PENDAHULUAN
Teori entitas menggambarkan pandangan lain dari konsolidasi. Teori ini dikemukakan
oleh Prof. Maurice Moonitz dan dipublikasikan oleh Asosiasi Akuntansi di Amerika (American
Accounting Association) pada tahun 1944 dengan judul “The Entity Theory of Consolidated
Statements”. Hal utama dari teori entitas adalah bahwa laporan konsolidasian mencerminkan
sudut pandang keseluruhan entitas usaha, yang menilai secara konsisten sumber daya yang
dikendalikan entitas. Perbedaan mendasar antara teori induk entitas, teori entitas dan teori
kontemporer, yaitu teori induk perusahaan mengambil sudut pandang pemegang saham induk
entitas dan teori entitas memfokuskan pada keseluruhan entitas konsolidasi. Sebaliknya, teori
kontemporer memandang pemegang saham dan kreditor induk entitas sebagai pemakai utama
laporan keuangan konsolidasi, namun mengasumsikan tujuan pelaporan posisi keuangan dan
hasil operasi adalah bagi entitas usaha tunggal.
Laba bersih konsolidasian adalah ukuran laba bagi pemegang saham induk entitas dalam
teori induk perusahaan dan teori entitas. Teori entitas memerlukan perhitungan laba bagi seluruh
pemegang saham, yang disebut sebagai “teori laba bersih konsolidasian”. Total laba bersih
konsolidasian kemudian dialokasikan kepada pemegang saham hak non pengendalian dan
mayoritas, dengan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana menggabungkan Usaha melalui Akuisisi Saham
b. Bagaimana langkah menyusun Neraca Konsolidasi pada Tanggal Akuisisi
c. Bagaimana mengalokasikan Kekebihan pada Aktiva Bersih yang Dapat Diidentifikasi
dan Godwill,
d. Bagaimana menyusun Laporan Laba Rugi Konsolidasi
e. Apakah yang dimaksud dengan Akuntansi Push-down
f. Bagaimana cara mengalokasikan Harga Beli pada Total Nilai Wajar Perusahaan Anak
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Penggabungan Usaha melalui Akuisisi Saham
b. Untuk mengetahui langkah menyusun Neraca Konsolidasi pada Tanggal Akuisisi
c. Untuk mengetahui cara mengalokasikan Kekebihan pada Aktiva Bersih yang Dapat
Diidentifikasidan GodwillUntuk mengetahui ilustrasi akuntansi kantor pusat dan
cabang
d. Untuk mengetahui penyusunan Laporan Laba Rugi Konsolidasi
e. Untuk mengetahui Akuntansi Push-down
f. Untuk mengetahui cara mengalokasikan Harga Beli pada Total Nilai Wajar
Perusahaan Anak
2
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada PSAK No.22 secara jelas
meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak dari suatu
perusahaan induk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahan lain (disebut
sebagai perusahaan induk) memperoleh pengendali kepemilikan atas saham berhak suara yang
beredar. Biasanya, pengendalian kepemilikan pada perusahaan lain diperoleh secara langsung
dengan memperoleh hak mayoritas (lebih dari 50 persen) atas saham berhak suara, tetapi ada
pula pengecualiannya. Pengecualian ini biasanya terjadi karena adanya kepemilikan saham
secara tidak langsung.
Penggabungan usaha terjadi ketika satu perusahaan memperoleh lebih dari 50 persen
saham berhak suara perusahaan lain, tetap sekali hubungan induk anak terbentuk, pembelian
tambahan saham perusahaan anak bukanlah suatu penggabungan usaha. Dengan kata lain entitas-
entitas terpisah hanya dapat bergabung satu kali. Peningkatan pengendalian adalah sesederhana
penambahan investasi.
3
gabungan. Entitas pelaporan yang baru bertanggung jawab terhadap pelaporan kepada
pemegang saham dan kreditur perusahaan induk dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
4
diperlukan untuk melaporkan pengecualian (seperti pengendalian sementara atau tidak ada
pengendalian) terhadap keharusan PSAK No. 4 untuk konsolidasi perusahaan – perusahaan
anak yang dimiiki secara mayoritas. Bahkan pengungkapan kebijakan konsolidasi dalam
laporan tahunan cenderung tidak berkurang secara signifikan karena Bapepam mengharuskan
perusahaan publik melaporkan kebijakan konsolidasi.Perusahaan induk dan perusahaan anak
dengan periode fiskal yang berbeda. PSAK No. 4 “laporan keuangan konsolidasi” paragraph
09 dan 10 menyatakan bahwa:
Laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimmnya adalah laporan keuangan dengan
tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda perusahan anak
biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama dengan
perusahaan induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidaka dapat dilakukan ,laporan
keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat juga digunakan untuk
tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal laporan keuangan tersebut tikad melebihi
dari 3 (tiga ) bulan. Sesuai dengan asas konsistensi , baik jangka waktu periode laporan
maupun perbedaan dalam tanggal pelaporan harus selalu sama dari waktu ke waktu.
Apabila laporan keuangan atau tanggal pelaporan yang berbeda digunakan untuk
tujuan konsolidasi maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh
yang material dari setiap peristiwa atau transaksi –transaksi antar perusahaan yang terjadi
antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dengan tanggal pelaporan keuangan
konsolidasi.
5
dan akun ekuitas pemegang saham (Buku PT Sekunder) di eliminasi karena akun tersebut
resiprokal dan keduanya mewakili aktiva bersiih PT Sekunder pada tanggal 1 Januari 19X1.
Akun-akun PT Primer dan PT Sekunder yang tidak resiprokal dimasukkan kedalam neraca
konsolodasi PT Primer dan perusahaan anak.
Dalam (000)
Neraca Terpisah Neraca Konsolidasi
PT Sekunder PT Primer PT Primer&PrshSekunder
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 30.000
Aktiva lancar lainnya 45.000 15.000 60.000
Total Aktiva Lancar 65.000 25.000 90.000
Aktiva Tetap 75.000 45.000 120.000
(-) Akumulasi penyusutan (15.000) (5.000) (20.000)
Total Aktiva Tetap 60.000 40.000 100.000
InvestasiPT sekuder (100%) 40.000 - -
Total Aktiva Rp 165.000 Rp 65.000 Rp 190.000
6
2.2.2 Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Dengan Goodwil
Jika pada ilustrasi di atas PT Primer membeli semua saham PT Sekunder dengan harga
Rp50.000.000, maka akan ada kelebihan investasiterhadap nilai buku yang di peroleh sebesar
Rp10.000.000. dalam hal bahwa ketiadaan bukti menjadi aktiva bersih yang dapat di
identifikasi terlalu rendah, maka aktiva ini (Rp10.000.000) dapat di asumsikan sebagai
goodwill. Maka ayat jurnal yang dapat di pakai adalah sebagai berikut:
Modal saham Rp 30.000.000
Laba ditahan 10.000.000
Goodwill 10.000.000
Investasi pada PT Sekunder Rp 50.000.000
7
Laba ditahan-PT Primer 20.000 20.000
modal saham-PT
Sekunder 30.000 30.000
Laba ditahan-PT
Sekunder 10.000 10.000
Total Kewajiban &
Ekuitas Rp165.000 Rp65.000 Rp190.000
8
penyesuaian untuk setiap akun aktiva dan kewajiban ditentukan dengan menggunakan
pendekatan konsolidasi satu-baris.
Pada tanggal 31 Desember 20X1 PT Pangan membeli 90 persen saham biasa berhak
suara yang beredar PT Sandang secara langsung dari pemegang saham PT Sandang seharga
Rp 5.000.000.000 dengan tunai ditambah 100.000 lembar saham biasa PT Sandang dengan
nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar Rp 5.000.000.000. Biaya-biaya tambahan untuk
penggabungan usaha terdiri dari biaya pencatatan dan penerbitan saham biasa sebesar Rp
100.000.000 dan biaya penggabungan usaha lainnya sebesar Rp 200.000.000. 10 persen
Saham PT Sandang masih beredar dan dimiliki pemegang saham minoritas.
2.3.3 Prosedur kertas kerja untuk memasukan alokasi pada neraca konsolidasi.
Kertas kerja neraca konsolidasi menunjukan dua ayat jurnal kertas kerja untuk
konsolidasi. Ayat jurnal dibuat dalam bentuk jurnal umum sebagai berikut:
Kelebihan yang belum diamortisasi 4.890.000.000
Saham biasa, nominal Rp10.000 PT Sandang 4.000.000.000
Tambahan modal disetor PT Sandang 1.000.000.000
Saldo laba PT Sandang 900.000.000
Investasi pada PT Sandang 270.000.000
Hak minoritas 10% 4.890.000.000
Ayat Jurnal kedua mengalokasikan kelebihan yang belum diamortisasi pada tiap aktiva
dan kewajiban dan pada goodwill.
Persediaan 90.000.000
Tanah 180.000.000
9
Bangunan-bersih 900.000.000
Goodwill 3.900.000.000
Wesel bayar 90.000.000
Peralatan bersih 270.000.000
Kelebihan yang belum diamortisasi 4.890.000.000
10
pembelian dan penjualan antar perusahaan pada buku terpisah perusahaan induk dan perusahaan
anaknya. Saldo pembelian dan penjualan antar perusahaan adalah saldo resiprokal yang harus
dieliminasi dalam menyiapkan laporan laba rugi konsolidasi karena saldo-saldo tersebut tidak
mewakili pembelian dan penjualan pada pihak-pihak diluar entitas terkonsolidasi. Penyesuaian-
penyesuaian atas penjualan dan pembelian antar perusahaan mengurangi pendapatan dan beban
dengan jumlah yang sama besar dan karenanya tidak mempengaruhi laba bersih konsolidasi.
Jumlah pendapatan dan beban sewa yang resiprokal juga dieliminasi tanpa mempengaruhi laba
bersih konsolidasi.
Berbagai penyesuaian dan eliminasi lainnya muncul dalam menyiapkan laporan laba rugi
konsolidasi dimana tujuannya adalah untuk menunjukan pendapatan bagi persahaan induk dan
perusahaan anaknya seolah-olah hanya ada satu entitas hukum dan akuntansi.
2.5AKUNTANSI PUSH-DOWN
Makalah AICPA “push-down accounting”,menjelaskan bahwa akuntansipush-down
sebagai basis akuntansi dan pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan keuangannya
yang terpisah, yang berdasarkan pada transaksi pembelian saham berhak suara,dan yang
nenghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara yang beredar. Ketika akuntansi push-
down tidak digunakan dalam akuisisi, alokasi harga pembelian pada aktiva bersih berwujud dan
goodwill diselesaikan dalam kertas kerja konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi
menggambarkan alokasi pembelian. Apabila perusahaan anak mencatat alokasi dalam lapopran
keuangannya dengan akuntansi push-down,maka dengan demikian proses konsolidasi telah
disederhanakan. Akuntansi push-down menjadi kontroversional dalam hal laporan perusahaan
anak terpisah dikeluarkan untuk kepentingan minoritas, kreditor dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya. Kritik atas akuntansi push-down berpendapat bahwa pembelian antara perusahaan
induk/ investor dengan pemegang saham perusahaan anak terdahulu tidak sesuai dengan basis
akuntansi yang baru untuk aktova dan kewajiban perusahaan anak yang menggunakan prinsip
harga perolehan. Perusahaan anak bukanlah bagian dari transaksi ia tidakmenerima dana baru
dan tidak menjual aktiva. Pendapat ini disanggah dengan mengatakan bahwa harga yang dibayar
oleh pemilik yang baru merupakan dasar yang paling relevan untuk mengukur aktiva, kewajiban
dan hasil operasi anak. Akuntansi push-down tidak diterapkan secara konsisten di antara
11
pendukung konsep tersebut,meskipun pada praktiknya aktiva perusahaan anak biasanya dinilai
kembali secara proporsional.
Berdasarkan metode yang digunakan, nili wajar PT Ratna ditentukan dengan membagi
harga beli dengan kepemilikan yang diperoleh, yaitu 60%. Sehingga nilai perusahaan tersebut
adalah Rp 350.000.000 (Rp 210.000.000 : 0,6). Nilai wajar aktiva bersih yang dapat
diidentifikasi adalah Rp 290.000.000 dan goodwill adalah Rp 60.000.000, tetapi goodwill yang
benar-benar dibeli dan diakui hanya sebesar Rp 36.000.000 (Rp 60.000.000 x 60%) jumlah
tersebut dimasukkan dalam neraca konsolidasi yang disiapkan sesaat setelah penggabungan
usaha:
Kas Rp 10.000.000
Piutang 60.000.000
12
Persediaan 150.000.000
Aktiva tetap bersih 300.000.000
Goodwill 36.000.000
Total aktiva 556.000.000
Utang 230.000.000
Aktiva bersih Rp 326.000.000
Goodwill berdasarkan metode ini sama dengan goodwill yang dihitung berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum saat ini, yaitu biaya Rp 210.000.000 (nilai wajar Rp
290.000.000 x kepemilikan yang diperoleh 60%) = Rp 36.000.000; akan tetapi aktiva bersih
yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi lebih rendah Rp 20.000.000. Jumlah yang
dimasukkan dalam neraca konsolidasi berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah:
Kas Rp 10.000.000
Piutang 60.000.000
Persediaan 138.000.000
Aktiva tetap bersih 292.000.000
Goodwill 36.000.000
Total aktiva 536.000.000
Utang 230.000.000
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada PSAK No.22 secara jelas
meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak dari suatu
perusahaan induk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahan lain (disebut
sebagai perusahaan induk) memperoleh pengendali kepemilikan atas saham berhak suara yang
beredar.
Pada akuisisi dalam lingkup hubungan induk anak, diferensial biaya/nilai buku tidak
dicatat dalam buku perusahaan induk ataupun buku perusahaan anak. Oleh karena itu, jumlah
yang muncul pada neraca konsolidasi perusahaan induk dan perusahaan anaknya dicatat melalui
prosedur kertas kerja yang menyesuaikan nilai buku perusahaan anak untuk merefleksikan
diferensial biaya/nilai buku untuk tujuan kertas kerja konsolidasi.
Perbedaan antara laporan laba rugi konsolidasi dan laporan laba rugi bukan konsolidasi
perusahaan induk disajikan secara rinci bukan hanya jumlah laba bersihnya. Makalah AICPA
“push-down accounting”,menjelaskan bahwa akuntansipush-down sebagai basis akuntansi dan
pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan keuangannya yang terpisah, yang berdasarkan
pada transaksi pembelian saham berhak suara,dan yang nenghasilkan perubahan kepemilikan
saham berhak suara yang beredar.Ada kecenderungan untuk mencatat aktiva dan kewajiban yang
dapat diidentifikasi perusahaan anak pada nilai wajarnya pada saat penggabungan usaha selain
goodwill, jika perusahaan induk memperoleh pengendalian melalui pembelian tunggal secara
langsung. Goodwill yang dicatat hanya yang dibeli oleh perusahaan induk.
Menurut kelompok kami, laporan keuangan konsolidasi harus disusun dengan sebaik
mungkin agar pada saat penyajian laporan-laporan tersebut tidak akan menimbulkan kesalahan
material maupun salah saji.
14
DAFTAR PUSTAKA
Floyd A. Amir Abadi Jusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, 2004, Buku 1, Selemba
Empat.
Floyd A. Amir Abadi Jusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, 2004, Buku 2, Selemba
Empat.
https://oggyprahastayudha.wordpress.com/2012/10/14/Akuntansi-Keuangan-Lanjutan-Mataeri-
13/. Diakses pada tanggal 15 Mei2018
15
SOAL DAN PENYELESAIANNYA
SOAL 1:
Bagaimana jika pemegang saham membeli sahamnya kurang dari 50%? Apakah bisa dikatakan
akuisisi saham?
JAWABAN 1:
Saham sebuah perusahaan dibeli oleh perusahaan atau pengusaha lain, tetapi perlu dipahami
bahwa jumlah saham yang dibeli harus lebih dari 51% atau si pengakuisisi membeli saham
sehingga memiliki kepemilikan saham minimal sebesar 51%. Hal ini dikarenakan jika pembeli
saham membeli atau menguasai saham kurang dari 51% maka si pembeli tidak bisa disebut telah
mengakuisisi perusahaan karena tidak mengendalikan perusahaan tersebut. Jika pembelian tidak
mengakibatkan kepemilikan atau penguasaan saham hingga lebih dari 51% maka hal itu hanya
sebuah transaksi saham biasa.
SOAL 2:
PT.Perkasa melakukan pembelian 100% saham PT. Surya dengan mengeluarkan 1.000.000 lmb
saham PT. Perkasa yang memiliki nilai nominal per lbr Rp. 500 dan nilai pasar pada tgl
penutupan terakhir adalah Rp. 4.000
Terkait dengan akuisisi ini PT. Perkasa harus mengeluarkan biaya administrasi sebesar Rp.
25.000.000 dan terkait dengan penerbitan saham baru, PT. PErkasa harus mengeluarkan biaya
administrasi sebesar Rp. 50.000.000 kedua pembayaran tsb diselesaikan secara tunai.
Ditanya : Buatlah jurnal untuk transaksi Akuisis dari PT. PErkasa
JAWABAN 2 :
Nilai saham wajar Rp 500.000.000,00
Biaya Akuisisi Rp 25.000.000,00
Total harga beli Rp 525.000.000,00
Catatan :
- Nilai saham wajar = 1.000.000 X 500
- Tambahan modal di setor = Nilai tercatat saham - saham biasa
= 450.000.000 - 1.000.000
= 449.000.000
- Biaya merger tangguhan = Biaya akuisisi
- Biaya pengeluaran saham = biaya administrasi
17