Anda di halaman 1dari 32

MODUL PENGAUDITAN 2

AUDIT SIKLUS PRODUKSI

Oleh:

BUDIMAN TERI

A31116303

DEPARTEMEN AKUNTASI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
By,
Budiman Teri (A311163030

AUDIT SIKLUS PENDAPATAN


PENGUJIAN PENGENDALIAN

I. TINJAUAN MATA KULIAH

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini mempelajari mengenai Auditing II sebagai lanjutan dari mata kuliah Audit I
sebelumnya. Mempelajari lebih dalam mengani audit dan mengetahui unsur-unsur mendalam dalam
melakukan audit terutama pada pengujian substantive dan pengujian pengendalian dari beberapa akun
yang ada yakni diantaranya Pendapatan, Investasi, Saldo kas, Pembiayaan dab lain lain.

B. KEGUNAAN MATA KULIAH

Kompetensi utama mata kuliah ini, yaitu mahasiswa diharapkan mampu untuk melaksanakan
proses pengauditan dan penyusunan laporan auditan suatu entitas secara professional. Selain itu
mahasiswa juga diharapkan mampu melaksanakan pengujian substantive atas siklus akuntansi
perusahaan dan mampu menggunakan pengetahuan akuntansi komputerisasi. Dan juga diharapakan
selama perjalanannya mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu untuk bekerja sama baiks ebagai
pimpina maupun sebgai anggota kelompok.

C. SASARAN BELAJAR

Pertemuan Sasaran Pembelajaran

1 Mampu memahami GBRP dan kerangka konseptual auditing

 Mampu memahami sifat pendapatan


 Mampu memahami aktifitas pengendalian transaksi penjualan kredit
2  Mampu memahami aktifitas pengendalian transaksi penerimaan kas
 Mampu memahami aktifitas pengendalian
 Mampu memehami transaksi penyesuaian penjualan
 Mampu memahami pengujian substantif atas piutang usaha
 Mampu memahami penentuan resiko deteksi
3  Mampu memahami perancangan pengujian substantive
 Mampu memahami prosedur awal dan analitis
 Mampu memahami pengujian rincian transaksi
By,
Budiman Teri (A311163030

 Mampu memahami pengujian rincian saldo

 Mampu memahami sifat siklus pengeluaran

4  Mampu memahami komponen pengendalian internal


 Mampu memahami aktifitas pengendalian transaksi pembelian
 Mampu memahami aktifitas pengendalian transaksi pengeluaran kas
 Mampu memahami penyajian substantive atas saldo utang usaha
 Mampu memahami penetuan resiko deteksi
 Mampu memahami perancangan pengujian substansi
5  Mampu memahami prosedur awal
 Mampu memahami prosedur analisis
 Mampu memahami pengujian rincian transaksi
 Mampu memahami pengujian rincian kas
 Mampu memahami sikap siklus produksi
6  Mampu memahami aktifitas pengendalian transasksi pabrikasi
 Mampu memahami pengujian substansi atas saldo persediaan
 Mampu memahami sifat siklus jasa personalia

7  Mampu memahami tujuan audit jasa personalia


 Mampu memahami aktifitas pengendalian transaksi penggajian
 Mampu memahamipengujian substansiatas saldo gaji dan upah
8 Mid test (materi 1-7)

 Mampu memahami sifat siklus investasi


 Mampu memahami tujuan audit siklus investasi
 Mampu memahami pertimbangan perencanaan audit
9
 Mampu memahami pengujian substansi atas saldo utang jangka
panjang
 Mampu memahami pengujian substansif atas saldo ekuitas
pemegang saham
 Mampu memahami sifat siklus pembaiayaan
 Mampu memahami tujuan audit siklus pembiayaan

10  Mampu memahami pengujian substantive atas saldo utang jangka


panjang
 Mampu memahami pengujian substantive atas saldo ekuitas
pemegang saham
By,
Budiman Teri (A311163030

 Mampu memahami sifat siklus kas


 Mampu memahamitujuan audit kas

11  Mampu memahami penyusunan program audit kas


 Mampu memahami penerapan prosedur audit
 Mampu memahami pengujian saldo kasa sebelum tanggal neraca
 Mampu memahami pengujian saldo kas setelah tanggal neraca
 Mampu memahami menyelesaikan pekerjaanlapangan

12  Mampu memahami mengevaluasi temuan


 Mampu memahami komunikasi dengan klien
 Mampu memahami tanggung jawab setelah audit
 Mampu memahami standar pelaporan
 Mampu memahami laporan auditor

13  Mampu memahami laporan standar


 Mampu memahami penyimpangan laporan standar
 Mampu memahami pengaruh situasi yang menyebabkan
penyimpangan dari laporan standar
 Mampu memahami penrimaan jasa pelaksanaan penugasan atestasi
 Mampu memahami standar atestasi

14  Mampu memahami penugasan yang dilaksanakan menurut standar


atestasi
 Mampu memahami penugasan yang dilaksanakan menurut standar
atestasi
 Mampu memahami struktur BAPEPAM
 Mampu memahami komponen BAPEPAM dan pasar modal
 Mampu memahami kualifikasi dan regitrasi akuntan public di

15 BAPEPAM
 Mampu memahami keterkaitan BAPEPAM dengan auditor
independen
 Mampu memahami tanggung jawab akuntan public terhadap
BAPEPAM
16 Final test (materi 8-15)
By,
Budiman Teri (A311163030

D. PETUNJUK BELAJAR

Setiap modul berisi materi kuliah Pengauditan II, yang dilengkapi dengan sasaran yang ingin
dicapai, ruang lingkup bahan modul, manfaat modul, latihan-latihan, rangkuman materi, tes formatif, dan
kunci jawaban tes formatif.

II. PENDAHULUAN

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
 Mampu memahami sikap siklus produksi
 Mampu memahami aktifitas pengendalian transasksi pabrikasi
 Mampu memahami pengujian substansi atas saldo persediaan

B. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL


Modul ini membahas mengenai auditing dan profesi akuntan publik, terutama yang terdapat di
Indonesia. Secara terperinci membahas tentang definisi auditing, tipe audit dan auditor, jasa-jasa oleh
KAP, serta organisasi yang berhubungan dengan profesi.

C. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL


Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari modul ini di antaranya:
 Mampu memahami sikap siklus produksi
 Mampu memahami aktifitas pengendalian transasksi pabrikasi
 Mampu memahami pengujian substansi atas saldo persediaan

D. URUTAN PEMBAHASAN
 Sikap siklus produksi
 Aktifitas pengendalian transasksi pabrikasi
 Pengujian substansi atas saldo persediaan
By,
Budiman Teri (A311163030

III. MATERI PEMBELAJARAN

 SIFAT SIKLUS PRODUKSI


Siklus produksi (production cycle) berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi barang
jadi. Siklus ini meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan kuantitas barang
yang akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta transaksi dan peristiwa yang
berkaitan dengan proses pabrikasi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini dimulai pada saat bahan baku
diminta untuk produksi, dan berakhir ketika barang yang diproduksi ditransfer ke barang jadi. Transaksi
yang terjadi dalam siklus ini disebut sebagai transaksi pabrikasi (manufacturing transactions). (Boynton,
2003:136)
Siklus produksi saling berkaitan dengan tiga siklus lain berikut ini : (1) siklus pengeluaran dalam
pembelian bahan baku dan pembayaran berbagai biaya overhead, (2) siklus jasa personalia dalam
pembayaran biaya tenaga kerja pabrik, dan (3) siklus pendapatan dalam penjualan barang jadi. Interaksi
diantara siklus-siklus ini dan akun-akun utama yang dipengaruhi oleh transaksi pabrikasi diperlihatkan
dalam gambar 5-1. (Boynton, 2003:136)
Gambar 5.1 Keterkaitan Siklus Produksi dengan Siklus Lainnya
Gambar 2-1 Keterkaitan Siklus Produksi dengan Siklus Lainnya

Siklus Pengeluaran – Siklus Jasa Personalia – Siklus Pendapatan –


Transakasi Pembelian Transaksi Penggajian Siklus Produksi – Transaksi Pabrikasi Transaksi Penjualan

Bahan Baku
Pembelian Pengeluaran
Bahan

Tenaga Kerja Langsung Barang dalam Proses Barang Jadi Harga Pokok Penjualan
Penggajian Penggunaan Biaya Biaya Harga pokok
Tenaga Pabrikasi produksi penjualan
Kerja yang sudah
selesai

Overhead Pabrikasi
Pembelian Overhead yang
Penggajian ditetapkan
(tenaga kerja
tak langsung)

Sumber : Boynton,2003

Disini harus diperhatikan bahwa pengkreditan ke bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrikasi, pendebetan ke persediaan barang dalam proses, dan ayat jurnal yang dibuat untuk
mencatat perpindahan biaya produksi yang sudah selesai dari barang dalam proses ke barang jadi,
berasal dari transaksi pabrikasi pada siklus produksi. Terakhir, walaupun biasanya dianggap sebagai
transaksi siklus pendapatan, namun pemindahan biaya dari barang jadi yang diproduksi ke harga pokok
penjualan didasarkan atas data biaya yang terakumulasi dalam siklus produksi.
By,
Budiman Teri (A311163030

Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan yang Bersangkutan
Siklus persediaan dan penggudangan dapat dipandang sebagai dua sistem yang terpisah tetapi
berkaitan erat, yang satu menyangkut aliran fisik barang dan lainnya adalah aliran biaya yang
bersangkutan. Ada enam fungsi yang membentuk sisklus persediaan dan penggudangan, yaitu sebagai
berikut:
 Pembuatan Order Pembelian
Siklus pembelian dan penggudangan dimulai dengan adanya permintaan bahan baku untuk
produksi. Pengendalian yang memadai perlu diciptakan apakah pembelian persediaan untuk bahan
baku (dalam perusahaan manufaktur) ataukah untuk barang jadi (dalam perusahaan barang
dagang). Permintaan pembelian adalah formulir yang digunakan untuk meminta agar bagian
pembelian memesan persediaan. Permintaan ini bisa diinisiasi oleh pegawai gudang ketika bahan
baku dibutuhkan, atau oleh perangkat lunak komputer secara otomatis akan memesan barang ketika
persediaan mencapai tingkat tertentu, dipesan jika ada kebutuhan untuk produksi, atau dipesan
secara rutin setelah dilakkan perhitungan persediaan periodik.

 Penerimaan Bahan Baku


Penerimaan bahan baku, yang juga merupakan bagian dari siklus pembelian dan
pembayaran, meliputi inspeksi atas barang yang diterima untuk memeriksa kebenaran jumlah
maupun kualitasnya. Bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang yang akan menjadi
salah satu dokumen yang diperlukan sebelum pembayaran bisa dilakukan. Setelah diperiksa, bahan
baku dikirim ke gudang dan copy dari laporan penerimaan barang berkenan denga penerimaan
barang, biasanya juga dikirim ke bagian pembelian, gudang, dan bagian utang usaha. Pengawasan
dan tanggungjawab diperlukan pada setiap pengiriman/perpindahan barang.
 Penggudangan Bahan Baku
Setelah diterima, bahan baku biasanya disimpan dalam gudang apabila bagian lain
memerlukan bahan baku untuk produksi, pegawai dari bagian produksi mengirimkan permintaan
bahan baku yang telah mendapat otorisasi dari kepala bagian produksi, perintah, atau dokuemen
serupa. Dokumen permintaan ini digunakan untuk memutahirkan master file persediaan perpetual
dan mencatatat pengiriman dari bahan baku ke akun persediaan dalam proses.
 Pengolahan Barang
Suatu sistem akuntansi biaya yang memadai merupakan bagian penting untuk fungsi
pengolahan barang pada semua perusahaan manufaktur. Sistem tersebut menghasilkan informasi
untuk perencanaan dan pengawasan manajemen dan penilaian persediaan untuk penyusunan
laporan keuangan. Ada dua sistem akuntansi biaya, yaitu: sistem harga pokok pesanan (job cost
system) dan sistem harga pokok proses (process cost system). Dalam akuntansi biaya pesanan
biaya dikumpulkan menurut pesanan individual pada saat bahan baru dipakai dan biaya tenaga kerja
By,
Budiman Teri (A311163030

terjadi. Dalam sistem akuntansi baiay proses, biaya dikumpulkan per proses, dengan biaya per
untnya untuk setiap proses dibebankan pada produk sepanjang proses yang dilalui.
Catatan akuntansi biaya terdiri dari master file, spreadsheets, dan laporan yang
mengumpulkan bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik per pesanan atau proses
ketika biaya-biaya tersebut terjadi. Ketika pesanan atau produk selesai, biaya pokok yang
bersangukan ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi berdasarkan laporan bagian
produksi.
 Penyimpanan Barang Jadi
Setelah barang jadi selesai, barang-barang tersebut disimpan di gudang, menunggu
pengiriman ke konsumen. Dalam perusahaan yang memiliki pengendalian internal baik, persediaan
barang jadi berada sdalam pengawasan fiisk di lokasi yang terpisah, di area yang hanya bisa
dimasuki oleh petugas tertentu. (Haryono,2014:774)
 Pengiriman Barang Jadi
Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penerimaan piutang.
Pengiriman barang ke konsumen dalam pertukaran kas dengan atau aset lainnya. Pada kebanyakan
transaksi penjualan, pengiriman sesungguhnya menjadi penyebab terjadinya pengakuan piutang
usaha dalam sistem akuntansi. Oleh karena itu, pengiriman barang jadi harus diotorisasi dengan
menggunakan dokumen peniriman barang yang tepat. (Haryono,2014:775)

 AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PABRIKASI


Pesanan penjualan dapat Untuk tingkat risko audit tertentu, risiko pengujian rincian berhubungan
terbalik dengan penelitian tingkat risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Jadi,
faktor-faktor yang berkaitan dengan penilaian ini harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat risiko
pengujian rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi piutang usaha.
Beberapa faktor risiko inheren pervasif yang mempengaruhi piutang kotor dan bersih serta faktor-
faktor spesifik yang siklus pendapatan. Pengaruh gabungan dari faktor-faktor ini, khususnya yang
menyebabkan risiko penjualan kredit ditetapkan terlalu besar dan penyisihan piutang tak tertagih
ditetapkan terlalu rendah, masing-masing dapat menyebabkan penilaian risiko inheren yang tinggi untuk
asersi eksistensi atau kejadian dan penilaian atau alokasi untuk akun penyisishan terkait. Bahkan ketika
kasus ini terjadi, penialain risiko inheren yang lebih rendah mungkin sesuai untuk asersi-asersi lainnya.
Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada penilaian risiko
pengendalian terkait untuk kelompok transaksi ini dalam hal ini penjualan kredit, penrimaan kas, dan
penyesuaian penjualan yang mempengaruhi saldo piutang usaha. Ingat kembali bahwa penialaian atas
asersi kelompok transaksi memperngaruhi asersi saldo akun yang sama untuk akun yang dipengaruhi
oleh transaksi ini dengan pengecualaian sebagai berikut: penilaian risiko pengendalian untuk asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengakapan untuk kelompok transaksi yang menurunkan saldo akun
mempengaruhi penialain atas asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk kelompok transaksi
By,
Budiman Teri (A311163030

yang menurunkan saldo akun mempengaruhi penialain atas asersi akun yang berlawanan. Jadi, baik
penerimaan kas maupun transaksi penyesuaian penjualan menurunkan saldo piutang usaha, maka
penialaian atas asersi eksistensi atau kejadian untuk kelompok transaksi ini akan memepenagruhi
penilaian gabungan atas asersi kelengkapan untuk piutang usaha. Demikian juga, penialaian atas asersi
kelengkapan untuk kelompok transaksi ini mempengaruhi penilaian gabungan atas asersi eksistensi atau
kejadian untuk piutang usaha.
Penilaian tingkat risiko inheren yang direncanakan, risiko prosedru analitis, dan risiko
pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit, yaitu pada fase perencanaan, guna
mencapai tingkat risiko pegujian rincian yang tepat dan tingkat pengujian substanttif terkait dengan yang
direncanakan, yang ditetapkan dalam strategi audit pendahuluan untuk setiap asersi. Jika penilaian aktual
atau akhir berbeda dengan penilaian yang direncanakan, maka model risiko audit akan digunakan sekali
lagi dengan data aktual untuk menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima yang telah
direvisi dan tingkat pengujian substantif terkait yang telah direvisi untuk setiap asersi. Baik tingkat yang
direncanakan, jika didukung, maupun tingkat yang direvisi telah digunakan dalam penyelesaian
perancangan pengujian substantif yang sesuai.
Beberapa auditor menggunakan matriks yang serupa untuk hal-hal yang diilustrasikan pada
gambar di bawah, guna mendokumenkan dan mengkolerasikan berbagai komponen risiko yang harus
dipertimbangakan dalam perancangan pengujian substantif untuk setiap asersi saldo akun. Tingkat risiko
tertentu dalam matriks ini hanya merupakan ilustrasi dan akan bervariasi berdasarkan bukti yang
dikumpulkan oleh auditor. Selain itu, apabila komponen risiko tersebut telah dikualifikasi, maka model
risiko audit juga dapat dipecahkan secara matematis untuk tingkat risiko pengujian rincian yang dapat
diterima.

 AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PEMBELIAN


 Dokumen dan Catatan yang Umum
 Perintah Produksi (production order). Formulir yang menunjukkan kuantitas dan jenis barang
yang akan dibuat. Suatu perintah produksi mungkin berkaitan dengan suatu pesanan atau
proses yang berkelanjutan.
 Slip kebutuhan bahan (material requirement report). Berisi daftar bahan baku dan komponen
yang diperlukan untuk memenuhi perintah produksi.
 Slip pengeluaran bahan (materials issue slip). Otorisasi tertulis dari departemen produksi
kepada gudang penyimpanan untuk mengeluarkan bahan untuk digunakan berdasarkan perintah
produksi yang telah disetujui.
 Tiket waktu (time ticket). Catatan waktu kerja seseorang karyawan atas pekerjaan tertentu.
By,
Budiman Teri (A311163030

 Tiket perpindahan (move ticket). Pemberitahuan yang mengotorisasi perpindahan fisik barang
dalam proses diantara departemen produksi, dan diantara barang dalam proses serta barang
jadi.
 Laporan aktivitas Produksi harian (daily production activity report). Laporan yang
menunjukkan bahwa pekerjaan atas sebuah perintah produksi sudah diselesaikan.
 Buku besar pembantu atau file induk persediaan (catatan persediaan perpetual). Catatan
yang diselenggarakan terpisah untuk bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Catatan
ini berisi informasi tentang unit dan biaya yang ditambahkan ked an dikurangkan dari masing-
masing akun persediaan, serta unit-unit yang ada ditangan dan biaya terkait yang membentuk
saldo persediaan pada suatu titik waktu.
 File induk biaya standar (standar cost master file). File komputer yang berisi biaya standar.
 File induk persediaan bahan baku (raw-materias inventory master file). File komputer yang
memuat jumlah biaya aktual barang dalam proses. File ini digunakan untuk menyusun laporan
produksi harian.
 File induk persediaan barang jadi (finished goods mater file). File komputer yang berisi jumlah
total biaya-biaya produksi. File ini dapat digunakan sebagai persediaan perpetual untuk barang
jadi. (Boynton,2003:144)

 Fungsi-Fungsi dan Pengendalian Terkait


Pelaksanaan dan pencatatan transaksi pabrikasi serta pengamanan persediaan melibatkan fungsi-
fungsi pabrikasi, berikut ini:
1. Memulai produksi:
 Merencanakan dan mengendalikan produksi
Otorisasi produksi dibuat dalam departemen perencanaan dan pengendalian produksi
berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan atau analisis peramalan penjualan serta
kebutuhan persediaan. Pendokumentasian otorisasi ini dilakukan dengan menerbitkan
perintah produksi bernomor urut. Teknologi informasi atau cara lain, harus digunakan untuk
mempertanggungjawabkan seluruh perintah produksi yang dikeluarkan dan pecatatan
akhirnya tentang biaya pabrikasi. Sebuah laporan kebutuhan bahan juga disiapkan yang
menunjukkan bahan dan komponen yang diperlakukan serta yang ada ditangan. Apabila
pesanan harus dilakukan kepada pemasok, maka salinan laporan ini akan dikirimkan ke
sebagian pembelian.
Depertemen perencanaan dan pengendalian produksi juga bertanggung jawab untuk
memantau penggunaan bahan dan tenaga kerja, serta memantau kemajuan perintah
produksi sampai diselesaikan dan dipindahkan kebarang jadi. Penelaah atas laporan aktivitas
By,
Budiman Teri (A311163030

produksi harian dan laporan produksi yang sudah selesai sangat penting dalam memenuhi
tanggung jawab ini
 Mengeluarkan bahan baku
Gudang akan menyerahkan bahan baku kebagian produksi setelah menerima slip
pengeluaran bahan (atau permintaan) yang dibuat oleh departemen produksi. Slip ini
menunjukkan kuantitas dan jenis bahan yang diminta serta nomor perintah produksi yang
harus dibebani. Setiap slip harus ditandatangani oleh penyedia atau pekerja produksi yang
berwenang. Teknologi informasi, atau cara lain, harus digunakan untuk mencocokan slip
pengeluaran bahan dengan perintah produksi dan pencatatan akhirnya tentang biaya
pabrikasi. Sebuah ikhtisar harian mengenai penggunaan bahan biasanya disiapkan sebagai
salah satu komponen laporan aktivitas produksi harian yang digunakan dalam perencanaan
dan pengendalian produksi.

2. Memindahkan barang:
 Memroses barang dalam produksi
Tenanga kerja yang digunakan untuk mengerjakan perintah produksi tertentu dicatat
dalam tiket waktu; fungsi pencatatan waktu ini juga bisa dilakukan dengan mengharuskan
karyawan memasukkan tanda pengenal mereka kedalam terminal komputer, kemudian
mengetikkan nomor perintah produksi setiap kali mereka memulai atau berhenti mengerjakan
suatu pesanan. Dalam kedua cara itu, suatau ikhtisar harian mengenai penggunaan tenaga
kerja biasanya disiapkan dari data catatan waktu sebagai komponen laporan aktivitas
produksi harian.
Ketika pekerjaan atas suatu perintah produksi sudah selesai dalam satu departemen
dan barangnya sudah lulus inspeksi, maka pemindahan barang itu ke departemen berikutnya
akan diotorisasi dengan sebuah tiket perpindahan yang harus ditandatangani oleh
departemen yang menerima barang itu. Teknologi informasi, atau cara lain, harus
mencocokkan tiket waktu dan tiket perpindahan dengan pencatatan akhrinya tentang biaya
pabrikasi.

 Memindahkan barang yang sudah selesai ke barang jadi


Apabila pembuatan suatu pesanan sudah selesai dan barangnya sudah lulus
Inspeksi akhir, maka disusunlah sebuah laporan produksi yang sudah selesai. Barang itu
kemudian dikirimkan ke gudang barang jadi, yang menerima tanggung jawab atas barang itu
dengan menandatangani tiket perpindahan akhir.
By,
Budiman Teri (A311163030

 Melindungi persediaan
Persediaan pabrikasi sangat rentan terhadap pencurian dan kerusakan.
Penyimpanan persediaan bahan baku dan barang jadi dalam ruang kunci terkunci dengan
akses yang terbatas pada orang-orang yang diberi otorisasi merupakan hal yang penting
dalam melindungi aktiva ini. Proteksi terhadap barang dalam proses dapat dilakukan dengan
mengawasi daerah produksi oleh penyelia dan petugas keamanan pabrik, pembrian label
pada barang, dan penggunaan tiket pepindahan bernomor urut untuk mengendalikan
perpindahan barang dalam proses disekitar pabrik.

3. Mencatat transaksi pabrikasi dan persediaan:


 Menentukan dan mencatat biaya-biaya pabrikasi
Fungsi ini menyangkut hal-hal berikut ini:
 Membebankan bahan langsung dan tenaga kerja langsung kebarang dalam proses.
 Mengenakan overhead pabrikasi ke barang dalam proses.
 Memindahkan biaya diantara departemen produksi (menurut sistem biaya proses).
Untuk menghasilkan bahwa biaya pabrikasi telah dicatat dengan tepat, bagan akun
harus menyediakan sejumlah akun yang diperlukan untuk mengklasifikasikan dan memantau
biaya-biaya semacam itu secara layak. Selain itu, pelaporan data biaya yang tepat waktu
untuk digunakan dalam menelaah kinerja manajemen mengenai aktivitas produksi dan
pengendalian biaya juga merupakan alat yang berguna untuk mendeteksi kesalahan
klasifikasi ketika mencatat biaya pabrikasi.
Laporan semcam itu biasanya mencakup perbandingan antara data aktual dan yang
dianggarkan menurut berbagai klasifikasi biaya. Pengendalian tambahan terhadap
pencatatan biaya pabrikasi meliputi :
 Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk pengalokasian biaya
pabrikasi ke barang dalam proses dengan data mengenai penggunaan bahan dan
tenaga kerja dalam laporan aktivitas produksi harian.
 Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk transfer barang dalam
proses ke barang jadi dengan data yang ada dalam laporan produksi yang sudah
selesai

 Menjaga kebenaran saldo-saldo persediaan


Mempertahankan kebenaran saldo-saldo persediaan melibatkan tiga aktivitas.
Pertama, harus dilakukan perhitungan periodik yang independen terhadap persediaan yang
ada ditangan dan pembandingan dengan kuantitas yang tercatat menurut catatan persediaan
perpetual. Pembandingan ini dapat mengungkapkan kuantitas yang dicatat tetapi sudah tidak
By,
Budiman Teri (A311163030

ada lagi, catatan kuantitas ditangan tidak lengkap, atau jenis-jenis persediaan yang salah
diklasifikasikan dalam catatan. Kedua, harus dilakukan pengecekan periodik yang
independen terhadap kesesuaian antara jumlah dolar yang tercatat dalam file induk
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi dengan masing-masing akun
pengendali buku besar umum. Ketiga, melalui inspeksi periodik terhadap kondisi persediaan
dan penelaahan manajemen atas laporan aktivitas persediaan, penyesuaian untuk
menrunkan nilai tercatat persediaan kenilai pasar harus dilakukan bila diperlukan.

SISTEM ILUSTRATIF UNTUK PEMROSESAN TRANSAKSI PABRIKASI


Gambar 5-2 Bagan Arus Menyeluruh-Transaksi Pabrikasi
Bagan Arus Menyeluruh - Transaksi Pabrikan

Perencanaan dan
Pengendalian Produksi Gudang Bahan Baku Depatemen Produksi Gudang Barang Jadi

Slip pengeluaran Tiket dan waktu Tiket perpindahan


Kebutuhan produksi pemindahan akhri
bahan

Pemasukan Pemasukan Pemasukan Pemasukan


Data data data data
bahan baku
persediaan

bahan dalam
File induk

persediaan
File induk

proses

Menyiapkan perintah
produksi dan laporan
kebutuhan bahan
barang jadi
persediaan
File induk

Memutak-hirkan
Memutakhirkan file
file dan mencetak
dan mencetak
laporan
biaya standar

laporan
File induk

buku besar
File induk

umum

Laporan Laporan
Perintah Perintah Laporan Ikhtisar buku Ikhtisar buku
aktivitas Laporan varians produksi yang
Produksi Produksi kebutuha bahan besar umum besar umum
produksi harian sudah selesai

Ke departemen Ke manajemen
Ke Bagian Pembelian Ke Bagian Akuntansi
Produksi Ke Bagian Akuntansi
N Produksi

Page 1

 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO PERSEDIAAN


Pengujian substantif yang mungkin dilakukan terhadap asersi-asersi saldo persediaan dan
tujuan audit atas saldo akun khusus yang berhubungan asersi tersebut. Bukti yang diperoleh dari
beberapa pengujian yang dapat diterapkan pada persediaan barang dagang pada persedian barang jadi
By,
Budiman Teri (A311163030

yang telah diproduksi berkaitan dengan tujuan untuk akun harga pokok penjualan, karena adanya
hubungan timbal balik di antara akun-akun. (Boynton, 2003:155)
Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Persediaan
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
perdediaa.
2. Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian
transaksi dengan persediaan.

3. Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan persediaan yang dicatat dalam
catatatan akuntansi dan kelengkapan also persediaan yang disajikan d ineraca.
4. Membuktikan hak asersi klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan asersi penilaan persediaan yang dicantumkan di neraca.
6. Membktikan asersi penyanyian dan pengungkapan sediaan acara.
Gambar 5-3 Rerangka Tujuan Pengujian Substantif terhadap Persediaan
Kerangka Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Sediaan

Keberadaan atau Penyajian dan


Kelengkapan Hak Kepemilikan Penilaian Pengungkapan
Keterjadian

Saldo Akun Sediaan


Saldo Akun Sediaan
yang Disajikan dalam
yang Sesungguhnya
Laporan Keuangan

Pengujian Perngujian Verifikasi


Prosedur Audit Prosedur Analitik Terhadap Transaksi Terhadap Saldo Penyajian dan
Awal Rinci Akun Rinci Pengungkapan

Sumber : Mulyadi, 2002

Rerangka tujuan pengujian substantif terhadap persedian dilukiskan pada gambar di atas. Dalam
gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian substantive terhada persediaan adalah
membuktikan bahwa saldo akun persediaan yang dicantumkan di neraca mencerminkan saldo akun
Sediaan Produk Jadi, Sediaan Suku Cadang, Sediaan Bahan Habis Pakai Pabrik (factory supplies) yang
sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian
substantif yang digolongkan ke dalam lima kelompok : (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitis, (3)
pengujian terhadap transaksi rinci, (4) pengujian terhadap saldo akun rinci, dan (5) verifikasi terhadap
penyajian dan pengungkapan. Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk
memverifikasi lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun Modal Saham dan akun penilaiannya
By,
Budiman Teri (A311163030

: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan,(3) hak kepemilikan, (4) penilaian dan (5) penyajian dan
pengungkapan. (Mulyadi, 2002:263)

PROSEDUR AWAL

Salah satu prosedur awal yang penting menyangkut usaha untuk mendapatkan pemahaman
tentang bisnis dan industri suatu entitas guna menetapkan konteks untuk mengevaluasi prosedur
analitis dan pengujian rincian. Jika klien adalah pabrikan, maka penting untuk memahami bauran
biaya tetap dan biaya variabel yang terlibat dalam proses pabrikasi. Jika suatu pabrikan bersifat
padat modal, maka pabrikan itu akan memerlukan volume aktivitas yang tinggi, mungkin dengan
beroperasi pada tingkat 80% hingga 90% dari kapasitas, untuk mencapai profitabilitas impas
(breakeven). Jika entitas itu merupakan pengecer, maka penting untuk memahami sumber pasokan
produk serta peran yang dimainkan klien dalam mata rantai distribusi ini. Auditor juga harus
memahami pentingnya persediaan konsinyasi, apakah itu konsinyasi masuk atau konsinyasi keluar,
bagi bisnis klien. (Boynton, 2003:165)

Sebelum membuktikan apakah saldo sediaan yang dicantumkan oleh klien di neracanya
sesuai dengan sediaan yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara informasi persediaan yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi
yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bawa
informasi persediaan yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, menurut Mulyadi (2002 : 268) auditor melakukan lima prosedur
berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan :

1. Menelusuri saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun persediaan yang
bersangkutan di dalam buku besar
2. Hitung kembali saldo akun sediaan di buku besar
3. Telusuri saldo awal akun persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu
4. Telusuri posting pendebitan dan pengkreditan akun persediaan ke jurnal yang bersangkutan
5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu persediaan dengan akun kontrol persediaan di buku
besar
Selain itu, menurut Boynton (2003:155), prosedur awal juga menyangkut penentuan bahwa skedul
persediaan perpetual yang terinci atau skedul persediaan lainnya telah sesuai dengan saldo buku
besar umum.

PROSEDUR ANALITIS

Dengan mengetahui penurunan yang tajam dalam rasio perputaran persediaan klien yang
mencerminkan keadaan yang sedang terjadi dalam industri, dapat membantu auditor menyimpulkan
By,
Budiman Teri (A311163030

bahwa penurunan itu tidak mengindikasikan kesalahan yang berhubungan dengan keberadaan atau
keterjadian atau kelengkapan data klien yang digunakan dalam menghitung rasio perputaran
persediaan, melainkan mengindikasikan masalah penilaian yang berkaitan dengan penurunan
permintaan yang mungkin akan diikuti oleh menurunnya harga pasar. Review atas hubungan antara
saldo persediaan dengan aktivitas pembelian, produksi, dan penjualan terakhir juga akan membantu
auditor memahami perubahan-perubahan dalam tingkat persediaan. (Boynton, 2003:158)

Menurut Haryono (2014:785), ada beberapa prosedur analitis yang sering digunakan, antara
lain :

Gambar 5-4 Prosedur Analitis untuk Siklus Persediaan dan Penggudangan

Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian

Membandingkan persentase laba Lebih saji atau kurang aji persediaan


kotor dengan tahun lalu dan harga pokok penjualan.

Membandinkan kecepatan Keusangan persediaan yang


perputarn persediaan (harga pokok mempengaruhi persediaan dan harga
penjualan dibagi dengan rata-rata pokok penjualan. Lebih saji atau kurang
persediaan) dengan tahun lalu saji persediaan.

Membandingkan harga pokok per Lebih saji atau kurang saji harga pokok
unit dengan tahun lalu per unit yang mempengaruhi
persediaan dan harga pokok penjualan.

Membandingkan biaya produksi Kesalahan penyajian harga pokok per


tahun ini dengan tahun lalu (biaya unit persediaan, terutama biaya tenaga
variabel harus disesuaikan untuk kerja langsung dan overhead pabrik,
perubahan dalam volume) yang mempengaruhi persediaan dan
harga pokok penjualan.

Selain melakukan prosedur analitis yang memeriksa hubungan saldo akun persediaan dengan
akun-akun laporan keuangan lainnya, auditor sering menggunakan informasi non-keuangan untuk
menilai kewajaran saldo persediaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, auditor mungkin
membutuhkan pengetahuan tentang ukuran dan berat produk, metoda penyimpanan (dalam tangki,
dalam karung atau cara penyimpanan lain), serta kapasitas fasilitas gudang (luasnya berapa meter
By,
Budiman Teri (A311163030

persegi) untuk menentukan apakah persediaan terbukukan konsisten dengan ketersediaan fasilitas
gudang. Setelah melakukan pengujian yang tepat atas catatan akuntansi biaya dan prosedur analitis,
auditor memiliki basis untuk merancang dan melaksanakan pengujian rinci atas saldo akhir
persedian.

PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI

Pengujian ini melibatkan prosedur pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) dan


penelusuran untuk mendapatkan bukti tentang pemrosesan setiap transaksi yang mempengaruhi
saldo persediaan. Perhatian khusus harus diberikan pada penentuan ketepatan pisah batas
transaksi persediaan pada akhir periode akuntansi. (Boynton, 2003:159)

Sebagian atau semua jenis pengujian ini dapat dilakukan sebagai bagian dari pengujian
bertujuan ganda selama melaksanakan pekerjaan interim. Contoh vouching ayat jurnal yang tercatat
dalam akun persediaan mencakup pemeriksaan dokumen pendukung.

• Ayat jurnal debet dalam persediaan barang dagang atau bahan baku ke faktur
penjual, laporan penerimaan, dan pesanan pembelian.
• Ayat jumal debet dalam persediaan barang dalam proses atau barang jadi ke catatan
biaya pabrikasi dan laporan produksi.
• Ayat jurnal kredit pada persediaan barang dagang dan barang jadi ke dokumen dan
catatan penjualan.
• Ayat jurnal kredit pada persediaan bahan baku dan barang dalam proses ke catatan
biaya pabrikasi dan laporan produksi.
Vouching ayat jurnal yang meperbesar saldo persediaan akan memberikan bukti tentang
eksistensi dan penilaian persediaan pada saat transaksi. Sementara vouching ayat jurnal yang
memperkecil saldo persediaan untuk menentukan ketepatan penurunan persediaan akan
memberikan bukti lebih lanjut mengenai asersi penilaian, dan dapat menunjukkan adanya masalah
asersi kelengkapan jika terdapat dukungan atas pengkreditan itu. Penelusuran dokumentasi
pembelian dan faktor-faktor biaya yang ditambahkan pada produksi ke ayat jurnal dalam akun
persediaan akan memberikan bukti mengenai asersi kelengkapan dan penilaian persediaan.
Sementara penelusuran dokumentasi transaksi yang memperkecil saldo persediaan, seperti
penjualan, untuk menentukan bahwa ayat jurnal sudah dicatat pada jumlah yang tepat akan
memberikan bukti lebih jauh tentang asersi eksistensi/keberadaan dan penilaian persediaan.
Penelusuran dan vouching juga memberikan bukti mengenai asersi hak dan kewajiban (kepemilikan)
atau persediaan.

Pengujian Pisah-Batas Transaksi Pembelian, Pabrikasi, dan Penjualan


By,
Budiman Teri (A311163030

Pengujian pisah batas merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa transaksi yang
terjadi menjelang akhir tahun telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar. Dalam sebuah
perusahaan pabrikasi, juga harus dipastikan bahwa ayat jurnal telah dicatat dalam periode yang tepat
untuk transfer biaya barang yang bergerak di antara (1) gudang dan departemen produksi, (2)
departemen produksi yang satu dan yang lainnya, atau (3) departemen produksi dan barang jadi.

Dalam setiap kasus, auditor harus memastikan melalui inspeksi dokumen dan observasi fisik
bahwa pisah-batas pekerjaan administrasi dan pisah-batas fisik atas perhitungan persediaan telah
dikoordinasikan. Misalnya, jika auditor menetapkan bahwa suatu ayat jurnal yang mentransfer biaya
lot terakhir produksi yang sudah selesai selama periode berjalan ke barang jadi sudah dicatat, maka
ia harus menentukan bahwa barang itu, sekalipun masih dalam perjalanan, hanya dimasukkan dalam
perhitungan fisik persediaan barang jadi saja yaitu, barang itu tidak dihitung sebagai bagian dari
barang dalam proses, atau dihitung dua kali, atau sama sekali tidak dihitung. Bukti yang diperoleh
dari pengujian pisah batas ini berhubungan baik dengan asersi eksistensi/keberadaan maupun
keterjadian serta kelengkapan untuk saldo persediaan.

PENGUJIAN RINCIAN SALDO

OBSERVASI FISIK PERSEDIAAN

Karena persediaan sangat berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
lainnya, maka pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien menjadi lebih penting baik untuk
observasi fisik persediaan maupun untuk penetapan harga serta kompilasi daripada area-area audit
lain.

Di Amerika Serikat, auditor diwajibkan untuk melakukan observasi atas perhitungan fisik
persediaan sejak terjadinya kecurangan menggemparkan berupa pencatatan persediaan yang
senyatanya tidak ada oleh McKenson&Robbins Company pada tahun 1938. Kecurangan tersebut
tidak terdeteksi karena auditor tidak mengobservasi penghitungan fisik persediaan yang pada waktu
itu memang tidak merupakan persyaratan yang harus dilakukan auditor.

Standar audit (SA 501.4) berisi ketentuan sebagai berikut :

Jika persediaan berjumlah material dalam laporan keuangan, auditor harus memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan dengan :

(a) Menghadiri penghitungan fisik persediaan, kecuali jika tidak praktis, untuk:
(i) Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan mengendalikan
hasil penghitungan persediaan fisik
(ii) Mengobservasi pelaksanaan prosedur penghitungan yang dibuat oleh manajemen
By,
Budiman Teri (A311163030

(iii) Menginspeksi persediaan


(iv) Menguji penghitungan fisik (test count)
(b) Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan apakah
catatan tersebut mencerminkan hasil penghitungan fisik aktual.
Hal penting dalam standar audit di atas adalah pemisahan antara “siapa yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan perhitungan fisik” dan “siapa yang melakukan observasi
untuk penghitungan fisik tersebut”. Klien bertanggungjawab untuk menetapkan prosedur
penghitungan fisik yang akurat dan melaksanakan serta mencatat hasil penghitungan tersebut.
Auditor bertanggugjawab untuk mengevaluasi dan mengobservasi prosedur klien, termasuk
melakukan pengujian penghitungan (test count) persediaan dan menarik kesimpulan tentang
kecukupan penghitungan fisik persediaan.

Mengevaluasi Instruksi dan Prosedur yang Dibuat Manajemen

Pengendalian yang memadai atas penghitungan persediaan, antara lain meliputi adanya
instruksi dan prosedur yang dibuat oleh manajemen tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan penghitungan fisik tersebut. Sebelum perhitungan fisik dilakukan oleh klien, auditor
harus mengevaluasi apakah instruksi dan prosedur tersebut cukup memadai sehingga daripadanya
dapat diharapkan hasil penghitungan fisik yang akurat. Hal-hal yang relevan bagi auditor dalam
mengevaluasi instruksi dan prosedur tersebut antara lain meliputi :

 Penerapan aktivitas pengendalian yang tepat dalam penghitungan fisik. Sebagai contoh :
bagaimana pengawasan atas formulir untuk pencatatan hasil penghitungan (count sheet) atau
label barang (tag), baik yang sudah digunakan maupun yang belum/tidak digunakan. Apakah
dilakukan penghitungan kedua oleh tim yang berbeda
 Identifikasi yang tepat atas persediaan yang ada, sebagai contoh : tingkat penyelesaian barang
yang masih dalam proses, persediaan yang lambat penggunaannya, barang yang kedaluwarsa
atau rusak, atau barang milik pihak ketiga (misalnya barang konsinyasi)
 Prosedur yang digunakan untuk mengestimasi kuantitas fisik, seperti prosedur yang mungkin
diperlukan dalam mengestimasi kuantitas fisik suatu timbunan batu bara, atau cairan yang
disimpan dalam tangki
 Pengendalian terhadap pergerakan persediaan di antara area serta pengiriman dan
penerimaan persediaan sebelum dan sesudah tanggal penghitungan fisik. Sebagai contoh :
perusahaan diliburkan selama penghitungan fisik berlangsung sehingga tidak ada barang yang
masuk atau keluar pada saat penghitungan fisik berlangsung.
Selain hal-hal di atas, instruksi dan prosedur juga harus secara jelas menetapkan siapa
(atau tim) yang bertugas melakukan penghitungan, pengawasan (supervisi), oleh personel
perusahaan yang bertanggungjawab, verifikasi independen internal atas penghitungan oleh personel
By,
Budiman Teri (A311163030

lain, dan rekonsiliasi independen antara hasil penghitungan fisik dengan master file persediaan
perpetual.

Auditor perlu memahami penghitungan fisik yang akan dilakukan klien sebelum perhitungan
fisik berlangsung. Pemahaman ini selain diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas prosedur klien,
juga berguna sebagai dasar untuk memberi saran konstruktif kepada klien demi terselanggaranya
penghitungan fisik yang efektif. Apabila pengendalian penghitungan fisik persediaan klien tidak
memadai, auditor harus menggunakan waktu lebih banyak untuk memastikan bahwa penghitungan
fisik akurat.

Mengobservasi Pelaksanaan Prosedur Penghitungan

Hal terpenting dalam mengobservasi persediaan adalah menentukan apakah penghitungan


fisik dilakukan sesuai instruksi yang telah ditetapkan klien. Untuk mencapai hal tersebut, auditor wajib
hadir pada saat penghitungan fisik berlangsung. Apabila personil klien tidak mengikuti instruksi,
auditor harus memberitahu pengawas (supervisor) untuk memecahkan masalah atau memodifikasi
prosedur observasi fisik. Sebagai contoh apabila prosedur menghendaki agar satu tim menghitung
persediaan dan tim kedua menghitung ulang untuk menguji ketelitian, auditor harus memberitahu
manajemen apabila ternyata kedua tim terebut bekerja bersama-sama. Hal ini bertentangan dengan
prosedur dan tujuan pengawasan dari penghitungan tim kedua tidak akan tercapai.

Keputusan Auditor

Keputusan auditor dalam observasi fisik persediaan adalah serupa dengan keputusan yang
dilakukan oleh auditor dalam bidang audit yang lain. Keputusan tersebut meliputi : pemilihan
prosedur audit, keputusan tentang saat prosedur akan dilakukan, penentuan ukuran sampel, dan
pemilihan unsur-unsur yang akn digunakan

Saat perhitungan fisik

Auditor memutuskan apakah penghitungan fisik dapat dilakukan sebelum akhir tahun
terutama berdasarkan ketelitian dalam master file perpetual. Apabila klien melakukan perhitungan
fisik interim, yang akan disetujui auditor hanya apabila pengendalian internal efektif, auditor
melakukan observasi penghitungan fisik pada saat itu, dan juga menguji transaksi-transaksi yang
dicatat dalam catatan perpetual sejak tanggal penghitungan fisik hingga akhir tahun. Apabila catatan
perpetual diselenggarakan dengan teliti dan pengendalian yang bersangkutan berjalan efektif, maka
klien tidak perlu menghitung seluruh persediaan pada akhir tahun. Auditor cukup melakukan
pembandingan antara catatan perpetual dengan persediaan sesungguhnya yang ada berdasarkan
sampel pada saat-saat tertentu sepanjang tahun, asalkan penambahan dan pengurangan atas
catatan perpetual diuji dan terbukti berjalan dengan efektif. Apabila klien tidak menyelenggarakan
By,
Budiman Teri (A311163030

catatan perpetual, dan persediaan berjumlah material, klien harus melakukan pengitungan fisik
secara lengkap menjelang akhir tahun buku

Ukuran Sampel

Jumlah unsur persediaan yang harus dihitung auditor sulit untuk ditentukan karena auditor
berkonsentrasi pada observasi atas prosedur klien, bukan pada pemilihan unsur yang akan diuji.
Untuk mudahnya, ukuran sampel dalam observasi fisik lebih ditentukan oleh berapa jam waktu yang
disediakan daripada jumlah unsur persediaan yang akan dihitung. Faktor yang menentukan jumlah
waktu yang diperlukan untuk menguji persediaan adalah : kecukupan pengendalian internal atas
penghitungan fisik, ketelitian master file persediaan perpetual, jumlah rupiah dan tipe persediaan,
jumlah lokasi persediaan yang signifikan, sifat dan luasnya kesalahan penyajian yang ditemukan
pada tahun lalu, dan data inheren lain

Pemilihan Unsur

Ketika auditor mengobservasi penghitungan persediaan yang dilakukan klien, auditor harus
cermat untuk :

 Mengobservasi penghitungan atas unsur yang paling signifikan dan sampel yang
representative dari unsur-unsur yang tipikal.
 Meminta keterangan tentang unsur-unsur yang mungkin usang atau rusak.
 Membahas dengan manajemen, alasan tidak mengikusertakan unsur yang material.

Pengujian Observasi Fisik

Tujuan audit yang sama sebagaimana yang telah dibahas untuk pengujian rincian saldo memberi
kerangka acuan yang sama untuk membahas pengujian observasi fisik. Pada gambar menunjukkan
berbagai prosedur audit untuk pengujian rinci saldo atas observasi persediaan fisik. Tujuan memeriksa
kecocokan saldo tidak dimasukkan dalam tujuan audit saldo ini, karena akan dibahas dalam kompilasi
persediaan. Disini kita berasumsi bahwa klien melakukan perhitungan fisik persediaan pada tanggal
neraca dan mencatat hasil perhitungan dalam label bernomor urut tercetak (prenumbered tags). Apabila
mereka mencatat hasil perhitungan persediaan dengan cara lain, audit prosedurnya perlu diubah. Selain
prosedur rinci seperti dilukiskan pada tabel, auditor harus menginspeksi semua area fisik dimana
persediaan disimpan untuk memastikan bahwa semua persediaan telah dihitung dan dicantumkan dalam
label dengan benar. Kotak-kotak dan bungkusan-bungkusan lain yang berisi persediaan harus dibuka
selama perhitungan berlangsung untuk memastikan bahwa persediaan ada secara fisik. Sebagai bagian
dari prosedur analitis yang dilakukan setelah klien menyelesaikan perhitungan persediaan, auditor
By,
Budiman Teri (A311163030

membandingkan persediaan bernilai rupiah tinggi dengan perhitungan tahun lalu dan master file
persediaan untuk meguji kewajaran.

Gambar 5-6 Tujuan Audit Saldo dan Pengujian Rincian Saldo untuk Observasi Fisik Persediaan

Tujuan Audit Saldo Prosedur Observasi Komentar


Persediaan

Persediaan sebagaimana  Pilih suatu sampel secara Tujuannya adalah untuk


tercantum dalam label acak dari nomor label dan menemukan pencantuman
sungguh-sungguh ada identifikasi label dengan persediaan yang
(keberadaan) nomor tersebut yang sebelumnya tidak ada
diletakkan pada
persediaan.
 Amati apakah ada
pergerakan persediaan
selama perhitungan
berlangsung.
Persediaan yang ada  Memeriksa persediaan Perhatian utama harus
dihitung dan dicantumkan untuk memastikan bahwa ditujukan pada
dalam label, dan label persediaan diberi label. penghilangan sekelompok
dipertanggungjawabkan  Mengamati apakah ada besar persediaan.
untuk memastikan tidak pergerakan persediaan
ada yang hilang selama perhitungan
(kelengkapan) berlangsung.
 Meminta keterangan
apakah ada persediaan
yang disimpan ditempat
lain.
 Periksa semua label yang
telah digunakan dan tidak
digunakan untuk
memastikan tidak ada yang
By,
Budiman Teri (A311163030

hilang atau sengaja Pengujian ini harus


dihilangkan. dilakukan pada tahap akhir
 Catat nomor-nomor label perhitungan fisik.
yang telah digunakan dan
tidak digunakan untuk
tindak lanjut berikutnya.

Pengujian ini harus


dilakukan pada tahap akhir
perhitungan fisik.

Persediaan dihitung  Hitung ulang hasil Pencatatan hasil


dengan akurat (ketelitian) perhitungan kllien untuk perhitungan klien dalam
memastikan bahwa hasil kertas kerja audit tentang
perhitungan yang dafar perhitungan
tercantum dalam label persediaan dilakukan
adalah akurat (periksa juga dengan dua alasan: untuk
deskripsi dan unit yang mendapatkan dokumentasi
digunakan seperti lusin bahwa pemeriksaan fisik
atau gros) yang memadai telah
 Bandingkan hasil dilakukan dan untuk
perhitungan fisik dengan menguji kemungkinan klien
master file persediaan mengubah catatan hasil
perpetual. perhitungan setelah
 Catat hasil perhitungan auditor meninggalkan area
klien untuk pengujian audit.
berikutnya
Persediaan digolongkan  Periksa deskripsi Pengujian ini akan
dengan benar dalam label persediaan yang tercantum dilakukan sebagai bagian
(penggolongan) pada label dan bandingkan dari prosedur pertama
dengan persediaan apakah dalam tujuan ketelitian.
termasuk bahan baku,
barang dalam proses, atau
barang jadi.
 Evaluasi apakah
presentase tingkat
penyelesaian yang
By,
Budiman Teri (A311163030

tercantum pada label untuk


barang dalam proses
masuk akal.
Informasi diperoleh untuk  Catat dalam file audit untuk Mendapatkan informasi
memastikan bahwa tindak lanjut berikutnya pisah batas yang tepat
penjualan dan pembelian nomor dokumen untuk penjualan dan
persediaan telah dicatat pengiriman yang terakhir pembelian merupakan
pada periode yang tepat digunakan pada akhir bagian yang penting dalam
(pisah batas) tahun. observasi persediaan.
 Yakinka bahwa persediaan
diatas tidak diturut dihitung.
 Review area pengiriman Pengujian yang tepat telah
untuk persediaan yang dibahas pada audit siklus
sedang dipersiapkan untuk penjualan dan audit siklus
dikirim tetapi tidak turut pembelian.
dihitung.
 Catat dalam file audit untuk
tindak lanjut berikutnya
nomor laporan penerimaan
barang yang terkahir
digunakan pada akhir
tahun.
 Yakinkan bahwa
penerimaan barang di atas
telah dimasukkan kedalam
persediaan.
 Review area penerimaan
barang untuk persediaan
yang harus dimasukkan
dalam perhitungan
persediaan.

Persediaan yang usang  Ujilah ada tidaknya barang


atau tidak bisa digunakan usang dengan meminta
By,
Budiman Teri (A311163030

dikeluarkan atau diberi keterangan dari pegawai


tanda (nilai bisa pabrik dan manajemen dan
direalisasi) waspadai ada tidaknya
barang rusak, atau penuh
tertutup debu, atau berada
ditempat yang tidak
selayaknya.

 Minta keterangan tentang


barang konsinyasi atau
apakah ada barang milik
konsumen yang dihitung
sebagai persediaan.
Klien memiliki hak atas
persediaan yang tercatat
 Perhatikan apakah ada
dalam label (hak)
barang yang bertanda
“bukan miilik perusahaan”
atau “Barang Titipan”.
Sumber : Haryono,2014

AUDIT PENETAPAN HARGA DAN KOMPILASI

Pengujian harga persediaan mencakup semua pengujian atas harga per unit yang digunakan
klien untuk memastikan bahwa harga-harga tersebut benar. Kompilasi persediaan meliputi pengujian
atas pengikhtisaran penghitungan fisik persediaan yang dibuat klien, penghitungan ulang harga
dikalikan kuantitas, penjumlahan vertical ikhtisar persediaan, dan menelusur totalnya ke buku besar

Pengendalian internal sekitar penetapan harga pokok per unit yang terintegrasi dengan
catatan produksi dan akuntansi lainnya memberikan asurans bahwa klien menggunakan biaya
perolehan (harga pokok) yang benar untuk persediaan akhir. Catatan biaya standaryang
menunjukkan selisih (variances) biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik
bermanfaat untuk menilai kewajaran catatan produksi apabila manajemen memiliki prosedur yang
diterapkan agar standar termutakhirkan apabila terjadi perubahan dalam proses dan biaya produksi.
By,
Budiman Teri (A311163030

Klien perlu memiliki pengendalian internal untuk kompilasi persediaan untuk memastikan
bahwa hasil penghitungan fisik diikhtisarkan dengan tepat, diberi harga sesuai dengan harga yang
tercantum dalam catatan, dikalikan dan dijumlahkan dengan benar, dan dimasukkan ke dalam
master file persediaan perpetual serta ke akun buku besar persediaan dengan jumlah yang tepat.

Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi

Tabel 5-6 memperlihatkan tujuan audit dan pengujian yang bersangkutan dengan
penetapan harga persediaan dan kompilasi (kecuali untuk tujuan pisah batas). Auditor bisa
menerapkan tujuan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari klien sebagai kerangka
acuan, termasuk deskripsi untuk setiap jenis persediaan, kuantitas, harga pokok per unit, dan nilai
persediaan (kuantitas dikalikan harga). Kita berasumsi bahwa informasi yang tercermin dalam
catatan persediaan perpetual dicatat dengan urutan : bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi secara terpisah. Total dari daftar tersebut harus sama dengan saldo di buku besar.

Gambar 5-7 Tujuan Audit Saldo dan Pengujian Rinci Saldo untuk Penetapan Harga Persediaan dan
Kompilasi

Tujuan Audit Saldo Prosedur Observasi Komentar


Persediaan

Persediaan sebagaimana Lakukan pengujian Batasilah pengujian


tercantum dalam daftar kompilasi (lihat tujuan kebenaran perkalian
persediaan cocok dengan keberadaan, dan penambahan,
hasil penghitungan fisik, kelengkapan, dan kecuali bila
perkaliannya benar, ketelitian) pengendalian internal
demikian juga lemah (biasanya
Jumlahkan daftar
penjumlahannya dan dilakukan dengan
persediaan untuk
cocok juga dengan saldo bantuan komputer)
bahan baku, barang
di buku besar (kecocokan
dalam proses, dan
saldo)
barang jadi

Telusur totalnya ke buku


besar

Kalikan kuantitas dengan


harga atas unsur-
unsur terpilih
By,
Budiman Teri (A311163030

Unsur-unsur persediaan Telusuri persediaan yang Lima tujuan berikutnya


sebagaimana tercantum tercantum dalam daftar dipengaruhi oleh hasil
dalam daftar persediaan ke label persediaan dan observasi fisik.
sungguh-sungguh ada catatan penghitungan
Pemeriksaan nomor tag
(keberadaan) auditor untuk memeriksa
dan penghitungan yang
keberadaan dan
dilakukan sebagai
deskripsi
bagian dari observasi
penghitungan fisik
ditelusur ke daftar
Periksa nomor label yang
persediaan sebagai
belum digunakan yang
bagian dari pengujian ini
tercantum dalam
dokumentasi auditor
untuk memastikan tidak
ada label yang
ditambahkan

Unsur-unsur persediaan yang Telusur dari label


ada telah tercantum dalam persediaan ke daftar
daftar persediaan persediaan untuk
(kelengkapan) memastikan persediaan
yang tercantum dalam
label telah dimasukkan
ke dalam daftar

Periksa nomor-nomor
label untuk memastikan
tidak ada yang
dibatalkan

Unsur-unsur persediaan yang Telusur persediaan yang


tercantum dalam daftar tercantum dalam daftar
persediaan telah akurat ke label persediaan dan
(ketelitian) catatan penghitungan
persediaan auditor untuk
memeriksa kebenaran
By,
Budiman Teri (A311163030

kebenaran kuantitas dan


deskripsinya

Lakukan pengujian harga


persediaan

Unsur-unsur persediaan yang Periksa kebenaran


tercantum dalam daftar penggolongan menjadi
persediaan telah digolongkan bahan baku, barang
dengan benar dalam proses, dan
(penggolongan) barang jadi dengan
membandingkan
deskripsi dalam label
persediaan dan catatan
pengujian penghitungan
auditor dengan daftar
persediaan

Unsur-unsur persediaan yang Lakukan pengujian harga


tercantum dalam daftar bisa direalisasi, harga
ditetapkan harganya sebesar jual, dan keusangan
nilai yang bisa direalisasi

Klien mempunyai hak atas Telusur tabel persediaan


persediaan yang tercantum yang bertulisan “bukan
dalam daftar persediaan (hak) milik perusahaan” ke
daftar persediaan untuk
memastikan bahwa
barang tersebut tidak
dimasukkan ke dalam
daftar

Review kontrak-kontrak
dengan konsumen dan
pemasok dan mintalah
keterangan dari
By,
Budiman Teri (A311163030

manajemen untuk
memeriksa kemungkinan
dimasukkannya barang
konsinyasi dan barang
bukan milik perusahaan,
atau tidak
dimasukkannya barang
milik perusahaan ke
dalam daftar

Sumber : Haryono, 2014

Penilaian Persediaan

Dalam melakukan pengujian penilaian persediaan (sering disebut juga pengujian harga),
auditor berhadapan dengan tiga persoalan. Pertama, metoda harus sesuai dengan standar akuntansi
keuangan. Kedua, penerapan metoda harus konsisten dari tahun ke tahun. Ketiga, harus
mempertimbangkan antara biaya perolehan dengan nilai pasar (biaya pengganti atau nilai bersih
bisa direalisasi). Karena metoda untuk memeriksa penentuan harga persediaan tergantung pada
apakah persediaan tersebut dibeli atau diproduksi, maka kedua kategori ini dibahas secara terpisah

Penetapan Harga Persediaan yang Dibeli

Tipe utama persediaan yang termasuk dalam kategori ini ialah bahan baku, suku cadang,
dan perlengkapan (supplies). Tahap pertama dalam memeriksa penilaian persediaan yang dibeli,a
uditor harus memastikan apakah klien metoda MKP (masuk pertama keluar pertama), rata-rata
tertimbang atau metoda lainnya. Auditor juga harus menentuka biaya mana yang harus dimasukkan
dalam penilaian suatu unru dari persediaan

Dalam memilih unsur persediaan yang akan ditetapkan harganya, auditor harus fokus pada
persediaan dengan saldo rupiah yang besar dan pada produk yang diketahui memiliki fluktuasi harga
yang tinggi. Auditor juga harus menguji sampel yang representative dari semua jenis persediaan dan
bagian. Sampling variabel terstrata atau sampling moneter biasa digunakan dalam pengujian ini

Penetapan Harga Persediaan yang Diproduksi

Dalam menetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
mempertimbangkan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dalam
menetapkan harga bahan baku dalam barang yang diproduksi, auditor harus mempertimbangkan
biaya perolehan per unit bahan baku maupun jumlah unti yang diminta untuk menghasilkan satu unit
By,
Budiman Teri (A311163030

output. Demikian pula, ketika memeriksa biaya tenaga kerja langsung auditor harus memeriksa biaya
tenaga langsung per jam dan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk meghasilkakn suatu produk

Biaya Perolehan atau Harga Pasar

Dalam menetapkan harga persediaan, auditor harus mempertimbangkan apakah biaya


pokok pengganti (replacement cost) atau nilai bersih bisa direalisasi (net realizable value) lebih
rendah daripada biaya perolehan historis. Untuk barang jad yang dibeli dari bahan baku, auditor
dapat menguji biaya pengganti dengan memeriksa faktur dari penjual pada periode berikutnya atau
faktur terakhir apabila tidak ada pembelian terjadi setelah akhir tahun buku. Semua biaya produksi
harus dipertimbangkan dalam menetapkan nilai yang bisa direalisasi untuk barang dalam proses dan
barang jadi untuk persedian yang diproduksi. Auditor harus mempertimbangkan harga jual
persediaan dan kemungkinan dampak dari fluktuasi harga yag cepat untuk menetapkan nilai bersih
bisa direalisasi

IV. LATIHAN

 Sebutkan tujuan audit terhadap siklus produksi ?


 Sebutkan dan jelaskan prosedur audit yang ditempuh oleh auditor untuk membuktikan asersi
keberadaan atau keterjadian dalam siklus produksi ?
 Jelaskan apa yang dimaksud dengan “pengujian kompilasi”, sebutkan contoh prosedur audit untuk
memeriksa kompilasi ?
 Sebutkan alasan mengapa auditor menaruh perhatian yang besar dalam pengujian substantif
terhadap persediaan ?
 Dalam memverifikasi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca, auditor meminta klien untuk
mebuat surat representasi persediaan. Apakah tujuan auditor meminta surat representasi tersebut ?

V. RANGKUMAN
Pada siklus produksi, lebih memfokuskan perhatiannya ada transaksi pabrikasi yang
menyangkut alokasi biaya pabrikasi ke barang dalam proses dan pemindahan biaya produksi yang telah
selesai. Dalam bab ini juga menguraikan secara rinci perancangan program audit untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif terhadap berbagai informasi akuntansi yang membentuk siklus
produksi.

Ada enam fungsi yang membentuk siklus produksi, yaitu (1) pembuatan order pembelian, (2)
penerimaan bahan baku, (3) penggudangan bahan baku, (4) pengolahan barang, (5) penyimpanan
barang jadi, dan (6) penerimaan barang jadi.
By,
Budiman Teri (A311163030

 Pengujian substantif terhadap persediaan ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan
catatan akuntansi yang bersangkutan dengan persediaan, membuktikan asersi keberadaan saldo
persediaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan
dalam tahun yang diaudit, membuktikan asersi kelengkapan semua unsur persediaan dan semua unsur
yang berkaitan dengan unsur persediaan. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor menempuh
berbagai prosedur audit, seperti prosedur awal, prosedur analitis, pengujian rincian transaksi, dan
pengujian rincian saldo

VI. TES FORMATIF

1. Sistem yang termasuk dalam siklus produksi adalah….


a. Sistem pembelian dan sistem pengeluaran kas
b. Sistem manufaktur dan sistem retur pembelian
c. Sistem manufaktur dan sistem perhitungan fisik persediaan
d. Sistem produksi dan sistem pengeluaran kas
2. Otorisasi persetujuan pemakaian bahan baku dicantumkan di dalam formulir ?
a. Laporan produk selesai
b. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang
c. Daftar kebutuhan barang
d. Surat order produksi
3. Dalam pengujian pengendalian terhadap sistem perhitungan fisik persediaan, salah satu prosedur audit
yang dilakukan oleh auditor adalah: “adjustment test”. Berikut ini adalah prosedur audit yang
dilaksanakan oleh auditor dalam adjustment test adalah
a. Lakukan hitung uji dan bandingkan hasil itu uji tersebut dengan hasil perhitungan fisik yang telah
dicatat di dalam daftar hasil perhitungan.
b. Pilih unsur persediaan yang dicatat di dalam daftar hasil perhitungan fisik dan usut adjustment yang
tercantum di dalam dokumen tersebut ke dalam kartu persediaan yang bersangkutan.
c. Pilih unsur persediaan yang dicatat di dalam daftar hasil perhitungan fsik dan usut adjustment cost
total unsur persediaan yang tercantum di dalam daftar tersebut.
d. Pilih unsur persediaan yang dicatat di dalam daftar hasil perhitungan fsik dan usut kuantitas yang
tercantum di dalam daftar tersebut ke dalam kartu perhitungan fisik yang bersangkutan.

VII. UMPAN BALIK


By,
Budiman Teri (A311163030

 Mahasiswa diharapkan membaca modul dengan cermat dan mengerjakan latihan-latihan beserta tes
formatif untuk mendalami materi.
 Sebaiknya mahasiswa mencari referensi lain yang memberikan informasi tentang audit siklus produksi
untuk menambah pengetahuan.

VIII. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. C
2. D
3. B

Anda mungkin juga menyukai