Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR 2
“SAMPLING ANALISIS VEGETASI DENGAN PLOT”

oleh :
Nama : Yoan Melly Nurrahma
NIM : 180210104019
Kelas :A
Kelompok : 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
interaksi mahluk hidup atau kelompok mahluk hidup dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang ekosistem mahluk hidup.
Salah satu cabang ekologi adalah ekologi tumbuhan yang mempelajari
berbagai komunitas tumbuhan. Komunitas adalah suatu kelompok mahluk
hidup yang terdiri atas beberapa populasi dan saling berinteraksi satu sama
lainnya pada suatu tempat dan waktu tertentu. Dalam mempelajari komunitas
tumbuhan kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang
ditempati suatu komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas karena
membutuhkkan waktu yang lama dan alat yang cukup mahal.
Maka dari itu, dalam percobaan kali ini kami melakukan sampling dan
analisis vegetasi dengan menggunakan plot agar dapat memperoleh kepadatan,
frekuensi dan dominasi dalam suatu komunitas tersebut dengan waktu yang
sebentar dan biaya murah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana teknik sampling tumbuhan menggunakan metode plot?
1.2.2 Bagaimana cara menganalisis vegetasi dari hasil sampling?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang teknik sampling
tumbuhan menggunakan metode plot.
1.3.2 Mahasiswa dapat melakukan analisis vegetasi dari hasil sampling.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Lingkungan merupakan kepanjangan dari ekologi karena menurut


Odum (1963) konsep Biologi Lingkungan menjadi salah satu kajian dalam Ekologi
atau dapat diartikan bahwa Biologi Lingkungan mcrupakan bagian dari Ekologi.
Ekologi merupakan ilmu yang membahas tentang makhluk hidup dan interaksinya
dengan lingkungan. Beberapa ruang lingkup kajian penting dari Ekologi, salah
satunya yaitu Ekologi populasi yang mengkaji interaksi organisme yang sejenis
yang menempati wilayah tertentu dalam waktu yang bersamaan (Roziaty et al,
2017: 2).

Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal baik


antara tanaman dengan lingkungannya. Tanaman membutuhkan sumberdaya
kehidupan dari lingkungannya, dan mempengaruhi lingkungan begitu juga
sebaliknya lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ekologi dibagi atas dua bagian yaitu Sinekologi dan Autekologi (Hanum, 2009: 1).

Tumbuhan, hewan, organisme lain dan lingkungan fisiknya berinteraksi


satu terhadap yang lain dalam suatu sistem yang disebut ekosistem, Ekosistem
adalah benda nyata yang ukurannya bervariasi. Berbagai ciri dapat digunakan untuk
mengenal tipe-tipe ekosistem, tetapi yang paling mudah digunakan adalah ciri-ciri
vegetasi. Vegetasi adalah komunitas tumbuhan, yang biasanya merupakan
komponen ekosistem yang paling mudah dikenali dan sering digunakan untuk
mengidentifikasi dan mendefinisikan batas-batas ekosistem (Mueller-Dombois &
Ellenberg 1974). Wujud vegetasi merupakan cerminan fisiognomi (penampakan
luar) dari interaksi antara tumbuhan, hewan dan lingkungan mereka (Webb &
Tracey 1994). Dengan demikian tipe vegetasi dapat digunakan sebagai pengganti
dan wakil ekosistem dan juga karena vegetasi lebih mudah dikenal dan diteliti
(Specht 1981 Mueller-Dombois & Ellenberg 1974). Vegetasi adalah mosaik
komunitas tumbuhan dalam suatu lanskap (Kuchler 1967) atau kawasan geografi
(Walter 1973), sedangkan suatu komunitas adalah sekelompok tumbuhan dari
berbagai jenis yang saling berinteraksi dan menempati suatu habitat atau tempat.
Jadi dalam suatu vegetasi yang terlibat hanyalah tumbuhan (Kartawinata, 2013: 1).

Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau
makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling
mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya (Daryanto dan
Suprihatin, 2013:31). Lingkungan terdiri atas komponen abiotik dan biotik yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang
tidak bernyawa, seperti air, tanah, udara, kelembaban, intensitas cahaya, PH, dan
bahan pencemar. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa, seperti hewan, tumbuhan, manusia, dan mikroorganisme. Interaksi yang
terjadi antara komponen biotik dengan komponen abiotik dapat disebut sebagai
ekosistem (Wulandari, 2016).

Vegetasi adalah sekelompok tumbuhan atau komunitas tumbuhan yang


hidup bersamasama dalam suatu ekosistem dan saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya sehingga mampu memodifikasi habitatnya, mampu memperkaya
tanah di sekitarnya, dan dapat mengurangi pancaran sinar matahari (Weaver dan
Clements, 1980). Bentuk vegetasi merupakan hasil interaksi faktor-faktor
lingkungan seperti tanah, iklim, topografi, kelembaban, pH, suhu, dan intensitas
cahaya (Binsari et al, 2017).

Vegetasi merupakan kumpulan beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang


tumbuh bersama-sama pada satu tempat dimana terdapat interaksi yang erat antara
individu penyusunya, baik antara tumbuhtumbuhan maupun dengan hewan-hewan
yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan. Analisis vegetasi merupakan cara yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu
area melalui pengamatan langsung (Ura’, 2017).

Analisis vegetasi hutan antara lain ditunjukkan untuk mengetahui komposisi


jenis dan struktur suatu hutan (Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974). Data
tersebut berguna untuk mengetahui kondisi kesimbangan komunitas hutan,
menjelaskan interaksi di dalam dan antar spesies, dan memprediksi kecenderungan
komposisi tegakan dimasa mendatang (Ismaini, 2015).

Data yang diperoleh, dilakukan penghitungan untuk analisis terhadap


kerapatan dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, luas bidang dasar
(LBD), dominansi dan dominansi relatif, serta indeks nilai penting (INP) (Saharjo,
2006). Persamaan yang digunakan dalam perhitungan mengacu pada Onrizal dkk.,
(2005), sebagai berikut:

Σ individu suatu jenis


Kerapatan suatu jenis (K) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

𝐾 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Kerapatan relatif suatu jenis (KR) = 𝐾 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100 %

Σ Sub − petak ditemukan suatu jenis


Frekuensi suatu jenis (F) =
Σ Seluruh sub−petak contoh

F suatu jenis
Frekuensi relatif suatu jenis (FR) = F seluruh jenis x 100%

Luas bidang dasar suatu jenis


Dominansi suatu jenis (D) = Luas petak contoh

diameter batang 2
Luas Bidang Dasar =𝜋𝑥( )
2

D suatu jenis
Dominansi relatif suatu jenis (DR) = D seluruh jenis x 100%

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (Cahyanto et al, 2014).


BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat, Hari dan Waktu Penelitian


Di kebun Biologi (Depan Gedung E), Jumat 22 Maret 2019. Jam 06:00- 08:40.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.1.1 Patok kayu atau bamboo
3.2.1.2 Tali raffia atau tali plastic
3.2.1.3 Pisau besar
3.2.1.4 Gergaji
3.2.1.5 Palu
3.2.1.6 Counter
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Bambu atau kayu
3.2.2.2 Buku identifikasi
3.3 Prosedur Percobaan

Menentukan daerah pengamatan analisis vegetasi di kebun biologi


FKIP Universitas Jember.

Mengukur area pengamatan seluas 10x10 m2 pada daerah yang


telah ditentukan.

Melakukan proses plotting secara acak dengan menempatkan plot


ukuran 1x1 m2.

Melakukan pengamatan jenis vegetasi, kepadatan, kepadatan


relative, frekuensi, frekuensi relative, luas penutup, luas penutup
relative dan nilai penting.
3.4 Desain Percobaan
BAB 4. HASIL PENGAMATAN

Plot Jenis
ke Tumbuhan Jumlah D RD F RF C RC IV
Tumbuhan
A 49 0.02 0.17 0.09 0.09 8.97 0.09 0.35
Tumbuhan
B 89 0.03 0.31 0.16 0.16 16.30 0.16 0.63
Tumbuhan
C 122 0.04 0.42 0.22 0.22 22.34 0.22 0.89
1 Tumbuhan
D 4 0.001 0.01 0.01 0.01 0.73 0.01 0.024
Tumbuhan
E 7 0.002 0.02 0.01 0.01 1.28 0.01 0.04
Tumbuhan
F 1 0.003 0.003 0.001 0.001 0.18 0.001 0.005
Tumbuhan
G 14 0.004 0.05 0.03 0.03 2.56 0.03 0.063
Tumbuhan
H 1 0.003 0.003 0.001 0.001 0.18 0.001 0.005
Tumbuhan
I 1 0.003 0.003 0.001 0.001 0.18 0.001 0.005
Tumbuhan
J 1 0.003 0.003 0.001 0.001 0.18 0.001 0.005
Tumbuhan
14 0.004 0.06 0.03 0.03 2.56 0.03 0.39
A
Tumbuhan
122 0.04 0.56 0.22 0.22 22.34 0.22 3.6
B
Tumbuhan
2 33 0.01 0.15 0.06 0.06 6.04 0.06 0.97
C
Tumbuhan
1 0.0003 0.004 0.001 0.001 0.18 0.00 0.006
F
Tumbuhan
48 0.002 0.22 0.09 0.09 8.79 0.09 0.37
G
Tumbuhan
20 0.007 0.51 0.04 0.04 3.66 0.04 0.1151
A
Tumbuhan
3 13 0.004 0.33 0.02 0.02 2.38 0.02 0.1
B
Tumbuhan
6 0.002 0.15 0.01 0.01 1.10 0.01 0.17
G
BAB 5. PEMBAHASAN

Judul pratikum kali ini adalah sampling analisis vegetasi dengan plot yang
bertujuan agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang teknik sampling
tumbuhan menggunakan metode plot dan agar mahasiswa dapat melakukan analisis
vegetasi dari hasil sampling.

Menurut (Rani, 2011) metode plot adalah prosedur yang umum digunakan
untuk sampling berbagai tipe organisme. Plot biasanya berbentuk segiempat atau
persegi (kwadrat) ataupun lingkaran. Metode ini digunakan untuk sampling
tumbuh- tumbuhan dan hewan-hewan yang bergerak lambat seperti hewan-hewan
yang meliang. Hal tersebut sesuai dengan pratikum kali ini. Bahwasannya untuk
sampling tumbuh-tumbuhan menggunakan metode plot yang berbentuk segiempat.

Menurut (Michael, 1995), metode plot dibedakan menjadi dua yaitu cara
petak tunggal dan cara petak ganda. Cara petak tunggal digunakan satu petak
(kuadrat) berupa tegakkan hutan sebagai unit sampel. Besar unit sampel tidak boleh
terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan keadaan hutan yang dipelajari.
Ukuran minimum dari petak tunggal tergantung dari kerapatan vegetasi dan
banyaknya jenis-jenis pohon. Semakin jarang pepohonan yang ada atau semakin
banyak jenis-jenis tumbuhan, semakin besar ukuran kuadrat sebagai petak tunggal
yang digunakan. Ukuran minimum ditetapkan dengan menggunakan kurva
lengkung spesies. Luas minimum ditetapkan dengan dasar penambahan luas
kuadrat yang tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih besar dari 10% atau
5%. Sedangkan cara petak ganda ini pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan banyak kuadrat yang diletakan tersebar merata dengan secara
sistematis. Penentuan besar atau luas unit sampel juga harus ditentukan kurva
lengkung jenis.Pada percobaan kali ini, kami menggunakan metode plot cara petak
ganda, dikarenakan dalam satu plot terdapat 9 bagian yang diletakkan tersebar
merata secara sistematis.

Selain metode plot juga terdapat metode transek. Menurut (Anwar, 1995),
metode transek dibagi menjadi 3 macam yaitu metode line intercept (line transect),
metode belt transect, metode strip sensus. Pertama, metode Line Intercept (line
transect) biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang
rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis
transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek
biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang
panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis. Metode transek
kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus, kemudian di atas garis
tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak antar kuadrat ditetapkan
secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Selanjutnya
mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan
pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah
memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau arial coverage yang terpotong garis
transek ke tanah.

Kedua, metode belt transect biasa digunakan untuk mempelajari suatu


kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan
tanah, topograpi dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari
tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng
pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan
jarak antar transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki.
Ketiga, metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transect,
hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan).
Metode strip sensus meliputi, berjalan di sepanjang garis transek dan mencatat
spesies-spesies yang diamati di sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat
berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
Prosedur percobaan yang dilakukan pertama yaitu menentukan daerah
pengamatan analisis vegetasi di kebun biologi FKIP Universitas Jember. Pada
percobaan kali ini, kami melakukan percobaan di kabun biologi depan gedung E.
Tumbuhan disana sangat subur dikarenakan pengamatan dilakukan saat musim
hujan. Kedua, mengukur area pengamatan seluas 10x10 m2 pada daerah yang telah
ditentukan oleh asisten laboratorium. Ketiga, melakukan proses plotting secara acak
dengan menempatkan plot ukuran 1x1 m2 dengan alat yang digunakan adalah pipa
yang disusun berbentuk persegi 1x1 m2. Lalu, membagi plot menjadi 9 dengan
menggunakan rafia. Terakhir melakukan pengamatan jenis vegetasi, kepadatan,
kepadatan relative, frekuensi, frekuensi relative, luas penutup, luas penutup relative
dan nilai penting.
Dalam analisis data vegetasi dengan menggunakan metode plot, besaran
yang harus dihitung adalah kepadatan/desensty (D), kepadatan relatif/relative
density (RD), frekuensi (F), frekuensi relatif (RF), luas penutupan (C), luas
penutupan relatif (RC) dan nilai penting (IV).
Kepadatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu atau jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang
besarnya dapat ditaksir atau dihitung, misalnya 2000 tanaman jati/ha. Cara
menghitung kepadatan yaitu jumlah total individu untuk spesies i dibagi luas total
habitat yang disampling. Hal tersebut digunakan untutk menentukan kepadatan
spesies i.
Kepadatan relatif adalah persentase dari jumlah individu jenis yang
bersangkutan. Cara menghitung kepadatan relatif yaitu kepadatan spesies i dibagi
kepadatan untuk semua spesies. Hal tersebut digunakan untuk menentukan relatif
spesies i.
Frekuensi adalah jumlah petak contoh (sample) dimana ditemukan suatu
jenis tumbuhan tertentu dari sejumlah petak contoh (sample) yang dibuat. Cara
menghitung frekuensi yaitu jumlah sampel dimana spesies i terdapat dibagi jumlah
total sampel yang didapat. Hal tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi
spesies i.
Frekuensi relatif adalah frekuensi suatu jenis tumbuhan. Cara menghitung
frekuensi relatif yaitu frekuensi spesies i dibagi jumlah frekuensi untuk semua
spesies. Hal tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi relatif spesies i.
Luas penutupan adalah luas penutupan spesies i dengan cara frekuensi
relatif dikali seratus persen dan luas penutupan relatif adalah luas penutupan relatif
spesies i dengan cara luas penutupan spesies i dibagi jumlah luas penutupan dari
semua spesies. Terakhir mencari nilai penting dengan cara kepadatan relatif
ditambah frekuensi relatif ditambah luas penutupan relatif. Nilai ini dapat
digunakan untuk mengetahui dominasi suatu spesies dalam komunitas.
Pada plot pertama terdapat data jumlah tumbuhan A adalah 49, pada
kepadatan 0,02, pada relative kepadatn 0,17, pada frekuensi 0,09, pada frekuensi
relative 0.09, pada luas penutupan 8,97, pada luas penutupan relative 0,09 dan nilai
penting 0,35. Plot pertama terdapat jumlah tumbuhan B 89, kepadatan 0,03, relative
kepadatan 0,31, frekuensi 0,16, frekuensi relative 0,16, luas penutupan 16,30, luas
penutupan relative 0,16 dan nilai penting 0,63. Plot pertama terdapat jumlah
tumbuhan C 122, kepadatan 0,04, relative kepadatan 0,42, frekuensi 0,42, frekuensi
relative 0,22, luas penutupan 0,22, luas penutupan relative 0,02 dan nilai penting
0,89. Plot pertama terdapat jumlah tumbuhan D 4, kepadatan 0,001, relative
kepadatan 0,01, frekuensi 0,001, frekuensi relative 0,01, luas penutupan 0,73, luas
penutupan relative 0,01 dan nilai penting 0,024. Plot pertama terdapat jumlah
tumbuhan E adalah 7, kepadatan 0,002, relative kepadatan 0,02, frekuensi 0,01,
frekuensi relative 0,01, luas penutupan 1,28, luas penutupan relative 0,01 dan nilai
penting 0,04. Plot pertama terdapat jumlah tumbuhan F adalah 1, kepadatan 0,003,
relative kepadatan 0,003, frekuensi 0,001, frekuensi relative 0,18, luas penutupan
0,01, luas penutupan relative 0,001 dan nilai penting 0,005. Plot pertama terdapat
jumlah tumbuhan G adalah 14, kepadatan 0,004, relative kepadatan 0,05, frekuensi
0,03, frekuensi relative 0,03, luas penutupan 2,56, luas penutupan relative 0,03 dan
nilai penting 0,063. Plot pertama terdapat jumlah tumbuhan H adalah 1, kepadatan
0,003, relative kepadatan 0,003, frekuensi 0,001, frekuensi relative 0,001, luas
penutupan 0,18, luas penutupan relative 0,001 dan nilai penting 0,005. Plot pertama
terdapat jumlah tumbuhan I adalah 1, kepadatan 0,003, relative kepadatan 0,003,
frekuensi 0,001, frekuensi relative 0,001, luas penutupan 0,18, luas penutupan
relative 0,001 dan nilai penting 0,005. Plot pertama terdapat jumlah tumbuhan J
adalah 1, kepadatan 0,003, relative kepadatan 0,003, frekuensi 0,001, frekuensi
relative 0,001, luas penutupan 0,18, luas penutupan relative 0,001 dan nilai penting
0,005.
Plot kedua terdapat jumlah tumbuhan A adalah 14, kepadatan 0,004, relative
kepadatan 0,06, frekuensi 0,03, frekuensi relative 0,03, luas penutupan 2,56, luas
penutupan relative 0,03 dan nilai penting 0,39. Plot kedua terdapat jumlah
tumbuhan B adalah 122, kepadatan 0,04, relative kepadatan 0,56, frekuensi 0,22,
frekuensi relative 0,22, luas penutupan 2,56, luas penutupan relative 0,22 dan nilai
penting 3,6. Plot kedua terdapat jumlah tumbuhan C adalah 33, kepadatan 0,01,
relative kepadatan 0,15, frekuensi 0,06, frekuensi relative 0,06, luas penutupan
6,04, luas penutupan relative 0,06 dan nilai penting 0,97. Plot kedua terdapat jumlah
tumbuhan F adalah 1, kepadatan 0,0003, relative kepadatan 0,00, frekuensi 0,001,
frekuensi relative 0,001, luas penutupan 0,18, luas penutupan relative 0,00 dan nilai
penting 0,006. Plot kedua terdapat jumlah tumbuhan G adalah 48, kepadatan 0,002,
relative kepadatan 0,22, frekuensi 0,09, frekuensi relative 0,09, luas penutupan
8,79, luas penutupan relative 0,09 dan nilai penting 0,37.
Plot ketiga terdapat jumlah tumbuhan A adalah 20, kepadatan 0,007, relative
kepadatan 0,51, frekuensi 0,04, frekuensi relative 0,04, luas penutupan 3,66, luas
penutupan relative 0,04 dan nilai penting 0,1151. Plot ketiga terdapat jumlah
tumbuhan B adalah 20, kepadatan 0,004, relative kepadatan 0,33, frekuensi 0,02,
frekuensi relative 0,02, luas penutupan 2,38, luas penutupan relative 0,02 dan nilai
penting 0,1. Plot ketiga terdapat jumlah tumbuhan C adalah 6, kepadatan 0,002,
relative kepadatan 0,15, frekuensi 0,01, frekuensi relative 0,01, luas penutupan
1,10, luas penutupan relative 0,01 dan nilai penting 0,12.
Tumbuhan yang paling dominasi dalam tiap plot adalah rumput teki
(tumbuhan B). Pada plot 1 terdapat 89 tumbuhan B, di plot 2 terdapat 122 tumbuhan
B dan di plot 3 terdapat 13 tumbuhan B. Hal ini mendominasi dikarenakan tempat
yang digunakan sebagai pengamatan memiliki karakteristik tanah yang cukup subur
dan pengamatan dilakukan saat musim hujan. Dan rumput teki sangat cepat
mengalami pertumbuhan dan berkembangbiak pada tanah yang subur.
Pada pratikum kali ini kami melakukan pengamatan pengambilan metode
plot dengan cara petak ganda (sembilan bagian) yang tersusun secara sistematis
sebanyak tiga kali secara acak, sehingga data yang dianalisis merupakan hasil
rerata.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Teknik sampling tumbuhan menggunakan metode plot terdapat dua cara,
yaitu metode petak tunggal dan metode petak ganda. Pada praktikum kali
ini, dalam pengambilan sampling tumbuhan menggunakan metode plot
tunggal, yaitu yang dipelajari hanya satu petak sampling (contoh) yang
mewakili suatu areal hutan
6.1.2 Hasil data vegetasi dari hasil sampling yang paling mendominasi adalah
rumput teki, dikarenakan wilayah yang digunakan sebagai tempat
pengamatan memiliki karakteristik tanah yang cukup subur dan
pengamatan dilakukan saat musim hujan, sehingga banyak ditemui pula
jenis spesies lainya yang tumbuh subur.
6.2 Saran
6.2.1 Untuk asisten lab, seharusnya memberikan instruksi lebih jelas agar
pratikan dapat memahami dengan benar.
6.2.2 Untuk pratikan, seharusnya sebelum pratikum dimulai sudah memahami
langkah kerja, agar asisten laboratorium tidak perlu menjelaskan lagi dan
mengefisiensikan waktu. Dan pratikan harus lebih teliti menghitung
analisis data yang diamati agar tidak terjadi revisi.
DAFTAR PUSTAKA

Binsasi, R., R. P. Sancayaningsih. dan S. H. Murti. 2017. Analisis ekologis vegetasi


pohon di daerah tangkapan air (DTA) mata air geger Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Jurnal Sains dan Teknologi. 9(2): 57-66.

Cahyanto, T., D. Chairunnisa. dan T. Sudjarwo. 2014. Analisis vegetasi pohon


hutan alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Edisi Agustus. 8(2):
145-161.

Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press.

Ismaini, L., M. Lailati., Rustandi. dan D. Sunandar. 2015. Analisis komposisi dan
keanekaragaman tumbuhan di Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon. 1(6): 1397-1402.

Kartawinata, K. 2013. Diversitas Ekosistem Alami Indonesia. Jakarta: LIPI Press.

Roziaty, E., A. I. Kusumadani. dan I. Aryani. 2017. Biologi Lingkungan. Surakarta:


Muhammadiyah University Press.

Ura’, R., S. A. Paembonan. dan D. Malamassam. 2017. Analisis vegetasi tanaman


bawah berkhasiat obat pada sistem agrisilvikultur di lembang sereale Toraja
Utara. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. 8(16): 45-51.
Wulandari, R. 2016. Metode kunjungan lapangan untuk menanamkan kepedulian
terhadap lingkungan hidup. Jurnal Pedagogia. 5(1): 67-80.
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN REFERENSI
.

Anda mungkin juga menyukai