Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-77

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


YIELD OBLIGASI KONVENSIONAL DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Listed di BEI)
1
Tiyas Ardian Saputra*, Prasetiono

tiyas_ardian@yahoo.com
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50275

ABSTRACT
Basically the value of inflation affect bond’s yield. When inflation was increase , so that
bond’s yield will increase as well. However, in 2010 increase of inflation were followed
by decrease of bond’s yield. In 2011, when BI rate was increase, also was followed by
decrease of bond’s yield. The aims of this study are to analyze the effect of BI rate,
inflation, GDP and bond rating to bond yield.
The research use purposive sampling method. Purposive sampling method is a sampling
method that is based on certain criteria. Sample in this study are 17 samples from 2008
to 2011 period. Data for this study can be obtained from Bond Book that are published in
Indonesia Stock Exchange (IDX) website. Data analysis use multiple linear regression
with SPSS 18 software.
Based on data analysis can be concluded that BI rate variable have a positive and
significant impact on bond yield. Inflation variable have a positive and significant
impact on bond yield. GDP variable have a negative and significant impact on
bond yield. Bond rating have a negative and significant impact on bond yield.
Then, this study also shows BI rate, inflation, GDP and bond rating have significant
effect together on bond yield.

Keywords: Bond Yield, BI rate, Inflation, GDP, Bond Rating

Obligasi merupakan surat


pengakuan utang yang diterbitkan oleh
PENDAHULUAN
Investasi pada dasarnya adalah pemerintah maupun perusahaan swasta
usaha penanaman modal yang kepada investor, di mana utang ini akan
diharapkan dapat menghasilkan dibayarkan pada masa yang ditentukan.
tambahan dana pada masa yang akan Atas pinjaman tersebut investor diberi
datang. Investasi dapat dibedakan imbalan berupa bunga. Tujuan utama
menjadi dua jenis, yaitu investasi dalam seorang investor dalam
bentuk aset riil dan investasi dalam menginvestasikan dananya pada suatu
bentuk surat berharga/sekuritas. sekuritas adalah memperoleh hasil
Investasi dalam bentuk sekuritas (yield) dari investasi tersebut. Yuliati
keuangan bisa dilakukan dalam bentuk dan Handoyo (1996) mengemukakan
obligasi. Investasi dalam bentuk obligasi bahwa yield obligasi adalah tingkat
bertujuan untuk memperoleh hasil bunga yang menyamakan nilai sekarang
pendapatan berupa bunga (Haugen, dari seluruh penerimaan bunga dan nilai
1997). nominal obligasi, dengan harga obligasi.
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Apabila harga pasar obligasi sama bersangkutan. Dengan demikian tingkat


dengan par value obligasi, maka keuntungan sekuritas tidak hanya
besarnya yield akan sama dengan merupakan fungsi dari satu faktor saja,
coupon rate yang dinyatakan dalam melainkan fungsi dari berbagai faktor
persentase (Samsul, 2008). secara umum termasuk didalamnya
Yield obligasi merupakan faktor faktor makro ekonomi yang dinyatakan
terpenting untuk pertimbangan investor dalam Ri = Rf + βi1 (δ1 – Rf) + . . . . + βik
dalam melakukan pembelian obligasi (δ1 – Rf) + ei (Sartono, 2001).
sebagai instrumen investasinya. Pada Sesuai dengan dasar teori
dasarnya kondisi perekonomian Arbitrage Pricing Theory yang
mempengaruhi kondisi pasar. Faktor- dipelopori oleh Rosel pada tahun 1963
faktor ekonomi makro secara empirik dijelaskan bahwa faktor-faktor ekonomi
telah terbukti mempunyai pengaruh makro dapat berpengaruh terhadap yield
terhadap kondisi pasar modal di obligasi. Dengan demikian faktor-faktor
beberapa negara. Faktor-faktor tersebut makro seperti tingkat suku bunga,
yaitu pertumbuhan produk domestik inflasi, dan produk domestik bruto
bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi berpengaruh terhadap yield obligasi
dan tingkat suku bunga (Tandelilin, (Husnan, 1997).
2001:213). Selain faktor eksternal BI rate dan Yield Obligasi
perusahaan, investor juga perlu BI rate merupakan suku bunga
memperhatikan kondisi internal kebijakan yang mencerminkan sikap
perusahaan seperti peringkat obligasi. kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Dalam penelitian ini BI rate, inflasi, Bank Indonesia dan diumumkan kepada
PDB dan peringkat oligasi digunakan publik. BI rate merupakan salah satu
untuk menganalisis faktor-faktor yang mekanisme yang digunakan Bank
mempengaruhi yield obligasi. Indonesia untuk mengontrol kestabilan
nilai rupiah.
KERANGKA PEMIKIRAN Suku bunga berpengaruh
TEORITIS terhadap tinggi rendahnya obligasi, hal
Arbitrage Pricing Theory (APT) ini dikarenakan apabila suku bunga
Teori Aritrage Pricing Theory mengalami peningkatan maka secara
(APT) ini berawal dari adanya relatif akan menurunkan imbal hasil
kelemahan dari teori sebelumnya yaitu yang diterima oleh investor, hal ini
Capital Aset Pricing Model (CAPM), dikarenakan bunga obligasi yang
dimana dalam teorinya CAPM bersifat tetap (fixe rate), sehingga
menyatakan bahwa tingkat keuntungan investor akan meminta kompensasi
yang diisyaratkan sekuritas adalah sama dengan meminta yield yang lebih tinggi,
dengan tingkat keuntungan bebas risiko dengan kata lain apabila tingkat suku
yang ditambah dengan koefisien beta bunga mengalami kenaikan maka
kali premium risiko pasar Ri = Rf + βi besarnya yield yang disyaratkan oleh
(Rm – Rf). Namun dalam teori CAPM ini investor juga akan mengalami kenaikan
mengasumsikan bahwa tingkat (Ibrahim, 2008)
keuntungan pasar (Rm) tidaklah hanya H1: BI rate berpengaruh positif
dipengaruhi oleh satu faktor saja namun terhadap yield obligasi.
oleh beberapa faktor seperti faktor
makro pendapatan nasional, produk Inflasi dan Yield Obligasi
domestik bruto, suku bunga, inflasi, Munfi’i (2011) Inflasi adalah
perubahan perpajakan dan kejadian- naiknya harga-harga komoditi secara
kejadian / noice dalam perusahaan umum yang disebabkan oleh tidak
seperti prestasi dan kinerja perusahaan singkronnya antara program pengadaan

2
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

komoditi (produksi, penentuan harga, PDB akan berpengaruh pada


pencetakan uang, dan sebagainya) menurunnya yield obligasi.
dengan tingkat pendapatan yang dimiliki H3: PDB berpengaruh negatif
oleh masyarakat. Dalam ilmu ekonomi, terhadap yield obligasi.
inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi
dan terus-menerus. Menurut Baker dan Mansi
Lidya Kristina (2010) (2001) peringkat obligasi merupakan
mengatakan bahwa perubahan laju salah satu indikator penting mengenai
inflasi yang sangat fluktuatif berdampak kualitas kredit perusahaan. Peringkat
pada investasi surat-surat berharga obligasi merupakan indikator ketepatan
karena dengan inflasi yang meningkat waktu pembayaran pokok dan bunga
berarti berinvestasi pada surat berharga hutang obligasi. Rizzi (1994)
seperti obligasi dirasa makin berisiko, mengelompokkan peringkat obligasi
tingginya risiko dalam investasi, akan menjadi dua, yaitu: investment grade
mengakibatkan semakin tinggi juga (AAA-BBB) dan non investment
imbal hasil (yield) yang diharapkan oleh grade/speculative grade (BB+-D).
investor. Investment grade merupakan obligasi
H2: Inflasi berpengaruh positif yang berperingkat tinggi (high grade)
terhadap yield obligasi. yang mencerminkan risiko kredit yang
rendah. Non investment grade
PDB dan Yield Obligasi merupakan obligasi yang berperingkat
Produk domestik bruto adalah rendah (low grade) yang mencerminkan
nilai pasar dari semua barang dan jasa risiko kredit yang tinggi.
akhir (final) yang diproduksi dalam Obligasi yang berperingkat
sebuah negara pada suatu periode tinggi akan menawarkan imbal hasil
(Mankiw, 2006). PDB yang tumbuh (yield) yang rendah, demikian pula
dengan cepat menunjukkan sebaliknya, jika obligasi berperingkat
perekonomian berkembang dengan rendah maka akan menawarkan imbal
peluang yang berlimpah bagi perusahaan hasil (yield) yang tinggi guna menarik
untuk meningkatkan penjualan. minat investor. Hal ini berhubungan
Perubahan kondisi ekonomi positif dengan risiko yang melekat pada
seperti meningkatnya PDB mempunyai obligasi tersebut. Semakin tinggi
pengaruh positif terhadap daya beli peringkat obligasi maka risiko semakin
konsumen sehingga dapat meningkatkan rendah, imbal hasil (yield) yang
permintaan terhadap produk perusahaan. diberikan juga semakin rendah.
Dengan meningkatnya penjualan Sebaliknya jika semakin rendah
perusahaan, maka kesempatan peringkat obligasi, semakin tinggi risiko,
perusahaan memperoleh keuntungan semakin tinggi juga imbal hasil (yield)
juga akan semakin meningkat yang diberikan.
(Tandelilin 2001:212). Dapat H4: Peringkat obligasi
disimpulkan bahwa meningkatnya PDB berpengaruh negatif
merupakan sinyal positif untuk terhadap yield obligasi
berinvestasi. PDB yang tinggi
mengindikasikan bahwa investasi yang Berdasarkan tinjauan pustaka,
ada memiliki tingkat resiko yang relatif hipotesis dan untuk memudahkan suatu
kecil sedangkan obligasi yang memiliki penelitian maka perlu dibuat suatu
resiko lebih kecil memberikan yield kerangka pikir penelitian yang
yang kecil pula. Sehingga meningkatnya menggambarkan suatu hubungan
variabel independen dalam hal ini BI

3
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

rate, inflasi, PDB, dan peringkat kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat
obligasi terhadap variabel dependen pada gambar dibawah ini :
yaitu yield obligasi. Secara sistematis

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

H1 (+)
BI Rate

H2 (+)
Inflasi
Yield Obligasi
H3 (-)

PDB

H4 (-)

Peringkat
Obligasi
Sumber : Nurfauziah & Adistien FS (2004), Hadiasman Ibrahim (2008), Sam’ani (2009), Budhi
Artha S dan Teguh Gunawan N (2011) dan Ayu Purnamawati (2013) yang dikembangkan untuk
penelitian ini.
cara dalam menghitung yield to
METODE PENELITIAN maturity menggunakan metode
Variabel Dependen Internal Rate of Return (IRR) adalah
1. Yield Obligasi sebagai berikut; (Samsul, 2008)
Yield to maturity bisa diartikan
sebagai tingkat pengembalian Keterangan:
majemuk yang akan diterima investor � � �n ��n
Kurs =Kurs =+harga obligasi
+ .... �
+
jika membeli obligasi pada harga C 1+� = kupon
1+� yang diterima
1+� 1+� �
pasar saat ini dan menahan obligasi
tersebut hingga jatuh tempo. Adapun

TV = kurs jual atau nominal


(1 + i) = 1 ditambah YTM yang aka dihitung
n = jumlah frekuensi pembayaran kupon sampai maturity

Variabel Independen bulanan per tiga bulan yang di


1. BI Rate publikasikan oleh Bank Indonesia.
BI rate merupakan nilai suatu 2. Inflasi
tingkat suku bunga yang besarnya Inflasi adalah naiknya harga-
sesuai dengan dikeluarkan oleh Bank harga komoditi secara umum yang
Sentral (Bank Indonesia) sebagai disebabkan oleh tidak singkronnya
indikator tingkat risiko mulai dari antara program pengadaan komoditi
tahun 2008 sampai dengan tahun (produksi, penentuan harga,
2011. BI rate yang digunakan dalam pencetakan uang, dan sebagainya)
penelitian ini adalah rata-rata BI rate dengan tingkat pendapatan yang
dimiliki oleh masyarakat mulai dari

4
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

PDB ah n ke � − PDB ah n ke �−1


Laju Pertumbuhan PDB = x 100%
PDB ah n ke �−1

peringkat AA+, AA, AA-


tahun 2008 sampai tahun 2011. dengan memberi nilai 3
Inflasi yang digunakan dalam 3) Kategori investment grade untuk
penelitian ini adalah tingkat rata-rata perusahaan yang risiko memiliki
inflasi bulanan per tiga bulan yang di peringkat A+, A, A- dengan
publikasikan oleh Bank Indonesia. memberi nilai 2
3. PDB 4) Kategori investment grade untuk
Produk domestik bruto adalah perusahaan yang risiko memiliki
nilai pasar dari semua barang dan peringkat BBB+, BBB, BBB-
jasa akhir (final) yang diproduksi dengan memberi nilai 1
dalam sebuah negara pada suatu Populasi dan Sampel
periode (Mankiw, 2006:6) mulai dari Populasi dalam penelitian ini
tahun 2008 sampai tahun 2011, adalah semua perusahaan yang
terhitung pada saat penerbitan menerbitkan obligasi konvensional,
obligasi di keluarkan. yang terdaftar di Bursa Efek
PDB yang digunakan dalam Indonesia 2008 sampai tahun 2011.
penelitian ini adalah menggunakan
Data populasi berjumlah 97 Obligasi.
pendekatan produksi per tiga bulan.
Sedangkan metode yang digunakan
Pendekatan produksi mengukur
seluruh output yang dihasilkan oleh untuk menentukan sampel adalah
suatu perekonomian, dimana pada dengan metode purposive sampling
pendekatan ini menggunakan yaitu metode pemilihan sampel
sembilan jenis lapangan usaha yang dengan kriteria tertentu. Adapun
ada di Indonesia.) : kriteria sampel adalah:
4. Peringkat Obligasi 1) Perusahaan-perusahaan yang
Peringkat obligasi adalah mengeluarkan obligasi yang
pernyataan dalam bentuk simbol tercatat diperdagangkan selama
tentang keadaaan perusahaan tahun 2008-2011 dan terdaftar di
penerbit obligasi yang dikeluarkan Bursa Efek indonesia terdapat
oleh PT. Pefindo, variabel peringkat 72 obligasi.
obligasi diberi simbol rating dan 2) Obligasi yang masih beredar
ditentukan dengan menggolongkan atau belum masa jatuh tempo
peringkat sesuai kategori dari tahun 2008-2011, sehingga
peringkatnya. Peringkat yang dapat diperoleh data harga
digunakan dalam penelitian ini obligasi yang berlaku, terdapat
adalah peringkat dalam kategori 32 obligasi.
investment grade yang dibagi ke 3) Membayar kupon dalam jumlah
dalam empat klasifikasi dengan yang tetap (fixed rate), terdapat
angka 1 sampai dengan 4 sebagai 31 obligasi.
berikut (Amalia, 2011); 4) Obligasi perusahaan terdaftar
1) Kategori investment grade untuk dalam peringkat obligasi yang
perusahaan yang risiko memiliki dikeluarkan oleh PT. Pefindo,
peringkat AAA dengan memberi terdapat 28 obligasi.
nilai 4 5) Obligasi perusahaan yang
2) Kategori investment grade untuk menerbitkan harga obligasi yang
perusahaan yang risiko memiliki dicantumkan pada bond book

2
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

IDX untuk perhitungan yield Adapun model dasar dari regresi


obligasi, terdapat 17 obligasi. berganda dapat dirumuskan sebagai
Berdasarkan kriteria yang berikut:
ditentukan, peneliti memperoleh data Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
sampel sejumlah 17 obligasi yang e
memenuhi kriteria yang diinginkan. Y = Yield Obligasi
Metode Analisis β0 = Konstanta
Metode analisis yang dipakai β1- β4 = Koefisien
dalam penelitian ini adalah analisis Regresi
regresi linier berganda. Analisis regresi X1 = BI Rate
berganda merupakan analisis yang X2 = Inflasi
digunakan untuk menguji pengaruh dua X3 = PDB
atau lebih variabel independen yang X4 = Peringkat
mempengaruhi satu variabel dependen. Obligasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif

Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Yield 102 8.13 16.51 10.7414 1.70619
BI rate 102 6.50 6.75 6.5417 .09363
Inflasi 102 3.43 6.96 5.5717 1.16057
PDB 102 5.81 6.81 6.3117 .33493
Peringkat 102 2.00 4.00 2.8235 .51534
Valid N (listwise) 102
Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS 18

Dari 102 observasi yang diteliti, dari 0,05. Dari hasil uji normalitas nilai
diketahui nilai minimum, maksimum, Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh
mean dan standar deviasi dari semua adalah 0,757 dan tingkat signifikansi
variabel (yield obligasi, BI rate, inflasi, pada 0,615 yang lebih besar dari tingkat
PDB dan peringkat obligasi) seperti signifikansi 0,05. Dengan demikian,
pada tabel 1. Jika dilihat dari semua dapat disimpulkan bahwa pola residual
variabel yang ada, nilai standar terdistribusi normal dan hasilnya
deviasinya memiliki nilai yang lebih konsisten dengan uji grafik yang
kecil dari mean hal ini menunjukkan dilakukan sebelumnya, sehingga model
adanya sebaran variabel data yang lebih regresi memenuhi uji normalitas.
kecil atau tidak adanya kesenjangan Uji Multikolinearitas
yang cukup besar dari nilai terendah dan Hasil perhitungan nilai
tertinggi. tolerance menunjukkan tidak ada
Uji Normalitas variabel independen yang memiliki
Dalam uji Kolmogorov-Smirnov tolerance kurang dari 0,10 yang berarti
(KS), suatu data dikatakan normal jika tidak ada korelasi antar variabel
mempunyai asymptotic significant lebih independen yang nilainya lebih dari

2
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

90%. Hasil perhitungan nilai Variance dikatakan bahwa model terbebas dari
Inflation Factor (VIF) juga autokorelasi.
menunjukkan hal yang sama tidak ada Uji Heteroskedastisitas
satu variabel independen yang memiliki Uji scatterplot menunjukkan
nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat bahwa data tersebar secara acak dan
disimpulkan bahwa tidak ada tidak membentuk suatu pola tertentu.
multikolonieritas antar variabel Data tersebar baik diatas maupun di
independen dalam regresi. bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
Uji Autokorelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat
Hasil uji autokorelasi heteroskedastisitas dalam model regresi
menunjukkan nilai Durbin Watson yang digunakan. Selain dengan analisis
sebesar 1,863. Nilai Durbin Watson scatterplot di atas, pengujian juga
hitung akan dibandingkan dengan nilai dilakukan terhadap model regresi untuk
Durbin Watson tabel dengan mengetahui ada tidaknya masalah
menggunakan derajat kepercayaan 5%, heteroskedastisitas dengan
dengan jumlah sampel 102 dengan 4 menggunakan uji glejser. Uji glejser
variabel independen. Maka dari tabel dilakukan dengan meregresi nilai
Durbin Watson akan didapatkan nilai dl absolut residual terhadap variabel
1,582 dan nilai du 1,758. Karena nilai independen. Dari hasil uji glejser
Durbin Watson hitung terletak diantara diketahui bahwa tingkat signifikansi
batas atas (du) dan batas bawah (4-du) seluruh variabel independen berada di
atau du < dw < 4-du yaitu 1,758 < 1,863 atas nilai 0,05. Maka hal ini
< 2,242. Dengan demikian dapat membuktikan bahwa penelitian ini bebas
dari masalah heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Berganda

Tabel 2
Uji Regresi Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) .007 .002 2.858 .005
BI rate .201 .083 .212 2.146 .012 .634 1.577
1 Inflasi .197 .076 .253 2.317 .018 .522 1.914
PDB -.032 .008 -.081 -1.658 .037 .404 2.473
Peringkat -.452 .197 -.493 -6.259 .003 .962 1.039
a. Dependent Variable: Yield
Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS 18

Berdasarkan dari tabel 2 pada yield obligasi adalah BI rate


Variabel independen yang paling dengan koefisien beta unstandardized
berpengaruh adalah peringkat obligasi. sebesar 0,201. Selanjutnya, variabel
Hal ini dapat dilihat pada koefisien beta independen ketiga yang berpengaruh
unstandardized sebesar 0,452. Variabel pada yield obligasi adalah inflasi dengan
independen kedua yang berpengaruh koefisien beta unstandardized sebesar

2
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

0,197. Terakhir, variabel independen beta unstandardized sebesar 0,032.


keempat yang berpengaruh pada yield Berdasarkan tabel 2, maka diperoleh
obligasi adalah PDB dengan koefisien persamaan regresi sebagai berikut :

Yield = 0,007 + 0,201 BI Rate + 0,197 Inflasi -0,032 PDB - 0,452 Peringkat

Uji Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel BI rate


Dari uji koefisien determinasi memiliki pengaruh terhadap variabel
dapat diketahui bahwa nilai adjusted yield obligasi. Oleh karena itu, H1 “BI
R2 adalah 0,376. Hal ini rate berpengaruh positif dan signifikan
menunjukkan bahwa sebesar 37,6% terhadap yield obligasi” diterima.
BI rate berpengaruh terhadap
yield dipengaruhi oleh variasi dari
besar yield obligasi, hal ini dikarenakan
keempat variabel independen yang apabila BI rate mengalami peningkatan
digunakan, yaitu BI rate, inflasi, maka akan direspon dengan naiknya
PDB dan peringkat obligasi. tingkat return yang diisyaratkan investor
Sedangkan sisanya sebesar 62,4% karena harga obligasi yang cenderung
dipengaruhi oleh sebab-sebab lain di turun akibat naiknya tingkat bunga BI
luar model penelitian. Dari situ dapat tersebut, dengan kata lain apabila BI
kita lihat bahwa nilai adjusted R2 rate mengalami kenaikan maka besarnya
dapat dikatakan relatif kecil karena yield yang disyaratkan oleh investor juga
masih terdapat 62,4% faktor di luar akan mengalami kenaikan.
model yang mampu mempengaruhi Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
yield obligasi.
(Ibrahim (2008) dan Surya dan Nasher
Uji F (Uji Pengaruh Simultan)
(2011) serta Noviana (2012) dimana
Berdasarkan hasil uji F didapat
dalam penelitiannya juga membuktikan
nilai F hitung sebesar 16,010 dengan
bahwa adanya pengaruh BI rate secara
probabilitas 0,000. Karena probabilitas
positif terhadap yield obligasi.
lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
Pengaruh Inflasi terhadap Yield
dapat digunakan untuk memprediksi
Obligasi
pengaruh BI rate, inflasi, PDB dan Hasil pengujian parsial (uji t)
peringkat obligasi secara bersama- antara inflasi dengan yield obligasi
sama terhadap yield obligasi. menunjukkan nilai t hitung sebesar
Uji T (Uji Parsial) 2,317 dengan nilai signifikan sebesar
Pengaruh BI Rate terhadap Yield 0,018 yang berada dibawah 0,05. Hasil
Obligasi pengujian antara inflasi terhadap yield
Hasil pengujian parsial (uji t) obligasi menunjukkan koefisien regresi
antara BI rate dengan yield obligasi yang positif dan ada pengaruh signifikan
menunjukkan nilai t hitung sebesar antara inflasi terhadap yield obligasi.
2,146 dengan nilai signifikan sebesar Koefisien regresi yang positif
0,012 yang berada dibawah 0,05. Hasil menunjukkan bahwa ketika nilai inflasi
pengujian antara BI rate terhadap yield mengalami kenaikan maka akan diikuti
obligasi menunjukkan koefisien regresi oleh kenaikan nilai yield obligasi
yang positif dan ada pengaruh signifikan sedangkan nilai yang signifikan
antara BI rate terhadap yield obligasi. menunjukkan bahwa variabel inflasi
Koefisien regresi yang positif memiliki pengaruh terhadap variabel
menunjukkan bahwa ketika nilai BI rate yield obligasi. Oleh karena itu, H2
mengalami kenaikan maka akan diikuti “Inflasi berpengaruh positif dan
oleh kenaikan nilai yield obligasi
sedangkan nilai yang signifikan

2
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

signifikan terhadap yield obligasi” perusahaan, maka kesempatan


diterima. perusahaan memperoleh keuntungan
Perubahan laju inflasi yang juga akan semakin meningkat
sangat fluktuatif akan berdampak pada (Tandelilin 2001:212). Dapat
investasi surat-surat berharga karena disimpulkan bahwa meningkatnya PDB
dengan meningkatnya inflasi berarti merupakan sinyal positif untuk
berinvestasi pada surat-surat berharga berinvestasi. PDB yang tinggi
seperti obligasi dirasa makin berisiko mengindikasikan bahwa investasi yang
karena kondisi pasar sedang mengalami ada memiliki tingkat resiko yang kecil
kenaikan harga secara keseluruhan, sedangkan obligasi yang memiliki resiko
sehingga dengan tingginya risiko yang kecil memberikan yield yang kecil pula.
diakibatkan oleh laju inflasi, investor Sehingga PDB berpengaruh negatif
mengharapkan imbal hasil (yield) yang terhadap yield obligasi.
lebih tinggi atas investasinya, dengan Hasil penelitian ini sesuai
kata lain laju inflasi mempengaruhi dengan penelitian Arum (2012) yang
besar kecilnya yield obligasi yang menyebutkan bahwa pengaruh negatif
diinginkan oleh investor. PDB memberikan pengertian bahwa
Hasil penelitian ini sesuai semakin tinggi PDB maka yield akan
dengan penelitian Nurfauziah dan semakin rendah.
Setyarini, (2004) yang menyatakan jika Pengaruh Peringkat Obligasi
inflasi meningkat, maka yield obligasi terhadap Yield Obligasi
juga akan meningkat. Hasil pengujian parsial (uji t)
Pengaruh PDB terhadap Yield antara peringkat obligasi dengan yield
Obligasi obligasi menunjukkan nilai t hitung
Hasil pengujian parsial (uji t) sebesar -6,259 dengan nilai signifikan
antara PDB dengan yield obligasi sebesar 0,003 yang berada diatas 0,05.
menunjukkan nilai t hitung sebesar - Hasil pengujian antara peringkat
1,658 dengan nilai signifikan sebesar obligasi terhadap yield obligasi
0,037 yang berada dibawah 0,05. Hasil menunjukkan koefisien regresi yang
pengujian antara PDB terhadap yield negatif dan ada pengaruh signifikan
obligasi menunjukkan koefisien regresi antara peringkat obligasi terhadap yield
yang negatif dan ada pengaruh obligasi. Koefisien regresi yang negatif
signifikan antara PDB terhadap yield menunjukkan bahwa ketika nilai
obligasi. Koefisien regresi yang negatif peringkat obligasi mengalami kenaikan
menunjukkan bahwa ketika nilai PDB maka akan diikuti oleh penurunan nilai
mengalami kenaikan maka akan diikuti yield obligasi sedangkan nilai yang
oleh penurunan nilai yield obligasi signifikan menunjukkan bahwa variabel
sedangkan nilai yang signifikan peringkat obligasi memiliki pengaruh
menunjukkan bahwa variabel PDB terhadap variabel yield obligasi. Oleh
memiliki pengaruh terhadap variabel karena itu, H3 “Peringkat obligasi
yield obligasi. Oleh karena itu, H3 berpengaruh negatif dan signifikan
“PDB berpengaruh negatif dan terhadap yield obligasi” diterima.
signifikan terhadap yield obligasi” Hasil penelitian ini sesuai
diterima. dengan teori sebelumnya yang
Perubahan kondisi ekonomi menyebutkan bahwa risiko yang tinggi
seperti meningkatnya PDB mempunyai tercermin dalam peringkat obligasi yang
pengaruh positif terhadap daya beli rendah. Perusahaan dengan peringkat
konsumen sehingga dapat meningkatkan obligasi yang rendah biasanya akan
permintaan terhadap produk perusahaan. menawarkan obligasinya dengan yield
Dengan meningkatnya penjualan yang tinggi untuk menarik minat

2
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

investor (Immacullata dan Restuti, adjusted R² sebesar 0,376 yang


2007). menunjukkan bahwa variabel yield
Hasil penelitian ini sesuai obligasi dapat dijelaskan oleh variabel
dengan penelitian Bhojraj dan Sengupta BI rate, Inflasi, PDB dan peringkat
(2003), Hadiasman Ibrahim (2008) yang obligasi sebesar 37,6%, sedangkan
menyatakan bahwa peringkat yang sisanya yaitu sebesar 62,4% dijelaskan
tinggi akan memberikan yield obligasi oleh variabel-variabel yang lain di luar
yang lebih rendah. persamaan. Untuk menambah nilai
adjusted R2 dapat dilakukan dengan
KESIMPULAN menambah variabel independen.
Berdasarkan hasil analisis data dan Variabel independen yang dapat
pembahasan yang sudah diuraikan dapat ditambahkan antara lain coupun, dan
ditarik kesimpulan bahwa variabel BI firm size.
rate dan Inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap yield obligasi REFERENSI
sedangkan PDB dan Peringkat Obligasi Amalia, Novie Rizki. 2012. Determinan
berpengaruh negatif dan signifikan Revenue Obligasi Syariah
terhadap yield obligasi. Kemudian, (Studi Empiris Pada
penelitian ini juga menunjukkan BI rate, Perusahaan Listed di BEI
Inflasi, PDB, dan Peringkat Obligasi Periode 2008-2010). Skripsi.
secara bersama-sama mempunyai Semarang: Universitas Negeri
pengaruh signifikan terhadap yield Semarang
obligasi. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang pernah Bhojraj, Sanjeev dan Sengupta,
dilakukan sebelumnya oleh Hadiasman Partha. 2003. Effect of
Ibrahim (2008), Budhi Artha S dan Corporate Governance on
Teguh Gunawan N (2011), Ayu Bond Ratings and Yields:
Purnamawati (2013) dan sesuai dengan
The Role of Institusional
teori Arbitrage Pricing Theory oleh
Rosel pada tahun 1963. Investor and Outside
Dalam penelitian ini masih Directors. The Journal of
terdapat keterbatasan-keterbatasan yang Business, Vol 76, No 3,
dapat dijadikan bahan pertimbangan p455-475
bagi peneliti selanjutnya agar mampu
mendapatkan hasil yang lebih baik. Fabozzi, Frank J. 2000. Manajemen
Pertama, penelitian ini masih berupa Investasi. Edisi Pertama.
penelitian yang memberikan gambaran Jakarta: Salemba Empat.
umum variabel yang berpengaruh
terhadap yield obligasi sehingga Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis
referensi yang digunakan dalam Multivariat dengan Program
penelitian ini masih terbatas. Kedua, SPSS. Semarang: Badan
nilai Adjusted R2 yang dapat Penerbit Universitas
menjelaskan variabel yield obligasi Diponegoro.
hanya sebesar 37,6%. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat faktor- Husnan dan Pudjiastuti. 2004. Dasar-
faktor lain yang mempengaruhi variabel dasar Manajemen Keuangan.
yield obligasi yang tidak dimasukkan Yogyakarta: UPP AMP
kedalam penelitian. YKPN.
Atas dasar keterbatasan tersebut,
dari hasil penelitian diperoleh nilai

3
Kurniawan & Raharjo/Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 11 (2014) Juni 67-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Siasat Bisnis, Vol 2, No. 9,


Tingkat Suku Bunga, Peringkat p241-256.
Obligasi, Ukuran Perusahaan
dan DER Terhadap Yield To Pefindo. 2010. Pefindo. Diunduh April
Maturity Obligasi Korporasi 20, 2013, dari PT . Pefindo
Di Bursa Efek Indonesia Credit Rating Indonesia:
Periode Tahun 2004-2006. http://new.pefindo.com/
Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro. Sam’ani. 2009. Pengaruh Bunga Pasar,
Jatuh Tempo Obligasi, Rating
Indonesia Stock Exchange. 2011. Obligasi, Nilai Tukar Dan
Indonesia Bond Pricing Inflasi Terhadap Yield
Agency. Diunduh Maret 27, Obligasi Di Bursa Efek
2013, dari Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang:
Indonesia: Politeknik Negeri Semarang
http://www.idx.co.id/
Samsul, M. 2008. Pasar Modal &
Kristina, Lidya. 2010. Analisa Pengaruh Manajemen Portofolio.
Tingkat Suku Bunga, Tingkat Jakarta: Penerbit Erlangga.
Inflasi, Growth, Maturitas, dan
Peringkat Obligasi Terhadap Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis
YTM Obligasi pada Investasi dan Manajemen
perusahaan yang terdaftar di Portofolio. Edisi Pertama,
Bursa Efek Indonesia Tahun Cetakan Pertama, Yogyakarta:
2006-2008. Skripsi. Surabaya: BPFE Yogyakarta.
Sekolah Tinggi Ekonomi
Perbanas. www.bi.go.id

Melati, Arum. 2010. Pengaruh PDB, www.bps.go.id


Ukuran Perusahaan, Jatuh
Tempo Obligasi, dan DER www.pefindo.com
Terhadap Tingkat Sewa Sukuk
Ijarah. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Nasher dan Surya. 2011. Analisis


Pengaruh Tingkat Suku Bunga
SBI, Exchange Rate, Ukuran
Perusahaan, Debt T o Equity
Ratio dan Bond terhadap Yield
Obligasi Korporasi di
Indonesia. Tesis. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.

Nurfauziah dan Setyarini, A.F. 2004.


Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Yield Obligasi
Perusahaan (Studi Kasus Pada
Industri Perbankan dan
Industri Finansial). Jurnal

Anda mungkin juga menyukai