Anda di halaman 1dari 15

i

MAKALAH

KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Sekolah

Semester VII

Dosen Pengampu: Drs. Maswan, M.M

Disusun Oleh :

Muhammad Ghufron Al Asrori (151310003317)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A3

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)


JEPARA TAHUN 2018

i
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puja dan puji syukur kami curahkan kehadirat Ilahi Rabbi atas
curahan nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. beserta keluarga beliau. Amiin.

Syukur alhamdulillah kami ucapkan, karena atas izin Allah SWT.


dengan kemampuan kami yang kurang ini, kami dapat menyelesaikan tugas
yang dipercayakan kepada kami untuk membuat makalah tentang
KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW. Dan juga kepada rekan-rekan
yang sudah mau membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terima kasih.

Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas


kekurangan kami dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna khususnya bagi kami sendiri, mahasiswa dan juga
semua pihak pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jepara, 14 Januari 2018

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Pengertian Kepemimpinan ....................................................................... 3

2.2 Kecakapan Pribadi dalam Kepemimpinan ............................................... 4

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 11

3.2 Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding


makhluk Tuhan lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir,
kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik.

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,


kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan
masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.

Islam menegaskan dengan tegas bahwa Rasul yang mulia harus


menjadi panutan yang baik bagi mereka. Mereka harus mewujudkannya
dengan amal perbuatan nyata sebelum mereka menyerukan dengan
perkataan. Rasulullah SAW. merupakan sebaik-baik pemimpin dan panutan.

“mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah,


maka ikutilah mereka. Katakanlah, “aku tidak meminta upah kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Qur’an).” Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah
peringatan untuk segala umat.” (Al-An’am:90)

Untuk itulah, sepantasnya dalam persoalan kita mencontoh apa yang


telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. dalam memimpin segala
urusan, baik urusan agama, umat maupun negara.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, kami membuat suatu rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian kepemimpinan?


2. Bagaimana kecakapan pribadi Rasulullah SAW dalam memimpin.?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa pengertian kepemimpinan.


2. Untuk mengetahui bagaimana kecakapan pribadi pemimpin yang
dicontohkan Rasulullah SAW.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut Suharsimi Arikunto kepemimpinan adalah usaha yang


dilakukan untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka dengan
suka rela menyumbang kemampuannya secara maksimal demi pencapaian
tujuan kelompok yang telah ditetapkan.1
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang (pemimpin) untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut bertingkah laku
sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpinnya.( Soerjono Soekanto)
Kepemimpinan atau leadership merupakan seni dan ketrampilan
orang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain
agar melaksanakan aktifitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang telah
diarahkan.2
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
memperngaruhi orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Sedangkan kemepimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu
organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Pentingnya kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black:
a guide to executive command “Kepemimpinan adalah kemampuan
meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah
kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.3

1
Muwahid, sulhan. Model kepemimpinan kepala madrasah, (Yogyakarta: Teras, 2013).
hlm. 9.
2
Saefullah. Manajemen pendidikan islam, (Bandung: Pustaka setia,2012). hlm. 139.
3
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: CV Pustaka Setia),
hlm. 287.

3
4

2.2 Kecakapan Pribadi dalam Kepemimpinan

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi


menjadi pempimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun
dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah, Islam
merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua
kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya
sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara.4
Seorang pemimpin adalah sosok yang menempati posisi tertinggi
dalam suatu perkumpulan disamping hendaknya mempunyai kemampuan
untuk memprediksi pekerjaan tentu harus dilaksanakannya yang sesuai
dengan posisinya sebagai pemimpin.
Seorang pemimpin adalah sosok yang ditunggu kiprahnya dalam
usaha untuk menentukan tujuan golongan, melaksanakannya dan
mensukseskannya. Agar semua ini dapat terlaksana dengan baik, maka
harus dipenuhi kecakapan pribadi sebagaimana berikut ini:5
1. Suri Tauladan yang Baik
Di antara tabiat manusia adalah kecenderungannya untuk
mengikuti sesuatu yang lebih kuat, baik dalam kebaikan maupun
keburukan. Oleh karena seorang pemimpin merupakan pemegang
tampuk kekuasaan, maka orang-orang yang dipimpinnya akan
cenderung mengikutinya.6
Suri tauladan yang baik merupakan suatu pendidikan yang
dilakukan dengan cara menggugah kesadaran jiwa. Ketika jiwa

4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000),
hlm. 25.
5
Muhammad Fathi, The Art of Leadership in Islam, terj. Masturi Ilham, Malik Supar,
(Jakarta: Khalifa, 2009), hlm. 206.
6
Ibid.
5

golongan sudah tergugah, niscaya jiwa inilah yang akan menjadi acuan,
undang-undang dan jalan yang akan ditempuhnya dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, Rasulullah merupakan puncak dari kepemimpinan
yang baik ini.7
Ketika Rasulullah datang ke Madinah, Beliau segera mendirikan
masjid dan meramaikannya semenjak hari pertama pendiriannya.
Rasulullah ikut serta bekerja dengan kedua tangannya untuk
membangun masjid tersebut serta memindahkan bebatuan bersama
para sabahat. Rasulullah bersabda, “Ya Allah, tidak ada kehidupan
selain kehidupan akhirat.”
Inilah suri tauladan yang baik yang dikehendaki oleh Rasulullah
sebagai cara untuk mendidik kaumnya, ketika Rasulullah berkeinginan
agar kaum muslimin melakukan suatu hal, maka beliau melakukannya
sendiri terlebih dahulu dengan tanpa memberikan perintah. Ketika
orang-orang melihatnya, maka mereka mengikutinya dengan sukarela
dan senang hati. Hal seperti itu dapat pula menambah keakraban.8
2. Kepercayaan
Kepercayaan seorang pemimpin terhadap dirinya sendiri
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kepemimpinannya. Hal
ini harus terlebih dahulu harus didasarkan pada kepercayaan terhadap
Tuhannya, kemudian terhadap kebenaran yang diserukannya, dan
kepercayaannya terhadap pertolongan Allah selagi sesuatu yang
diserukannya itu benar, adil, tidak ada kezhaliman, dan tidak keliru.
Kedua adalah kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin ini.9
Rasulullah merupkan orang yang paling hebat rasa percaya
dirinya. Hal ini tercermin dalam perkataanya, “Demi Allah, andai
mereka meletakkan matahari di (tangan) kananku dan rembulan di
(tangan) kiriku, agar aku meninggalkan hal ini (menyiarkan agama
Islam) sampai Allah menolongnya atau aku binasa karenanya, niscaya

7
Ibid., hlm. 210.
8
Ibid.
9
Ibid., hlm. 211.

5
6

aku tidak akan pernah meninggalkannya.” Ungkapan ini muncul dalam


kondisi ketika kebatilan mendominasi atas kebenaran, dan kesesatan
atas keimanan.
Kepercayaan diri Rasulullah merupakan kepercayaan seorang
da’i yang menyerahkannya kepada Allah. Rasulullah sebagai utusan
yang selalu berbuat baik melebihi kemampuan manusia lainnya,
meskipun mereka maju dalam sisi ilmu dan teknologi.
3. Menentukan Target
Hal ini adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin,
untuk berjalan sesuai dengan arah dan tujuan yang dikehendaki.
Dalam hal ini, kita mempunyai suri tauladan yang baik dalam
diri Rasulullah. Rasulullah telah menentukan tujuan dakwah dengan
jelas dan menafikan segala keraguan serta berusaha untuk meluruskan
penyimpangan yang mungkin terjadi dengan dakwah ini. Kejelasan
tujuan adalah suatu keharusan bagi seorang pemimpin yang berhasil.
Muhammad memberikan seruan untuk mengesakan Allah dan
percaya hari kebangkitan, hari dikumpulkan, perhitungan amal
perbuatan, serta percaya adanya surga dan neraka. Untuk melakukan itu
semua, Muhammad tidak meminta upah dari mereka.10
Mereka benar-benar telah menawarkan dan mengiming-iming
dunia dengan segala kemegahannya, kekuasaan, harta benda, dan
menawarkan kemuliaan dan kehormatan kepadanya, namun
Muhammad menolak semuanya.
Muhammad menolak dengan tegas, karena tidak satu pun dari
semua itu yang merupakan tujuan dari dakwah.11
4. Kejelasan Penyampaian
Keberhasilan setiap pemikiran atau dakwah beserta
keberlangsungannya tergantung pada kadar kejelasan penyampaian

10
Ibid., hlm. 214.
11
Ibid., hlm. 215.

6
7

yang baik. Hal ini berhubungan dengan kejelasan dan kepercayaan di


masa depan.
Ketika seorang pemimpin menyampaikan dakwahnya secara
hampa dengan menggunakan tipuan, mungkin saja apa yang
didakwahkannya itu dapat tersebar terhadap orang-orang
disekelilingnya, namun sebagaimana tabiat buih, ia akan hilang menjadi
tiada, sehingga tinggallah penyesalan, kebencian, amarah dan kesulitan
pada kedua belah pihak termasuk juga sang pemimpin di sini. Karena
orang-orang akan meniggalkan pemikiran dan dakwah sang pemimpin.
Semangat mereka akan hilang karena mereka mulai sadar bahwa
mereka telah menjadi korban penipuan dari sang pemimpin.12
5. Mempunyai Visi, Kemauan Keras dan Ketegasan
Di antara dasar-dasar yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin adalah memiliki visi-misi jelas dan ketegasan dalam
penyampaian program-program yang hendak dijalankan. Seorang
pemimpin tidak boleh berkepribadian lemah dan bersikap tidak
konsisten, supaya peluang-peluang yang ada tidak berlalu begitu saja,
atau timbul kerusakan akibat dirinya tidak konsisten.
6. Membentuk Bakat dan Kemampuan
Siapakah di antara kita sebagai manusia yang memiliki9 semua
kemampuan, keahlian dan Malakah (bakat)?
Jawabannya adalah tidak ada seorang pun! Akan tetapi, apabila
seorang pemimpin melihat bahwa ada bakat tertentu yang harus
dimilikinya, maka dia harus mempelajarinya supaya bakat tersebut
melekat pada dirinya.13
7. Menentukan Spesialisasi
Yang dimaksud spesialisasi atau job discription di sini adalah
pembagian tugas pegawai-pegawai dimana setiap pegawai menduduki

12
Ibid., hlm. 217-218.
13
Ibid., hlm. 236.

7
8

jabatan sesuai dengan keahliannya masing-masing supaya pekerjaan


dapat dilakasanakan dengan baik, tidak kurang dan tidak pula lebih
hingga memasuki kawasan dan pekerjaan pegawai lain.
Seorang pemimpin wajib mensosialisasikan tugas masing-
masing pegawai dan itu merupakan Sunnah Alam dan Sunnah
Syar’iyah. Sedangkan pemimpin yang tidak melaksanakannya berarti
dia telah melanggar kedua sunnah ini, dan dia akan ditimpa kepayahan,
penzhaliman akal dan kegagalan manajemen.14
Rasulullah SAW. mengutus Mu’adz sebagai petugas dan
penyeru dakwah ke Yaman. Beliau telah memberikan batasan
kewenangan berkaitan dengan tugas yang beliau mandatkan tersebut
secara detail, yaitu di mulai dari tugas terpenting dan setelah berhasil
baru tugas-tugas yang lainnya.
Apabila seorang pemimpin berkewajiban memberikan tugas-
tugas kepada bawahannya secara khusus yang harus dikerjakan,
mengarahkan dan mengawasi pekerjaan-pekerjaan bawahan dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ditugaskan kepada mereka, maka
seorang pemimpin juga memiliki kewajiban untuk bergabung bersama
bawahan-bawahannya untuk menyelesaiakan tugas-tugas mereka ini.
Karena ketika tugas-tugas bawahan sudah dibagi-bagikan,
bukan berarti dia boleh duduk di kursi tinggi sendirian tanpa bekerja
mengawasi mereka. Akan tetapi pemimpin di sini adalah bagian dari
mereka, dalam artian dia adalah sebagaimana mereka, membaur dengan
tugas-tugas mereka dan untuk keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas
mereka.15
8. Memilih Para Pembantu yang Mumpuni
Pemimpin adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam
masalah kwalifikasi para pejabat publik yang dipimpinnya. Selanjutnya

14
Ibid., hlm. 246.
15
Ibid., hlm. 254-255.

8
9

dia harus melakukan sebaik mungkin dalam memilih para pembantu


tersebut demi menyempurnakan tugas-tugas kepemimpinannya. Dia
harus semaksimal mungkin dalam hal itu, sebab merekalah orang yang
akan menjadi orang-orang kepercayaannya.16
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Untuk menangani suatu urusan
umat Islam, pemimpin negara wajib mengangkat orang yang
diketahuinya paling sesuai dengan urusan itu.”
Rasulullah SAW. adalah orang yang sangat memperhatikan
musyawarah dengan sahabat-sahabat beliau. Abu Bakar r.a. bagi beliau
adalah orang yang paling mumpuni. Karena itu beliau mengangikatnya
sebagai wazir (perdana menteri). Beliau selalu mengajaknya
bermusyawarah dalam berbagai hal. Dia adalah orang kedua yang
masuk Islam, yang menemani beliau dalam gua, yang menemani beliau
dlam kereta perang pada Perang Badar, yang menemani beliau dalam
kubur, dan Rasulullah SAW. sendiri tidak mendahulukan orang lain
atas dirinya.
Usamah bin Zaid adalah termasuk sahabat yang masih muda,
sebab saat Rasulullah wafat dia baru berumur 18 atau 20 tahun. Akan
tetapi Rasulullah mengangkatnya menjadi panglima meskipun masih
muda karena ia memang mumpuni untuk itu. Meskipun di antara
sahabat terdapat orang yang lebih tua, hanya saja Rasul menghendaki
mendidik para sahabat untuk menerima seseorang berdasarkan
kemampuan, meskipun orang tersebut lebih muda usianya.17
9. Mampu Memimpin atau Menguasai Orang Lain.
Al-Istii’ab adalah kemampuan pemimpin untuk melibatkan
orang lain meskipun terdapat perbedaan-perbedaan akal, watak,
tingkatan dan peradaban mereka. Manusia berbeda-beda dengan

16
Ibid., hlm. 261.
17
Ibid., hlm. 263.

9
10

perbedaan yang beraneka macam dalam setiap aspek, baik pemikiran,


kecerdasan maupun dalam kemampuan- kemampuan fisik dan mental.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu
mempengaruhi orang lain secara keseluruhan dan menguasai orang lain
itu dalam bidang pemikiran serta segala sesuatu dalam diri mereka.
Dengan hal seperti itulah kepemimpinan menjadi kemampuan pribadi,
keahlian moral, sifat-sifat keimanan dan ketuhanan yang dapat
menjadikan pemimpin menjadi manara petunjuk, yang darinya orang-
orang dapat menemukan cahaya dan di sekelilingnya orang-orang
menoleh.18
Metode Rasulullah adalah suatu metode yang istimewa dalam
mewujudkan pribadi yang sesuai dengan tabiat Islam sebagai sebuah
lembaga. Beliau tidak hanya memimpin seseorang secara ruhani saja,
akan tetapi juga secara materi, yakni dengan memandang manusia
seutuhnya yang memiliki kecenderungan- kecenderungan, ketertarikan-
ketertarikan, motifasi-motifasi dan kebutuhan-kebutuhan.19

18
Ibid., hlm. 264.
19
Ibid., hlm. 265.

10
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi


anggota kelompok agar mereka dengan suka rela menyumbang
kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan kelompok yang
telah ditetapkan.

Seorang pemimpin adalah sosok yang ditunggu kiprahnya dalam


usaha untuk menentukan tujuan golongan, melaksanakannya dan
mensukseskannya. Agar semua ini dapat terlaksana seorang pemimpin harus
memiliki kecakapan pribadi sebagai berikut:

1. Suri tauladan yang baik


2. Kepercayaan
3. Menentukan target
4. Kejelasan penyampaian
5. Mempunyai Visi, kemauan besar, dan ketegasan
6. Membentuk bakat dan kemampuan
7. Menentukan spesialisasi
8. Memilih orang untuk pekerjaan tertentu yang mumpuni, memimpinnya,
dan mengoreksi mereka.
9. Mampu memimpin atau menguasai orang lain

3.2 Saran

Dengan sudah dijelaskannya masalah kepemimpinan dan bagaimana


kecakapan pribadi Rasulullah SAW. dalam memimpin, semoga bisa kita
apliksikan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Fathi, Muhammad. 2009. The Art of Leadership in Islam. terj. Masturi Ilham,
Malik Supar. Jakarta: Khalifa.

Saefullah. 2012. Manajemen pendidikan islam. Bandung: Pustaka setia.

Samsudin, Sadili. tt. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka


Setia.
Sulhan, Muwahid. 2013. Model kepemimpinan kepala madrasah. yogyakarta:
Teras.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai