Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang

luasnya sekitar 7,81 juta km², yang terdiri dari 2,01 juta km² daratan, 3,25 juta km²

lautan dan 2,55 juta km² Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Indonesia merupakan Negara

dengan luas perairan lebih besar daripada luas daratan, maka dari itu disebut sebagai

Negara Maritim. Menurut Kardono, P dalam https://m.antaranews.com (2015)

Garis pantai Indonesia mencapai lebih dari 100.000 km, yang di dalamnya terkandung

sumber daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan

tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam.

Berdasarkan laporan Food And Agriculture Organization of United Nation

(FAO) Desember 2014, saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan

kedua terbesar di dunia setelah China. Produksi perikanan tangkap Indonesia pada

tahun 2014 sebesar 6 juta ton.

Hasil Perikanan Tangkap Tahun


2014
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
China Indonesia Amerika Rusia Jepang
Serikat

Hasil Perikanan Tangkap Tahun 2014

Gambar 1. Hasil Perikanan Tangkap Dunia Tahun 2014 (Sumber : FAO 2016)

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 1


Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami

peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah

maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong

berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics)

untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (Ayodhyoa, 1983).

Keberadaan alat penangkapan ikan di indonesia ini sudah berkembang pesat,

dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar diseluruh

sektor perikanan indonesia. Diantaranya adalah pancing, payang dan purse seine. Dari

alat-alat tersebut termasuk dalam golongan alat yang ramah lingkungan, sehingga alat

tersebut digunakan sebagai komoditas utama dan bernilai ekonomis tinggi.

Pemanfaatan sumberdaya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi

penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit penangkapan

ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang berukuran kecil seperti

tombak, serok dan pancing sampai alat tangkap yang berukuran besar seperti trawl,

purse seine, rawai tuna serta payang. Payang merupakan salah satu unit penangkapan

ikan yang umum dikenal dan dioperasikan hampir di seluruh perairan Indonesia

(Subani, 1978).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Dimana Saja Wilayah Perikanan Tangkap Indonesia ?

2. Bagaimana Perkembangan Perikanan Tangkap Di Indonesia ?

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 2


1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Salah Syarat Dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG) Di SMK Negeri 3 Pariaman.

2. Mengetahui Wilayah Perikanan Tangkap Di Indonesia

3. Mempelajari Perkembangan Perikanan Tangkap Di Indonesia Secara Umum

1.4. Metoda Penulisan

Metode yang digunakan dalam mendapatkan data dan informasi adalah dengan

metode studi pustaka, yaitu mencari sumber data dan informasi yang dibutuhkan

melalui media seperti buku dan internet. Data yang didapatkan kemudian diolah dan

didiskusikan bersama.

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 3


BAB II
TIINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap secara garis besar adalah cara mendapatkan ikan

(termasuk makanan laut lainnya) dari laut atau perairan (yang bukan perairan

budidaya) dengan menggunakan alat atau cara lainnya. Penangkapan ikan adalah

Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan

dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk

memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau

mengawetkannya. Berbeda halnya dengan perikanan bududaya yang merupakan

budidaya organisme air, termasuk ikan, moluska, kurstasea dan tanaman air.

Pembudidayaan ini meliputi beberapa bentuk kegiatan dalam proses pemeliharaan

untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian

makanan/pakan, perlidungan dari predator dan lain-lain.

2.2. Potensi Perikanan Tangkap

Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua usaha penangkapan budidaya ikan

dan kegiatan pengelolaan hingga pemasaran hasilnya Mubiyarto (1994) dalam Zubair

dan Yasin (2011). Sedangkan sumberdaya perikanan adalah seluruh binatang dan

tumbuhan yang hidup di perairan (baik di darat maupun di laut) oleh karena itu

perikanan dapat dibedakan atas perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan darat

adalah semua usaha perikanan yang tidak dilakukan di laut luas seperti perikanan air

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 4


tawar, tambak, kolam dan sebagainya. Khusus perikanan di laut ahli biologi kelautan

membedakan perikanan laut kedalam dua kelompok yaitu kelompok ikan pelagis (ikan

yang hidup pada bagian permukaan) dan jenis ikan demersal (ikan yang hidup di dasar

laut). Kelompok ikan pelagis diantaranya ikan cakalang, tuna, layang, kembung, lamun

dan lain-lain. Sedangkan jenis demersal seperti udang, kepiting, kakap merah dan lain-

lain.

Walangadi (2003) dalam Zubair dan Yasin (2011) mengemukakan bahwa

usaha perikanan dapat dipandang sebagai suatu perpaduan faktor produksi atau suatu

barang antara yang dihasilkan faktor-faktor produksi klasik tenaga kerja dan barang-

barang modal atau apapun yang dianggap sejenisnya. Defenisi ini mencakup semua

kegiatan yang berkaitan dengan upaya memperoleh hasil yang laku dijual dan tidak

terbatas hanya pada kegiatan-kegiatan yang langsung dengan menangkap ikan.

Hanafiah dan Saefuddin (2000) dalam Zubair dan Yasin (2011) mengungkapkan

bahwa usaha penangkapan adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan binatang

atau tumbuhan yang hidup di laut untuk memperoleh penghasilan dengan melakukan

pengorbanan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

usaha penangkapan merupakan segala pengorbanan yang ditujukan untuk memperoleh

hasil laut dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan nelayan ataupun 8 nelayan

ikan. Nelayan adalah orang- orang yang aktif dalam melakukan kegiatan pada sub

sektor perikanan dan ini dilakukan dalam usaha ekonomi, oleh karena itu indikator

yang digunakan untuk menentukan bahwa seseorang termasuk nelayan apabila seluruh

atau sebagian besar penghasilan pendapatan rumah tangganya merupakan konstribusi

dari pendapatan yang diperoleh dari sub sektor perikanan. Selain itu pengetahuan dan

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 5


keterampilan sangat menentukan produktivitas nelayan seperti yang dikemukakan oleh

Sukirno (1999) dalam Zubair dan Yasin (2011) bahwa kekurangan pengetahuan

merupakan faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas dan yang

lebih penting adalah faktor ini yang menjadi penyebab tingkat produktivitas sejak

berabad-abad yang lalu tidak mencapai perubahan yang berarti.

2.3. Perikanan Menurut Sifatnya

Sumberdaya alam dapat dibedakan atas sumberdaya dapat pulih (renewable

resources) misalnya sumberdaya hayati, hutan dan sebagainya serta sumberdaya yang

tidak dapat pulih (exhausitible resources) misalnya barang tambang, nikel, tembaga dan

sebagainya. Sedangkan menurut kepemilikan sumberdaya alam terdiri atas sumberdaya

alam yang dimiliki (property right) dan sumberdaya milik bersama adalah dikuasai oleh

masyarakat (common property resources). Perikanan merupakan salah satu sumberdaya

alam yang sifatnya open acses yaitu sumberdaya alam yang pengambilannya tidak

dibatasi yang berarti setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya alam oleh

karena itu perikanan disebut juga sumberdaya alam milik bersama. Oleh karena

sumberdaya perikanan ini milik semua orang, maka tidak seorangpun yang

memilikinya. Suparmoko (1997) dalam Zubair dan Yasin (2011) mengemukakan

dua ciri sumberdaya alam milik bersama yaitu (1) tidak terbatasnya cara-cara

pengambilan serta (2) terdapat interaksi diantara para pemakai sumber daya ini

sehingga terjadi saling berebut satu sama lain dan terjadi eksternalitas dalam biaya

yang sifatnya disekonomis. Ciri-ciri hasil perikanan yaitu bersifat musiman, kecil dan

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 6


terpencar, mudah rusak, jumlah dan kualitas tidak stabil karena tergantung dari musim

atau alam.

2.4. Peran Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam

penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi

bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka

panjang (sustainability management). Tindakan manajemen perikanan tangkap adalah

mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumber

daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini

adalah status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan

informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik)

maupun tidak rutin (riset).

2.5. Sumberdaya Ikan

Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari

siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU RI No. 31 Tahun 2004).

Komponen yang menyusun subsistem komunitas ikan meliputi (1) organisme

secara individual, (2) populasi, dan komunitas biologi, masing-masing pada

suatu tingkat organisasi yang berbeda, dapat diperlakukan sebagai sistem organismik.

Meskipun sumberdaya ikan dapat pulih/diperbaharui/memperbaharui

(renewable, replenishable), tetapi juga bersifat dapat rusak ( depletable/

exhaustible). Faktor yang mengatur stok sumberdaya ikan adalah recruitment,

pertumbuhan, mortalitas alami dan penangkapan oleh usaha perikanan

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 7


(Widodo dan Suadi, 2006). Menurut Nikijuluw (2002), sumberdaya ikan terdiri

dari beberapa jenis atau kelompok jenis, yaitu : ikan pelagis (ikan yang hidup di kolom

perairan dengan mobilitas tinggi), ikan demersal (ikan yang hidup di dasar

perairan dengan mobilitas rendah dan tinggi), dan ikan sedentari (ikan

yang dasar perairan dengan mobilitas sangat rendah dan lambat).

Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup di lapisan permukaan perairan sampai

tengah (mid layer). Ikan pelagis umumnya senang bergerombol baik dengan

kelompoknya maupun jenis ikan lain. Ikan ini bersifat fototaxis positif dan tertarik

pada benda-benda terapung. Bentuk tubuh ikan menyerutu ( s t r e a m l i n e )

dan perenang cepat.

Ikan pelagis dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1) ikan pelagis besar yaitu

ikan pelagis yang mempunyai ukuran 100–250 cm (ukuran dewasa), seperti

tuna (Thunnus spp ) , cakalang ( Katsuwonus pelamis), tenggiri

(Scomberomorus spp.), tongkol (Euthynnus spp. ), setuhuk (Xiphias spp.), dan

l a m a d a n g ( Coryphaena spp.); dan 2) ikan pelagis kecil yaitu ikan pelagis yang

mempunyai ukuran 5–50 cm (ukuran dewasa), seperti kembung (Rastreliger sp.),

l a y a n g ( Decapterus sp.), jenis-jenis selar (Selaroides sp.) dan (Atele sp.), lemuru

(Sardinella sp.) dan teri (Stolephorus sp) (Bakosurtanal 1998). Produktivitas

sumberdaya ikan tertinggi berasal dari daerah perairan pantai. Ekosistem

perairan pantai ini diperkirakan menyumbang lebih dari 90% sumberikan dunia. Begitu

juga produksi perikanan Indonesia 70% berasal dari perikananpantai dengan skala dan

struktur usaha, alat tangkap, dan nelayan yang beragam.

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 8


Sumberdaya ikan adalah salah satu sumberdaya alam yang bersifat renewable

resources dan common property resources. Pengertian sifat renewable adalah dapat

dipulihkan, ini memberikan implikasi bahwa manusia dapat memanfaatkan

sumberdaya ikan dengan hati-hati sehingga aliran manfaatnya akan ada sepanjang

tahun. Adapun pengertian common property adalah hak kepemilikan bersama atas

sumberdaya ikan sehingga setiap orang sebagai pemegang hak properti memiliki

tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Dengan kata lain tidak

ada kebebasan bagi setiap orang untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut

(Nikijuluw 2002).

Menurut Nikijuluw (2002) terdapat tiga sifat khusus pada

sumberdaya alam milik bersama termasuk sumberdaya ikan, yaitu : 1) Eskludabilitas,

berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap akses ke

sumberdaya bagi stakeholder tertentu. Upaya yang dimaksud semakin sulit dan

mahal karena sifat sumberdaya ikan terus bergerak di lautan luas. Hal ini menimbulkan

kebebasan pemanfaatan sumberdaya tersebut oleh siapa saja sedangkan pengawasan

oleh otoritas manajemen menjadi sulit. 2) Substracabilitas, suatu kondisi bagi seseorang

untuk menarik manfaat dan keuntungan yang dimiliki orang lain, walaupun

telah ada kerjasama di antara stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Kondisi tersebut dapat menimbulkan kompetisi bahkan dapat mengarah ke

konflik pemanfaatan sumberdaya. 3) Indivisibilitas, fakta bahwa sumberdaya

milik bersama adalah sangat sulit untuk dibagi atau dipisahkan, walaupun

pembagian secara administratif dapat dilakukan.

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 9


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Indonesia saat ini

terdapat 39 unit sumber daya perikanan yang tersebar di seluruh WPP, yaitu terdiri

dari :

1. WPP I – 571 → Selat Malaka dan Laut Andaman

2. WPP II – 572 → Laut Cina Selatan

3. WPP III – 573 → Laut Jawa

4. WPP IV – 711 → Laut Flores dan Selat Makasar

5. WPP V – 712 → Laut Banda

6. WPP VI – 713 → Laut Arafura

7. WPP VII – 714 → Teluk Tomini dan Laut Maluku

8. WPP VIII – 715 → Samudra Pacifik dan Laut Sulawesi

9. WPP IX – 716 → Samudra Hindia sebelah barat Sumatera

10. WPP X – 717 → Samudra Hindia sebelah selatan Jawa

Pada setiap WPP terdapat 4 unit sumber daya ikan, yaitu ikan demersal, udang,

ikan pelagis besar, dan ikan pelagis kecil. Untuk lebih jelasnya, Pembagian Wilayah

Pengelolaan Perikanan (WPP) dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 10


Gambar 2. Lokasi dan Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Ikan demersal merupakan jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar

perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang tertangkap

dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl), jaring insang dasar

(bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line), dan bubu. Beberapa jenis ikan demersal

contohnya kerapu (Serranidae Spp.), kakap (Lates calcarifer), merah (Lutjanidae Spp.),

beronang (Siganus Spp.), dan lencam (Lethrinus Spp.). Ikan yang hidup di lapisan

permukaan perairan pantai atau di perairan pantai dinamakan ikan pelagis. Ikan

pelagis ini terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Pelagis besar : tenggiri (Scomberonous commerson), tongkol (Euthynnus Spp.), dan

tuna (Thunnus Spp.)

b. Pelagis kecil : teri (Stelephorus Spp.), tembang (Sardinella fimbriata), kembung

(Rastrelliger Spp.), julung-julung (Hemirhamohus Spp.), dan belanak (Mugil Spp.)

Pemerintah telah berusaha untuk memajukan sektor perikanan dengan

membagi wilayah pengelolaan menjadi 10 bagian, dengan harapan di tiap-tiap wilayah

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 11


akan terbenuk suatu usaha perikanan yang maju, baik itu dari usaha penangkapan,

budidaya maupun pengolahan. Untuk lebih jelasnya, untuk penangkapan telah

didapatkan data status sumber daya ikan di 10 WPP dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini :

Tabel 1. Status Sumber Daya Ikan Di 10 Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Wilayah Pengelolaan
No. Demersal Udang Pelagis Kecil Pelagis Besar
Perikanan (WPP)
1 Selat Malaka dan Laut Over fished Over fished Fully Exploited Uncertain
Andaman
2 Laut Cina Selatan Fully Exploited Moderate Over fished Uncertain
3 Laut Jawa Fully Exploited Fully Exploited Over fished Uncertain
4 Laut Flores dan Selat Fully Exploited Over fished Moderate Uncertain
Makasar
5 Laut Banda Fully Exploited Uncertain Moderate Moderate
6 Laut Arafura Fully Exploited Over fished Moderate Uncertain
7 Teluk Tomini dan Laut Moderate - Moderate Fully Exploited
Maluku
8 Samudra Pacifik dan Laut Uncertain Uncertain - Over fished
Sulawesi
9 Samudra Hindia sebelah Fully Exploited Fully Exploited Moderate Fully Exploited
barat Sumatera
10 Samudra Hindia sebelah Fully Exploited Fully Exploited Fully Exploited Fully Exploited
selatan Jawa
Sumber : Komisi Pengkajian Stok Ikan

Berdasarkan Tabel 1 dapat dikatakan bahwa untuk jenis ikan demersal hanya

Teluk Tomini dan Laut Sulawesi yang masih bisa untuk dikembangkan, sedangkan

untuk daerah lain semuanya sudah dieksplorasi secara maksimal, bahkan untuk Selat

Malaka sudah melebihi batas eksplorasi (kelebihan upaya penangkapan

ikan/overfished). Khusus WPP Selat Malaka hanya ikan pelagis besar yang tidak

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 12


tersedia data pemanfaatannya, sedangkan untuk jenis ikan demersal dan udang

pemanfaatannya sudah overfished yang merupakan pertanda bahwa harus segera

dilakukan regulasi pengelolaan pemanfaatan agar tidak terjadi penurunan stok atau

sumber daya. Pasal 7.6.3 CCRF menyebutkan “Bila terjadi penangkapan ikan yang

melebihi kapasitas harus ditetapkan mekanisme untuk mengurangi kapasitas ke tingkat

yang sepadan dengan pemanfaatan lestari sumber daya perikanan, sedemikian rupa

sehingga menjamin bahwa para nelayan beroperasi dalam kondisi ekonomi yang

mendorong perikanan yang bertanggungjawab. Mekanisme seperti itu harus termasuk

kapasitas armada penangkapan”. Regulasi di bidang penangkapan sudah dilakukan

dengan menghindari penambahan kapal, waktu penangkapan ikan serta peralatan yang

digunakan diatur secara ketat. Selain untuk menghindari upaya penangkapan yang

berlebihan, dikeluarkan juga aturan tentang pelarangan penggunaan racun dan bahan

peledak untuk menghindari kerusakan lingkungan sebagaimana tertulis dalam pasal

8.4.2 CCRF “Negara-negara harus melarang praktek penangkapan ikan yang

menggunakan bahan peledak dan racun serta praktek penangkapan ikan yang merusak

lainnya”. Untuk jenis udang, pemanfaatan masih bisa dikembangkan untuk WPP Laut

Cina Selatan, tetapi tetap harus melihat batas-batas kelestarian sumber daya tersebut.

Hal ini dijelaskan pada pasal 7.1.8 CCRF yang menyatakan “Negara-negara, harus

mengambil langkah untuk mencegah atau menghapus penangkapan ikan yang melebihi

kapasitas dan harus menjamin bahwa tingkat upaya penangkapan adalah sepadan

dengan pemanfaatan sumber daya ikan yang lestari sebagai suatu cara menjamin

keefektifan langkah konservasi dan pengelolaan”. Khusus penangkapan udang,

pemerintah melalui kebijakan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 13


mengendalikan penangkapan ikan (dan udang) akan menggenjot perikanan budidaya,

hal ini terungkap dalam Sidang Committee on Fisheries (COFI) ke-28 di Roma, Italia,

pada awal Maret 2009. Masa depan perikanan Indonesia tergantung kepada perikanan

budidaya, mengingat perikanan tangkap produksinya makin menurun, sementara

kebutuhan ikan makin meningkat. Jenis ikan yang masih bisa untuk dimanfaatkan lebih

jauh adalah pelagis kecil. Dari 10 WPP, masih ada 5 wilayah yang tingkat

pemanfaatannya moderate yaitu Laut Flores dan selat Makasar, Laut Banda, Laut

Arafura, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi, serta Samudra Hindia sebelah barat Sumatera.

Jenis ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan purse seine, rawai, maupun

huhate. Ketiga jenis alat tangkap ini sudah sesuai dengan standar penggunaan alat

tangkap yang tertulis pada pasal 8.5.1 CCRF “Negara-negara harus mensyaratkan

bahwa alat, metode, dan praktek penangkapan ikan, sejauh bisa dilaksanakan, agar

cukup selektif sedemikian rupa sehingga meminimumkan limbah, ikan buangan, hasil

tangkapan spesies bukan target baik spesies ikan maupun spesies bukan ikan serta

dampak terhadap spesies yang terkait atau tergantung dan bahwa maksud dari

peraturan terkait tidak diabaikan oleh peranti teknis. Sehubungan dengan ini, para

nelayan harus bekerjasama dalam pengembangan alat dan metode penangkapan yang

selektif. Negara harus menjamin bahwa informasi tentang perkembangan dan

persyaratan yang terbaru tersedia bagi semua nelayan”. Untuk jenis ikan peruaya jauh

(pelagis besar), pengelolaannya harus merujuk pada CCRF dimana pada pasal 7.1.3

dituliskan “Bagi stok ikan pelintas batas, stok ikan straddling, stok ikan peruaya jauh dan

stok ikan laut lepas, yang diusahakan oleh dua Negara atau lebih, maka Negara

bersangkutan, termasuk Negara pantai yang relevan dalam hal stok yang straddling dan

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 14


ikan peruaya jauh tersebut, harus bekerjasama untuk menjamin konservasi dan

pengelolaan sumber daya yang efektif. Upaya ini harus dicapai, jika perlu, melalui

pembentukan sebuah organisasi atau tatanan bilateral, subregional atau regional.” WPP

yang sudah mengupayakan penangkapan ikan pelagis besar secara berlebih adalah

Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Kelebihan upaya penangkapan ini akan

menyebabkan laju pengambilan ikan melebihi laju penambahan alamiah ikan yang

berdampak pada berkurangnya kemampuan stok ikan untuk memulihkan diri. Untuk

mengatur suatu usaha perikanan serta untuk mencapai tujuan-tujuan eksploitasi yang

telah ditetapkan, semua pihak hanya bisa berperan secara langsung melalui dua cara

yaitu dengan mengatur upaya tangkap total, atau dengan melakukan perubahan

sebaran usaha tangkap menurut klas umur dan spesies yang membentuk stok (sediaan

alami) ikan. Untuk WPP yang telah mengalami kelebihan upaya penangkapan,

pembatasan penangkapan harus ketat dilakukan. Jika masih ada WPP yang bisa

menampung upaya penangkapan dari WPP yang overfished, seyogyanya segera

mengalihkan penangkapan ke WPP yang masih dalam tingkat moderate.

Perkembangan perikanan tangkap di Indonesia dapat diketahui dengan melihat

data statistik perikanan tangkap. Data berikut merupakan beberapa statistik perikanan

tangkap di Indonesia seperti produksi, jumlah unit kapal hingga kelompok usaha

bersama perikanan tangkap. Data berikut diambil dari website statistik Kementerian

Kelautan dan Perikanan (KKP).

Fakta menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat yang hidup dan berada di

kawasan pesisir dan laut selalu termarjinalkan dan miskin. Geliat pembangunan dan

usaha untuk memajukan sektor kelautan, ternyata masih dibawah bayangan semu.

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 15


Potensi perikanan yang mencapai angka 6,4 juta ton tahun, potensi garis pantai yang

mencapai 81.000 km, potensi negara kepulauan dengan 17.500 buah pulau, potensi

sumber daya terumbu karang yang mencapai 85.000 km2, potensi kawasan budidaya

24.528.178 ha pada kenyataannya belum dapat meningkatkan ekonomi nelayan

(Yonvitner, 2007).

Perkembangan perikanan tangkap di 10 WPP belum merata dan masih ada

beberapa WPP yang over fished untuk beberapa jenis ikan, yaitu ikan demersal di WPP

Selat Malaka; udang di WPP Selat Malaka, Laut Flores dan Selat Makasar, serta Laut

Arafura; ikan pelagis kecil di WPP Laut Cina Selatan dan Laut Jawa; ikan pelagis besar di

Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Untuk WPP yang masih bisa dikembangkan adalah

Teluk tomini dan Laut Maluku untuk ikan demersal; Laut Cina Selatan untuk Udang;

Laut Flores dan Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafura, Teluk tomini dan Laut

Maluku, serta Samudra Hindia sebelah selatan Jawa untuk ikan pelagis kecil; Laut Banda

untuk pelagis besar. Khusus WPP Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa, semua jenis

ikan sudah termanfaatkan dengan sangat optimal (fully exploited).

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 16


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Perkembangan perikanan tangkap di 10 WPP belum merata dan masih ada

beberapa WPP yang over fished untuk beberapa jenis ikan, yaitu ikan demersal di

WPP Selat Malaka; udang di WPP Selat Malaka, Laut Flores dan Selat Makasar,

serta Laut Arafura; ikan pelagis kecil di WPP Laut Cina Selatan dan Laut Jawa; ikan

pelagis besar di Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi.

2. WPP yang masih bisa dikembangkan adalah Teluk tomini dan Laut Maluku untuk

ikan demersal; Laut Cina Selatan untuk Udang; Laut Flores dan Selat Makassar,

Laut Banda, Laut Arafura, Teluk tomini dan Laut Maluku, serta Samudra Hindia

sebelah selatan Jawa untuk ikan pelagis kecil; Laut Banda untuk pelagis besar.

3. Khusus WPP Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa, semua jenis ikan sudah

termanfaatkan dengan sangat optimal (fully exploited).

4. Jenis alat tangkap di Indonesia sangatlah beragam, meskipun prinsip kerjanya

sama namun beberapa alat tangkap ikan memiliki nama berbeda. Perkembangan

Perikanan Tangkap di Indonesia masih belum merata meskipun potensinya sangat

besar.

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 17


4.2. Saran

Perikanan Tangkap di Indonesia bisa berkembang jika pemerintah melakukan

pemerataan pembangunan khususnya bidang perikanan di wilayah yang memiliki

potensi perikanan tangkap besar namun belum dioptimalkan

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 18


DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa. 1983. Metode Penangkapan Ikan. Cetakan Pertama. Fakultas Perikanan.


Institut Pertanian Bogor. Bogor.

FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome.


Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaa Sumberdaya Perikanan. PT. Pustaka
Cidesindo. Jakarta.

Widodo J & Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta.252 hlm

Zubair, S dan Yasin, M. 2011. Analisis Pendapatan MAsyarakat Nelayan Pada Unit Alat
Tangkap Payang di Desa Pabbaressang Kec. Bua Kab. Luwu
URI: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/984

https://m.antaranews.com 2015

Makalah Ilmiah – Netti Yunita, S. Pi /NIP. 19830620 200901 2 004 19

Anda mungkin juga menyukai