ka-pada
orang besar-besar. Maka pada sangka-ku dari sebab malu-nya itu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 91

Sengaja ia hendak menyurohkan lari Tenguku Penglima Besar itu;


maka jikalau tidak. maka dengan sa-bentar itu juga boleh di-buat-
nya bagimana kehendak-nya. Maka oleh sebab jangan kelihatan
lagi di-mata tuan-iuan itu, maka Tengku Penglima Besar itu pun
balek-lah ka-rumah-nya. Maka di-rumah Tuan Raffles pun terlalu-
lah sibok, sebab hendak berlayar itu: maka dalam orang-orang ber-
eibok-sibok itu juga. Tengku Penglima Besar itu pun lari-lah pada
malam itu dalam sa-buah sampan; khabar-nya konon ka-Siak
pergi-nya.
Nasihat. Sa-yugia-nya babwa mengambil ibarat-nya kira-nya,
hai saudara-ku yang berbudi, akan segala perkara yang amat dashat
yang tersebut itu, maka ia'itu menjadi suatu peringatan-lah bagi
segala orang yang hendak menchari orang yang keperehayaan dan
yang boleh tempat di-harap lagi amanat. Maka ada-lah perkara
Jang demikian itu mahal di-beli sukar di-chari pada zaman ini,
maka kalau kurang-kurang selidek dan siasat akan perkara itu,
kelak kesudahan-nya dapat-tiada menyesal ada-nya, seperti sesal
Tuan Raffles itu. tetapi a pa guna-nya lagi? Seperti kata Malay u :
"'Sesal dahulu pendapatan. sesal kemudian tiada berguna;" seperti
kata arif': "Sebab nila sa-titek rosak susu sa-belanga." Ada pun
dari-hal Tuan Battles itu, sebab kurang siasat-nya akan mengerja-
kan pekerjaan yang besar itu. menjadi sesal-lah ia pada kemudian-
nya yang tiada berguna, karna telah di-ketabui-nya tabiat manusia
yang jabat itu sangat-lah susah-nya hendak membaiki akan dia,
melainkan ia mendapat pertunjok dari-pada Allah. Seperti kata
aril: "Burong gagak itu, jikalau di-mandikan dengan ayer mawar,
dan di-beri makan ambar dan kasturi sakali pun, tiada akan men-
jadi puteh bulu-nya yang bitam itu ada-nya."
Shahadan maka pada malam itu juga terbakar-lah sa-buah
kapa! yang berlaboh di-laut Kelebang Besar itu; ada pun api-nya
itu datang dan sebab orang kapal itu bisap cherutu, di-champak-
kan-nya puntong cherutu itu ka-dalam kapal. maka, menjangkit-lah
ka-pada tali-tali itu. maka di-makan-nya-lah kapal itu. Ada pun
waktu di-makan-nya itu tengah malam, maka sampai-lah siang, ada
kira-kira pukul sa-belas. sampai-lah ka-tempat ubat bedil. maka
meletup-lah kapal itu seperti bunyi petir: maka negeri Malaka itu
pun bergonehang-lah rasa-nya. lain tenggelam-lah. Maka kapitan-
nya kapal itu ada tinggal di-darat. Maka dengan sa-ketika itu juga

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


92 Hikayat Abdulalh.

segala kapal-kapal yang ada berlaboh di-lahohan itu pun semua-nya.


membongkar sauh-nya lalu berlayar, sebab takut api itu men-
jangkit. Maka sa-telah lepas-lah dua hari dari-pada kapal itu ter-
bakar, maka banyak-lah orang-orang Malaka mendapat barang-
barang dan perkakas-perkakas kapal itu berhanyutan sa-panjang-
tepi pantai itu.
Sa-bermula maka pada hari itu, Tuan Raffles hendak berlayar.,
maka ia hendak membawa aku bersama-sama, tetapi bonda-ku tiada
mau memberikan, sambil menangis kata-nya "Anak sahaya dua
tidak, tiga tidak, hanya sa'orang, seperti biji mata sahaya." Maka
jawab Tuan Raffles, "Enchek takut dia mati?" Maka jawab bonda-
ku, "Bukan-nya dari sebab mati, tuan, karna ia lagi budak-budak,
belum biasa bercherai dengan ibu-bapa; dan lagi sahaya dengar
negeri Batawi terlalu banyak penyakit, maka sebab itu-lah, Tuan,.
hati sahaya tiada sampai hendak melepaskan anak sahaya." Maka
jawab Tuan Raffles, "Baik-lah, enchek, kalau ada umur nanti
sahaya balek ka-mari, boleh sahaya ambil Abdullah pula." Hata
maka di-panggil-nya aku masok ka-dalam bilek tempat ia menulis,.
lalu di-tulis-nya sa-keping surat; sa-telah sudah, maka di-buka-nya
peti-nya, di-ambil-nya tiga-puloh ringgit, di-unjokkan-nya surat
serta wang itu, sambil kata-nya, "Kalau ada Inggeris hendak
memanggil Tuan kerja atau belajar bahasa Malayu, unjokkan-lah
surat ini, boleh dapat kerja." Maka aku sambut-lah serta memberi
terima kaseh akan dia kemudian kata-nya, "Pergi kasi tabek sama
bini sahaya:" lalu pergi-lah aku memberi tabek ka-pada isteri-nya
pula. maka sudah di-beri-nya wang sa-puloh ringgit dengan kain
khasah bunga mas sa-tengah kayu, kata-nya, "Engkau buat baju;"
kemudian pulang-lah aku dengan duka-ehita yang amat sangat,
oleh hati-ku terlalu kaseh akan Tuan Raffles kedua laki isteri itu,
seperti ibu bapa rasa-nya. Maka ada-lah pada masa itu hati-ku,
jikalau kira-nya sebab tiada aku takut akan ibu-bapa-ku, maka
redla-lah aku lari pergi mengikut akan dia barang ka-mana pergi-
nya. sebab terlalu baik budi bahasa-nya, lagi dengan tegur sapa-nya,
melainkan Allah juga membalas kaseh-nya itu dalam dunia ini
dengan bertambah-tambah kebesaran dan kemuliaan, serta di-beri-
nya kesenangan lagi sihat dalam sentausa-nya. Maka pada hari itu
juga ia membuat bichara, lalu di-bawa-nya pergi bapa-saudara-ku
yang bernama Ismael Lebai, lalu berlayar-lah ia bersama-sama

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 93

kapal Lord Minto, dan kapal-kapal yang lain habis-lah semua-nya


berlayar; sunyi-lah labohan Malaka.
Sa-bermula maka ada-lah sa-bulan lami-nya kemudian dari-
pada Inggeris mendapat tanah Jawa, maka datang-lah surat ka-
pada nenek-ku di-Malaka, mengatakan bapa-saudara-ku Ismael
Lebai yang telah mengikut Tuan Raffles itu sudah mat! di-Batawi;
maka duka-chita-lah anak isteri-nya, dan ibu-nya itu pun sangat-
lah duka-chita oleh kematian anak-nya itu.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


ANGLO-CHINESE COLLECTOR.

Kata yang ampunya chetera ini, babwa ka-pada tarikh hijrat


1238, ia-itu ka-pada tahun Masehi sanat 1823, maka ka-pada tahun
itu-lah mula-mula paderi Inggeris datang ka-Malaka. dua laki
isteri, serta sa'orang anak-nya perempuan kechil, dan dua orang
anak laki-laki kembar. Ada pun nama paderi itu Tuan Milne, dan
n a m a anak perempuan-nya itu Celia. dan nama anak kembar-nya
itu sa'orang William dan sa'orang Robert. Bermula-mula tuan itu
datang, maka ia tinggal dalam kota, maka di-taroh-nya tempat
budak-budak belajar bahasa Inggeris; maka ada-lah kira-kira sa-
puloh lima-belas hari ia mengajar itu, maka baharu-lah aku mwi-
dapat khabar. mengatakan, "Ada sa'orang paderi Inggeris baharu
datang, ia mengajar budak-budak chuma-chuma sahaja. dengan
tiada mengambil upah atau helanja apa-apa, semua-nya di-adakan-
nya, seperti kertas dan dawat kalam, dan sa-bagai-nya." Maka
apabila aku menengar khabar itu. terlalu suka bati-ku sebab ter-
ingat akan pesanan Tuan Lord Minto dan Tuan "Raffles pun ada
berkata, " K a l a u engkau belajar bahasa Inggeris, terlalu banyak
guna-nya." Kemudian maka semenjak ia berkata itu, terpaku-lah
rasa-nya perkataan-nya itu di-bati-ku. Maka pada ketika itu di-
Malaka terlalu susab hendak belajar bahasa Inggeris, karna belum
lagi ada tempat belajar; maka anak orang-orang kaya bendak bela-
jar, maka di-panggil guru itu ka-rumah-nya, di-bayar-nya gaji
dengan mahal-nya; itu pun bukan-nya guru yang p a n d a i ; dan lagi
bukan-nya Inggeris betul, kebanyakkan orang Nasarani y a n g
datang dari Madras atau Holanda, yang sudah belajar sedikit-
sSdikit bahasa I n g g e r i s ; maka merika'itu sakalian-lah yang men-
jadi guru di-Malaka, lagi pun ia menghendaki upah mahal. Maka
pada masa itu di-Malaka sa'orang pun bangsa lain-lain tiada
tahu membacha atau bertutur Inggeris betul. karna tiada yang
belajar.
Shahadan maka pada suatu hari, berjaian-lah aku bendak
pergi berkenal-kenalan dengan Tuan Milne itu, serta pula hendak
melihat bagimana-kah rupa-nya dan bal-nya paderi Inggeris, karna
belum pernah aku melihat dan menengar khabar-nya, ada j u g a

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 95

melihat paderi Serani; dau aku hendak melihat bagimana ia


mengajar budak-budak itu. Ada kira-kira pukul sa-belas pagi r
apabila aku sampai ka-rumah-nya itu, maka mengintai-
ngintai aku di-jenela-nya dari sa-belah luar, sebab tiada berani
masok; maka ku lihat ada ia tengah mengajar dua budak,
maka ku lihat rupa-nya dan pakaian-nya seperti orang-orang Ing-
geris kebanyakkan juga. Maka apabila ia terpandang ka-pada-ku,
maka aku memberi tabek demikian bunyi-nya, "Good morning,
Sir," karna itu-lah sahaja yang aku tahu bahasa Inggeris pada
masa itu; aku belajar dari-pada juru-tulis Tuan Raffles. Maka
apabila di-dengar-nya itu. maka di-jawab-nya demikian juga, sam-
bil ia datang mendapatkan aku, lain di-bawa-nya masok ka-dalam
bilek tempat belajar-nya itu. di-sangka-nya aku pandai bahasa
Inggeris: maka kata-nya dengan bahasa Inggeris, "Di-mana eng-
kau belajar bahasa Inggeris?" Maka tiada-lah aku terjawab,
karna tiada aku mengerti. Maka ada sa'orang budak Serani di-
situ mengertikan ka-pada-ku, dan lagi kata-nya, Engkau tahu
bacha surat Malayu?"; maka jawab-ku, "Tahu sedikit, Tuan."
Lalu ia masok ka-dalam, di-bawa-nya ada dua tiga kitab-kitab Injil
bahasa Malayu yang di-chap; maka apabila ku lihat akan suratan
kitab itu, hairan besar-lah aku, sebab belum pernah aku melihat
surat Malayu yang di-buboh chap, akan tetapi aku belek-belek ku
lihat, maka semua-nya itu ku kenal belaka huruf-nya, melainkan
bersalahan noktah-nya sahaja, karna dalam surat-surat Malayu
tiada demikian banyak noktah-nya. Maka susah-lah hati-ku sebab
berflkir, ada berapa-kah jenis surat Malayu dalam dunia ini ? maka
aku taroh-lah dalam hati-ku. Maka lalu aku bertanya ka-pada-nya
"Tuan, di-mana orang buat kitab ini?" Maka jawab-nya, "Ho-
landa buat; ia sudah salinkan bahasa Malayu." Maka kata-ku,
"Kitab apa ini?" Maka jawab-nya, "Kitab Injil;" lalu kata-
nya, "Ambil-lah Tuan, satu, pergi bacha." Maka ku ambil, serta
memberi terima kaseh; kemudian kata-ku, "Tuan, sahaya terlalu
suka hendak belajar bacha Inggeris." Maka jawab-nya, "Baik-lah,
sahaya boleh ajar; akan tetapi, ajar sama sahaya bacha Malayu;"
maka jawab-ku, "Baik-lah, Tuan, nanti esok sahaya datang, Tuan."
Maka aku memberi tabek, lalu kembali-lah ka-rumah dengan suka-
chita; pertama-tama suka sebab aku mendapat sa-buah kitab itu
chuma-chuma, dan kedua suka-chita oleh sebab menengar khabar

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


96 Hikayat Abdullah.

dan budi bahasa Tuan Milne terlalu baik, ia bertutur itu dengan
hormat-nya, dan ketiga suka itu sebab ia sudah berjanji hendak
mengajarkan aku bahasa Inggeris. Dan sa-bagai lagi aku hendak
mengetahui bagimana-kah bunyi kitab itu, dan apa-kah chetera-
nya, karna ku sangkakan hikayat juga. Kama pada masa itu aku
terlalu suka membacha surat-snrat hikayat-hikayat, sebab terlalu
banyak faedah yang ku peroleh dalam hikayat-hikarat, maka di-
situ-lah aku bertemu dengan beberapa rahsia bahasa Malayu; maka
barang di-mana sakali pun kalau ada orang menaroh hikayat yang
belum ku dengar, maka saboleh-bolehan jikalau dapat ku pinjam
atau ku sewa maka sampai habis ku bacha, kemudian baharu
ku pulangkan, maka di-situ-lah tempat aku biasa membacha surat,
dan aku mendapat paham akan tempat perhentian, dan kuat per-
lahan, dan sa-bagai-nya, insha Allah akan ku sebutkan juga di-
bawah ini dari-hal segala perkara itu.
Maka sebab itu-lah aku berpesan ka-pada segala sahabat-ku
yang membacha hikayat-ku ini, maka jikalau hendak menjadi pan-
dai dalam bahasa Malayu ini, maka hendak-lah kira-nya tuan ber-
jinak-jinakkan dengan segala hikayat-hikayat bahasa Malayu, karna
dalam-nya itu ada tersembunyi beberapa benda-benda yang mulia,
yang tiada engkau ketahui faedah-nya pada masa itu serta-merta;
akan tetapi nanti kemudian kelak ia'itu berguna besar pada masa
engkau hendak mengarang barang suatu, atau pada ketika orang
bertanya, "Apa erti-nya perkataan ini, dan bagimana memakai
dia?^ neschaya kelak pada ketika itu-lah engkau teringat, "Bahwa
ada aku bertemu dengan perkataan ini dalam kitab anu, dan
hikayat anu, demikian-demikian guna-nya dan erti-nya." Maka
bahwa-sanya dalam hal ini jangan-lah engkau salah paham, maka
sa-sunggoh-nya ku ketahui dengan sabenar-benar-nya ada pun
hikayat-hikayat itu kebanyakkan bohong dari-pada yang benar ada-
nya; akan tetapi sunggoh pun demikian itu bahwa sakali-kali tiada
aku suroh engkau perchaya akan chetera-chetera hikayat itu. Ada
pun jikalau bagimana, sakali pun bohong-nya ada di-dalam-nya itu,
maka biar-lah dia tinggal di-tempat-nya, maka jangan engkau
iudahkan dia; tetapi hendak-lah engkau ketahui, ada pun peng-
arang-nya itu orang yang pandai juga ada-nya, bukan-nya si-
engkau si-aku; maka sebab itu kita ambil kepandian ilmu-nya
itu. Shahadan apabila kita sudah mengetahui akan segala rahasia-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 97

nya itu, maka kemudian kelak boleh-lah kita mengarangkan pula


barang yang kita kehendaki dari-pada hikayat yang benar-benar
dan renehana yang molek-molek, dan Jagi istimewa pula kita telah
mengetahui akan segala erti-nya itu; maka makin-lah bertambah-
tambah el ok karangan itu, sudah terang lagi bersuloh. Kama
kechuali sa-puloh kechuali ku lihat banyak-lah orang-orang yang
pandai membacha surat-surat Malayu dan hikayat-hikayat Malayu,
jikalau kita tanya apa erti-nya perkataan ini yang engkau bacha,
maka terchengang-chengang ia, tiada boleh dia memberi jawab, sebab
tiada ia belajar dan tiada di-ketahui-nya apa asal-nya dan bagimana
kuasa-nya perkataan itu, meiainkan meniru-niru sahaja. Maka
itu-lah orang yang tahu membacha surat sahaja, tetapi tiada ber-
guna akan dia, dan tiada boleh ia mengarang barang sa-suatu, oleh
sebab ia tiada mengerti; seperti umpama sa'orang ada menaroh
perkakas lengkap genap semua-nya, tetapi tiada di-ketahui-nya apa-
apa guna-nya dan bagimana memakai dia, maka boleh-kah ia men-
jadi tukang? maka kalau dengan keras ia menjadi tukang juga,
dapat tiada perkakasan itu pun rosak, dan benda yang hen dak di-
buat-nya itu pun binasa-lah, maka lama-kelamaan-nya segala per-
kakas-nya itu habis di-makan oleh karat. Demikian-lah keadaan-
nya ilmu mengarang itu pun, maka jikalau barang suatu perkataan
itu di-pakai-kan berpatutan dengan tempat-nya, neschaya sedap-lah
bunyi-nya, dan satuju-lah dengan erti-nya; maka jikalau dengan
bukan-bukan tempat-nya di-pakaikan dia, changgong-lah ia, seperti
an tan di-chungkilkan duri ada-nya.
Sa-bermula maka kembali-lah aku ka-pada mencheterakan
dari-hal aku telah mendapat kitab dari-pada Tuan Milne i t u
Maka serta aku sampai ka-rumah-ku, lalu dudok-lah aku membacha
kitab itu, ku perhati-perhatikan segala noktah-nya itu perlahan-
lahan; sa-telah satu muka kitab itu ku bacha, maka kemudian dari-
pada itu ku bacha-lah dengan deras-nya sa-malam-malaman itu
hampir-lah habis kitab itu ku bacha. Akan tetapi kitab itu huruf-
nya Malayu dan bunyi-nya Malayu, tetapi jalan bahasa-nya itu
bukan-nya jalan bahasa Malayu; dan lagi yang bukan-bukan tem
pat perkataan itu di-pakaikan-nya, dan di-tempat bukan-bukan
hubongan-nya perkataan itu di-hubongkan-nya; maka sebab itu-lah
sakali-kali tiada-lah ku dapati akan rahasia-nya kitab itu, meiain-
kan semua-nya itu terlalu changgong bunyi-nya di-telinga-ku;

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


98 Hikayat Abdullah.

maka hen dak ku katakan, "Ini kitab orang puteh," maka aku tiada
tahu bahasa orang puteh. Maka sebab itu menjadi hairan-lah aku
dudok memikirkan dari-hal kitab itu. karna terlalu sayang hati-ku
melihatkan perbuatan kitab itu. bangun. huruf-nya bagus, tetapi
perkataan-nya tiada berketahuan. bukan-nya Malayu, bukan-nya
Inggeris, tiada dapat aku hendak perikan. Maka aku fikir puia,
"Sia-sia sahaja orang membuat kitab ini: entah berapa-kah be-
lanja-nya dan penat-nya. tetapi tiada berguna perkataan-nya."
Hata apabila ke'esokkan hari-nya aku unjokkan-lah ka-pada segala
kawan-kawan-ku yang dekat-dekat di-situ, maka masing-masing
pun membaeha; ada yang tiada dapat membaeha sakali-kali, ada
yang merangkak-rangkak membaeha; akan tetapi sa'orang pun
tiada tahu akan erti-nya, melainkan masing-masing melarangkan
aku, kata-nya, "Jangan bacha kitab ini, buangkan; karna ini kitab
orang puteh, nanti rosak iman kita." Maka jawab-ku ka-pada
merika'itu, "Bagimana engkau boleh taliu ini kitab orang puteh?
bukan-kah ini bahasa Malayu? dan boleh-kah ia'ini merosakkan
iman kita? Apa-kah erti-nya iman itu? ada pun erti-nya iman
itu yang ku ketahui, perehaya ; maka jikalau kira-nya aku mem-
baeha sa-ribu kitab agama lain-lain, jikalau tiada perehaya aku
akan dia, boleh-kah rosak iman ? Aku tiada man menengar per-
kataan bodoh itu." Maka diam-lah merika'itu.
Kemudian ada pukul sa-puloh. lalu pergi-lah aku mendapat-
kan Tuan Milne itu. Maka sa-telah sampai, aku memberi tabek.
maka ia pun memanggil aku masok ka-dalam bilek-nya itu, maka
kata-nya, "Ada tuan baeha itu kitab sa-malam?" Maka jawab-
ku, "Sudah, tuan." Maka kata-nya, "Ada-kah betul jalan bahasa
Malayu bagitu?" Maka jawab-ku, "Bukan, tuan." Maka kata-
nya, "Jikalau bukan jalan bahasa Malayu. jalan apa-kah ?" Mak'a
jawab-ku. "Sahaya tiada mengerti. tuan ; siapa yang membuat kitab
itu. dia-lah tabu bahasa-nya." Maka sa-telah di-ertikan oleh
juru-bahasa-nya itu. maka tertawa-lah ia. Sa-telah itu, maka ma-
eok-lah ia ka-dalam, maka di-bawa-nya satu kitab kamus, bahasa
Malayu dan Inggeris. maka di-pereksa-nya ada barang lima enam-
puloh perkataan. seperti "patek" dan "singgasana" dan "sa-
sunggoh-nya" dan "sengsara." dan sa-bagai-nya; maka ku jawab-
lah dengan sa-tahu-ku, sakalian di-lihat-nya dalam kitab itu, di-
bandingkan-nya satu-satu, kata-nya "Betul." Maka ku dengar

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 99

perkataan-nya itu semua-nya bahasa Malaya yang betul, dan yang


di-pakai dalam Malaka, dan dalam segala kitab dan surat Malayu;
maka aku tanya, "Siapa yang membuat kitab ini ?" Maka kata-
nya, "Inggeris yang terlalu pandai, nama-nya Tuan Marsden."'
Maka kata-ku, "Ini semua-nya betul bahasa Malayu, tetapi kitab
yang tuan kasi kelmarin itu bukan-nya bahasa Malayu betid.""
Maka tersennyum-lah ia, kemudian di-bawa-nya pula lagi satu kitab
nahu bahasa Malayu, tuan itu juga membuat, maka di-unjokkan-
nya ka-pada-ku, di-suroh-nya bacha surat kiriman yang dalam-nya,
maka ku bacha. lalu kata-nya. "Itu betul bahasa Malayu?" Maka
jawab-ku, "Ini betul karangan Malayu, tuan.'' Maka tersennyum-
lah ia, maka sa-bentar ia berkkir, lalu kata-nya, "Tuan sendiri
choba buat satu surat, sahaya man choba unjokkan sama sa'orang
tuan yang tahu bahasa. Malayu." Maka jawab-ku, "Baik-lah,
tuan." Kemudian di-beri-nya kalam dan dawat kertas, lalu ku
tulis-lah demikian bunyi-nya: "Bahwa-sanya barang siapa hendak
belajar bahasa-bahasa bangsa lain-lain, maka sa-yugia-nya hendak-
lah di-ketahui-nya bahasa-nya sendiri dabulu. supaya member!
faedah-lah bagi-nya bahasa yang hendak di-pelajari-nya itu ada-
nya." Maka sa-telah sudah surat itu ku tuliskan, maka di-ambil-
nya, kata-nya, "Tuan, esok datang ka-mari, jangan tidak."
Maka sa-telah esok pukul sa-puloh, maka aku pun pergi-lah.
Sa-telah sampai ka-pintu-nya, maka ia memberi tabek, dan me-
nyurohkan masok aku ka-dalam, maka kata-nya. "Tuan punya nama
Abdullah?" Maka jawab-ku, "Ya. tuan." Maka kata-nya pula,
"Ada tuan kerja sama Tuan Raffles?" Maka jawab-ku, "Ada,
tuan." Maka ia berkata-kata itu sambil tertawa-tawa. "Tuan
boleh jadi guru sahaya ; ada orang puteh kata tuan boleh menjadi
guru bahasa Malayu." Maka jawab-ku, "Tuan, sahaya sa-orang
bodoh, lagi pun budak-budak yang tiada berilmu ; bagimana boleh
jadi guru tuan? karna orang menjadi guru itu bukan-nya mudah,
maka hendak-lah ada ka-pada-nya lima perkara; pertama-tama
hendak-lah ada ia berpengtahuan; kedua hendak-lah jangan ia
membSsarkan diri-nya sebab pengatahuan-nya itu; ketiga hendak-lah
ada ia sabar dari-pada kesalahan dan kebodohan orang lain, serta
menanggong kesusahan; ke'empat hendak-lah di-ketahui-nya tiap-
tiap perkataan yang di-ajarkan-nya itu dari-mana asal-nya, dan
bagimana memakai dia; kelima hendak-lah ia ada rajin serta

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


100 Hikayat Abdullah.

usaha. Maka jikalau tiada sharat ini, tiada-lah boleh menjadi


guru." Maka jawab-nya "Baik-lah, karna lama sudah sahaya mau
chari satu guru, karna sahaya mau belajar bahasa Malayu; ada
tiga orang Malayu sudah datang ka-mari hendak menjadi guru,
datang meminta kerja; maka sahaya tanya beberapa perkataan
Malayu yang dari dalam kitab ini, maka di-jawab-nya, "Ini bukan-
nya bahasa Malayu, bahasa orang puteh." Maka datang pula orang
lain esok-nya hendak menjadi guru juga; maka sahaya tanya sama
dia, 'Enchek ada belajar bahasa Malayu;' maka jawab-nya, 'Apa
buat belajar, tuan, karna sahaya sendiri punya bahasa, baharu-lah
sahaya dengar orang belajar bahasa Malayu;' maka jawab sahaya,
'Kalau enchek tiada belajar, bagimana boleh ajar sama orang
lain?' Maka diam-lah ia, lalu keluar, tiada lagi memberi tabek
ta-pada sahaya; sebab sahaya kata itu, dia marah. Maka kemudian
pula datang sa'orang orang tua kelmarin hendak menjadi guru,
kata-nya berpuloh tahun ia sudah biasa menjadi guru; maka
sahaya tanya ka-pada-nya, 'Enchek Guru, ada berapa bunyi dalam
bahasa Malayu,' maka jawab-nya, 'Tuan, siapa boleh terbilang?
ada berlaksa-laksa ,' maka sahaya pun tertawa sebab menengar sam-
pai bagitu sakali bodoh, maka kata sahaya, 'Bagimana enchek mau
menjadi guru? bunyi bahasa Malayu enchek belum tahu;' lalu ia
marah, kata-nya, 'Rambut sahaya sudah puteh, belum pernah
-dengar orang tanya bunyi bahasa Malayu,' lalu ia pulang. Maka
sekarang sahaya mau tanya sama tuan, ada berapa bunyi dalam
bahasa Malayu?" Maka jawab-ku, "Tuan sudah tanya sama
orang tua bagitu, lagi ia tiada boleh jawab; ini sahaya hudak-
budak, bagaimana boleh tahu?" Maka kata-nya, "Choba fikir."
Maka jawab-ku, "Sahaya kira tiga sahaja bunyi bahasa Malayu,
tuan," kata-nya, "Apa-apa?" Maka jawab-ku, "Di-atas, di-
bawah, di-hadapan." Maka kata-nya, "Apa erti-nya?" Maka
jawab-ku, "Ia'itu nama tanda bachaan dalam bahasa. Arab atau
Koraan: ada pun fathah, ia'itu haris di-atas; dan kasrah, ia 'itu
haris di-bawah; dan dhammah, ia'itu haris di-hadapan. Maka oleh
.sebab Malayu tiada memakai tanda bahasa Arab itu, maka di-tukar-
nya fathah itu dengan alif dan kasrah itu dengan ya, dan dhammah
itu dengan wau, menjadi-lah bunyi-nya a i u." Maka kata-nya,
'"Itu betul." Maka pada hari itu-lah ia berjanji, kata-nya, "Sa-
hari-hari datang-lah tuan di-sini mengajar sahaya, dari pukul sa-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 101

puloh, sampai pukul satu boleh pulang; maka dalam itu sahaya
boleh ajar bahasa dan bacha Inggeris sama tuan, maka gaji tuan
sa-puloh ringgit." Maka jawab-ku, "Baik-lah, tuan." Dan lagi
kata-nya, "Nanti sedikit hari lagi banyak kawan-kawan sahaya man
datang, dia-orang semua-nya nanti belajar babasa Malayu, dan lagi
sahaya terlalu suka kalau tuan tabu Inggeris, boleh sahaya orang
senang belajar Malayu, boleh-lah sama jadi pandai."
Shahadan maka pada hari itu juga ku tuliskan alif ba ta, maka
ia memula'i belajar; maka aku pun di-beri-nya satu kitab, nama-
nya "Spelling Book." maka di-situ-lah di-ajarkan-nya huruf
Inggeris, serta dengan bunyi-nya; maka demikian-lah hal-ku pada
tiap-tiap hari pergi mengajar dia, kemudian ia pula mengajar aku.
Ada-lah kira-kia tiga empat bulan lama-nya demikian itu, maka
ia pun telah mengenal-lah surat, dapat-lah di-bacha-nya sedikit-
sedikit, akan tetapi belum lagi lanchar ia membaeha; maka aku pun
demikian boleh-lah mengeja dua tiga huruf. Maka Tuan Milne
pun baharu-lah memula'i bahasa China Canton, maka guru China
pun baharu datang, nama-nya, Li Sing Sing; maka ia'itu pun ber-
sahabat-lah dengan aku. Maka sangat-lah ia hendak belajar bahasa
Malayu, maka aku pun hendak belajar bahasa China, maka demi-
kian-lah pada sa-hari-hari aku pun di-ajarkan-nya, maka ia pun
aku ajarkan; seperti umpamaan Malayu: "Menyelam sambil
minum ayer;" karna pada flkiran-ku, baik-lah tahu dari-pada ta'-
tahu. Maka banyak-lah orang-orang melarangkan aku, kata-nya,.
"Apa-kah faedah di-pelajari bahasa kafir itu?" Maka sakalian
itu tiada ku indahkan, karna ku ketahui ia'itu orang bodoh; maka
kalau tidak ku pelajari pada masa muda-ku ini, apa-kah kelak hai-
ku pada masa aku tua? dapat tiada menyesal juga ada-nya.
Sa-bermula ada-lah ku lihat sifat dan kelakuan Tuan Milne
itu tanda orang yang berbudi juga, maka barang suatu perkataan-
nya dengan lemah-lembut-nya, serta dengan manis muka-nya; maka
kalau ia marah sakali pun, tetapi manis juga; dan lagi tabiat-nya
terlalu sangat usaha belajar barang suatu serta dengan ingatan;
maka jikalau kita ajarkan barang apa pada bulan ini, sampai bulan
lain kita bertanya, di-jwab-nya, betul juga ada-nya.
Hata maka sementara aku mengajar dan belajar itu, maka
Tuan Paderi Thomsen pun datang-lah dari Batawi ka-Malaka,
serta membawa bini-nya; maka dudok-lah ia di-belakang rumah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


102 Hikayat Abdullah.

Tuan Milne tinggal itu. Maka ada ka-pada suatu hari, kata Tuan
Milne ka-pada-ku, "Tuan, ada sa'orang paderi baharu datang, ia
mau belajar bahasa Malayu; sudah sahaya kata sama dia sahaya
ada guru boleh ajar. Sekarang pukul empat choba tuan pergi ber-
temu sama dia, dia mau lihat sama. tuan." Maka jawab-ku,
"Baik-lah, tuan." Maka ada pukul empat pergi-lah aku, maka di-
panggil-nya naik, lalu di-suroh-nya dudok, serta kata-nya, "Enehek
jadi guru Tuan Milne?" Maka jawab-ku, "Sahaya, tuan."
Lalu kata-nya, "Jikalau enchek boleh ajar sama sahaya, sahaya
man belajar." Maka jawab-ku, "Sahaya ta'tahu tuan, tetapi kalau
tuan mau belajar, boleh juga sahaya ajar." Maka ia tertawa, kata-
nya. "Sahara sudah dengar tuan punya nama, ada satu tuan
sudah bilang di-Batawi, tuan punya nama Abdullah." Maka
jawab-ku, "Ya tuan." "Ada enchek kerja sama Tuan Raffles?"
Maka jawab-ku, "Ya, tuan." Kata-nya, "Ada dia kasi surat?"
Maka jawab-ku, "Ada, tuan." Maka kata-nya, "Esok pagi choba
bawa itu surat, sahaya mau lihat." Maka jawab-ku, "Baik-lah,
tuan." Lalu aku memberi tabek serta turun kembali ka-pada
Tuan Milne. Maka sambil aku berjalan itu berfikir-lah, sebab
menengar bunyi perkataan Tuan Thomsen itu seperti bunyi suara
Holanda, maka barang apa di-sebut-nya semua-nya ka-dalam
bunyi-nya; maka fikir-ku jikalau tuan ini hendak belajar
bahasa Malayu pasti susah membetulkan lidah-nya, lagi lambat
dapat, karna ia susah menyebut perkataan-nya. Maka sakalian
itu ku taroh dalam hati, akan tetapi pada pemandangan-ku ia'ini
bukan Inggeris. Maka sa-telah sampai ka-pada Tuan Milne,
kata-nya, "Sudah bertemu dengan dia?" Maka jawab-ku,
"Sudan, tuan." Maka kata-nya, "Apa dia kata?" Maka
segala perkataan Tuan Thomsen itu semua-nya ku sampaikau;
maka kata Tuan Milne, "Baik-lah; esok pergi sama dia." Maka
kata-ku, "Tuan, dia orang apa?" Maka jawab-nya, "Inggeris;
apa sebab tuan tanya?" Maka kata-ku, "S.ahaya kira bukan-
nya Inggeris." Maka kata-nya, "Bagimana tuan boleh tahu?"
Maka jawab-ku, "Sebab lidah-nya kekenalan bukan-nya Inggeris."
Maka ia pun tertawa, kata-nya, "Orang Malayu pun pandai kenal
Inggeris dari-pada bangsa lain-lain;" lalu kata-nya, "Betul dia
bukan-nya Inggeris, orang Jerman." Maka hairan aku menengar,
sa'umur-ku hidup baharu-lah menengar ada bangsa bernama

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikaijal Abdullah. 103

jerman ; maka kata-ku, "Orang Serani, tuan?" Maka kata-nya,


"Bukan, sama juga orang Eropah, tetapi nama masing-masing
bangsa." Maka kata-ku, "Tuan, terlalu susah kelak orang itu
belajar bahasa Malayu, karna lidah-nya susah sebut barang-barang
apa perkataan." Maka kata-nya, "Itu tiada mengapa, semua-nya
orang pun bagitu juga baharu-baharu."
Shahadan sa-telah esok pukul sa-puloh, maka ku bawa-lah
surat yang di-beri oleh Tuan Raffles itu ka-pada Tuan Thomsen;
sa-telah sudah di-baeha-nya, maka di-unjokkan-nya ka-pada bini-
nya, maka di-baeha oloh bini-nya dengan tersennynm-sennyum;
sa-telah itu kata-nya. "Tuan boleh jadi guru sahaya; karna Tuan
Milne sekarang ada belajar bahasa China, ia tiada waktu man
belajar Malayu; tetapi sabaya man belajar Malayu sabaja sampai
panda i." Maka tersennyum-lah aku sebab menengarkan chakap-
nya itu, dan lagi kata-nya. "Ini bahasa Malayu terlalu senang be-
lajar, kalau sampai dua tahun sudab terlalu pandai." Ada pundai."
berchakap itu, kalau sa-patah bahasa Malayu sa-puloh patah babasa
Inggeris. ada Orang-nya mengertikan ka-pada-ku: maka pada
Hkiran-ku ini pun satu macham likiran, semua-nya dengan senang.
maka tiada ia likirkan bendak membetulkan lidab-nya itu juga dua
tabun belum betul. Maka jawab-ku, "Jikalau tuan boleh jadi
pandai dalam tiga bulan sabaja sahaya terlalu suka, sebab sabaya
punya nama baik, tetapi nanti sabaya beri tabu ka-pada Tuan
Milne, apa dia kata boleh sabaya turut." Maka aku memberi
tabek. lalu turun kembali ka-pada Tuan Milne, maka segala hal-
ebwal itu semua-nya ku khabarkan-lah, maka kata-nya, "Baik-
lali, sekarang datang-lah ajar sama sabaya sa-hari-hari, barangkali
satu dua jam, kemudian pergi-lah ajar sama dia. maka dia boleh
ajar Inggeris sama tuan, karna dia mau belajar babasa Malayu;
maka sabaya ada belajar China, sebab itu sabaya tiada sempat
belajar babasa Malayu; dia boleh bayar lima-belas ringgit
dan sabaya bayar lima ringgit." Maka jawab-ku, "Baik-lah,
tuan." Hata pada tiap-tiap hari pergi-lah aku men ga jar Tuan
Thomsen dan Tuan Milne itu.
Bermula maka ada-lah ku lihat tabiat Tuan Milne dengan
Tuan Thomsen itu terlalu jauh beza-nya. sebab Tuan Milne itu
mau menurut barang tiada betul perkataan-nya atau ejaan-nya
atau sebutan-nya atau bachaan-nya, dan bagaimana memakai per-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


104 Hikayat Abdullah.

kataan itu; akan tetapi Tuan Thomsen tiada mau, di-bantahi-nya,


kata-nya, "Itu tiada betul, ini betul;" barangkali sampai ia
marah-marah. Ada pun kelakuan-nya itu seperti perkataan
Malayu, "Hujan berbalek ka-langit;" sa'olah-olah ia hendak
mengajar aku. Maka hairan-lah aku sebab melihatkan tabiat ma-
nusia yang mendaawa dia-nya sahaja pandai, kata-nya, "Kitah
kamus itu pun salah," sebab ia berpegang pada huruf yang tiga,
ia' itu alif dan wau dan ya, maka semua-nya perkataan di-suroh-
nya buboh huruf yang tiga itu, tiada boleh kurang, kata-nya, orang
Malayu semua-nya salah sebab di-tinggalkan-nya banyak huruf
yang tiga itu; seperti "jikalau" di-suroh-nya masokkan ya,
demikian maka seperti "dengan" di-suroh-nya buboh alif,.
demikian maka "melainkan" di-suroh-nya masokkan alif,.
demikian maka "mengetahui" "tinggal"
maka "kebajikan" maka "kejahatan" maka
"merdeheka" maka "taalok" maka "zina"
maka "kerja" dan sa-bagai-nya, maka tiada-lah dapat aku
hendak perikan dalam hikayat ini. Akan tetapi tiada di-ketahui-
nya kuasa dan hukum-nya huruf yang tiga itu dalam bahasa Arab,
ia'itu bernama huruf mad, erti-nya huruf panjang, menjadi-lah

dan dan Maka jikalau demikian segala per-


kataan bahasa Malayu itu hendak-lah di-pakai tanda itu karna
demikian-lah hukum-nya dalam hukum tajwid ada-nya. Dan
lagi pula, di-tempat yang patut di-hubong di-cheraikan-nya, dan
tempat yang patut bercherai di-hubongkan-nya; maka ada-lah
pada fikiran-ku bahwa sa-sunggoh-nya bukan-nya ia' ini hendak
belajar bahasa Malayu, melainkan hendak merosakkan. Maka di-
suroh-nya aku menulis demikian, maka tiada-lah aku mau, karna
bersalahan dengan pelajaran-ku dan paham-ku; di-suroh-nya
dengan keras berbuat demikian, maka jawab-ku, "Itu tidak betul,
tuan, sahaya ta'mau tulis; tuan chari-lah orang lain." Maka
makin-lah bertambah-tambah marah-nya, kata-nya, "Bagimana

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 105

man makan gaji kalau ta'mau buat apa sahaya suroh?" Maka
jawab-ku, "Tuan, sahaya makan gaji bukan-nya mau buat salah,
nanti di-belakang kelak orang lihat, pasti orang kata sahaya guru
bodoh, tiada mengerti satu pun; maka sebab itu-lah sahaya malu
nama sahaya menjadi burok. Tuan chari-lah orang lain." Maka
aku beri tabek lalu pulang.
Ada pun sa-peninggal aku pulang itu, pergi-lah ia memberi
tahu Tuan Milne, kata-nya, "Aku suroh Abdullah menulis, di-
tinggal-kan-nya; ia tiada mau." Maka apabila esok aku pergi
mengajar Tuan Milne, maka kata-nya, "Apa sebab tuan tiada mau
turut bagimana Tuan Thomsen suroh kelmarin? tuan tinggalkan
pekerjaan-nya." Maka apabila aku dengar perkataan Tuan Milne
itu sar rasa-nya hati-ku, sambil kata-ku, "Bagini lama sudah
sahaya mengajar tuan, ada-kah pernah jadi suatu perbantahan, atau
sahaya melalui barang perentah Tuan? karna Tuan Thomsen itu
mau jadi guru bahasa Malayu, lagi pun ia hen dak membuat adat
baharu, dia mau buangkan segala surat-surat Malayu, dan ia
hendak membuat mengeja jalan lain dengan pandai-nya sendiri."
Maka kata Tuan Milne, "Bukan sudah sahaya kata tuan sabar
sedikit." Maka jawab-ku, "Bagimana boleh sahaya turut? semua-
nya ia hendak ubahkan surat-surat Malayu : maka choba-lah tuan
sendiri pergi bandingkan tulisan sahaya itu dengan kitab kamus
itu, ada-kah bersalahan atau sama?" Maka pergi-lah Tuan Milne
ka-rumah Tuan Thomsen membandingkan surat itu, maka sa-
bentar lagi datang-lah Tuan Milne itu dengan tersennyum-
sennyum, maka kata-nya, "Ini surat ada sama, dia punya surat itu
ada bertambah-tambah, maka kata-nya, "Kitab kamus itu tiada
betul, dia turut adat Malayu mengeja salah."' Maka jawab-ku,
"Tuan Marsden itu termashhur pandai pada masa ini, maka itu-
lah ia membuat kitah kamus itu yang terpakai dalam segala
negeri Malayu, maka jikalau kitab itu dia kata salah, apa lagi
sahaya ini? tentu-lah salah; kalau bagitu biar-lah ia chari orang
j a n g pandai-pandai boleh menajar dia." Maka kata Tuan
Milne, "Biar-lah dia choba chari orang lain, nanti ia sendiri
berfikir kemudian." Hata maka dalam enam hari aku tiada
pergi, maka ada-lah empat lima orang pergi hendak menjadi guru
itu, maka sakalian merika'itu di-pereksa-nya dan di-unjokkan-nya
tulisan-ku itu, serta di-suroh-nya bacha ka-pada-nya, maka kata-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


106 Hikayat Abdullah.

nya, "Betul itu perkataan-nya dan ejaan-nya dan hubongan-nya?


Maka semua-nya orang itu mengatakan betul; kemudian di-unjok-
kan-nya pula perbuatan-nya itu, sakalian orang tiada tahu mem-
bacha, serta bertanya merika'itu sakalian, "Negeri mana punya
tulisan ini?" Maka kata-nya, "Ini-lah betul hurui'-nya; yang
tadi itu salah." Maka ada yang enam hari, ada yang sa-tengah
bulan, semua-nya guru-nya itu habis-lah keluar ada-nya.
Sa-bermula Tuan Paderi Milne itu telah mendapat-lah suatu
tanah serta rumah, ada pun arah-nya tanah itu dekat luar pintu
Terangkera. Sa-bermula ada pun asal-nya yang empunya tempat
itu shahbandar dahulu di-Malaka. yang bernama Mr. Alam, maka
sa-peninggal-nya di-beri-nya wakil kapada Tambi Ahmad Sab, ia-
itu sa'orang orang Keling yang terbilang di-Malaka; ia'itu-lah
tempat Anglo-Chinese College yang ada sekarang ini di-Malaka.
Ada pun Tuan Milne membuat bichara, di-beli-nya tanah Hujong
Pasir, maka di-tukarkan-nya dengan tanah yang tersebut itu
ada-nya. Ada pun lebar-nya tanah itu ada-lah kira-kira tiga
empat puloh depa, dan panjang-nya entah beberapa ribu depa,
aampai ka-sungai; akan tetapi rumah-nya itu sudah lama. Maka
pindah-lah Tuan Milne dari dalam kota ka-sana. Maka pada
masa itu anak-nya laki-laki kembar yang bernama William dan
Robert itu pun cherdek-lah, menjadi tiga dengan anak perempuan
yang bernama Celia itu. Shahadan bahwa aku pun berulang-lah
sa-hari-hari pergi mengajar dia itu. Maka ada pun anak laki-laki-
nya kedua itu terlalu-lah manja pada-ku, maka pada tiap-tiap hari
ku bawa ia ka-rumah-ku, dan barangkali ia makan minum di-
rumah-ku; dengan hal yang demikian menjadi kaseh-lah kedua-
nya itu akan daku, dan aku pun kaseh-lah akan dia ada-nya.
Ada pun isteri Tuan Milne itu sa'orang perempuan yang
baik, lagi pandai membawa hati orang, dan lagi berbudi, dan muka
manis, dan hati-nya murah kapada segala orang miskin; maka
ada-lah ia menaroh sa'orang perempuan China makan gaji men-
jahit pakaian-nya dan pakaian anak-anak-nya. Maka ka-pada
suatu hari datang-lah perempuan China itu ka-pada isteri Tuan
Milne, kata-nya, "Sa-malam anak sahaya di-rumah kena rasok
puntianak dan polong, hampir mati." Maka isteri Tuan Milne
itu tiada mengerti akan perkataan "puntianak" dan "polong"
itu, maka beberapa jenis di-nyatakan oleh perempuan China itu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayai Abdullah. 107

dengan tangan-nya dan mulut-nya, tiada juga ia mengerti; maka


lalu datang-lah kedua-nya itu ka-dalam bilek tempat aku menulis,
kata-nya, "Apa erti-nya puutianak dan polong?" Maka tertawa-
lah aku, serta ku ertikan-lah ka-pada Tuan Milne dengan terang-
nya akan segala nama-nya bantu shaitan yang di-perchaya oleh
orang China dan Malayu yang bodoh lagi sia-sia, ia'itu turun-
temurun dari-pada nenek-moyang dahulu kala, tinggal lagi sampai
sekarang; entah beberapa banyak perkara-nya itu tiada-lah dapat
aku bilangkan dan aku uraikan erti-nya, melainkan dengan
rengkas-nya sahaja aku sebutkan, ia'itu: hantu shaitan. polong,
puntianak, penanggalan, jin, pelesit, mambang, hantu pemburu,
hantu rimba, jadi-jadian, hantu bungkus, bota, gergasi, raksaksa,
nenek kebanyan, hembasan, sawan, hantu mati di-bunoh, bajang,
keteguran, sampokkan, pupokkan, afrit, jembalang, terkena ubat
guna; dan lagi ada pula beberapa banyak ilmu-ilmu yang tiada
aku teringat, ia'itu seperti gagah, dan penundok, pengaseh, kebal,
kesaktian, tuju, alimum, dan penderas, perapoh, chucha, pelalai,
perangsang, dan sa-bagai-nya; entah ada beberapa banyak lagi.
Maka sakalian yang tersebut ini di-perchaya orang, ada dengan
guru-nya tempat belajar, dan ada pula tukang ubat-nya yang tahu
ini jenis penyakit-nya, ini jenis ubat-nya; maka ada pun sakalian
itu yang boleh mengadakan sa-suatu bahaya di-atas manusia.
Maka apabila di-dengar oleh Tuan Milne itu, maka hairan-lah
ia terehengang, serta kata-nya, "Tuan tahu chetera-nya sakalian
itu?" Maka jawab-ku, "Tuan, semua perkara ini jikalau sahaya
ertikan boleh padi satu kitab besar; ada pun isi-nya kitab
itu semua-nya perkara bodoh dan sia-sia belaka yang tiada ber-
faedah, lagi pun orang yang berakal tiada suka menengar, di-
tertawakan-nya sahaja." Maka kata-nya, "Baik-lah, tuan choba
cheterakan dari-hal penanggalan itu sahaja, sahaya man dengar;
boleh sahaya tuliskan dalam bahasa Inggeris, supaya boleh orang-
orang puteh tahu bagimana bodoh orang yang perchaya akan
perkara demikian itu." Kemudian maka ku tuliskan-lah satu
rupa perempuan, kepala-nya sahaja sampai leher-nya, dengan
perut-nya berjela-jela. Maka di-suroh oleh Tuan Milne potong
ka-pada orang China akan gambar itu di-papan, serta dengan
cherita-nya di-masokkan ka-dalam kitab "Anglo-Chinese Glean-
er" nama-nya. Maka kata-ku, "Tuan dengar-lah hikayat

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


108 Hikayat Abdullah.

penanggalan itu: maka ada-lah ia'itu perempuan asal-nya, maka


ia'itu memakai ilmu shaitan yang di-perchaya-nya, serta di-amal-
kan-nya akan dia pada siang malam; hingga sampai-lah ka-pada
waktu perjanjian-nya ka-pada guru-nya yang boleh ia terbang itu,
maka tanggal-lah leher-nya itu bergantong, dengan perut-nya
keluar berjela-jela, maka tuboh-nya itu tinggal-lah di-tempat-
nya; maka barang di-mana orang yang hendak di-aniayakan-nya
itu, terbang-lah kepala-nya itu serta perut-nya, pergi menghisap
-darah orang itu; maka orang yang kena hisap-nya itu pun mati-
lah. Bermula ada pun darab dan ayer bertitek-titek dari-
pada perut-nya itu, jikalau kena ka-pada orang, mendatangkan
penyakit terlalu jabat, sa-hingga pechah-pechah tuboh-nya. Ada
pun penanggalan itu di-suka'i-nya meminum darah-darah orang
beranak, maka dari sebab itu-lah adat-nya jikalau ada orang
beranak di-rumah-rumah, maka di-gantongkan-nya daun jeruju
di-pintu dan jenela rumah itu, atau di-buboh duri-duri di-tempat
darah itu, sebab takut di-hisap oleh penanggalan akan darah itu,
karna penanggalan itu konon takut akan duri-duri itu, barangkali
tersangkut perut-nya. Kama ada cherita-nya, datang penanggalan
ka-rumah sa'orang pada tengah malam hendak menghisap darah
orang itu, maka tersangkut perut-nya di-duri dekat pagar orang
itu, maka tertinggal-lah ia sampai siang hari; sa-telah di-lihat
orang akan dia, lalu di-bunoh-nya akan dia. Shahadan ada
pun di-rumah orang yang menjadi penanggalan itu ada-lah ia
menaroh chuka dalam barang tempat atau tempayan, karna
ia'itu guna-nya merendamkan perut-nya itu kadalam chuka
itu, sebab apabila keluar perut-nya itu daripada badan-nya
maka bengkak-lah ia, tiada dapat masok kembali; sa-telah
sudah di-rendam-nya dalam chuka itu, maka kechut-lah
perut-nya itu, baharu-lah boleh masok. Dan lagi kebanyak-
kan ada orang melihat penanggalan itu terbang dengan perut-
nya berjela-jela, maka berchahaya-chahaya perut-nya itu pada
malam seperti kelip-kelip. Maka demikian-lah hiyakat pe-
nanggalan itu yang ku dengar chetera-nya dari-pada orang tua-
tua, tetapi sakali-kali aku tiada perchaya akan dia; di-jauhkan
Allah.
"Ada pun polong itu konon asal-nya di-ambil-nya darah
orang mati di-bunoh, di-masokkan-nya ka-dalam suatu buli-buli

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 109

serta di-puji-nya, di-bachakan-nya entah apa-apa, seperti yang di-


pelajari-nya; maka kata sa-tengah orang sampai tujoh hari di-puji-
nya. dan kata sa-tengah orang dua kali tujoh hari, sa-hingga ber-
bunyi-lah dalam buli-buli itu seperti bunyi anak-anak burong, maka
kemudian orang itu di-potong-nya jari-nya, maka di-masokkan
ka-dalam buli-buli, maka di-hisap-lah oleh polong. Ada pun
orang yang memeliharakan dia itu-lah bapa-nya, maka kalau
perempuan yang memeliharakan dia itu, ia'itu-lah mak-nya..
Maka pada tiap-tiap hari di-beri-nya darah-nya itu di-hisap-nya..
ada pun guna-nya di-perbuat-nya itu oleh sebab ia mendapat
faedah, ia'itu barangkali ia ada marah akan sa-sa'orang, maka di-
surohkan-nya polong itu pergi merasok orang itu, erti-nya me-
nyakiti akan dia; atau kalau orang lain ada sakit hati ka-pada
sa'orang lain, maka pergi-lah ia diam-diam ka-pada orang yang
memeliharakan polong itu memberi sa-kian sa-kian banyak
wang di-surohkan-nya lepaskan polong itu ka-pada orang yang^
tempat ia sakit hati itu, maka itu-lah guna-nya. Shahadan ada
pun orang yang di-rasok polong itu, jikalau anak dara atau bini
orang atau laki-laki, berteriak-teriak-lah ia dengan tiada sedarkan
diri-nya, serta mengoyakkan dan membuangkan pakaian-nya,
dengan menggigit dan memukul orang buta tuli, dan yang ada
dengan berbagai-bagai kelakuan-nya; maka di-panggilkan-lah
orang yang pandai-pandai mengubati itu, maka datang-lah orang
itu, ada yang di-bachakan-nya kepala-nya, ada yang di-pichit-nya
ibu-jari-nya, di-buboh-nya ubat, maka apabila satuju ubat-nya itu,
maka berteriak-lah orang yang sakit itu, kata-nya, 'Lepaskan aku,
aku hendak pulang,' maka jawab tukang ubat itu, 'Tiada aku
mau lepaskan engkau pergi, kalau tidak engkau beri tahu siapa
menyurohkan engkau datang ka-mari, dan apa sebab-nya engkau
datang, dan siapa mak-mu, dan siapa bapa-mu;' maka terkadang
diam-lah ia, tiada mau mengaku dan mengatakan ibu-bapa-nya
itu, maka terkadang ia mengaku, kata-nya, 'Lepaskan-lah aku;
bapa-ku si-anu nama-nya, di-kampong anu ia tinggal; dan mak-
ku si-anu nama-nya; ada pun sebab aku datang ini, karna si-anu
datang ka-pada ibu-bapa-ku meminta tolong, maka di-beri-nya
wang sa-kian sa-kian sebab ia sakit hati ka-pada orang ini; atau
barang suatu sebab di-katakan-nya-lah. Maka terkadang di-buat-
nya bohong, yang bukan-bukan orang di-katakan-nya sebab hendak

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


110 Hikayat Abdullah.

di-sembunyikan-nya nama ibu-bapa-nya. Maka sa-telah sudah di-


ketahui orang akan orang yang menyurohkan itu, dan sebab-
sebab-nya, maka di-lepaskan ia pergi: maka dengan sa-ketika itu
juga orang yang sakit itu pun sedar-lah, pulang sa-mula, akan
tetapi-nya ia gadoh sakit, dan let eh tuboh-nya. Dan yang ada
pula, apabila polong itu mengena'i orang, tiada man ia mengaku,
melainkan orang yang kena itu betteriak-teriak sakit-hati-nya,
maka sa-hari dua demikian itu, lalu mati. Maka apabila ia mati,
keluar-lah darah berkopah-kopah dari mulut-nya, maka segala
badan-nya pun biru lebam ada-nya." Kalakian jawab Tuan Milne,
"Ada pun akan chetera penanggalan ini, nanti sabaya salinkan
dalam bahasa Inggeris, kemudian boleh sahaya masokkan dalam
Gleaner." Sambil kata-nya, dengan tertawa. "Terlalu bodoh-nya
sakali orang yang perchaya akan segala perkara itu."
Shahadan ada-lah kebanyakkan bangsa orang yang di-sa-belah
sini yang perchaya berbagai-bagai jenis perkara yang bukan-bukan,
dan lagi beberapa pula wang merika'itu habis, sebab memberi upah
-sikan orang yang berbuat segala perkara bohong dan sia-sia itu;
masing-masing dengan kebendak-nya. ada yang berkehendak biar
dia di-kasehi orang: ada pula orang yang berkehendak supaya di-
turut orang barang kata-nya; dan ada pula orang yang ber-
kehendak akan perempuan, dan ada yang hendak membunoh
musoh-nya, dan sa-bagai-nya. Maka dahulu aku pun perchaya
akan sakalian itu, serta takut, sebab dari-pada kechil-ku telah me-
nengar akan perkara itu, serta orang-orang membuat takut.
Datang-nya sakalian itu dari-pada orang tua-tua. Akan tetapi
semen jak aku telah mendapat pelajaran dan akal sedikit-sedikit,
serta membacha kitab-kitab, tambahan pula telah berchampur-
champur dengan orang yang berakal, ia'itu orang puteh, maka
bahwa-sanya ku ketahui-lah sakalian itu bohong, lagi pun penipu
yang besar ada-nya.
Nasihat. Ada-lah dalam fikiran-ku orang yang bodoh lagi
tiada berilmu ini, bahwa sa-kali-kali tiada patut orang perchaya,
seperti polong dan penanggalan dan segala perkara yang tersebut
itu, karna asal-nya pekerjaan itu semua-nya terbit dari-pada hati
orang yang tiada beriman ka-pada Allah dan rasul, dan lagi tiada
pula mengetahui jalan Allah taala, maka ia'itu-lah sahaja yang
berkuasa atas tiap-tiap sa-suatu yang boleh mengadakan baik dan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayal Abdullah. 111

jahat. Maka kita perchaya ada pula yang lain yang boleh men-
datangkan sa-suatu, neschaya ada-lah pula yang lain dari-pada
A l l a h ; maka sakalian itu bohong lagi dusta ada-nya. Maka sebab
itu-lah orang yang demikian itu meraba ka-sana ka-mari, perchaya
itu, perchaya i n i ; seperti orang buta kehilangan tongkat ada-nya.
K a m a ada-lah telah boberapa lama-nya sudah ku choba boberapa
kali, sorta ku belanjakan sedikit banyak wang-ku, dan ku usahakan
diri-ku, sebab meuchari kebenaran ilmu-ilmu yang tersebut itu,
na-hingga aku berjinak-jinakkan ka-pada ahli-ahli pekerjaan itu,
bahwa demi Allah tiada-lah sakali-kali aku dapati dengan sa-
benar-nya dan kenyataan ilmu itu. supaya menjadi akan tempat
tersangkut perchaya-ku, melainku terkadang dalam sa-ribu, satu
yang m e n j a d i ; maka sunggoh pun ia'itu menjadi, tetapi bukan-
nya dari-pada kuasa shaitan-shaitan itu. molainkan sebab yakin
dan porchay a hati orang yang meminta itu maka di-lorongkan
Allah kehendak-nya. Maka ada-lah sa-sunggoh-nya yang ku dapati
pekerjaan itu sama ada-nya seperti orang yang menyembah ber-
hala, maka dengan sa-benar-benar-nya kita ketahui berhala itu
t a n a h dan batu, atau kayu. mas. atau perak. yang tiada berkuasa
mengadakan baik atau jahat atas manusia : maka oleh sebab
yakin dan perchaya orang yang menyembah akan dia itu, di-
lorongkan Allah kehendak-nya : maka pada sangka orang bebal itu
berhala itu-lah menjadikan itu. Demikian-lah ada-nya segala
hantu shaitan yang tersebut itu p u n hal-nya, ku dapati dalam-nya
bohong dan tipu dan perdaya dan silap mata, maka sebab itu-lah
berani aku ber sumpah menyebut nama Allah, mengatakan,
"Bukan-nya benar, hanya sa-mata-mata kejahatan dalam-nya dunia
akhirat." Maka ada pun orang yang perchaya, dan orang yang
berbuat, dan orang yang membenarkan pekerjaan itu sama h u k u m -
nya menduakan A l l a h ; karna sakali-kali tiada yang lain dari-pada
Allah yang boleh memberi baik atau jahat, dan yang mematikan
dan menghidupkan, dan yang mendatangkan sa-suatu bahaya atau
kesukaan di-atas hamba-nya; maka jikalau kira-nya ada yang lain
Jagi berkuasa dari-pada-nya, neschaya dengan sa-ketika juga binasa-
lah dunia ini dengan isi-isi-nya.
Sa-bermula maka kembali-lah pula aku mencheterakan dari-
hal T u a n Milne itu. Maka ada-lah sedikit hari kemudian dari-
pada ia berpindah ka-rumah baharu itu, maka T u a n Thomsen p u n

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


112 Hikayat Abdullah.

pindah-lah pula datang kasana; tetapi sa'orang pun tiada guru-


nya itu, sebab sa'orang pun tiada berani dekat dengan dia, sudah
di-ketahui orang akan tabiat-nya. Maka datang-lah ia ka-pada
Tuan Milne meminta akan-daku supaya mengajar akan dia. Maka
tatkala Tuan Thomsen itu turun dari loteng, maka bertemu-lah
dengan aku di-tangga, maka ia memberi tabek; dengan segera-nya
ku sahut tabek-nya itu, maka kata-nya, "Tuan marah sama
sahaya." Maka jawab-ku, "Tidak tuan; tuan ada baik?"
Kata-nya, "Ada baik." Maka sa-telah aku bertemu dengan Tuan
Milne, maka kata-nya, "Tuan Thomsen baharu juga turun dari
sini, ia meminta sama sahaya tuan mengajar akan dia pula?"
Maka jawab-ku, "Tuan, sudah-kah habis orang yang pandai-
pandai dalam negeri ini di-panggil-nya? sekarang mengapa pula
di-panggil-nya sahaya? maka minta ampun banyak-banyak ka-
pada tuan, sahaya terlalu takut, menjadi perbantahan pada tiap-
tiap hari." Maka jawab Tuan Milne, "Sahara sudah kata sama
dia bagitu, tetapi kata-nya, sekarang dia sudah mengerti salah-
nya, dia mau turut bagimana tuan kata." Lalu jawab-ku, "Tuan r
janji-lah sama dia baik-baik, janjan dia mau jadi hakim atas
bahasa sahaya, melainkan yang mana sahaya ajar, biar-lah dia
turut; kalau sahaya ajar salah, apa hukum sahaya terima." Maka
segala perkataan-ku itu semua-nya di-tuliskan oleh Tuan Milne
dalam surat, kata-nya, "Tuan bawa surat ini ka-pada Tuan
Thomsen dalam bilek-nya." Maka ku bawa-lah surat itu ka-
pada Tuan Thomsen; serta di-bacha-nya surat itu, lalu kata-nya,
"Tuan ajar-lah sa-mula sama sahaya, sahaya boleh turut yang
mana tuan fikir betul." Maka jawab-ku, "Baik-lah, asal jangan
tuan buat gadoh sama sahaya lagi seperti dahulu itu; sahaya
ta'kuasa." Maka jawab-nya, "Baik-lah."
Shahadan maka pada hari itu juga aku memula'i pula meng-
ajar akan Tuan Thomsen itu, hingga sampai beberapa lama-nya,
ada-lah kira-kira enam tujoh tahun lama-nya. Maka ku lihat
telah berubah-lah tabiat-nya yang dahulu itu terlalu banyak; akan
tetapi sunggoh pun berubah itu; terlalu lambat ia mengerti jalan
bahasa Malayu; dan lagi bunyi asal-nya itu ada-lah juga tinggal
lagi sedikit-sedikit. Maka ada-lah tabiat-nya itu barang suatu
yang hendak di-salinkan-nya bahasa Inggeris itu ka-pada bahasa
Malayu, maka. di-turut-nya juga jalan bahasa Inggeris, me-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 113

lainkan sa-kadar di-tukar-nya sahaja bahasa Inggeris menjadi


bahasa Malayu, maka terlalu-lah changgong pekerjaan yang
demikian itu dalam bahasa Malayu. Maka dalam hal itu pun
beberapa kali aku berbantah-bantah dengan dia oleh sebab me-
negahkan pekerjaan itu, maka tiada juga di-dapati-nya jalan itu;
maka itu-lah sahaja pekerjaan-ku sa-hari-hari menyalin dari-pada
bahasa Inggeris ka-pada bahasa Malayu, dan Malayu ka-pada
bahasa Inggeris, dan membaiki barang kesalahan Tuan Thomsen
itu dari-pada petuturan-nya baik dari-pada karangan-nya. Maka
sa-telah di-lihat-nya terlalu banyak salah karangan-nya itu, maka
di-katakan-nya erti-nya sahaja ka-pacla-ku, maka aku-lah me-
ngarangkan dalam bahasa Malayu.
Hata maka suatu hari kata-nya, "Tuan choba kampongkan
perkataan-perkataan bahasa Malayu, boleh sahaya beri perkataan
Inggeris, boleh kita buat satu kitab bahasa Malayu dan Inggeris,
supaya boleh menjadi kesenangan ka-pada Inggeris yang hendak
belajar Malayu, dan Malayu hendak belajar Inggeris." Maka
jawab-ku, ''Baik-lah, tuan;" lalu ku usahakan-lah menchari per-
kataan itu serta mengaturkan dia berfasal-fasal, ia'itu langit, bumi,
bulan, matahari, dan sa-bagai-nya, sa-hingga ada-lah kira-kira sa-
bulan lama-nya telah dapat-lah segala perkataan itu, ada-lah kira-
kira dua-ribu perkataan, masing-masing dengan kepala-nya dan
fasal-nya, maka ku unjokkan ka-pada-nya; suka-lah ia sangat,
kata-nya, ''Ini-lah kehendak sahaya;" lalu di-buboh-nya bahasa
Inggeris-nya. Ada pun sebab-nya aku usahakan diri-ku membuat
kitab yang demikian itu, karna aku hendak mengetahui bahasa
Inggeris-nya. Maka di-nama'i kitab itu dengan bahasa Inggeris
Vocabulary. Bermula ada pun kitab yang tersebut itu tulisan
tangan juga, belum lagi di-buboh chap, sebab pada masa itu belum
lagi datang huruf chap di-Malaka; aku melihat bagimana rupa-nya
pun belum.
Kalakian maka ada-lah sedikit hari, apabila Tuan Milne sudah
pindah ka-rumah itu, maka datang-lah Tuan Doctor Morrison ka-
Malaka; ia tinggal bersama-sama dengan Tuan Milne. Ada pun
pekerjaan Tuan Morrison itu, siang malam tiada bercherai dari-
pada belajar bahasa China dan menulis China; ia menulis itu pun
dengan kalam China juga. Maka ada-lah pada fikiran-ku dalam
zaman itu belum-lah ada sa'orang pun orang puteh yang terlebeh

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Ill Hikayat Abdullah.

pandai bahasa dan surat China dari-pada Tuan Morrison. Maka


Tuan Milne it a pun belajar dari-pada-nya. Maka salah-nya se-
dikit, ia memakai chara Inggeris sahaja, maka jikalau ia memakai
chara China, maka sa'orang pun tiada mengenal ia orang puteh ada-
nya; ada pun sebab aku berkata demikian itu, oleh sebab kelakuan-
nya dan petuturan-nya dan tengkah Jaku-nya dan segala perkakas
rumah-nya semua-nya seperti orang China ada-nya. Maka hairan-
lah aku sebab melihatkan hal manusia ini. barang apa yang di-
biasakan-nya itu-lah yang di-peroleh-nya; maka dari sebab hal
yang demikian-lah sa-yugia-nya bagi orang yang bijaLsana itu
membiasakan diri-nya dalam segala perkara yang baik, nesohaya
di-dapat-nya-lah kebajikan, mudah-mudahan tetap ia dalam-nya.
Bermuda ada pun sifat-nya Tuan Morrison itu ku lihat orang
yang berbudi, lagi pun terlalu pandai menghambat hati manusia;
apabila ia berkata-kata itu dengan lemah-lembut-ma, dan lagi
banyak nasihat keluar dari-pada-nya. Maka dari-pada-nya-lah
banyak aku mendapat pelajaran dalam bahasa Inggeris, dan adat
menyalin dari-pada suatu bahasa ka-pada bahasa lain; maka ka-
pada-nya-lah aku belajar Injil Matins itu dalam bahasa Inggeris
sorta dengan tafsir-nya : ia mengatakan ka-pada-kn asal-nya Injil
itu dalam bahasa Ibrani, kemudian beberapa lama-nya baharu di-
salin ka-pada bahasa Inggeris, banyak erti-nya yang kurang dalam
bahasa Inggeris, karna bahasa Inggeris itu terlebeh miskin erti-nya
dari-pada bahasa Ibrani itu; maka sebab itu-lah kata-nya, barang
siapa yang hendak menyalin kitab itu dalam sa-barang bahasa, hen-
dak-lah ia mengetahui bahasa asal-nya itu, jikalau tidak, neschaya
banyak-lah susah-nya dan perbantahan-nya ka-pada guru-guru
bahasa itu. Shahadan lagi kebanyakkan pula perkataan Inggeris
yang pelek-pelek itu ada dalam kitab-kitab di-beri erti-nya
ka-pada-ku.
Ada-pun sa-telah sedikit hari kemudian dari-pada itu, datang-
lah pula sa'orang paderi yang lain, nama-nya Tuan Slater, ia'itu
puteh rambut-nya dan mata-nya; kemudian datang-lah pula paderi
lain, nama-nya Tuan Ince, maka ia'itu sa-orang orang muda, lagi
dengan baik paras-nya, dan kepandaian-nya pun banyak. Maka
ia'itu-lah membawa suatu jenis pekerjaan yang di-perbuat oleh
orang pandai dari Eropah, maka ada-lah perkakas-nya itu terlalu
banyak; maka ada roda kacha, maka di-buboh-nya ubat-nya di-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 115

roda itu, kemudian di-putar-nya deras-deras, ada, pun tatkala di-


putar-nya itu, jikalau kita kenakan tangan kita, keluar-lah api
bersemburan dari tangan kita. Maka ada pula di-beri-nya dua
rantai tembaga melekat di-roda itu, maka oleh tuan itu di-suroh-
nya aku berdua dengan guru China yang bernama Li Sin Sing
memegang rantai tembaga itu, akan hal-nya tiada kami ketahui
apa-kah kesudahan-nya, pada sangka-ku ia meminta tolong sahaja,
Maka sa-bentar lagi sa-kunyong-kunyong terperanjat-lah aku,
rasa-nya seperti hilang arwah-ku, serta dengan ketakutan, sa-
hingga terdudok-lah aku oleh sebab lemah rasa-nya segala anggota-
ku, serta dengan taajub-ku yang besar, bahwa ku sangkakan diri-
ku sudah mati. Maka jikalau kira-nya ku ketahui demikian peri-
nya, di-upah-nya aku sa-ratus ringgit pun tiada-lah aku mau
memegang rantai itu ada-nya. Maka ada pun guru China itu
jangan di-kata lagi, hampir-harapir pengsan, tiada boleh berkata-
kata, serta puchat muka-nya seperti muka mayat. Maka Tuan
Milne dan Tuan Inee itu pun tertawa-lah gelak-gelak sebab me-
lihatkau hal kami kedua itu, maka kata-nya, "Jangan takut, tuan,
tiada mengapa; ini satu jenis ubat juga." Ada pun nama kuasa
pesawat itu dalain bahasa Inggeris electricity.
Shahadan lagi maka Tuan Inee itu-lah juga yang membawa
batu keehil-keehil puteh warna-nya. besar-nya seperti ibu pasir,
maka di-masak-nya batu itu dengan api yang keras hembusan-nya,
maka hanchur-lah. menjadi seperti kanji: kemudian di-tuang-nya
bagimana kehendak-nya menjadi kacha atau gelas ada-nya. Dan
lagi ada-lah pekerjaan Tuan Inee itu. di-surohkan oleh Tuan Milne
menjadi guru mengajar budak-budak bertutur dan membacha dan
menu!is bahasa Inggeris, maka ka-pada tuan itu-lah aku membacha
nahu bahasa Inggeris.
Arakian maka sedikit hari lagi datang-lah Tuan Medhurst,
serta membawa isteri-nya. dan sa'orang anak tiri-nya laki-laki,
yang bernama George. Ada pun isteri-nya itu bukan-nya anak
Kropah, ia'itu peranakkan Inggeris di-tanah Benggala atau di-
tanah Keling. karna ku ketahui yang demikian itu sebab ia pandai
bahasa Tamil; maka ada-lah pada pemandangan-ku jikalau tiada
salah rasa-nya, isteri-nya itu tua dari-pada suami-nya. Bermula
ada pun kelakuan Tuan Medhurst terlalu sangat rajin mengusaha-
kan diri-nya dalam pelajaran, dan lagi ia'itu tukang dalam

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


116 Hikayat Abdullah.

pekerjaan chap dan sa-bagai-nya. Maka bermula-mula ia datang


ka-Malaka itu di-surolikan oleh Tuan Milne akan daku mengajar
akan dia bahasa Malayu dan membacha, maka tiada berapa lama-
nya ia beiajar itu, maka boleh-lah ia membacha dan bertutur
sedikit-sedikit; maka dalam hal yang demikian, maka ia pun
memula'i pula belajar bahasa China. Maka ku lihat ia'itu terialu
terang hati dan rengan kepala-nya, maka barang apa yang di-
pelajari-nya itu, lekas sahaja dapat. Maka kemudian dari-pada
itu datang-lah Tuan Beighton ka-Malaka, maka ia'itu pun di-
surohkan Tuan Milne ajarkan bahasa Malayu; maka sa-telah ia
beiajar dalam sedikit hari, maka kemudian ia pun belayar-lah ka-
Pulau Pinang. Kalakian dalam bulan itu-lah juga datang-lah
perkakasan chap, dan apitan-nya, dan tukang chap-nya; ada pun
kepala-nya itu bernama Tuan Huttman, dan enam orang Benggali
l)ersama-sama yang bekerja chap itu; ada pun nama tukang yang
mengarang huruf itu sa'orang ada sa-tengah umur nama-nya Ad-
dington, dan sa'orang orang mud a nama-nya Waugh . Maka huruf
Malayu pun ada-lah bersama-sama datang, maka ada-lah sa'umur-
ku hid up baharu-lah aku melihat rupa huruf chap, dan perkakas-
nya, dan apitan-nya; maka apabila aku melihat itu, maka dengan
sa-besar-besar hairan-lah dalam hati-ku sebab melihatkan bagi-
mana-kah hikmat dan kepandian manusia mengadakan segala
perkara itu dengan betul-nya; serta aku menuju Allah, serta
berkata, "Yang di-jadikan lagi sa-kian pandai-nya, betapa-kah
lagi yang menjadikan?"
Shahadan maka apabila sampai peti huruf itu, maka di-
surohkan oleh Tuan Milne akan aku memileh akan segala huruf
itu, masing-masing di-lain-lainkan; kemudian di-suroh-nya mem-
buatkan macham, bagimana rupa hendak membuat kotak-kotak
tempat huruf itu; maka sa-pandai-pandai-ku ku tuliskan-lah ma-
cham-nya ka-pada tukang China. Sa-telah itu, maka pada mula-
mula-nya Tuan Medhurst-lah mengajar akan daku bagimana
mengaturkan huruf itu, dan bagimana memegang tempat mengatur
huruf itu, dan bagimana mengaturkan di-atas batu, supaya sudah
di-chapkan boleh di-lipat kertas itu dengan tiada bersalahan
menjadi betul, habis satu satu. Maka ada-lah tiga empat bulan
lama-nya aku beiajar akan segala pekerjaan itu, maka boleh-lah
aku membuat sendiri-ku dengan tiada di-tolong-nya lagi; maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 117

makin lama makin-lah aku mengerti akan segala rahsia pekerjaan


itu, baik dari-pada silap apitan-nya itu, atau dari-pada silap
mengatur huruf, atau dari-pada silap banyak sedikit dawat.
Bermula ada pun yang pertama-tama di-suroh chap oleh Tuan
Milne dalam bahasa Malayu, ia'itu sa-puloh hukum yang di-beri
Allah ka-pada nabi Allah Musa di-atas bukit Tur Sina itu; maka
sa-telah sudah habis, kemudian di-chapkan perkataan l)asasa
Malayu dan bahasa Inggeris yang dua-ribu itu, yang bernama
Vocabulary itu; sa-telah itu pun sudah, maka kata Tuan Thomsen,
"Man kita choba jadikan kitab ilmu kira-kira dalam bahasa
Inggeris itu, kita jadikan bahasa Malayu, supaya boleh senang
budak belajar dalam tempat belajar." Maka jawab-ku, "Baik-
lah, tuan; karna dalam bahasa Malayu tiada kitab ilmu kira-kira,
sahaya suka kalau boleh jadi." Hata maka pada hari itu juga
aku memula'i menyalinkan kitab yang bernama Arithmetic itu
ka-pada bahasa Malayu; maka ada-lah pekerjaan-ku itu berselang-
selang hari, pada sa-hari pergi menyalinkan ka-pada bahasa
Malayu, dan sa-hari pergi mengarangkan dia dalam tempat chap;
maka dengan hal yang demikian kitab itu pun habis-lah, akan
tetapi angka-nya tiada chukup, sebab terlalu banyak di-pakai
angka Inggeris. Kemudian di-ajarkan oleh Tuan Thomsen akan
daku bagimana membuat huruf itu atau angka-nya: maka bagi-
mana rupa yang kita kehendaki, maka di-kikir-lah baja itu;
sa-telah jadi-lah yang seperti kita kehendaki itu, kemudian baharu-
lah di-sepoh; sa-telah sudah maka di-pukulkan ka-pada tembaga
itu, kemudian tembaga itu-lah di-masokkan ka-dalam tempat
menuang timah itu, di-tuang-lah sa-berapa banyak yang kita ke-
hendaki, kemudian di-potong pula kaki huruf itu dengan perkakas-
nya supaya rata, jangan tinggi rendah. Sa-bermula ada pun
timah yang di-perbuat huruf itu bukan-nya timah kebanyakkan,
ia'itu timah sari, lagi ada berchampur dengan ubat-ubat yang
supaya repoh. Maka ada-lah segala pekerjaan yang tersebut itu,
dengan kasehan Allah dapat-lah ku perbuat sendiri-ku; maka ada
pun segala angka dan huruf yang man a kurang pada masa itu,
aku-lah membuat ada-nya. Maka kemudian dari-pada itu banyak-
lah kitab-kitab yang di-chapkan dengan huruf Malayu, ia'itu suatu
kitab petuturan ka-pada dhobi dan tukang sepatu dan sa-bagai-nya,
Inggeris dengan Malayu; dan lagi kitab "Bustan Arifin" nama-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


118 Hikayat Abdullah.

nya, dalam bahasa Inggeris Magazine; dan lagi ada-lah beberapa


kitab-kitab yang lain yang berguna ka-pada kanak-kanak dalam
tempat belajar, dan kitab hikayat-hikayat dari-pada bahasa Ing-
geris di-pindahkan ka-pada bahasa Malayu; maka tiada-lah ku
sebutkan nama-nama kitab itu, karna melanjutkan pekerjaan ada-
nya. Maka pada masa itu penoh-lah kedua belah tangan-ku dengan
pekerjaan, mana hendak mengajar tuan-tuan itu bahasa Malayu,
dan mana hendak membuat huruf timah itu, dan mana hen dak
mengaturkan huruf. Maka ku pinta-lah ka-pada Tuan Thomsen
sa'orang lagi yang boleh sahaya ajarkan dia pekerjaan ini, karna
Sahara sa'orang tiada sempat; maka jawab-nya. "Baik-lah, tuan
ajarkan-lah ka-pada sa'orang budak Nasarani, nama-nya Michael."
Maka ku ajarkan-lah akan dia dengan beberapa susah-nya, sebab
kepala-nya berat, lagi pun ia tiada mengenal huruf; maka sa-telah
enam tujoh bulan lama-nya, maka mengerti-lah ia sedikit-seuikit,
maka jadi-lah talian-tahan larat ia mengatur itu, maka dengan
susah-nya melihat ghalat-nya.
Hata maka dengan hal yang demikian Tuan Milne pun men-
dapat perentah dari-pada kongsi-nya menyuroh membuat rumah
College yang ada sekarang ini di-Malaka. Ada pun rumah itu
hendak di-perbuat dengan beberapa susah, karna kampong itu
sakalian penoh dengan pohon kelapa, maka sakalian itu di-tebang,
ada beberapa ratus pohon; maka tukang yang bekerja pun bukan-
nya sedikit. Maka kebanyakkan kayu membau di-pakai di-situ.
Maka sa-telah lengkap-lah segala perkaka.s-nya sakalian, maka pada
suatu pagi hari, ada pukul enam, maka di-jemputkan oleh Tuan
Milne segala orang besar di-Malaka dan orang-orang puteh semua-
nya, ada lima enam-puloh orang, maka sakalian-nya pun ber-
kampong-lah; masing-masing tuan-tuan itu membunoh ringgit di-
bawah pintu itu, ada suatu batu berlobang, ada kira-kira tujoh
delapan-puloh ringgit; maka semua-nya tuan-tuan itu mendiri-
kan pintu itu, maka datang-lah Tuan Milne menampar pintu itu
di-teriak-nya nama rumah itu Anglo-Chinese College, maka itu-lah
nama-nya rumah itu sa-lama-lama-nya. Maka sa-telah itu maka
masing-masing pun kembali-lah. Maka ada-lah kira-kira sa-tahun
lebeh membaiki rumah itu, entah beberapa puloh ribu ringgit yang
habis, maka Tuan Milne pun pindah-lah ka-rumah itu dari rumah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 119

lama; sa-telah itu rumah lama itu pun di-robohkan-lah, serta di-
ratakan menjadi halaman rumah baharu itu.
Shahadan ka-pada zamau Itu terlalu-lah ramai-nya anak-anak
China dan Nasarani dan Malayu belajar dalain College itu, maka
ada-lah juga kira-kira sampai sa-puloh kanak-kanak yang telah
menjadi pandai membacha dan menulis bahasa Inggeris. Maka
baharu-lah pada masa itu di-Malaka kebanyakkau orang yang tahu
bertutur bahasa Inggeris. Ada pun segahi peranakkan Holanda
yang dalam Malaka pun semua-nya nienukar-lah adat-adat-nya
dan bahasa-nya, baik dari-pada pakaian-nya atau bahasa-nya, baik
dari-pada laki-laki dan perempuau-nya sakalian-nya menu rut adat
Inggeris ada-nya.
Bermula maka ada-lah telah berpuloh-puloh kali aku ini di-
surohkan oleh tuan-tuau itu memanggil dan menchari anak-anak
Malayu, supaya boleh ia belajar dan mengetahui membacha dan
menu lis, baik bahasa Malayu baik bahasa Inggeris, maka oleh
sebab bodoh-nya dan sangka merika'itu nanti di-masokkan
Inggeris, tiada-lah ia mau datang, karna fikiran merika'itu,
dengan kekerasan nanti di-tangkap di-masokkan inggeris; maka
beberapa kali sudah aku ingatkan akan merika'itu. serta memberi
tahu akan merika'itu, "Bahwa sakali-kali tiada Inggeris itu hendak
memasokkan sa-sa'orang ka-dalam agama-nya kalau yang empunya
diri tiada suka; melainkan supaya kamu boleh belajar dan menge-
tahui bahasa kamu dan bahasa Inggeris kelak. nanti di-belakang
banyak guna-nya, kalau sudah pandai engkau sakalian boleh
menchari kehidupan dengan mudah-nya; dan lagi boleh belajar
ilmu kira-kira, bukan-kali berguna ka-pada kamu sakalian ilmu
kira-kira itu? maka jikalau tiada tahu kira-kira kelak, bagimana
engkau hendak bemiaga jual beli ?" Dan lagi pula beberapa
banyak nasihat yang ku beri, tiada juga merika'itu indahkan ; maka
terlebeh-lebeh aku mengatakan ka-pada merika'itu, maka di-taroh-
nya pula chemburuan akan daku, maka dalam fikiran-nya aku
hendak merosakkan dia, sampai datang-lah dengki dalam hati
merika'itu akan daku; maka diam-diam pergi-lah ia mengasut
bapa-ku menyuroh melarangkan aku jangan pergi belajar bahasa
Inggeris itu, "Nanti kelak ia menurut adat Inggeris, dan rosak
agama-nya." Maka marah-lah bapa-ku akan daku, serta melarang-
kan aku, kata-nya, "Aku tiada suka engkau pergi belajar bahasa

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


120 Hikayat Abdullah.

Inggeris dan surat-nya, karna sa'orang pun orang Islam tiada


belajar itu; dan lagi banyak-lah orang mengatakan pekerjaan itu
tiada baik, ia'itu merosakkan agama ada-nya." Maka apabila aku
menengar perkataan itu, tundok-lah aku sambil keluar ayer-mata
ku, serta berfikir, "Dari mana gerangan-nya datang benchana ini,
terlalu bodoh. Maka sa-kian lama-nya bapa-ku itu suka aku men-
jadi pandai, maka sekarang ini pula ia marah aku hendak belajar
yang baik." Maka jawab-ku, "Apa-kah sebab-nya bapa melarang-
kan sahaya belajar?" Maka kata-nya, "Karna banyak orang-
orang kata sama aku, bahwa engkau nanti rosak sebab belajar
Inggeris dan menurut pengajaran orang puteh." Maka jawab-ku,
"Bukan-kah patut kita menurut adat yang baik, dan membuang
yang jahat? kalau dari-pada bodoh menjadi pandai, rosak-kah
nama-nya? maka jangan-lah bapa menengarkan perkataan orang-
orang bodoh itu, sebab merika'itu sakalian menaroh dengki ka-pada
.sahaya oleh sahaya menyurohkan anak-anak-nya belajar; dari-pada
dudok chuma-chuma yang tiada berfaedah bukan-kah l)aik
belajar?" Maka jawab bapa-ku, "Engkau sudah pandai ber-
chakap sekarang, aku tiada boleh terlawan; dahulu engkau kechil
boleh aku ajar, sekarang engkau hendak mengajar aku; pada
sangku-mu aku takut akan dikau." Maka jawab-ku, "Jangankan
sahaya sa-besar ini, jikalau menjadi raja sakali pun boleh
bapa pukul." Maka apabila di-dengar-nya itu, masok-lah ia ka-
dalam pergi menchari tali dan rotan hendak memukul aku; maka
.apabila aku melihat bapa-ku sangat marah, maka segera-lah aku
berlari-lari pergi menyembah kaki-nya. Maka demikian-lah adat
bapa-ku itu, jikalau bagimana sakali pun amarah-nya, maka jika-
lau aku pergi meminta ampun serta menyembah kaki-nya, hilang-
lah amarah-nya. Maka kata-nya, "Jangan engkau pergi belajar
Inggeris itu, boleh aku masokkan engkau ka-pada saudagar-
saudagar yang berniaga kain-kain, boleh engkau belajar bagimana
jalan berniaga." Maka jawab-ku, "Itu pun baik juga, tetapi
sahaya minta-la-lah banyak-banyak ka-pada bapa, biar-lah sahaya
belajar sedikit lagi, sampai boleh mendapat faedah-nya." Hata
dalam itu pun pergi-lah juga aku belajar lagi, maka segala hal-
-ehwal orang mengasut bapa-ku itu semua-nya aku cheterakan-lah
ka-pada Tuan Milne dan Tuan Thomsen; maka jawab tuan-tuan
itu, "Jangan-lah tuan takut, boleh sahaya orang pergi bertemu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 121

tuan punya bapa sekarang petang." Maka sa-telah petang hari..


maka pergi-lah Tuan Milne clan Tuan Thomson ka-rumah-ku her-
temu dengan bapa-ku, sambil kata-nya, "Jangan-lah tuan susah
dari-hal tuan punya anak Abdullah itu, sahaya orang boleh pe-
liharakan baik-baik, jangan tuan clengarkan perkataan orang-
orang bodoh itu, karna ia nanti pandai bahasa Inggeris dan bahasa
Malayu, kalau lagi sedikit hari dia belajar; karna dia-lah sa'orang
sahaya dapat dalam orang-orang Malaka yang ada bernkiran boleh
belajar dan boleh menjadi guru dalam bahasa Malayu. Nanti
kelak di-belakang tuan boleh tabu bagimana besar guna-nya ke-
pandaian-nya itu." Maka dari-pada hari itu masok-lah fikiran
ka-pada hati bapa-ku maka tiada-lah ia marah-marah lagi sebab
aku belajar itu ada-nya.
Sa-bermula ada pun orang-orang yang mengasut bapa-ku itu
sakalian-nya puchat-lah muka-nya, tiada-lah berdaya lagi, karna
tiada lulus kehendak-nya; dan lagi merika'itu sakalian chuma-
chuma dudok makan tidur tiada berpekerjaan, maka hal-ku di-beri
Allah rezeki maamur, pada tiap-tiap bulan mendapat wang dan
mendapat pelajaran. Maka makin-lah bertambah-tambah pula
dengki merika'itu oleh sebab aku mengajar segala paderi dan
Inggeris dalam Malaka bahasa Malayu, dan ku ertikan dengan
bahasa Inggeris; maka tiada-lah dapat jalan merika'itu hendak
membuat barang apa-apa ka-pada-ku, maka di-gelar oleh merika'itu
akan nama-ku Abdullah Paderi, maka pada sangka menka'itu ia'-
itu suatu nama keji dan aib; dan lagi di-umpat oleh merika'itu
akan daku sebab baik dengan orang puteh, lagi pun mengajar akan
dia bahasa kita suatu dosa. Maka ada-lah pada fikiran-ku, ada
pun amarah dan dengki-nya itu sebab ia bodoh, aku-lah cherdek;
boleh-kah orang bodoh itu menjadi guru paderi dan orang-orang
puteh? dapat-tiada orang yang pandai juga boleh jadi. Bahwa
aku meminta ampun ka-pada segala orang yang membacha hikayat-
ku ini, bahwa sakali-kali tiada aku memuji diri-ku pandai, bahwa
sa-sunggoh-nya jauh-lah aku sakali-kali dari-pada nama pandai itu;
maka seperti kata Malayu, "Tiada rotan, akar pun berguna-lah ;"
dan lagi kata Malayu, "Di-tempat tiada lang, kata bilalang,
'Aku-lah lang,'" maka demikian-lah hal-ku ini. Shahadan maka
sunggoh pun hal merika'itu sakalian menaroh dengki dan hasad,
maka tiada-lah aku indahkan, seperti umpamaan Malayu, "Jikalau-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


122 Hikayat Abdullah.

beberapa banyak pun anjing menyalak bukit. boleh-kah runtoh?"


dan lagi, "Jikalau sa-pohon kayu banyak akar-nya lagi tegoh,
apa-kah di-takutkan ribut?"
Kalakian sa-telah enam tujoh tahun lama-nya aku dalam
pekerjaan tuan-tuan itu. maka banyak-lah paham-ku bertambah-
tambah, maka beberapa banyak kitab-kitab .Inggeris itu
yang telah ku salinkan dalam bahasa Malayu, dan lain pula ada
beberapa kitab-kitab dari-pada karangan tuan-tuan itu yang ku
baiki ada-nya. Akan tetapi pada tiap-tiap hari tuan-tuan itu
bersungut akan daku, kata-nya, "Tuan mengapa tiada kahwin?
kurang baik dudok bujang bagini, kama tuan punya ibu-bapa
sudab tua; dua tiga kali ia sudah kata ka-pada sahaya ia hen dak
kahwinkan, tuan tiada mau." Maka jawab-ku, "Bagimana boleh
kahwin, tuan? kama sabaya tiada wang, lagi pun rumah sahaya
tuan sendiri lihat sudah burok, di-mana boleh kerja kahwin?"
Maka kata Tuan Milne, "Tuan jangan takut. berapa belanja
kahwin sahaya boleh kasi, dan rumah itu juga boleh kita baiki
sedikit-sedikit akan tempat kerja kahwin." Maka dengan sa-ketika
itu juga di-suroh-nya panggil bapa-ku ; serta datang, maka kata
Tuan Milne, "Tuan buat-lah bichara kahwinkan Abdullah.'' Maka
jawab bapa-ku, "Terima kaseh tuan, sahaya punya hati siang
malam tiada-lah lain lagi, ini-lah suatu buku dalam penit sahaya;
kama dia-lah sa'orang sahaja anak sahaya, dua laki isteri pun
sudah tua, sangat-lah hen dak melihat dia kahwin, maka beberapa
kali sudah sahaya man buat bichara. dia tiada mau." Maka kata
tuan itu, "Sekarang sahaya sudah kata sama dia, dia mau: lekas-
lekas tentukan itu bichara."
Maka sa-telah bapa-ku pulang. dalam enam tujoh hari juga
tentu-lah sudah bichara kahwin itu. karna dua tahun lama aku
bertunangan. Maka sa-telah sudah tentu-lah, maka datang-lah
bapa-ku member! tabu tuan-tuan itu, maka datang-lah Tuan
Milne dan Tuan Thomsen ka-rumah-ku. di-panggilkan-nya tukang
China, di-suroh-nya membaiki rumah aku; barang yang tiada baik
di-suroh-nya baiki maka beberapa perkakas di-suroh-nya ambil
.dari rumah-nya. Sa-telah siap-lah sudah rumah itu, maka di-beri-
nya wang ka-pada bapa-ku lima-puloh ringgit akan membuat
pekerjaan kahwin itu. Maka pada tatkala itu orang-orang yang
ada menaroh dendam ka-pada-ku itu pun puchat-lah muka-nya,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 123

sebab melihatkan paderi sendiri datang ka-rumah-ku memerentah-


kan orang bekerja itu. Maka sa-telah itu maka bapa-ku pun
menghimpunkan segala adek-kakak dan keluarga sakalian, serta
abang-ku yang dari Sungai Baharu. Sa-telah berhimpun-lah sa-
kalian-nya, maka aku pun memberikan dua-ratus ringgit ka-tangan
bapa-ku, maka segala adek-kakak aku pun masing-masing belanja-
lah dengan membuat suka masing-masing, maka yang terlebeh
bapa-ku membelanjakan karna bersuka-hati-nya anak-nya sa'orang.
Maka pada malam berhenti dari-pada berhinai kechil itu,
maka Tuan Milne serta ada lima-belas tuan-tuan orang pateh
laki-bini pun datang-lah ka-rumah-ku makan; ada pun segala
perkakas meja dan kerusi dan orang-orang-nya puga yang melayani
meja itu, melainkan makan-makanan itu juga tanggongan-ku.
Maka ada-lah jenis-jenis makanan yang di-aturkan di-atas meja
itu, ia'itu empat ekur ayam kembiri di-bakar, dan empat ekur
itek di-goring, dan kambing di-masak chara Keling, anak-anak
ayam di-masak soup, dan perkara sayur-sayur, seperti kobis, telur,
dan terong di-masak bulat-bulat, dan lagi beberapa jenis sambal-
sambal yang baik-baik, dan buah-buahan; ada pun nasi-nya itu
Kbabuli; dan lagi pula kueh-kueh dan halwa-halwa serba jenis
buah. Bermula ada-lah loteng itu telah di-hiasi dengan berbagai-
bagai perhiasan, ia'itu dari-pada langit-langit yang bertulis bunga-
bunga, dan tabir dari-pada kain yang indah-indah. Maka dudok-
lah merika'itu sakalian makan-minum bersuka-sukaan. Maka pada
masa itu banyak-lah pula orang yang bertambah-tambah sakit
hati, sebab melihat aku menjamu orang puteh di-rumah-ku itu;
maka tiada-lah aku indahkan, seperti kata Malayu, "Barang siapa
menggali lobang ia juga terperosok ka-dalam-nya." Maka aku
pun dudok-lah bersama-sama dengan merika'itu makan; sa-telah
sudah-lah habis makan, maka di-beri bau-bauan. Maka masing-
masing pun memberi terima kaseh, serta hendak pergi berjumpa
dengan isteri-ku maka di-bawa-lah oleh Tuan Milne merika'itu
sakalian ka-rumah isteri-ku; sa-telah bertemu-lah, maka masing-
masing memberi tabek. Maka dari-pada masa itu-lah baharu
isteri-ku itu melihat Inggeris; maka kemudian dari-pada itu tiada-
lah takut dan changgong lagi seperti perempuan lain-lain, apabila
melihat Inggeris lari-lah tonggang-balek, tiada berketahuan; tetapi

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


124 Hikayat Abdullah.

kechuali seperti tuan-tuan itu orang-orang baik-baik belaka, tahu


adat dan hormat.
Maka sa-telah sudah-lah kahwin, empat lima hari sakali
datang-lah Tuan Milne ka-rumah-ku bertemu dengan isteri-ku itu;
maka ada-lah hal-ku kedua laki isteri itu ka-pada Tuan Milne
seperti bapa-lah ada-nya, maka barang apa-apa salah-ku itu, isteri-
ku itu mengadukan ka-pada-nya; maka aku pun demikian, barang
apa salah isteri-ku itu aku adukan ka-pada-nya, datang-lah ia
mengajar dan memberi nasihat. Maka sebab itu menjadi sentiasa
aku berkaseh-kasehan dua laki isteri, sampai-lah ia beranak sulong;
maka pada sangka orang-orang ia mati, banyak-lah susah-nya ia
hendak beranak; maka datang-lah Tuan Milne membawa Doctor
Chalmers, ia-lah sebabkan Allah memberi ubat dan melihat akan
dia sampai selamat, anak sa-belah, mak sa-belah ada-nya.
Shahadan sa-telah sudah aku kahwin, maka di-lepaskan
oleh Tuan Milne sa-bulan lama-nya, tiada aku pergi belajar dan
bekerja, melainkan jikalau ada pekerjaan chap itu-lah di-suroh-
nya panggil aku sa-bentar melihatkan; barang apa yang tiada
betul, aku betulkan; sa-telah itu dengan segera-nya di-suroh-nya
pulang. Demikian-lah hal-nya orang yang baik itu, lagi yang
tahu mengambil hati orang, dan tahu menimbang hal manusia,
ia'itu ku sebutkan baik ada-nya. Ada pun budi Tuan Milne itu
baik serta dengan ingatan-nya dan tolongan-nya serta kaseh-nya
itu, maka sa-penoh-penoh terjunjong di-atas batu kepala-ku; maka
sampai aku mati pun tiada akan habis aku membalaskan, melainkan
Allah juga memberi kebajikan sampai tujoh lapis anak-buah-nya,
menjadi hutang-lah di-atas-ku; seperti umpamaan Malayu, "Hu-
tang mas dapat di-bayar, hutang budi di-bawa mati ada-nya."
Sa-bermula maka ada-lah pada masa itu Tuan Milne itu
menjadi kepala da-College itu, maka tiada boleh Tuan Thomsen
itu atau tuan-tuan lain membuat barang suatu dengan kehendak-
nya kalau tidak dengan sa-tahu Tuan Milne. Maka di-antara itu
dalam sedikit hari lagi Tuan Milne pun mendapat sa'orang anak
laki-laki, maka ia'itu di-nama'i oleh Tuan Raja Farquhar akan
Inidak itu Farquhar juga. Maka tiada berapa lama-nya datang-
lah peridaran dunia, maka isteri Tuan Milne pun mati-lah, lalu
di-tanamkan dalam kota. Maka ku lihat hal Tuan Milne semenjak
mati isteri-nya itu dudok-lah ia dalam duka-chita juga, maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 125

kurang-lah suka-nya belajar dan mengajar; maka dengan hal yang


demikian sedikit hari lagi ia pun jatoh-lah sakit batok kering;
maka makin lama makin-lah sakit, sa-hingga tinggal-lah tuboh-
nya itu kurus kering sakit merana. Maka kata Doctor, "Pada
tiap-tiap hari pergi ka-tengah-tengah laut minum ayer masin itu
sa-puas-puas;" maka di-perbuat-lah demikian sa-hari-hari, aku pun
di-bawa-nya pergi bersama-sama. Maka terkadang-kadang mun-
tah-lah ia sebab banyak meminum ayer masin itu. Maka dudok-
lah aku menunggu ia sakit itu, makin lama makin sakit; maka ia
pun mati-lah. Akan tetapi-nya tatkala ia hendak mati itu, maka
di-pesan-nya ka-pada Doctor Chalmers, kata-nya, "Apabila aku
mati, engkau belah-lah dada-ku ini. lihat." Maka sa-telah mati-
lah ia, di-belah-lah oleh Doctor dada-nya, maka di-dapati-nya hati-
nya berlobang-lobang seperti sarang lebah, maka lagi di-dapati-nya
dalam hati-nya itu batu dua tiga biji seperti kachang kedeli besar-
nya. Maka ada-lah pada masa itu duka-chita-ku tiada-lah dapat
ku katakan, seperti bapa-ku-lah mati; istimewa pula isteri-ku tujoh
delapan hari tiada berhenti dari-pada menangis terkenangkan baik
Tuan Milne itu; tetapi apa-lah lagi hendak ku khabarkan ? sudah-
lah sampai janji-nya.
Hata maka tinggal-lah kekal aku mengajar Tuan Thomsen
juga, maka ia-lah menjadi kepala sedikit hari di-College itu. Maka
tiada berapa lama-nya, maka Tuan Thomsen hendak pulang ka'-
Eropah, sebab hendak membawa pulang isteri-nya itu, selalu sakit
tiada berhenti; maka di-tinggalkan-nya aku akan melihat segala
pekerjaan-nya, dan lagi tempat chap itu semua-nya di-serahkan-
nya ka-pada-ku.
Sa-bermula maka ada-lah kira-kira enam tujoh-belas bulan
lama-nya, maka Tuan Thomsen pun datang-lah pula ka-Malaka;
ia mengatakan isteri-nya itu sudah mati di-laut, ada kira-kira
empat lima hari akan sampai ka-negeri England. Maka ada pun
ia datang itu, banyak-lah membawa perkakasan, seperti kikir
dan chungkil, dan sa-bagai-nya, ia'itu sakalian perkakasan mem-
buat huruf; maka sebab ada perkakasan itu, maka makin-lah rajin
aku bekerja huruf itu ada-nya.
Arakian maka ada pun ku lihat kelakuan Tuan Thomsen itu,
maka apabila ia hendak mengarang bahasa Inggeris itu ka-pada
bahasa Malayu, maka banyak-lah paham-nya bertukar, bukan-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


126 Hikayat Abdullah,

seperti dahulu lagi, karna pulang pula ka-pada adat yang dahulu;
maka sakalian-nya itu ku tegurkan, karna menurut jalan bahasa
Inggeris itu terlalu changgong ka-pada telinga orang Malayu.
Maka ada yang di-turut-nya, ada yang tidak; oleh sebab bantahan-
nya itu menjadi-lah tertinggal juga kesalahan-nya itu sampai
sekarang dalam kitab Injil itu. Maka ku rengkaskan sahaja per-
kataan itu. Maka pada suatu hari kata Tuan Thomsen ka-pada-
ku, "Tuan, sekarang tuan, sahaya mau jadikan Injil Matius itu;
dari-pada salinan bahasa Malayu tanah Jawa itu kita jadikan
Malayu betul. Maka ada pun yang ada sekarang ini karangan
Holanda sahaja, bukan-nya bahasa Malayu betul, mari kita salin,
dan kita tukar yang mana tiada patut perkataan-nya." Maka
jawab-ku, "Ada pun jikalau tuan mau obahkan perkataan kitab
itu, hendak-lah tuan beri erti-nya ka-pada sahaya baik-baik sampai
sahaya mengerti, maka boleh-lah sahaya beri perkataan Malay u-
nya; dan lagi jangan tuan gesa-gesa sama sahaya, sabar-lah sedikit;
dan lagi sahaya mau janji, jangan tuan bantahi apa-apa yang
sahaya fikir patut." Maka jawab-nya, "Baik-lah."
Hata maka ku mula'i-lah menyalin kitab itu, maka ku rasa'i
ada-lah terlalu di-sempitkan-nya akan daku, tiada di-beri-nya
jalan membaiki, oleh sebab ia tiada mefehum akau maana bahasa
Malayu. Maka sampai-lah kami menyalin fasal yang pertama,
ayat yang kedua, tersebut, "Ibrahim peranak-lah Isahak, dan
Isahak peranak-lah Yakob, dan Yakob peranak-lah Yahuda, dan
segala saudara-nya ;" maka kata-ku, "Orang tiada mengerti per-
kataan 'peranak' itu." Jawab-nya, "Bagimana baik?" Maka ja-
wab aku, "Ibrahim beranakkan-lah Isahak, dan Isahak beranakkan-
lah Yakob," atau "Di-peranakkan-lah oleh Ibrahim akan Isahak,"
ini-lah jalan bahasa Malayu, tuan." Maka kata-nya, "Kalau
demikian, Ibrahim itu jadi perempuan-lah." Maka jawab-ku,
"Segala isi alam ini boleh mengerti, ada pun yang beranak itu
melainkan perempuan, ia'itu isteri Ibrahim." "Sahaya tiada
boleh turut jalan itu, sebab bertukar dari-pada jalan bahasa Ing-
geris beget erti-nya 'peranak-lah.'" Maka demikian-lah ada-nya
perbantahan kami kedua, ia'itu sebab-nya ia belum mefehum jalan
bahasa Malayu, sampai kitab kamus karangan Tuan Marsden itu
pun kata-nya salah, oleh sebab tuan itu menurut jalan bahasa
Malayu ada-nya. Shahadan dalam hal yang demikian ada ber-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 127

ratus-ratus tempat dalam Injil Matius itu yang tiada berbetulan


jalan bahasa-nya.
Maka akn rengkaskan sahaja perkataan-nya antara-ku dengan
Tuan Thomsen itu; oleh sebab bantahan-nya serta pula terkurang
paham-nya dalam babasa Majayu, maka menjadi tertinggal-lah
perkataan itu dalam gelap juga, maka tiada-lah aku sebutkan fasal
dan ayat-nya, melainkan terlebeh-lebeh maalum-lah tuan-tuan yang
membacha hikayat-ku ini, maka jikalau mendapat barang-barang
tesalahan dalam Injil Matius itu salinan Tuan Thomsen dari-
pada changgong perkataan-nya dalam bahasa Malayu, maka
bendak-lah kira-nya tuan-tuan timbangkan baik-baik hal-ku ini
di-bawah perentah orang, tiada boleh membuat barang sa-suatu,
atau menambah atau mengurangkan barang sa-suatu perkataan
dalam kitab itu, jikalau tiada dengan izin atau perentah Tuan
Thomsen. Maka bahwa-sanya aku sendiri telah mengetahui ada
dalam kitab itu pada beberapa tempat yang changgong bunyi-nya,
dan yang bukan-bukan tempat perkataan itu di-pakai-nya. Maka
oleh sebab perkataan itu, menjadi orang salah paham erti-nya;
maka apa-lah boleh buat? Istimewa pula aku tiada mengerti
bahasa asal-nya kitab itu, konon telah tersalin dari-pada bahasa
Orik; maka jikalau sa-kadar bahasa Inggeris sahaja, boleh-lah
juga sedikit-sedikit aku ketahui. Maka dari sebab segala perkara
uzur yang tersebut ini, maka jangan-lah kira-nya tuan-tuan
mengumpat atau menista nama-ku, sebab aku menjadi guru-nya
itu. Akan tetapi-nya bahwa-sanya sakali-kali tiada aku mengaku
akan diri-ku pandai atau tiada bersalah, karna hal ke'ada'an diri-
ku ini sentiasa ada berlumur dengan kesalahan, dan tiada sunyi
aku dari-pada bersalah; maka sunggoh pun demikian, insha Allah
kalau dalam jalan bahasa Malayu ini, dapat juga ku ketahui dan
ku bezakan antara benar dengan salah-nya, sebab ia'itu bahasa
diri-ku; tambahan pula ku pelajari, bukan-nya aku dapat dengan
menengar-nengar sa-panjang jalan, atau meniru-niru dari-pada
orang ada-nya.
Sa-bermula sa-telah habis-lah Injil Matius itu di-baiki, maka
kemudian hari kata Tuan Thomsen, "Tuan, mari kita baiki
Kesah Segala Rasul itu. Maka jawab-ku, "Baik-lah, tuan, tetapi
sahaya sudah rasa banyak seksa tatkala membaiki Injil Matius
Itu, ada berpuloh tempat perkataan-nya yang tiada sa-tuju dengan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


128 Hikayat Abdullah.

kehendak sahaya salinan-nya, maka menjadi berbuku dalam hati


sahaya; melainkan dengan suka tuan sahaja sahaya turutkan
Maka sekarang ini pula hendak di-baiki, bagimana-kah pula hal-
nya sahaya ta'tahu." Maka jawab-nya, "Itu kitab perkataan-nya
susah-susah, maka sebab itu jikalau ada salah sedikit-sedikit siapa-
kali selidek itu? Maka ini Kesah Rasul seperti hikayat sahaja,
boleh senang tuan baiki." Maka kata-ku, "Jangan tuan kata
senang; sahaya sudah bacha, satu pun tiada boleh mengerti salinan
Holanda itu, karna bukan-nya aturan bahasa Malayu." Maka
kata-nya, "Mari-lah choba." Maka aku baiki akan dia, maka itu
pun seperti hal yang tersebut di-atas itu juga; maka tiada-lah aku
cheterakan segala hal-nya itu, melanjutkan pekerjaan-ku, maka
dengan sa-boleh-boleh-nya juga hendak ku jadikan jalan bahasa
Malayu akan dia, supaya orang boleh mengerti sahaja pun jadi-lah»
Hata dengan hal yang demikian ku sambil-sambil dalam sa-hari
sedikit-sedikit, sebab terlalu banyak pekerjaan-ku yang lain, maka
sampai-lah ku baiki dengan beberapa susah dan perbantahan;
karna adat Tuan Thomsen itu selalu ia mengambil pedoman dari-
pada bahasa Inggeris atau bahasa lain-lain di-salinkan-nya ka-pada
bahasa Malayu, dengan tiada di-indahkan-nya jalan bahasa Malayu
itu. Maka sebab itu-lah boleh segera di-ketahui orang barang
karangan-nya itu, perkataan-nya sahaja bahasa Malayu, tetapi
anggota-nya perkataan itu bahasa Inggeris, bukan-nya rupa ren-
chana Malayu: ini-lah suatu yang besar dalam perkara salin-
menyalin dari-pada suatu bahasa ka-bahasa lain.
Shahadan ada-pun Injil Matius dan Kesah Segala Rasul itu
pada mula-mula-nya di-chap di-Malaka; ada pun yang menulis
tauladan-nya itu dan hubongan huruf-nya atau ejaan-nya sakalian-
nya itu karangan-ku. Maka kemudian dari-pada itu entah be-
berapa kali-kah pula sudah di-chapkan di-Singapura dan di-
Malaka; maka sampai sekarang ku lihat kitab itu dari-pada awal-
nya sampai akhir-nya tiada-lah dapat sa-puloh perkataan yang
tiada bersalah, melainkan penoh-lah dengan salah, baik ejaan-nya.
baik hubongan huruf-nya yang bukan-bukan di-adakan-nya, dan
tempat yang patut ada di-tidakkan; karna masing-masing ke-
chuali-nya guru-guru yang tiada belajar itu memandai sendiri-
nya, asal dapat gaji jadi-lah, tiada dengan petua atau pelajaran,
yang mana huruf patut beralif, yang mana tidak; demikian lagi

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdulah. 129

ya dan wan, barang dapat di-ubahkan-nya sahaja, tiada dengan


mengetahui asal-nya perkataan itu dari mana datang-nya; maka
jikalau asal-nya ada beralif, dapat-tiada hubongan-nya patut di-
buboh, ini tidak; siapa suka tambah, dan siapa suka kurangkan,
dan di-aleh-nya hubongan-nya. Maka jikalau demikian kelak
barang-barang dua-puloh tahun lagi, neschaya habis-lah surat
Malayu, dan ejaan-nya, dan hubong-nya surat itu, dan aturan
bahasa Malayu, dan hukum menulis Malayu; melainkan kelak
kesudahan-nya tulisan sa'orang tiada dapat di-bacha oleh sa'orang,
sebab masing-masing dengan pandai-nya sendiri mengubahkan;
ada yang menambah, ada yang mengurangkan. Maka ada pula
orang, sebab tiada paham membacha surat Malayu, di-tambah-nya
wau dan ya dan alif, supaya senang membacha, maka pada fikiran-
nya sendiri sahaja di-sangka-nya dapat ia sendiri membuat langit,
bulan, matahari. Maka ada pun sakalian ini datang-nya dari
sebab orang puteh bebal belajar, dan orang Malayu bebal mengajar;
kaldai hendak di-jadikan-nya kuda, oleh sebab di-mandikan-nya
dan di-gosok-nya dengan sabun di-sangka-nya boleh menjadi kuda;
maka tiada ia berfikir kalau asal-nya kuda itu, kuda juga, dan kaldai
itu, kaldai juga. Maka bahwa-sanya ini-lah faedah guru dan juru-
tulis yang murah gaji-nya, ia-lah senang menjadikan kuda itu kaldai.
Maka ada-lah pada fikiran-ku bahwa-sanya bukan-nya ia hendak
belajar bahasa Malayu, melainkan hendak merosakkan. Maka ku
ketahui akan perbuatan yang bodoh itu, pada sangka-nya biar-lah
orang lain-lain pun menurut akan perbuatan-nya itu, supaya ia
boleh di-sebut orang-orang pandai mengadakan pekerjaan yang
baharu; akan tetapi tiada di-ketahui-nya apabila kelak di-lihat
oleh orang yang pandai-pandai akan pekerjaan yang demikian,
maka dengan segera-nya dapat di-ketahui oleh merika'itu bahwa-
sanya ini-lah pekerjaan orang bebal yang tiada berpelajaran hendak
membuat dengan pandai-nya sendiri sahaja. Maka ada-lah
seperti perkataan Malayu, "Jikalau tiada dapat di-baiki, tetapi
jangan di-pechahkan ;" ada-kah engkau mengerti akan maana per-
kataan itu? jikalau tiada chukup kepandaian-mu hendak mem-
baiki barang sa-suatu, tetapi jangan dengan gopoh-mu engkau
pechahkan akan dia, karna kalau-kalau ada kelak orang lain yang
datang dari belakang yang terlebeh ilmu-nya dari-pada engkau, ia
boleh membaiki ada-nya. Sa-bermula tiada-kah engkau malu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


130 Hikayat Abdullah.

kalau di-lihat oleh orang yang pandai-pandai akan kitab Injil yang
demikian rupa ejaan-nya, dan hubongan huruf-nya, dan salah
perkataan-nya, yang tiada pernah di-pakai orang itu? apa-kah
kelak fikiran orang? Kama kitab itu tempat orang Masehi per-
chaya, dan di-muliakan dia, maka bukan-kah kitab itu tempat boleh.
orang mengambil tauladan, dan ejaan barang-barang perkataan
dan menghubongkan huruf, atau mengambil atau meminjam per-
kataan yang baik-baik dari situ? Maka jikalau engkau membuat
yang demikian, sa-olah-olah engkau menghinakan dia, lagi pun
di-hinakan pula oleh orang yang melihat dia; neschaya di-ketahui
orang-]ah ada pun orang yang membuat itu orang bebal lagi
bantahan, yang tiada berpelajaran. Dan lagi bukan-nya ejaan-nya
dan hubongan huruf-nya sahaja, melainkan kebanyakkan pula salah
erti-nya pun, seperti bumi dengan langit jauh-nya dari-pada asai-
nya; entah ya-kah atau tidak-kah yang demikian, karna sahaya
ini orang bodoh, lagi pun tiada mengetahui akan perkataan asal-
nya: tetapi dalam paham-ku salah erti-nya.
Shahadan maka choba-lah tuan sendiri lihat dalam kitah
Injil Tuan Thomsen yang di-chapkan-nya di-Singapura itu, dalam.
muka surat 201, dan ayat 28, demikian bunyi-nya: "Maka tatkala
itu Simun mengangkat anak Isa itu pada tangan-nya, lalu memuji
Allah." Maka ada pun salah besar ini datang-nya sebab ia me-
nurut jalan bahasa Inggeris, satu-satu patah di-jadikan-nya bahasa
Malayu, maka tiada di-pedulikan-nya jalan bahasa Malayu
ada-nya; ada pun yang ku ketahui kehendak-nya perkataan
itu dalam bahasa Inggeris jikalau di-jadikan-nya bahasa Malayu
demikian bunyi-nya: "Maka di-angkat oleh Simun akan kanak-
kanak ia'itu Isa;" maka dalam paham-ku demikian, karna belum.
pernah aku menengar dalam agama Islam, istimewa dalam agama
Masehi. akan Isa itu kahwin, maka bagimana pula datang-nya
anak itu? Maka ada-lah yang ku dapat perkataan ini dari-pada
Injil Lukas, entah siapakah guru-nya yang mengajar demikian,.
atau bantahan-nya-kah, tiada-lah ku ketahui. Shahadan maka
ada-lah kesalahan-nya itu dalam berratus-ratus tempat tiada-lah
ku sebutkan, melainkan dengan rengkas-nya sahaja; jikalau kira-
nya sakalian itu ku sebutkan, neschaya penoh-lah sa-puloh helai
kertas ini; sa-kadar aku mengingatkan sahaja pada segala tuan-
tuan yang kemudian. Maka kembali-lah aku mencheterakan hal

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 131

diri-ku dalam negeri Malaka dudok dalam pekerjaan menjadi guru


serta mengajar Tuan Thomsen, ia'itu dari-hal salin-menyalin dari-
pada bahasa Inggeris ka-pada bahasa Malayu ada-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL COLONEL FARQUHAR PERGI MENCHARI
TEMPAT HENSDAK MEMBUAT N E G E R I

Shahadan maka ada-lah dalam hal-ku yang demikian itu,.


maka kedengaran-lah suatu khabar di-Malaka mengatakan ada
sa-buah kechi Inggeris konon sudah di-tangkap oleh perompak..
tempat-nya di-antara Pulau Pinang dengan Malaka; maka ada
Madam Inggeris dalam-nya, di-bawa oleh perompak itu ka-sa-belah
timur. Maka kechi itu konon keluar dari Pulau Pinang; maka
pechah-lah khabar itu. Maka kemudian dari-pada itu, dua tiga
hari lagi, maka kedengaran-lah pula khabar Colonel Farquhar
hendak belayar dalam sa-buah kapal Inggeris, sebab hendak pergi
menchari Madam yang tersebut itu; maka ada-lah di-bawa oleh
Tuan Raja Farquhar serta-nya ada empat lima orang Malayu
peranakkan Malaka, serta sa'orang juru-tulis, nama-nya Enchek
Yahya bin Abdul Wahid, ia'itu yang bergelar Enchek Siang; maka
belayar-lah merika'itu sakalian dari Malaka. Bermula ada pun
rahasia pemegian raja itu sa'orang pun tiada mengetahui ada-nya,
melainkan yang di-ketahui oleh orang Malaka sakalian Colonel
Farquhar pergi menchari Madam juga; maka sebab itu-lah tiada
ku tuliskan chetera-nya, karna tiada ku ketahui akan hal itu,
melainkan tatkala merika itu sakalian berbalek ka-Malaka aku ber-
tanya perlahan-lahan, maka di-risekkan-nya ka-pada-ku, kata-nya,.
"Bukan-nya menchari Madam, maka chuma sahaja di-mashhurkan
khabar demikian, supaya jangan orang tahu Inggeris hendak pergi
menchari tempat hendak di-buat-nya negeri. ,?
Ada pun mula-mula Colonel Farquhar itu pergi ka-Siak ber-
muafakat dengan raja Siak, meminta tempat hendak membuat
negeri di-Tanjong J a t i ; akan tetapi salah-nya di-sana, apabila
musim utara terlalu amat besar ombak-nya, tiada boleh tertahan
kapal atau perahu berlaboh, maka sebab itu-lah tiada jadi..
Kemudian pergi-lah pula ia ka-Daik, entah apa-kah bichara-nya
ka-pada Yam-tuan Daik; lalu datang-lah pula di-Kirimun, maka
naik-lah ka-darat serta melihat-lihat akan tempat dan gunong-
gunong-nya itu semua-nya, maka suka-lah raja. Hata dari-pada.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 133

Itu pergi-lah pula menchari tempat pelabohan, maka di-dapati


semua-nya k a rang dan batu belaka, tiada-lah dapat tempat kapal
Tiendak berlaboh; lagi pun di-duga keliling Kirimun itu, terlalu
dalam ayer-nya, dan lagi tiada tempat kapal atau perahu-perahu
hendak berlindong kalau angin ribut; dan lagi kalau sedikit salah.
perahu kena karang. Maka sebab segala perkara yang tersebut
itu-lah tiada menjadi, lalu turun-lah ka-kapal. Maka belayar-lah
pula ka-Johor; sa-telah sampai, maka turun ka-darat, lalu pergi
melihat tempat-tempat itu, maka entah bagimana-kah fikiran-nya;
lalu turun ka-laut, naik di-kapal, lalu belayar-lah pulang ka-
Malaka. Maka sa-telah sampai-lah ka-Malaka? maka hari itu juga
ia memberi wakil kapada Kapitan Da'ud menjadi ganti-nya, ia'itu
officer dalam Malaka; sa-telah selesai-lah, maka belayar-lah pula
ia kembali, kasad-nya hendak menchari tempat berbuat negeri
juga ada-nya.
Kalakian ada pun sa-peninggal Raja Farquhar berlayar dua
hari dari Malaka itu, maka datang-lah dua buah kapal besar dan
satu kechi Holanda, serta ada di-bawa-nya raja dan secretaris-nya,
«erta orang besar-besar-nya, dan soldado Holanda dan Jawa ada
helaka, dengan lengkap genap-nya, ia'itu sakalian datang hendak
menerima Malaka. Maka pada masa itu kebanyakkan orang
Malaka dalam barang-barang bangsa pun suka-chita oleh sebab
Holanda mengambil negeri Malaka itu, karna pada sangka
merika'itu boleh-lah mendapat terlebeh senang dari-pada perentah
Inggeris ada-nya; tetapi ia tiada sedar, ada pun yang datang itu
lintah yang menghisap darah dari dalam badan-nya.
Maka pada masa itu aku pun sangat-lah mashghul hati-
Tcu sebab pada fikiran-ku bahwa sia-sia-lah ada-nya penat lelah-ku
serta usaha-ku sa-kian lama ini aku pelajari huruf dan bahasa
Inggeris itu, maka jikalau tiada Inggeris dalam negeri ini kelak,
"ka-pada siapa-kah aku hendak menjual dagangan-ku itu? dan
sa-bagai lagi haram barang sa-patah pun aku tiada tahu bertutur
bahasa Holanda. Maka pada ketika itu puchat-lah muka-ku sebab
memandang muka segala peranakkan Holanda yang dalam Malaka
itu, karna merika'itu menempelak aku sebab belajar bahasa
Inggeris dan suka dengan orang Inggeris; merika'itu merah-lah
muka-nya serta dengan suka-chita-nya sebab bangsa-nya datang,
dan ia mengerti bahasa-nya. Maka banyak-lah merika'itu yang

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


134 Hikayat Abdullah.

berkata ka-pada-ku, "S,ekarang apa guna-nya bahasa Inggeris


yang engkau belajar itu? maka kalau belajar bahasa Holanda alang-
kah banyak guna-nya? karna banyak Holanda itu hendak belajar
bahasa Malayu, karna sa-lama-lama-nya negeri ini nanti tinggal
di-tangan Holanda juga." Apabila aku menengar akan hal yang-
demikian, makin-lah bertambah-tambah fikiran-ku; maka ter-
kadang-kadang menyesal-lah pula aku sebab belajar Inggeris, maka
pada masa itu sa'olah-olah rasa-ku seperti orang membangunkan
aku dari-pada tidur, serta kata-nya, "Harap-lah engkau kapada
Allah, Tuhan yang memberi rezeki sakalian hamba-nya, yang tiada
dapat di-ketahui oleh segala makhlok, bukan-nya dari sebab tahu
Inggeris atau Holanda, melainkan datang-nya itu dengan tiada
dapat terkira-kira."
Bermula ada pun kapal dan kechi Holanda yang datang itu r
sa-telah sampai, maka turun-lah orang-nya ka-darat, di-Bandar
Hilir tempat-nya tinggal, tetapi belum-lah di-serahkan negeri,
karna raja tiada. Hata ada lima hari, maka datang-lah Raja
Farquhar itu, lalu di-beri-nya kuasa pula ka-pada Kapitan Da'ud
itu menyuroh serahkan negeri Malaka, maka pada malam itu juga
ia belayar pula.
Shahadan maka pada esok-nya pagi-pagi hari pukul tujolu
maka masok-lah raayat Holanda itu ka-dalam kota, serta dengan
officer dan tambur suling, tambahan pula bunyi-bunyian yang lain-
lain; maka raja-nya serta dengan secretaris-nya sambil membawa
bendera Holanda, maka pada masa itu masing-masing merika'itu
dengan pedang berchabut di-tangan-nya. Maka apabila sampai-
lah di-bukit dekat tiang bendera, maka raayat Inggeris serta
dengan officer dan orang besar-besar-nya serta dengan tambur
suling-nya, maka masing-masing memegang pedang berchabut di-
tangan-nya, ada-lah sedia menanti. Ada pun mula-mula di-naik-
kan bendera Inggeris, maka di-pukul-lah oleh Inggeris tambur-
dan suling, terlalu sayup hati menengarkan bunyi-nya. Maka
ada-lah ku lihat rupa merika'itu dengan duka-chita serta mashghul-
nya, seperti orang kematian laku-nya, serta puchat muka masing-
masing. Sa-telah sa-jurus lama-nya, ada sa-kira-kira sa-puloh
minit, maka di-turunkan. Maka ada-lah sedia di-kaki tiang bendera
itu kedua pihak tentera, ia'itu raayat Inggeris dan raayat Holanda
tetapi masing-masing bersabelahan. Maka orang negeri pun

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 135

penoh sesak-lah, hendak melihatkan hal tamasha merika'itu. Maka


orang-orang yang membacha surat empat bangsa, masing-masing
dengan bahasa-nya pun ada-lah sedia. Hata kemudian di-naikkan
pula bendera Holanda, maka segala bunyi-bunyian Holanda pun
di-palu-nya-lah, gegak gempita bunyi-nya; maka ada-lah kira-kira
sa-puloh minit pula lama-nya kemudian di-turunkan. Maka apa-
bila di-turunkan bendera Holanda itu, ku lihat kelakuan kedua
pihak merika'itu seperti orang hendak berbunoh-bunohan, masing-
masing dengan marah-nya, serta merah padam warna muka
merika'itu, seperti harimau hendak menerkam laku-nya; masing-
masing bersenjata terchabut dari-pada sarong-nya pada tangan-nya.
Maka kemudian dari-pada itu di-naikkan pula kedua bendera itu,
ia'itu bendera Inggeris dan bendera Holanda bersama-sama; sa-
telah sa-jurus panjang lama-nya, maka di-turunkan kedua-nya dan
di-naikkan kedua-nya, sa-hingga tiga kali; kemudian baharu-lah
di-turunkan bendera Inggeris itu perlahan-lahan. Maka pada
ketika itu ku lihat ada beberapa orang Inggeris mengalir ayer-
mata-nya, serta di-pukul tambur dan suling perlahan-lahan, seperti
bunyi suara orang meratap ada-nya; maka hiba-lah rasa-nya hati
barang siapa melihat hal merika'itu. Sa-telah sampai-lah bendera
Inggeris itu ka-bawah, lalu, di-bacha-lah surat palkat dengan bahasa
masing-masing bangsa. Ada pun perkataan yang tersebut dalam
palkat itu demikian bunyi-nya.
Ketahui-lah oleh kamu sakalian orang dalam negeri
ini, maka ini-lah di-bachakan surat ini dengan ketrang-
an-nya, maka ada-lah Sultan yang di-negeri Inggeris itu
telah menentukan dalam muafakat dalam serta segala
orang besar-besar-nya dan pegawai-nya, bahwa negeri
Malaka ini telah di-serahkan oleh Seri Maharaja
Inggeris ka-pada Seri Maharaja Holanda a"da-nya.
Maka sa-telah sudah di-bachakan surat itu, maka segala raayat
Inggeris serta orang-orang besar-nya pun masing-masing kembali-
lah ka-tempat-nya; maka segala raayat Holanda serta dengan
orang-orang besar-nya pergi-lah menggantikan menukar jaga pada
tiap-tiap tempat yang di-tunggui oleh raayat Inggeris ada-nya.
Ada pun nama raja-nya yang datang itu Timmerman Thyssen,
dan nama secretaris-nya Bamgoor, dan nama kepala orang besar

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


136 Hikayat Abdullah.

raayat-nya itu Major, maka ia'itu orang Feransis. Hata maka


pada hari itu juga raja itu pun pindah-lah ka-rumah raja Inggeris.
dan secretaris-nya itu diam dalam kota, maka rumah-nya arah sa-
belah laut, ada dengan orang-nya yang berjaga pintu-nya lengkap
genap sakalian; akan tetapi-nya raayat yang datang itu semua-
nya orang Jawa dan Madura.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL NEGERI SINGAPURA.

Sa-bermula maka kembali-lah pula aku mencheterakan dari-


hal Colonel Farquhar yang berlayar dalam kapal itu. Maka kapal
itu di-suroh-nya tuju ka-Selat Singapura. Maka ada pun sebab di-
suroh-nya tuju Singapura itu oleh karna Tuan Farquhar itu lama
sudah bersahabat dengan Tengku Long, putera Sultan Mahmud,
tatkala masa ia di-Malaka juga; maka khabar-nya ku dengar ada
lah Tengku Long itu telah sudah mengambil beberapa wang dari-
pada Colonel Farquhar. Maka bahwa sa-sunggoh-nya pada masa
itu juga ia telah berjanji hendak memberikan Pulau Singapura
itu ka-pada Inggeris. Maka tambahan pula Raja Farquhar itu
pergi bertemu dengan dia ka-Riau, hendak memasokkan perjanjian-
nya itu; maka apabila masok-lah sudah perjanjian itu, maka
baharu-lah pulang ka-Malaka menyerahkan negeri Malaka kapada
Holanda seperti yang tersebut itu. Shahadan ada pun segala
pekerjaan dan perkataan antara Colonel Farquhar dengan Tengku
Long itu semua-nya sudah di-kirim-nya surat ka-pada Tuan Raffles,
tatkala ia lagi di-Pulau Pinang; maka Tuan Raffles pun sudah
memberi tahu akan segala hal-ehwal itu ka-pada Tuan General
yang di-Benggala; maka datang surat jawab dari Benggala,
"Jikalau engkau hendak membuka negeri di-Singapura itu, boleh;
tiada di-tegahkan oleh Kompeni. Akan tetapi-nya belanja mem-
buka negeri itu Kompeni tiada boleh beri, melainkan wang-mu
sendiri berdua dengan Raja Farquhar itu. Shahadan jikalau su-
dah jadi kelak, boleh Kompeni flkirkan akan hal itu." Kemudian
maka Tuan Raffles pun mengaku-lah ka-pada Tuan General bahwa
ia hendak bermuafakat akan pekerjaan itu dengan Colonel Far-
quhar, maka kata-nya, "Jikalau bagimana sakali pun hendak juga
kami jadikan negeri akan Pulau Singapura itu." Kalakian maka
Tuan Raffles pun datang-lah ka-Malaka; sa-telah tentu sudah
muafakat itu, lalu di-suroh-ya Raja Farquhar belayar ka-Singa-
pura akan membuat pekerjaan itu, yang bagimana patut sampai
ia datang. Karna pada masa itu ia pergi ka-Acheh, di-surohkan
oleh Tuan General menentukan perkelahian raja Acheh itu di-
antara sama sendiri-nya, ia'itu Acheh Pidir dengan Telok Semawi

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


138 Hikayat Abdullah.

hendak berperang; maka merika'itu berkirim surat ka-Benggala


meminta tolong tentukan perselisehan itu, maka Tuan Raffles di-
surohkan menentukan, maka ia pun belayar-lah ka-Acheh; maka
Raja Farquhar pun baharu-lah belayar ka-Singapura, seperti yang
tersebut dahulu itu kesah-nya.
Hata sa-telah sampai-lah ia maka turun-lah ka-darat dengan
sekochi kapal itu bersama-sama dengan orang-orang Malaka yang
di-bawa-nya itu; maka naik-lah di-padang itu, ia'itu tempat yang
di-perbuat Court sekarang ini, maka di-dapati tempat itu penoh-
lah dengan pokok kermunting dan sa-kedudok. Maka sa-belah arah
ka-tepi sungai itu ada empat lima buah pondok-pondok kechil, serta
ada tanaman-nya enam tujoh batang pokok kelapa; dan lagi ada
sa-buah rumah sedikit besar, atap juga, ia'itu tempat Temenggong
tinggal. Lalu berjalan-jalan-lah Tuan Farquhar itu berkeliling-
keliling padang itu. Maka datang-lah Orang-orang Laut itu
mengintai-ngintai akan dia, serta berlari-lari merika'itu pergi
memberi tahu Temenggong.
Maka sa-bentar lagi Temenggong serta dengan empat lima
orang mengiringkan dia datang dengan memakai senjata hendak
bertemu denga Tuan Farquhar. Maka pada tatkala itu panas
terlalu terek, Tuan Farquhar pergi bertedoh di-bawah sa-pohon
kayu kelat di-tengah padang itu. Sa-telah bertemu-lah, maka ia
memberi hormat serta berjabat tangan, di-gonchang-gonchang oleh
Tuan Farquhar tangan-nya, lalu di-bawa-nya akan Raja Farquhar
ka-rumah-nya. Sa-telah sampai-lah, maka berchakap-lah Raja
Farquhar dari-hal kedatangan-nya itu, serta di-khabarkan-nya akan
peri-hal ehwal asal-nya ia telah di-kirim surat oleh Tuan Raffles
dari Bangka-hulu menyuroh chari suatu tempat yang baik hendak
di-buat negeri, karna Malaka itu telah di-serahkan oleh Seri
Maharaja Inggeris kapada Maharaja Holanda; dan lagi kata-
nya, "Jikalau kira-nya di-sini jadi di-perbuat Inggeris akan negeri.
maka terlalu senang ka-pada segala orang Malayu-Malayu hendak
berniaga; dan lagi nanti datang ka-mari segala saudagar-saudagar
orang puteh boleh berniaga." Dan lagi beberapa perkataan yang
manis-manis dan nasihat ia berchakap itu, supaya melembutkan
hati Temenggong, di-kulum-nya gula batu dalam mulut-nya.
Maka jawab Temenggong, "Tuan, sahaya ini orang terbuang
datang membawa hati dari Riau; sama' tahu-lah tuan dari-hal adat

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 139

raja-raja Malayu ini, masing-masing hendak membesarkan diri-


nya. Maka sebab itu-lah sahaya membuangkan diri ka-pulau di-
tengah laut ini, tuan, dan lagi sahaya ini pun warith juga akan
tempat ini, karna dalam adat undang-undang Malayu, Temeng-
gong-lah yang empunya perentah segala tokong pulau ini, tetapi
yang empunya sa-benar-benar-nya, itu-lah marhum, ia'itu Sultan
Mahmud. Maka ada-lah ia berputera dua orang, tetapi kedua-
Tiya bukan-nya anak gahara, sa'orang Abdul Rahman nama-nya,
dan sa'orang Husain nama-nya, ia'itu bergelar Tengku Long. Maka
sekarang sa-peninggal mangkat marhum itu, maka menjadi serba-
salah orang besar-besar dalam negeri Daik dan Kiau dan Pahang,
siapa-kah hendak di-lantekkan oleh Bendahara, karna kedua-nya
itu sama putera marhum ada-nya. Ada pun kehendak Tengku
Puteri, ia'itu isteri marhum, Tengku Long hendak di-rajakan;
dan kehendak orang besar-besar Tengku Abdul Rahman hendak di-
rajakan-nya; maka sebab itu-lah menjadi serba-salah merika'itu.
Maka dalam hal yang demikian, lalu merajok-lah Tengku Abdul
Rahman itu pergi ka-Terengganu, maka tinggal-lah Tengku Long
di-Riau; maka ia'itu pangkal-nya pekerjaan ini, tuan. Bermula
ada pun segala alat kerajaan itu pun semua-nya ada-lah terserah
di-tangan Tengku Puteri, isteri marhum." Maka apabila di-
dengar oleh Tuan Farquhar akan chetera dan perkataan Temeng-
gong itu, maka tersennyum-lah ia sambil berkata, "Tengku, ada
pun segala perkara itu semua-nya sudah ada dalam hati Tuan
Raffles, ia boleh betulkan."
Sa-telah itu maka segera di-keluarkan oleh Tuan Farquhar
perkataan lain, kata-nya, "Tengku, apa nama bukit yang dekat ini
di-sebut orang?" Lalu jawab, "Ada pun bukit ini dari dahulu
zaman-nya bernama Bukit Larangan." Maka kata Tuan Farquhar,
"Apa sebab-nya bernama Bukit Larangan." Maka jawab Te-
menggong, "Ada-lah dalam chetera-nya tatkala zaman sultan-
sultan yang dahulu-kala itu, di-atas bukit ini-lah ia membuat
istana-nya, maka sebab itu-lah di-larangkan-nya, sa'orang pun
tiada boleh naik ka-sana, jikalau tiada dengan surohan raja atau
di-panggil oleh raja akan dia; maka sebab itu-lah di-namakan
bukit itu Bukit Larangan. Maka ada pula di-balek bukit itu
suatu panchuran, maka tempat itu bernama Panchur Larangan,

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


140 Hikayat Abdullah.

karna ia'itu tempat segala gundek dan isteri Sultan itu mandu
sa'orang pun tiada l)oleh ka-situ ada-nya."
Sa-telah itu maka kata Raja Farquhar, "Tengku, ada pun
kedatangan sahaya ini, sa-telah sudah-lah bermuafakat dengan
Tuan Raffles, beserta pula dengan kesukaan dan keredhaan Tengku
Long, putera Sultan Mahmud yang di-Riau dan Lingga, akan me-
nyerahkan Pulau Singapura ini ka-pada Kompeni Inggeris akan
di-perbuat-nya negeri, ia'itu akan menimbulkan nama sultan-sultan
yang dahulu-kala, dan supaya nyata-lah tanda tulus ekhlas Tengku
Long dan Tengku ka-pada Kompeni Inggeris. Maka dalam ha!
yang demikian itu, sampai datang Tuan Raffles ka-mari, boleh-lah
kita kedua-nya muafakatkan yang bagimana patut pada pendapat-
an Tengku Long dan Tengku, dan lagi supaya boleh kita membuat
perjanjian antara kita kedua pihak, ia'itu Kompeni Inggeris dan
Tengku Long dan Temenggong. Bagimana-kah pada fikiran
Tengku akan bichara itu?" Maka apabila di-dengar oleh Temeng-
gong akan perkataan itu, terdiam-lah ia sa-jurus panjang, tiada ber-
kata-kata; maka kemudian kata-nya, "Tuan, sahaya ini di-bawah
perentah Tengku Long, maka jikalau pekerjaan ini dengan ke-
redhaan Tengku Long, maka sahaya pun suka-lah." Maka jawab
Raja Farquhar, "Jikalau kira-nya ada dengan keredhaan Tengku
sunggoh demikian, baik-lah kita buat satu surat perjanjian." Maka
jawab Temenggong, "Apa guna tanda tangan, tuan, lidah sahaya
in sudah chukup." Maka jawab Raja Farquhar, "Ada pun
dalam adat kita orang puteh, mau-lah dengan tanda tangan,.
supaya jangan berubah-ubah waad kita." Lalu kata Raja Far-
quhar ka-pada Enchek Siang, "Buat-lah satu surat yang bagimana
ikrar Tengku Temenggong itu." Hata maka dengan sa-bentar itu
juga di-perbuat-lah surat itu, seperti perkataan yang tersebut di-
atas itu tadi. ia'itu "Ini surat tanda suka Temenggong bersahabat
dengan Kompeni Inggeris, serta dengan suka redha-nya jikalau
ada dengan suka Tengku Long memberikan Pulau Singapura ini
ka-pada Kompeni Inggeris, ia'itu ka-pada Tuan Raffles dan Tuan
Farquhar, akan di-perbuat merika'itu negeri." Sa-telah sudah,
lalu di-buboh-nya tanda angan. Maka pada masa itu di-pegang
oleh Raja Farquhar tangan Temenggong, serta di-gonchang-
gonchang-nya sambil berkata, "Tengku, dari-pada hari ini-lah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 141

kita bersahabat dengan tiada berkeputusan sampai ka-pada akhir


nya."
Sa-telah itu maka kata Raja Farquhar, "Tengku, sekarang
sahaya mau turunkan khemah-khemah itu dari kapal; di-mana
baik kita membuat tempat?" Maka jawab Temenggong itu,
"Tuan punya suka." Maka kata Raja Farquhar, "Sahaya kira.
baik-lah di-padang ini juga." Maka sa-bentar lagi datang-lah
sampan-sampan dari kapal itu, serta turun orang-orang yang di-
kapal itu, serta membawa khemah-khemah serta dengan perkakas-
nya semua-nya; maka sa-paroh orang di-suroh menebas semak-
semak itu, dan sa-paroh orang mendirikan khemah; ada-lah kira-
kira dua jam lama-nya maka khemah itu pun terdiri-lah. Maka
sa-telah itu, di-suroh oleh Raja Farquhar gali sa-buah perigi di-
bawah pohon kayu kelat itu, maka ayer itu-lah di-minum oleh
merika'itu sakalian. Maka ada-lah pada masa itu tiga puloh orang
Malaka bersama-sama. Maka pada malam itu merika'itu-lah ber-
kawal berkeliling khemah itu berganti-ganti.
Sa-telah esok pagi-pagi, maka di-suroh oleh Raja Farquhar
mendirikan suatu kayu, ada kira-kira enam depa panjang-nya, maka
sa-telah terdiri-lah, lalu di-naikkan bendera Inggeris di-tepi laut
itu. Maka pada masa itu suatu makanan pun tiada-lah boleh
dapat, lalu di-beri-lah oleh Raja Farquhar wang dua-puloh ringgit
ka-pada orang-orang itu; kata-nya, "Pergi-lah kamu sakalian beli
makanan boleh kita makan." Maka di-chari, suatu pun tiada
dapat, melainkan segala makan orang-orang itu semua-nya
datang dari kapal sahaja; maka ada ringgit henclak membeli, tiada
dapat; ada-lah dua tiga pondok kechil-kechil bersama-sama dekat
rumah Temenggong, sakalian itu memakan tarok kayu, dan ikan
kering, dan sagu rendang, terkadang-kadang mendapat beras.
Maka ada pula di-hujong Kampong Gelam dua tiga pondok-pondok
Orang Laut, suku-nya Gelam, tinggal membuat kajang dua layar,
maka sebab itu-lah kampong itu di-namakan Kampong Gelam
ada-nya.
Shahadan ada pun pada masa itu jangankan manusia hen-
dak lalu lalang di-laut Singapura itu, jin shaitan pun takut,
sebab di-situ-lah bilek tempat perompak tidur, atau barang di-
mana pun ia merompak kapal atau kechi atau perahu, di-bawa-nya-
lah ka-Singapura, di-situ-lah tempat ia membahagi harta dan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


142 Hikayat Abdullah.

membunoh orang-nya, atau berbunoh-bunohan sama sendiri-nya


sebab merebut harta itu ada-nya.
Ada pun dari-hal Orang-orang Laut yang dalam perahu-
perahu itu, laku-nya seperti binatang yang buas; apabila ia melihat
orang-orang ramai berjalan itu, maka jikalau sempat ia berlari
dengan perahu-nya, maka jikalau tiada sempat, ia terjun ka-laut
lalu menyelam seperti ikan, kira-kira sa-tengah jam hilang tiada
kelihatan, kemudian baharu ia timbul, sa-ratus dua-ratus depa
jauh-nya dari-pada tempat ia terjun itu; demikian-lah hal-nya baik
laki-laki-nya baik perempuan-nya. Istimewa kanak-kanak-nya
jangan di-kata lagi, serta melihat orang terjerit-jerit seperti hendak
mati rupa-nya, bagai melihat harimau ada-nya. Maka merika'itu-
lah semua membawakan ikan makanan Temenggong; ada pun
pada masa itu tiada-lah tahu merika'itu sakalian menangkap ikan
dengan jalan yang lain melainkan di-tikam-nya. Ada pun ke-
banyakkan ikan yang kena tikam itu, ia'itu ikan tenggiri, maka
terkadang-kadang ia mendapat ikan yang lain-lain pun, seperti
ikan parang-parang dan lain-nya; dan lagi ikan di-Singapura
pada masa itu kaku dan keras seperti kulit kerbau, sebab ikan
belum biasa di-makan-makan orang; dan lagi ikan-ikan pun semua-
nya jinak-jinak, di-tepi-tepi orang mendapat ikan besar-besar, dan
remis pun penoh di-tepi pasir itu, bertimbulan sendiri-nya, maka
sa-bentar di-pungut boleh dapat bergantang-gantang ada-nya.
Shahadan maka di-surohkan-lah oleh Temenggong akan Orang-
orang Laut itu datang menjual ikan ka-pada orang-orang itu.
Tetapi sunggoh pun merika'itu datang membawa ikan itu, tetapi
dalam ketakutan, serta terchengang-chengang melihat khemah
dan pakaian orang dan sa-bagai-nya. Maka barang berapa di-
beri harga-nya ikan itu, atau di-tukar dengan sedikit tembakau
atau beras, maka di-ambil-nya lalu pergi. Maka apabila datang
merika'itu, maka di-beri oleh Tuan Farquhar wang dan kain dan
beras, karna di-lihat-nya merika'itu tiada berkain, supaya ia jinak
ada-nya. Maka dengan hal yang demikian sa-hari dua hari jinak-
lah merika'itu serta sa-bahu-lah ia dengan orang-orang yang
baharu itu; melainkan anak-anak merika itu juga yang terlalu
liar, sampai ia mendapat sakit sebab ketakutan akan orang; maka
sa'orang budak sampai hilang di-laut tentang Telok Ayer, sebab
ia takut melihat orang banyak-banyak berjalan dekat dengan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 143

perahu-nya, maka terjun-lah ia ka-laut waktu aver besar lagi


dengan deras-nya, di-nantikan tiada ia timbul lagi, maka hilang-lah
sakali di-bawa aver ka-laut ada-nya.
Bermula ada-lah pekerjaan Tuan Farquhar itu, pada tiap-
tiap pagi ia berjalan-jalan juga ka-sana ka-mari, melihat-lihat
tempat itu. Tetapi jalan-jalan itu semua-nya semak belaka;
melainkan di-tengah padang itu-lah sahaja tiada berhutan besar,
melainkan pohon-pohon kermunting dan sa-kedudok dan kayn
kelat; dan di-sa-belah tepi laut itu penoh dengan pohon ambong-
ambong dan melpari dan pohon bulangan dan tulang-tulang kayu-
nya. Dan di-seberang sungai itu tiada apa lain yang kelihatan,
melainkan bakau dan api-api dan buta-buta dan jeruju dan tulang-
tulang sahaja. Maka tiada-lah dapat tempat tanah yang balk
barang sa-puloh depa sahaja lebar-nya, melainkan semua-nya
lumpur ketam, hanya di-bukit-bukit sahaja yang ada bertanan
Hat. Maka ada-lah sa-buah bukit besar dengan tinggi-nya, dekat
dengan hujong tanjong Kuala Singapura itu.
Shahdan di-Kuala Singapura itu terlalu banyak batu-batu
yang besar-besar, melainkan ada tempat alur-nya di-chelah-chelah
batu itu, jalan-nya bengkang-bengkok seperti ular ken a palu rupa-
nya. Ada pun di-antara batu banyak-banyak itu ada sa-buah
batu berhujong tajam seperti manchong ikan todak rupa-nya; maka
itu-lah di-namakan oleh Orang-orang Laut itu Batu Kepala Todak,
maka merika'itu perchaya batu itu berpuaka, yaani berhantu.
Maka di-batu itu-lah merika'itu sakalian berkaul dan tempat-nya
takut, maka di-buboh-nya panji-panji, serta di-hormati oleh
merika'itu akan dia; maka kata merika'itu, "Jikalau tiada kami
hormati akan dia, apabila kami keluar masok selat ini kelak
neschaya di-binasakan-nya akan kami sakalian." Maka pada
tiap-tiap hari di-bawakan oleh merika'itu persembahan, di-taroh-
kan di-batu itu. Shahadan maka ada-lah pada sa-genap tepi
pantai itu ada-lah bergulingan berratus-ratus tengkorak manusia
di-pasir, ada yang lama, ada yang baharu, ada yang ada lagi
rambut-nya melekat, ada yang berasah gigi-nya ada yang tidak,
berjenis-jenis; maka di-beri tahu orang ka-pada Tuan Farquhar.
Maka apabila di-lihat-nya, di-suroh-nya pungut, di-buangkan ka-
laut, maka oleh merika'itu di-isikan dalam guni, lalu di-buangkan-
nya ka-laut. Maka pada waktu itu di-tanya-lah ka-pada Orang-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


141 Hikayat Abdullah.

orang Laut itu, "Tengkorak siapa-kah sa-banyak ini?" Maka


kata merika'itu. "Ini-lah kepala-kepala orang yang kena rompak,
di-sini-lah di-bunoh-nya." Maka baik barang di-mana ch-rompak
perahu-perahu itu atau kapal, datang-lah ka-mari membahagi
barta itu; dan yang ada kawan-nya juga berbunoh-bunohan sebab
merebutkan harta itu; dan yang ada orang yang di-ikat-nya itu;
di-tepi pantai ini-lah masing-masing menchobakan senjata-nya;
dan lagi di-sini-lah tempat merika'itu menyabong dan berjudi
ada-nya.
Bermula maka pada suatu hari Raja Farquhar itu hendak
naik ka-Bukit Larangan yang di-katakan oleh Temenggong itu.
Maka kata orang-orang Temenggong, "Sahaya sakalian tiada
berani naik, karna banyak puaka-nya; karna sa-hari-hari ada
kedengaran di-atas itu seperti bunyi orang berratus-ratus. Maka
terkadang-kadang kedengaran bunyi gong gendang, dan bunyi
orang bersorak." Kemudian maka Tuan Farquhar pun tertawa
kata-nya, "Sahaya man lihat itu bantu;" lalu kata-nya ka-pada
segala orang-orang Malaka itu, "Tarek mariam ini, bawa naik
ka-bukit itu." Maka di-antara itu ada-lah beberapa orang yang
dalam ketakutan, maka oleh sebab tiada berdaya di-tarek-nya juga
meriam; akan ietapi semua-nya orang Malaka, sa'orang pun orang
Selat tiada berani dekat ka-situ. Ada pun bukit itu, tiada-lah
banyak hutan-nya, dan tiada banyak pohon-pohon yang besar-
besar melainkan sa-tompok sa-tompok sahaja. Maka dalam itu
puti takut juga orang, sebab malu-nya ada Raja Farquhar ber-
sama-sama itu, man ta'mau naik juga. Maka apabila sampai ka'-
atas, maka di-suroh oleh Tuan Farquhar isi meriam itu dan di-
btiboh peluru, lalu ia sendiri memasing berturut-turut dua-be!as
kali, keliling bukit itu di-hadapkan-nya; kemudian di-suroh-nya
dirikan sa-batang kayu, maka di-naikkan-lah bendera Inggeris,
serta kata-nya, "Tebaskan-lah segala semak-semak ini." Maka
di-suroh-nya membuat jalan orang naik turun bukit itu, maka
ada-lah pada sa-hari-hari demikian-lah pekerjaan menebas hutan
dan membaiki jalan juga ada-nya.
Sa-bermula maka ada-lah pada masa itu dalam Pulau Singa-
pura ini tiada-lah apa binatang yang buas atau jinak yang kelihat-
an, melainkan tikus; maka berribu-ribu tikus tanah itu sa-panjang
jalan, serta dengan besar-besar-nya hampir-hampir bagai kuehing

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 145

ada-nya ; maka jikalau kita berjalan pada malam di-langgarkan-nya,


beherapa banyak orang jatoh, demikian-lah besar-nya. Maka ada
pada suatu malam, di-rumah tempat ku tinggal itu, ada di-pelihara
sa'ekur kuching; maka pada sa-tengah malam kedengaran kuching
itu mengiau-ngiau, keluar-lah kawan-ku dengan membawa damar
hendak pergi melihat apa-kah sebab-nya kuching itu, maka serta
di-lihat-nya ada enam tujoh ekur tikus berkerumun menggigit
kuching itu; ada yang menggigit telinga-nya, ada yang menggigit
kaki tangan-nya, ada yang menggigit pipi-nya, sa-hingga tiada-
lah boleh bergerak lagi kuching itu, melainkan mengiau-ngiau
sahaja. Maka sa-telah di-lihat orang akan hal itu. maka berteriak-
lah ia akan daku, maka aku pun berlari-lah pergi ka-belakang-
melihat hal itu, sampai enam tujoh orang berkerumun melihat
dekat-dekat, itu pun tiada juga man di-lepaskan-nya kuching itu;
maka apabila di-lihat oleh kuching orang banyak, maka makin-lah
ia mengiau-ngiau, seperti laku orang minta tolong rupa-nya: maka
di-ambil orang kayu, lalu di-pukul, mati-lah dua ekur tikus yang
menggigit telinga kuching itu; maka apabila terlepas-lah telinga-
nya, baharu-lah kuching itu menerkam sa'ekur tikus itu mati;
maka di-pukul pula oleh orang itu lagi sa'ekur, maka yang lain
itu lari-lah. Akan tetapi-nya muka hidong kuching itu habis-lah
luka, berlumur darah ada-nya. Demikian-lah hal segala rumah,
penoh-lah tikus; maka hampir-hampir-lah tiada boleh tertahan-
kan lagi, sampai tiada di-indahkan-nya orang. Maka dalam
khemah Tuan Farquhar pun demikian juga, sampai Tuan Far-
quhar memberi perentah, kata-nya, "Barang siapa membunoh
sa'ekur tikus nanti sahaya bayar sa-wang." Maka sa-telah di-
dengar orang, masing-masing pun membuat-lah perkakasan mem-
bun oh tikus itu; ada yang membuat kuching pekak, ada yang
membuat apit-apit, ada yang membuat sembat, ada yang membuat
perangkap, ada yang memberi rachun, ada yang membuboh getah
tikus; maka sa'umur-ku belum-lah pernah melihat tikus dapat di-
getah, maka baharu-lah pada masa itu; maka ada pula orang yang
pandai menchari lobang-nya, dan ada yang menikam dia; maka
ada-lah berbagai-bagai ragam orang membunoh tikus itu. Maka
pada tiap-tiap pagi berkerumun-lah orang membawa bangkai tikus
ka-rumah Tuan Farquhar, pada sa'orang lima enam-puloh, dan
yang ada enam tujoh ekur. Maka pada mula-mula-nya hampir-

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


146 Hikayat Abdullah.

hampir berribu tikus di-bawa orang pada sa-pagi, sampai ber-


timbun-lah bangkai. itu; di-bayar oleh Tuan Farquhar seperti
perjanjian-nya itu. Maka ada-lah enam tujoh hari demikian,
di-lihat-nya terlalu banyak juga, maka di-tawar-nya pula sa'ekur
lima duit, maka itu pun di-bawa orang juga berribu-ribu, lalu
di-suroh-nya gali tanah dalam-dalam di-tanamkan segala bangkai-
bangkai, maka dengan hal yang demikian reda-lah sedikit tikus
itu, sampai di-bawa orang pada sa-hari sa-puloh dua-puloh sahaja,
lalu berhenti-lah peperangan dan pergadohan tikus itu dalam
Singapura. sakalian-nya habis-lah lesap sakali ada-nya.
Shahadan kemudian dari-pada sedikit hari, alipan pula ter-
lalu banyak keluar, di-sana orang di-sengat lipan, di-sini orang di-
sengat lipan. Maka dalam sa-genap rumah, kalau dudok sa-bentar,
dua tiga ekur jatoh dari atas atap; dan lagi apabila kita tidur
malam, bangun pagi di-bawah tikar tidur ada-lah tentu dua tiga
ekur lipan bara besar-besar, maka gadoh-lah orang. Maka sampai-
lah khabar itu ka-pada Tuan Farquhar, maka itu pun di-beri-nya
perentah, barang siapa membunoh sa'ekur alipan di-beri-nya sa-
wang. Sa-telah di-dengar orang, maka di-chari orang-lah sampai
ka-mana-mana, maka pada sa-hari-hari berratus-ratus di-bawa orang
masing-masing dengan kepandaian-nya menangkap itu; dengan
hal yang demikian itu pun reda-lah, melainkan dua tiga hari
sa-kali di-bawa orang dua tiga puloh ekur, sa-hingga habis-lah
peperangan dan pergadohan alipan; maka orang pun berhenti-lah
dari-pada berteriak, karna sakit kena sengat lipan itu ada-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-AHL HOLANDA DALAM MALAKA.

Sa-bermula maka tersebut-lah perkataan dari-hal negeri


Malaka yang telah di-serahkan oleh Inggeris ka-tangan Holanda
itu: maka ada-lah pada tiap-tiap hari di-tukar-nya segala adat dan
perentah dan hukuman Inggeris itu. Maka dalam itu banyak-lah
aniaya-nya ka-pada orang-orang miskin, maka pada tiap-tiap hari
ada-lah orang ken a denda, maka seperti chukai-chukai pun di-
tambahi-nya. yaani yang mana tiada di-chukai oleh Inggeris di-
buboh-nya ; sampai tiada boleh orang membuat perigi yang baharu
itu pun di-pinta-nya chukai, dan orang membangunkan rumah
pun berchukai ; maka tiada-lah aku teringat akan perkara-perkara
yang berchukai itu, segala sekochi yang pergi ka-laut berchukai,.
dan sa-bagai-nya.
Maka ada pula sa'orang secretaris-nya yang bernama Bamgoor
itu, ia itu-lah lintah yang meminum darah hamba Allah. Maka
ada-lah ia menaroh empat orang mata-mata, maka sakalian mata-
matat-nya itu seperti pachat melompat, barang di-mana bertemu
manusia atau binatang di-bisap-nya darah-nya, karna ia segera
hendak menjadi ular sawa ; maka merika'itu-lah tukang mengintai
sa-gT-nap rumah, maka apabila di-dapat-nya sedikit kudis sahaja.
maka di-besarkan-nya-lah, kata-nya. "Engkau kelak nanti menjadi
tokak," dengan beberapa gertak; maka oleh sebab orang itu ke-
takutan, di-beri-nya-lah upah akan dia. maka diam-lah ia ; pergi ia
memberi. tahu kawan-nya, maka ia pun datang-lah pula menggertak
orang itu. ka-pada-nya pula di-upah sedikit. Pemikian-lah hal-
nya hamba Allah kena aniaya pada zaman itu di-Malaka : maka
masing-masing pun memaki dan menyumpah. serta ia mengerang
pada tiap-tiap hari tiada berputusan orang kena denda itu, tidak
satu satu di-buat-nya. Maka apabila ia keluar dari kota berkuda,.
maka masing-masing barang di-mana ada pun berlari-lari-lah
lekas-lekas pulang ka-rumah-nya mengambil penyapu lalu me-
nyapu di-hadapan pintu-nya, sahingga rioh-rendah-lah bunyi
penyapu, sebab takut kena denda itu, barang di-mana ia berjalan
ada-lah rioh orang menyapu; dalam demikian pun, sa-telah pulang-
lah ia, ada-lah tiga empat orang kena denda, demikian-lah hal-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


148 Hikayat Abdullah.

pada tiap-tiap hari, sampai di-gelar orang nama-nya Tuan


Penyapu; maka apabila orang hendak menyebut nama-nya, di-kata
Tuan Penyapu sudah-lah, orang mengerti. Maka sa-negeri-negeri
itu segala bangsa menyumpah dan memaki akan dia. Seperti
kata Malayu, "Pisau dan parang itu tumpul, maka mulut manusia
telebeh pula tajam ada-nya."
Sa-bermula kata yang empunya chetera ini, ada pun segala
perbuatan-perbuatan orang Holanda itu seperti di-kehendaki-nya
tiap-tiap segala perkara itu biar-lah suchi, maka kehendak yang
demikian itu terlalu-lah kesukaan bagi-ku serta dengan benar-nya,
supaya jangan sa-hari-hari dudok dengan menggelumang dengan
kotor, baik dari-hal negeri, baik rumah tangga, baik dari-hal
makan minum; maka benar-lah perbuatan-nya itu, supaya di-
amarkan-nya akan hal itu ka-pada orang-orang Malayu atau
bangsa-bangsa yang lain. Maka tetapi-nya perbuatan Holanda
yang di-Malaka itu telah terlampau-lah dari-pada adat perkara-
perkara yang tersebut itu, makin sa-hari makin lebeh aniaya-nya
dan dhalim-nya, maka sebab itu-lah menjadi tergerak hati segala
hamba Allah, maka tiada-lah kuat kuasa-nya hendak membalas itu,
melainkan di-adukan-nya ka-pada Allah; maka beserta pula dengan
kehendak Allah, dalam sedikit hari, belum tiga bulan ke'empat-nya,
Tuan Penyapu itu pun sakit, seperti laku orang gila, dudok
dengan ketakutan-nya menjerit-jerit, kata-nya di-pukul orang akan
dia. Maka beberapa doctor mengubati, tiada juga semboh, makin
bertambah terjerit-jerit; maka apabila ia dudok sa'orang-orang, ia
terjun ka-sana ka-mari, hendak lari sahaja. Maka pada suatu
malam orang tidur, ia terjun dari atas loteng ka-bawah, jatoh di-
tongah jalan, lalu mati ia dengan membawa nama yang keji ada-
nya.
Nasihal. Ada pun segala perkara yang tersebut itu sakalian-
nya, bahwa-sanya patut-lah kira-nya di-ambil akan tauladan oleh
orang yang mempunya'i akal, telah nyata-lah bagi-nya, ada pun
balasan Allah itu bukan-nya dengan di-palu-nya dengan kayu atau
batu atau senjata, melainkan dengan tiada di-sangka datang-nya,
ka-pada barang siapa yang berbuat baik di-balas-nya baik, dan
yang berbuat jahat pun demikian ada-nya.
Sa-bermula sa-telah di-dengar-lah oleh segala orang Malaka
bahwa Tuan Penyapu itu sudah mati, maka masing-masing pun

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdulldh. 149

menadahkan tangan ka-langit mengatakan, "Amin, ya Tuhan, ini


belum chukup, raja Holanda ini pun kalau mati baharu-lah sentausa
negeri Malaka ini." Maka ada pun Tuan Penyapu itu sudah mati,
maka anak-bini-nya pun belayar-lah dari Malaka hendak pulang
ka-Batawi; maka khabar-nya pula bini-nya itu pun mati-lah di-
laut, dan sa'orang anak-nya sakit pay ah sampai Batawi.
Kalakian maka baharu-lah kedengaran khabar ka-Malaka
mengatakan Inggeris sudah membuat tempat di-Selat Singapura,.
hendak di-buat-nya negeri. Maka kebanyakkan-lah orang yang
tiada perchaya akan khabar itu; ada sa-tengah mengatakan, "Ini
khabar bohong, barangkali Inggeris singgah sahaja melihat-lihat
tempat;" dan ada pula yang berkata, "Kalau pun di-buat oleh
Inggeris negeri itu, tiada akan menjadi, karna bukan-nya sedikit-
sedikit belanja-nya; lagi pun Inggeris bukan-nya gila hendak
membuangkan wang bagitu banyak." Maka dalam itu berbagai-
bagai-lah sangka orang Malaka, masing-masing dengan pandai-nya,
ia bertutur-lah dengan kehendak-nya, lidah-nya tiada bertulang-
Maka kemudian lagi dua tiga hari, datang pula sabuah sampan
membawa khabar, sunggoh ada Tuan Farquhar di-Singapura, ia
hendak membuat negeri; ada orang Malaka banyak di-sana ber-
sama-sama dengan dia. Maka ada-lah merika'itu sakalian ber-
pesan barang siapa membawa makanan, seperti ayam, itek, dan
apa-apa buah-buahan, dan barang sa-bagai-nya, boleh dapat untong
besar. Maka dalam itu pun tiada juga banyak orang yang per-
chaya. Maka kemudian esok lusa datang pula sa-buah sampan
membawa surat Tuan Farquhar ka-pada kuasa-nya di-Malaka,
menyuroh hantarkan barang-barang-nya. Maka segala orange
Malaka yang ada bersama-sama dengan dia itu pun ada-lah ber-
kirim surat ka-pada adek-kakak masing-masing, menyuroh mem-
bawa makanan dan ayam itek ka-sana. Dan lagi ada tersebut
dalam surat-surat merika'itu, ada Tuan Farquhar di-Singapura,
sudah di-naikkan-nya bendera Inggeris, tetapi kata Tuan Farquhar,
belum lagi tentu bichara tempat itu, entah jadi-kah entah tidak-
kah di-buat negeri; sampai Tuan Raffles datang, boleh dapat
khabar yang pasti.
Maka apabila di-dengar orang khabar itu, maka banyak-lah
orang yang hendak pergi membawa barang-barang makanan; akan
tetapi pada masa itu perompak seperti anak ayam jinak-nya,.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


150 Hikayat Abdullah.

sampai di-ambil-nya perahu-perahu pengail di-lahohan Malaka;


maka tiap-tiap hari di-lihat orang ia lalu dari barat ka-timur,
dari timur ka-barat, tiada di-indahkan-nya Holanda itu; maka
sebab itu-lah sa-paroh orang yang hendak pergi itu takut. Maka
dalam itu pun pergi juga orang membawa makan-makanan oleh
sebab menengarkan untong-nya besar; maka apabila sampai
merika'itu ka-Selat, lipat ganda untong-nya. Maka di-dengar
oleh orang lain, berahi-lah hati masing-masing hendak membawa
barang-barang, dan yang ada hendak pergi sahaja berkuli, dan
yang ada hendak pergi berkedai; maka pechah-lah khabar itu di-
Malaka. Maka apabila di-dengar oleh Holanda akan khabar
Inggeris hendak membuat negeri di-Singapura itu, maka terbakar-
lah hati-nya, dan penoh-lah dengki dalam perut-nya; karna nada
fikir-nya, jikalau sunggoh jadi negeri Singapura itu kelak sunyi-
lah negeri Malaka ini. Maka dalam itu selalu-lah juga orang mem-
bawa makanan dan ayam itek ka-Selat. Maka marah-lah Holanda,
tiada di-beri-nya sa'orang pun membawa barang suatu ka-Selat,
maka barang perahu yang hendak pergi ka-Selat itu di-rampas-
nya; maka banyak-lah pula orang yang rugi di-rampas-nya itu.
Maka sunggoh pun di-buat-nya demikian itu, di-bawa orang juga
bersembunyi-semhunyi, maka itu pun di-ketahui-nya juga, maka
di-rampas-nya dan di-hukumkan-nya orang-nya, yang ada di-
penjarakan-nya dan di-denda-nya; kemudian di-suroh-nya pula
jaga di-kuala Malaka itu dengan perahu layar-nya, jikalau ada
barang perahu yang hendak ka-Selat di-suroh-nya tangkap; maka
dalam itu pun banyak juga orang yang pergi, maka barang yang
bertemu habis di-tangkap-nya, dan barang yang lepas pergi juga.
Maka barang yang bertemu dengan perompak habis di-bunoh-
nya, dan yang ada terjun orang-nya, perahu-nya sahaja di-ambil-
nya. Maka ada-lah pada masa itu berpuloh-puloh perahu orang-
orang Malaka yang kena rompak, ada yang orang-nya sahaja kem-
bali dengan sa-helai sa-Pinggang dan yang ada lennyap sakali de-
ngan orang-orang-nya, dan yang ada di-bawa-nya ka-negeri lain-lain
di-jualkan-nya, maka ada yang di-ambil-nya barang-barang-nya,
perahu-nya di-tenggelamkan-nya; maka ada pula yang berperang
kedua pihak-nya, banyak mati, kemudian lepas lari; demikian-
lah hal-nya masing-masing mengadukan untong sahaja. Ada pun
yang di-takuti oleh orang yang hendak pergi da tang ka-Selat

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 151

pada masa itu, di-Selat Kukop itu, karna di-situ-lah tempat per-
himpunan perompak; maka di-jaga-nya sahaja dalam Selat Kukop
itu, karna selat itu seperti suatu bilek, kalau berapa besar angin
pun di-situ tedoh juga; maka oleh sebab orang hendak berlindong-
kan angin lalu masok-lah ka-dalam jalan Selat Kukop itu, maka
di-situ-lah tempat di-tangkap perompak, sebab ia boleh kelihatan
orang, orang tiada boleh melihat dia, maka sebab itu-lah kuat
orang terserempak, di-dapat-nya dengan senang-nya. Maka pada
masa itu-lah juga ada kira-kira empat puloh anak-anak Malayu
Malaka, anak-anak kampong Jawa, semua-nya muda-muda belaka,
hendak datang menchari ka-Selat dalam sa-buah perahu, hilang-
]ah sahaja sampai sekarang ini, sa'orang pun tiada kelihatan,
semua-nya habis sakali di-bunoh-nya; khabar pun tiada kedengaran,
karna merika'itu semua-nya melawan.
Akan tetapi-nya sunggoh pun demikian banyak mara-nya di-
jalan, sebab masing-masing hendak menchari kehidupan-nya,
berratus-ratus orang Malaka datang j'uga ka-Selat, tambahan pula
seksa di-Malaka dengan tiada pencharian, dan aniaya Holanda itu
seperti yang tersebut di-atas itu; maka sebab itu-lah masing-
masing membawa nasib-nya datang ka-Selat, ada yang berkuli
menebas hutan, ada yang berkuli membuat rumah, ada yang ber-
kedai, ada yang bersaudagar, ada yang berbuat jahat, putar-balek
masing-masing dengan hal-nya. Maka sunggoh pun demikian itu,
orang-orang di-Malaka pen oh dengan shak juga ada-nya, barang-
kali Singapura tiada menjadi negeri. Maka pada masa itu terlalu-
lah seksa makanan di-Singapura, sa'ekur ayam dua rupiah, dan
sa'ekur itek satu ringgit, itu pun tiada dap at, dan sa-biji telur
sa-wang, dan jambu biji itu sa-wang delapan duit sa-biji; akan
tetapi wang teralu maamur, maka makanan tiada dapat, sebab
perahu Malaka tiada di-beri Holanda datang. Maka dalam itu
jikalau sesat sampai sa-buah perahu Malaka, maka orang semua
pergi-lah berkerumun, merebut barang-barang yang bukan-bukan
harga-nya pun di-beli orang juga, sa-biji nanas tujoh wang, dan
sa-biji durian busok-busok dua rupiah perak; aku sendiri membeli
demikian itu durian tiada sempurna-nya, maka serba-serbi-nya
mahal belaka.
Shahadan maka dengan takdir Allah taala di-atas hamba-nya,
maka raja Holanda yang di-Malaka yang bernama Timmermann

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


152 Hikayat Abdullah.

Thyssen itu pun mati-lah. Maka segala hukum dan rampas dan
denda itu pun ada-lah reda sedikit, maka orang Malaka pun ber-
henti-lah mulut-nya dari-pada menyumpah, dan boleh-lah ia ber-
nafas sedikit, ada-lah kendur hukuman di-Malaka itu. Tetapi
ia mati itu pun dengan membawa nama yang keji juga, ia'itu
beberap orang kaya-kaya di-Malaka yang binasa sebab ia me-
minjam wang-nya, dan lagi banyak hutang-nya pada sa-genap
tempat, dan harta kompeni pun banyak di-binasakan nya, dan
beberapa di-sumpahi orang. Sa-telah ia mati, maka di-lelong
harta-nya dan rumah tangga-nya; dalam sa-puloh bahagian
hutang-nya, tiada-lah timbul sa-bahagian juga, maka yang lain
itu hilang-lah chuma-chuma. Bermula maka ada-lah pada masa
itu orang-orang Malaka pun kekeringan seperti ikan yang ken a
jemur, demikian-lah, sebab pencharian pun susah, dan perahu
dagang pun tiada masok, dan kapal-kapal Inggeris pun tiada
singgah; melainkan orang yang ada bermodal itu dudok makan
modal sahaja, maka masing-masing tiada-lah berdaya lagi, sebab
ada rumah tangga dan ibu-bapa anak isteri, apa akal? mau ta'mau
dndok-lah juga, seperti harimau membaham tanah; maka jikalau
tidak rasa-nya dengan sa-bentar itu juga hendak terbang dari
Malaka; tambahan pula beras pun sa-bentar sa-bentar mahal, maka
terlalu-lah kesempitan-nya orang Malaka.
Nasihat. Sa-yugia-nya merika'itu sakalian menguchap ber-
ribu-ribu shukur ka-pada Tuhan, yang amat lempah kurnia-nya,
serta dengan kasehan-nya akan hamba-nya, sebab pada ketika dan
musim kemarau keras dalam Malaka itu maka di-jadikan-nya
hujan lebat datang dari Selat. oleh sebab Inggeris membuat negeri
Singapura; supaya merika'itu mendapat sejok dingin-nya dan
rezeki-nya dari sana, orang kaya chara kaya-nya, orang miskin
chara miskin-nya, boleh-lah sedikit bernafas, masing-masing dengan
kadar-nya. Kama pada masa itu jikalau kira-nya sampah sakali
pun dari Malaka di-bawa ka-Selat boleh menjadi duit, istimewa
barang yang baik-baik, oleh karna orang negeri-negeri lain belum
lagi menengar khabar pasti Singapura itu jadi negeri, maka sebab
itu-lah perahu dagang tiada berani masok, maka tambahan pula
perompak seperti anak ayam j'inak-nya, maka jikalau tiada dengan
perahu besar-besar, lagi dengan sa-lengkap senjata dan orang yang
berani-berani, tiada-lah boleh belayar. Dan lagi pada masa itu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 153

tiada-lah banyak orang Malaka yang menaroh perahu, seperti


sekarang ini bilang kepala ada berperahu kechi, top, schooner, dan
sa-bagai-nya; maka pada waktu itu berpileh-pileh orang-nya yang
ada berperahu, dan lagi mahal pula sewa-nya; maka kalau orang
kebanyakkan ini hendak menumpang ka-Selat, tiga ringgit sewa
sa'orang, itu pun makan di-atas-nya sendiri, dan lagi kebanyakkan
orang yang berfikir akan hal negeri Singapura itu sementara
sahaja, tiada akan kekal, karna sakalian merika'itu menengar dan
perchaya akan perkataan Holanda yang di-Malaka itu, kata-nya,
Singapura tiada boleh jadi negeri, wa Allah alam.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


DARI-HAL TENGKU LONG.

Sa-bermula maka kembali-lah pula aku ka-pada menchetera-


kan hal negeri Singapura itu: maka apabila telah masok-lah sudah
bichara Tuan Farquhar ka-pada Temenggong Abdul Rahman, ia'itu
dari-hal hendak pergi menjemput Tengku Long, putera Sultan
Mahmud, dari Riau ka-Singapura, tetapi tiada berani merika'itu
membuat pekerjaan itu, kalau dengan tiada sa-tahu Tuan Raffles,
karna Tuan Raffles pada masa itu ada lagi di-Benggala.
Hata maka dalam sedikit hari lagi, Tuan Raffles pun datang-
lah dari Benggala, membawa empat buah kapal dan dua buab kechu
Maka apabila sampai itu, maka pergi-lah Tuan Farquhar dengan
Temenggong mendapatkan dia ka-laut; serta bertemu, maka di-
sambut-nya akan merika'itu dengan sa-baik-baik hormat, lalu
berchetera-lah merika'itu kedua pihak dari-hal masing-masing,
kemudian maka di-khabarkan oleh Tuan Farquhar dari-hal hendak
menjemput Tengku Long dari Riau ka-mari, maka terkejut-lah
Tuan Raffles, kata-nya, "Belum-kah engkau buat itu lagi?""
Maka jawab Tuan Farquhar, "Sebab hendak meminta dari-pada
tuan dahulu, karna itu pekerjaan besar ada-nya." Maka kata
Tuan Raffles, "Ini juga surohkan, tetapi biar orang yang ke-
perchayaan, snpaya jangan pechah rahsia ini; dalam tiga hari aku
mau ia sampai ka-mari. Tiada-lah aku mau turun ka-darat kalau
sa-belum Tengku Long itu datang." Kalakian maka dengan sa-
ketika itu juga Tuan Farquhar dan Temenggong itu pun turun-lah
ka-darat; serta sampai merika'itu, maka di-panggil-nya-lah Raja
Embong itu. Ada pun Raja Embong itu ia'itu keluarga Sultan
Mahmud, maka ia'itu pangkat saudara juga ka-pada Tengku Long
itu. Sa-telah datang-lah ia, maka muafakat-lah merika'itu bertiga-
tiga dalam bilek Temenggong, menyurohkan ia pergi ka-Riau, "Ya
dalam tiga hari juga Tengku Long itu sampai ka-mari, jangan
pechah-pechah rahsia ini (karna merika'itu takut di-dengar oleh
Holanda, neschaya tiada di-lepaskan-nya Tengku Long itu), dan
lagi bagimana pun daya upaya Tengku bawa-lah, biar sa-helai sa-
pinggang; katakan Tuan Raffles ada menanti di-Selat menjemput."

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 155

Sa-telah tetap-lah bichara itu, maka sa-ketika itu juga turun-lah


Raja fimbong ka-dalam sekochi lalu belayar-lah menuju Riau.
Maka sa-hari sa-malam lama-nya di-laut, maka sampai-lah
ka-Riau di-Kampong Penyengat pada tengah malam; maka Raja
fimbong turun-lah masok ka-dalam, mengadap Tengku Long, serta
mencheterakan, "Bahwa Tuan Raffles dan Tuan Farquhar serta
Temenggong Abdul Rahman pinta silakan Tengku ka-Selat, karna
hendak di-angkat oleh merika'itu Tengku, di-jadi-kan Sultan."
Ada pun merika'itu berkata-kata itu, sa'orang dengan sa'orang
sahaja. Maka demi di-dengar oleh Tengku Long akan khabar itu,
maka hairan-lah ia, seraya termenong sa-jurus sebab menengar itu,
maka di-suroh-nya panggil akan Enehek Abu, (ada pun Enehek
Abu itu orang yang keperchayaan-nya, seperti menteri-nya, Enehek
Abu Puteh gelar-nya), maka di-panggil-nya masok ka-dalam bilek-
nya, berchakap-lah merika'itu akan menchari akhtiar, karna hati
Tengku Long itu ada shak, takut barangkali ia hendak di-tipu oleh
Tuan Raffles, sebab hendak di-tangkap-nya akan dia di-bawa-nya
ka-Benggala. Kemudian maka di-beri-lah oleh Enehek Abu akh-
tiar bersama-sama Raja Embong itu, demikian sembah-nya, "Ada
pun patek ini hamba ka-bawah duli, dan mana titah patek junjong;
akan tetapi dalam bichara patek sakali-kali kakanda Raja Embong
ini tiada hendak mendatangkan sa-suatu kechelaan ka-bawah kaus
Tengku ada-nya." Sa-ketika lagi maka titah Tengku Long,
"Baik-lah, jikalau demikian segera-lah engkau pergi ambil keris-
mu, mari kita pergi. Jangan ingar-ingar; kalau di-tanya orang,
katakan, 'Aku hendak pergi menjala." Maka dengan sa-ketika
itu juga turun-lah kopek-nya, serta sa-buah peti pakaian-nya, dan
ta'orang penjawat-nya, maka Enehek Abu pun turun-lah ka-dalam
sekochi itu, tiada sempat membawa perbekalan lagi, melainkan
di-pesankan oleh Tengku Long, "Esok suroh turut sa-buah perahu
membawakan santap-santapan, kemudian sekochi, dan lagi sa-buah
pemayang dan sa-buah kakap naga itu pun berdayong-lah ka-Selat
ada-nya."
Shahadan maka berlayar-lah sakalian itu, maka sampai ber-
layar itu, sampai Tengku Long itu mengulang-ngulang akan
perkataan ia di-panggil oleh Tuan Raffles ka-Selat, karna ada juga
shak dalam hati-nya, seperti perkataan yang tersebut di-atas tadi.
Maka sa-telah ke-esokkan hari-nya, sampan yang membawakan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


156 Hikayat Abdullah.

santap-santapan itu pun bertemu-lah di-Selat Lobam, lalu berlayar-


lah, dua hari lama-nya di-jalan; maka lalu masok-lah ka-Singa-
pura, lalu ka-pengkalan Tengku Temenggong. Maka datang-lah
Temenggong serta Tuan Farquhar menyambut tangan Tengku itu ;
serta naik ka-dalam sekochi itu, maka kata Tuan Farquhar,
"Tengku, mari kita pergi mendapatkan Tuan Raffles di-laut, ia
tiada mau turun ka-darat sa-belum Tengku datang." Kemudian
maka titah Tengku Long, "Baik-lah;" akan tetapi hati-nya ber-
debar-debar, sebab sangka-nya hendak di-tangkap akan dia; ke-
mudian maka Tengku Long dan Tuan Farquhar pun naik-lah
bersama-sama ka-dalam sekochi itu, lalu berdayong-lah ka-laut serta
di-tarekkan bendera kuning.
Maka apabila di-lihat dari kapal, maka bersedia-lah merika'itu
hendak menyambut dia; sa-telah sampai-lah ka-kapal, maka Tuan
Raffles pun datang-lah sendiri menyambut tangan Tengku Long
itu, maka meriam pun berbunyi-lah dari kapal-kapal dan kechi
itu terlalu banyak. Maka Tuan Raffles pun mengunjokkan dengan
sa-baik-baik hormat dan taadhim akan Tengku Long itu, di-bawa-
nya dudok di-kerusi ke'empat-empat merika'itu: maka Enchek Abu
Puteh dudok di-belakang Tengku Long itu, maka Raja Embong
dudok jauh sedikit. Lalu berchakap-lah Tuan Raffles pada masa
itu dengan tersennyum-sennyum simpul serta muka manis, dengan
menundok-nundokkan kepala-nya, manis-nya seperti laut madu.
Maka pada masa itu jangankan hati manusia, jikalau batu sakali
pun pechah-pechah-lah oleh sebab menengarkan perkataan-nya itu,
serta dengan lemah-lembut suara-nya seperti bunyi-bunyian yang
amat merdu, akan menghilangkan perchintaan, dan shak yang ada
tersembunyi dalam perbendaharaan hati manusia itu pun lenyap-
lah; maka segala ombak waswas yang berpalu-paluan yang di-atas
karang wasangka itu pun tedoh-lah, maka pokok angin yang amat
kenchang serta dengan gelap gulita itu pun seperti ribut yang besar
akan turun, bahwa sakalian-nya hilang-lah, sa-hingga terang-lah
chuacha, maka bertiup-lah angin yang lemah lembut yang terbit
dari dalam taman muhibbah, maka sa-kunnyong-kunnyong terbit-
lah bulan pernama empat-belas hari bulan gilang gemilang chahaya,
sa-hingga kelihatan-lah tulus ekhlas Tuan Raffles akan Tengku
Long itu. Maka dengan saketika juga bertukar-lah duka-chita-
nya itu dengan suka-chita, maka berseri-seri-lah chahaya muka-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 157

Maka sa-telah di-kerling oleh Tuan Raffles berubah warna


muka-nya, maka bangun-lah Tuan Raffles dari kerusi-nya serta
memegang tangan Tengku Long di-pinpin-nya, lalu di-bawa-nya
masok ka-dalam bilek-nya, serta di-tutupkan-nya pintu bilek itu,
maka berchakap-lah merika'itu kedua di-dalam bilek itu, maka
sa'orang pun tiada mengetahui akan rahasia kedua merika'itu ber-
chakap, entah apa-kah yang di-chakapkan-nya itu, maka jikalau
kira-nya ku ketahui akan rahasia chakap-nya itu neschaya ku tulis-
kan juga dalam hikayat ini, melainkan Allah yang tahu. Ada-
lah sa-jurus panjang lama-nya maka keluar-lah kedua-nya itu
dengan tersennyum-sennyum simpul, maka kedua-nya itu pun
dengan berpegang-pegang tangan, lalu turun-lah ka-dalam sekochi;
maka Tuan Farquhar dan Temenggong pun turun-lah bersama-
sama, maka kapitan kapal itu serta segala orang-orang pun turun-
lah dalam sekochi serta dengan alat dan perkakas-nya dan senjata-
nya.
Maka sa-telah sampai-lah ka-rumah Temenggong, maka
Tengku Long itu pun memakai-lah pakaian kerajaan, maka Tuan
Raffles dan Tuan Farquhar serta orang-orang kapal dan orang
Malaka semua-nya pun telah hadhlir-lah sudah menanti di-tengah
padang itu, maka di-atur-lah meja dan kerusi kiri kanan, maka
haris khalasi-khalasi ada-lah sedia di-kiri kanan. Maka sa-ketika
lagi datang-lah Tengku Long dan Tengku Temenggong dan Raja
Embong, serta segala orang-orang Malayu itu pun ramai-lah me-
ngiringkan dia dengan berpayong kuning, lalu ber jalan-lah; ada
pun ketika berjalan itu dengan kuasa Allah maka turun-lah hujan
panas, maka dalam petua Malayu konon alamat kebajikan juga
kesudahan-nya. Maka segera-lah Tuan Raffles datang menyambut
tangan Tengku Long itu, lalu berjalan-lah masok ka-dalam khemah
itu. Maka sunggoh pun dalam hal yang demikian itu, maka ada
juga lagi ketakutan Tengku Long, karna pada sangka-nya Tuan
Raffles hendak menipu akan dia, hendak di-tangkap-nya di-bawa-
nya ka-Benggala. Ada pun sambil ia berjalan itu, kata-nya ka-
pada Enchek Abu, "Engkau jangan bergerak dari belakang-ku."
Sa-telah sampai-lah, maka di-dudokkan oleh Tuan Raffles akan
dia di-tengah-tengah, maka berdiri-lah Tuan Raffles di-sabelah
kanan, Tuan Farquhar bSrdiri di-sabelah kiri, maka segala orang-
orang puteh pun masing-masing membuka chepiau-nya sambil

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


158 Hikayat Abdullah,

berdiri memelok tuboh serta memberi hormat ka-pada yang di-


pertuan. Maka dalam hal yang demikian, datang-lah sa'orang
orang muda Inggeris dengan memakai chepiau lipat, maka di-
atas-nya ada berbulu burong chenderawaseh dan baju-nya seperti
pakaian hulubalang, penoh dengan benang mas serta dengan
tampan-nya; maka masok-lah ia ka-tengah-tengah di-hadapan meja
itu, maka di-keluarkan-nya dua gulong surat, suatu gulong surat
Inggeris dan suatu gulong surat Malayu, maka berdiri-lah ia serta
memberi hormat ka-bawah duli, lalu di-bacha-nya surat itu di-
hadapan majlis. Sa-telah sa-jurus di-bacha-nya itu, maka ke-
mudian datang-lah Enchek Yahya pula membacha surat Malayu-
nya itu demikian bunyi-nya: "Bahwa ketahui-lah oleh segala
orange maka Tuan Governor-General yang di-Benggala meng-
angkat Sultan akan Tengku Long, dan di-gelar akan dia
Sultan Husain Shah ibnu 'l-Marhum Sultan Mahmud Shah
dalam negeri Singapura ini, serta daerah telok rantau jajahan-
nya." Sa-telah itu maka segala orang puteh pun memberi tabek
serta hormat ka-pada Sultan, kemudian di-tembak-lah dari kapal
beberapa banyak, kemudian Sultan dan Temenggong dan Tuan
Raffles serta Tuan Farquhar pun kembali-lah bersama-sama meng-
iringkan Sultan Husain Shah ka-rumah Tengku Temenggong;
sa-telah sampai, maka Tuan Raffles pun memberi tabek dan se-
lamat, menggonchang-gonchang tangan Sultan serta Temenggong,
lalu kembali ka-laut. Maka sa-peninggal Tuan Raffles pergi itu,
maka Yamtuan bertitah ka-pada Temenggong, titah-nya, "Buat-
kan aku sa-buah istana, karna aku hendak menjemput isteri-ku dari
Riau serta segala isi istana sakalian ka-mari."
Sa-bermula maka tersebut-lah perkataan Tuan Raffles: sa-telah
ke'esokkan hari-nya, maka di-turunkan-nya-lah segala perkakas-nya
ka-darat, maka di-buatkan orang sa-buah rumah atap akan dia,
ia'itu tinggal bersama-sama dengan ipar-nya yang bernama Captain
Flint, maka ia'itu di-jadikan oleh Tuan Raffles shahbandar. Ada
pun bekas rumah Tuan Raffles itu di-hujong Tanjong Singapura
yang di-tempat gedong Tuan Johnston sekarang ini. Maka Tuan
Farquhar pun membuat rumah di-padang di-hadapan Court itu,
ia'itu di-hadapan rumah makan Tranqua sekarang ini, itu pun
rumah atap juga, dinding-nya kajang berapit. Maka pohon sena
yang ada sekarang ini di-padang itu tanaman-nya-lah, asal-nya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 159

batang sena itu di-bawa oleh perahu Raja Haji dari Malaka, di-
ambil-nya dari Tanjong Keling ada-nya. Shahadan maka ke-
mudian dari-pada sudah di-angkat akan Tengku Long itu menjadi
Sultan, maka di-beri-lah hadiah oleh Tuan Raffles akan dia wang
sa-ribu ringgit, serta kain sakhlat hitam sa-kayu, dan sakhlat
kiming sa-kayu, serta di-tentukan-nya akan gaji Sultan itu pada
sa-bulan empat-ratus enam-belas ringgit sa-suku, dan gaji Te-
menggong sa-paroh-nya, ia'itu dua-ratus delapan ringgit sa-tali;
maka pada hari itu-lah juga di-perbuat perjanjian antara kedua
pihak, ia'itu Kompeni Inggeris dengan Sultan Husain Shah, maka
ada-lah tersebut dalam perjanjian itu, ada pun seperti orang Keling
dan orang Benggali, Kompeni Inggeris memerentahkan dia, maka
orang China dan Malayu bersama-sama dengan Sultan memerentah-
kan; dan lagi ada tersebut dalam perjanjian itu, jikalau dapat hasil
negeri Singapura ini, jikalau barang berapa sakali pun, ia'itu di-
bahagi dua, Kompeni Inggeris sa-paroh, dan Sultan Husain Shah
sa-paroh ada-nya.
Hata sa-telah tentu-lah sudah gaji dan perjanjian negeri itu,
dalam sedikit hari maka Tuan Raffles pun berlayar-lah ka-Beng-
gala, di-tinggalkan-nya Tuan Farquhar menjadi raja, dan Tuan
Flint menjadi shahbandar, dan Tuan Bernard, ia'itu menantu
Tuan Farquhar, menjadi magistrate dalam negeri Singapura.
Kalakian maka negeri Singapura pun pada masa itu umpama
matahari yang baharu terbit, makin tinggi makin-lah besar
chahaya-nya; maka dagang pun terlalu-lah banyak masok tum-
pah rauh, maka segala saudagar pun dari-pada tiap-tiap negeri
datang-lah berniaga, maka sedikit ia hendak berniaga, banyak ia
hendak melihat negeri baharu; maka dagangan pun seperti ayer
pasang-lah datang-nya dari-pada tiap-tiap negeri, maka seperti
dagangan Eropah itu jangan di-kata lagi, barang yang tiada pernah
di-lihat oleh nenek-moyang kita pun ada-lah seperti sayur ada-
nya bertimbun-timbun, pada tiap-tiap hari tiada berhenti empat
lima tempat lelong jenis-jenis barang-barang, serta dengan murah-
nya. Ada pun adat-nya lelong pada masa itu tiada di-pukul
chanang atau memberi tahu pada tiap-tiap rumah, melainkan di-
buat surat berpuloh-puloh di-tampalkan pada sa-genap sempang,
di-sebutkan dalam surat itu, "Esok pukul sa-puloh pagi ada
lelong di-rumah tuan anu," dan di-sebutkan jenis-jenis barang yang

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


160 Hikayat Abdullah.

hendak di-lelong itu. Shahadan labohan Singapura pun sesak-lah


dengan kapal, kechi, sloop, frigate, dan tengah tiga tiang, dan
schooner pidua'an, dan senat, wangkang China dan Annam dan
Siam, dan perahu Berunai dan sa-bagai-nya.
Tetapi sunggoh pun demikian-lah ramai-nya negeri, maka
pada masa itu belum lagi ada sa-buah rumah batu pun di-perbuat
orang, melainkan rumah atap-lah sahaja semua-nya; ada-lah sa-
buah rumah batu, ia'itu di-perbuat "Police Lama." di-perbuat
oleh sa'orang saudagar Inggeris, nama-nya Tuan Methuen, ia'itu-
lah yang pertama-tama membuat rumah batu dalam negeri Singa-
pura; maka dalam sedikit hari ia pun pulang-lah ka-England.
Maka di-situ-lah di-jadikan rumah Police, yaani tempat bichara,
akan tetapi terdahulu dari-pada itu ada di-perbuat oleh Tuan
Bernard tempat bichara itu sa-buah rumah atap sahaja, tempat-nya
itu dalam kampong Tengku Temenggong; maka itu-lah mula-mula
sakali Police dalam negeri Singapura ada-nya.
Shahadan pada masa itu sakalian orang dudok dalam ke-
takutan sahaja, maka sa-bentar sa-bentar rumah terbakar, dan sa-
bentar sa-bentar penchuri siang-siang hari, dan sa-bentar sa-bentar
orang bertikam; maka apabila bangun pagi ada-lah orang yang
kena tikam dan mati di-bunoh. Dan lagi pada masa itu orang-
orang Temenggong, dan orang-orang Sultan dan orang-orang
dagang serba bangsa, semua-nya bersenjata belaka; ada yang me-
nyamun barang orang di-tengah-tengah terang; ada yang masok
merampas harta orang sebab tiada apa yang di-takuti-nya, karna
negeri belum lagi berketentuan, orang puteh pun belum lagi
banyak, dan supai pun belum datang, maka mata-mata sahaja
empat lima orang; maka ada-lah yang sa-hari-hari memula'i per-
kelahian itu melainkan orang Temenggong, karna kelakuan me-
rika'itu dengan orang Malaka seperti kambing dengan harimau
ada-nya, karna orang-orang Malaka itu tiada pernah bersenjata,
dan tiada tahu bagimana orang bertikam, dan belum pernah me-
lihat darah tumpah ka-bumi. Akan tetapi jikalau ada barang apa
pergadohan anak Malaka, baik China-nya, baik Malayu, baik anak
Keling dengan orang-orang Temenggong itu, melainkan Tuan Far-
quhar itu di-sabelah anak-anak Malaka, sebab telah di-ketahui-
nya tabiat merika'itu penakut dalam hal senjata; melainkan kalau
bertumbok tiada dapat di-lawan oleh orang-orang negeri lain akan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 161

dia. Maka ada-lah hal merika'itu kedua pihak selalu bermusoh,


maka beberapa kali yang telah menjadi perkelahian yang besar-
besar, seperti kelakuan orang berperang rupa-nya, tidak satu-satu,
sebab telah menjadi berdendam-dendam sa'orang dengan sa'orang;
maka jikalau kira-nya sebab tiada di-takuti oleh merika'itu sakalian
akan Tuan Farquhar, neschaya tiada berhenti pada tiap-tiap hari
merika'itu berbunoh-bunohan ada-nya.
Shahadan ada-lah kira-kira empat bulan umur negeri Singa-
pura, maka aku pun datang-lah bersama-sama dengan tuan paderi
Thomsen dari Malaka. Ada pun pada masa itu ku dapati belum
lagi ada rumah di-seberang sana, melainkan sakalian itu penoh
dengan hutan bakau dan api-api, lumpur-nya ketam juga ada-
nya, hanya orang tinggal di-seberang sini; maka baharu-lah waktu
itu Sultan Husain Shah hendak memula'i membuat istana-nya
di-Kampong Gelam, tetapi hutan lagi semua-nya, dan belum ada
jalan dari darat; jikalau orang hendak berjalan ka-Kampong
Gelam itu, berjalan dari tepi laut sahaja, karna takut berjalan
di-hutan darat itu, maka di-tepi laut itu pun takut juga.
Bermula segala anak isteri sultan yang di-Riau itu serta segala
orang-orang-nya dan anak-buah-nya, dan kaum keluarga-nya pun
datang-lah bersama-sama, beratus-ratus perahu, pindah semua-nya
ka-Singapura; maka ada merika'itu yang bersama-sama Yamtuan,
ada yang dudok bersama-sama Temenggong, ada yang pergi mem-
buat tempat ka-hulu, masing-masing membawa hal-nya.
Bermula pada tiap-tiap hari waktu itu tiada berkeputusan
orang mati di-bunoh sa-panjang jalan Kampong Gelam itu; maka
ada juga mata-mata police menjaga sana sini, akan tetapi beberapa
banyak mata-mata itu di-bunoh orang sa-hari-hari. Maka pada
masa itu Tuan Farquhar pun mengupah kuli bukan-nya sedikit
menebas jalan yang semak-semak dan membuang hutan yang
dekat-dekat itu, ada yang membaiki jalan, ada yang membaiki
Tumah-rumah Kompeni, masing-masing dengan pekerjaan-nya.
Ada pun orang-orang yang bekerja itu semua-nya orang Malayu
Malaka, ada pun tempat merika'itu sakalian berhimpun tinggal
dekat dengan kampong Temenggong, ia'itu bersabelahan pagar
nibong; maka di-situ-lah di-perbuat merika'itu sa-buah mandarsah,
jaani tempat sembahyang, maka berkeliling itu-lah pondok-pondok

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


162 Hikayat Abdullah.

tempat orang-orang Malaka itu tinggal; maka ada-lah ketua meri-


ka'-itu sakalian Enchek Yahya, yang bergelar Enchek Siang.
Hata ada-lah kira-kira delapan bulan umur Singapura,
baharu-lah datang perahu-perahu pengail dari Malaka mengail di-
Singapura; maka terlalu-lah banyak merika'itu mendapat ikan
parang-parang, karna ikan-nya pada waktu itu terlalu-lah jinak,
karna belum pernah di-kail orang sa'umur-umur Singapura itu;
maka ada-lah kira-kira dua tiga puloh depa jauh-nya dari tepi pan-
tai orang mengail. Maka serta di-lihat oleh orang-orang Singapura
orang Malaka itu banyak mendapat duit oleh sebab mengail itu,
maka di-turut-lah oleh merika'itu mengail seperti orang-orang
Malaka itu; maka dahulu tiada-lah merika'itu tahu menangkap
ikan dengan jalan yang lain, melainkan di-tikam-nya juga ada-nya
Shahadan maka kemudian dari-pada sa-tahun umur Singapura,
datang-lah pula orang Malaka nama-nya Haji Mata-mata, mem-
buat kelong dan belat; orang lain datang membuat jermal. Ada
pun pada mula-mula-nya di-buboh kelong itu di-dapati oleh
merika'itu ikan di-tentang Telok Ayer itu bukan-nya sedikit, tiada
terkira-kira, tenggiri, sa-hingga tiada termakan oleh orang, sampai
di-buangkan ikan-nya, di-ambil telur-nya sahaja, di-isi ka-dalam
pipa di-buboh garam, di-buat-nya dagangan, di-jual-nya ka-kapal.
Maka tatkala itu hairan-lah orang Singapura melihatkan ke-
banyakkan ikan yang di-dapati itu. Ada pun tempat-nya ia mem-
buat kelong itu di-hujong Telok Ayer, ia'iau dekat Tanjong Malang
itu. Maka khabar itu pun mashhur-lah. Maka pada suatu hari
Tuan Farquhar serta anak-anak-nya laki-laki perempuan pergi-lah
bersama-sama hendak melihat orang menangkap ikan itu. Maka
sa-telah sampai-lah ka-seru itu, maka ikan itu pun di-chedok orang-
lah; ada pun ikan dalam seru itu tiga lapis, di-bawah-nya itu ikan
sudah mati, dan sa-lapis lagi di-tengah-nya itu hampir-lah mati,
sunggoh pun hidup tiada lagi kuasa bernang, dan lagi sa-lapis di-
atas itu ikan hidup belaka, kelihatan berlapis kepala-nya. Maka
sa-telah di-lihat oleh Tuan Farquhar. maka ia sendiri hendak
menangkap ikan itu dengan tangan-nya; maka di-tangkap-nya-lah
beberapa ekur dengan tangan-nya; maka anak-nya perempuan itu
pun hendak menangkap ikan itu, sa-telah di-tangkap-nya dari ekur-
nya, maka di-kebaskan oleh ikan itu tangan-nya, maka sa-bentar
itu juga bengkak-lah; maka kembali-lah ia pulang ka-rumah-nya.

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 163

Sa-bermula ada pun dahulu dari-pada orang Malaka datang


ka-Singapura, maka tiada-lah Orang-laut itu tahu memakai
dayong-dayong di-perahu, melainkan ia berkayoh dan mengumpil
dan memakai kolek sahaja, karna belum pernah ia melihat
orang memakai dayong; dan lagi jarang-jarang ia bertemu
dengan orang-orang dagang; dan lagi pada masa itu perahu-
perahu yang memakai dayong itu pun tiada berani lalu di-laut-
laut itu, karna Selat Singapura itu telah termashhur-lah ia'-
itu sarang perompak; maka apabila datang orang-orang Malaka
ka-sana, maka baharu-lah di-perbuat oleh merika'itu dayong,
macham Malaka di-turut-nya. Maka ada pun perahu-perahu
besar-besar merika'itu ada juga memakai dayong, tetapi dayong
kibas nama-nya atau dayong Malayu, tiada-lah boleh berkuat,
seperti dayong Malaka. Dan lagi merika'itu tiada tahu ber-
baju, baik laki-laki-nya perempuan-nya, melainkan sa-keping
kain yang tiada berketahuan wama-nya di-pakai-nya, itu-lah
kering basah di-tuboh-nya, dan busok bau-nya pun tiada dapat
terkira-kira. Dan lagi tiada-lah merika'itu tahu dudok di-darat
atau membuat rumah, melainkan sa'umur hidup-nya dalam perahu,
beranak berchuchu kahwin mati, sakalian-nya di-perahu juga;
maka sebab itu-lah dapat kekenalan merika'itu, baik laki-laki atau
perempuan-nya, apabila ia berjalan di-darat tonggek, oleh sebab ia
biasa dudok sahaja di-perahu. Dan lagi seperti agama merika'itu
melainkan nama-nya sahaja Malayu, tetapi tiada-lah ia berbuat
seperti hukum Islam ada-nya.
Sa-bermula semenjak Singapura sudah menjadi negeri, chita
Eropah di-buat-nya basahan, dan sakhlat di-buat-nya seluar, dan
kain Bugis berkilat dan sapu-tangan batek terchanchang di-kepala,
dan yang ada berpayong set era di-tangan, dan berchapal di-kaki,.
dan bertutur chara Inggeris, dan Benggali, dan Keling seperti
ayer, maka kalau Inggeris hendak bertutur dengan dia chara
Malayu di-jawab-nya chara Inggeris.
Ada pun segala perkara yang tersebut ini-lah menjadi hairan
aku oleh sebab melihat ke'ubahan dunia ini dengan kenyataan ada-
nya, dari-pada tiada di-adakan, dari-pada ada di-tidakkan; bahwa
hutan menjadi negeri, dan negeri menjadi hutan; maka sakalian
ini-lah menunjokkan dunia ini serta dengan neemat-nya itu tiada
kekal ka-pada sa'orang jua pun, melainkan ia'itu seperti pinjaman

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


164 Hikayat Abdullah.

juga ada-nya; maka apabila orang yang empunya itu datang me-
minta, dapat-tiada ia'itu di-pulangan juga ada-nya.
Shahadan kembali-lah pula aku ka-pada mencheterakan dari-
hal negeri Singapura: maka ada pun dari-hal Sultan Husain Shah
itu, maka dari sa-peninggal Tuan Raffles berlayar itu, maka pada
tiap-tiap bulan di-beri-lah oleh Tuan Farquhar belanja-nya seperti
yang telah di-tentukan oleh Tuan Raffles, maka Temenggong pun
demikian juga mendapat bahagian-nya; tetapi kata Sultan tiada-lah
memada'i akan pendapatan-nya itu sebab banyak sangat orang
yang hendak di-peliharakan-nya karna segala merika'itu ber-
gantong ka-pada-nya. Maka di-adukan-nya-lah hal-nya itu ka-
pada Tuan Farquhar oleh sebab kesempitan belanja itu; maka oleh
Tuan Farquhar di-surohkan-nya Sultan itu mengambil hasil pajak
chandu supaya menambahi pendapatan-nya itu, maka jadi-lah ia
mendapat delapan-ratus rial pada sa-bulan, ia'itu sa-ribu enam-
ratus rupia banyak-nya; maka dengan hal yang demikian tetap-lah
beberapa bulan sampai-lah Tuan Raffles kembali dari Benggala.
Maka pada tatkala itu makin-lah banyak orang-orang dagang,
dan saudagar-saudagar orang puteh pun makin-lah bertambah-
tambah, maka termashhur-lah sampai ka-mana-mana khabar negeri
Singapura, mengatakan sunggoh-lah telah menjadi negeri, maka
orang-orang yang di-negeri-negeri lain itu pun banyak-lah ber-
pindah ka-Singapura, dan yang ada memberi wakil ka-pada orang-
orang dalam negeri Singapura, ia berkirim dagangan dari negeri-
negeri asing-asing; maka oleh sebab segala perkara-perkara yang
tersebut itu menjadi ramai-lah negeri Singapura, penoh dengan
berbagai-bagai bangsa dan jenis-jenis pekerjaan dan macham-
macham tukang, semua-nya berkampong-lah ka-Singapura. Maka
dalam antara itu ada-lah orang yang miskin menjadi kaya, dan ada
pula orang yang membawa modal dari negeri-nya berpuloh-puloh
ribu sakalian itu habis-lah binasa menjadi fakir; maka masing-
masing dengan nasib-nya, untong sabut timbul, untong batu
tenggelam ada-yna.
Bermula ada pun dari-hal Sultan Husain Shah itu datang
pula mengadukan hal-nya ka-pada Tuan Raffles dari-hal pen-
dapatan-nya itu tiada juga chukup; maka ada-lah pada masa itu
Tuan Raffles sedang dudok bersama-sama Tuan Farquhar, maka
Temenggong pun ada beserta dengan orang tua-tua-nya dan

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 165

penglima-penglima-nya, maka sakalian orang yang mengiringkan


S,ultan itu pun ada-lah. Maka apabila Tuan Raffles menengar
pengaduan-nya, lalu tefekur-lah ia sa-jurus sebab memikirkan hal
itu, kemudian lalu di-jawab-nya, kata-nya, "Tuan Sultan dan
Tengku Temenggong., ada ka-pada sahaya suatu akhtiar yang boleh
ia'itu mendatangkan kebajikan ka-pada Tuan Sultan, dan lagi boleh
termashhur nama Tuan Sultan serta Temenggong sampai kamana-
mana; maka ada sa'orang sahabat sahaya di-Benggala yang ter-
lalu kaya, ia'itu kepala saudagar-saudagar Inggeris, nama-nya Tuan
Palmer, maka boleh sahaya berkirim surat ka-pada-nya menyuroh
hantar dagangan ka-pada Tuan Sultan berapa ratus ribu yang
Tuan Sultan man, dan boleh dapat commission-nya, dan lagi boleh
Tuan Sultan buat sa-buah rumah di-mana suka buat kedai, seperti
saudagar-saudagar Inggeris yang ada ini; karna segala bangsa
sa-belah sini seperti Bugis, Malayu, dan Berunai, dan sa-bagai-nya
itu semua-nya terlebeh suka berniaga ka-pada Tuan Sultan dari-
pada berniaga sama orang-orang puteh atau Keling, atau China;
maka belanja membuat rumah itu sahaya boleh kasi, dan lagi boleh
sahaya buatkan achuan bagimana bangun rumah itu." Maka apa-
bila di-dengar oleh Sultan dan Temenggong akan perkataan Tuan
Raffles itu, maka ia pun tertawa, serta kata-nya, "Itu bukan-nya
adat raja-raja, berniaga menjadi suatu aib ka-pada raja-raja yang
lain." Demi di-dengar oleh Tuan Raffles demikian, maka berubah-
lah warna muka-nya, merah padam laku-nya, sambil tersennyum-
sennyum, kata-nya, "Tuan Sultan, sahaya hairan menengarkan
adat bodoh ini, bagimana jahat berniaga itu menjadi aib, tetapi
merompak itu tiada aib." Maka jawab Sultan, "Merompak itu
sudah pusaka-nya, sebab itu tiada menjadi aib; tetapi yang me-
rompak itu bukan-nya dia asal Malayu. Kemudian kata Tuan
Raffles, "Baik-lah, kalau ta'suka, sudah-lah; sekarang choba-lah
Tuan Sultan dan Temenggong fikir baik-baik, berapa-kah yang boleh
chukup belanja pada sa-bulan, supaya jangan lagi bersusah-susah
selalu-selalu tiada chukup." Tiada-lah di-jawab oleh merika'itu;
sampai dua kali di-tanya oleh Tuan Raffles, kemudian maka di-
jawab oleh Enchek Abu Puteh, "Tuan, sahaya kira-kira tiga-ribu
ringgit boleh-lah chukup, tuan." Maka kata Tuan Raffles, "Sa-
puloh-ribu pun tiada juga chukup jikalau di-belanjakan dengan
tiada berketahuan; pergi-lah Tuan Sultan dan Temenggong choba

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


166 Hikayat Abdullah.

fikir betul-betul dalam sa-hari dua ini, berapa yang boleh chukup
pada sa-bulan." Maka jawab Sultan serta Temenggong. "Baik-
lah, tuan." Shahadan pada tatkala Tuan Raffles datang dari
Benggala itu, maka di-beri-nya hadiah akan Sultan itu suatu kereta
bogi dengan kuda besar, harga-nya di-Benggala sa-ribu dua-ratus
rupia. Kalakian sa-telah tiga hari, maka datang-lah Sultan serta
Temenggong di-iringkan oleh segala orang-orang besar-nya ka-
rumah Tuan Johnston, maka Tuan Raffles dan Tuan Farquhar pun
ada-lah bersama-sama di-situ, serta Tuan Flint, ipar Tuan Raffles;,
maka pada masa itu-lah di-tentukan oleh Tuan Raffles serta tuan-
tuan yang tersebut itu akan belanja Sultan itu pada sa-bulan sa-
ribu ringgit besar, dan Temenggong tujoh-ratus ringgit; maka ada
pun gaji atau belanja yang tersebut itu-lah yang tinggal kekal
sampai ka-pada zaman Tuan Crawfurd datang memerentahkan
negeri Singapura ada-nya.
Shahadan maka tersebut-lah dari-hal perkataan Tuan Raffles
serta Tuan Farquhar dudok muafakat hendak meluaskan negeri
Singapura; maka dalam itu ada-lah pada fikiran Tuan Farquhar
Kampong Gelam itu hendak di-jadikan-nya kampong saudagar,
ia'itu tempat orang berniaga, dan pasar, dan sa-bagai-nya;
maka pada fikiran Tuan Raffles di-seberang sini hendak
di-jadikan-nya kampong saudagar. Maka jawab Tuan Far-
quhar, "Terlalu susah di-seberang sini, karna semua-nya tanah
lumpur, dan lagi ayer-nya tiada baik, lagi pun terlalu banyak be-
lanja kalau hendak membaiki tanah itu; dan lagi dari mana boleh
mendapat tanah sa-kian banyak akan menambak itu?" Maka
jawab Tuan Raffles, "Jikalau Kampong Gelam itu sudah menjadi
tempat orang berniaga kelak, di-seberang sini terbuang-lah sampai
sa-ratus tahun, lagi pun tiada akan terbaiki ada-nya." Maka
pada tatkala itu kedua merika'itu pun penoh-lah dengan fikiran,
sa'orang kata bagini, sa'orang kata bagitu, masing-masing men-
chari akal; maka ada-lah tiga hari lama-nya merika'itu dudok ber-
fikir akan hal itu, maka masok-lah dalam fikiran Tuan Raffles akan
bukit yang dekat Tanjong Singapura itu hendak di-pechahkan-nya,
maka tanah-nya itu-lah hendak di-buatkan-nya penambak di-
seberang sini. Maka ke'esokkan hari-nya maufakat-lah kedua-nya
itu, telah sa-fakat-lah kedua-nya itu; maka hairan-lah segala
hamba Allah kelak melihat pekerjaan yang demikian itu. Maka

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 167

pada esok-nya datang-lah orang surohan tuan-tuan itu memanggil


kuli China, Malayu, Keling, kira-kira ada dua-tiga-ratus orang
kuli-nya, sa'orang satu rupia sa-hari, di-surohkan-nya menchangkul
dan mengangkat tanah; ada orang yang memechahkan batu, karna
di-situ terlalu banyak batu besar-besar, maka masing-masing dengan
perkerjaan-nya; ada beberapa puloh orang mandur-nya, kelihatan
seperti laku orang berperang rupa-nya; maka kuli pun makin sa-
hari makin mahal, maka apabila petang hari di-angkat orang
dengan guni wang akan membayar kuli-kuli itu. Ada-lah pada
sa-hari dua kali Tuan Raffles datang ka-situ memerentahkan orang
bekerja itu, maka dalam itu ada pula beberapa orang yang menjaga
akan orang-orang bekerja itu, dan lagi Tuan Farquhar pun pada
tiap-tiap hari tiada-lah berhenti ia berkuda pagi-pagi pergi mem-
bahagikan tanah yang di-tempat jauh-jauh, ada yang di-lelong ada
yang di-beri chuma-chuma sahaja, asal boleh segera terang, karna
semua-nya itu lagi hutan belaka.
Maka pada suatu hari kata Tuan Farquhar ka-pada aku,
"Baik tuan ambil sa-potong tanah di-Kampong Gelam, karna
kemudian nanti menjadi kampong saudagar di-sana." Maka ku
ambil-lah sa-potong tanah, lalu ku perbuat-lah sa-buah rumah atap,
dinding papan; akan tetapi pada masa itu dudok-lah dalam ke-
takutan sahaja, sebab keliling hutan.
Hata maka ada-lah kira-kira tiga empat bulan lama-nya orang
membongkar bukit itu pun rata-lah, maka segala bechak-bechak
dan anak-anak ayer dan parit dan lembah-lembah itu pun rata-lah,
melainkan tinggal lagi batu yang besar-besar seperti gajah tinggi-
tinggi; dan lagi pula yang terlebeh besar dari-pada itu. Maka
batu itu pun terlalu besar guna-nya, datang-lah berpuloh orang
China membelah-belah batu itu di-buat-nya rumah, maka tiada-
lah kena upah lagi masing-masing merebut-lah datang meminta
batu itu, maka di-berikan orang-lah.
Maka pada masa itu-lah di-dapat orang di-hujong tanjong itu
ada sa-buah batu terhampar dalam semak-semak itu serta dengan
lichin-nya, ada kira-kira sa-depa lebar-nya, empat persegi, maka
semua-nya penoh dengan tulisan di-pahat; akan tetapi sunggoh
pun ada tulisan-nya itu, tiada-lah dapat di-bacha orang, karna
sudah bekas haus di-makan ayer; entah beberapa ribu tahun, Allah

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


168 Hikayat Abdullah.

yang tahu. Maka apabila di-dapat itu, berkerumun-lah orang


datang melihat batu itu, segala bangsa; maka kata orang Hindu,
suratan Hindu, tetapi tiada dapat di-bacha-nya; dan kata orang
China, surat China. Maka aku pun pergi-lah bersama-sama orang,
dan Tuan Raffles dan Paderi Thomsen, sakalian orang melihat batu
itu; maka ku lihat bangun-bangun huruf-nya akan-akan huruf
Arab, tetapi tiada dapat di-bacha, karna oleh tersangat lama
tenggelam-tenggelam timbul huruf-nya. Maka beberapa orang
yang pandai datang hendak membacha itu, yang ada membawa
tepong lembek-lembek di-tekankan-nya di-batu itu kemudian di-
angkat-nya dan ada pula orang yang membawakan dawat hitam
di-lahurkan-nya di-batu itu supaya kelihatan, maka sampai habis-
lah kepandaian masing-masing hendak menentukan bahasa apa-kah
dan huruf apa-kah itu, tiada-lah dapat kenyataan-nya. Maka ada-
lah batu yang tersebut itu tinggal sampai ini di-situ dengan surat-
an-nya timbul tenggelam. Kemudian maka muafakat-lah Tuan
Raffles mengatakan bahwa-sanya surat ini suratan Hindu, karna
bangsa itu-lah bangsa yang tua dari-pada bangsa-bangsa yang telah
datang ka-bawah angin ini, yang pertama sampai ka-tanah Jawa
dan Bali dan Siam itu, sakalian-nya keturunan-nya dari-pada
bangsa Hindu juga asal-nya; akan tetapi-nya sa'orang pun yang
ada dalam negeri Singapura itu tiada mengetahui entah apa-kah
perkataan-nya yang ada terpahat di-batu itu, Allah alam, hingga
sampai-lah tinggal batu itu ka-pada zaman Tuan Bonhom menjadi
Governor dalam tiga buah negeri, ia'itu Singapura, Pulau Pinang
dan Malaka; maka pada masa itu Tuan Coleman menjadi engineer
di-Singapura, maka ia-lah telah memechahkan batu itu—sayang,
maka pada sangka-ku pekerjaan itu sa-kali-kali tiada patut,
barangkali oleh sebab bebal-nya dan bodoh-nya memechahkan itu,
oleh sebab ia tiada boleh mengetahui itu-lah di-pechahkan-nya;
maka tiada ia berfikir barangkali ada lagi orang yang terlebeh
pandai dari-pada-nya yang boleh ia mengeluarkan rahsia-rahsia
dari dalam-nya, karna ada aku menengar khabar di-negeri Inggeris
orang yang pandai-pandai dengan hikmat-nya dapat ia mengetahui
perkara-perkara yang demikian itu dengan mudah-nya, baik dari-
pada barang-barang bahasa atau bangsa ada-nya; seperti kata
Malayu, "Ta'boleh di-baiki, jangan di-pechahkan.''

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah, 169

Sa-bermula telah sudah-lah di-tambak sakalian lembah dan


paya lekak-lekok dan lumpur anak ayer itu semua-nya, kemudian
di-sekat-sekat tanah itu lahi di-lelong. Shahadan jikalau kira-nya
barang siapa yang hendak mengetahui di-mana tempat bukit yang
di-pechahkan oleh Tuan Raffles akan membuat tambak paya dan
lembah dan bechak-bechak yang di-seberang sini itu, maka ada-
lah sekarang tempat itu di-hujong Tanjong Singapura di-lorong
Tambangan; maka tempat itu di-perbuatkan kebun, di-tanamkan
segala jenis bunga-bungaan dan pohon-pohon. Maka ada-lah
dahulu aku menengar khabar konon tempat itu hendak di-per-
buatkan satu rumah akan menaroh gambar rupa Tuan Raffles,
supaya menjadi peringatan pada segala orang, bahwa ia-lah yang
telah membuat pekerjaan yang besar itu ada-nya, tetapi entah
apa-kah sebab-nya maka tiada jadi pekerjaan itu, maka sekarang
ini ada-lah kebun sahaja; maka tempat itu bertentangan dengan
rumah Tuan Spottiswoode dan Conolly ada-nya.
Kalakian maka tatkala di-lelong tempat itu, kata Tuan Raffles
ka-pada-ku, "Tuan, baik ambil tanah di-sini barang empat lima
keping, karna nanti di-belakang kelak menjadi ramai tempat ini.:,,
Maka jawab-ku, "Tuan, sahaya di-mana dapat bagitu banyak wang
akan pembayar harga tanah itu, karna sahaya lihat di-lelong sa-
keping sa-keping tanah itu sa-ribu dua-ratus sa-ribu sa-ratus lima-
puloh ringgit; dan lagi mana belanja-nya hendak membuat rumah
batu." Maka Tuan Raffles pun tersennyum menengar perkataan-
ku itu, serta kata-nya, "Jangan tuan gadoh dari-hal wang itu,
kemudian boleh bichara, asal ambil ini tempat dahulu." Maka
ada-lah dari sebab bodoh-ku dan kurang fikiran-ku, maka pada
sangka-ku menjadi hutang-lah kelak, neschaya susah-lah kelak
aku hendak pulang ka-Malaka. Dan lagi pada ketika itu terlalu-
lah senang mendapat wang dalam Singapura. Bahwa ada-lah adat
aku pada masa itu enam bulan sa-kali aku pulang ka-Malaka.
maka pada fikiran-ku, jikalau ku ambil tanah dan membuat rumah
neschaya tiada-lah boleh aku pulang ka-Malaka; dan sa-bagai lagi
bahwa sakali-kali tiada-lah ku sangkakan negeri Singapura boleh
menjadi sa-ramai itu; dan lagi pula tiada-lah ku ketahui di-lelong
tanah itu chuma-chuma sahaja dengan tiada di-ambil harga-nya,
nama sahaja lelong. Maka itu-lah ku dapati akal Tuan Raffles itu
terlalu dalam, ada pun jikalau di-bahagi-nya sahaja tanah itu

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


170 Hikayat Abdullah.

chuma -chuma, maka dapat tiada orang-orang miskin merebut kelak


mengambil tanah itu, maka sampai bila-lah kelak boleh ia mem-
bangunkan rumah batu; maka sebab itu-lah di-lelong-nya tanah-
tanah-nya itu dengan barga mahal, supaya orang-orang kaya sahaja
membeli, boleh dengan segera-nya jadi rumah. Bahwa demikian-
lah ada-nya sebab kurang fikiran-ku dan bodoh-ku pada masa itu
tiada menurut perkataan Tuan Raffles menyurohkan aku meng-
ambil tanah itu, maka baharu-lah sekarang aku menyesal; akan
tetapi apa-kah guna-nya, seperti kata Malayu, "Sesal dahulu pen-
dapatan, sesal kemudian itu suatu pun tiada apa guna-nya."
Shahadan kemudian dari-pada itu, maka Tuan Raffles pun
pindah-lah ka'atas Bukit Larangan itu, sebab orang-orang puteh
terlalu banyak; orang-orang puteh banyak datang hendak membuat
Tumah. Maka bukit itu pun berkeliling di-suroh terangkan, maka
di-dapati-lah oleh orang banyak pohon buah-buahan di-situ, seperti
pohon durian besar-nya sa-pemelok dua pemelok, maka oleh sebab
sangat tua-nya itu tiada-lah lagi besar buah-nya, seperti putek-
putek durian besar-nya; dan buah duku pun ada, dan pohon limau,
jembua, buah-nya seperti limau nipis besar-nya; maka banyak lagi
jenis buah-buahan, langsat, dan sa-bagai-nya, dan buah-buah yang
busok-busok pun ada, ia'itu seperti pohon petai dan jering.
Sa-bermula maka ada-lah hal Tuan Raffles dudok dalam negeri
Singapura itu seperti hal-nya yang telah ku sebutkan tatkala ia
diam di-Malaka juga, empat orang makan gaji pada sa-bulan sa'-
orang sa-puloh ringgit, masing-masing dengan pekerjaan-nya pergi
menchari perkara-perkara dan benda-benda yang ajaib-ajaib ada-
nya ; maka dalam Singapura terlebeh pula banyak ia mendapat per-
kara-perkara yang demikian itu dari-pada yang di-dapat-nya dari
dalam negeri Malaka ada-nya.
Sa-bermula maka pada suatu pagi Tuan Farquhar berjalan
ka-sabelah Sungai Rochoh serta di-bawa-nya anjing-nya, maka
anjing itu hendak pergi menchari ayer di-sungai itu, maka tiba-tiba
di-sambar oleh buaya. Maka sa-bentar lagi di-beri-lah orang tahu
ka-pada Tuan Farquhar mengatakan anjing-nya sudah di-makan
buaya, maka oleh Tuan Farquhar di-panggil-nya orang-orang
di-situ di-suroh-nya empang sungai itu; sa-telah sudah, maka buaya
itu pun terkepong-lah, lalu di-tikam orang sampai mati, ada tiga
depa panjang-nya. Maka baharu-lah di-ketahui orang ada buaya

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


Hikayat Abdullah. 171

di-Singapura. Maka oleh Tuan Farquhar di-suroh-nya ambil


bangkai buaya itu, di-gantongkan-nya di-pohon jawi-jawi yang
di-tepi sungai Beras Basah itu ada-nya.

( Ada sambongan- nya. )

All Rights Reserved, National Library Board, Singapore


All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
All Rights Reserved, National Library Board, Singapore
All Rights Reserved, National Library Board, Singapore

Anda mungkin juga menyukai