G 501 09 029
Kelompok III
“NOISY BREATHING”
LO
1. Pengertian deformitas!
Deformitas atau kelainan bentuk tulang belakang bisa terjadi akibat kompresi fraktur
(Setiawan, 2002).
Fraktur Le Fort II
Fraktur Le Fort II lebih jarang terjadi, dan mungkin secara klinis mirip dengan fraktur
hidung. Bila fraktur horizontal biasanya berkaitan dengan tipisnya dinding sinus, fraktur
piramidal melibatkan sutura-sutura. Sutura zigomatimaksilaris dan nasofrontalis
merupakan sutura yang sering terkena. Seperti pada fraktur Le Fort I, bergeraknya
lengkung rahang atas, bias merupakan suatu keluhan atau ditemukan saat pemeriksaan.
Derajat gerakan sering tidak lebih besar dibanding fraktur Le Fort I, seperti juga
gangguan oklusinya tidak separah pada Le Fort I.
Perawatan pada masing-masing fraktur maksilofasial itu berbeda satu sama lain.
Oleh sebab itu perawatannya akan dibahas satu per satu pada masing-masing fraktur
maksilofasial. Tetapi sebelum perawatan defenitif dilakukan, maka hal yang pertama sekali
dilakukan adalah penanganan kegawatdaruratan yakni berupa pertolongan pertama (bantuan
hidup dasar) yang dikenal dengan singkatan ABC. Apabila terdapat perdarahan aktif pada
pasien, maka hal yang harus dilakukan adalah hentikanlah dulu perdarahannya. Bila pasien
mengeluh nyeri maka dapat diberi analgetik untuk membantu menghilangkan rasa nyeri.
Setelah penanganan kegawatdaruratan tersebut dilaksanakan, maka perawatan definitif dapat
dilakukan.
5. Penyebab keluarnya darah pada hidung dan mulut serta lokasi asal perdarahan!
- Kemungkinan keluarnya darah dari mulut akibat fraktur mandibula yang secara
visualisasi terlihat adanya hematoma, pembengkakan pada bagian yang mengalami
fraktur, perdarahan pada rongga mulut. Sedangkan secara palpasi terdapat step
deformity. Pada fraktur mandibula dilakukan pemeriksaan foto roentgen proyeksi
oklusal dan periapikal, panoramik tomografi ( panorex ) dan helical CT.
- Kemungkinan keluarnya darah dari hidung akibat fraktur kompleks nasal yang secara
visualisasi dapat terlihat adanya deformitas pada tulang hidung, laserasi, epistaksis,
bentuk garis hidung yang tidak normal. Sedangkan secara palpasi dapat terlihat
adanya luka robek pada daerah frontal hidung, edema, hematom, dan tulang hidung
yang bergerak dan remuk. Selanjutnya pemeriksaan fraktur nasal kompleks dilakukan
dengan foto rontgen dengan proyeksi Water, CT Scan, Helical CT dan pemeriksaan
foto roentgen dengan proyeksi dari atas hidung.