PENDAHULUAN
luasnya sekitar 7,81 juta km², yang terdiri dari 2,01 juta km² daratan, 3,25 juta km²
lautan dan 2,55 juta km² Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Indonesia merupakan Negara
dengan luas perairan lebih besar daripada luas daratan, maka dari itu disebut sebagai
Garis pantai Indonesia mencapai lebih dari 100.000 km, yang di dalamnya terkandung
sumber daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan
(FAO) Desember 2014, saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan
kedua terbesar di dunia setelah China. Produksi perikanan tangkap Indonesia pada
Gambar 1. Hasil Perikanan Tangkap Dunia Tahun 2014 (Sumber : FAO 2016)
berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics)
untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (Ayodhyoa, 1983).
dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar diseluruh
sektor perikanan indonesia. Diantaranya adalah pancing, payang dan purse seine. Dari
alat-alat tersebut termasuk dalam golongan alat yang ramah lingkungan, sehingga alat
penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit penangkapan
ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang berukuran kecil seperti
tombak, serok dan pancing sampai alat tangkap yang berukuran besar seperti trawl,
purse seine, rawai tuna serta payang. Payang merupakan salah satu unit penangkapan
ikan yang umum dikenal dan dioperasikan hampir di seluruh perairan Indonesia
(Subani, 1978).
sebagai berikut :
1. Salah Syarat Dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG) Di SMK Negeri 3 Pariaman.
Metode yang digunakan dalam mendapatkan data dan informasi adalah dengan
metode studi pustaka, yaitu mencari sumber data dan informasi yang dibutuhkan
melalui media seperti buku dan internet. Data yang didapatkan kemudian diolah dan
didiskusikan bersama.
(termasuk makanan laut lainnya) dari laut atau perairan (yang bukan perairan
budidaya) dengan menggunakan alat atau cara lainnya. Penangkapan ikan adalah
Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan
dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
budidaya organisme air, termasuk ikan, moluska, kurstasea dan tanaman air.
dan kegiatan pengelolaan hingga pemasaran hasilnya Mubiyarto (1994) dalam Zubair
dan Yasin (2011). Sedangkan sumberdaya perikanan adalah seluruh binatang dan
tumbuhan yang hidup di perairan (baik di darat maupun di laut) oleh karena itu
perikanan dapat dibedakan atas perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan darat
adalah semua usaha perikanan yang tidak dilakukan di laut luas seperti perikanan air
membedakan perikanan laut kedalam dua kelompok yaitu kelompok ikan pelagis (ikan
yang hidup pada bagian permukaan) dan jenis ikan demersal (ikan yang hidup di dasar
laut). Kelompok ikan pelagis diantaranya ikan cakalang, tuna, layang, kembung, lamun
dan lain-lain. Sedangkan jenis demersal seperti udang, kepiting, kakap merah dan lain-
lain.
usaha perikanan dapat dipandang sebagai suatu perpaduan faktor produksi atau suatu
barang antara yang dihasilkan faktor-faktor produksi klasik tenaga kerja dan barang-
barang modal atau apapun yang dianggap sejenisnya. Defenisi ini mencakup semua
kegiatan yang berkaitan dengan upaya memperoleh hasil yang laku dijual dan tidak
Hanafiah dan Saefuddin (2000) dalam Zubair dan Yasin (2011) mengungkapkan
atau tumbuhan yang hidup di laut untuk memperoleh penghasilan dengan melakukan
hasil laut dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan nelayan ataupun 8 nelayan
ikan. Nelayan adalah orang- orang yang aktif dalam melakukan kegiatan pada sub
sektor perikanan dan ini dilakukan dalam usaha ekonomi, oleh karena itu indikator
yang digunakan untuk menentukan bahwa seseorang termasuk nelayan apabila seluruh
dari pendapatan yang diperoleh dari sub sektor perikanan. Selain itu pengetahuan dan
Sukirno (1999) dalam Zubair dan Yasin (2011) bahwa kekurangan pengetahuan
merupakan faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas dan yang
lebih penting adalah faktor ini yang menjadi penyebab tingkat produktivitas sejak
resources) misalnya sumberdaya hayati, hutan dan sebagainya serta sumberdaya yang
tidak dapat pulih (exhausitible resources) misalnya barang tambang, nikel, tembaga dan
alam yang dimiliki (property right) dan sumberdaya milik bersama adalah dikuasai oleh
alam yang sifatnya open acses yaitu sumberdaya alam yang pengambilannya tidak
dibatasi yang berarti setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya alam oleh
karena itu perikanan disebut juga sumberdaya alam milik bersama. Oleh karena
sumberdaya perikanan ini milik semua orang, maka tidak seorangpun yang
dua ciri sumberdaya alam milik bersama yaitu (1) tidak terbatasnya cara-cara
pengambilan serta (2) terdapat interaksi diantara para pemakai sumber daya ini
sehingga terjadi saling berebut satu sama lain dan terjadi eksternalitas dalam biaya
yang sifatnya disekonomis. Ciri-ciri hasil perikanan yaitu bersifat musiman, kecil dan
atau alam.
bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka
daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini
adalah status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan
informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik)
Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU RI No. 31 Tahun 2004).
suatu tingkat organisasi yang berbeda, dapat diperlakukan sebagai sistem organismik.
dari beberapa jenis atau kelompok jenis, yaitu : ikan pelagis (ikan yang hidup di kolom
perairan dengan mobilitas tinggi), ikan demersal (ikan yang hidup di dasar
perairan dengan mobilitas rendah dan tinggi), dan ikan sedentari (ikan
Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup di lapisan permukaan perairan sampai
tengah (mid layer). Ikan pelagis umumnya senang bergerombol baik dengan
kelompoknya maupun jenis ikan lain. Ikan ini bersifat fototaxis positif dan tertarik
Ikan pelagis dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1) ikan pelagis besar yaitu
l a m a d a n g ( Coryphaena spp.); dan 2) ikan pelagis kecil yaitu ikan pelagis yang
l a y a n g ( Decapterus sp.), jenis-jenis selar (Selaroides sp.) dan (Atele sp.), lemuru
perairan pantai ini diperkirakan menyumbang lebih dari 90% sumberikan dunia. Begitu
juga produksi perikanan Indonesia 70% berasal dari perikananpantai dengan skala dan
resources dan common property resources. Pengertian sifat renewable adalah dapat
sumberdaya ikan dengan hati-hati sehingga aliran manfaatnya akan ada sepanjang
tahun. Adapun pengertian common property adalah hak kepemilikan bersama atas
sumberdaya ikan sehingga setiap orang sebagai pemegang hak properti memiliki
tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Dengan kata lain tidak
(Nikijuluw 2002).
sumberdaya bagi stakeholder tertentu. Upaya yang dimaksud semakin sulit dan
mahal karena sifat sumberdaya ikan terus bergerak di lautan luas. Hal ini menimbulkan
oleh otoritas manajemen menjadi sulit. 2) Substracabilitas, suatu kondisi bagi seseorang
untuk menarik manfaat dan keuntungan yang dimiliki orang lain, walaupun
milik bersama adalah sangat sulit untuk dibagi atau dipisahkan, walaupun
terdapat 39 unit sumber daya perikanan yang tersebar di seluruh WPP, yaitu terdiri
dari :
Pada setiap WPP terdapat 4 unit sumber daya ikan, yaitu ikan demersal, udang,
ikan pelagis besar, dan ikan pelagis kecil. Untuk lebih jelasnya, Pembagian Wilayah
Ikan demersal merupakan jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar
perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang tertangkap
dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl), jaring insang dasar
(bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line), dan bubu. Beberapa jenis ikan demersal
contohnya kerapu (Serranidae Spp.), kakap (Lates calcarifer), merah (Lutjanidae Spp.),
beronang (Siganus Spp.), dan lencam (Lethrinus Spp.). Ikan yang hidup di lapisan
permukaan perairan pantai atau di perairan pantai dinamakan ikan pelagis. Ikan
didapatkan data status sumber daya ikan di 10 WPP dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini :
Wilayah Pengelolaan
No. Demersal Udang Pelagis Kecil Pelagis Besar
Perikanan (WPP)
1 Selat Malaka dan Laut Over fished Over fished Fully Exploited Uncertain
Andaman
2 Laut Cina Selatan Fully Exploited Moderate Over fished Uncertain
3 Laut Jawa Fully Exploited Fully Exploited Over fished Uncertain
4 Laut Flores dan Selat Fully Exploited Over fished Moderate Uncertain
Makasar
5 Laut Banda Fully Exploited Uncertain Moderate Moderate
6 Laut Arafura Fully Exploited Over fished Moderate Uncertain
7 Teluk Tomini dan Laut Moderate - Moderate Fully Exploited
Maluku
8 Samudra Pacifik dan Laut Uncertain Uncertain - Over fished
Sulawesi
9 Samudra Hindia sebelah Fully Exploited Fully Exploited Moderate Fully Exploited
barat Sumatera
10 Samudra Hindia sebelah Fully Exploited Fully Exploited Fully Exploited Fully Exploited
selatan Jawa
Sumber : Komisi Pengkajian Stok Ikan
Berdasarkan Tabel 1 dapat dikatakan bahwa untuk jenis ikan demersal hanya
Teluk Tomini dan Laut Sulawesi yang masih bisa untuk dikembangkan, sedangkan
untuk daerah lain semuanya sudah dieksplorasi secara maksimal, bahkan untuk Selat
ikan/overfished). Khusus WPP Selat Malaka hanya ikan pelagis besar yang tidak
dilakukan regulasi pengelolaan pemanfaatan agar tidak terjadi penurunan stok atau
sumber daya. Pasal 7.6.3 CCRF menyebutkan “Bila terjadi penangkapan ikan yang
yang sepadan dengan pemanfaatan lestari sumber daya perikanan, sedemikian rupa
sehingga menjamin bahwa para nelayan beroperasi dalam kondisi ekonomi yang
dengan menghindari penambahan kapal, waktu penangkapan ikan serta peralatan yang
digunakan diatur secara ketat. Selain untuk menghindari upaya penangkapan yang
berlebihan, dikeluarkan juga aturan tentang pelarangan penggunaan racun dan bahan
menggunakan bahan peledak dan racun serta praktek penangkapan ikan yang merusak
lainnya”. Untuk jenis udang, pemanfaatan masih bisa dikembangkan untuk WPP Laut
Cina Selatan, tetapi tetap harus melihat batas-batas kelestarian sumber daya tersebut.
Hal ini dijelaskan pada pasal 7.1.8 CCRF yang menyatakan “Negara-negara, harus
mengambil langkah untuk mencegah atau menghapus penangkapan ikan yang melebihi
kapasitas dan harus menjamin bahwa tingkat upaya penangkapan adalah sepadan
dengan pemanfaatan sumber daya ikan yang lestari sebagai suatu cara menjamin
hal ini terungkap dalam Sidang Committee on Fisheries (COFI) ke-28 di Roma, Italia,
pada awal Maret 2009. Masa depan perikanan Indonesia tergantung kepada perikanan
kebutuhan ikan makin meningkat. Jenis ikan yang masih bisa untuk dimanfaatkan lebih
jauh adalah pelagis kecil. Dari 10 WPP, masih ada 5 wilayah yang tingkat
pemanfaatannya moderate yaitu Laut Flores dan selat Makasar, Laut Banda, Laut
Arafura, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi, serta Samudra Hindia sebelah barat Sumatera.
Jenis ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan purse seine, rawai, maupun
huhate. Ketiga jenis alat tangkap ini sudah sesuai dengan standar penggunaan alat
tangkap yang tertulis pada pasal 8.5.1 CCRF “Negara-negara harus mensyaratkan
bahwa alat, metode, dan praktek penangkapan ikan, sejauh bisa dilaksanakan, agar
cukup selektif sedemikian rupa sehingga meminimumkan limbah, ikan buangan, hasil
tangkapan spesies bukan target baik spesies ikan maupun spesies bukan ikan serta
dampak terhadap spesies yang terkait atau tergantung dan bahwa maksud dari
peraturan terkait tidak diabaikan oleh peranti teknis. Sehubungan dengan ini, para
nelayan harus bekerjasama dalam pengembangan alat dan metode penangkapan yang
persyaratan yang terbaru tersedia bagi semua nelayan”. Untuk jenis ikan peruaya jauh
(pelagis besar), pengelolaannya harus merujuk pada CCRF dimana pada pasal 7.1.3
dituliskan “Bagi stok ikan pelintas batas, stok ikan straddling, stok ikan peruaya jauh dan
stok ikan laut lepas, yang diusahakan oleh dua Negara atau lebih, maka Negara
bersangkutan, termasuk Negara pantai yang relevan dalam hal stok yang straddling dan
pengelolaan sumber daya yang efektif. Upaya ini harus dicapai, jika perlu, melalui
pembentukan sebuah organisasi atau tatanan bilateral, subregional atau regional.” WPP
yang sudah mengupayakan penangkapan ikan pelagis besar secara berlebih adalah
Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Kelebihan upaya penangkapan ini akan
menyebabkan laju pengambilan ikan melebihi laju penambahan alamiah ikan yang
berdampak pada berkurangnya kemampuan stok ikan untuk memulihkan diri. Untuk
mengatur suatu usaha perikanan serta untuk mencapai tujuan-tujuan eksploitasi yang
telah ditetapkan, semua pihak hanya bisa berperan secara langsung melalui dua cara
yaitu dengan mengatur upaya tangkap total, atau dengan melakukan perubahan
sebaran usaha tangkap menurut klas umur dan spesies yang membentuk stok (sediaan
alami) ikan. Untuk WPP yang telah mengalami kelebihan upaya penangkapan,
pembatasan penangkapan harus ketat dilakukan. Jika masih ada WPP yang bisa
data statistik perikanan tangkap. Data berikut merupakan beberapa statistik perikanan
tangkap di Indonesia seperti produksi, jumlah unit kapal hingga kelompok usaha
bersama perikanan tangkap. Data berikut diambil dari website statistik Kementerian
kawasan pesisir dan laut selalu termarjinalkan dan miskin. Geliat pembangunan dan
usaha untuk memajukan sektor kelautan, ternyata masih dibawah bayangan semu.
mencapai 81.000 km, potensi negara kepulauan dengan 17.500 buah pulau, potensi
sumber daya terumbu karang yang mencapai 85.000 km2, potensi kawasan budidaya
(Yonvitner, 2007).
beberapa WPP yang over fished untuk beberapa jenis ikan, yaitu ikan demersal di WPP
Selat Malaka; udang di WPP Selat Malaka, Laut Flores dan Selat Makasar, serta Laut
Arafura; ikan pelagis kecil di WPP Laut Cina Selatan dan Laut Jawa; ikan pelagis besar di
Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Untuk WPP yang masih bisa dikembangkan adalah
Teluk tomini dan Laut Maluku untuk ikan demersal; Laut Cina Selatan untuk Udang;
Laut Flores dan Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafura, Teluk tomini dan Laut
Maluku, serta Samudra Hindia sebelah selatan Jawa untuk ikan pelagis kecil; Laut Banda
untuk pelagis besar. Khusus WPP Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa, semua jenis
4.1. Kesimpulan
beberapa WPP yang over fished untuk beberapa jenis ikan, yaitu ikan demersal di
WPP Selat Malaka; udang di WPP Selat Malaka, Laut Flores dan Selat Makasar,
serta Laut Arafura; ikan pelagis kecil di WPP Laut Cina Selatan dan Laut Jawa; ikan
2. WPP yang masih bisa dikembangkan adalah Teluk tomini dan Laut Maluku untuk
ikan demersal; Laut Cina Selatan untuk Udang; Laut Flores dan Selat Makassar,
Laut Banda, Laut Arafura, Teluk tomini dan Laut Maluku, serta Samudra Hindia
sebelah selatan Jawa untuk ikan pelagis kecil; Laut Banda untuk pelagis besar.
3. Khusus WPP Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa, semua jenis ikan sudah
sama namun beberapa alat tangkap ikan memiliki nama berbeda. Perkembangan
besar.
Widodo J & Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta.252 hlm
Zubair, S dan Yasin, M. 2011. Analisis Pendapatan MAsyarakat Nelayan Pada Unit Alat
Tangkap Payang di Desa Pabbaressang Kec. Bua Kab. Luwu
URI: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/984
https://m.antaranews.com 2015